Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan reproduksi adalah keadaan yang berhubungan dengan segala sistem reproduksi, fungsi serta proesesnya meliputi fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecatatan. Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi tentang kesehatan reproduksi dan upaya-upaya pemenuhan hak-hak kesehatan reproduksi yang tertera dalam Undang- Undang Dasar no 36 tahun 2009 pasal 46 dan 47, menyebutkan bahwa Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan setiap orang diselenggarakan dalam bentuk kegiatan yang di laksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berksinambungan dengan pendekatan promotif, kuratif, preventif, dan rehabilitatif. Dan di perjelas dalam pasal 48 ayat 1 salah satunya tentang kesehatan reproduksi. Menurut WHO 2018 bahwa kanker serviks urutan ke empat penyebab kematian wanita di seluruh dunia, pada tahun 2018 ada 570.000 kasus baru kanker pada wanita. Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2018 menyebutkan bahwa 9,6 juta kematian dan jumlah kasus sebesar 18,1 juta. Kematian akibat kanker diperkirakan akan terus meningkat hingga lebih dari 13,1 juta pada tahun 2030. Sekitar 90% kematian yang di akibatkan kanker terjadi di negara berkembang atau negara berpenghasilan rendah. Berdasarkan kemenkes RI kanker serviks menjadi urutan kedua terbanyak di derita wanita setelah kanker payudara. Di Indonesia setiap 1 jam terdapat satu orang wanita yang meninggal akibat kanker serviks atau kanker rahim. Kanker serviks menduduki angka tertinggi di negara berkembang dan menduduki urutan ke 10 pada negara maju. Indonesia merupakan negara berkembang dengan angka perkiraan penderita kanker serviks 90-100 kasus baru per 100.000 penduduk dan terjadi 40rb kasus baru setiap tahunnya. Pada tahun 2019 kanker serviks menalami perubahan pada tahun sebelumnya sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk. Prevalensi kanker di Indonesia menurut data Riskesdas menunjukan peningkatan dari 1,4 per 1000 penduduk di tahun 2013 menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada tahun 2018. Angka tertinggi kanker seviks di Indonesia adalah Provinsi DIY Yogyakarta 4,86 per 1000 penduduk, di ikuti Sumatera Barat 2,47 per 1000 penduduk dan Gorontalo 2,44 per 1000 penduduk. Screening adalah pendeteksian kasus kesehatan dengan jenis penyakit yang akan di deteksi pada populasi sehat untuk meningkatkan kesadaran pencegahan penyakit resiko tinggi. Ada beberapa cara untuk mendeteksi kanker serviks di antaranya yaitu IVA (Inveksi Visual Asam Asetat). Beberapa cara tersebut yaitu untuk medetksi dini kanker serviks. Pemeriksaan tersebut bukan hanya untuk mendeteksi kanker serviks juga untuk mendeteksi perubahan sel untuk menghindari timbulnya kanker serviks. Motivasi atau dorangan merupakan daya pergerakan seseorang untuk berusaha melakukan aktivitas yang lebih baik tertentu untuk tujuan tertentu yang ingin di capai dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam teori motivasi malone membedakan menjadi dua yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang muncul dari diri sendiri, meliputi usia, pendidikan, pengetahuan, pendapatan dan kondisi kesehatan. Sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang timbul dari prngaruh orang lain, anjuran petugas kesehatan dan dukungan orang lain. Wanita usia subur merupakan wanita tanpa memperhitungkan status perkawainannya yang memasuki usia 15-49 tahun. Wanita usia subur adalah usia reproduktif bagi wanita. Status usia wanita subur juga beragam ada yang sudah menikah, belum menikah, atau janda. Wanita usia subur adalah wanita yang memilikin organ reproduksi yang berfungsi dengan baik. Berdasarkan riset riskesdas kanker mengalami peningkatan dari tahun 2013 sampai 2018 dengan angka 0,74 dan menjadi 2,85% pada perempuan. Di jawab barat terdapat 15.635. angka kejadian kanker serviks di desa sukamukti pada tahun 2017-2018 tidak di temukan kejadian kanker serviks. Dan pada 2019 di bulan juni di temukan kejadian kanker serviks 1 orang. Di karekan wanita usia subur tersebut tidak memeriksakan rutin IVA. Wanita usia subur tersebut di temukan dengan gejala yang sudah berat, seperti keputihan yang tidak normal, nyeri saat berhubungan intim, mudah lelah dan pembengkakan di salah satu tungkai. Data kunjungan wanita usia subur (WUS) di desa sukamikti untuk melakukan IVA sangat jarang di lakukan. Wanita Usia Subur (WUS) melakukan kunjungan hanya untuk orang yang mengetahui tentang IVA yaitu untuk yang berpendidikan dan berpenghasilan tinggi. Hal ini di karenakan penghasilan yang rendah dan pengetahuan yang kurang, wanita usia subur (WUS) datang ketika ada keluhan saja dengan rujukan tenaga kesehatan untuk melakukan test. Selain itu karena penghasilan yang rendah dan dampaknya dari pandemi covid ini banyak warga desa Sukamukti hanya mementingkan kebutuhan primer di banding untuk melakukan test lainnya. Menurut latar belakang di atas, maka penulis tertarik meneliti tentang “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi Melakukan Screening Ca Serviks Pada Wanita Usia Subur Di Desa Sukamukti”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, pasien kanker ca serviks menjadi no 2 terbanyak kanker di indonesia, seiring dengan berjalannya waktu pasien kanker ca serviks terus meningkat karena kurangnya motivasi melakukan screening kanker serviks dengan berbagai faktor maka permasalahan di rumuskan sebagai berikut: “faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan motivasi wanita usia subur melakukan screening Ca Serviks di desa Sukamukti?” 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi melakukan screening Ca serviks pada wanita usia subur di Desa Sukamukti. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengindentifikasi gambaran pendidikan wanita usia subur tentang IVA sebagai deteksi dini kanker serviks di desa Sukamukti 2. Mengindentifikasi gambaran status ekonomi wanita usia subur tentang IVA sebagai deteksi dini kanker serviks di desa Sukamukti 3. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan wanita usia subur tentang IVA sebagai deteksi dini kanker serviks di desa Sukamukti 4. Mengidentifikasi gambaran usia wanita usia subur tentang IVA sebagai deteksi dini kanker serviks di desa Sukamukti 5. Mengindentifikasi gambaran motivasi wanita usia subur tentang IVA sebagai deteksi dini kanker serviks di desa Sukamukti 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademik a. Bagi institusi pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan ajar maya kuliah kanker serviks mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi wanita usia subur melakukan screening kanker serviks sehingga dapat memperluas khasanah pengetahuan mahasiswa tentang motivasi screening kanker serviks. b. Bagi keilmuan Penelitian ini diharapkan dapat mampu menjadi data dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi screening kanker serviks pada wanita usia subur. 1.4.2 Manfaat Bagi Praktis 1. Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan baru dalam keilmuan 2. Memberikan informasi bagi masyarakat mengenai screening kanker serviks sehingga bisa di lakukan pencegahan dini dengan melakukan test IVA secara rutin 3. Menambah wawasan bagi mahasiswa mengani pentingnya melakukan screening kanker serviks.