Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terapi komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang dilakukan


sebagai pendukung kepada Pengobatan Medis Konvensional atau sebagai
Pengobatan Pilihan lain diluar Pengobatan Medis yang Konvensional.
Berdasarkan data yang bersumber dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun
2005, terdapat 75 – 80% dari seluruh penduduk dunia pernah menjalani
pengobatan nonkonvensional. Di Indonesia sendiri, kepopuleran pengobatan
non-konvensional, termasuk pengobatan komplementer ini, bisa
diperkirakan dari mulai menjamurnya iklan terapi non – konvensional di
berbagai media

Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan banyak


negara. Pengobatan komplementer atau alternative menjadi bagian penting
dalam pelayanan kesehatan. Klien yang menggunakan terapi komplementer
memiliki beberapa alasan. Salah satu alasannya adalah filosofi holistic pada
terapi komplementer, yaitu adanya harmoni dalam diri dan promosi
kesehatan dalam terapi komplementer. Alasan lainnya karena klien terlibat
untuk pengambilan keputusan dalam pengobatan dan peningkatan kualitas
hidup dibandingkan sebelumnya (Widyatuti, 2008).

Terapi non farmakologis dapat digunakan sebagai pelengkap untuk


mendapatkan efek pengobatan farmakologis (obat anti hipertensi) yang
lebih baik (Dalimartha, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Jansen (2013)
menemukan bahwa adanya penurunan tekanan darah yang signifikan pada
responden setelah diberikan terapi bekam. Penelitian Fikri (2012)
menemukan bahwa terapi bekam menurunkan kadar kolesterol pada pasien
hiperkolesterol umur 45 tahun ke atas, dengan rata-rata penurunan kadar
kolesterol sebesar 30,8 mg/dl.

1
Sikap merupakan salah satu predisposisi tindakan yang dapat
menggambarkan ketertarikan maupun ketidaktertarikan seseorang terhadap
stimulus, tetapi belum suatu tindakan atau perilaku (Nala Sari, 2013 ).
Secara garis besar seseorang dengan pendidikan tinggi mempunyai tingkat
kepercayaan rendah dan cenderung memilih kebutuhan kesehatan dilakukan
di rumah sakit atau dokter praktek. Hal ini berarti bahwa seseorang akan
memilih untuk berobat di klinik yang memiliki tenaga kesehatan dengan
tingkat pendidikan, ilmu dan ketrampilan yang memadai. Disamping karena
spesifikasi SDM dari pelayanan kesehatan, kepercayaan juga dikarenakan
fasilitas yang berada di pelayanan kesehatan, sehingga seseorang cenderung
memilih proses yang cepat dan tepat yang mana proses tersebut terdapat di
unit kerja seperti rumah sakit atau balai pengobatan (Pamungkas, 2008).

Sehingga upaya untuk terwujudnya sebuah perilaku menjadi suatu tindakan


maka diperlukan sebuah motivasi. Motivasi diartikan sebagai dorongan
dalam bertindak untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi dapat
membangkitkan motif (daya gerak) atau menggerakkan seseorang agar
berbuat sesuatu untuk mencapai kepuasan/tujuan (Sobur, 2009). Penelitian
Tombokan, Rattu dan tilaar (2015) menemukan bahwa ada hubungan antara
motivasi dengan kepatuhan berobat.

PHBS

PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan karena kesadaran


pribadi sehingga keluarga dan seluruh anggotanya mampu menolong diri
sendiri pada bidang kesehatan serta memiliki peran aktif dalam aktivitas
masyarakat. 

Perilaku hidup bersih sehat pada dasarnya merupakan sebuah upaya untuk


menularkan pengalaman mengenai pola hidup sehat melalui individu,
kelompok ataupun masyarakat luas dengan jalur – jalur komunikasi sebagai
media berbagi informasi. Ada berbagai informasi yang dapat dibagikan
seperti materi edukasi guna menambah pengetahuan serta meningkatkan
sikap dan perilaku terkait cara hidup yang bersih dan sehat.  

2
Program TBC

Tuberkulosis merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang


penting di tingkat global, regional, nasional, maupun lokal. Tuberkulosis
menyebabkan 5000 kematian per hari, atau hampir 2 juta kematian per
tahun di seluruh dunia. TB, HIV/AIDS, dan malaria secara bersama-sama
merupakan penyebab 6 juta kematian setiap tahun. Seperempat juta (25%)
kematian karena TB berhubungan dengan HIV. Insidensi global TB terus
meningkat sekitar 1% per tahun, terutama karena peningkatan pesat
insidensi TB di Afrika berkaitan dengan komorbiditas HIV/AIDS (WHO,
2009a).

Indonesia sendiri menduduki peringkat ketiga di antara 22 negara


di dunia yang memiliki beban penyakit TB tertinggi. Menurut Global
Tuberculosis Control Report 2009 WHO, diperkirakan terdapat 528,063
kasus baru TB. Estimasi insidensi TB 228 kasus baru per 100,000
populasi. Estimasi angka insidensi hapusan dahak baru yang positif
adalah 102 kasus per 100,000 populasi pada 2007 (WHO, 2009a).
Berdasarkan kalkulasi disability-adjusted life-year (DALY) WHO, TB
menyumbang 6.3 persen dari total beban penyakit di Indonesia,
dibandingkan dengan 3.2 persen di wilayah regional Asia Tenggara
(USAID, 2008).

B. Rumusan masalah

1.Apakah definisi dari terapi komplementer ?

2.Apa saja klarifikasi terapi komplementer ?

3.Apa saja peran perawat dalam terapi komplementer ?

4.Apa saja jenis-jenis terapi yang dapat di akses ?

5.Bagaimana teknik terapi komplementer ?

6.Apa saja persyaratan dari terapi kom plementer ?

3
7.Apakah definisi dari PHBS ?

8.Apa saja Tujuan dari PHBS ?

9.Apa saja Manfaat dari PHBS ?

10.Siapa saja sasaran dari PHBS ?

11. Apakah definisi dari TBC ?

12.Apa saJa tujuan program dari TBC ?

13.apa saja upaya pencegahan dari TBC ?

14.Bagaimana peran perawat dalam pemyakit TBC ?

C. Tujuan Penelitian

1.Untuk mengetahui definisi dari terapi komplementer ?

2.Untuk mengethui klarifikasi terapi komplementer ?

3.Untuk memahami peran perawat dalam terapi komplementer ?

4.Untuk mengetahui jenis-jenis terapi yang dapat di akses ?

5.mengidentifikasi teknik terapi komplementer ?

6.Untuk mengetahui persyaratan dari terapi komplementer ?

7. Untuk mengetahui definisi dari PHBS ?

8. Untuk memahami Tujuan dari PHBS ?

9. Untuk memahami Manfaat dari PHBS ?

10.Untuk mengetahui siapa saja sasaran dari PHBS ?

11. Untuk mengetahui definisi dari TBC ?

12. Untuk memahami tujuan program dari TBC ?

13.Untuk mengetahui upaya pencegahan dari TBC ?

14.mengidentifikasi peran perawat dalam pemyakit TBC ?

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TERAPI KOMPLEMENTER

1. Definisi Terapi Komplementer


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terapi adalah
usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit,
pengobatan penyakit, perawatan penyakit. Komplementer adalah
bersifat melengkapi, bersifat menyempurnakan. Pengobatan
komplementer dilakukan dengan tujuan melengkapi pengobatan medis
konvensional dan bersifat rasional yang tidak bertentangan dengan
nilai dan hukum kesehatan di Indonesia. Standar praktek pengobatan
komplementer telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia. Terapi komplementer adalah sebuah kelompok
dari macam - macam sistem pengobatan dan perawatan kesehatan,
praktik dan produk yang secara umum tidak menjadi bagian dari
pengobatan konvensional.
Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan
komplementer adalah pengobatan nonkonvensional yang bukan
berasal dari negara yang bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu
misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi
merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang
dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu
digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu negara.
Tapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai
pengobatan komplementer.
Terapi komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit
yang dilakukan sebagai pendukung kepada Pengobatan Medis
Konvensional atau sebagai Pengobatan Pilihan lain diluar Pengobatan
Medis yang Konvensional. Berdasarkan data yang bersumber dari
Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2005, terdapat 75 – 80% dari

5
seluruh penduduk dunia pernah menjalani pengobatan
nonkonvensional. Di Indonesia sendiri, kepopuleran pengobatan non-
konvensional, termasuk pengobatan komplementer ini, bisa
diperkirakan dari mulai menjamurnya iklan terapi non – konvensional
di berbagai media
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang
digabungkan dalam pengobatan modern. Komplementer adalah
penggunaan terapi tradisional ke dalam pengobatan modern.
Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang
menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan.
Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan
holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi
individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu
untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan
fungsi.
Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer dan alternatif
sebagai sebuah domain luas dalam sumber daya pengobatan yang
meliputi sistem kesehatan, modalitas, praktik dan ditandai dengan
teori dan keyakinan, dengan cara berbeda dari sistem pelayanan
kesehatan yang umum di masyarakat atau budaya yang ada
(Complementary and alternative medicine/CAM Research
Methodology Conference, 1997 dalam Snyder & Lindquis, 2002).
Terapi komplementer dan alternatif termasuk didalamnya
seluruh praktik dan ide yang didefinisikan oleh pengguna sebagai
pencegahan atau pengobatan penyakit atau promosi kesehatan dan
kesejahteraan. Definisi tersebut menunjukkan terapi komplemeter
sebagai pengembangan terapi tradisional dan ada yang diintegrasikan
dengan terapi modern yang mempengaruhi keharmonisan individu
dari aspek biologis, psikologis, dan spiritual.
Hasil terapi yang telah terintegrasi tersebut ada yang telah
lulus uji klinis sehingga sudah disamakan dengan obat modern.
Kondisi ini sesuai dengan prinsip keperawatan yang memandang

6
manusia sebagai makhluk yang holistik (bio, psiko, sosial, dan
spiritual).
2. Klasifikasi Terapi Komplementer
a. Mind-body therapy
Intervensi dengan teknik untuk memfasilitasi kapasitas berpikir
yang mempengaruhi gejala fisik dan fungsi berpikir yang
mempengaruhi fisik dan fungsi tubuh (imagery, yogo, terapi
musik, berdoa, journaling, biofeedback, humor, tai chi, dan
hypnoterapy).
b. Alternatif sistem pelayanan
Yaitu sistem pelayanan kesehatan yang mengembangkan
pendekatan pelayanan biomedis (cundarismo, homeopathy,
nautraphaty).
c. Terapi biologis
Yaitu natural dan praktik biologis dan hasil-hasilya misalnya
herbal, dan makanan.
d. Terapi manipulatif dan sistem tubuh
Didasari oleh manupulasi dan pergerakan tubuh misalnya
kiropraksi, macam-macam pijat, rolfiing, terapi cahaya dan
warna, serta hidroterapi.
e. Terapi energi
Terapi yang berfokus pada energi tubuh (biofields) atau
mendapatkan energi dari luat tubuh (terapetik sentuhan,
pengobatan sentuhan, reiki, external qi gong magnet) terapi ini
kombinasi antar energi dan bioelektromagnetik.
3. Peran Perawat Dalam Terapi Komplementer
a. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan
Didukung oleh teori keperawatan berdasarkan Teori Orem (1971).
Tujuan keperawatan adalah untuk merawat dan membantu klien
mencapai perawatan diri secara total. Nightingale (1860) Tujuan
keperawatan untuk pasilitasi proses penyebuhan tubuh dengan
memanipulasi lingkungan klien. Rogers (1970) Untuk

7
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan,mencegah
kesakitan, dan merawat serta merehabilitasi klien yang sakit dan
tidak mampu dengan pendekatan humanistic keperawatan.
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat
dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan
dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan
keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga
dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncakan dan
dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan
dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan
dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
b. Peran Sebagai Advokat (Pembela) Klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga
dalam menginterpretasikan berbagia informasi dari pemberi
pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan
persetujuan atas tindakan keperawatan berkaitan dengan terapi
komplementer yang diberikan kepada pasiennya, juga dapat
berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang
meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi
tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan
nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat
kelalaian.
c. Peran edukator
Didukung oleh Teori Peplau (1952). Tujuan keperawatan untuk
mengembangkan interaksi antara perawat dan klien. King (1971),
tujuan keperawatan untuk memanfaatkan komunikasi dalam
membantu klien mencapai kembali adaptasi secara positif terhadap
lingkungan. Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam
meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan mengenai terapi
komplementer, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan,

8
sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan
pendidikan kesehatan.
4. Jenis-Jenis Terapi yang Dapat Di Akses
Beberapa terapi dan teknis medis alternatif dan komplementer
bersifat umum dan menggunakan proses alami (pernapasan, pikiran
dan konsentrasi, sentuhan ringan, pergerakan, dan lain-lain) untuk
membanti individu merasa lebih baik dan beradaptasi dengan kondisi
akut dan akut. Berikut jenis-jenis terapi yang dapat diakses
keperawatan, yaitu :
a. Terapi Relaksasi
Respon relaksasi merupakan bagian dari penurunan umum
kognitif, fisiologis, dan stimulasi perilaku. Relaksasi juga
melibatkan penurunan stimulasi. Proses relaksasi
memperpanjuang serat otot, mengurangi pengiriman impuls
neural ke otak, dan selanjutnya mengurangi aktivitas otak juga
sistem tubuh lainnya. Relaksasi membantu individu membangun
keterampilan kognitif untuk mengurangi cara yang negatif dalam
merespon situasi dalam lingkungan mereka.

Keterampilan kognitif adalah seperti sebagai berikut :


1) Fokus (kemampuan untuk mengidentifikasi, membedakan,
mempertahankan perhatian pada, dan mengembalikan
perhatian pada rangsangan ringan untuk periode yang lama).
2) Pasif (kemampuan untuk menghentikan aktivitas analisis dan
tujuan yang tidak berguna).
3) Kesediaan (kemampuan untuk menoleransi dan menerima
pengalaman yang tidak pasti, tidak dikenal, atau berlawanan).
Tujuan dari relaksasi jangka panjang adalah agar individu
memonitor dirinya secara terusmenerus terhadap indikator
ketegangan, serta untuk membiarkan dan melepaskan dengan
sadar ketegangan yang terdapat di berbagai bagian tubuh.

9
b. Meditasi dan Pernapasan
Meditasi adalah segala kegiatan yang membatasi masukan
rangsangan dengan perhatian langsung pada suatu rangsangan
yang berulang atau tetap. Ini merupakan terminasi umum untuk
jangkauan luas dari praktik yang melibatkan relaksasi tubuh dan
ketegangan pikiran. Menurut Benson, komponen relaksasi sangat
sederhana, yaitu :
1) Ruangan yang tenang
2) Posisi yang nyaman
3) Sikap mau menerima
4) Fokus perhatian.
Praktik meditasi tidak membutuhkan seorang pengajar,
banyak individu mempelajari prosesnya dari buku atau kaset, dan
mudah untuk diajarkan.
Sebagian besar teknik meditasi melibatkan pernapasan, biasanya
pernapasan perut yang dalam, relaks, dan perlahan.

5. Teknik Terapi Komplementer


Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah
ditetapkan oleh Departemen Kesehatan untuk  dapat diintegrasikan ke
dalam pelayanan konvensional, yaitu sebagai berikut :
a. Akupuntur
Akupunktur medik yang dilakukan oleh dokter umum berdasarkan
kompetensinya. Metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan
sangat bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi kesehatan
tertentu dan juga sebagai analgesi (pereda nyeri). Cara kerjanya
adalah dengan mengaktivasi berbagai molekul signal yang berperan
sebagai komunikasi antar sel. Salah satu pelepasan molekul
tersebut adalah pelepasan endorphin yang banyak berperan pada
sistem tubuh.

10
b. Terapi  hiperbarik
Terapi heperbarik yaitu suatu metode terapi dimana pasien
dimasukkan ke dalam sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara
2 – 3 kali lebih besar daripada tekanan udara atmosfer normal (1
atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%). Selama
terapi, pasien boleh membaca, minum, atau makan untuk
menghindari trauma pada telinga akibat tingginya tekanan udara.

c. Terapi herbal medik


Terapi herbal medik yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan
alam, baik berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan
penelitian maupun berupa fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu
herbal yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau hewan
coba, baik terhadap keamanan maupun efektivitasnya. Terapi
dengan menggunakan herbal ini akan diatur lebih lanjut oleh
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Dari 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang ada, daya


efektivitasnya untuk mengatasi berbagai jenis gangguan penyakit
tidak bisa dibandingkan satu dengan lainnya karena masing –
masing mempunyai teknik serta fungsinya sendiri – sendiri. Terapi
hiperbarik misalnya, umumnya digunakan untuk pasien – pasien
dengan gangren supaya tidak  perlu dilakukan pengamputasian
bagian tubuh. Terapi herbal, berfungsi dalam meningkatkan daya
tahan tubuh. Sementara, terapi akupunktur berfungsi memperbaiki
keadaan umum, meningkatkan sistem imun tubuh, mengatasi
konstipasi atau diare, meningkatkan nafsu makan serta
menghilangkan atau mengurangi efek samping yang timbul akibat
dari pengobatan kanker itu sendiri, seperti mual dan muntah,
fatigue (kelelahan) dan neuropati.

11
6. Persyaratan Dalam Terapi Komplementer
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut :
a. Sumber daya manusia harus tenaga dokter dan atau dokter gigi
yang sudah memiliki kompetensi.
b. Bahan yang digunakan harus yang sudah terstandar dan dalam
bentuk sediaan farmasi.
c. Rumah sakit yang dapat melakukan pelayanan penelitian harus
telah mendapat izin dari Departemen Kesehatan Republik
Indonesia dan akan dilakukan pemantauan terus – menerus.

7. Peran Perawat
Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi
komplementer diantaranya sebagai konselor, pendidik kesehatan,
peneliti, pemberi pelayanan langsung, koordinator dan sebagai
advokat.
a. Konselor
Sebagai konselor perawat dapat menjadi tempat bertanya,
konsultasi, dan diskusi apabila klien membutuhkan informasi
ataupun sebelum mengambil keputusan.
b. Pendidik
Sebagai pendidik kesehatan, perawat dapat menjadi pendidik bagi
perawat di sekolah tinggi keperawatan seperti yang berkembang di
Australia dengan lebih dahulu mengembangkan kurikulum
pendidikan (Crips & Taylor, 2001).
c. Peneliti
Peran perawat sebagai peneliti di antaranya dengan melakukan
berbagai penelitian yang dikembangkan dari hasil-hasil evidence-
based practice.
d. Pemberi pelayanan
Perawat dapat berperan sebagai pemberi pelayanan langsung
misalnya dalam praktik pelayanan kesehatan yang melakukan
integrasi terapi komplementer (Snyder & Lindquis, 2002).

12
e. Koordinator
Perawat lebih banyak berinteraksi dengan klien sehingga peran
koordinator dalam terapi komplementer juga sangat penting. Perawat
dapat mendiskusikan terapi komplementer dengan dokter yang
merawat dan unit manajer terkait.
f. Advokat
Sedangkan sebagai advokat perawat berperan untuk memenuhi
permintaan kebutuhan perawatan komplementer yang mungkin
diberikan termasuk perawatan alternatif (Smith et al.,2004).

B. PHBS
1. Pengertian PHBS

PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan


karena kesadaran pribadi sehingga keluarga dan seluruh
anggotanya mampu menolong diri sendiri pada bidang kesehatan
serta memiliki peran aktif dalam aktivitas masyarakat. 

Perilaku hidup bersih sehat pada dasarnya merupakan sebuah


upaya untuk menularkan pengalaman mengenai pola hidup sehat
melalui individu, kelompok ataupun masyarakat luas dengan jalur
– jalur komunikasi sebagai media berbagi informasi. Ada
berbagai informasi yang dapat dibagikan seperti materi edukasi
guna menambah pengetahuan serta meningkatkan sikap dan
perilaku terkait cara hidup yang bersih dan sehat.  

PHBS adalah sebuah rekayasa sosial yang bertujuan


menjadikan sebanyak mungkin anggota masyarakat sebagai agen
perubahan agar mampu meningkatkan kualitas perilaku sehari –
hari dengan tujuan hidup bersih dan sehat.

13
2. Tujuan PHBS

Tujuan utama dari gerakan PHBS adalah meningkatkan kualitas


kesehatan melalui proses penyadartahuan yang menjadi awal dari
kontribusi individu – individu dalam menjalani perilaku
kehidupan sehari – hari yang bersih dan sehat. PHBS/Promosi
Higiene merupakan pendekatan terencana untuk mencegah
penyakit menular yang lain melalui pengadopsian perubahan
perilaku oleh masyarakat luas. Dan dapat melakukan perubahan
perilaku masyarakat untuk hidup berdasarkan PHBS

a. Meningkatkan pengetahuan kesadaran dan kemauan


masyarakat untuk hidup bersih dan sehat
b. Memberdayakan masyarakat dalam memelihara
meningkatkan dan melindungi kesehatannya sehingga
masyarakat sadar dan mampu secar amandiri ikut aktif dalam
meningkatkan status kesehatannya.

c. Meningkatkan kualitas hidup.

3. Manfaat PHBS

Manfaat PHBS secara umum adalah meningkatkan kesadaran


masyarakat untuk mau menjalankan hidup bersih dan sehat. Hal
tersebut agar masyarakat bisa mencegah dan menanggulangi
masalah kesehatan. Selain itu, dengan menerapkan PHBS
masyarakat mampu menciptakan lingkungan yang sehat dan
meningkatkan kualitas hidup.

a. Manfaat PHBS Di Sekolah

PHBS di sekolah merupakan kegiatan memberdayakan


siswa,guru dan masyarakat lingkungan sekolah untuk mau
melakukan pola hidup sehat untuk menciptakan sekolah sehat.
Manfaat PHBS di Sekolah mampu menciptakan lingkungan

14
yang bersih dan sehat, meningkatkan proses belajarmengajar
dan para siswa, guru hingga masyarakat lingkungan sekolah
menjadi sehat.

b. Manfaat PHBS Di Rumah Tangga

Menerapkan PHBS di rumah tangga tentu akan menciptakan


keluarga sehat dan mampu meminimalisir masalah kesehatan.
Manfaat PHBS di Rumah tangga antara lain, setiap anggota
keluarga mampu meningkatkan kesejahteraan dan tidak mudah
terkena penyakit, rumah tangga sehat mampu meningkatkan
produktifitas anggota rumah tangga dan manfaat phbs rumah
tangga selanjutnya adalah anggota keluarga terbiasa untuk
menerapkan pola hidup sehat dan anak dpt tumbuh sehat dan
tercukupi gizi

c. Manfaat PHBS Di Tempat Kerja

PHBS di Tempat kerja adalah kegiatan untuk memberdayakan


para pekerja agar tahu dan mau untuk melakukan perilaku
hidup bersih dan sehat dan berperan dalam menciptakan
tempat kerja yang sehat. manfaat PHBS di tempat kerja yaitu
para pekerja mampu meningkatkan kesehatannya dan tidak
mudah sakit, meningkatkan produktivitas kerja dan
meningkatkan citra tempat kerja yang positif .

d. Manfaat PHBS di Masyarakat

Manfaat PHBS di masyarakat adalah masyarakat mampu


menciptakan lingkungan yang sehat, mencegah penyebaran
penyakit, masyarakat memanfaatkan pelayanan fasilitas
kesehatan dan mampu mengembangkan kesehatan yang
bersumber dari masyarakat. Manfaat PHBS yang paling utama
adalah terciptanya masyarakat yang sadar kesehatan dan memiliki

15
bekal pengetahuan dan kesadaran untuk menjalani perilaku hidup
yang menjaga kebersihan dan memenuhi standar kesehatan.

Terdapat langkah – langkah berupa edukasi melalui


pendekatan pemuka atau pimpinan masyarakat, pembinaan
suasana dan juga pemberdayaan masyarakat dengan tujuan
kemampuan mengenal dan tahu masalah kesehatan yang ada di
sekitar; terutama pada tingkatan rumah tangga sebagai awal
untuk memperbaiki pola dan gaya hidup agar lebih sehat.

4. Sasaran PHBS
a. Tatanan Rumah Tangga

Merupakan upaya untuk memberdayakan anggota rumah


tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan hidup
bersih dan sehat, serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan
di masyarakat.

Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota

keluarga secara keseluruhan dan terbagi dalam :

1) Sasaran primer

Adalah sasaran utama dalam rumah tangga yang akan

dirubah perilakunya atau anggota keluarga yang bermasalah

(individu dalam keluarga yang bermasalah)

2) Sasaran sekunder

Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam

keluarga yang bermasalah misalnya, kepala keluarga, ibu,

orang tua, tokoh keluarga, kader tokoh agama, tokoh

masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait,

PKK

16
3) Sasaran tersier

Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur

pembantu dalam atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan

kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS misalnya,

kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, guru, tokoh

masyarakat dll.

Sepuluh indikator PHBS di tatanan rumah tangga:

a) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.

Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan

menurunkan resiko gangguan pasca persalinan dan

mencegah infeksi neonatus.

b) Memberi ASI Esklusif

Asi ekslusif secara nyata mampu menekan angka kematian

balita, memberikan Asi ekslusif tidak hanya memberikan

manfaat bagi bayi namun bermanfaat juga bagi ibu. Ibu

yang menyusui 20 persen terhindar dari resiko terkena

kanker payudara dan kanker rahim.

c) Menimbang balita setiap bulan.

Jika keluarga memiliki balita wajib membawanya ke pos

yandu untuk dilakukan penimbangan. Menimbang berat

badan merupakan parameter untuk menentukan status gizi

balita, dengan melakukan penimbangan setiap bulan dapat

diketahui pertumbuhan dan perkembangan balita serta

17
dapat diketahui lebih awal jika terdapat indikasi

kekurangan gizi.

d) Menggunakan air bersih

Berbagai penyakit dapat diakibatkan oleh penggunaan air

yang tidak bersih. Jika kondisi air yang digunakan tidak

jernih, keruh atau berbau sebaiknya air yang digunakan

diolah terlebih dahulu agar menjadi air bersih dengan

menggunakan saringan sederhana.

e) Mencuci tangan dengan air dan sabun. 

Membiasakan untuk mencuci tangan setelah melakukan

pekerjaan dan ketika akan mengerjakan suatu pekerjaan

hal ini secara nyata telah mencegah perpindahan kuman

dan penyebaran penyakit yang disebabkan oleh berbagai

bakteri penyebab infeksi antara lain hepatitis B,

HIV/AIDS.

f) Menggunakan jamban sehat.

Kotoran manusia merupakan sumber penyebaran penyakit

yang sangat kompleks antara lain tipus, disentri, kolera,

berbagai macam penyakit cacing, schisosomiasis dan

sebagainya. Secara langsung kotoran ini dapat

mengkontaminasi makanan, minuman, sumber air, tanah

dan sebagainya.

18
g) Memberantas jentik di rumah sekali seminggu.

Mencuci dan membersihkan bak mandi dan tempat-tempat

penyimpanan air minimal seminggu sekali dan mengubur

kaleng-kaleng bekas tindakan ini merupakan cara

memberantas jentik-jentik nyamuk demam berdarah

h) Makan buah dan sayur setiap hari.

Sayur dan buah merupakan sumber gizi yang lengkap dan

sehat serta mudah didapatkan. Dengan mengkonsumsi

sayur dan buah setiap hari kebutuhan gizi dapat terpenuhi.

i) Melakukan aktifitas fisik setiap hari.Aktifitas fisik, gerak

badan atau melakukan pekerjaan di rumah akan

meningkatkan kekuatan otot dan menyehatkan badan.

j) Tidak merokok didalam rumah.

Rokok berbahaya tidak saja bagi perokok tetapi juga

terhadap orang–orang disekelilingnya, untuk itu hindarilah

untuk merokok di dalam rumah. 

b. Tatanan Sekolah

PHBS di sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang

dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat

lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil

pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah

penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif

19
dalam mewujudkan lingkungan sehat. Penerapan PHBS ini

dapat dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah.

Sasaran PHBS di tatanan institusi pendidikan adalah seluruh

anggota keluarga institusi pendidikan dan terbagi dalam :

1) Sasaran primer

Adalah sasaran utama dalam institusi pendidikan yang

akan dirubah perilakunya atau siswa dan guru yang

bermasalah (individu/kelompok dalam institusi pendidikan

yang bermasalah)

2) Sasaran sekunder

Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam

institusi pendidikan yang bermasalah misalnya, kepala

sekolah, guru, orang tua siswa, kader kesehatan sekolah,

tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor

terkait, PKK

3) Sasaran tersier

Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur

pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan,

kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS

di institusi pendidikan misalnya, kepala desa, lurah, camat,

kepala Puskesmas, Diknas, guru, tokoh masyarakat dan orang

tua siswa

Indikator PHBS di sekolah antara lain:

a) Mencuci tangan dengan air bersih mengalir dengan sabun.

20
b) Mengkonsumsi jajanan di warung /kantin sekolah.

Jajan sembarangan tidak aman karena kita tidak tahu

apakah bahan tambahan makanan (BTM) yang

digunakan seperti zat pewarna, pengawet, pemanis dan

bumbu penyedapnya aman untuk kesehatan atau tidak.

c) Membuang sampah pada tempatnya

d) Olah raga yang teratur dan terukur.

e) Memberantas jentik nyamuk.

Untuk memutuskan mata rantai siklus hidup nyamuk,

sehingga nyamuk tidak berkembang di lingkungan

sekolah. Khususnya jentik nyamuk Aedes aeghypty

yang menyebabkan penyakit DBD, karena nyamuk ini

menggigit pada siang hari dimana siswa sedang belajar.

Perlu dilakukan kegiatan 3 m yaitu, menguras tempat-

tempat penampungan air seminggu sekali seperti vas

bunga,bak mandi dll , menutup tempat-tempat

penampungan air dengan rapat dan mengubur barang

bekas yang dapat menampung air hujan.

f) Tidak merokok.

g) Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan

setiap bulan

h) Menggunakan jamban.

21
c. Tatanan Tempat Kerja

Penerapan PHBS di tempat kerja diperlukan untuk menjaga,

memelihara dan mempertahankan kesehatan pekerja agar tetap

sehat dan produktif. Manfaat PHBS di tempat kerja

diantaranya masyarakat di sekitar tempat kerja menjadi lebih

sehat dan tidak mudah sakit, serta lingkungan di sekitar tempat

kerja menjadi lebih bersih, indah, dan sehat.

1)Sasaran primer

Adalah sasaran utama dalam lingkungan tempat kerja yang

akan dirubah perilakunya yaitu seluruh aspek yang ada dalam

suatu perusahaan (karyawan dan pemilik perusahaan) yang

bermasalah.

2) Sasaran sekunder

Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu yang

bermasalah dalam lingkungan tempat kerja yaitu pemilik

perusahaan,mitra kerja

3) Sasaran tersier

Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur

pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan,

kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS

dalam lingkungan perusahaan, yaitu kepala desa, lurah, camat,

kepala Puskesmas, tokoh masyarakat

22
Indikator PHBS di tempat kerja antara lain :

Semua PHBS diharapkan dilakukan di tempat kerja. Namun

demikian, tempat kerja telah masuk kategori Tempat Kerja

Sehat, bila masyarakat pekerja di tempat kerja :

a) Tidak merokok di tempat kerja

b) Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja.

c) Melakukan olahraga secara teratur/aktivitas fisik

d) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum

makan dan sesudah buang air besar dan buang air kecil

e) Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja.

f) Menggunakan air bersih.

g) Menggunakan jamban saat buang air kecil dan besar.

h) Membuang sampah pada tempatnya. Menggunakan Alat

Pelindung Diri (APD) sesuai jenis pekerjaan.

d. Tatanan Tempat Umum

Melalui penerapan PHBS di tempat umum ini, diharapkan

masyarakat yang berada di tempat-tempat umum akan terjaga

kesehatannya dan tidak tertular atau menularkan penyakit.

1) Sasaran primer

Adalah sasaran utama di tempat umum yang akan dirubah

perilakunya yaitu pengurus maupun pengunjung yang

bermasalah dalam berprilaku hidup bersih dan sehat

23
2) Sasaran sekunder

Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu/

kelompok di tempat umum yang bermasalah yaitu prilaku

masyarakat di sekitar tempat umum

3) Sasaran tersier

Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur

pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan,

kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan

PHBS di tempat umum .

a) PHBS di Pasar

Menggunakan air bersih, Membuang sampah pada

tempatnya, Menggunakan jamban, Tidak merokok di

pasar, Tidak meludah Sembarangan, Memberantas

Jentik nyamuk

b) PHBS di tempat Ibadah 

Menggunakan air bersih, Membuang sampah pada

tempatnya, Menggunakan jamban, Tidak merokok di

tempat ibadah, Tidak meludah Sembarangan,

Memberantas Jentik nyamuk

c) PHBS di Rumah Makan

Menggunakan air bersih, Membuang sampah pada

tempatnya, Menggunakan jamban, Mencuci tangan

dengan air bersih dan sabun, Tidak merokok di rumah

24
makan, Menutup makanan dan minuman, Tidak

meludah Sembarangan, Memberantas Jentik nyamuk

d) PHBS di Angkutan Umum(Bus, Angkot, Kereta,

Pesawat, Kapal Laut dll)

Menggunakan air bersih, Membuang sampah pada

tempatnya, Menggunakan jamban, Tidak merokok di

angkutan umum, Tidak meludah Sembarangan

e. Tatanan Di Fasilitas Kesehatan

PHBS di Institusi Kesehatan sangat diperlukan sebagai salah

satu upaya untuk mencegah penularan penyakit, infeksi

nosokomial dan mewujudkan Institusi Kesehatan yang sehat.

1)Sasaran primer

Adalah sasaran utama dalam institusi kesehatan yang akan

dirubah perilakunya atau bermasalah (individu/kelompok)

yaitu pengunjung, pengguna fasilitas, dan paramedis dalam

institusi kesehatan.

2) Sasaran sekunder

Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam

institusi kesehatan yang bermasalah misalnya, kelapa

ruangan, dokter, dan kepala rumah sakit.

3) Sasaran tersier

Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur

pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan,

25
kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS

di institusi kesehatan misalnya, Dinas kesehatan    

Indikator PHBS di fasilitas kesehatan antara lain :

a) Menggunakan air bersih,

b) Menggunakan jamban yang bersih & sehat,

c) Membuang sampah pada tempatnya,

d) Tidak merokok,

e) Tidak meludah sembarangan,

f) Memberantas jentik nyamuk.

C. TBC

1. Defenisi TBC

Adalah penyakit paru-paru akibat kuman/ Mycobacterium


Tuberculosis. TBC akan menimbulkan gejala berupa batuk ,
yang berlangsung lama ( lebih dari 3 minggu ) , biasanya
berdahak dan terkadang mengeluarkan darah.kuman ini tidak
hanya menyerang paru-paru , tetapi juga bisa menyerang tulang ,
usus, atau kelenjar . Penyakit ini ditularkan dari percikan ludah ,
yang keluar dari penderita TBC ketika berbicara , batuk atau
bersin. Penyakit ini lebih rentan terkena pada seseorang yang
kekebalan tubuhnya rendah , misalnya penderita HIV .

2. Tujuan Pencegahan TBC

Strategi DOTS adalah strategi pengobatan dalam


penangulangan TB nasional yang direkomendasikan oleh
WHO, ide awal DOTS yaitu setiap pasien TB harus diamati
oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) saat minum obat. PMO

26
bisa dilakukan oleh tenaga kesehatan, keluarga, pemuka agama
maupun masyarakat juga orang yang di segani penderita.
Rumah Sakit memiliki potensi yang besar dalam penemuan
pasien tuberculosis, tetapi memiliki keterbatasan dalam
menjaga keteraturan dan keberlangsungan pengobatan pasien.
Oleh karena itu perlu dikembangkan jejaring rumah sakit baik
internal maupun eksternal. Jejaring internal adalah jejaring
yang dibuat didalam rumah sakit sedangkan jejaring ekternal
adalah jejaring yang dibangun antara dinas kesehatan ,rumah
sakit, puskesmas, dan UPK lainnya dalam penangulangan
tuberkulosis dengan strategi DOTS  ( Depkes RI, 2007).

Strategi DOTS terdiri atas 5 (lima) komponen, yaitu : Pertama,


adanya jaminan komitmen politik untuk menanggulangi TB di
suatu negara. Secara umum komitmen pemerintah dibangun
atas kesadaran tentang besarnya masalah TB dan pengetahuan
tentang adanya program penanggulangan TB yang telah
terbukti ampuh.  Komitmen itu dimulai dengan keputusan
pemerintah untuk menjadikan penanggulangan TB sebagai
prioritas utama dalam program kesehatannya. Untuk mendapat
dampak yang memadai, maka komitmen politik itu harus
diterjemahkan dalam tiga hal penting, yaitu menetapkan
kebijakan, mobilisasi sumber daya dan implementasi program.
Harus dibuat suatu program nasional yang menyeluruh serta
menjelaskan strategi DOTS dapat diimplementasikan.
Sehingga, diperlukan dukungan pendanaan serta tenaga
pelaksana yang terlatih untuk dapat mewujudkan program
menjadi kegiatan nyata di masyarakat.

Kedua, penemuan kasus dengan pemeriksaan mikroskopis,


terutama dilakukan pada mereka yang datang ke fasilitas
kesehatan karena keluhan paru dan pernapasan. Pendekatan itu
disebut sebagai passive case finding. Hal itu dipilih mengingat

27
pemeriksaan mikroskopis merupakan cara yang paling efektif
dalam menemukan kasus TB. Dalam hal ini, pada keadaan
tertentu dapat dilakukan pemeriksaan radiografi, dengan
kriteria-kriteria yang jelas dan dapat diterapkan di masyarakat.

Ketiga, pemberian obat yang diawasi secara langsung. Pasien


diawasi secara langsung ketika menelan obatnya, obat yang
diberikan harus sesuai dengan standar. Pengobatan TB
memerlukan waktu enam bulan. Karena itu, harus ada suatu
sistem yang menjamin pasien mau menyelesaikan seluruh
masa pengobatannya sampai selesai.  Hal ini dapat dilakukan
oleh petugas kesehatan, pemuka masyarakat setempat, tetangga
pasien atau oleh keluarganya sendiri.

Keempat, jaminan tersedianya obat secara teratur, menyeluruh,


dan tepat waktu. Masalah utama dalam hal tersebut adalah
perencanaan dan pemeliharaan cadangan obat pada berbagai
tingkat daerah. Untuk itu, diperlukan pencatatan dan pelaporan
penggunaan obat yang baik, seperti jumlah kasus pada setiap
kategori pengobatan, kasus yang ditangani dalam waktu yang
lalu (forecasting), data akurat cadangan (stock) di masing-
masing gudang yang ada.

Kelima, sistem pengawasan serta pencatatan dan pelaporan


yang baik. Setiap pasien TB yang diobati harus punya satu
kartu identitas penderita yang kemudian tercatat di catatan TB
di kabupaten. Dari proses pencatatan dan pelaporan data yang
paling penting adalah pencatatan dengan sistem kohort yang
dapat menjadi cara pengamatan sistematis.

Selanjutnya, tujuan jangka panjang program penanggulangan


TB dengan strategi DOTS adalah menurunkan angka kesakitan
dan angka kematian TB serta memutuskan rantai penularan
sehingga penyakit TB tidak lagi menjadi masalah kesehatan

28
masyarakat Indonesia. Tujuan jangka pendek adalah tercapai
cakupan penemuan penderita secara bertahap sehingga pada
tahun 2005 mencapai 70% dari perkiraan semua penderita
BTA positif, dengan tingkat kesembuhan minimal 85% dari
semua penderita baru BTA positif yang diobati.

3. Upaya Pencegahan TBC

1. Hindari kontak dengan penderita TBC

Sebisa mungkin hindari kontak dengan penderita batuk


khususnya TBC. Meski demikian, jangan sampai
mendiskriminasi para penderita.

2. Gunakan Masker

Selalu sediakan masker saat berada di tempat umum terutama


dalam ruangan tertutup seperti bus, pesawat, kereta api, dan
mal. Masker dapat mencegah penyebaran kuman TBC.

3. Ventilasi atau saluran udara yang baik

Ventilasi dan saluran udara yang baik dapat menghambat


penyebaran kuman TBC. Bakteri tersebut dapat berkembang
biak di lingkungan yang lemban. Bakteri TBC juga bisa mati
jika terkena cahaya matahari langsung.

4. Menjaga daya tahan tubuh

Sistem imun yang rendah membuat penularan TBC akan


semakin mudah. Hindari gaya hidup yang dapat membuat daya
tahan tubuh menurun seperti merokok dan begadang.

29
Tingkatkan daya tahan tubuh denagn istirahat yang cukup dan
makan-makanan yang bergizi.

5. Pemeriksaan

Jika terpapar dengan pasien TBC segera lakukan pemeriksaan


untuk mencegah penularan.
4. Peran Perawat Pada Penyakit TBC

a. Peran Perawat sebagai pelaksana dalam penanggulan tubercolosis

1) Fokus pelayanan kesehatan dalam praktik keperawatan dan


pengobatan tuberculosis. Menurut kozier erth ( 1990 ) pelayanan
kesehatan dalam praktek keperawatan merupakan yang dominan
dari perawat dalam lingkungan pelayanan kesehatan yang
berfokus pada praktek keperawatan , yang meliputi tiga area ,
yaitu :

a) Peningkatan Kesehatan ( Health Promotion )

b) Pemeliharaan Kesehatan ( Health Maintenance )

c) Pemulihan Kesehatan ( Health Restoration )

2) Praktik Keperawatan

Pelayanan Praktik keperawatan dapat dibagi dua tingkat , yaitu :

a) Tingkat lanjut ( klinik )

Perawat berfungsi dalam praktik pelayanan keperawatan dengan


memberikan perawatan langsung kepada pasien melalui praktik
dalam lembaga pelayanan kesehatan

30
b) Tingkat Komunitas

1. Perencaanaa pemulangan untuk perawatan di rumah

2. Perencanaan kunjungan rumah

3) Implikasi Pelayanan Keperawatan menurut Nursallam ( 2001 ) ,


implikasi pelayanan keperawatan berkembang seiring dengan
perkembangan IPTEK dan tuntutan kebutuhan masyarakat. Sehingga
perawat dituntut mampu menjawab dan mengantisipasi terhadap
dampak dari perubahan

4) Peran perawat sebagai pendidik dalam penanggulangan Tubercolosis


Perawat mampu memberi pendidikan atau penyuluhan keperawatan
dan pengobatan Tubercolosis kepada idividu , keluarga , kelompok ,
dan masyarakat serta bimbingan pembinaan tenaga keperawatan dan
kesehatan lainnya , yaitu tentang pengumpulan dahak ,
memperkenalkan kualitas dahak yang baik , mengajarkan cara
mengatasi kesulitan mengeluarkan dahak dengan menggunakan
metode demonstrasi.

5) Peran perawat sebagai pelaksana dalam penanggulangan


Tubercolosis perawat mampu mengumpulkan data dan berkolaborasi
dalam merancang dan menghasilkan serta melakukan replikasi riset
keperawatan pada pasien Tubercolosis. Dalam hal ini perawat
berperan dalam pencatatan dan pelaporan tubercolosis yang meliputi

1. Pengobatan pasien tubercolosis yang terdaftar 12-15 bulan yang


lalu

2. Penemuan kasus baru dan kambuh

3. Pasien yang merujuk

4. Pengobatan dari dari pasien pindahan Tubercolosis

31
5. Efektivitas pengobatan OAT

6. Keteraturan penggunaan OAT

7. Sistem pengawasan dan pendistribusian.

BAB III

A. Kesimpulan 

Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam


sistem pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang
secara umum tidak menjadi bagian dari pengobatan
kon9ensional."erdasarkan penjelasan di atas, ceragem batu giok e&ekti&
dalam menurunkan kadar asam urat dalam tubuh.Peran perawat dalam
terapi komplementer, yaitu <peran sebagai  pemberi asuhan keperawatan,
peran sebagai advokat pembela klien, peran edukator, peran researcher.

PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan karena


kesadaran pribadi sehingga keluarga dan seluruh anggotanya mampu
menolong diri sendiri pada bidang kesehatan serta memiliki peran aktif
dalam aktivitas masyarakat. 

Strategi DOTS adalah strategi pengobatan dalam penangulangan TB


nasional yang direkomendasikan oleh WHO, ide awal DOTS yaitu setiap
pasien TB harus diamati oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) saat
minum obat. PMO bisa dilakukan oleh tenaga kesehatan, keluarga,
pemuka agama maupun masyarakat juga orang yang di segani penderita.
Rumah Sakit memiliki potensi yang besar dalam penemuan pasien
tuberculosis, tetapi memiliki keterbatasan dalam menjaga keteraturan dan
keberlangsungan pengobatan pasien. Oleh karena itu perlu
dikembangkan jejaring rumah sakit baik internal maupun eksternal.
Jejaring internal adalah jejaring yang dibuat didalam rumah sakit

32
sedangkan jejaring ekternal adalah jejaring yang dibangun antara dinas
kesehatan ,rumah sakit, puskesmas, dan UPK lainnya dalam
penangulangan tuberkulosis dengan strategi DOTS  ( Depkes RI, 2007)

B. Saran

Semoga dengan adanya materi pada makalah ini bisa menunjang


pembelajaran dan diskusi di dalam kelas. Dengan kita memperbanyak ,
pengetahuan tentang terapi komplementer , PHBS , dan TBC Semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Penyusunan
makalah mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi
kelancaran dan kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya.

33
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Nasional Penanggulanga
n Tuberkulosis,Cetakan ke 10.
2. Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, Hasil Pengkajian Pengemban
gan Produk TBC diPropinsi DKI Jakarta tahun 2002, Jakarta, 2002, 
hal 1– 4.
3. Departemen Kesehatan RI. 2005. Survei Prevalensi Tuberkulosis di I
ndonesia 2004.
4. Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi ketiga
. Jakarta : BinarupaAksara.
5. https://www.academia.edu/30828903/PHBS_Kel

34

Anda mungkin juga menyukai