DALAM KEPERAWATAN
Disusun untuk memenuhi tugas IKD 1
Adam Diyar
Meisya Maulidya Pratami
Wulandari Alami
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya,
sehingga kami dapat menyelesaikan “makalah tentang BERFIKIR
KRITIS” dengan baik.Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya dosen pembimbing kami
yang telah membimbing kami hingga terselesaikan makalah ini.Kami menyadari
makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
pembaca sangat kami perlukan dalam perbaikan makalah ini.Dan semoga makalah
ini bisa berguna bagi kami dan pembaca.
penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
Bab 2 Pembahasan
2.1 Pengertian Berpikir Kritis
2.2 Latar Belakang Berpikir Kritis dalam Keperawatan
2.3 Karakteristik Berpikir Kritis dalam Keperawatan
2.4 Cara Berpikir Kritis Yang Baik
2.5 Model dari Berpikir Kritis
2.6 Keterampilan dalam berpikir kritis
2.7 langkah – langkah berfikir kritis
2.8Faktor / kompenen yang mempengaruhi berfikir kritis
2.9 Fungsi /manfaat berpikir kritis
Bab 3 Penutup
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Dalam keperawatan, berpikir kritis adalah suatu kemampuan bagaimana perawat mampu
berpikir dengan sistematis dan menerapkan standar intelektual untuk menganalisis proses
berpikir. Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu komponen penting dalam
mempertanggung jawabkan profesionalisme dan kualitas pelayanan asuhan keperawatan.
Berpikir kritis merupakan pengujian rasional terhadap ide, pengaruh, asumsi, prinsip,
argumen, kesimpulan, isu, pernyataan, keyakinan, dan aktivitas (Bandman dan Bandman,
1988)
Berpikir bukan suatu proses statis, tetapi selalu berubah secara konstan dan dinamis
dalam setiap hari atau setiap waktu. Tindakan keperawatan membutuhkan proses berpikir,
oleh karena itu sangat penting bagi perawat untuk mengerti berpikir secara umum. Pemikir
kritis dalam praktik keperawatan adalah seseorang yang mempunyai keterampilan
pengetahuan untuk menganalisis, menerapkan standar, mencari informasi, menggunakan
alasan rasional, memprediksi, dan melakukan transformasi pengetahuan. Pemikir kritis dalam
keperawatan menghasilkan kebiasaan-kebiasaan baik dalam berpikir, yaitu: yakin,
kontekstual, perspektif, kreatif, fleksibel, integritas intelektual, intuisi, berpikir terbuka,
refleksi, inquisitiviness, dan perseverance.
Menurut Wilkinson (1992), karakteristik berpikir kritis dalam keperawatan pada
prinsipnya merupakan suatu kesatuan dari berpikir (thinking), merasakan (feeling), dan
melakukan (doing). Mengingat profesi perawat merupakan profesi yang langsung berhadapan
dengan nyawa manusia, maka dalam menjalankan aktivitasnya, perawat menggunakan
perpaduan antara thingking, feeling, dan doing secara konprehensif dan bersinergi. Perawat
menerapkan keterampilan berpikir dengan menggunakan pengetahuan dari berbagai subjek
dan lingkungannya, menangani perubahan yang berasal dari stresor lingkungan, dan
membuat keputusan penting.
1.2Rumusan Masalah
Dalam keperawatan, berpikir kritis adalah suatu kemampuan bagaimana perawat mampu
berpikir dengan sistematis dan menerapkan standar intelektual untuk menganalisis proses
berpikir. Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu komponen penting dalam
mempertanggung jawabkan profesionalisme dan kualitas pelayanan asuhan keperawatan.
Berpikir kritis merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang dapat digunakan
dalam pembentukan sistem konseptual perawat. Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok
dalam pendidikan sejak 1942.
Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi
kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan,
mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran merupakan bentuk berpikir yang
perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan,
mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua
keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga
merupakan kegiatan mengevaluasi-mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala
menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan. Berpikir kritis juga biasa
disebut directed thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus yang akan dituju.
Pendapat senada dikemukakan Anggelo (1995: 6), berpikir kritis adalah mengaplikasikan
rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis,
mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.
Penekanan kepada proses dan tahapan berpikir dilontarkan pula oleh Scriven, berpikir
kritis yaitu proses intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan dalam membuat
pengertian atau konsep, mengaplikasikan, menganalisis, membuat sistesis, dan mengevaluasi.
Semua kegiatan tersebut berdasarkan hasil observasi, pengalaman, pemikiran, pertimbangan, dan
komunikasi, yang akan membimbing dalam menentukan sikap dan tindakan (Walker, 2001: 1).
Pernyataan tersebut ditegaskan kembali oleh Angelo (1995: 6), bahwa berpikir kritis
harus memenuhi karakteristik kegiatan berpikir yang meliputi : analisis, sintesis, pengenalan
masalah dan pemecahannya, kesimpulan, dan penilaian.
Berpikir yang ditampilkan dalam berpikir kritis sangat tertib dan sistematis. Ketertiban
berpikir dalam berpikir kritis diungkapkan MCC General Education Iniatives. Menurutnya,
berpikir kritis ialah sebuah proses yang menekankan kepada sikap penentuan keputusan yang
sementara, memberdayakan logika yang berdasarkan inkuiri dan pemecahan masalah yang
menjadi dasar dalam menilai sebuah perbuatan atau pengambilan keputusan.
Berpikir kritis merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang dapat digunakan
dalam pembentukan sistem konseptual siswa. Menurut Ennis (1985: 54), berpikir kritis adalah
cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk
menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan.
9. Kriteria
(kriteria)Dalam kritis harus memiliki kriteria atau patokan. Untuk sampai kearah manamaka harus
menemukan sesuatu untukdiputuskan atau dipercayai.meski pendapat yangdapat disusun dari sumber
belajar, namun akan memiliki saran yang berbeda.Jika kita akan menggunakan standarlisasi maka
haruslah berdasarkan relenfansi, keakuratanfakta-fakta, berdasarkan sumber yang kredibel, teliti tidak
benas dari logika yang keliru, logikayangdikonsultasikandandidukungyangdikeluarkan.
11. Sudutpandang
Yaitu cara memandang atau menafkirkan dunia ini, yang akan menentukan kontruksimakna.seseorang
yang berfikir dengan kritis akan melihat penomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
3. Penyelidikan (I)
Penyelidikan adalah memeriksa isu secara sangat mendetail dan mempertanyakan isu yang
mungkin segera tampak dengan jelas. Apabila anda menggunakan tingkat pertanyaan ini dalam
situasi sosial, anda akan disebut “terlalu memaksa”. Penyelidikan termasuk menggali dan
mempertanyakan segala hal terutama asumsi pribadi seseorang dalam situasi tertentu.
Penyelidikan berarti tidak menilai sesuatu berdasarkan bentuk luarnya, mencari faktor-faktor
yang kurang jelas, meragukan semua pesan pertama, dan memeriksa segala sesuatu, walaupun
hal tersebut tampak tidak bermakna.
4. Ide baru dan Kreativitas (N)
Ide baru dan Kreativitas merupakan model berpikir yang sangat khusus bagi anda. Ide baru dan
Kreativitas sangat penting dalam keperawatan karena merupakan akar dari asuhan yang
diindividualisasi atau asuhan yang sesuai dengan spesifikasi klien. Banyak hal yang dipelajari
perawat yang harus digabungkan, disesuaikan, dan dikerjakan ulang untuk menyesuaikan dengan
setiap situasi klien yang unik.
5. Mengetahui Bagaimana Anda Berpikir (K)
Mengetahui bagaimana anda berpikir adalah model T.H.I.N.K. yang terakhir, tetapi bukan tidak
penting, berarti berpikir tentang pemikiran seseorang. Berpikir tentang pemikiran disebut
“metakognisi” sebuah kata yang terdiri dari kata awalan, “meta”, yang berarti “diantara atau
ditengah-tengah dari”, dan “kognisi”, yang berarti “proses mengetahui”. Apabila anda berada
ditengah-tengah proses mencari tahu, Anda akan mengetahui bagaimana Anda berpikir.
Mengetahui bagaimana anda berpikir tidak sesederhana seperti yang terdengar. Sebagian besar
kita “hanya berpikir”, kita tidak menghabiskan banyak waktu untuk merenungkan bagaimana
kita berpikir.
Dalam penerapan pembelajaran pemikiran kritis di pendidikan keperawatan, dapat digunakan tiga model,
yaitu: feeling, vision model, dan examine model yaitu sebagai berikut:
1. Feeling Model
Model ini menerapkan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang ditemukan. Pemikir kritis mencoba
mengedepankan perasaan dalam melakukan pengamatan, kepekaan dalam melakukan aktifitas
keperawatan dan perhatian. Misalnya terhadap aktifitas dalam pemeriksaan tanda vital, perawat
merasakan gejala, petunjuk dan perhatian kepada pernyataan serta pikiran klien.
2. Vision model
Model ini dingunakan untuk membangkitkan pola pikir, mengorganisasi dan menerjemahkan perasaan
untuk merumuskan hipotesis, analisis, dugaan dan ide tentang permasalahan perawatan kesehatan klien,
beberapa kritis ini digunakan untuk mencari prinsip-prinsip pengertian dan peran sebagai pedoman yang
tepat untuk merespon ekspresi.
3. Exsamine model
Model ini dungunakan untuk merefleksi ide, pengertian dan visi. Perawat menguji ide dengan bantuan
kriteria yang relevan. Model ini digunakan untuk mencari peran yang tepat untuk analisis, mencari,
meguji, melihat konfirmasi, kolaborasi, menjelaskan dan menentukan sesuatu yang berkaitan dengan ide.
a. Keterampilan Menganalisis
Keterampilan menganalisis merupakan suatu keterampilan menguraikan sebuah struktur ke
dalam komponen-komponen agar mengetahui pengorganisasian struktur tersebut . Dalam
keterampilan tersebut tujuan pokoknya adalah memahami sebuah konsep global dengan cara
menguraikan atau merinci globalitas tersebut ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil dan
terperinci. Pertanyaan analisis, menghendaki agar pembaca mengindentifikasi langkah-langkah
logis yang digunakan dalam proses berpikir hingga sampai pada sudut kesimpulan (Harjasujana,
1987: 44). Kata-kata operasional yang mengindikasikan keterampilan berpikir analitis,
diantaranya: menguraikan, membuat diagram, mengidentifikasi, menggambarkan,
menghubungkan, memerinci, dsb.
b. Keterampilan Mensintesis
Keterampilan mensintesis merupakan keterampilan yang berlawanan dengan keteramplian
menganallsis. Keterampilan mensintesis adalah keterampilan menggabungkan bagian-bagian
menjadi sebuah bentukan atau susunan yang baru. Pertanyaan sintesis menuntut pembaca untuk
menyatupadukan semua informasi yang diperoleh dari materi bacaannya, sehingga dapat
menciptakan ide-ide baru yang tidak dinyatakan secara eksplisit di dalam bacaannya. Pertanyaan
sintesis ini memberi kesempatan untuk berpikir bebas terkontrol (Harjasujana, 1987: 44).
d. Keterampilan Menyimpulkan
Keterampilan menyimpulkan ialah kegiatan akal pikiran manusia berdasarkan
pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang dimilikinya, dapat beranjak mencapai
pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang baru yang lain (Salam, 1988: 68). Berdasarkan
pendapat tersebut dapat dipahami bahwa keterampilan ini menuntut pembaca untuk mampu
menguraikan dan memahami berbagai aspek secara bertahap agar sampai kepada suatu formula
baru yaitu sebuah simpulan. Proses pemikiran manusia itu sendiri, dapat menempuh dua cara,
yaitu : deduksi dan induksi. Jadi, kesimpulan merupakan sebuah proses berpikir yang
memberdayakan pengetahuannya sedemikian rupa untuk menghasilkan sebuah pemikiran atau
pengetahuan yang baru.
e. Keterampilan Mengevaluasi atau Menilai
Keterampilan ini menuntut pemikiran yang matang dalam menentukan nilai sesuatu dengan
berbagai kriteria yang ada. Keterampilan menilai menghendaki pembaca agar memberikan
penilaian tentang nilai yang diukur dengan menggunakan standar tertentu (Harjasujana, 1987:
44).Dalam taksonomi belajar, menurut Bloom, keterampilan mengevaluasi merupakan tahap
berpikir kognitif yang paling tinggi. Pada tahap ini siswa ituntut agar ia mampu mensinergikan
aspek-aspek kognitif lainnya dalam menilai sebuah fakta atau konsep.