Disusun oleh:
0
profesional. Model penugasan primary nursing dikenal juga dengan nama
RelationshipBased Care (RBC), model ini merupakan model penugasan
keperawatan yang dirancang sebagai model transisi dari model task-focused
menjadi relationshipbased (Hedges, Nicholes, & Filateo, 2012). Model penugasan
primary nursing pertama kali dikembangkan di Amerika Serikat oleh Marie
Manthey pada akhir 1960an, sebagai solusi kurangnya akuntabilitas yang melekat
pada model keperawatan tim (Korhonen & Kangasniemi, 2013).
Model penugasan primary nursing adalah sebuah model penugasan
keperawatan dimana 1 (satu) perawat bertanggungjawab memberikan perawatan
pada 1 (satu) pasien selama pasien dirawat di rumah sakit sehingga
memungkinkan perawat memberikan perawatan aktual (Wessel & Manthey,2015)
Mattila, et al. (2012) menyatakan bahwa model ini dianggap sebagai cara ideal
untuk mengatur asuhan keperawatan karena didasarkan pada pendekatan yang
berpusat pada pasien dan mendukung profesionalisme, otonomi, deskripsi
pekerjaan yang luas dan pengambilan keputusan mdaniri perawat sehingga
memudahkan pengaturan dan pemberian perawatan kepada pasien dan keluarga.
Model penugasan ini telah dikembangkan sejak lama. Namun, hasil
penelitian mengungkapkan bahwa model ini tetap menjadi pilihan karena
memiliki banyak keunggulan. Selain itu, model penugasan primary nursing
banyak dipilih oleh rumah sakit diberbagai negara maju sebagai pilihan dalam
pelaksaan model penugasan diberbagai layanan keparawatan.
Penelitian Carabetta, Lombardo, dan Kline (2013), penelitian ini dilakukan
di unit perawatan perianastesi, hasil penelitian diperoleh model penugasan
primary nursing dapat digunakan untuk mengembangkan dan mendukung
hubungan terapeutik perawat-pasien. Penelitian Riva, Schulz, Staffoni, dan
Schoeb (2014), penelitian ini dilakukan di Pusat Rehabilitasi Rumah Sakit
Wilayah Selatan Swiss, hasil penelitian mengungkapkan model ini digunakan
untuk mendukung patisipasi pasien serta tanggung jawab untuk
mengkoordinasikan semua aspek keperawatan termasuk discharge planning atau
perencanaan pulang pasien.
Model penugasan primary nursing bertujuan membangun hubungan dan
koneksi yang baik antar perawat dan pasien sehingga membantu mengidentifikasi
1
apa yang diharapkan dari salah satu pihak saat berinteraksi. Model penugasan ini
juga bertujuan untuk membangun hubungan dan koneksi yang baik antar perawat
dan pasien sehingga membantu mengidentifikasi apa yang diharapkan dari salah
satu pihak saat berinteraksi (Payne & Steakley, 2015).
2
Primary nursing sebagai salah satu model penugasan yang bersifat internasional
memiliki 5 komponen (Johansson, Lundström, & Heiwe, 2015) diantaranya:
1. Tanggung jawab profesional keperawatan, yang meliputi tanggung jawab
dalam pengambilan keputusan, tanggungjawab memutuskan informasi penting
terkait apa yang harus dilakukan dan tidak harus dilakukan.
2. Edukasi pasien, yaitu mengisi dokumen edukasi pasien yang meliputi (form
edukasi, pengkajian kebutuhan edukasi dan evaluasi kegiatan edukasi pasien.
3. Model penugasan berpusat pada pasien, komponen ini mengharuskan primary
nurse bertanggungjawab dalam memastikan bahwa kebutuhan pasien sesuai
dengan kemampuan perawat, menyusun rencana asuhan keperawatan sesuai
kebutuhan pasien
4. Jalur komunikasi langsung, jalur komunikasi yang terbentuk berupa
komunikasi horizontal, langsung kepada pasien tanpa perantara,
mengumpulkan semua informasi yang dibutuhkan pasien dan
mengkomunikasikan kepada pasien dan keluarga, berinisiatif melakukan
komunikasi kepada pasien dan tim kesehatan lainnya, dan
mengkomunikasikan informasi penting yang dibutuhkan melalui primary
nurse atau tim kesehatan lain
5. Pemikiran terintegrasi dan tanggungjawab operasional terhadap asuhan
keperawatan yang berkualitas. Komponen ini meliputi mengkaji kebutuhan
pasien, menjadi perencana, namun bertanggungjawab terhadap pelaksanaan
asuhan keperawatan.
3
dibutuhkan dan diterima oleh pasien dan keluarga. Dalam peran ini perawat
memaksimalkan kemampuan pasien dan keluarga secara aman dalam merawat
diri mereka sendiri dan mengoptimalkan kesejahteraan pasien dan keluarga.
3. Healer
Primary nurse dalam peran ini memastikan bahwa rencana perawatan disusun
menggunakan pendekatan yang holistik meliputi aspek fisik, spiritual, mental,
dan emosional.
4. Collaborator
Primary nurse bekerja dalam tim dengan semua anggota tim perawatan
kesehatan serta pasien dan keluarga. Primary nurse mengkoordinasikan
perawatan, memastikan bahwa tim interprofessional bekerja secara kooperatif
demi kepentingan pasien.
5. Guide
Primary nurse mengembangkan rencana untuk memastikan bahwa pasien dan
keluarga menerima informasi yang diperlukan. informasi yang diberikan
tergantung pada situasi yang dialami pasien dan keluarga saat itu. Dalam peran
ini, primary nurse memastikan bahwa pasien dan keluarga dapat berfungsi
sebagai tim dalam perawatan dengan memastikan bahwa mereka memiliki
informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan tentang perawatan.
6. Leader
Primary nurse sebagai pemimpin, bertanggungjawab memastikan bahwa tim
kesehatan bekerja sebagai tim untuk kepentingan pasien. Primary nurse
mengadvokasi dan berbicara atas nama pasien.
4
selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk
sampai keluar rumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab selama 24 jam.
Rencana pulang klien dapat diberikan lebih awal. Keuntungan yang dirasakan
klien ialah mereka merasa lebih dihargai sebagai manusia karena terpenuhi
kebutuhannya secara individu, asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dan
tercapainya pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi,
informasi, dan advokasi. Metode itu dapat meningkatkan mutu asuhan
keperawatan karena:
1. Hanya ada satu perawat yang bertanggung jawab dalam perencanaan dan
koordinasi asuhan keperawatan
2. Jangkauan observasi setiap perawat 4-6 klien
3. Perawat primer bertanggung jawab selama 24 jam
4. Rencana pulang klien dapat diberikan lebih awal
5. Rencana asuhan keperawatan dan rencana medik dapat berjalan parallel
Menurut Sitorus (2006), staf medis juga merasakan kepuasan dengan metode ini
karena senantiasa mendapat informasi tentang kondisi klien yang mutakhir dan
komprehensif.
5
di delegasikan kepada perawat lain (associated nurse). PP bertanggung jawab
terhadap asuhan keperawatan klien dan menginformasikan keadaan klien kepada
kepala ruangan, dokter, dan staf keperawatan. (Situros, 2006).
6
keperawatan klien oleh karena itu kualifikasi kemampuan PP minimal adalah
sarjana keperawatan/nurse. (Situros, 2006).
7
Meningkatkan asuhan keperawatan yang berkualitas telah menjadi
perhatian utama bagi semua penyedia layanan kesehatan profesional dan
konsumen, penelitian dan literatur tentang kualitas pemberian asuhan keperawatan
masih belum berkembang khususnya di Indonesia. Model metode asuhan
keperawatan (MAKP) primary nursing merupakan metode penugasan dimana
perawat bertanggung jawab kepada pasien selama 24 jam mulai saat pasien masuk
sampai dengan keluar, metode ini mewujudkan kemandirian para perawat dalam
melaksakan asuhan dan model metode asuhan keperawatan (MAKP) primary
nursing dapat meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan,
Kualitas keperawatan (quality nursing care) sebagai suatu proses yang
berusaha untuk mencapai tingkat keunggulan tertinggi dalam memberikan
perawatan, tanpa menyebabkan kerusakan, memenuhi kebutuhan, membantu
untuk mencapai tujuan, pemeliharaan kesehatan dan pemulihan dari penyakit
(Zhao, dan Akkadechanunt, 2011), kualitas keperawatan terfokus terhadap dua
dimensi yaitu :
1) apakah individu mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan dan
2) apakah perawatan yang mereka terima telah efektif (Claessen. Et al, 2013)
Terdapat enam elemen inti asuhan keperawatan yang berkualitas yaitu :
1) Pendekatan holistik dengan kebutuhan fisik, mental dan emosional, berpusat
pada pasien dan perawatan yang terus menerusterus menerus,
2) Efisiensi dan efektivitas yang dikombinasikan dengan rasa kemanusiaan dan
rasa iba,
3) Profesional, praktik berbasis bukti yang berkualitas tinggi,
4) Aman, efektif dan intervensi keperawatan yang tepat,
5) Pemberdayaan pasien, dukungan dan advokasi, dan
6) Pelayanan yang tulus melalui kerja sama tim yang efektif dengan profesi lain
(Maben, dan Griffiths, 2008).
Metode penugasan perawat primer dengan orientasi yang baik
menunjukkan tingkat kepuasan pasien berdasarkan komunikasi interpersonal
yang tinggi. Hal ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara metode
penugasan perawat primer orientasi baik dengan kepuasan pasien tinggi
berdasarkan komunikasi interpersonal di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan dengan
8
nilaip Value 0.000 atau p<0.005.
9
DAFTAR PUSTAKA
Carabetta, M., Lombardo, K., & Kline, N. E. (2013). Implementing primary care
in the perianesthesia setting using a relationship-based care model. Journal of
Perianesthesia Nursing. 28(1):16-20. doi: 10.1016/j.jopan.2012.10.004.
Riva, S., Schulz, P., Staffoni, L., & Schoeb, V. (2014). Patient participation in
discharge planning decisions in the frame of Primary Nursing approach: A
conversation analytic study. Studies in Communication Sciences. Vol 14.
Issue 1. Pages 61-67. doi.org/10.1016/j.scoms.2014.03.002
Payne, R., & Steakley, B. (2015). Establishing a primary nursing model of care:
Case study. Nursing Management Journal. 46(12):11-3. DOI:
10.1097/01.NUMA.0000473510.53926.99.
Back, B. P. (2017). Professional Nursing: Concept & Challanges. 8th ed. Missouri
Elsevier. Retrieved from www. bookfi.org
10
Kelly, P. (2010). Essentials of Nursing Leadership & Management, 2nd Edition.
United States of America: Delmar, Cengage Learning. Retrieved from www.
bookfi.org
Johansson, P., Lundström, K., & Heiwe, S. (2015). The primary nursing care
delivery system within a haemodialysis context – experiences of
haemodialysis primary nurses in Sweden. Clinical Nursing Studies Journal.
Vol. 3, No. 4. DOI: 10.5430/cns.v3n4p7
11