2
Latar Belakang
Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang sangat
signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita
gangguan jiwa bertambah. Berdasarkan data dari World Health Organitation
(WHO) dalam Yosep (2014), WHO memperkirakan sebanyak 450 juta orang di
seluruh dunia mengalami gangguan mental, terdapat sekitar 10% orang dewasa
mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk diperkirakan akan
mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya. Gangguan jiwa
mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan kemungkinan akan
berkembang menjadi 25% di tahun 2030.
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada pasien
dengan gangguan jiwa, Dari seluruh pasien skizofrenia secara umum mengalami
halusinasi. Dampak adanya halusinasi dapat mengakibatkan seseorang
mengalami ketidakmampuan untuk berkomunikasi atau mengenali realitas yang
menimbulkan kesukaran dalam kemampuan seseorang untuk berperan
sebagaimana mestinya dalam kehidupan sehari–hari
3
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah
pada laporan kasus ini adalah “Asuhan Keperawatan Jiwa pada
Ny. Y Dengan Halusinasi Pendengaran di Ruang Mawar RSJ
Provinsi Kalimantan Barat?”
4
Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini adalah memberikan pemahaman
kepada penulis agar dapat berfikir secara logis dan ilmiah dalam
menguraikan dan membahas asuhan keperawatan jiwa pada
pasien dengan Halusinasi.
Tujuan Khusus
Memberikan gambaran pengkajian yang dilakukan pada Ny. Y
dengan halusinasi.
Memberikan gambaran rumusan diagnosa keperawatan pada
Ny. Y dengan halusinasi.
Memberikan gambaran intervensi yang dilakukan pada Ny. Y
dengan halusinasi.
Memberikan gambaran tindakan keperawatan yang dilakukan
pada Ny. Y dengan halusinasi.
Memberikan gambaran evaluasi keperawatan yang dilakukan
pada Ny. Y dengan halusinasi.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
DEFINISI
Halusinasi adalah persepsi sensori palsu tanpa adanya
rangsangan yang dapat menjadi visual, pendengaran, sentuhan,
serta penciuman tergantung pada organ yang terlibat
(Firmawati & Syukuri, 2021).
7
JENIS HALUSINASI
8
Proses terjadinya halusinasi
Faktor predisposisi
Faktor biologis
Faktor psikologis
Faktor sosial budaya
Faktor genetik
Faktor presipitasi
Internal
9 Eksternal
Rentang Respon
10
Mekanisme Koping
11
Tanda & gejala
12
Fase halusinasi
Farmakoterapi
Psikoedukasi
Terapi lainnya ( ECT, Terapi Aktivitas Kelompok,
Terapi Psikoreligius )
1
4
Asuhan Keperawatan
15
LAPORAN KASUS
16
PENGKAJIAN
Data subjektif : Klien mengatakan sering mendengar suara tapi tidak ada
wujudnya, Klien mengatakan suara muncul biasanya pada siang hari,
Klien mengatakan mendengar suara yang menyuruh membunuh atau
melukai orang lain dan menyuruh dirinya di salib. Data Objektif: Klien
tampak tenang, emosi labil Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Data Subjektif: Klien mengatakan jika penyakitnya kambuh suka marah-
marah dan membuang barang, Klien pernah dipukul pada saat kambuh
oleh keluarganya. Data Objektif: Kontak mata kadang beralih, komunikasi
seperlunya, suara klien keras Resiko Perilaku Kekerasan
Data Subjektif: Klien mengatakan merasa tidak dihargai, Klien
mengatakan merasa takut untuk bertemu orang lain. Data Objektif:
komunikasi seperlunya, klien tampak tenang, Klien kadang tampak
melamun Harga Diri Rendah Kronik
17
Pohon masalah
16
Diagnosa Keperawatan
16
Intervensi Keperawatan
17
18
IMPLEMENTASI
23
Tanggal 7 juni 2023 :
Subjektif :
Klien mengatakan masih mengingat cara menghardik, bercakap-cakap
dengan orang lain
Klien mengatakan halusinasinya sudah jarang terlihat
Klien mengatakan akan melakukan kegiatan harian merapikan tempat
tidur dan menyapu
Objektif :
Klien tampak tenang
Klien mulai mempertahankan kontak mata dengan perawat saat bicara
Klien mampu merapikan tempat tidur secara mandiri dan menyapu kamar
dengan bimbingan perawat.
Klien tampak senyum dan senang saat dipuji dan tampak bersemangat.
Analisis : Masalah teratasi Sebagian
Planning : Intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan
25
PEMBAHASAN
26
Pengkajian
Diagnosa keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
Data subjektif dan objektif pada kasus sesuai dengan tanda dan gejala
mayor pada halusinasi sehingga tidak ada perbedaan antara teori dan
kasus yang ada di lapangan.
27
Intervensi keperawatan
Pengkajian: Kaji tanda dan gejala halusinasi, penyebab dan kemampuan klien
mengatasinya. Jika ada halusinasi katakan Anda percaya, tetapi Anda sendiri tidak
mendengar / melihat / menghidu / merasakan. Diagnosis: Jelaskan proses terjadinya
halusinasi. Tindakan keperawatan: tidak mendukung dan tidak membantah
halusinasi klien latih klien melawan halusinasi dengan menghardik, latih klien
mengabaikan halusinasi dengan bersikap cuek", latih klien mengalihkan halusinasi
dengan bercakap-cakap dan melakukan kegiatan secara teratur, latih klien minum
obat dengan prinsip 8 benar, diskusikan manfaat yang didapatkan setelah
mempraktikkan latihan mengendalikan halusinasi, berikan pujian pada klien saat
mampu mempraktikkan latihan mengendalikan halusinasi.
Analisa: tidak terdapat perbedaan antara intervensi menurut SDKI dengan yang
diterapkan dilapangan
28
Implementasi
30
Implementasi
31
Faktor pendukung yang penulis dapatkan pada saat implementasi adalah
pasien cukup kooperatif sehingga memudahkan penulis dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Intervensi dapat
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang sudah disusun oleh penulis.
Sedangkan faktor penghambatnya adalah perasaan pasien yang kadang
berubah pada saat komunikasi sehingga ada sebagian informasi yang
tidak didapatkan. Akan tetapi pelaksaaan asuhan keperawatan kepada
pasien berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Untuk planning
selanjutnya dilanjutkan kepada perawat diruangan untuk melakukan
intervensi keperawatan
32
BAB V
PENUTUP
33
Kesimpulan
34
35
Saran
36