Disusun oleh:
WARIH MAHARDINI
NIM. 202102040053
Gangguan pola Kriteria hasil : Kaji pola nafas tiap hari. 1. Pola dan kecepatan pernafasan dipengaruhi oleh status
nafas tidak 1. Pertahanan pola 1. Kaji kemungkinan adanya secret asam basa, status hidrasi, status cardiopulmonal dan
efektif nafas efektif. yang mungkin timbul. sistem persyarafan. Keseluruhan faktor harus dapat
berhubungan 2. Tampak rileks. 2. Kaji pernafasan kusmaul atau diidentifikasi untuk menentukan faktor mana yang
dengan
peningkatan 3. Frekuensi nafas pernafasan keton berpengaruh/paling berpengaruh.
respirasi normal 3. Pastikan jalan nafas tidak 2. Penurunan kesadaran mampu merangsang pengeluaran
ditandai dengan tersumbat. sputum berlebih akibat kerja reflek parasimpatik dan
pernafasan 4. Baringkan klien pada posisi atau penurunan kemampuan menelan.
kusmaul nyaman, semi fowler. 3. Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui
5. Berikan bantuan oksigen. pernafasan yang menghasilkan kompensasi alkalosis
6. Kaji Kadar AGD setiap hari respiratorik terhadap keadaan ketoasidosis. Pernafasan
yang berbau keton berhubungan dengan pemecahan
asam ketoasetat dan harus berkurang bila ketosis harus
terkoreksi.
4. Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui
pernafasan yang menghasilkan kompensasi alkalosis
respiratorik terhadap keadaan ketoasidosis. Pernafasan
yang berbau keton berhubungan dengan pemecahan
asam ketoasetat dan harus berkurang bila ketosis harus
terkoreksi.
5. Pada posisi semi fowler paru – paru tidak tertekan oleh
diafragma.
6. Pernafasan kusmaul sebagai kompensasi keasaman
memberikan respon penurunan CO2 dan O2, Pemberian
oksigen sungkup dalam jumlah yang minimal diharapkan
dapat mempertahankan level CO2.
7. Evaluasi rutin konsentrasi HCO3, CO2dan O2
merupakan bentuk evaluasi objektif terhadap
keberhasilan terapi dan pemenuhan oksigen.
Resiko infeksi Kriteria Hasil: 1. Observasi tanda – tanda infeksi 1. Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya
berhubungan 1. Menurunkan dan peradangan, seperti demam, telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat
dengan kadar resiko infeksi kemerahan, adanya pus pada mengalami infeksi nosokomial.
glukosa tinggi, 2. Merubah gaya luka, sputum purulen, urine 2. Mencegah timbulnya infeksi silang (infeksi
penurunan hidup untuk berwarna keruh atau berkabut. nosokomial)
fungsi leukosit, mencegah 2. Tingkatkan upaya pencegahan 3. Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan
perubahan pada terjadinya dengan melakukan cuci tangan pasien pada peningkatan risiko terjadinya kerusakan
sirkulasi infeksi yang baik pada semua orang pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.
yang berhubungan dengan pasien 4. Membantu dalam memventilasikan semua daerah paru
termasuk pasiennya sendiri. dan memobilisasi secret. Mencegah agar sekret tidak
3. Berikan perawatan kulit dengan statis dengan dengan terjadinya peningkatan terhadap
teratur, mesase daerah tulang resiko infeksi.
yang tertekan, jaga kulit tetap 5. Menurunkan resiko terjadinya penyakit mulut/gusi.
kering (tidak berkerut). 6. Menurunkan kemungkinan terjadinya infeksi.
4. Lakukan perubahan posisi dan Meningkatkan aliran urine untuk mencegah urine yang
anjurkan pasien untuk batuk statis dan membantu dalam mempertahankan
efektif/napas dalam jika pasien pH/keasaman urine, yang menurunkan pertumbuhan
sadar dan kooperatif. bakteri dan pengeluaran organisme dari sistem organ
5. Lakukan pengisapan lendir pada tersebut.
jalan napas dengan menggunakan 7. Penanganan awal dapat membantu mencegah
teknik steril sesuai keperluannya. timbulnya sepsis
6. Bantu pasien melakukan hiegene
oral
7. Anjurkan untuk makan dan
minum adekuat (pemasukan
makanan dan cairan yang
adekuat, kira-kira 3000 ml/hari,
jika kontraindikasi).
Kolaborasi:
1. Berikan obat antibiotik yang sesuai
Kelelahan Kriteria hasil : 1. Identifikasi aktivitas yang 1. Mencegah kelelahan yang berlebihan
berhubungan 1. Mengungkapkan menimbulkan kelelahan. 2. Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat
dengan peningkatan 2. Berikan aktivitas alternative ditoleransi secara fisiologi.
penurunan tingkat energi. dengan periode istirahat yang 3. Pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan
produksi 2. Menunjukkan cukup/tanpa diganggu. dengan penurunan kebutuhan akan energy pada setiap
energy perbaikan 3. Pantau nadi, frekuensi pernapasan kegiatan
metabolik, kemampuan dan tekanan darah
perubahan untuk sebelum/sesudah melakukan
kimia darah, berpartisipasi aktivitas.
insufisiensi dalam aktivitas
insulin, yang diinginkan
peningkatan
kebutuhan
energy
DAFTAR PUSTAKA
Bickley Lynn S & Szilagyi Peter G. (2018). Buku Saku Pemeriksaan Fisik &
Riwayat Kesehatan (p. 49). p. 49.
Burkitt, and R. (2007). Appendicitis. In: Essential Surgery Problems, Diagnosis, &
Management . (4th ed.). London: Elsevier Ltd.
Elizabeth J. Corwin. (2011). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Adityamedi.
Mansjoer, A. (2011). Kapita Selekta Kedokteran (ketiga jil). Jakarta.
PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Potter, P., & Perry, A. (2014). Fundamentals of Nursing (7th ed.). Philadelphia:
Elsevier Ltd.
Smeltzer & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brurner &
Suddarath (8th ed.). Jakarta: EGC.
Wilkinson.M.J. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan dan Dokumentasi
Keperawatan : Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif. Jakarta:
EGC.