Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN HASIL TUTORIAL II

BLOK 1.2
FORBIDDEN EGG

KELOMPOK 4
Anggota:
1. REDY BAGASKARA

(14291)

2. ANGGI WIJAYANTI K

(14401)

3. INDAH PURNAMA SARI

(14409)

4. RINTA ANGGRAENI

(14418)

5. NOVI ROHMAWATI

(14421)

6. ELSA YUNITA

(14444)

7. MAHARANI INKA KUSUMA

(14452)

8. NOVA NUR KUSUMASTUTI

(14458)

9. TYAS ADI ARUM MURWAN

(14461)

10. HERLINA RISTANTI

(14467)

11. FITRIA KHAIRUNNISA

(14475)

12. NURKHASANAH

(14482)

13. REZA FAJAR AMALIA

(14493)

14. DIVA VIYA FEBRIANA

(14495)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS GADJAH MADA
2011 / 2012

SCENARIO 2:
Nurse a is working in an obstetric ward. She is facing a trans-cultural problem right now.
One of her patient, Mrs. R who had wound is not getting well yet. Nurse A is thinking that,
there must be something wrong with Mrs. R. For further nursing assesment to Mrs. R, nurse
A got information that Mrs. R did not eat her meal. People in her city have a culture. Their
culture is not eat eggs, fish, chicken, or meat when they have wound. They said that if they
eat that kind of food, their wound will not be healed.
STEP 1

Transcultural Nursing : perbedaan budaya, perbedaan dan persamaan budaya, budaya

yang satu mempengaruhi budaya yang lain.


Obstetric ward : bangsal kebidanan atau maternitas.

STEP 2
Pertanyaan:
1. Jika makanan diganti, adakah pengaruh dalam proses penyembuhan?
2. Bagaimana cara perawat dalam menghadapi perbedaan budaya ?
3. Apa yang mempengaruhi seseorang dalam mempercayai suatu budaya ?
4. Di mana sajakah budaya yang dianut oleh Mrs. R dapat ditemukan ?
5. Bagaimana cara perawat mendalami budaya klien?
6. Adakah teori lain tentang transkultural ?
7. Mengapa perawat harus memperhatikan transcultural?
8. Apa penyebab perbedaan budaya?
9. Apa dampak jika perawat tidak mengetahui transcultural ?
10. Bagaimana cara perawat menumbuhkan sensitivitas terhadap budaya klien?
11. Bagaimana cara perawat menghadapi pasien yang etnosentris?
12. Apakah transcultural mempengaruhi penyembuhan?
13. Bolehkah perawat memberikan alternatif makanan selain telur?
STEP 3
1. a) Ada
b)Tergantung
2. a. Mengganti menu makanan
b. Mempertahankan budaya
c. Negosiasi
d.Rekonstrukturisasi
4. Di Jawa dan Sumatra
5. a.) Mempelajari budaya pasien
b.) Wawancara dan observasi lingkungan pasien
c.) Teori Leininger
6. Ada :
a) Teori Leininger

b) Teori Meltng-Pot
c) Teori Salad Bowl
7. a) Dapat membina hubungan baik
b) Keseimbangan, keserasian terhadap perawat klien
c) Memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan klien
d) Memberikan rasa nyaman
e) Mampu beradaptasi
f) Menambah pengetahuan
8. a) Bahasa
b)Sistem pengetahuan
c) Organisasi sosial
d) Teknologi
e) Ekonomi
f) Religi
g) Seni
h) Sistem nilai
i) Perbedan keyakinan perilaku
j) Peran
k) Pembelokkan
9. - Konflik
- miss komunikasi
- Pasien menolak asuhan keperawatan
- Gangguan psikologis
- Tidak terjadi keterbukaan
- Adanya hambatan asuhan keparawatan
- Distress spiritual pada perawat
- Culture shock pada pasien
10. - Dimulai sejak dini
- Perawat tidak bersikap etnosentris dan cultural imposition
- Bersikap terbuka
- Memahami konsep dasar transkultural
- Menghormati budaya klien
11. Negosiasi, rekonstrukturisasi
12. Iya
13. Boleh
STEP 4
1. a) Ada : kadar protein dalam makanan berbeda
b)Tergantung : - tergantung jenis makanan pengganti.
- tergantung pasien mau atau tidak
- tergantung apakah menu makanan pengganti tersebut memiliki kadar
2.

gizi yang sama, sesuaidengan kebutuhan pasien.


a. Mengganti menu makanan, dengan terlebih dahulu berkonsultasi dengan ahli gizi
mengenai kandungan gizi makanan pengganti, kebutuhan gizi klien, dll.
b. Mempertahankan budaya :
- selama masih bisa dimodifikasi, maka budaya klien dipertahankan.
- mengikuti/menuruti klien karena kebudayaan tersebut sudah mendarah daging.
- selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai kesehatan.

- diperlukan kemampuan dan keterampilan perawat untuk mencari celah


kebudayaan klien demi memenuhi kebutuhan klien.
c. Negosiasi :
- tawar-menawar
- membantu beradaptasi
- berdiskusi
- melalui perantaraan orang yang berpengaruh bagi klien
- menjelaskan lebih lanjut tentang cara (metode pengobatan) ataupun obat yang
direkomendasikan oleh tim medis.
d. Rekonstrukturisasi :
- memadukan budaya klien dengan budaya yang lain
- mengganti sebagian atau beberapa aspek budaya klien yang mungkin
bertentangan
6. Teori Melting Pot ( tempat melebur)
Yaitu suatu upaya menyatukan seluruh budaya yg ada dengan meleburkan seluruh
budaya masing2
Teori Salad Bowl (mangkuk salad)
Yaitu budaya asal tidak dihilangkan, tetapi diakomodir dan ikut memperkaya budaya
bangsa, namun interaksi kultural belum berkembang dengan baik
9.
- Distress spiritual : gangguan psikologis berhubungan dengan nilai, mental,
tingkah laku maupun sikap.
- Culture shock : tidak mampu beradaptasi oleh budaya baru, perbedaan persepsi
12.

yang dimilki oleh perawat terhadap klien.


- Iya, karena dengan mengetahui budaya klien, perawat dapat melihat/memahami
respon klien.
- Budaya sudah melekat dan sangat sulit untuk dipisahkan dari diri maupun

kehidupan klien.
- Budaya mempengaruhi perubahan perilaku
- Menambah keyakinan
13. Boleh, perawat dapat memberikan makanan pengganti yang memilki nilai gizi
(terutama protein) yang setara dengan telur atau yang sesuai dengan kebutuhan klien.
Mind Maping
Transcultural

Pengetahuan

Transcultural Nursing

Budaya

Perawat

STEP 5

Pasien

LO:
1.
2.
3.
4.

Teori tentang transcultural


Penyebab perbedaan budaya
Dampak jika perawat tidak mengetahui transkultural
Cara perawat menumbuhkan sensitivitas terhadap budayaklien

STEP 7
1. Teori Transcultural:
A. MODEL KONSEPTUAL LEININGER
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger menjelaskan asuhan keperawatan
dalam konteks budaya yang digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise
Model) .Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnose
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengkajian identifikasi masalah
Penkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien. Pengkajian dirancang
berdasarkan 7 komponen yang ada pada Sunrise Model yaitu :
a. Faktor Teknologi
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat
penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu
mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah klien,
alasan mencari banuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternative
dan persepsi tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini.
b. Faktor Agama dan Falsafah Hidup
Agama adalah suatu symbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis
bagi para pemeluknya. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah :
agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab
penyakit, cara pengobatan dan kebiasan agama yang berdampak positif terhadap
kesehatan.
c. Faktor Sosial dan Keterkaitan Keluarga

Perawat pada tahap ini harus mengkaji factor-faktor : nama lengkap, nama
panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala
keluarga.
d. Nilai- Nilai Budaya dan Gaya Hidup
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut
budaya yang dianggap baik atau buruk. Yang perlu dikaji pada factor ini adalah
posisi dan jabatan yag dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan,
kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit
berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.
e. Faktor Kebijakan dan Peraturan yang Berlaku
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya. Yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan
jam kunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran
untuk klien yang dirawat.
f. Faktor Ekonomi
Klien yang dirawat dirumah sakit memenaatkan sumber-sumber material yang
dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang
harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan,
tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi,
penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
g. Faktor Pendidikan
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur
pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka
keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan
individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan
kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah tingkat
pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif
mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang
dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. Terdapat tiga
diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan
transkultural, yaitu: gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan

kultur, gangguan interaksi social berhubungan disorientasi sosiokultural dan


ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan system nilai yang diyakini.
3. Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan transkultural adalah suatu proses
keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih
strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai
dengan latar belakang budaya klien. Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam
keperawatan transkultural, yaitu : mempertahankan budaya yang dimiliki klien
apabila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya
klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien
bila budaya yang dimiliki bertentangan dengan kesehatan.
a. Cultural care preservation
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan
dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan
sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien
dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya
budaya berolahraga setiap pagi.
b. Cultural care accommodation
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk
membantu

klien

beradaptasi

terhadap

budaya

tertentu

yang

lebih

menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan


menentukan kebudayaan lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan,
misalnya klien sedang hamil mempunyai pantangan makan yang berbau amis,
maka ikan dapat diganti sebagai sumber protein hewani yang lain.
c. Cultural care reconstruction
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan
status kesehatan. Misalnya, perawat berupaya merestrukturisasi gay hidup
klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup
yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan
keyakinan yang dianut.
4. Evaluasi
Evaluasi keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang
;mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien
yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang

mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi
dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.
(Ringkasan materi Keragaman Budaya dan Perspektif Transkultural dalam
Keperawatan, Hj.Efy Afifah, S.Kep., M.Kes)
B. Melting Pot
Teori melting-pot diupayakan untuk menyatukan seluruh budaya yang ada
dengan meleburkan seluruh budaya asal masing-masing.( Marzani Anwar & Moh.
Adlin Sila https://marzanianwar.wordpress.com/tag/penelitian/).
C. Salad Bowl
Teori salad bowl, masing-masing budaya asal tidak dihilangkan melainkan
diakomodir dan memberikan kontribusi bagi budaya bangsa, namun interaksi kultural
belum berkembang dengan baik.
2. Penyebab Perbedaan Budaya
- Adat istiadat
Faktor adat istiadat adalah nilai tidak bersifat universal artinya tidak untuk setiap
masyarakat/kelompok menerima nilai tersebut, sehingga nilai antara suatu daerah
dengan daerah lainya berbeda-beda (bayusirmawan.blogspot.com)
Contoh: adat istiadat masyarakat SUNDA dengan masyarakat JAWA tengah berbeda.
- Faktor agama
Faktor agama adalah faktor yg paling mempengaruhi norma dan nilai , karena di setiap
agama berbeda pantangan dan ibadahnya.
Contoh : di agama islam alkohol dan daging babi itu HARAM tetapi di agama lain
tidak di haram kan (bayusirmawan.blogspot.com).
- Tradisi / Budaya
Faktor budaya adalah budaya di dlam suatu masyarakat/kelompok berbeda-beda,
begitu pun juga norma dan nilai di dlam suatu masyarakat berbeda-beda, jadi
hubungan antara buda dan nilai yaitu suatu norna di dalam suatu masyarakat memiliki
perbedaan masing-masing. (bayusirmawan.blogspot.com)
- Suku
Setiap suku mempunyai nilai dan norma yang berbeda. Contohnya : kebiasaan di
Jawa Barat, jika ada pasangan yang hendak menikah maka yang melamar adalah pihak
laki-laki. Jika di Sumatra Barat, jika ada pasangan yang hendak menikah maka yang
melamar adalah pihak wanita.
Kebiasaan

Kebiasaan merupakan factor yang dipengaruhi oleh frekuensi atau sering tidaknya
seseorang melakukan pekerjaan tertentu. Contohnya : seorang santri yang terbiasa
tinggal di pondok pasti akan lebih sering membaca Al-Quran daripada siswa sekolah
biasa.
Faktor lingkungan ( tempat tinggal )
Faktor lingkungan berperan dalam pembedaan nilai dan norma. Misalnya seseorang
yang tinggal di pedesaaan akan menjunjung tinggi nilai-nilai yang ada di derahnya dan
mudah untuk bersosialisasi dengan sekitarnya. Orang yang tinggal di perkotaan akan
sulit untuk bersosialisasi dengan sekitarnya.
Sistem teknologi
Contohnya : setiap daerah sistem teknologinya berbeda.Daerah di pedesaan dan
perkotaan misalnya.Kebudayaanya jelas berbeda karena pada umumnya sistem
teknologi di daerah perkotaan lebih maju dibandingkan dengan di pedesaan.
Variasi biologis
Terdapat beberapa cara di mana seseorang dari satu kelompok cultural berbeda secara
biologis (mis. secara fisik dan genetic) dari anggota kelompok cultural

lainnya.

Contohnya: perbedaan struktur dan bentuk tubuh, warna kulit, variasi nutrisi, variasi
enzimatik dan genetic yang mempengaruhi kemampuan dalam penyembuhan dan
kerentanaan terhadap penyakit dan juga respon terhadap obat (Potter&Perry, 2005).
Organisasi Sosial
Lingkungan social dimana seseorang dibesarkan dan bertempat tinggal memainkan
peran penting dalam perkembangan dan identitas cultural mereka. Anak-anak belajar
tentang respon terhadap peristiwa kehidupan dari keluarga mereka. Organisasi social
mengacu pada unit keluarga dan organisasi kelompok social yang dapat
diidentifikasikan oleh klien atau keluarga (Potter&Perry, 2005).
3. Dampak jika perawat tidak mengetahui transcultural
A. Culture Shock
Dalam teori Leininger dijelaskan bahwa sangatlah penting memperhatikan
keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada
klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat maka akan mengakibatatkan Culture
Shock.
Culture shock dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak
mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat
menyebabkan munculnya rasa ketidak nyamanan, ketidak berdayaan, dan beberapa

mengalami disorientasi serta berakibat pada penurunan kualitas pelayanan


keperawatan yang diberikan (nurdiansyah89.wordpress.com)
B. Distress Moral
Menurut Carpenito (1999), ada 3 diagnosa keperawatan yang termasuk dalam
lingkup nilai/kepercayaan/spiritual, yaitu :
A.

Distres Spiritual
Definisi
Keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau berisiko mengalami
gangguan dalam sistyem keyakinan atau nilai yang memberi kekuatan, harapan,
dan arti kehidupan seseorang.
Batasan Karakteristik
Mayor (harus terdapat)
Mengalami suatu gangguan dalam system keyakinan

Minor (mungkin terdapat)


-

Mempertanyakan makna kehidupan, kematian dan penderitaan

Mempertanyakan kredibilitas terhadap system keyakinan

Mendemonstrasikan keputusasaan atau ketidak beranian

Memilih untuk tidak melakukan ritual keagamaan yang biasa dilakukan

Mempunyai perasaan ambivalen (ragu) mengenai keyakinan

Mengekspresikan bahwa dia tidak punya alasan untuk hidup

Merasakan perasaan kekosongan spiritual

Mengekspresikan perhatian, marah, dendam, ketakutan, penderitaan dan


kematian

Meminta bantuan spiritual terhadap suatu gangguan dalam system


keyakinan.

Faktor-faktor yang berhubungan


a. Patofisiologis
Berhubungan dengan tantangan pada system keyakinan atau perpisahan dari
ikatan spiritual sekunder akibat : kehilangan bagian atau fungsi tubuh,
penyakit terminal, penyakit yang membuat kondisi lemah, nyeri, trauma,
keguguran, kelahiran mati
b. Tindakan yang berhubungan

Berhubungan dengan konflik diantara (uraikan program yang ditentukan) dan


keyakinan,

yaitu

aborsi,

isolasi,

pembedahan.

Amputasi,

transfuse,

pengobatan, pembatasan diet dan prosedur medis


c. Situasional (personal, lingkungan)
Berhubungan dengan kematian atau penyakit dari orang terdekat
Berhubungan dengan keadaan yang memalukan pada saat melakukan ritual
keagamaan. Berhubungan dengan hambatan dalam melakukan ritual
keagamaan (pembatasan perawatan intensif, kurangnya privacy, pembatasan
ke kamar tidur atau ruangan, kurangnya tersedia makanan atau diet special).
Berhubungan dengan keyakinan yang ditentang oleh keluarga, teman sebaya,
pemberi perawatan kesehatan. Berhubungan dengan perpisahan dengan orang
yang dicintai
d. Kriteria Hasil
Individu akan :
1. Melanjutkan latihan spiritual yang tidak mengganggu kesehatan
2. Mengekspresiakan pengurangan perasaan bersalah dan ansietas
3. Mengekspresikan kepuasan dengan kondisi spiritual.
Intervensi Generik
1. Komunikasikan penerimaan berbagai keyakinan spiritual dan praktisnya.
2. Tunjukkan sikap tidak menghakimi.
3. Nyatakan pentingnya kebutuhan spiritual.
4. Ekspresikan keinginan tim perawatan kesehatan untuk membantu dalam
memenuhi kebutuhan spiritual.
5. Berikan privacy dan ketenangan seperti yang dibutuhkan untuk orang yang
melaksanakan ibadah.
6. Pertahankan diet dengan pembatasan spiritual jika tidak mengganggu
kesehatan
7. Anjurkan kegiatan ibadah yang tidak merusak kesehatan
8. Berikan kesempatan individu untuk berdoa dengan orang lain atau
dibacakan oleh orang lain atau anggota tim kesehatan yang dapat dengan
leluasa dalam aktivitas ini.
9. Berikan izin untuk mendiskusikan masalah spiritual dengan perawata
dengan membicarakan subjek kesehatan spiritual jika perlu.

10. Gunakan pertanyaan mengenai pengalaman spiritual dan keyakinan


sebelumnya untuk membantu individu menempatkan kejadian kehidupan
inio kedalam perspektif yang lebih luas.
11. Usahakan untuk berdoa/membaca dengan klien jika perawat merasa
leluasa dengan hal ini atau atur anggota tim kesehatan lainnya jika lebih
sesuai
12. Selalu bersedia dan berkeinginan untuk mendengarkan sewaktu klien
mengekspresikan keraguan diri, rasa bersalah/ perasaan negative lainnya.
13. Usahakan untuk menghubungi pendukung spiritual individu seperti
ulama, imm rumah sakit. Jika individu tidak dapat perasaan dengan
keluarga
Intervensi Pada Anak
1. Berikan anak kesempatan untuk ikut dalam praktek spiritual biasanya (mis.
Doa sebelum tidur, kunjungn ke masjid).
2. Perjelas bahwa kecelakaan atau penyakit bukan hukuman untuk prilaku
buruk
3. Dukung remaja yang mungkin berusaha untuk memahami pengajaran
spiritual.
4. Untuk konflik orang tua tentang pengobatan anak:
a. Bila orang tua menolak pengobatan anak, dorong pertimbangan
tentang metode alternative terapi (mis. Penggunaan ahli bedah khusus
dan teknik pembedahan tanpa transfusi darah) ; dukung individu yang
membuat keputusan berdasarkan informasi bahkan konflik dengan diri
sendiri.
b. Bila tindakan tetap ditolak, dokter atau administrator rumah sakit dapat
meminta siding yang menunjuk pembimbing sementara untuk
persetujuan tindakan
c. Hubungi ulama untuk mendukung orang tua
d. Dorong ekspresi perasaan negative.
4. Cara perawat menumbuhkan sensitivitas terhadap budaya klien:

Perawat lebih memahami mengenai konsep dasar transcultural nursing (Ringkasan materi
Keragaman Budaya dan Perspektif Transkultural dalam Keperawatan, Hj.Efy Afifah,
S.Kep., M.Kes), yakni:
1) Budaya
Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari dan dibagi serta member petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil
keputusan.
Budaya adalah sesuatu yang kompleks yang mengandung pengetahuan,
keyakinan, seni, moral, hokum, kebiasaan dan kecakapan lain yang merupakan
kebiasaan manusia sebagai anggota komunitas setempat.
Menurut konsep budaya Leininger (1978, 1984), karakteristik budaya dapat
digambarkan sebagai berikut: (1) Budaya bersifat universal, sehingga tidak ada
budaya yang sama persis, (2) Budaya bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena
hudaya dapat diturunkan kepada generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan,
(3) Budaya diisi dan ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri tanpa disadari.
2) Nilai Budaya
Keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu tindakan
yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.
3) Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal dari
pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan
keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai
nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap
lingkungan dari individu yang datang dan individu yang kembali lagi (Leininger,
1985).
4) Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa
budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain.
5) Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut cirri-ciri dan kebiasaan yang lazim. Etnik adalah seperangkat
kondisi spesifik yang dimiliki oleh kelompok tertentu (kelompok etnik). Sekelompok
etnik adalah sekumpulan individu yang mempunyai budaya dan sosialyang unik serta
menurunkannya ke generasi berikutnya (Handerson, 1981).
6) Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal
muasal manusia. Ras merupakan system mengklasifikasikan manusia berdasarkan
karakteristik fisik, pigmentasi, bentuk tubuh, bentuk wajah, bulu pad tubuh, dan
bentuk kepala. Ada tiga jenis ras yang umumnya dikenal, yaitu kaukasoid, negroid,

mongoloid. Budaya adalah keyakinan dan perilaku yang diturunkan atau diajarkan
manusia kepada generasi berikutnya (Taylor, 1989).
7) Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada
penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang
tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk
mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik
diantara keduanya.
8) Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan

perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi
kebutuhan baik actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas
kehidupan manusia.
9) Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung

dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada kenyataan yang nyata atau
antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
10)
Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk membimbing, mendukung atau
member kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan
kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan
mencapai kematian dengan damai.
Cultural Imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk

11)

memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya
bahwa ide yang dimiliki oelh perawat lebi tinggi daripada kelompok lain.
Mind Maping Step 7:
CS = Cultural Sensitivity
CC = Cultural Competent

TC
CS

Pasien

Perawat
CC

TCN

Keserasian

Konflik

Anda mungkin juga menyukai