Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn. S DENGAN KETOASIDOISIS DIABETIKUM

DISUSUN OLEH

RETNO SETIOWATI
NIRA 33020019561

PPNI KOMISARIAT RSUD BANYUMAS


LAPORAN PENDAHULIAN
PADA KLIEN DENGANKETOASIDOSIS DIABETEKUM

A. PENGERTIAN
Ketoasidosisdiabetikum adalah komplikasi akut diabetes mellitus yang ditandai dengan
dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis.
B. ETIOLOGI
Tidakadanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, yang dapat disebabkan
oleh :
1. Insulin tidakdiberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi
2. Keadaan sakit atau infeksi
3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati.
C. PATOFISIOLOGI
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki selakan berkurang juga.
Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali. Kedua faktor ini akan
menimbulkan hiperglikemi. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dari
dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti
natrium dan kalium). Diurisisosmotik yang ditandai oleh urinasi yang berlebihan (poliuri)
akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan aelektrolit. Penderita ketoasidosisdiabetik yang
berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 L air dan sampai 400 hingga 500 mEqnatrium, kalium
serta klorida selama periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (lipolisis) menjadi asam-asam
lemak bebas dan gliserol. Asamlemak bebas akan diubah menjadi badan keton oleh hati.
Pada ketoasidosis diabetik terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari
kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut. Badan
keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan
menimbulkan asidosis metabolik.
D. TANDA DAN GEJALA
Hiperglikemi pada ketoasidosis diabetik akan menimbulkan poliuri dan polidipsi
(peningkatan rasa haus). Disamping itu pasien dapat mengalami penglihatan yang kabur,
kelemahan dan sakit kepala .Pasien dengan penurunann volume intravaskuler yang nyata
mungkin akan menderita hipotensiortostatik (penurunan tekanan darah sistolik sebesar 20
mmHg atau lebih pada saat berdiri). Penurunan volume dapat menimbulkan hipotensi yang
nyata disertai denyut nadi lemah dan cepat.
Ketosisidanasidosisi yang merupakan ciri ikhlas diabetes ketoasidosis menimbulkan gejala
gastrointestinal sepertianoreksia, mual, muntah dan nyeri abdomen. Nyeri abdomen dan
gejala-gejala fisik pada pemeriksaan dan begitu berat sehingga tampaknya terjadi sesuatu
proses intrabdominal yang memerlukan tindakan pembedahan. Nafas pasien mungkin
berbauaseton (bau maniss seperti buah) sebagai akibat dari meningkatnya kadar badan keton.
Selain itu hiperventilasi (disertai pernapasan yang sangat dalam tetapi tidak berat/sulit) dapat
terjadi. Pernapasan Kussmaul ini menggambarkan upaya tubuh untuk mengurangi asidosis
guna melawan efek dari pembentukan badan keton.
Perubahan status mental bervariasi antara pasien yang satu dan lainnya.Pasien dapat sadar,
mengantuk (letargik) ataukoma, hal ini biasanya tergantung pada osmolaritas plasma
(konsentrasi partikelaktif-osmosis).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kadar glukosa dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl. Sebagian pasien mungkin
memperlihatkan kadar gula darah yang lebih rendah dan sebagian lainnya mungkin memeliki
kadar sampai setinggi 1000 mg/dl atau lebih (yang biasanya bergantung pada derajat
dehidrasi)
• Harus disadari bahwa ketoasidosis diabetik tidak selalu berhubungan dengan kadar
glukosa darah.
• Sebagian pasien dapat mengalami asidosis berat disertai kadar glukosa yang berkisar dari
100 – 200 mg/dl, sementara sebagian lainnya mungkin tidak memperlihatkan
ketoasidosis diabetikum sekalipun kadar glukosa darahnya mencapai 400-500 mg/dl.
Bukti adanya ketosidosis dicerminkan oleh kadar bikarbonat serum yang rendah( 0- 15
mEq/L) dan pH yang rendah (6,8-7,3). Tingkat pCO2 yang rendah( 10- 30 mmHg)
mencerminkan kompensasi respiratorik (pernapasan kussmaul) terhadapat asidosisi
metabolik. Akumulasi badan keton (yang mencetuskan asidosis) dicerminkan oleh hasil
pengukuran keton dalam darah dan urin.
Kadar natrium dan kalium dapat rendah, normal atau tinggi, sesuai jumlah cairan yang hilang
(dehidrasi). Sekalipun terdapat pemekatan plasma harus diingat adanya depsesi total
elektrolit tersebut (dan elektrolit lainnya) yang amoaknyata dari tubuh. Akhirnya elektrolit
yang mengalami penurunan ini harus diganti.
Kenaikan kreatinin, urea nitrogen darah (BUN) Hb, dan Hmt juga dapat terjadi pada dehirasi.
Setelah terapi rehidrasi dilakukan, kenaikan kadar kreatinin dan BUN serum yang terus
berlanjutakan dijumpai pada pasien yang mengalami insufisiensi renal.

F. PENATALAKSANAAN
 Rehidrasi
▪ NaCl 0,9 %; diguyur 500-1000 ml/jam selama 2-3 jam. Pemberian cairan normal
saline hipotonik (0,45 %) dapat digunakan pada pasien–pasien yang menderita
hipertensi atau hipernatremia atau yang beresiko mengalami gagal jantung kongestif.
Infus dengan kecepatan sedang hingga tinggi (200-500 ml/jam) dapa tdilanjutkan
untuk beberapa jam selanjutnya..
 Kehilangan elektrolit
Pemberian Kalium lewat infus harus dikaukan meskipun konsentrasi kalium dalam plasma
normal.
 Insulin
Asidosis yang terjadi dapat diatasi melalui pemberian insulin yang akan menghambat
pemecahan lemak sehingga menghentikan pembentukan senyawa-senyawa yang bersifat
asam. Insulin diberikan melalui infus dengan kecaptan lambat tapi kontinu ( mis: 5 unti
/jam). Kadar glukosa harus diukur tiap jam. Dektrosa ditambahkan kedalam cairan infus
bila kadar glukosa darah mencapai 250 – 300 mg/dl untuk menghindari penurunan kadar
glukosa darah yang terlalu cepat.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Fokus utama pengkajian pada klien Diabetes Mellitus adalah melakukan pengkajian
dengan ketat terhadap tingkat pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan perawatan diri.
Pengkajian secara rincia dalah sebagai berikut (Rumahorbo, 1999)
1. Riwayat atau adanya faktor resiko, Riwayat keluarga tentang penyakit, obesitas, riwayat
pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari 4 kg, riwayat glukosuria selama
stress (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi, penyakit) atau terapi obat
(glukokortikosteroid, diuretiktiasid, kontrasepsi oral).
2. Kaji terhadap manifestasi Diabetes Mellitus: poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan
berat badan, pruritus vulvular, kelelahan, gangguan penglihatan, peka rangsang, dan kram
otot. Temuan ini menunjukkan gangguan elektrolit dan terjadinya komplikasi
aterosklerosis.
3. PemeriksaanDiagnostik
1) Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl). Biasanya, tes
ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah
kondisi stress.
2) Gula darah puasa normal atau diatas normal.
3) Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
4) Urinalisispositifterhadapglukosadanketon.
5) Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan
ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada terjadinya
aterosklerosis.
4. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan diagnostik dan tindakan
perawatan diri untuk mencegah komplikasi.
5. Kaji perasaan pasien tentang kondisi penyakitnya.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pada klien dengan DiabetesMellitus, diagnosa keperawatan menurut NANDA adalah
a. Resiko kekurangan cairan
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh mengabsorbsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis.
c. PK: hiperglikemi dan ketoasidosis. hipoglikemi
d. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan tidak nyaman nyeri, intoleransi aktifitas,
penurunan kekuatan otot
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal (Familiar) dengan sumber
informasi.

Anda mungkin juga menyukai