PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Sikap merupakan salah satu predisposisi tindakan yang dapat
menggambarkan ketertarikan maupun ketidaktertarikan seseorang terhadap
stimulus, tetapi belum suatu tindakan atau perilaku (Nala Sari, 2013 ).
Secara garis besar seseorang dengan pendidikan tinggi mempunyai tingkat
kepercayaan rendah dan cenderung memilih kebutuhan kesehatan dilakukan
di rumah sakit atau dokter praktek. Hal ini berarti bahwa seseorang akan
memilih untuk berobat di klinik yang memiliki tenaga kesehatan dengan
tingkat pendidikan, ilmu dan ketrampilan yang memadai. Disamping karena
spesifikasi SDM dari pelayanan kesehatan, kepercayaan juga dikarenakan
fasilitas yang berada di pelayanan kesehatan, sehingga seseorang cenderung
memilih proses yang cepat dan tepat yang mana proses tersebut terdapat di
unit kerja seperti rumah sakit atau balai pengobatan (Pamungkas, 2008).
PHBS
2
Program TBC
B. Rumusan masalah
3
7.Apakah definisi dari PHBS ?
C. Tujuan Penelitian
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TERAPI KOMPLEMENTER
5
seluruh penduduk dunia pernah menjalani pengobatan
nonkonvensional. Di Indonesia sendiri, kepopuleran pengobatan non-
konvensional, termasuk pengobatan komplementer ini, bisa
diperkirakan dari mulai menjamurnya iklan terapi non – konvensional
di berbagai media
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang
digabungkan dalam pengobatan modern. Komplementer adalah
penggunaan terapi tradisional ke dalam pengobatan modern.
Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang
menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan.
Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan
holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi
individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu
untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan
fungsi.
Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer dan alternatif
sebagai sebuah domain luas dalam sumber daya pengobatan yang
meliputi sistem kesehatan, modalitas, praktik dan ditandai dengan
teori dan keyakinan, dengan cara berbeda dari sistem pelayanan
kesehatan yang umum di masyarakat atau budaya yang ada
(Complementary and alternative medicine/CAM Research
Methodology Conference, 1997 dalam Snyder & Lindquis, 2002).
Terapi komplementer dan alternatif termasuk didalamnya
seluruh praktik dan ide yang didefinisikan oleh pengguna sebagai
pencegahan atau pengobatan penyakit atau promosi kesehatan dan
kesejahteraan. Definisi tersebut menunjukkan terapi komplemeter
sebagai pengembangan terapi tradisional dan ada yang diintegrasikan
dengan terapi modern yang mempengaruhi keharmonisan individu
dari aspek biologis, psikologis, dan spiritual.
Hasil terapi yang telah terintegrasi tersebut ada yang telah
lulus uji klinis sehingga sudah disamakan dengan obat modern.
Kondisi ini sesuai dengan prinsip keperawatan yang memandang
6
manusia sebagai makhluk yang holistik (bio, psiko, sosial, dan
spiritual).
2. Klasifikasi Terapi Komplementer
a. Mind-body therapy
Intervensi dengan teknik untuk memfasilitasi kapasitas berpikir
yang mempengaruhi gejala fisik dan fungsi berpikir yang
mempengaruhi fisik dan fungsi tubuh (imagery, yogo, terapi
musik, berdoa, journaling, biofeedback, humor, tai chi, dan
hypnoterapy).
b. Alternatif sistem pelayanan
Yaitu sistem pelayanan kesehatan yang mengembangkan
pendekatan pelayanan biomedis (cundarismo, homeopathy,
nautraphaty).
c. Terapi biologis
Yaitu natural dan praktik biologis dan hasil-hasilya misalnya
herbal, dan makanan.
d. Terapi manipulatif dan sistem tubuh
Didasari oleh manupulasi dan pergerakan tubuh misalnya
kiropraksi, macam-macam pijat, rolfiing, terapi cahaya dan
warna, serta hidroterapi.
e. Terapi energi
Terapi yang berfokus pada energi tubuh (biofields) atau
mendapatkan energi dari luat tubuh (terapetik sentuhan,
pengobatan sentuhan, reiki, external qi gong magnet) terapi ini
kombinasi antar energi dan bioelektromagnetik.
3. Peran Perawat Dalam Terapi Komplementer
a. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan
Didukung oleh teori keperawatan berdasarkan Teori Orem (1971).
Tujuan keperawatan adalah untuk merawat dan membantu klien
mencapai perawatan diri secara total. Nightingale (1860) Tujuan
keperawatan untuk pasilitasi proses penyebuhan tubuh dengan
memanipulasi lingkungan klien. Rogers (1970) Untuk
7
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan,mencegah
kesakitan, dan merawat serta merehabilitasi klien yang sakit dan
tidak mampu dengan pendekatan humanistic keperawatan.
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat
dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan
dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan
keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga
dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncakan dan
dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan
dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan
dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
b. Peran Sebagai Advokat (Pembela) Klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga
dalam menginterpretasikan berbagia informasi dari pemberi
pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan
persetujuan atas tindakan keperawatan berkaitan dengan terapi
komplementer yang diberikan kepada pasiennya, juga dapat
berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang
meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi
tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan
nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat
kelalaian.
c. Peran edukator
Didukung oleh Teori Peplau (1952). Tujuan keperawatan untuk
mengembangkan interaksi antara perawat dan klien. King (1971),
tujuan keperawatan untuk memanfaatkan komunikasi dalam
membantu klien mencapai kembali adaptasi secara positif terhadap
lingkungan. Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam
meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan mengenai terapi
komplementer, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan,
8
sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan
pendidikan kesehatan.
4. Jenis-Jenis Terapi yang Dapat Di Akses
Beberapa terapi dan teknis medis alternatif dan komplementer
bersifat umum dan menggunakan proses alami (pernapasan, pikiran
dan konsentrasi, sentuhan ringan, pergerakan, dan lain-lain) untuk
membanti individu merasa lebih baik dan beradaptasi dengan kondisi
akut dan akut. Berikut jenis-jenis terapi yang dapat diakses
keperawatan, yaitu :
a. Terapi Relaksasi
Respon relaksasi merupakan bagian dari penurunan umum
kognitif, fisiologis, dan stimulasi perilaku. Relaksasi juga
melibatkan penurunan stimulasi. Proses relaksasi
memperpanjuang serat otot, mengurangi pengiriman impuls
neural ke otak, dan selanjutnya mengurangi aktivitas otak juga
sistem tubuh lainnya. Relaksasi membantu individu membangun
keterampilan kognitif untuk mengurangi cara yang negatif dalam
merespon situasi dalam lingkungan mereka.
9
b. Meditasi dan Pernapasan
Meditasi adalah segala kegiatan yang membatasi masukan
rangsangan dengan perhatian langsung pada suatu rangsangan
yang berulang atau tetap. Ini merupakan terminasi umum untuk
jangkauan luas dari praktik yang melibatkan relaksasi tubuh dan
ketegangan pikiran. Menurut Benson, komponen relaksasi sangat
sederhana, yaitu :
1) Ruangan yang tenang
2) Posisi yang nyaman
3) Sikap mau menerima
4) Fokus perhatian.
Praktik meditasi tidak membutuhkan seorang pengajar,
banyak individu mempelajari prosesnya dari buku atau kaset, dan
mudah untuk diajarkan.
Sebagian besar teknik meditasi melibatkan pernapasan, biasanya
pernapasan perut yang dalam, relaks, dan perlahan.
10
b. Terapi hiperbarik
Terapi heperbarik yaitu suatu metode terapi dimana pasien
dimasukkan ke dalam sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara
2 – 3 kali lebih besar daripada tekanan udara atmosfer normal (1
atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%). Selama
terapi, pasien boleh membaca, minum, atau makan untuk
menghindari trauma pada telinga akibat tingginya tekanan udara.
11
6. Persyaratan Dalam Terapi Komplementer
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut :
a. Sumber daya manusia harus tenaga dokter dan atau dokter gigi
yang sudah memiliki kompetensi.
b. Bahan yang digunakan harus yang sudah terstandar dan dalam
bentuk sediaan farmasi.
c. Rumah sakit yang dapat melakukan pelayanan penelitian harus
telah mendapat izin dari Departemen Kesehatan Republik
Indonesia dan akan dilakukan pemantauan terus – menerus.
7. Peran Perawat
Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi
komplementer diantaranya sebagai konselor, pendidik kesehatan,
peneliti, pemberi pelayanan langsung, koordinator dan sebagai
advokat.
a. Konselor
Sebagai konselor perawat dapat menjadi tempat bertanya,
konsultasi, dan diskusi apabila klien membutuhkan informasi
ataupun sebelum mengambil keputusan.
b. Pendidik
Sebagai pendidik kesehatan, perawat dapat menjadi pendidik bagi
perawat di sekolah tinggi keperawatan seperti yang berkembang di
Australia dengan lebih dahulu mengembangkan kurikulum
pendidikan (Crips & Taylor, 2001).
c. Peneliti
Peran perawat sebagai peneliti di antaranya dengan melakukan
berbagai penelitian yang dikembangkan dari hasil-hasil evidence-
based practice.
d. Pemberi pelayanan
Perawat dapat berperan sebagai pemberi pelayanan langsung
misalnya dalam praktik pelayanan kesehatan yang melakukan
integrasi terapi komplementer (Snyder & Lindquis, 2002).
12
e. Koordinator
Perawat lebih banyak berinteraksi dengan klien sehingga peran
koordinator dalam terapi komplementer juga sangat penting. Perawat
dapat mendiskusikan terapi komplementer dengan dokter yang
merawat dan unit manajer terkait.
f. Advokat
Sedangkan sebagai advokat perawat berperan untuk memenuhi
permintaan kebutuhan perawatan komplementer yang mungkin
diberikan termasuk perawatan alternatif (Smith et al.,2004).
B. PHBS
1. Pengertian PHBS
13
2. Tujuan PHBS
3. Manfaat PHBS
14
yang bersih dan sehat, meningkatkan proses belajarmengajar
dan para siswa, guru hingga masyarakat lingkungan sekolah
menjadi sehat.
15
bekal pengetahuan dan kesadaran untuk menjalani perilaku hidup
yang menjaga kebersihan dan memenuhi standar kesehatan.
4. Sasaran PHBS
a. Tatanan Rumah Tangga
1) Sasaran primer
2) Sasaran sekunder
PKK
16
3) Sasaran tersier
masyarakat dll.
17
dapat diketahui lebih awal jika terdapat indikasi
kekurangan gizi.
HIV/AIDS.
dan sebagainya.
18
g) Memberantas jentik di rumah sekali seminggu.
b. Tatanan Sekolah
19
dalam mewujudkan lingkungan sehat. Penerapan PHBS ini
1) Sasaran primer
yang bermasalah)
2) Sasaran sekunder
terkait, PKK
3) Sasaran tersier
tua siswa
20
b) Mengkonsumsi jajanan di warung /kantin sekolah.
f) Tidak merokok.
setiap bulan
h) Menggunakan jamban.
21
c. Tatanan Tempat Kerja
1)Sasaran primer
bermasalah.
2) Sasaran sekunder
perusahaan,mitra kerja
3) Sasaran tersier
22
Indikator PHBS di tempat kerja antara lain :
makan dan sesudah buang air besar dan buang air kecil
1) Sasaran primer
23
2) Sasaran sekunder
3) Sasaran tersier
a) PHBS di Pasar
Jentik nyamuk
24
makan, Menutup makanan dan minuman, Tidak
1)Sasaran primer
institusi kesehatan.
2) Sasaran sekunder
3) Sasaran tersier
25
kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS
d) Tidak merokok,
C. TBC
1. Defenisi TBC
26
bisa dilakukan oleh tenaga kesehatan, keluarga, pemuka agama
maupun masyarakat juga orang yang di segani penderita.
Rumah Sakit memiliki potensi yang besar dalam penemuan
pasien tuberculosis, tetapi memiliki keterbatasan dalam
menjaga keteraturan dan keberlangsungan pengobatan pasien.
Oleh karena itu perlu dikembangkan jejaring rumah sakit baik
internal maupun eksternal. Jejaring internal adalah jejaring
yang dibuat didalam rumah sakit sedangkan jejaring ekternal
adalah jejaring yang dibangun antara dinas kesehatan ,rumah
sakit, puskesmas, dan UPK lainnya dalam penangulangan
tuberkulosis dengan strategi DOTS ( Depkes RI, 2007).
27
pemeriksaan mikroskopis merupakan cara yang paling efektif
dalam menemukan kasus TB. Dalam hal ini, pada keadaan
tertentu dapat dilakukan pemeriksaan radiografi, dengan
kriteria-kriteria yang jelas dan dapat diterapkan di masyarakat.
28
masyarakat Indonesia. Tujuan jangka pendek adalah tercapai
cakupan penemuan penderita secara bertahap sehingga pada
tahun 2005 mencapai 70% dari perkiraan semua penderita
BTA positif, dengan tingkat kesembuhan minimal 85% dari
semua penderita baru BTA positif yang diobati.
2. Gunakan Masker
29
Tingkatkan daya tahan tubuh denagn istirahat yang cukup dan
makan-makanan yang bergizi.
5. Pemeriksaan
2) Praktik Keperawatan
30
b) Tingkat Komunitas
31
5. Efektivitas pengobatan OAT
BAB III
A. Kesimpulan
32
sedangkan jejaring ekternal adalah jejaring yang dibangun antara dinas
kesehatan ,rumah sakit, puskesmas, dan UPK lainnya dalam
penangulangan tuberkulosis dengan strategi DOTS ( Depkes RI, 2007)
B. Saran
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Nasional Penanggulanga
n Tuberkulosis,Cetakan ke 10.
2. Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, Hasil Pengkajian Pengemban
gan Produk TBC diPropinsi DKI Jakarta tahun 2002, Jakarta, 2002,
hal 1– 4.
3. Departemen Kesehatan RI. 2005. Survei Prevalensi Tuberkulosis di I
ndonesia 2004.
4. Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi ketiga
. Jakarta : BinarupaAksara.
5. https://www.academia.edu/30828903/PHBS_Kel
34