Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


KETOASIDOSIS DIABETIKUM (KAD)

STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN KRITIS


NAMA : TRIPUSA
NIM : 891211038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES YARSI PONTIANAK
TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN
KETOASIDOSIS DIABETIKUM

A. Konsep Dasar Teori


1. Pengertian
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi metabolik
yang ditandai oleh hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan
oleh defisiensi insulin absolut atau relatif. KAD dan hipoglikemia merupakan
komplikasi akut diabetes melitus yang serius dan membutuhkan pengelolaan
gawat darurat. Akibat diuresis osmotik, KAD biasanya mengalami dehidrasi
berat dan bahkan dapat sampai menyebabkan syok.
Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan komplikasi akut diabetes
melitus yang ditandai dengan dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis.
Ketoasidosis diabetik merupakan akibat dari defisiensi berat insulin dan
disertai gangguan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Keadaan ini
merupakan gangguan metabolisme yang paling serius pada diabetes
ketergantungan insulin. Ketoasidosis diabetic merupakan komplikasi
akutyang di tandaidengan perburukan semua gejala diabetes, ketoasidosis
diabetikes merupakan keadaanyang mengancam jiwa dan memerlukan
perawatan di rumah sakit agar dapat dilakukan koreksi terhadap
keseimbangan cairan dan elektrolitnya. (Corwin, 2012).
Diuresis osmotik terjadi: mengakibatkan dehidrasi sel, hipotensi,
kehilangan elektrolit, dan asidosis metabolik gap anion. Kalium intraselular
bertukar dengan ion hidrogen ekstraselular yang berlebihan sebagai usaha
untuk mengoreksi asidosis yang menyebabkan hiperglikemia. Kebanyakan
kasus KAD dicetuskan oleh infeksi umum, antara influenza dan infeksi
saluran kemih. Infeksi tersebut menyebabkan peningkatan kebutuhan
metabolik dan peningkatan kebutuhan insulin. Penyebab umum KAD lainnya
adalah kegagalan dalam mempertahankan insulin yang diresepkan dan/atau
regimen diet dan dehidrasi.
2. Etiologi
Ada sekitar 20% pasien KAD yang baru diketahui menderita DM untuk
pertama kali. Pada pasien yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80% dapat
dikenali adanya faktor pencetus. Mengatasi faktor pencetus ini penting dalam
pengobatan dan pencegahan ketoasidosis berulang. Faktor pencetus yang
berperan untuk terjadinya KAD adalah pankreatitis akut, penggunaan obat
golongan steroid, serta menghentikan atau mengurangi dosis insulin. Tidak
adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, yang dapat
disebabkan oleh :
a. Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi.
b. Keadaan sakit atau infeksi.
c. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan
tidak diobati.
3. Manifestasi Klinis
Respons neurologis dapat berkisar dari sadar sampai koma. Frekuensi
pernapasan mungkin cepat, atau pernapasan mungkin dalam dan cepat
(kussmaul) dengan disertai napas aseton berbau buah. Pasien akan mengalami
dehidrasi dan dapat mengeluh sangat haus, poliuria, dan kelemahan. Mual,
muntah, nyeri hebat pada abdomen, dan kembung sering kali terjadi dan dapat
keliru dengan gambaran kondisi akut abdomen. Sakit kepala, kedutan otot,
atau tremor dapat juga terjadi.
a. Hiperglikemi
Hiperglikemi pada ketoasidosis diabetik akan menimbulkan:
1) Poliuri dan polidipsi (peningktan rasa haus)
2) Penglihatan yang kabur
3) Kelemahan
4) Sakit kepala
5) Pasien dengan penurunan volume intravaskuler yang nyata mungkin
akan menderita hipotensi ortostatik (penurunan tekanan darah
sistolik sebesar 20 mmHg atau lebih pada saat berdiri).
6) Penurunan volume dapat menimbulkan hipotensi yang nyata disertai
denyut nadi lemah dan cepat.
7) Anoreksia, mual, muntah dan nyeri abdomen.
8) Pernapasan Kussmaul ini menggambarkan upaya tubuh untuk
mengurangi asidosis guna melawan efek dari pembentukan badan
keton.
9) Mengantuk (letargi) atau koma.
10) Glukosuria berat.
11) Asidosis metabolik.
12) Diuresis osmotik, dengan hasil akhir dehidrasi dan penurunan
elektrolit.
13) Hipotensi dan syok.
14) Koma atau penurunan kesadaran
4. Patofisiologi
Ketoasidois terjadi bila tubuh sangat kekurangan insulin. Karena
dipakainya jaringan lemak untuk memenuhi kebutuhan energi, maka akan
terbentuk keton. Bila hal ini dibiarkan terakumulasi, darah akan menjadi asam
sehingga jaringan tubuh akan rusak dan bisa menderita koma. Hal ini
biasanya terjadi karena tidak mematuhi perencanaan makan, menghentikan
sendiri suntikan insulin, tidak tahu bahwa dirinya sakit diabetes mellitus,
mendapat infeksi atau penyakit berat lainnya seperti kematian otot jantung,
stroke, dan sebagainya.
Faktor-faktor pemicu yang paling umum dalam perkembangan
ketoasidosis diabetik (KAD) adalah infeksi, infark miokardial, trauma,
ataupun kehilangan insulin. Semua gangguan gangguan metabolik yang
ditemukan pada ketoasidosis diabetik (KAD) adalah tergolong konsekuensi
langsung atau tidak langsung dari kekurangan insulin. Menurunnya transport
glukosa kedalam jaringan jaringan tubuh akan menimbulkan hiperglikemia
yang meningkatkan glukosuria. Meningkatnya lipolisis akan menyebabkan
kelebihan produksi asam asam lemak, yang sebagian diantaranya akan
dikonversi (diubah) menjadi keton, menimbulkan ketonaemia, asidosis
metabolik dan ketonuria. Glikosuria akan menyebabkan diuresis osmotik,
yang menimbulkan kehilangan air dan elektrolit seperti sodium, potassium,
kalsium, magnesium, fosfat dan klorida. Dehidrsi terjadi bila terjadi secara
hebat, akan menimbulkan uremia pra renal dan dapat menimbulkan syok
hipovolemik.
Asidodis metabolik yang hebat sebagian akan dikompensasi oleh
peningkatan derajad ventilasi (peranfasan Kussmaul). Muntah-muntah juga
biasanya sering terjadi dan akan mempercepat kehilangan air dan elektrolit.
Sehingga, perkembangan KAD adalah merupakan rangkaian dari siklus
interlocking vicious yang seluruhnya harus diputuskan untuk membantu
pemulihan metabolisme karbohidrat dan lipid normal. Apabila jumlah insulin
berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang juga.
Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali. Kedua
faktor ini akan menimbulkan hiperglikemi.
Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam
tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit
(seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotik yang ditandai oleh urinasi
yang berlebihan (poliuri) akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangna
elektrolit. Penderita ketoasidosis diabetik yang berat dapat kehilangan kira-
kira 6,5 L air dan sampai 400 hingga 500 mEq natrium, kalium serta klorida
selama periode waktu 24 jam. Akibat defisiensi insulin yang lain adalah
pemecahan lemak (lipolisis) menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol.
Asam lemak bebas akan diubah menjadi badan keton oleh hati.
Pada ketoasidosis diabetik terjadi produksi badan keton yang berlebihan
sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah
timbulnya keadaan tersebut. Badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk
dalam sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis metabolic.
Ketoasidosis diabetic merupakan komplikasi akut yang di tandai dengan
perburukan semua gejala diabetes.
Ketoasidosisdiabetik dapat terjadi setelah stress fisik seperti kehamilan
atau penyakit akut atau trauma. Kadang-kadang ketoasidosis diabetik
merupakan gejala adanya diabetis tipe 1. Pada ketoasidosis diabetic, kadar
glukosa darah meningkat dengan cepat akibat, glukoneogenesis dan
peningkatan penguraian lemak yang progresif. Terjadi poliuria dan dehidrasi.
Kadar keton juga meningkat (ketosis) akibat penggunaan asam lemak yang
hamper total untuk menghasilkan ATP. Keton keluar melalui urine
(ketonouria) dan menyebabkan bau napas seperti buah. Pada ketosis, pH
turun di bawah 7,3. pH yang rendah menyebabkan asidosis metabolic dan
menstimulasi hiperventilasi, yang disebut pernapasan kussmaul, karena
individu berusaha untuk mengurangi asidosis dengan mengeluarkan karbon
dioksisa (asam volatile).
Individu dengan ketoasidosis diabetika sering mengalami mual dan nyeri
abdomen. Dapat terjadi muntah, yang memperparah dehidrasi ekstrasel dan
intrasel. Kadar kalium total tubuh turun akibat poliuria dan muntah
berkepanjangan dan untah-muntah. Ketoasidosis diabetes adalah keadaan
yang mengancam jiwa dan memerlukan perawatan di rumah sakit agar dapat
dilakukan koreksi terhadap keseimbangan cairan dan elektrolitnya. Pemberian
insulin diperlukan untuk mengembalikan hiperglikemia. Karena kepekaan
insulin meningkat seiring dengan penurunan pH, dosis dan kecepatan
pemberian insulin harus dipantau secara hati-hati. Penelitian memperlihatkan
bahwa analog insulin kerja cepatdisebut lispro (Humalog) efektif dan
mengurangi biaya pengobatan untuk ketoasidosis diabetic dibandingkan jenis
insulin lainnya (Menurut Corwin 2012).
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Glukosa
Kadar glukosa dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl. Sebagian
pasien mungkin memperlihatkan kadar gula darah yang lebih rendah dan
sebagian lainnya mungkin memiliki kadar sampai setinggi 1000 mg/dl
atau lebih yang biasanya bergantung pada derajat dehidrasi. Harus
disadari bahwa ketoasidosis diabetik tidak selalu berhubungan dengan
kadar glukosa darah. Sebagian pasien dapat mengalami asidosis berat
disertai kadar glukosa yang berkisar dari 100 – 200 mg/dl, sementara
sebagian lainnya mungkin tidak memperlihatkan ketoasidosis diabetikum
sekalipun kadar glukosa darahnya mencapai 400-500 mg/dl.
b. Natrium.
Efek hiperglikemia ekstravaskuler bergerak air ke ruang intravaskuler.
Untuk setiap 100 mg / dL glukosa lebih dari 100 mg / dL, tingkat natrium
serum diturunkan oleh sekitar 1,6 mEq / L. Bila kadar glukosa turun,
tingkat natrium serum meningkat dengan jumlah yang sesuai.
c. Kalium
Ini perlu diperiksa sering, sebagai nilai-nilai drop sangat cepat dengan
perawatan. EKG dapat digunakan untuk menilai efek jantung ekstrem di
tingkat potasium.
d. Bikarbonat.
Kadar bikarbonat serum adalah rendah, yaitu 0- 15 mEq/L dan pH yang
rendah (6,8-7,3). Tingkat pCO2 yang rendah (10- 30 mmHg)
mencerminkan kompensasi respiratorik (pernapasan kussmaul) terhadap
asidosisi metabolik. Akumulasi badan keton (yang mencetuskan asidosis)
dicerminkan oleh hasil pengukuran keton dalam darah dan urin. Gunakan
tingkat ini dalam hubungannya dengan kesenjangan anion untuk menilai
derajat asidosis.
e. Sel darah lengkap (CBC).
Tinggi sel darah putih (WBC) menghitung (> 15 X 109 / L) atau ditandai
pergeseran kiri mungkin menyarankan mendasari infeksi.
f. Gas darah arteri (ABG).
pH sering <7.3. Vena pH dapat digunakan untuk mengulang pH
measurements. Brandenburg dan Dire menemukan bahwa pH pada
tingkat gas darah vena pada pasien dengan KAD adalah lebih rendah dari
pH 0,03 pada ABG. Karena perbedaan ini relatif dapat diandalkan dan
bukan dari signifikansi klinis, hampir tidak ada alasan untuk melakukan
lebih menyakitkan ABG. Akhir CO2 pasang surut telah dilaporkan
sebagai cara untuk menilai asidosis juga.
g. Keton.
Diagnosis memadai ketonuria memerlukan fungsi ginjal. Selain itu,
ketonuria dapat berlangsung lebih lama dari asidosis jaringan yang
mendasarinya.
h. β-hidroksibutirat.
Serum atau hidroksibutirat β kapiler dapat digunakan untuk mengikuti
respons terhadap pengobatan. Tingkat yang lebih besar dari 0,5 mmol / L
dianggap normal, dan tingkat dari 3 mmol / L berkorelasi dengan
kebutuhan untuk ketoasidosis diabetik (KAD).
i. Fosfor
Jika pasien berisiko hipofosfatemia (misalnya, status gizi buruk,
alkoholisme kronis), maka tingkat fosfor serum harus ditentukan.
j. Urinalisis (UA)
Cari glikosuria dan urin ketosis. Hal ini digunakan untuk mendeteksi
infeksi saluran kencing yang mendasari.
k. Osmolalitas
Diukur sebagai 2 (Na +) (mEq / L) + glukosa (mg / dL) / 18 + BUN (mg /
dL) / 2.8. Pasien dengan diabetes ketoasidosis yang berada dalam
keadaan koma biasanya memiliki osmolalitis > 330 mOsm / kg H2O.
Jika osmolalitas kurang dari > 330 mOsm / kg H2O ini, maka pasien
jatuh pada kondisi koma.
l. Tingkat BUN meningkat.
Anion gap yang lebih tinggi dari biasanya.
m. Kadar kreatinin
Kenaikan kadar kreatinin, urea nitrogen darah (BUN) dan Hb juga dapat
terjadi pada dehirasi. Setelah terapi rehidrasi dilakukan, kenaikan kadar
kreatinin dan BUN serum yang terus berlanjut akan dijumpai pada pasien
yang mengalami insufisiensi renal
6. Komplikasi
Komplikasi dari ketoasidoisis diabetikum dapat berupa:
a. Ginjal diabetik (Nefropati Diabetik)
Nefropati diabetik atau ginjal diabetik dapat dideteksi cukup dini. Bila
penderita mencapai stadium nefropati diabetik, didalam air kencingnya
terdapat protein. Dengan menurunnya fungsi ginjal akan disertai naiknya
tekanan darah. Pada kurun waktu yang lama penderita nefropati diabetik
akan berakhir dengan gagal ginjal dan harus melakukan cuci darah.
Selain itu nefropati diabetik bisa menimbulkan gagal jantung kongesif.
b. Kebutaan ( Retinopati Diabetik )
Kadar glukosa darah yang tinggi bisa menyebabkan sembab pada lensa
mata. Penglihatan menjadi kabur dan dapat berakhir dengan kebutaan.
Tetapi bila tidak terlambat dan segera ditangani secara dini dimana kadar
glukosa darah dapat terkontrol, maka penglihatan bisa normal kembali
c. Syaraf ( Neuropati Diabetik )
Neuropati diabetik adalah akibat kerusakan pada saraf. Penderita bisa
stres, perasaan berkurang sehingga apa yang dipegang tidak dapat
dirasakan (mati rasa). Telapak kaki hilang rasa membuat penderita tidak
merasa bila kakinya terluka, kena bara api atau tersiram air panas.
Dengan demikian luka kecil cepat menjadi besar dan tidak jarang harus
berakhir dengan amputasi.
d. Kelainan Jantung.
Terganggunya kadar lemak darah adalah satu faktor timbulnya
aterosklerosis pada pembuluh darah jantung. Bila diabetesi mempunyai
komplikasi jantung koroner dan mendapat serangan kematian otot
jantung akut, maka serangan tersebut tidak disertai rasa nyeri. Ini
merupakan penyebab kematian mendadak. Selain itu terganggunya saraf
otonom yang tidak berfungsi, sewaktu istirahat jantung berdebar cepat.
Akibatnya timbul rasa sesak, bengkak, dan lekas lelah.
e. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi bila kadar gula darah sangat rendah. Bila penurunan
kadar glukosa darah terjadi sangat cepat, harus diatasi dengan segera.
Keterlambatan dapat menyebabkan kematian. Gejala yang timbul mulai
dari rasa gelisah sampai berupa koma dan kejang-kejang.
f. Impotensi.
Sangat banyak diabetisi laki-laki yang mengeluhkan tentang
impotensi yang dialami. Hal ini terjadi bila diabetes yang diderita telah
menyerang saraf. Keluhan ini tidak hanya diutarakan oleh penderita
lanjut usia, tetapi juga mereka yang masih berusia 35 – 40 tahun.
Pada tingkat yang lebih lanjut, jumlah sperma yang ada akan
menjadi sedikit atau bahkan hampir tidak ada sama sekali. Ini terjadi
karena sperma masuk ke dalam kandung seni (ejaculation retrograde).
Penderita yang mengalami komplikasi ini, dimungkinkan mengalami
kemandulan. Sangat tidak dibenarkan, bila untuk mengatasi keluhan ini
penderita menggunakan obat-obatan yang mengandung hormon dengan
tujuan meningkatkan kemampuan seksualnya.
Karena obat-obatan hormon tersebut akan menekan produksi hormon
tubuh yang sebenarnya kondisinya masih baik. Bila hal ini tidak
diperhatikan maka sel produksi hormon akan menjadi rusak. Bagi
diabetes wanita, keluhan seksual tidak banyak dikeluhkan. Walau
demikian diabetes millitus mempunyai pengaruh jelek pada proses
kehamilan. Pengaruh tersebut diantaranya adalah mudah mengalami
keguguran yang bahkan bisa terjadi sampai 3-4 kali berturut-turut, berat
bayi saat lahir bisa mencapai 4 kg atau lebih, air ketuban yang
berlebihan, bayi lahir mati atau cacat dan lainnya.
g. Hipertensi
Karena harus membuang kelebihan glokosa darah melalui air seni, ginjal
penderita diabetes harus bekerja ekstra berat. Selain itu tingkat
kekentalan darah pada diabetisi juga lebih tinggi. Ditambah dengan
kerusakan-kerusakan pembuluh kapiler serta penyempitan yang terjadi,
secara otomatis syaraf akan mengirimkan signal ke otak untuk
menambah takanan darah.
h. Komplikasi lainnya. Selain komplikasi yang telah disebutkan di atas,
masih terdapat beberapa komplikasi yang mungkin timbul. Komplikasi
tersebut misalnya: 1) Ganggunan pada saluran pencernakan akibat
kelainan urat saraf. Untuk itu makanan yang sudah ditelan terasa tidak
bisa lancar turun ke lambung. 2) Gangguan pada rongga mulut, gigi dan
gusi. Gangguan ini pada dasarnya karena kurangnya perawatan pada
rongga mulut gigi dan gusi, sehingga bila terkena penyakit akan lebih
sulit penyembuhannya. 3) Gangguan infeksi. Dibandingkan dengan orang
yang normal, penderita diabetes millitus lebih mudah terserang infeksi.
7. Penatalaksanaan
Penanganan KAD (ketoasidosis diabetikum) memerlukan pemberian tiga
agen berikut:
a. Cairan
Pasien penderita KAD biasanya mengalami depresi cairan yang hebat.
NaCl 0,9 % diberikan 500-1000 ml/jam selama 2-3 jam. Pemberian
cairan normal salin hipotonik (0,45 %) dapat digunakan pada pasien-
pasien yang menderita hipertensi atau hipernatremia atau yang beresiko
mengalami gagal jantung kongestif. Infus dengan kecepatan sedang
hingga tinggi (200-500 ml/jam) dapat dilanjutkan untuk beberapa jam
selanjutnya.
b. Insulin.
Insulin intravena paling umum dipergunakan. Insulin intramuskular
adalah alterantif bila pompa infusi tidak tersedia atau bila akses vena
mengalami kesulitan, misalnya pada anak anak kecil. Asidosis yang
terjadi dapat diatasi melalui pemberian insulin yang akn menghambat
pemecahan lemak sehingga menghentikan pembentukan senyawa-
senyawa yang bersifat asam. Insulin diberikan melalui infus dengan
kecaptan lambat tapi kontinu (misal 5 unti /jam). Kadar glukosa harus
diukur tiap jam. Dektrosa ditambahkan kedalam cairan infus bila kadar
glukosa darah mencpai 250 – 300 mg/dl untuk menghindari penurunan
kadar glukosa darah yang terlalu cepat.
c. Potassium.
Meskipun ada kadar potassium serum normal, namun semua pasien
penderita KAD mengalami depresi kalium tubuh yang mungkin terjadi
secara hebat. Input saline fisiologis awal yang tinggi yakni 0.9% akan
pulih kembali selama defisit cairan dan elektrolite pasien semakin baik.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Keluhan Utama
Menimbulkan gejala gastrointestinal seperti anoreksia (gangguan
psikologis), mual, muntah, pusing, dan nyeri abdomen (Wijaya, 2013).
Pasien sering mengalami dehidrasi dan syok yang disebabkan defesiensi
cairan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Datang dengan atau tanpa keluhan Poliuria, Poliphagi,lemas, luka sukar
sembuh atau adanya koma atau penurunan kesadaran dengan sebab tidak
diketahui. Pada lansia dapat terjadi nepropati, neurophati atau retinophati
serta penyakit pembuluh darah.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Kemungkinan adanya riwayat DM, infeksi, kemungkinan adanya riwayat
malnutrisi, obesitas dan akoholik.
d. Riwayat Penyakit
Keluarga Penyakit diabetik dikenal sebagai penyakit yang diturunkan
(herediter) walaupun gejala tidak selalu muncul pada setiap keturunan
atau timbul sejak kecil (kongenital). Genogram mungkin diperlukan
untuk menguatkan diagnosis.

e. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran bisa CM, letargi atau koma.
2) Keadaan umum
Penurunan BB, nyeri abdomen, status gizi turun.
3) Sistem pernafasan
Nafas kusmaul, takhipneu, nafas bau aseton, vesikuler pada lapang
paru.
4) Sistem integument
Turgor kulit turun, kulit kering, mukosa bibir kering.
5) Sistem kardiovaskuler
Hipertensi, Ortostatik hipotensi/sistole turun 20 mmHg atau lebih
saat berdiri.
6) Sistem gastrointestinal
Nyeri abdomen, mual muntah, anoreksia.
7) Sistem neurologi
Sakit kepala, kesadaran menurun.
8) Sistem penglihatan
Penglihatan kabur.
9) Aktivitas dan Istirahat
Gejala: lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot
menurun, gangguan istirahat/tidur.
Tanda:takikardi dan takipnea pada keadaan istirahat atau aktivitas,
letargi/disorientasi, koma, penurunan kekuatan otot.
10) Sirkulasi
Gejala: adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dan
kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhn yang
lama dan takikardi.
Tanda: perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang
menurun/tidak ada, disritmia, krekels, distensi vena jugularis, kulit
panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung.

11) Integritas/Ego
Gejala: tress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi.
Tanda: anxietas, peka rangsang.
12) Eliminasi
Gejala: perubahan pola berkemih (polyuria), nokturia, rasa
nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISSK baru/berulang,
nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda: urine encer, pucat, kuning, poliuri (dapat berkembang
menjadi oliguria/anuria, jika terjadi hypovolemia berat), urin
berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising
usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare).
13) Nutrisi/Cairan
Gejala: hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet,
peningkatan masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badan
lebih dari beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretic
(Thiazid).
Tanda: kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensi
abdomen, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan
metabolic dengan peningkatan gula darah), bau halistosis/manis, bau
buah (nafas aseton).
14) Neurosensory
Gejala: pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan
pada otot, parestesia, gangguan penglihatan.
Tanda: disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut),
gangguan memori (baru, masa lalu), kacau kental, refleks tendon
falam menurun (koma), aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
15) Nyeri/Kenyamanan
Gejala: abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat).
Tanda: wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
16) Pernapasan
Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum
purulent (tergantung adanya infeksi/tidak).
Tanda: lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulent, frekuensi
pernapasan meningkat.
17) Integritas Kulit
Gejala: kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Tanda: demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi, menurunnya
kekuatan umum/rentang gerak, parestesia/paralisis otot termasuk
otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup
tajam).
18) Seksualitas
Gejala: rabas vagina (cenderung infeksi), masalah impoten pada pria,
kesulitan orgasme pada wanita

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan Ketoasidosis
Diabetikum sesuai dengan hasil pengkajian keperawatan adalah (Tim Pokja
PPNI, 2017) :
a) Pola nafas Tidak efektif (D.0005)
b) Defisit nutrisi ( D.0019)
c) Risiko Ketidakseimbangan Cairan (D.0036)
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Pola nafas Tidak efektif (D.0005) Tujuan: PEMANTAUAN RESPIRASI (I.01014)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 Observasi
× 24 jam diharapkan Pola Nafas Membaik - Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya
(L.01004) napas
Kriteria hasil : - Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot,
1. Kapasitas vital meningkat ataksik
2. Tekanan ekspirasi meningkat - Monitor kemampuan batuk efektif
3. Tekanan inspirasi meningkat - Monitor adanya produksi sputum
4. Dispnea menurun - Monitor adanya sumbatan jalan napas
5. Penggunaan otot bantu nafas menurun - Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
6. Pernafasan cuping hidung menurun
- Monitor saturasi oksigen
7. Frekuensi nafas membaik
- Monitor nilai AGD
8. Kedalaman nafas membaik - Monitor hasil x-ray toraks
9. Ekskursi dada membaik Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
2. Defisit nutrisi ( D.0019) Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen
di nutrisi (1.03119)
harapkan status nutrisi membaik L.03030 Observasi
Kriteria hasil: - Identifikasi status nutrisi
1. Porsi makan yang dihabiskan meningkat - Identifikasi alergi dari intoleransi makanan
2. Perasaan cepat kenyang menurun - Identifikasi makanan yang disukai
3. Frekuensi makan membaik - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
4. Nafsu makan membaik - Identifikasi perlunya penggunaan selang
nasogastik
5. Membran mukosa membaik
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
- Lakukan oral hygene sebelum makan, jika perlu
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
3. Risiko Ketidakseimbangan Keseimbangan Cairan Manajemen Cairan
Cairan (D.0036) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi:
3x24 jam diharapkan keseimbangan cairan - Monitor status hidrasi
meningkat - Monitor berat badan harian
Kriteria Hasil : - Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis
- Mempertahankan urine output sesuai dengan - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
usia dan BB, BJ urine normal, HT normal - Monitor status dinamik
- Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas Terapeutik:
normal - Catat intake output dan hitung balance cairan
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi - Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
- Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa - Berikan cairan intravena, jika perlu
lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif, Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 1.
Jogjakarta: Mediaction Publishing
Corwin. 2012. Buku Saku Patofisiologi.edisi 3.Jakarta : EGC
Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. 2016. Patofisiologi: Konsep Klinis.
Proses- Proses Penyakit. Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.

Edisi 1. Jakarta : PPNI

Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medik
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : Tripusa
Semester /Tingkat :2
Tempat Parktek : RSUD Landak
Tanggal Pengkajian : 16-05-2022

1. DATA KLIEN

A. DATA UMUM
1. Nama inisial klien : Tn. A
2. Umur : 76 tahun
3. Alamat : Desa Jelimpo Kec. Jelimpo
4. Tanggal Masuk : 13-05-2022
5. Nomor Rekam Medis 012136
6. Diagnosa Medis : Ketoasidosis Diabetikum
7. Bangsal : ICU
B. PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA
1. Health Promotion
a. Kesehatan Umum
- Alasan masuk rumah sakit
Saat dilakukan pengkajian klien mengalami penurunan
kesadaran dengan GCS 11 (somnolens), akral dingin,
terpasang infus 2 line, terpasang NGT dekompresi dan foley
kateter urine. Menurut keluarga sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit klien mengalami penurunan kesadaran yang
dirasakan. Awalnya, klien tampak kelelahan, respon bicara
dirasakan lambat, dan klien tampak mengantuk. Anak klien
mengatakan klien telat makan dan makan makanan serta
minum hanya sedikit. Selain itu, anak klien mengatakan
nafas klien tampak menjadi cepat dan sesak. Klien juga
sempat mengalami diare dengan banyak mengeluarkan
cairan yang cukup banyak.
TTV
- Tekanan Darah : 110/70 mmhg
- Nadi : 64 x menit

- Suhu : 37,40C

- Respirasi : 28 x/menit
b. Riwayat masa lalu
Klien sebelumnya pernah menderita penyakit DM sejak umur 49
tahun dan klien sudah 4 kali dirawat dengan keluhan seperti

sekarang (KAD).
c. Riwayat pengobatan

No Nama Obat Dosis Keterangan


1. Insulin 6-6-6 ui (SC) Dilanjutkan
2. Lantus 0-0-0-8 ui (SC) Dilanjutkan

d. Kemampuan mengontrol kesehatan


 Yang dilakukan saat sakit :
Pasien mengatakan saat sakit biasanya berobat ke
pelayanan kesehatan terdekat seperti puskesmas atau klinik
 Pola hidup :
Pasien hanya menggerakkan anggota tubuh dirumah jika
memungkinkan, pasien mengkonsumsi sayur dan buah.
Kadang tidak pantang untuk makanan yang mengakibatkan
penyakitnya kambuh. Klien mempunyai riwayat merokok
e. Faktor sosial ekonomi
Biaya perawatan dan pengobatan pasien ditanggung oleh BPJS
f. Pengobatan sekarang
No Nama Obat Dosis Manfaat
1. Natrium 10 mEq dalam obat untuk mengatasi asidosis
Bikarbonat 1-2 jam metabolik, urine yang terlalu
asam, dan asam lambung
berlebih. Obat ini bekerja
dengan cara mengurai natrium
dan bikarbonat di dalam air
untuk membentuk alkaline
yang menetralkan asam.
2. Insulin 10 ui untuk mengontrol kadar
glukosa darah
3. Dobutamin Drip 3 untuk merangsang otot
mcg/kg/unit jantung yang sudah melemah,
sehingga jantung mampu
memompa darah secara lebih
baik
4. Noradrenalin Drip meningkatkan denyut jantung
0,05mcg/kg/m dan tekanan darah, memicu
enit pelepasan glukosa dari tempat
penyimpanan energi,
meningkatkan aliran darah ke
otot rangka, mengurangi aliran
darah ke sistem pencernaan,
dan menghambat pengosongan
kandung kemih dan motilitas
gastrointestinal.

2. Nutrition
a. A (Antropometri) meliputi
- BB : 75 Kg
- TB : 170 cm
- IMT : 25
b. C (Clinical)
- Rambut : Hitam
- Turgor kulit : tidak elastis
- Mukosa bibir : kering
- Conjungtiva : tidak anemis
c. D (Diet) : meliputi jenis makanan yang diberikan selama di
rumah sakit
- Makanan : Susu 100-300cc setiap 1 kali pemberian dan
diberikan 3 sehari
d. E (Enegy) : Pasien tidak bisa melakukan aktivitas dan hanya
berbaring di tempat tidu
e. F (Factor) : Keluarga klein mengatakan pasien mengalami
penurunan kesadaran yang dirasakan setelah beberapa jam
minum Kopi dan mengkonsumsi makanan. Pasien juga
mempunyai riwayat penyakit DM tipe 1 dan riwayat pengobatan
KAD
3. Elimination
a. Sistem urinary
Pasien terpasang selang kateter
b. Sistem gastrointestinal
Pasien BAB 1 kali sehari kadang tidak ada BAB
4. Activity/Rest
a. Istirahat
Pasien terbaring istirahat di tempat tidur di Rumah sakit
b. Aktivitas
1) ADL
Aktivitas sehari-hari pasien selama dirumah sakit
dibantu oleh anak dan keluarganya
2) Kekuatan otot : Lemah
2 2
3 3
c. Cardio respon
1) Inspeksi
Ictus cordis terlihat di intercosta 4-5 : tidak Luka parut (post
operasi jantung) : tidak
2) Palpasi
Ictus cordis teraba di intercosta 4-5 : tidak
3) Perkusi
Redup (normal) : Ya
4) Auskultasi
- Bising jantung : Ada
- Bunyi S1 (lup) dan S2 (dup) : Ada/ reguler
d. Pumonary Respon
1) Inspeksi
- Retraksi (normalnya tidak ada) : tidak
- Simetris kanan dan kiri : Ya
- Ekspansi dada kanan dan kiri sama : Ya
2) Palpasi
- Krepitasi (suara retakan tulang) : tidak
- Vocal fremitus kanan kiri sama : tidak
3) Perkusi
- Sonor (normal) : Ya
4) Auskultasi
- Ronkhi di kedua lapang paru
5. Comfort
a. Keluhan yang menyertai
Keluarga mengatakan sebelumnya pasien mengatakan nyeri
abdomen, Klien mengatakan sering buang air kecil, Klien
mangatakan sering haus. Klien juga sempat mengalami diare
dengan banyak mengeluarkan cairan yang cukup banyak.

C. DATA KONTINU
Keadaan umum
Jam 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00
TD 100/70 100/70 100/60 110/60 90/70 70/50
Mmhg mmhg Mmhg Mmhg Mmhg Mmhg
Nadi 64 70 70 64 64 60
TTV x/menit x/menit x/menit x/menit x/menit x/menit
RR 28 30 26 24 24 26
x/menit x/menit x/menit x/menit x/menit x/menit
Suhu 36.2 0C 37.10C 37,00C 36,60C 36,30C 37,0C
Eye 3 3 3 3 3 3
Motorik 4 4 4 4 4 4
GCS Verbal 4 4 4 4 4 4
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal & Jam Jenis Pemeriksaan Hasil Normal Interpretasi
Pemeriksaan
08-05-2022/08.00 Darah Lengkap, Gula Darah : 833 <140 mg/dL Meningkat
Kimia, Elekterolit mg/dl
Leukosit : 25.890/ml 4.400 – 11.300/mm3 Meningkat
Ureum : 15,7 mg/dl 15 – 50 mg/dL Normal
Kreatinin : 4,0 0,5 – 0,9 mg/dL Meningkat
Natrium : 125 135 – 145 mEq/L Menurun
mEq/L
Kalium : 7,3 mEq/L 3,6 – 5,5 mEq/L Meningkat
Clorida : 95 mEq/L 98-109 mEq/L Menurun
Albumin : 34 g/dl 35-51 g/dl Menurun

07-05-2022/09.00 AGD Ph : 7,009 7,35 – 7,45 Menurun


PCO2 : 18,4 mmHg 32 – 42 mmHg Menurun
HCO3- : 4,6 mEq/L 22 – 26 mEq/L Menurun
E. ANALISA DATA
DATA MASALAH ETIOLOGI
DS: Pola Nafas Tidak Efektif Asidosis Metabolik
- Keluarga mengatakan
pasien tampak sesak
DO:
- TTV
TD: 100/60  mmHg
HR: 70x/m,
T : 370C
- RR: 26 x/mnt
- Klien tampak bernafas
cepat dan dalam
- Akral teraba dingin
pada ekstremitas atas &
bawah
- CRT > 2 detik.
- GDS : 833 mg/dL
- Terpasang O2 nasal
canul 3 lt/mnt
- Terpasang NGT
dekompresi, keluaran
(+) berwarna hijau
kehitaman, keruh, ± 150
cc

DS : Defisit Nutrisi Ketidakcukupan insulin,


- Keluarga mengatakan penurunan masukan oral
klien sering haus.
- Klien juga sempat
mengalami diare
dengan banyak
mengeluarkan cairan
yang cukup banyak
- Berat Badan klien
turun
- Keluarga mengatakan
klien muntah
DS :
- Klien terpasang NGT
- Turgor kulit tidak
elastis
DS : Risiko Ketidakseimbangan Kehilangan cairan dan
- Keluarga mengatakan Cairan elekterolit
klien sudah memiliki
riwayat DM sejak umur
49 tahun
- Keluarga mengatakan
klien memiliki riwayat
poliuri, polipagi,
polidipsi dan penurunan
BB
DO :
- TTV
TD: 100/60  mmHg
HR: 70x/m,
T : 370C
- RR: 26 x/mnt
- Klien tampak bernafas
cepat dan dalam
- Akral teraba dingin
pada ekstremitas atas &
bawah
- CRT > 2 detik.
- GDS : 833 mg/dL
- Bibir kering, wajah
tampak pucat
- Mual muntah (+),
keluaran cairan
lambung (+), ± 150 cc,
klien dipuasakan
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas Tidak efektif (D.0005)
2. Defisit nutrisi ( D.0019)
3. Risiko Ketidakseimbangan Cairan (D.0036)

G. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Pola nafas Tidak efektif Tujuan: PEMANTAUAN RESPIRASI (I.01014)
(D.0005) Observasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3
× 24 jam diharapkan Pola Nafas Membaik - Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya
(L.01004) napas
Kriteria hasil : - Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot,
1. Kapasitas vital meningkat ataksik
2. Tekanan ekspirasi meningkat - Monitor kemampuan batuk efektif
3. Tekanan inspirasi meningkat - Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan napas
4. Dispnea menurun
- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
5. Penggunaan otot bantu nafas menurun
- Auskultasi bunyi napas
6. Pernafasan cuping hidung menurun - Monitor saturasi oksigen
7. Frekuensi nafas membaik - Monitor nilai AGD
8. Kedalaman nafas membaik - Monitor hasil x-ray toraks
9. Ekskursi dada membaik Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
2. Defisit nutrisi ( D.0019) Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan di Manajemen nutrisi (1.03119)
harapkan status nutrisi membaik L.03030 Observasi
Kriteria hasil: - Identifikasi status nutrisi
1. Porsi makan yang dihabiskan meningkat - Identifikasi alergi dari intoleransi makanan
2. Perasaan cepat kenyang menurun - Identifikasi makanan yang disukai
3. Frekuensi makan membaik - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
4. Nafsu makan membaik - Identifikasi perlunya penggunaan selang
nasogastik
5. Membran mukosa membaik
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
- Lakukan oral hygene sebelum makan, jika perlu
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
3. Risiko Ketidakseimbangan Keseimbangan Cairan Manajemen Cairan
Cairan (D.0036) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi:
3x24 jam diharapkan keseimbangan cairan - Monitor status hidrasi
meningkat - Monitor berat badan harian
Kriteria Hasil : - Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis
- Mempertahankan urine output sesuai dengan - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
usia dan BB, BJ urine normal, HT normal - Monitor status dinamik
- Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas Terapeutik:
normal - Catat intake output dan hitung balance cairan
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi - Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
- Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa - Berikan cairan intravena, jika perlu
lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
H. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No Tanggal & Jam Diagnosa keperawatan Implementasi Evaluasi
1. 17-05-22/ 14.00 Pola nafas Tidak efektif Observasi S :
(D.0005) 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, - Keluarga mengatakan pasien masih
dan upaya napas tampak sesak, nafasnya cepat
2. Monitor pola napas (seperti bradipnea, O :
takipnea, hiperventilasi, Kussmaul, - Nafas tampak cepat dan dangkal
Cheyne-Stokes, Biot, ataksik - Klien terposisikan head up 30º
3. Monitor adanya produksi sputum - RR : 26 x/m
4. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru - Terdengar ronkhi di kedua lapang
5. Auskultasi bunyi napas paru
6. Monitor saturasi oksigen - Spo2 : 98 dengan oksigen
A : masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
- Monitor frekuensi, irama,
kedalaman, dan upaya napas
- Monitor saturasi oksigen

2. 17-05-22/ 14.00 Defisit nutrisi ( D.0019) Manajemen nutrisi (1.03119) S :


Observasi - Keluarga mengatakan pasien kadang
mual
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis O :
nutrient - Klien terpasang NGT
- Identifikasi perlunya penggunaan selang - Kelurga tampak melakukan oral
nasogastik hygiene
- Monitor asupan makanan - klien kadang tampak mual
- Monitor berat badan
A : masalah teratasi sebagian
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik P : intervensi dilanjutkan
- Lakukan oral hygene sebelum makan,
jika perlu - Evaluasi status nutrisi
3. 17-05-22/ 14.00 Risiko Manajemen Cairan S:
Ketidakseimbangan Observasi: - pasien mengatakan lelah berkurang,
Cairan (D.0036) - Monitor status hidrasi sudah bisa beraktivitas
- px mengatakan kadang sesak jika
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium beraktivitas
- Monitor status dinamik
Terapeutik: O:
- Catat intake output dan hitung balance - GCS 11 E3M4V4
cairan - TD 70/50
- Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan - HR : 60 x/ menit
- Berikan cairan intravena - RR : 26 x/menit
- S 36ºC
- Turgor > 2 detik
- Akral dingin
- Urin output 670 cc/4 jam
- Haluaran cairan lambung (+)
berwarna kehijauan,sedikit lebih
jernih, ± 50 cc
- Klien terpasang Infus NaCl 1000cc/1
jam dan dilanjutkan dengan cairan
rumatan RL 1000cc/24 jam
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Pantau intake dan output cairan
- Pantau status cairan
- Pantasu status dehidrasi
I. JURNAL YANG MENDUKUNG
Judul Efektifitas Pemberian Semi Fowler dan Fowler
terhadap Perubahan Status Pernapasan pada
Pasien Asma

Peneliti Putra Agina Widyaswara Suwaryo (2021)


Hasil Penelitian Hasil analisis penelusuran didapatkan bahwa
posisi semi fowler lebih efektif dalam
menurunkan frekuensi pernapasan dan saturasi
oksigen pada pasien asma dibandingkan posisi
fowler atau posisi lainnya, serta berpengaruh
terhadap perubahan frekuensi pernapasan
menjadi normal (16-24 kali/menit) dan
meningkatkan saturasi oksigen, dengan variasi
metode, penilaian, dan jumlah responden.
Berdasarkan hasil dari analisa 10 artikel yang
terpilih sesuai dengan kriteria inklusi dari tahun
2018-2020 menunjukan bahwa posisi semi
fowler lebih efektif terhadap perubahan
frekuensi pernafasan karena dapat menurunkan
sesak nafas dari takipnea menjadi normal
dengan rata-rata nilai RR sebelum dilakukan
tindakan 26- 30x/menit menjadi menurun
setelah dilakukan tindakan pemberian posisi
semi fowler dengan rentang normal antara 20-
24x/menit dan saturasi oksigen dapat
meningkatkan nilai saturasi oksigen dari
hipoksemia menjadi normal pada pasien asma
dengan rata-rata nilai saturasi oksigen sebelum
pemberian posisi semi fowler dengan
hipoksemia 88%-92% menjadi meningkat
setelah dilakukan tindakan posisi semi fowler
dengan rata-rata nilai 96-99%
Link Jurnal 1245-Article Text-2425-1-10-20210529.pdf

Link Video Intervensi https://youtu.be/eWNdKhYqjxc

.
J. SOP INTERVENSI
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
INTERVENSI POSISI SEMI FOWLER

Standar Operasional Prosedur (SOP)


Memberikan Posisi Semi Fowler
PROSEDUR TETAP
PENGERTIAN Cara berbaring pasien dengan posisi setengah duduk

TUJUAN 1. Mengurangi sesak napas


2. Memberikan rasa nyaman
3. Membantu memperlancar keluarnya cairan
4. Membantu mempermudah tindakan pemeriksaan
KEBIJAKAN - Pasien sesak napas
- Pasien pasca bedah, bila keadaan umum pasien baik, atau
bila pasien suah benar- benar sadar

PETUGAS Perawat

PERALATAN 1. Tempat dan lingkungan nyaman


2. Tempat tidur khusus (functional bed)
PROSEDUR Persiapan :
PELAKSANAAN 1. Perkenalkan diri anda pada klien, termasuk nama dan
jabatan atau peran dan jelaskan apa yang akan dilakukan.
2. Pastikan identitas klien
3. Jelaskan prosedur dan alasan dilakukan tindakan tersebut
yang dapatdipahami oleh klien
4. Siapkan peralatan
5. Cuci tangan
6. Yakinkan klien nyaman dan memiliki ruangan yang cukup
dan pencahayaan yang cukup untuk melaksanakan tugas
7. Berikan privasi klien
Prosedur :
1. Pasien di dudukkan, sandaran punggung atau kursi di
letakkan di bawah atau diatas kasur di bagian kepala, di
atur sampai setengah duduk dan di rapikan. Bantal di susun
menurut kebutuhan. Pasien di baringkan kembali dan pada
ujung kakinya di pasang penahan.
2. Pada tempat tidur khusus (functional bed) pasien dan
tempat tidurnya langsung diatur setengah duduk, di bawah
lutut di tinggikan sesuai kebutuhan. Kedua lengan di
topang dengan bantal.
3. Pasien di rapikan.
LOG BOOK

No Tanggal Aktivitas Hasil yang diperoleh Kendala Rencana Tindak Lanjut Paraf
Preseptor
1. 09-05-2022 1. Memahami dan menerima 1. Kasus pilihan untuk Tidak ditemukan Melakukan konsul laporan
kontrak untuk praktek Gadar minggu 2 untuk kendala pendahuluan kepada dosen
dan Kritis ruangan ICU : pembimbing
2. Menyusun laporan Ketoasidosis
pendahuluan berdasarkan Diabetikum
kasus pemicu 2. Laporan
3. Membuat log book Pendahuluan
3. Log book
2. 10-05-2022 1. Mengirim laporan 1. Usulan perbaikan Tidak ditemukan 1. Melakukan revisi
pendahuluan kepada dari dosen kendala usulan perbaikan
pembimbing pembimbing laporan pendahuluan
2. Mulai menyusun manajemen 2. Rancangan laporan 2. Melengkapi laporan
kasus asuhan keperawatan asuhan keperawatan
3. Membuat log book 3. Log book 3. Mencari jurnal yang
sesuai dengan intervensi
keperawatan
3. 11-05-2022 1. Menyusun manajemen kasus 1. Artikel jurnal yang Tidak ditemukan 1. Melengkapi laporan
2. Mencari artikel jurnal yang mendukung kendala asuhan keperawatan
mendasari salah satu intervensi 2. Melakukan konsul
intervensi keperawatan laporan asuhan
3. Mencari video tutorial dari 2. Video tutorial keperawatan kepada
salah satu intervensi intervensi dosen pembimbing
3. Log book
4. Menyusun SOP intervensi
dan pembahasan
5. Membuat log book
4. 12-05-2022 1. Menemukan artikel jurnal 1. Usulan perbaikan Tidak ditemukan Melakukan revisi perbaikan
yang mendasari salah satu dari dosen kendala laporan
intervensi pembimbing
2. Menyusun SOP intervensi 2. Log book
dan pembahasan
3. Mengirim komponen tugas
kepada dosen pembimbing
4. Membuat log book
5. 13-05-2022 1. Melakukan revisi dan 1. Melengkapi laporan Tidak ditemukan Menguplod file laporan di
mengirim ulang perbaikan kasus asuhan kendala LMS edlink STIKes
2. Membuat Log book keperawatan YARSI Pontianak
2. Log book
6. 14-05-2022 1. Menerima evaluasi dan 1. Laporan Asuhan Tidak ditemukan
penilaian Keperawatan kendala
2. Membuat log book lengkap
3. Merapikan dan
menggabungkan laporan
menjadi 1 soft file dan
mengupload file pada LMS
Edlink STIKes YARSI
Pontianak

Anda mungkin juga menyukai