di susun oleh
PROGRAM S1 KEPERAWATAN
BANDUNG
2021
Tinjauan Pustaka
A. Definisi
Diabetes mellitus merupakan sindrom yang disebabkan ketidakseimbangan
antara tuntunan dan sulai insulin. Sindrom ini ditandai oleh hiperglikemi dan
berkaitan dengan abnormalitas metabolism karbohidrat, lemak dan protein.
Abnormalitas metabolic ini mengarah pada perkembangan bentuk spesifik komplikasi
ginjal, okular, neurologic dan kardiovaskuler.
Ketoasidosis diabetikum (KAD) adalah keadaan darurat hiperglikemi yang
mengancam jiwa pasien dengan diabetes mellitus. KAD terjadi ketika seseorang
mengalami penurunan insulin yang relatife atau absolut yang ditandai dengan
hiperglikemi, asidosis, ketosis, dan kadar glukosa darah >125 mg/dl. KAD merupakan
komplikasi akut yang serius dan membutuhkan pengelolaan gawat darurat (American
diabetes Association, 2013).
Ketoasidosis diabetikum adalah kasus kedaruratan endokrin yang disebabkan
oleh defisiensi insulin relative dan absolut. Ketoasidosis diabetikum terjadi pada
penderita DM.
B. Etiologi
Ketoasidosis diabetik dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu akibat
hiperglikemia dan akibat ketosis, yang sering dicetuskan oleh faktor-faktor :
1. Stress fisik dan emosional; respons hormonal terhadap stress mendorong
peningkatan proses katabolik, insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis
yang dikurangi, ataupun menolak terapi insulin
2. Infeksi
Penurunan kadar insulin dapat diresepkan tidak adekuat atau pasien tidak
menyuntikkan insulin dengan dosis yang cukup. Kesalahan yang menyebabkan
dosis insulin yang harus diberikan berkurang, terjadi pada pasien-pasien yang
sakit dan menganggap jika mereka kurang makan atau menderita muntah-muntah,
maka dosis insulinnya juga harus dikurangi. (karena keadaan sakit khususnya
infeksi dapat meningkatkan kadar glukosa darah, maka pasien tidak perlu
menurunkan dosis insulin yang mengimbangi asupanmakanan yang berkurang
ketika sakit dan bahkan mungkin harus meningkatkan dosis insulinnya).
Penyebab potensial lainnya yang menurunkan kadar insulin mencakup
kesalahan pasien dalam menganspirasi atau menyuntikkan insulin (khususnya
pada pasien dengan gangguan penglihatan); sengaja melewati pemberian insulin
(khususnya pada pasien remaja yang menghadapi kesulitan dalam mengatasi
diabetes atau aspek kehidupan yang lain); masalah peralatan (misalnya,
penyumbatan selang pompa insulin).
Keadaan sakit dan infeksi akan menyertai resistensi insulin. Sebagai respons
terhadap stres fisik (atau emosional), terjadi peningkatan kadar hormon-hormon
“stres”—yaitu, glukogon, epinefrin, norepinefrin, kortisol dan hormone
pertumbuhan.
C. Patosifiolgi
Diabetes ketoasidosis disebabakan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya
jumlah insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak. Ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes
ketoasidosis yaitu dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis.
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang pula. Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali.
Kedua faktor ini akan mengakibatkan hipergikemia. Dalam upaya untuk
menghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan mengekresikan
glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium, dan kalium). Diurisis
osmotik yang ditandai oleh urinasi berlebihan (poliuri) ini kan menyebabkan dehidrasi
dan kehilangan elekrolit. Penderita ketoasidosis yang berat dapat kehilangan kira –
kira 6,5 liter air dan sampai 400 hingga 500 mEg natrium, kalium serta klorida selam
periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (lipolisis) menjadi asam
–asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi benda keton
oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terjadi produksi benda keton yang berlebihan
sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya
keadaan tersebut. Benda keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi
darah, benda keton akan menimbulkan asidosis metabolik
Defisiensi insulin
Osmitik diuresis
Dehidrasi intrasel.
Glukosuria
Kehilangan cairan dan elektrolit.
Peningkatan serum osmolalitas.
Penurunan fungsi renal ( BUN meningkat
Shock
D. Manifestasi klinis
Keluhan dan gejala KAD timbul akibat adanya keton yang meningkat dalam
darah, antara lain :
1. Napas yang cepat dan dalam (napas kussmaul)
2. Napas bau keton atau aseton (seperti harumnya buah atau sweet, fruity smell¬)
3. Nafsu makan turun
4. Mual, muntah
5. Demam
6. Nyeri perut
7. Berat badan turun
8. Capek, lemah
9. Bingung, mengantuk
10. Kesadaran menurun sampai koma.
Di samping itu, sebelumnya ada tanda-tanda hiperglikemia, yaitu rasa haus,
banyak kencing, capek, lemah, luka sulit sembuh, dan lain-lain.
Tanda – tanda hiperglikemia :
1. Rasa lelah
2. Nafsu makan bertambah
3. Rasa haus berlebihan
4. Penglihatan kabur
5. Kulit kering
6. Sering kencing
7. Luka yang sukar sembuh
8. Berat badan menurun
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Glukosa.
Kadar glukosa dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl. Sebagian pasien
mungkin memperlihatkan kadar gula darah yang lebih rendah dan sebagian
lainnya mungkin memiliki kadar sampai setinggi 1000 mg/dl atau lebih yang
biasanya bergantung pada derajat dehidrasi. Harus disadari bahwa ketoasidosis
diabetik tidak selalu berhubungan dengan kadar glukosa darah. Sebagian
pasien dapat mengalami asidosis berat disertai kadar glukosa yang berkisar
dari 100 – 200 mg/dl, sementara sebagian lainnya mungkin tidak
memperlihatkan ketoasidosis diabetikum sekalipun kadar glukosa darahnya
mencapai 400-500 mg/dl.
b. Natrium.
Efek hiperglikemia ekstravaskuler bergerak air ke ruang intravaskuler. Untuk
setiap 100 mg / dL glukosa lebih dari 100 mg / dL, tingkat natrium serum
diturunkan oleh sekitar 1,6 mEq / L. Bila kadar glukosa turun, tingkat natrium
serum meningkat dengan jumlah yang sesuai.
c. Kalium.
Ini perlu diperiksa sering, sebagai nilai-nilai drop sangat cepat dengan
perawatan. EKG dapat digunakan untuk menilai efek jantung ekstrem di
tingkat potasium.
d. Bikarbonat.
Kadar bikarbonat serum adalah rendah, yaitu 0- 15 mEq/L dan pH yang
rendah (6,8-7,3). Tingkat pCO2 yang rendah ( 10- 30 mmHg) mencerminkan
kompensasi respiratorik (pernapasan kussmaul) terhadap asidosisi metabolik.
Akumulasi badan keton (yang mencetuskan asidosis) dicerminkan oleh hasil
pengukuran keton dalam darah dan urin. Gunakan tingkat ini dalam
hubungannya dengan kesenjangan anion untuk menilai derajat asidosis.
e. Sel darah lengkap (CBC).
Tinggi sel darah putih (WBC) menghitung (> 15 X 109 / L) atau ditandai
pergeseran kiri mungkin menyarankan mendasari infeksi.
f. Gas darah arteri (ABG).
pH sering <7.3. Vena pH dapat digunakan untuk mengulang
pH measurements. Brandenburg dan Dire menemukan bahwa pH pada tingkat
gas darah vena pada pasien dengan KAD adalah lebih rendah dari pH 0,03
pada ABG. Karena perbedaan ini relatif dapat diandalkan dan bukan dari
signifikansi klinis, hampir tidak ada alasan untuk melakukan lebih
menyakitkan ABG. Akhir CO2 pasang surut telah dilaporkan sebagai cara
untuk menilai asidosis juga.
g. Keton.
Diagnosis memadai ketonuria memerlukan fungsi ginjal. Selain itu, ketonuria
dapat berlangsung lebih lama dari asidosis jaringan yang mendasarinya.
h. β-hidroksibutirat.
Serum atau hidroksibutirat β kapiler dapat digunakan untuk mengikuti respons
terhadap pengobatan. Tingkat yang lebih besar dari 0,5 mmol / L dianggap
normal, dan tingkat dari 3 mmol / L berkorelasi dengan kebutuhan untuk
ketoasidosis diabetik (KAD).
i. Urinalisis (UA)
Cari glikosuria dan urin ketosis. Hal ini digunakan untuk mendeteksi infeksi
saluran kencing yang mendasari.
j. Osmolalitas
Diukur sebagai 2 (Na +) (mEq / L) + glukosa (mg / dL) / 18 + BUN (mg /
dL) / 2.8. Pasien dengan diabetes ketoasidosis yang berada dalam keadaan
koma biasanya memiliki osmolalitis > 330 mOsm / kg H2O. Jika osmolalitas
kurang dari > 330 mOsm / kg H2O ini, maka pasien jatuh pada kondisi koma.
k. Fosfor
Jika pasien berisiko hipofosfatemia (misalnya, status gizi buruk, alkoholisme
kronis), maka tingkat fosfor serum harus ditentukan.
l. Tingkat BUN meningkat.
Anion gap yang lebih tinggi dari biasanya.
m. Kadar kreatinin
Kenaikan kadar kreatinin, urea nitrogen darah (BUN) dan Hb juga dapat
terjadi pada dehirasi. Setelah terapi rehidrasi dilakukan, kenaikan kadar
kreatinin dan BUN serum yang terus berlanjut akan dijumpai pada pasien yang
mengalami insufisiensi renal.
2. Pemeriksaan Diagnostik
KASUS II
Pasien laki-laki usia 43 tahun datang ke IGD RS dalam keadaan sadar dengan keluhan mual
dan muntah sejak satu hari yang lalu, mual dirasakan bertambah setiap saat, muntah
dikatakan 3 kali sejak kemarin dengan volume kurang lebih 200ml yang berisi makanan dan
air, dan terasa asam. Pasien mengatakan terdapat muntah darah 1 kali dan nyeri pada ulu
hati. Pasien dikatakan merasakan demam sejak dua hari yang lalu (tidak terukur). Demam
menetap sepanjang hari. Pasien terdapat batuk dengan dahak berwarna putih. Pasien juga
merasakan pusing yang berputar-putar. Pasien mempunyai riwayat DM sejak 12 tahun yang
Pada pemeriksaan fisik ditemukan BMI pasien 27 kg/m 3, keadaan umum lemas, terdapat
ronkhi pada lobus kanan bawah, dapat tercium nafas berbau asam, dengan pemeriksaan
penunjang di RS pada tanggakl 29 mei 2021 didapatkan WBC 19,13 x 10 3 /µL, trigliserida
324,0 mg/dL, GDS 385 mg/dL, HBA1C 12,0 %, BUN 40 mg/dL, Cr 1,52 mg/dL, pH 7,30,
PCO2 25,8 mmHg, BE -14,1 mmol/L, HCO3 12,4 mmol/L, urinalisis pH 5,50, leukosit +++,
Therapi :
4. Puasa
8. Cefoperazone 2x1 gr IV
9. Azitromicin 1x500 mg oral
10. Monitoring keluhan, balance cairan, BUN @hari , Na, K @ 8 jam selama drip insulin,
GDS @ 4 jam
A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a) Airway
b) Breathing
c) Circulation
d) Disability
Kesadaran composmetis
2. Pengkajian Sekunder
1) Data demografi
Nama : Tn. a
Umur : 43 tahun
Status : menikah
Agama :-
Alamat :-
No medrek :-
Tanggal masuk :-
Tanggal pengkajian :-
2) Riwayat kesehatan
Pasien laki-laki usia 43 tahun datang ke IGD RS dalam keadaan sadar dengan
keluhan mual dan muntah sejak satu hari yang lalu, mual dirasakan bertambah
setiap saat, muntah dikatakan 3 kali sejak kemarin dengan volume kurang
lebih 200ml yang berisi makanan dan air, dan terasa asam. Pasien mengatakan
terdapat muntah darah 1 kali dan nyeri pada ulu hati. Pasien dikatakan
merasakan demam sejak dua hari yang lalu (tidak terukur). Demam menetap
sepanjang hari. Pasien terdapat batuk dengan dahak berwarna putih. Pasien
ditemukan BMI pasien 27 kg/m3, keadaan umum lemas, terdapat ronkhi pada
lobus kanan bawah, dapat tercium nafas berbau asam, dengan pemeriksaan
/µL, trigliserida 324,0 mg/dL, GDS 385 mg/dL, HBA1C 12,0 %, BUN 40
mg/dL, Cr 1,52 mg/dL, pH 7,30, PCO2 25,8 mmHg, BE -14,1 mmol/L, HCO3
c. Pemeriksaan fisik
ronkhi pada lobus kanan bawah, dapat tercium nafas berbau asam.
d. Diagnosa medis
e. Pemeriksaan penunjang
WBC 19,13 x 103 /µL, trigliserida 324,0 mg/dL, GDS 385 mg/dL, HBA1C
14,1 mmol/L, HCO3 12,4 mmol/L, urinalisis pH 5,50, leukosit +++, glukosa +
+++, darah +
f. Therapy
Nacl 0,9% 20 tpm, Drip insulin 1 U/jam, Drip lansoprazole 6 mg/jam, Puasa,
balance cairan, BUN @hari , Na, K @ 8 jam selama drip insulin, GDS @ 4
jam.
B. Analisa Data
↓
DO : HCO3 ↓, PCO2 ↓, pH↓ Glukagon meningkat
↓
Lipolisis meningkat
↓
Asam lemak
teroksidasi
↓
Ketoanemia
↓
Ketonuri
↓
Ketoasidosis
↓
HCO3 ↓, PCO2 ↓,
pH↓
↓
Nafas cepat dan
dalam
↓
Pola nafas tidak
efektif
C. Diagnosa Keperawatan
muntah
D. Intervensi