Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH KEPERAWATAN KRONIS

TEORI MODEL KEPERAWATAN KRONIS : PRIMARY CARE MODEL

Disusun oleh:

ISMED PRASETYO NIM : 215070209111008


DIAN PURWANINGSIH NIM : 215070209111010
YUNITA WULAN SARI NIM : 215070209111012
ZAKFAR EVENDY NIM : 215070209111013
RIZKIE LELIASARI NIM : 215070209111015
JELITA MAHARANIE NIM : 215070209111016
SULIK NIM : 215070209111018

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
BAB 1 : KONSEP DAN TEORI PRIMARY MODEL
Primary nursing adalah bentuk model penugasan keperawatan yang
bertujuan untuk meningkatkan tanggungjawab dan kemandirian perawat secara

0
profesional. Model penugasan primary nursing dikenal juga dengan nama
RelationshipBased Care (RBC), model ini merupakan model penugasan
keperawatan yang dirancang sebagai model transisi dari model task-focused
menjadi relationshipbased (Hedges, Nicholes, & Filateo, 2012). Model penugasan
primary nursing pertama kali dikembangkan di Amerika Serikat oleh Marie
Manthey pada akhir 1960an, sebagai solusi kurangnya akuntabilitas yang melekat
pada model keperawatan tim (Korhonen & Kangasniemi, 2013).
Model penugasan primary nursing adalah sebuah model penugasan
keperawatan dimana 1 (satu) perawat bertanggungjawab memberikan perawatan
pada 1 (satu) pasien selama pasien dirawat di rumah sakit sehingga
memungkinkan perawat memberikan perawatan aktual (Wessel & Manthey,2015)
Mattila, et al. (2012) menyatakan bahwa model ini dianggap sebagai cara ideal
untuk mengatur asuhan keperawatan karena didasarkan pada pendekatan yang
berpusat pada pasien dan mendukung profesionalisme, otonomi, deskripsi
pekerjaan yang luas dan pengambilan keputusan mdaniri perawat sehingga
memudahkan pengaturan dan pemberian perawatan kepada pasien dan keluarga.
Model penugasan ini telah dikembangkan sejak lama. Namun, hasil
penelitian mengungkapkan bahwa model ini tetap menjadi pilihan karena
memiliki banyak keunggulan. Selain itu, model penugasan primary nursing
banyak dipilih oleh rumah sakit diberbagai negara maju sebagai pilihan dalam
pelaksaan model penugasan diberbagai layanan keparawatan.
Penelitian Carabetta, Lombardo, dan Kline (2013), penelitian ini dilakukan
di unit perawatan perianastesi, hasil penelitian diperoleh model penugasan
primary nursing dapat digunakan untuk mengembangkan dan mendukung
hubungan terapeutik perawat-pasien. Penelitian Riva, Schulz, Staffoni, dan
Schoeb (2014), penelitian ini dilakukan di Pusat Rehabilitasi Rumah Sakit
Wilayah Selatan Swiss, hasil penelitian mengungkapkan model ini digunakan
untuk mendukung patisipasi pasien serta tanggung jawab untuk
mengkoordinasikan semua aspek keperawatan termasuk discharge planning atau
perencanaan pulang pasien.
Model penugasan primary nursing bertujuan membangun hubungan dan
koneksi yang baik antar perawat dan pasien sehingga membantu mengidentifikasi

1
apa yang diharapkan dari salah satu pihak saat berinteraksi. Model penugasan ini
juga bertujuan untuk membangun hubungan dan koneksi yang baik antar perawat
dan pasien sehingga membantu mengidentifikasi apa yang diharapkan dari salah
satu pihak saat berinteraksi (Payne & Steakley, 2015).

Manfaat model penugasan primary nursing (Kelly, 2010) meliputi :


1. Pasien dan keluarga mampu membina hubungan saling percaya dengan satu
primary nurse,
2. Perawat memiliki tanggungjawab dan kewajiban dalam mengembangkan
rencana asuhan keperawatan bersama pasien dan keluarga, pendekatan
perawatan bersifat holistik, sehingga memudahkan kontinuitas perawatan,
memberi wewenang pada perawat dalam membuat keputusan.

Keunggulan penerapan model penugasan primary nursing diantaranya :


1. Model penugasan ini dirancang untuk mengembangkan dan mendukung
hubungan terapeutik perawat-pasien.
2. Model kerja primary nursing berhubungan dengan peningkatan
tanggungjawab, independensi, komitmen perawat dalam bekerja,
pengalokasian sumber daya sesuai dengan kebutuhan pasien, serta
pembentukan ikatan emosional antara perawat dan pasien .
3. Model ini digunakan untuk mendukung patisipasi pasien serta tanggung jawab
untuk mengkoordinasikan semua aspek keperawatan termasuk discharge
planning atau perencanaan pulang .
4. Model penugasan ini bertujuan membangun hubungan dan koneksi yang baik
antar perawat dan pasien sehingga membantu mengidentifikasi apa yang
diharapkan dari salah satu pihak saat berinteraksi .
5. Model primary nursing dipandang sebagai sarana untuk bergerak maju menuju
sistem yang berorientasi pada perawatan pasien dengan karakteristik yaitu
seorang perawat profesional diberi wewenang berupa tanggung jawab untuk
mengelola semua aspek keperawatan secara terkoordinasi, berkelanjutan dan
individual terhadap pasien dan keluarga .

2
Primary nursing sebagai salah satu model penugasan yang bersifat internasional
memiliki 5 komponen (Johansson, Lundström, & Heiwe, 2015) diantaranya:
1. Tanggung jawab profesional keperawatan, yang meliputi tanggung jawab
dalam pengambilan keputusan, tanggungjawab memutuskan informasi penting
terkait apa yang harus dilakukan dan tidak harus dilakukan.
2. Edukasi pasien, yaitu mengisi dokumen edukasi pasien yang meliputi (form
edukasi, pengkajian kebutuhan edukasi dan evaluasi kegiatan edukasi pasien.
3. Model penugasan berpusat pada pasien, komponen ini mengharuskan primary
nurse bertanggungjawab dalam memastikan bahwa kebutuhan pasien sesuai
dengan kemampuan perawat, menyusun rencana asuhan keperawatan sesuai
kebutuhan pasien
4. Jalur komunikasi langsung, jalur komunikasi yang terbentuk berupa
komunikasi horizontal, langsung kepada pasien tanpa perantara,
mengumpulkan semua informasi yang dibutuhkan pasien dan
mengkomunikasikan kepada pasien dan keluarga, berinisiatif melakukan
komunikasi kepada pasien dan tim kesehatan lainnya, dan
mengkomunikasikan informasi penting yang dibutuhkan melalui primary
nurse atau tim kesehatan lain
5. Pemikiran terintegrasi dan tanggungjawab operasional terhadap asuhan
keperawatan yang berkualitas. Komponen ini meliputi mengkaji kebutuhan
pasien, menjadi perencana, namun bertanggungjawab terhadap pelaksanaan
asuhan keperawatan.

Peran primary nurse (Wessel & Manthey, 2015) adalah :


1. Sentry
Primary nurse mengawasi pasien dan keluarga. Sebagai pengawas, primary
nurse menilai, memonitor, dan mengintervensi pasien untuk mencegah
komplikasi, meningkatkan dan mengoptimalkan kesembuhan pasien.
2. Teacher
Primary nurse memastikan bahwa pendidikan yang diberikan kepada pasien
dan keluarga tidak hanya mempertimbangkan pengetahuan yang ingin
disampaikan oleh tim perawatan kesehatan tetapi juga pengetahuan yang

3
dibutuhkan dan diterima oleh pasien dan keluarga. Dalam peran ini perawat
memaksimalkan kemampuan pasien dan keluarga secara aman dalam merawat
diri mereka sendiri dan mengoptimalkan kesejahteraan pasien dan keluarga.
3. Healer
Primary nurse dalam peran ini memastikan bahwa rencana perawatan disusun
menggunakan pendekatan yang holistik meliputi aspek fisik, spiritual, mental,
dan emosional.
4. Collaborator
Primary nurse bekerja dalam tim dengan semua anggota tim perawatan
kesehatan serta pasien dan keluarga. Primary nurse mengkoordinasikan
perawatan, memastikan bahwa tim interprofessional bekerja secara kooperatif
demi kepentingan pasien.
5. Guide
Primary nurse mengembangkan rencana untuk memastikan bahwa pasien dan
keluarga menerima informasi yang diperlukan. informasi yang diberikan
tergantung pada situasi yang dialami pasien dan keluarga saat itu. Dalam peran
ini, primary nurse memastikan bahwa pasien dan keluarga dapat berfungsi
sebagai tim dalam perawatan dengan memastikan bahwa mereka memiliki
informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan tentang perawatan.
6. Leader
Primary nurse sebagai pemimpin, bertanggungjawab memastikan bahwa tim
kesehatan bekerja sebagai tim untuk kepentingan pasien. Primary nurse
mengadvokasi dan berbicara atas nama pasien.

BAB 2 : FASE-FASE DALAM PRIMARY MODEL

Primary care model atau Model keperawatan primer : Menurut Nursalam


(2007), metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab penuh

4
selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk
sampai keluar rumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab selama 24 jam.
Rencana pulang klien dapat diberikan lebih awal. Keuntungan yang dirasakan
klien ialah mereka merasa lebih dihargai sebagai manusia karena terpenuhi
kebutuhannya secara individu, asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dan
tercapainya pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi,
informasi, dan advokasi. Metode itu dapat meningkatkan mutu asuhan
keperawatan karena:
1. Hanya ada satu perawat yang bertanggung jawab dalam perencanaan dan
koordinasi asuhan keperawatan
2. Jangkauan observasi setiap perawat 4-6 klien
3. Perawat primer bertanggung jawab selama 24 jam
4. Rencana pulang klien dapat diberikan lebih awal
5. Rencana asuhan keperawatan dan rencana medik dapat berjalan parallel
Menurut Sitorus (2006), staf medis juga merasakan kepuasan dengan metode ini
karena senantiasa mendapat informasi tentang kondisi klien yang mutakhir dan
komprehensif.

Menurut Gillies (1989) “ keperawatan primer merupakan suatu metode


pemberian asuhan keperawatan, dimana terdapat hubungan yang dekat dan
berkesinambungan antara klien dan seorang perawat tertentu yang bertanggung
jawab dalam perencanaan, pemberian dan koordinasi asuhan keperawatan klien,
selama klien dirawat.” (Situros, 2006). Pada metode keperawatan primer perawat
yang bertanggung jawab terhadap pemberian asuhan keperawatan disebut perawat
primer (primery nurse) disingkat dengan PP. (Situros, 2006). Metode keperawatan
primer dikenal dengan ciri yaitu akuntabilitas, otonoi, otoritas, advokasi,
ketegasan, dan 5K yaitu kontinuetas, komunikasi, kolaborasi, koordinasi dan
komitmen. (Situros, 2006). Setiap PP biasanya merawat 4 sampai 6 klien dan
bertanggung jawab selama 24 jam selama klien tersebut dirawat dirumah sakit
atau di suatu unit. Perawat akan melakukan wawancara mengkaji secara
komprehensif , dan merencanakan asuhan keperawatan. perawat yang paling
mengetahui keadaan klien. Jika PP tidak sedang bertugas, kelanjutan asuhan akan

5
di delegasikan kepada perawat lain (associated nurse). PP bertanggung jawab
terhadap asuhan keperawatan klien dan menginformasikan keadaan klien kepada
kepala ruangan, dokter, dan staf keperawatan. (Situros, 2006).

Seorang PP bukan hanya mempunyai kewenangan untuk memberikan


asuhan keperaatan, tetapi juga mempunyai kewenangan untuk melakukan rujukan
kepada pekerja sosial, kontrak dengan lembaga sosial di masyarakat, membuat
jadwal perjanjian klinik, mengadakan kunjungan rumah dan lain-lain. Dengan
diberikannya kewenangan, dituntut akuntabilitas perawat yang tinggi terhadap
hasil pelayanan yang diberikan. Metode keperawatan primer memberikan
beberapa keuntungan terhadap klien, perawat, dokter, dan rumah sakit (Gillies,
1989). (Situros, 2006).

Keuntungan yang dirasakan klien ialah mereka merasa lebih di hargai


sebagai manusia karena terpenuhi kebutuhannya secara individu, asuhan
keperawatan yang bermutu tinggi dan tercapainya layanan yang efektif terhadap
pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi. Metode itu dapat
meningkatkan mutu asuhan keperawatan karena (Situros, 2006) :

Keuntungan yang dirasakan oleh PP adalah memungkinkan bagi PP untuk


pengembangan diri melalui implementasi ilmu pengetahuan. Hal ini
dimungkinkan karena adanya otonomi dalam membuat keputusan tentang asuhan
keperawatan klien. Staf medis juga merasakan kepuasannya dengan metode ini
karena senantiasa mendapat informasi tentang kondisi klien yang mutakhir dan
komprehensif. (Situros, 2006). Informasi dapat diperoleh dari satu perawat yang
bener-bener mengetahui keadaan klien. Keuntungan yang diperoleh oleh rumah
sakit adalah rumah sakit tidak harus memperkerjakan terlalu banyak tenaga
keperawatan, tetapi harus merupakan perawat yang bermutu tinggi. (Situros,
2006). Di Negara maju pada umumnya perawat yang ditunjuk sebagai PP adalah
seorang spesialis perawat klinis (clinical nurse spesialis) dengan kualifikasi
master keperawatan. Menurut Ellis dan Hartley (1995) Kozier at al (1997) seorang
PP bertanggung jawab untuk membuat keputusan yang tekait dengan asuhan

6
keperawatan klien oleh karena itu kualifikasi kemampuan PP minimal adalah
sarjana keperawatan/nurse. (Situros, 2006).

Seorang PP bukan hanya mempunyai kewenangan untuk memberikan


asuhan keperaatan, tetapi juga mempunyai kewenangan untuk melakukan rujukan
kepada pekerja sosial, kontrak dengan lembaga sosial di masyarakat, membuat
jadwal perjanjian klinik, mengadakan kunjungan rumah dan lain-lain. Dengan
diberikannya kewenangan, dituntut akuntabilitas perawat yang tinggi terhadap
hasil pelayanan yang diberikan. Metode keperawatan primer memberikan
beberapa keuntungan terhadap klien, perawat, dokter, dan rumah sakit (Gillies,
1989). (Situros, 2006).

Kelebihan metode perawat primer:

1. Mendorong kemandirian perawat


2. ada keterikatan pasien dan perawat selama di rawat
3. berkomunikasi langsung dengan dokter
4. perawatan adalah perawatan komprehensif
5. model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau di terapkan
6. memberikan kepuasan kerja bagi perawat
7. memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan
keperawatan

kelemahan metode perawat primer:

1. perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat


2. hanya dapat di lakukan oleh perawat profesional
3. biaya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan metode lain

BAB 3 : PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN MENGGUNAKAN


PRIMARY MODEL

7
Meningkatkan asuhan keperawatan yang berkualitas telah menjadi
perhatian utama bagi semua penyedia layanan kesehatan profesional dan
konsumen, penelitian dan literatur tentang kualitas pemberian asuhan keperawatan
masih belum berkembang khususnya di Indonesia. Model metode asuhan
keperawatan (MAKP) primary nursing merupakan metode penugasan dimana
perawat bertanggung jawab kepada pasien selama 24 jam mulai saat pasien masuk
sampai dengan keluar, metode ini mewujudkan kemandirian para perawat dalam
melaksakan asuhan dan model metode asuhan keperawatan (MAKP) primary
nursing dapat meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan,
Kualitas keperawatan (quality nursing care) sebagai suatu proses yang
berusaha untuk mencapai tingkat keunggulan tertinggi dalam memberikan
perawatan, tanpa menyebabkan kerusakan, memenuhi kebutuhan, membantu
untuk mencapai tujuan, pemeliharaan kesehatan dan pemulihan dari penyakit
(Zhao, dan Akkadechanunt, 2011), kualitas keperawatan terfokus terhadap dua
dimensi yaitu :
1) apakah individu mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan dan
2) apakah perawatan yang mereka terima telah efektif (Claessen. Et al, 2013)
Terdapat enam elemen inti asuhan keperawatan yang berkualitas yaitu :
1) Pendekatan holistik dengan kebutuhan fisik, mental dan emosional, berpusat
pada pasien dan perawatan yang terus menerusterus menerus,
2) Efisiensi dan efektivitas yang dikombinasikan dengan rasa kemanusiaan dan
rasa iba,
3) Profesional, praktik berbasis bukti yang berkualitas tinggi,
4) Aman, efektif dan intervensi keperawatan yang tepat,
5) Pemberdayaan pasien, dukungan dan advokasi, dan
6) Pelayanan yang tulus melalui kerja sama tim yang efektif dengan profesi lain
(Maben, dan Griffiths, 2008).
Metode penugasan perawat primer dengan orientasi yang baik
menunjukkan tingkat kepuasan pasien berdasarkan komunikasi interpersonal
yang tinggi. Hal ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara metode
penugasan perawat primer orientasi baik dengan kepuasan pasien tinggi
berdasarkan komunikasi interpersonal di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan dengan

8
nilaip Value 0.000 atau p<0.005.

9
DAFTAR PUSTAKA

Hedges, C.C., Nichols, A., & Filoteo, L. (2012). Relationship-Based Nursing


Practice: Transitioning to a New Care Delivery Model in Maternity Units.
Journal Perinat Neonat Nurs.Volume 26 Number 1, 27–36.
DOI:10.1097/JPN.0b013e31823f0284

Korhonen, A., & Kangasniemi, M. (2013). Nurses' narratives on termination of


primary nursing relationship. Scandinavian journal of caring sciences.
28(4):716-23. doi: 10.1111/scs.12101.

Wessel, S., &Manthey, M. (2015). Primary Nursing: Person-Centered Care


Delivery System Design. United States of America: Creative Health Care
Management. Retrieved from www. bookfi.org

Carabetta, M., Lombardo, K., & Kline, N. E. (2013). Implementing primary care
in the perianesthesia setting using a relationship-based care model. Journal of
Perianesthesia Nursing. 28(1):16-20. doi: 10.1016/j.jopan.2012.10.004.

Riva, S., Schulz, P., Staffoni, L., & Schoeb, V. (2014). Patient participation in
discharge planning decisions in the frame of Primary Nursing approach: A
conversation analytic study. Studies in Communication Sciences. Vol 14.
Issue 1. Pages 61-67. doi.org/10.1016/j.scoms.2014.03.002

Payne, R., & Steakley, B. (2015). Establishing a primary nursing model of care:
Case study. Nursing Management Journal. 46(12):11-3. DOI:
10.1097/01.NUMA.0000473510.53926.99.

Back, B. P. (2017). Professional Nursing: Concept & Challanges. 8th ed. Missouri
Elsevier. Retrieved from www. bookfi.org

10
Kelly, P. (2010). Essentials of Nursing Leadership & Management, 2nd Edition.
United States of America: Delmar, Cengage Learning. Retrieved from www.
bookfi.org

Johansson, P., Lundström, K., & Heiwe, S. (2015). The primary nursing care
delivery system within a haemodialysis context – experiences of
haemodialysis primary nurses in Sweden. Clinical Nursing Studies Journal.
Vol. 3, No. 4. DOI: 10.5430/cns.v3n4p7

Metode asuhan keperawatan, 2014


http://www.indonesian-publichealth.com/metode-asuhan-keperawatan/

Mendrofa, Sagala, 2019. Indonesian Trust Health Journal. Pengaruh pelatihan


dan penerapan model metode asuhan keperawatan professional (MAKP) Primary
Nursing terhadap kualitas asuhan keperawatan di rumah sakit kota medan. Vol 2,
No.2. DOI: https://doi.org/10.37104/ithj.v2i2.40

Simajuntak., I., (2018). Analisis Pelaksanaan Metode Penugasan Perawat Primer


Dan Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit.,
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/22346., diakses pada 30 Agustus
2021 pukul 10.30

11

Anda mungkin juga menyukai