Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KEPERAWATAN PSIKIATRI

DISUSUN OLEH :

SENNI SARAGIH

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH (STIK)
PONTIANAK TAHUN 2022
A. Manajemen Pelayanan Keperawatan Jiwa Profesional di Klinik
Ruang lingkup keperawatan kesehatan jiwa masyarakat terdiri atas
berbagai rentang masalah kesehatan jiwa antara kondisi sehat dan sakit, pada
usia anak sampai usia lanjut, perawatan di rumah sakit atau masyarakat, serta
kondisi kesehatan jiwa di rumah ataupun di tempat khusus (industri atau
penjara).
Upaya kesehatan jiwa masyarakat meliputi seluruh level dan tindakan
keperawatan kesehatan jiwa. Merupakan pelayanan paripurna, mulai dari
pelayanan kesehatan jiwa spesialistik, integratif, dan pelayanan yang berfokus
masyarakat. Selain itu, memberdayakan seluruh potensi dan sumber daya di
masyarakat sehingga terwujud masyarakat yang mandiri dalam memelihara
kesehatannya. Pelayanan kesehatan jiwa spesialistik dilaksanakan di rumah
sakit jiwa dengan berbagai penerapan model praktik keperawatan profesional
(MPKP) yang telah dikembangkan.
Pelayanan kesehatan jiwa integratif merupakan pelayanan kesehatan jiwa
yang dilaksanakan di rumah sakit umum. Pelayanan ini berbentuk unit
perawatan intensif kejiwaan (psychiatric intensive care unit—PICU) dan
konsultan penghubung keperawatan kesehatan mental (consultant liaison
mental health nursing—CLMHN). Unit psikiatri di rumah sakit umum
merupakan sarana pelayanan keperawatan kesehatan jiwa jangka pendek
(short term hospitalization), sedangkan CLMHN merupakan sarana merawat
pasien gangguan fisik umum yang mengalami masalah psikososial. Pelayanan
kesehatan jiwa berfokus pada masyarakat dimulai dari pelayanan tingkat
kabupaten/kota, puskesmas, kelompok khusus sampai keluarga. Pelayanan ini
dikenal dengan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat atau Community
Mental Health Nursing (CMHN). Pelayanan kesehatan jiwa di CMHN ini
dimulai dari level lanjut (advance), menengah (intermediate), dan dasar
(basic).
Pemberdayaan seluruh potensi dan sumber daya masyarakat dilaksanakan
dalam bentuk pengembangan desa siaga sehat jiwa (DSSJ), serta melakukan
revitalisasi kader dengan membentuk kader kesehatan jiwa (KKJ) sebagai
fasilitator masyarakat dalam mengembangkan kesehatan jiwa masyarakat.
Pada kelompok khusus dapat dibentuk kelompok swadaya (self help group -
SHG) dan usaha kesehatan sekolah tentang kesehatan jiwa (UKSJ).
B. Manajemen Pelayanan Keperawatan Jiwa Profesional di Komunitas
 Keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah pelayanan keperawatan
yang komprehensif , holistik, dan paripurna yang berfokus pada
masyarakat yang sehat jiwa , rentan terhadap stress (resiko gangguan
jiwa) dan dalam tahap pemulihan serta pencegahan kekambuhan
(gangguan jiwa). Kesehatan jiwa komunitas adalah suatu pendekatan
pelayanan kesehatan jiwa berbasis masyarakat, dimana seluruh potensi
yang ada di masyarakat dilibatkan secara aktif.
 Pelayanan Professional
 Dilaksanakan oleh perawat profesional
 Dalam melaksanakan asuhan keperawatan menggunakan pendekatan
holistik (bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual)
 Asuhan keperawatan yang dilaksanakan berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan, selalu mengikuti perkembangan atau kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi keperawatan
 Dalam melaksanakan asuhan keperawatan memanfaatkan berbagai
sumber daya yang ada secara optimal, efektif dan efisien
 Bentuk pelayanan yang diterapkan adalah pelayanan kesehatan jiwa
di masyarakat (Community Mental Health Nursing (CMHN)).
 Pelayanan kesehatan jiwa masyarakat diberikan oleh perawat
puskesmas yang dilatih BC-CMHN (Basic Course of Community
Mental Health Nursing)
 Tahap berikutnya adalah mengembangkan pelayanan prima
(excelelent service) yang profesional di rumah sakit jiwa melalui
pengembangan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)
 Prinsip Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas
 Keterjangkauan
 Keadilan
 Perlindungan Hak Azasi Manusia
 Terpadu, Terkoordinasi dan Berkelanjutan
 Efektif
 Hubungan Lintas Sektoral
 Pembagian wilayah pelayanan
 Kewajiban
 Pelayanan Kesehatan Jiwa Profesional Komunitas
 Pencegahan Primer
Fokus pelayanan keperawatan jiwa adalah pada peningkatan
kesehatan dan pencegahan terjadinya gangguan jiwa. Tujuan
pelayanan adalah mencegah terjadinya gangguan jiwa,
mempertahankan dan meningkatkan kesehtan jiwa. Target pelayanan
yaitu anggota masyarakat yang belum mengalami gangguan jiwa
sesuai dengan kelompok umur yaitu anak, remaja, dewasa, dan usia
lanjut
Aktivitas yang dilakukan :
1. Memberikan pendidikan kesehatan pada orangtua
2. Pendidikan kesehatan mengatasi stress
3. Program dukungan sosial diberikan pada anak yatim piatu ,
individu yang kehilangan pasangan , pekerjaan, kehilangan
rumah/ tempat tinggal , yang semuanya ini mungkin terjadi
akibat bencana.
4. Program pencegahan penyalahgunaan obat. Penyalahgunaan
obat sering digunakan sebagai koping untuk mengtasi masalah
5. Program pencegahan bunuh diri. Bunuh diri merupakan salah
satu cara penyelesaian masalah oleh individu yang mengalami
keputusasaan
 Pencegahan Sekunder
1. Fokus pelayanan keperawatan pada pencegahan sekunder adalah
deteksi dini masalah psikososial dan gangguan jiwa serta
penanganan dengan segera.
2. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang
berisiko/memperlihatkan tanda-tanda masalah psikososial dan
gangguan jiwa.
Aktivitas pada pencegahan sekunder adalah :
1. Menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh
informasi dari berbagai sumber seperti masyarakat, tim
kesehatan lain dan penemuan langsung.
2. Melakukan penjaringan kasus
 Pencegahan Tersier
1. Melakukan pengkajian dua menit untuk memperoleh data fokus
2. Deteksi awal masalah kesehatan jiwa di tingkat dasar
3. Fokus pelayanan keperawatan pada peningkatan fungsi dan
sosialisasi serta pencegahan kekambuhan pada pasien gangguan
jiwa.
4. Tujuan pelayanan adalah mengurangi kecacatan /
ketidakmampuan akibat gangguan jiwa.
5. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang mengalami
gangguan jiwa pada tahap pemulihan
Aktivitas pada Pencegahan Tersier
1. Program dukungan sosial dengan menggerakkan sumber-sumber
di masyarakat seperti sumber pendidikan, dukungan masyarakat
2. Program rehabilitasi dengan memberdayakan pasien dan
keluarga hingga mandiri.
3. Program sosialisasi
4. Program mencegah stigma
C. Psikofarmaka dalam Keperawatan Jiwa

Obat psikofarmaka disebut juga sebagai obat psikotropika, atau obat


psikoaktif atau obat psikoteraputik. Penggolongan obat ini didasarkan atas
adanya kesamaan efek obat terhadap penurunan atau berkurangnya gejala.
Obat psikofarmaka, sebagai salah satu zat psikoaktif bila digunakan secara
salah (misuse) atau disalahgunakan (abuse) beresiko menyebabkan gangguan
jiwa. Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III
(PPDGJ III) penyalahgunaan obat psikoaktif digolongkan kedalam gangguan
mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif. Gangguan mental dan
perilaku tersebut dapat bermanifestasi dalam bentuk:

1. Intoksikasi akut (tanpa atau dengan komplikasi)


2. Penggunaan yang merugikan (harmful use) : Pada kondisi ini belum
menunjukkan adanya sindrom ketergantungan tetapi sudah berdampak
timbulnya kelemahan/hendaya psikososial sebagai dampaknya.
3. Sindrom ketergantungan (dependence syndrome) Kondisi ini ditAndai
dengan munculnya keinginan yang sangat kuat (dorongan kompulsif)
untuk menggunakan zat psikoaktif secara terus menerus dengan tujuan
memperoleh efek psiko aktif dari zat tersebut.
4. Keadaan putus obat (withdrawal state): Gejala putus obat, sangat
tergantung pada jenis dan dosis zat yang digunakan. Gejala putus
zat,akan mereda bila pengguna meneruskan penggunaan zat. Ini
merupakan salah satu indikator dari sindrom ketergantungan.
5. Gangguan psikotik : Gejala psikotik ditandai dengan adanya halusinasi,
kekeliruan identifikasi, waham dan atau ideas of reference (gagasan yang
menyangkut diri sendiri sebagai acuan) yang seringkali bersifat
kecurigaan atau kejaran.
6. Sindrom amnestik : Pada sindrom ini juga kadang-kadang muncul
gangguan daya ingat jangka panjang (remote memory), sedangkan daya
ingat segera (immediate recall) masih baik. Pada kondisi ini, kesadaran
individu kompos mentis, namun terjadi perubahan kepribadian yang
sering disertai apatis dan hilangnya inisiatif, serta kecenderungan
mengabaikan keadaan

Jenis Obat Psikofarmaka adalah sebagai berikut :

1. Obat anti-psikosis
Obat anti-psikosis merupakan sinonim dari neuroleptics, major
transqualizer, ataractics, antipsychotics, antipsychotic drugs,
neuroleptics. Obat-obat anti-psikosis merupakan antagonis dopamine
yang bekerja menghambat reseptor dopamine dalam berbagai jaras otak.
Sedian obat anti-psikosis yang ada di Indonesia adalah chlorpromazine,
haloperidol, perphenazine, fluphenazine, fluphenazine decanoate,
levomepromazine, trifluoperazine, thioridazine, sulpiride, pinozide,
risperidone. Indikasi : syndrome psikosis yang ditandai dengan adanya
hendaya berat dalam kemampuan daya menilai realitas, fungsi mental,
dan fungsi kehidupan sehari-hari.
2. Obat anti-depresi
Obat anti-depresi sinonim dari thymoleptic, psychic energizers, anti
depressants, anti depresan. Sediaan obat anti-depresi di Indonesia adalah
amitriptyline, amoxapine, amineptine, clomipramine, imipramine,
moclobemide, maprotiline, mianserin, opipramol, sertraline, trazodone,
paroxetine, fluvoxamine, fluoxetine. Jenis obat anti-depresi adalah anti-
depresi trisiklik, anti-depresi tetrasiklik, obat anti-depresi atipikal,
selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), dan inhibitor monoamine
okside (MAOI).
Indikasi :
a. Sindrom depresi panic, gangguan afektif bipolar dan unipolar.
Gangguan distimik dan gangguan siklotimik.
b. Sindrom depresi organik seperti hypothyroid induced depression,
brain injury depression dan reserpine.
c. Sindrom depresi situasional seperti gangguan penyesuaian dengan
depresi, grief reaction, dll; dan sindrom depresi penyerta seperti
gangguan jiwa dengan depresi (gangguan obsesi kompulsi, gangguan
panic, dimensia), gangguan fisik dengan depresi (stroke, MCI,
kanker, dan lain-lain).
3. Obat anti-mania
Obat anti-mania merupakan sinonim dari mood modulators, mood
stabilizers, antimanics. Sediaan obat anti-mania di Indonesia adalah
litium carbonate, haloperidol, carbamazepine. Indikasi penggunaan obat
ini adalah sindrom mania ditandai adanya keadaan afek yang meningkat
hampir setiap hari selama paling sedikit satu minggu. Keadaan tersebut
disertai paling sedikit 4 gejala berikut:Peningkatan aktivitas, lebih
banyak berbicara dari lazimnya, lompat gagasan, rasa harga diri yang
melambung, berkurangnya kebutuhan tidur, mudah teralih perhatian,
keterlibatan berlebih dalam aktivitas.
4. Obat anti-ansietas
Obat anti-ansietas merupakan sinonim psycholeptics, minor
transqualizers, anxiolytics, antianxiety drugs, ansiolitika. Obat anti-
ansietas terdiri atas golongan benzodiazepine dan nonbenzodiazepin.
Sediaan obat anti-ansietas jenis benzodiazepine adalah diazepam,
chlordiazepoxide, lorazepam, clobazam, bromazepam, oxasolam,
clorazepate, alprazolam, prazepam. Sedangkan jenis non benzodiazepine
adalah sulpiride dan buspirone. Indikasi penggunaan obat ini adalah
sindrom ansietas seperti :
a. Sindrom ansietas psikik seperti gangguan ansietas umum, gangguan
panik, gangguan fobik, gangguan obsesif kompulsif, gangguan stress
paska trauma.
b. Sindrom ansietas organic seperti hyperthyroid, pheochromosytosis,
dll; sindrom ansietas situasional seperti gangguan penyesuaian
dengan ansietas dan gangguan cemas perpisahan
c. Sindrom ansietas penyerta seperti gangguan jiwa dengan ansietas
(skizofrenia, gangguan paranoid, dll),
d. Penyakit fisik dengan ansietas seperti pada klien stroke, Myocard
Cardio Infac (MCI) dan kanker dll
5. Obat anti-insomnia
Obat anti-insomnia merupakan sinonim dari hypnotics, somnifacient,
hipnotika. Sediaan obat anti-insomnia di Indonesia adalah nitrazepam,
triazolam, estazolam, chloral hydrate. Indikasi penggunaan obat ini
adalah sindrom insomnia yang dapat terjadi pada
a. Sindrom insomnia psikik seperti gangguan afektif bipolar dan
unipolar (episode mania atau depresi, gangguan ansietas (panic,
fobia); sindrom insomnia organic seperti hyperthyroidism, putus
obat penekan SSP (benzodiazepine, phenobarbital, narkotika), zat
perangsang SSP (caffeine, ephedrine, amphetamine);
b. Sindrom insomnia situasional seperti gangguan penyesuaian dengan
ansietas/depresi, sleep, wake schedule (jet lag, workshift), stres
psikososial;
c. Sindrom insomnia penyerta seperti gangguan fisik dengan insomnia
(pain producing illness, paroxysmal nocturnal dyspnea),
d. Gangguan jiwa dengan insomnia (skizofrenia, gangguan paranoid).
6. Obat anti-obsesif kompulsif
Obat anti-obsesif kompulsif merupakan persamaan dari drugs used in
obsessive-compulsive disorders. Sediaan obat anti-obsesif kompulsif di
Indonesia adalah clomipramine, fluvoxamine, sertraline, fluoxetine,
paroxetine. Indikasi penggunaan obat ini adalah sindrom obsesif
kompulsi. Diagnostik obsesif kompulsif dapat diketahui bila individu
sedikitnya dua minggu dan hampir setiap hari mengalami gejala obsesif
kompulsif, dan gejala tersebut merupakan sumber penderitaan (distress)
atau mengganggu aktivitas sehari-hari (disability).
7. Obat anti-panik
Obat anti-panik merupakan persamaan dari drugs used in panic disorders.
Sediaan obat anti-panik di Indonesia adalah imipramine, clomipramine,
alprazolam, moclobemide, sertraline, fluoxatine, parocetine,
fluvoxamine. Penggolongan obat anti-panik adalah obat anti-panik
trisiklik (impramine, clomipramine), obat anti-panik benzodiazepine
(alprazolam) dan obat anti-panik RIMA/reversible inhibitors of
monoamine oxydase-A (moclobmide) serta obat anti-panik SSRI
(sertraline, fluoxetine, paroxetine, fluvoxamine). Indikasi penggunaan
obat ini adalah sindrom panik. Diagnostik sindrom panik dapat
ditegakkan paling sedikit satu bulan individu mengalami beberapa kali
serangan ansietas berat, gejala tersebut dapat terjadi dengan atau tanpa
agoraphobia. Panik merupakan gejala yang merupakan sumber
penderitaan (distress) atau mengganggu aktivitas sehari-hari (phobic
avoidance)
DAFTAR PUSTAKA

Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, dan Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar :
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.

Keliat, B.A., Akemat, Helena, N.C.D., dan Nurhaeni, H. 2007. Keperawatan


Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Courese). Jakarta : EGC.

Maramis, W.F. 2010. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press :
Surabaya.

Notosoedirjo, M. Latipun. 2001. Kesehatan Mental; Konsep dan Penerapan.


Malang : UMM Press.

Nurhalimah. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan. Keperawatan Jiwa

Stuart dan Laraia. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 8th
Edition. St.Louis: Mosby.

https://www.scribd.com/document/390553741/Manajemen-Pelayanan
Keperawatan-Jiwa-Profesional-Klinik-Dan-Komunitas

Anda mungkin juga menyukai