KEGAWATDARURATAN KAD
A. Konsep Dasar
Pengertian
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi-kekacauan
metabolik yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis,
terutama disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif. KAD dan
hipoglikemia merupakan komplikasi akut diabetes melitrus (DM) yang serius
dan membutuhkan pengelolaan gawat darurat. Akibat diuresis osmotik, KAD
biasanya mengalami dehidrasi berat dan bahkan dapat sampai menyebabkan
syok (Sudoyono, 2006). Sedangkan menurut (Tandra, 2008) mengemukakan
bahwa ketoasidosis diabetik (diabetic ketoacidosis) atau KAD adalah keadaan
gawat darurat akibat hiperglikemia di mana banyak asam terbentuk dalam
darah.
KAD merupakan komplikasi akut diabetes mellitus type I yang ditandai
oleh hiperglikemia, lipolisis yang tidak terkontrol (dekomposisi lemak),
ketogenesis (produksi keton), keseimbangan nitrogen negatif, depresi volume
vaskular, hiperkalemia dan ketidakseimbangan elektrolit yang lain, serta
asidosis metabolik.
Akibat defisiensi insulin absolut atau relatif, terjadi penurunan uptake
glukosa oleh sel otot, peningkatan produksi glukosa oleh hepar dan terjadi
peningkatan metabolisme asam lemak bebas menjadi keton. Walaupun
hiperglikemia, sel tidak mampu menggunakan glukosa sebagai sumber energi
sehingga memerlukan konversi asam lemak dan protein menjadi badan keton
untuk energi.
Diuresis osmotik terjadi mengakibatkan dehidrasi sel, hipotensi,
kehilangan elektrolit dan asidosis metabolik gap anion. Kalium intraselular
bertukar dengan ion hidrogen ekstraseluler yang berlebihan sebagai usaha
untuk engoreksi asidosis yang menyebabkan hiperkalemia.
Kebanyakan kasus KAD dicetuskan oleh infeksi umum antara lain
influenza dan infeksi saluran kemih. Infeksi tersebut menyebabkan
peningkatan kebutuhan metabolik dan peningkatan kebutuhan insulin.
Penyebab umum KAD lainnya adalah kegagalan dalam mempertahankan
insulin yang diresepkan dan/atau regimen diet dan dehidrasi (Stillwell, 2011).
A. Etiologi
Penurunan kadar insulin dapat diresepkan tidak adekuat atau pasien tidak
menyuntikkan insulin dengan dosis yang cukup. Kesalahan yang menyebabkan
dosis insulin yang harus diberikan berkurang, terjadi pada pasien-pasien yang
sakit dan menganggap jika mereka kurang makan atau menderita muntah-muntah,
maka dosis insulinnya juga harus dikurangi. (karena keadaan sakit khususnya
infeksi dapat meningkatkan kadar glukosa darah, maka pasien tidak perlu
menurunkan dosis insulin yang mengimbangi asupanmakanan yang berkurang
ketika sakit dan bahkan mungkin harus meningkatkan dosis insulinnya).
Keluhan dan gejala KAD timbul akibat adanya keton yang meningkat dalam darah,
antara lain :
1. Napas yang cepat dan dalam (napas kussmaul)
2. Napas bau keton atau aseton (seperti harumnya buah atau sweet, fruity
smell)
5. Demam
a. Glukosa.
Kadar glukosa dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl. Sebagian
pasien mungkin memperlihatkan kadar gula darah yang lebih rendah dan
sebagian lainnya mungkin memiliki kadar sampai setinggi 1000 mg/dl atau
lebih yang biasanya bergantung pada derajat dehidrasi. Harus disadari bahwa
ketoasidosis diabetik tidak selalu berhubungan dengan kadar glukosa darah.
Sebagian pasien dapat mengalami asidosis berat disertai kadar glukosa yang
berkisar dari 100 – 200 mg/dl, sementara sebagian lainnya mungkin tidak
memperlihatkan ketoasidosis diabetikum sekalipun kadar glukosa darahnya
mencapai 400-500 mg/dl.
b. Natrium.
c. Kalium.
Ini perlu diperiksa sering, sebagai nilai-nilai drop sangat cepat dengan
perawatan. EKG dapat digunakan untuk menilai efek jantung ekstrem di
tingkat potasium.
d. Bikarbonat.
Tinggi sel darah putih (WBC) menghitung (> 15 X 109 / L) atau ditandai
pergeseran kiri mungkin menyarankan mendasari infeksi.
g. Keton.
h. β-hidroksibutirat.
Cari glikosuria dan urin ketosis. Hal ini digunakan untuk mendeteksi
infeksi saluran kencing yang mendasari.
j. Osmolalitas
k. Fosfor
l. Ureum/creatinin: meningkat/normal
F. Penatalaksaan
1. Dehidrasi
Pembacaan hasil EKG dan pengukuran kadar kalium yang sering (pada
awalnya setiap 2 hingga 4 jam sekali) diperlukan selama 8 jam pertama terapi.
Penggantian kalium ditunda hanya jika terdapat hiperkalemia atau jika pasien
tidak dapat berkemih. Namun, kadar kalium dapat turun dengan cepat akibat
terapi rehidrasi dan pemberian insulin, penggantian kalium harus segera
dimulai hingga kadarnya mencapai nilai normal.
3. Asidosis
· Asidosis pada KAD pulih dengan insulin, yang menghambat pemecahan lemak.
· Infuskan insulin dengan kecepatan lambat, kontinue, misal 5 unit per jam.
· Pantau nilai gula darah per jam.
· Insulin IV harus di infuskan secara terus menerus sampai pemberian sub cutan
diberlakukan.
G. Pencegahan
Dua faktor yang paling berperan dalam timbulnya KAD adalah terapi
insulin yang tidak adekuat dan infeksi. Dari pengalaman di negara maju
keduanya dapat diatasi dengan memberikan hotline/akses yang mudah bagi
penderita untuk mencapai fasilitas kesehatan, komunikasi yang efektif antara
petugas kesehatan dan penderita dan keluaranya di saat sakit, serta edukasi.
b. Menghindari strees
d. Mencegah dehidrasi
5. Hipoglikemia.
6. Hipertensi.
I. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. Airways : - terdengar suara snoring RR 34 x/menit
- SpO2 89%
b. Breathing : irregular,
- retraksi dinding dada.
- Tekanan darah 90/60 mmHg
c. Circulation: - nadi 120 x/menit x/menit
- lemah, irregular
- CRT <3 detik
2. Pengkajian Sekunder
a. Identitas pasien : Seorang laki-laki berusia 55 tahun dibawa ke IGD karena
mengalami penurunan tingkat kesadaran
b. Keluhan utama
Klien dibawa ke IGD karena mengalami penurunan tingkat kesadaran
Riwayat Kesehatan Sekarang
KAD
c. Riwayat kesehatan dahulu
Apa riwayat kesehatan klien terdahulu
- riwayat DM tipe I 10 tahun
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah kelarga ada yang pernah mengalami sakit yang sama seperti klien
sebelumnya.
-
e. Pemeriksaan Fisik
1) Kulit: Turgor kulit jelek , suhu teraba dingin
2) Tekanan darah: 90/60 mmHg
3) Status jantung : irregular, lemah, SpO2 89%, akral teraba dingin.
4) Status respirasi : suara snoring , RR 34 x/menit, dalam, irregular, retraksi
dinding dada
5) Status Mental: tidak ada respon
6) Fungsi Ginjal: -
7) Fungsi Metabolik: mual / muntah,
8) Sirkulasi: nadi 120 x/menit x/menit
- lemah, irregular
- CRT <3 detik
9) Keseimbangan Asam Basa : -
f. Pemeriksaan Penujang
GDS 310 mg/dl, keton dalam urin +, BGA pH 7.2 ,pCO2 50 mmHg, pO2 70
mmHg, HCO3 28 BB 80 kg, TB 150 cm, SpO2 89%, akral teraba dingin.
IV. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan tujuan spesifik. Implementasi
dilakukan pada klien dengan KDA adalah dengan tindakan sesuai intervensi yang
telah dilakukan sebelumnya. Dalam tindakan ini diperlukan kerja sama antara perawat
sebagai pelaksana asuhan keperawatan, tim kesehatan, klien dan keluarga agar asuhan
keperawatan yang diberikan mampu berkesinambungan sehingga klien dan keluarga
dapat menjadi mandiri.
V. Evaluasi
Hasil asuhan keperawatan yang diharapkan adalah sebagai berikut :
a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal,
HT normal, Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal, tidak ada
tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab,
tidak ada rasa haus yang berlebihan,
b. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan
mudah, tidak ada pursed lips) , Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien
tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara nafas abnormal), Tanda Tanda vital dalam rentang
normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suszanne, C. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3. Jakarta: EGC.
Price Sylvia, A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Jilid 2 Edisi 4. Jakarta :
EGC.