Anda di halaman 1dari 14

TUGAS RESUME MODEL PELAYANAN JIWA

CMHN, CLP, MPKP

DISUSUN OLEH :

FEBRIANA NURUL DAM

(A11601281)

S1 KEPERAWATAN B

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

GOMBONG

2018
A. Model pelayanan jiwa CMHN
1. Pengertian
CMHN (Comunity Mental Health Nursing)
adalah upaya untuk mewujudkan pelayanan kesehatan jiwa dengan tujuan pasien
yang tidak tertangani di masyarakat akan mendapatkan pelayanan yang lebih baik.
CMHN (Comunity Mental Health Nursing)
adalah pelayanan keperawatan yang komprehensif, holistik, dan paripurna,
berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa, rentang terhadap stres dan dalam tahap
pemulihan serta pencegahan kekambuhan.
CMHN (Comunity Mental Health Nursing)
merupakan salah satu strategi berupa program peningkatan pengetahuan dan
keterampilan yang diberikan kepada petugas kesehatan melalui pelatihan dalam
rangka upaya membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan jiwa
akibat dampak tsunami, gempa maupun bencana lainnya.
2. Pelatihan yang dilakukan terdiri dari tiga tahapan yaitu
a. Basic
b. Intermediate
c. Advance Nursing Training.

3. Dasar pembentukan CMHN


Saat ini sarana pelayanan keperawatan jiwa yang ada di NAD adalah Badan
Pelayanan Keperawatan Jiwa ( BPKJ ) dengan bed occupation rate ( BOR ) 130%,
sumber daya manusia yang kurang dan anggaran yang juga tidsak memadai. Oleh
karena itu perlu ada strategi lain untuk memberikan pelayanan keperawatan
kesehatan jiwa kepada masyarakat dengan menggunakan pendekatan Comunity
Mental Health Nursing (CMHN ) / Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas (
KKJK ). KKJK merupakan salah satu upaya yang digunakan untuk membantu
masyarakat menyelesaikan masalah-masalah kesehatan jiwa akibat dampak
konflik, tsunami, gempa maupun bencana lainnya.

4. Program CMHN
Membentuk desa siaga sehat jiwa, yaitu:
a. Pendidikan kesehatn jiwa untuk masyarakat sehat
b. Pendidikan kesehatan jiwa untuk resiko masalah psikososial
c. Resiko jiwa untuk mengalami gangguan jiwa
d. Terapi aktivitas bagi pasien gangguan jiwa mandiri
e. Rehabilitasi bagi pasien gangguan jiwa mandiri

5. Askep bagi keluarga pasien gangguan jiwa


6. Tujuan CMHN
 Tujuan umum :
Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa bagi masyarakat
sehingga tercapai kesehatan jiwa masyarakat secara optimal.
 Tujuan khusus :
Menjelaskan konsep keperawatan kesehatan jiwa komunitas
Menerapkan komunikasi terapeutik dalam memberikan
pelayanan / asuhan keperawatan jiwa
Menjelaskan peran dan fungsi perawat kesehatan jiwa dalam memberikan
pelayanan keperawatan
Bekerjasama dengan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan
keperawatan sesuai dengan peran dan fungsinya
Menerapkan konsep pengorganisasian masyarakat dalam memberikan
pelayanan keperawatan kesehatan jiwa
Memberikan asuhan keperawatan pada anak dan remaja dengan gangguan
jiwa : depresi dan perilaku kekerasan
Memberikan asuhan keperawatan pada usia dewasa yang gangguan jiwa
dengan masalah : harga diri rendah, perilaku kekerasan, resiko bunuh diri,
isolasi diri, halusinasi, waham dan defisit perawatan diri
Memberikan asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan jiwa :
depresi dan demensia
Mendokumentasikan asuhan keperawatan jiwa komunitas

7. Kegiatan CMHN
 PERMAINAN
Pelayanan Kesehatan Jiwa Melalui Pelayanan Kesehatan Dasar
a) Semua pemberi pelayanan kesehatan yang ada dimasyarakat yaitu
praktik pribadi dokter/ bidan/ psikolog, dan semua sarana pelayanan
kesehatan merupakan mitra kerja tim kesehatan jiwa. Untuk itu mereka
memerlukan penyegaran & penambahan pengetahuan tentang
pelayanan kesehatan jiwa agar dapat memberikan pelayanan kesehatan
jiwa komunitas bersamaan dengan pelayanan kesehatan yang
dilakukan. Dan juga mereka dapat merujuk pasien dengan masalah
kesehatan jiwa kepada perawat kesehatan jiwa komunitas (community
mental health nurses).
b) Pelatihan yang perlu diberikan adalah konseling, deteksi dini dan
pengobatan segera, keperawatan jiwa dasar. Penanggung jawab
pelayanan ini adalah penanggung jawab pelayanan kesehatan jiwa
komunitas di tingkat Puskesmas.Pelayanan Kesehatan Jiwa
Masyarakat.
c) Tim kesehatan jiwa terdiri dari psikiater, psikolog klinik & perawat
jiwa/ dalam kondisi tertentu dapat dokter umum plus, perawat plus &
psikolog plus. Tim berkedudukan ditingkat Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota. Tim bertanggung jawab terhadap program pelayanan
kesehatan jiwa di daerah pelayanan kesehatan Kabupaten/ Kota.
d) Tim akan bergerak secara periodik ke tiap-tiap Puskesmas untuk
memberi konsultasi, supervisi, monitoring dan evaluasi. Pada saat tim
mengunjungi Puskesmas, maka penanggung jawab pelayanan
kesehatan jiwa komunitas di Puskesmas akan:

B. Model pelayanan jiwa CLP


1. Pengertian
Menurut Strain JJ. Grossman (1975), “CLP meningkatkan kualitas perawatan
psikologis penyakit medis dengan pencegahan berkembangnya gejala psikologis
(pencegahan primer); mengobati gejala (pencegahan sekunder); dan rehabilitasi
gejala menetap, dengan tujuan untuk mencegah kekambuhan (pencegahan tersier).
Menurut Zbigniew J, Lipowski (1996), CLP adalah subspesialis dari psikiatri yang
menggabungkan pelayanan klinik, pengajaran, dan penelitian pada bidang
psikiatri
dan medis. CLP adalah subspesialis dari psikiatri yang menggabungkan pelayanan
klinik, pengajaran, dan penelitian pada bidang psikiatri dan medis.
Menurut James JS (2000), CLPàsebagai penghubung kerja sama antara psikiater
dengan spesialis medis lain.
Menurut Sasanto Wibisono (2001), CLP menurut CTP VII: “CLP adalah
subspesialisasi cabang ilmu psikiatri yang mempelajari, mempraktekkan dan
mengajarkan mengenai ko-morbiditas medik & psikiatri”
2. Macam-macam model CLP
a. Patient-oriented consultation meliputi tidak hanya wawancara diagnostic dan
penilaian tetapi juga evaluasi psikodinamik dari kepribadian pasien dan reaksi
terhadap penyakit.
b. Chrisis-oriented, therapeutic consultation meliputi penilaian segera dari
masalah pasien dan tipe koping, diikuti intervensi terepetik yang tepat oleh
konsultan; model ini terinspirasi dari teori krisi Lindemann’s.
c. Consultee-oriented consultation memfokuskan pad amasalah konsultasi yang
diberikan kepada pasien.
d. Situation-oriented consultation berkaiatan dengan interaksi antara pasien
dengan tim klinis.
e. Expand psychiatric consultation melobatkan pasien sebagai sentral figure
dalam kelompokoperasional yang meliputi pasien, staff klinis, pasien lain, dan
keluraga pasien.
3. Bidang-bidang dalam CLP
a. Efek psikologis akibat menderita penyakit fisik atau prosedur terapi.
b. Gangguan somatoform.
c. Perilaku yang membahayakan.
d. Kedaruratan psikiatrik yang datang Ke rumahsakit.
e. Keadaangangguanfisikdanpsikologisakibatterapipsikiatris.
f. Gangguan fisik dan perilaku akibat kekerasan termasuk yang bersifat seksual.
4. Panduan terapi CLP
TERAPI BIOLOGIS
 Prinsip dalam terapi :
Ingat bahwa menghentikan pengobatan sering merupakan tindakan
yang menguntungkan.
Bila mungkin, perlu menghindari meresepkan “pengobatan bila perlu”.
Jika ada kebutuhan memberikan dosis “pengobatan bila perlu”, pantau
frekuensi penggunaan untuk menentukan tingkat dosis yang tepat.
Penting untuk menggunakan dosis minimum dalam mempertahankan
respons yang diinginkan.
Mengganti satu obat hanya dalam satu waktu. Bila mungkin, gunakan
hanya satu obat untuk mengobati gangguan atau gejala pada pasien.
Jaga campuran obat tetap sederhana. Jangan memberikan pengobatan
profilaksis kecuali ada alasan yang rasional. Gunakan obat yang telah
terbukti kemanjurannya. Ingat bahwa kadar obat dalam serum hanya
salah satu indikator dari efek, bukan merupakan bukti dari kemanjuran
atau toksisitas. Ketahui bahwa obat generik lebih murah, tetapi bio
availibilitasnya dapat rendah. Pertimbangkan bahwa setiap pasien
menampilkan suatu pengalaman baru.
 Prinsip dalam pemilihan obat
Efek pada masalah klinis.
Efek pada penyakit yang mendasari.
Implikasi gambaran efek samping.
Interaksi dengan obat ”somatik”.
Pengobatan oral atau parenteral.
Fungsi hati atau ginjal dan dosis.
Kesesuaian biologis.
 Farmakodinamik, Farmakokinetik, interaksi dan efek samping obat
psikiatri.
Berhati-hati dan mengikuti praktek klinis yang baik.
Menghindari pengobatan multipel target yang mempengaruhi target
nonesensial.
Gunakan logika lebih dari pada ingatan yang samar.
Gunakan literatur dan perangkat lunak yang tersedia.
Bila ragu-ragu, awali dengan bertahap dan ditingkatkan dengan
Bertahap.
Pantau hasil yang tidak diharapkan.
Antisipasi dan cegah dengan menghindari bila memungkinkan induser
atau inhibitor potensi tinggi dan obat dengan indeks terapi yang
sempit.
Bila memungkinkan, pilih preparat dengan risiko rendah.
Ingat bahwa efek samping dari banyak obat psikiatri mirip dengan
penyakit yang sedang diterapi. Kenyataannya, pasien dapat merasa
tidak bertambah baik karena pengobatan mereka daripada penyakitnya
sendiri.
5. Terapi dalam CLP sebagai integrasi dalam pengobatan dimana pasien sebagai
pusat dalam manajemen penyakit mengunakan kolaborasi antar profesional
dengan memperhatikan kompleksitas pasien secara sistem organik dan elemen
psikososial dan kompleksitas jumlah disiplin ilmu dan tipe pengobatan yang
terlibat.
6. CLP sebagai salah satu upaya untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat secara holistik dan optimal harus diketahui, dimengerti, dihayati dan
dilaksanakan dengan penuh rasa tanggungjawab sebagai insan kesehatan yang
mempunyai tugas mulia.

C. Model pelayanan jiwa MPKP


1. Pengertian

Model praktik keperawatan profesional adalah diskripsi atau gambaran dari praktik
keperawatan yang nyata dan akurat berdasarkan kepada filosofi, konsep dan teori
keperawatan.Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan
menuntut perawat, sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang optimal.
Indonesia juga berupaya mengembangkan model praktik keperawatan profesional
(MPKP).

2. Tujuan model keperawatan


a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
b. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi
setiap anggota tim keperawatan.
Ada lima komponen MPKP :
 Nilai professional
 Pendekatan manajemen
 Metode pemberian asuhan keperawatan
 Hubungan professional
 System penghargaan dan kompensasi
3. Macam metode penugasan dalam keperawatan profesional
Dalam pelaksanaan praktek keperawatan, akan selalu menggunakan salah satu metode
pendekatan di bawah ini :
a) Metode fungsional.
Yaitu pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang didasarkan kepada
pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Metode ini dibagi menjadi
beberapa bagian dan tenaga ditugaskan pada bagian tersebut secara umum, sebagai
berikut :
 Kepala Ruangan, tugasnya :
Merencanakan pekeriaan, menentukan kebutuhan perawatan pasein, membuat
penugasan, melakulan supervisi, menerima instruksi dokter.
 Perawat staf, tugasnya :
Melakukan askep langsung pada pasien, Membantu supervisi askep yang diberikan
oleh pembantu tenaga keperawatan
 Perawat Pelaksana, tugasnya :
Melaksanakan askep langsung pada pasien dengan askep sedang, pasein dalam masa
pemulihan kesehatan dan pasein dengan penyakit kronik dan membantu tindakan
sederhana (ADL).
 Pembantu Perawat, tugasnya :
Membantu pasien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk mandi, menbenahi
tempat tidur, dan membagikan alat tenun bersih.
 Tenaga Admionistrasi ruangan, tugasnya :
Menjawab telpon, menyampaikan pesan, memberi informasi, mengerjakan pekerjaan
administrasi ruangan, mencatat pasien masuk dan pulang, membuat duplikat
rostertena ruangan, membuat permintaan lab untuk obat-obatan/persediaan yang
diperlukan atas instruksi kepala ruangan.
 Kerugian metode fungsional:
Pasien mendapat banyak perawat.
Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan.
Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan.
Pelayanan terputus-putus.
Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai.
 Kelebihan dari metode fungsional :
Sederhana
Efisien.
Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu.
Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas.
Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana.
Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta didik yang
praktek untuk ketrampilan tertentu.
 Contoh metode fungsional
Perawat A tugas menyutik, perawat B tugasnya mengukur suhu badan klien.
Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas atau lebih untuk semua
klien yang ada di unit tersebut. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam
pembagian tugas tersebut dan menerima laporan tentang semua klien serta
menjawab semua pertanyaan tentang klien.
b) Metode penugasan pasien/metode kasus
Yaitu pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan untuk satu atau
beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat bertugas atau jaga selama
periode waktu tertentu sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab
dalam pembagian tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan
keperawatan klien. Dalam metode ini staf perawat ditugaskan oleh kepala ruangan
untuk memberi asuhan langsung kepada pasien yang ditugaskan contohnya di
ruang isolasi dan ICU.
 Kekurangan metode kasus :
Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas
sehingga tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh.
Membutuhkan banyak tenaga.
Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin
yang sederhana terlewatkan.
Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penaggung
jawab klien bertugas.
 Kelebihan metode kasus:
Kebutuhan pasien terpenuhi.
Pasien merasa puas.
Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.
Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.
c) Metode penugasan tim
Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat.
Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman serta
memiliki pengetahuan dalam bidangnya. Pembagian tugas di dalam kelompok
dilakukan oleh pemimpin kelompok, selain itu pemimpin kelompok bertanggung
jawab dalam mengarahkan anggota tim.sebelum tugas dan menerima laporan
kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam
menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan. Selanjutnya pemimpin tim
yang melaporkan kepada kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan atau asuhan
keperawatan klien.Metode ini menggunkan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan askep terhadap sekelompok pasien.
 Ketenagaan dari tim ini terdiri dari :
Ketua tim
Pelakaana perawatan
Pembantu perawatan
 Adapun tujuan dari perawatan tim adalah : memberikan asuhan yang lebih
baik dengan menggunakan tenaga yang tersedia.
 Kelebihan metode tim:
Saling memberi pengalaman antar sesama tim.
Pasien dilayani secara komfrehesif.
Terciptanya kaderisasi kepemimpinan.
Tercipta kerja sama yang baik.
Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal.
Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda dengan aman
dan efektif.
 Kekurangan metode tim:
Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi
tanggung jawabnya.
Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan
atau trburu-buru sehingga dapat mengakibatkan kimunikasi dan koordinasi
antar anggota tim terganggu sehingga kelanncaran tugas terhambat.
Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung
atau berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim.
Akontabilitas dalam tim kabur.
d) Metode Perawatan Primer
Yaitu pemberian askep yang ditandai dengan keterikatan kuat dan terus menerus
antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan
mengkoordinasikan askep selama pasien dirawat.
 Kelebihan dari metode perawat primer :
1) Mendorong kemandirian perawat.
2) Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat.
3) Berkomunikasi langsung dengan Dokter.
4) Perawatan adalah perawatan komfrehensif
5) Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau diterapkan.
6) Memberikan kepuasan kerja bagi perawat.
7) Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan
keperawatan..
 Kelemahan dari metode perawat primer:
1) Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat.
2) Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.
3) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.
e) Metode Modul (Distrik)
Yaitu metode gabungan antara Metode penugasan tim dengan Metode perawatan
primer. Metode ini menugaskan sekelompok perawat merawat pasien dari datang
sampai pulang.
 Keuntungan dan Kerugian
1) Sama dengan gabungan antara metode tim dan metode perawat primer.
2) Semua metode diatas dapat digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi
ruangan. Jumlah staf yang ada harus berimbang sesuai dengan yang telah
dibahas pembicaraan yang sebelumnya.
4. Kelebihan dan kekurangan dari model praktik keperawatan profesional
 Kelebihan model praktek keperawatan professional :
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
3) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan
memberikankepuasan pada anggota tim.
4) bila diimplementasikan di RS dapat meningkatkan mutu asuhan
keperawatan.
5) ruang MPKP merupakan lahan praktek yang baik untuk proses belajar .
6) ruang rawat MPKP sangat menunjang program pendidikan Nursing.
 Kekurangan model praktek keperawatan professional :
1) Komunikasi antar anggota tim terutama dalam bentuk konferensi tim,
membutuhkan waktu dimana sulit melaksanakannya pada waktu-waktu
sibuk.
2) Akuntabilitas pada tim.
3) Konsep beban kerja tinggi
4) Pendelegasian tugas terbatas
5) Kelanjutan keperawatan klien hanya sebagian selama perawat
penanggung jawab klien tugas

5. Karateristik mpkp
1) Penetapan jumlah tenaga keperawatan.
2) Penetapan jenis tenaga keperawatan.
3) Penetapan standar rencana asuhan keperawatan
4) Penggunaan metode modifikasi keperawatan primer
6. Langkah-langkah implementasi mpkp
 Tahap persiapan :
a) Pembentukan team
Terdiri dari coordinator departemen, kepala ruang rawat, perawat ruangan,
ketua MPKP
b) Rancangan penilaian mutu
Kelompok kerja yang membuat rencana asuhan keperawatan yang
meliputi kepuasan klien.
c) Presentasi MPKP
Untuk mendapatkan nilai dukungan dari semua yang terlibat pada saat
presentasi.
d) Penetapan tempat implementasi
Dalam menentukan tempat implementasi perlu memperhatikan :
mayoritas tenaga perawat apakah ada staf baru.
e) Identifikasi jumlah klien
Kelompok klien terdiri dari 3 kriteria, yaitu : minimal, parsial, dan total.
f) Penetapan tenaga keperawatan
g) Penetapan jenis tenaga ( kepala ruang rawat, clinical care manager,
perawat primer, perawat asociate )
h) Pengembangan standar asuhan keperawatan
Bertujuan untuk mengurangi waktu perawat untuk menulis, sehingga
waktunya habis untuk melakukan tindakan keperawatan
i) Penetapan format dokumentasi keperawatan
j) Identifikasi fasilitas ( Badge atau kartu nama tim, Papan nama, Papan
MPKP ).
 Tahap evaluasi :
a) Memberikan instrument evaluasi kepuasan klien / keluarga untuk setiap
klien pulang.
b) Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar penilaian.
c) Penilaian infeksi nasokominal di ruang rawat.
d) Penilaian rata-rata lama hari rawat
DAFTAR PUSTAKA

Syamsulhadi M, Septiawan D.( 2016 ). Implementasi Consultation Liaison Psychiatry


di Beberapa Bidang Medis. Surakarta, Jawa Tengah: Muhammadiyah
University Press.

CMHN (2006). Modul basic course community mental health nursing.Jakarta : WHO
FIK UI

Chanmugam A, Triplett P, Kelen G.(2013). Emergency Psychiatry. New York, United


States of America: Cambridge University Press

Amar Keliat, Budi, DKK. 2012. Keperawatan Keseahatan Mental: Community


Mental Health Nursing (CMHN). CMHN (Basic Course)

Anda mungkin juga menyukai