Anda di halaman 1dari 157

HUBUNGAN TINGKAT KEMANDIRIAN INSTRUMENTAL ACTIVITY

OF DAILY LIVING (IADL) DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI


DESA PANGO RAYA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk


melaksanakan tugas akhir

Oleh:

AYU RAHAYU
1612101010093

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
TAHUN 2020
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip

maupun dirujuk dalam penulisan skripsi ini saya nyatakan dengan benar telah

sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan ilmiah. Bila dikemudian hari skripsi ini

diketahui fiktif dan atau hasil plagiat baik sebagian atau keseluruhan, maka saya

bersedia gelar Sarjana Keperawatan yang telah melekat pada diri saya dicabut

oleh Universitas Syiah Kuala sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Nama : Ayu Rahayu

NIM : 1612101010093

Tempat/Waktu : Banda Aceh, 23 Oktober 2020

Tanda Tangan

ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul:

HUBUNGAN TINGKAT KEMANDIRIAN INSTRUMENTAL ACTIVITY


OF DAILY LIVING DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA
DI DESA PANGO RAYA

Oleh:

AYU RAHAYU
1612101010093

Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi


Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala

Banda Aceh, 2 November 2020

Pembimbing,

Ns. Khairani, MPH


NIP. 19780528 200604 2 002

Mengetahui,
Koordinator
Program Studi Ilmu Keperawatan

Ns. Hasmila Sari, M.Kep., Sp.Kep.J


NIP.19801110 201012 2 003

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul :

HUBUNGAN TINGKAT KEMANDIRIAN INSTRUMENTAL ACTIVITY


OF DAILY LIVING (IADL) DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI
DESA PANGO RAYA

Oleh :
AYU RAHAYU
1612101010093

Telah dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi


Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala

Banda Aceh, 20 Desember 2020


Mengesahkan,

Penguji I : Ns. Dara Febriana, M.Sc 1. ……………………


NIP 198102242005012002

Penguji II : Ns. Juanita, MNS 2. ……………………


NIP 198401132015042001

Pembimbing : Ns. Khairani, MPH 3. ……………………


NIP 197805282006042002

Dekan Koordinator
Fakultas Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan

Dr. Hajjul Kamil, S.Kp., M.Kep Ns. Hasmila Sari, M.Kep., Sp.Kep.J
NIP 19680307 199002 1 001 NIP.19801110 201012 2 003

iv
Sesungguhnya ALLAH SWT akan meningkat kan derajat orang-orang yang
beriman dan orang-rang yang berilmu pengetahuan di antara kamu dengan
beberapa derajat
(Q.S. Al- Mujadalah: 11)

Alhamdulillahirabbil’alamin
Sujud syukur kupersembahkan kepadamu ya Allah sang penggenggam langit dan
bumi, dengan rahman rahim yang menghampar melebihi luas angkasa raya. Zat
yang menganugerahkan kedamaian bagi jiwa-jiwa yang senantiasa merindui akan
kemahabesaran-Nya. Lantunan shalawat beriring dengan salam penggugah hati
dan dan jiwa, menjadi persembahan penuh kerinduan pada sang revolusioner
islam dan pembangun peradaban manusia nabiyullah wa Rasulullah Muhammad
SAW.

Dengan hanya mengharap ridho Allah SWT, kupersembahkan sebuah karya ini
untuk kedua motivator terpenting dalam hidupku, penyemangat dalam setiap
keputusasaanku, sandaran ternyaman dalam setiap lelahku kepada yang terkasih
ayahanda M. Ali dan ibunda Erni Daryanti. Terima kasih untuk segala kasih
sayang dan pengorbanan yang tiada henti, doa yang selalu dipanjatkan untukku
setiap harinya, rasa lelah yang mungkin tidak bisa kugantikan. Teruntuk
keluargaku tersayang, Alm. Siti Hajar, Cut Badai, Alm. Ramlah, Dilya Wulandari,
M Zaini Al Hafis dan Fatin Nurqalisya terima kasih telah menjadi penyemangat
dalam hidupku.
Teruntuk yang tersayang M Raihan dan sahabat-sahabatku tercinta, Aula Irhamna,
Mizan Aulia, Muharis, Ainul Mardhiah, Mildatu Aula, Muhammad Iqbal, Elena
Safitri, Triskha Mayadi, Nelly Yusnita, Miftahul Hasni, Wafa Aulia Siddiq,
Salmiah, Putri Balqis Vilza, Nabila Ulfa, Miftahuddin dan seluruh teman-teman
Regular A 2016 yang telah menjadi penyemangat dikala rasa lelah datang
menyapa, selalu mendukung dan mengingatkan akan banyak hal dan membuatku
tersenyum disaat sedih dan gelisah datang.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing skripsi saya yang sangat
saya banggakan yang selalu memberikan semangat, dan bimbingan dengan penuh
kesabaran serta bersedia meluangkan waktunya demi kelancaran penulisan skripsi
ini. Terima kasih juga kepada penguji I dan penguji II saya saat seminar dan
sidang yang telah memberikan masukan yang sangat berharga sehingga skripsi
saya menjadi lebih baik.

v
Akhir kata, terima kasih untuk segalanya, semoga skripsi ini bermanfaat.
“Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain”
(H.R Thabrani dan Daruquthni)

Ayu Rahayu, S.Kep

v
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
FAKULTAS KEPERAWATAN

SKRIPSI
2 November 2020

xvi + VI BAB + 96 halaman + 13 tabel + 1 skema + 21 lampiran

AYU RAHAYU
1612101010093

HUBUNGAN TINGKAT KEMANDIRIAN INSTRUMENTAL ACTIVITY


OF DAILY LIVING (IADL) DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI
DESA PANGO RAYA

ABSTRAK
Lansia yang sukses merupakan lansia yang mampu memenuhi konsep dari
kualitas hidupnya yang salah satunya adalah kemandirian. Seiring dengan
bertambahnya usia lansia, terjadi berbagai perubahan salah satunya yaitu
penurunan kesehatan fisik. Ketika kesehatan lansia menurun maka akan
memberikan pengaruh terhadap kemandirian dalam melakukan kegiatan sehari-
hari yang lebih kompleks yaitu Instrumental Activity of Daily living (IADL)
sehingga menimbulkan ketergantungan pada orang lain. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui adanya hubungan tingkat kemandirian Instrumental
Activity of Daily Living (IADL) dengan kualitas hidup lansia di desa Pango raya.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif correlative dan menggunakan
metode pendekatan cross sectional study. Teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 57
responden yang memenuhi kriteria inklusi yang ditetapkan. Alat pengumpulan
data menggunakan kuesioner Lawton Scale IADL dan WHOQOL-BREF. Data
penelitian ini dianalisis menggunakan analisis bivariat dengan uji pearson
correlation. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
tingkat kemandirian Instrumental Activity of Daily Living (IADL) dengan kualitas
hidup lansia dengan nilai (p- value = 0.777). Diharapkan kepada keluarga, dan
masyarakat menjaga kesehatan lansia baik kesehatan fisik maupun kognitif supaya
lansia dapat melakukan kegiatan sehari-hari. Hal ini dapat berdampak positif bagi
peningkatan kualitas hidup lansia.
Kata kunci : kemandirian, instrumental activity of daily living (IADL),
kualitas hidup, lanjut usia
Daftar bacaan : 38 buku, 45 jurnal, 5 artikel (1996-2020)

vi
MINISTRY OF EDUCATION AND CULTURE
SYIAH KUALA UNIVERSITY
FACULTY OF NURSING

UNDERGRADUATE THESIS
NOVEMBER 2, 2020

xvi + 6 chapters + 96 pages + 13 tables + 1 scheme + 21 appendices

AYU RAHAYU
1612101010093

RELATIONSHIP OF INSTRUMENTAL ACTIVITY OF DAILY LIVING


(IADL) INDEPENDENCE WITH THE QUALITY OF LIFE OF THE
ELDERLY IN PANGO RAYA VILLAGE

ABSTRACT

Elderly who are successful are elderly who are able to fulfill the concept of
quality of life, one which is independence. Along with the increasing age of the
elderly, there are various changes, one of which is decrease in physical health.
When the health of the elderly declines, it will have an effect on independence in
carrying out more complex daily activities namely Instrumental Activity of Daily
Living (IADL), which causes dependence on other people. The purpose of this
study was to determine the relationship between the level of independence of the
instrumental activity of daily living (IADL) with the quality of life of the elderly
in the Pango Raya village. This type of research is descriptive correlative and
uses a cross sectional study approach methods. The sampling technique used a
purposive sampling technique with a total samples of 57 respondents who met the
inclusion criteria. Data collection tool used a Lowton Scale IADL and WHOQOL-
BREF questionnaires. The research data were analyzed using bivariate analysis
with the Pearson correlation test. The results of the bivariate analysis showed that
there was no relationship between the level of instrumental activity of daily living
(iadl) independence with the quality of life of the elderly with a value (p-value =
0.777). It is expected to be to the family, and the community to maintain the
health of the elderly both physical and cognitive health so that the elderly can do
daily activities. This can have a positive impact on improving the quality of life of
the elderly.
Keywords : self-reliance, instrumental activity of daily living (iadl), quality of
life, elderly
Reading list : 38 books, 45 journals, 5 articles (1996-2020)

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, berkat limpahan

rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi dengan judul “Hubungan Tingkat

Kemandirian Instrumental Activity of Daily Living dengan Kualitas Hidup

Lansia di Desa Pango Raya” ini dapat dibuat dan terselesaikan. Shalawat serta

salam juga tak lupa disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah

membawa manusia ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Ibu Ns. Khairani, MPH selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk memberikan arahan dan bimbingan

kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya ucapan terima kasih

peneliti kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam

menyelesaikan penulisan proposal ini.

1. Dr. Hajjul Kamil, S.Kp., M. Kep selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Syiah Kuala

2. Teuku Tahlil, S.Kp., MS., Ph.D selaku Wakil Dekan I, Ns. Ardia Putra, MNS

selaku Wakil Dekan II, dan Ns. Sri Intan Rahayuningsih, M.Kep., Sp.Kep.An

selaku Wakil Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala.

3. Ns. Syarifah Rauzatul Jannah, S.Kep., MNS., Ph.D selaku Ketua Jurusan

Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala

4. Ns. Hasmila Sari, M.Kep., Sp.Kep. J selaku Koordinator Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala.

viii
5. Ns. Arfiza Ridwan, MNS selaku Koordinator Skripsi dan Ns. Martina,

M.Kep., Sp.Kep.J selaku Sekretaris Pengurus Skripsi Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala.

6. Ns. Dara Febriana, S. Kep, M. Sc selaku dosen penguji I dan Ns. Juanita,

MNS selaku dosen penguji II yang telah memberi banyak masukkan dalam

pembuatan skripsi ini.

7. Seluruh dosen dan staf Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala yang

ikut membantu penulis dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

8. Keuchik Desa Pango Raya dan Ibu Kader yang telah memberikan izin untuk

melakukan pengumpulan data serta ikut membantu dalam penyusunan skripsi

ini.

9. Ayahanda Muhammad Ali, Ibunda Erni Dayanti, Adik Dilya Wulan Dari dan

M. Zaini Al Hafis serta seluruh keluarga tercinta yang selalu memberikan

semangat, bantuan moril dan mendoakan keberhasilan serta keselamatan

selama menempuh pendidikan.

10. Sahabat-sahabatku tercinta dan teman-teman satu dosen bimbingan yang telah

banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini, serta seluruh teman-

teman angkatan 2016 Program Reguler A yang telah memberikan doa dan

dukungan.

ix
ix
Peneliti menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam proposal ini,

untuk itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

demi kesempurnaan proposal ini.

Banda Aceh, 14 Desember 2020

Ayu Rahayu

x
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS....................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN..................................................................... iv

LEMBAR PERSEMBAHAN.................................................................. v

ABSTRAK ............................................................................................... vi

ABSTRACT ............................................................................................ vii

KATA PENGANTAR............................................................................. viii

DAFTAR ISI............................................................................................ xi

DAFTAR TABEL.................................................................................... xiii

DAFTAR SKEMA................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................... 6
C. Tujuan Penelitian................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian.............................................................. 7

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Konsep Lanjut Usia............................................................. 8


B. Kualitas Hidup Lansia......................................................... 14
C. Kemandirian Lansia............................................................ 32

xi
BAB III KONSEP KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Kerja Penelitian.................................................. 45


B. Hipotesis Penelitian............................................................. 46
C. Definisi Operasional............................................................ 46

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian................................................ 48


B. Populasi dan Sampel Penelitian......................................... 48
C. Tempat dan Waktu Penelitian............................................ 50
D. Etika Penelitian.................................................................. 51
E. Alat Pengumpul Data dan Uji Instrumen........................... 52
F. Teknik Pengumpulan Data................................................. 58
G. Pengolahan Data................................................................ 60
H. Analisa Data....................................................................... 63

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian.................................................................. 65
B. Pembahasan........................................................................ 71
C. Keterbatasan Penelitian...................................................... 85

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................ 87
B. Saran................................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Barthel Indeks......................................................................... 40

Tabel 2.2 Pengkajian Instrumental Activity of Daily Living dengan

Lawton IADL Scale.................................................................

43

Tabel 3.1 Definisi Operasional................................................................

46

Tabel 4.1 Blue Print Kuesioner Kualitas Hidup.....................................

54

Tabel 4.2 Perhitungan Skor WHOQOL-BREF....................................... 56

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Data Demografi Pada Lansia di Desa

Pango Raya (n=57).................................................................

66

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian Instrumental

Activity of Daily Living di Desa Pango Raya..........................

67

Tabel 5.3 Frekuensi Domain Kesehatan Fisik Lansia di Desa Pango

Raya........................................................................................

68

Tabel 5.4 Frekuensi Domain Psikologis Lansia di Desa Pango Raya....

68

xiii
Tabel 5.5 Frekuensi Domain Hubungan Sosial Lansia di Desa Pango

Raya........................................................................................

69

Tabel 5.6 Frekuensi Domain Lingkungan Lansia di Desa Pango

Raya........................................................................................

69

Tabel 5.7 Frekuensi Kualitas Hidup Lansia di Desa Pango Raya...........

69

Tabel 5.8 Hubungan Tingkat Kemandirian Instrumental Activity of

Daily Living dengan Kualitas Hidup Lansia di Desa Pango

Raya........................................................................................

70

xiii
DAFTAR SKEMA

Halaman
Skema 3.1 Kerangka Kerja Penelitian.................................................... 45

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal kegiatan Penelitian

Lampiran 2 Rincian Anggaran Biaya Penelitian

Lampiran 3 Riwayat Hidup

Lampiran 4 Lembaran Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 5 Lembaran Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 6 Lembar Kuesioner Penelitian

Lampiran 7 Lembar Transformasi Skor WHOQOL-BREF

Lampiran 8 Surat Pengantar Pengambilan Data Awal dari Fakultas


Keperawatan Universitas Syiah Kuala untuk Desa Pango Raya

Lampiran 9 Surat Izin Pengambilan Data Awal dari Kepala Desa Pango Raya

Lampiran 10 Surat Selesai Pengambilan Data Awal dari Kepala Desa Pango
Raya

Lampiran 11 Back Translation kuesioner IADL

Lampiran 12 Surat Pengantar Uji Kuesioner dari Fakultas Keperawatan


Universitas Syiah Kuala untuk Desa Pango Raya

Lampiran 13 Surat Izin Uji Kuesioner dari Keuchik Gampong Blang Dalam,
Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Bireuen

Lampiran 14 Surat Selesai Uji Kuesioner dari Keuchik Gampong Blang Dalam,
Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Bireuen

Lampiran 15 Perbandingan Hasil Uji Kuesioner Face Validity

Lampiran 16 Surat Keterangan Hasil Lulus Uji Etik

Lampiran 17 Surat Izin Penelitian dari Fakultas

Lampiran 18 Surat Izin Penelitian dari Keuchik Desa Pango Raya

Lampiran 19 Surat Selesai Penelitian dari Keuchik Desa Pango Raya

xv
Lampiran 20 Master Tabel Pengumpulan Data Penelitian

Lampiran 21 Hasil Olah Data Penelitian

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jumlah lansia mengalami peningkatan setiap tahunnya, baik di

dunia maupun di Indonesia. Peningkatan jumlah lansia di dunia menurut

Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), sekitar 700 jiwa berusia >60 tahun dan

pada tahun 2050 diperkirakan 2 miliar orang populasi di dunia akan

berusia 60 tahun atau lebih (BPS, 2019). Berdasarkan data yang lain,

secara global populasi lansia semakin meningkat pada tahun 2020 dimana

jumlah penduduk yang berusia ≥60 tahun akan melebihi jumlah anak yang

berusia ≤5 tahun pada tahun 2050 sebanyak 80% lansia (WHO, 2018).

Di Indonesia selama kurun waktu hampir lima dekade (1971 –

2019), persentase penduduk lansia semakin meningkat sekitar dua kali

lipat. Pada tahun 2019, persentase penduduk lansia mencapai 9,60 persen

atau sekitar 25,64 juta jiwa. Persentase lansia di Indonesia didominasi oleh

lansia muda (kelompok umur 60-69 tahun) yang persentasenya mencapai

63,82%, sisanya merupakan lansia madya (kelompok umur 70-79 tahun)

sebesar 27,68% dan lansia tua (kelompok umur 80 tahun keatas) sebesar

27,68 % (Badan Pusat Statistik, 2019).

Aceh sendiri merupakan daerah yang tergolong kedalam penduduk

yang berstruktur muda. Hampir sepertiga dari keseluruhan penduduk yang

ada di Aceh berumur dibawah 15 tahun. Sedangkan penduduk yang

berusia 65 tahun ke atas berkisar hanya 4,13% dari total penduduk (Badan

1
2

Pusat Statistik Provinsi Aceh, 2019). Berdasarkan BPS Kota Banda Aceh

(2019) jumlah lansia di kecamatan Ulee Kareng sebanyak 1423 lansia.

Desa Pango Raya merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Ulee

Kareng, berdasarkan data yang didapatkan, jumlah lansia yang ada di Desa

Pango Raya berjumlah 70 orang lansia. Peningkatan jumlah penduduk

lansia, selain menjadi salah satu indikator berhasilnya pembangunan

manusia secara nasional (perbaikan gizi, sanitasi, kemajuan teknologi

medis, pelayanan kesehatan, dan peningkatan pendidikan), serta juga

menjadi sebuah tantangan di bidang kesehatan, yaitu bagaimana cara

lansia mempertahankan kualitas hidupnya (Kemenkes RI, 2018).

Kualitas hidup sangat berkaitan dengan menua dengan sukses yang selalu

dihubungkan dengan kesehatan fisik, kemandirian dan kemampuan

fungsional (Dewi, 2014). World Health Organization Quality of Life

(WHOQOL) menyatakan bahwa kualitas hidup merupakan suatu persepi

dari individu terhadap kehidupannya yang dianggap sebagai konteks

budaya dan suatu nilai yang ada didalam masyarakat yang berkaitan

dengan tujuan, harapan, standar, dan perhatian. Kualitas hidup merupakan

suatu konsep yang sangat luas yang dipengaruhi kondisi fisik individu,

psikologis, hubungan individu dengan lingkungan serta tingkat

kemandirian (WHOQOL, 2012).Menurut penelitian yang dilakukan oleh

Aniyati (2018) menyatakan bahwa lansia yang tinggal bersama

keluarganya memiliki kualitas hidup yang sangat baik. Dari segi sosial,

keluarga berperan penting dalam membantu lansia apabila lansia


3

mengalami suatu keluhan/penyakit fisik. Berdasarkan pengambilan data

awal, keseluruhan lansia yang ada di desa Pango Raya tinggal bersama

keluarganya.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas hidup lansia

yaitu usia, jenis kelamin, penyakit fisik, ekonomi, spiritual, insomnia dan

tingkat kemandirian (Meiner, 2006). Menurut Wilhelmison, dkk (2005)

dalam penelitiannya didapatkan bahwa faktor kualitas hidup yang dipilih

oleh lansia tersebut yaitu kesehatan, kemampuan fungsional, dan

hubungan sosial. Berdasarkan penelitian tersebut, kemampuan fungsional

termasuk faktor yang paling dominan dipilih sebagai persepsi lansia

tentang kualitas hidupnya. Kemampuan fungsional memiliki domain salah

satunya yaitu kemandirian atau tidak bergantung kepada orang lain.

Kemandirian merupakan suatu kebebasan untuk melakukan berbagai

tindakan, tidak bergantung pada orang lain, tidak terpengaruh pada orang

lain dan bebas mengatur diri sendiri atau melakukan berbagai aktivitas

baik individu maupun kelompok (Ediawati, 2012). Menurut Orem (2001)

lansia dipandang sebagai suatu unit yang juga menginginkan kemandirian

dalam mempertahankan hidup, kesehatan dan kesejahteraannya. Menurut

WHO (2012) faktor utama yang mempengaruhi kemandirian lansia adalah

usia. Hal tersebut didukung dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh

Park & Lee (2017) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

umur dengan penurunan IADL pada lansia, dimana seiring bertambahnya


4

umur lansia maka akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan

IADL lansia.

Menurut Azizah (2011) seiring dengan bertambahnya usia, lansia

sering kali dinilai sebagai awal dari kemunduran sel-sel tubuh, sehingga

fungsi dan daya tahan tubuh menurun serta faktor resiko terhadap penyakit

semakin meningkat. Lansia akan mengalami berbagai kemunduran dan

perubahan pada organ tubuhnya sehingga mempengaruhi kemampuan dan

menyebabkan ketergantungan pada lansia dalam melakukan activity of

daily living (Stanley, 2006). Rangkaian aktivitas yang dituntut

pelaksanaanya dalam rangka menyelenggarakan kehidupan mandiri adalah

Instrumental Activities Daily Living (IADL). IADL meliputi aktivitas

sehari-hari yang lebih kompleks seperti menjalankan ibadah, melakukan

pekerjaan rumah, berbelanja, mengelola keuangan, transportasi,

menyiapkan obat, mengambil keputusan dalam keluarga dan melakukan

aktivitas di waktu luang (Agung, 2010).

Pada saat dilakukan pengukuran tingkat kemandirian terkait dengan

Activity of Daily Living dan Instrumental Activity of Daily Living hasilnya

belum tentu sama antara keduanya. Seperti pada penelitian yang dilakukan

oleh Ran, L. et al. (2017) lansia mampu secara mandiri melakukan

Activity of Daily Living, sedangkan untuk Instrumental Activity of Daily

Living kemandiriannya masih rendah. Rendahnya tingkat IADL

menunjukkan bahwa lansia memiliki resiko tinggi pada kerusakan kognitif

(Ran, L. et al., 2017).


5

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Graf, et al. (2008) fungsi

IADL biasanya hilang sebelum fungsi ADL, penilaian IADL dapat

mengidentifikasi penurunan dini yang terjadi pada lansia yaitu penurunan

pada fungsi fisik dan fungsi kognitif pada lansia atau pada kedua fungsi

tersebut. Penurunan kemampuan IADL ini dapat terjadi pada lansia yang

terlihat mampu dan sehat untuk melakukan kegiatan sehari-hari.

Berdasarkan analisis retrospektif yang dilakukan oleh Cromwell, et al.

(2003) menunjukkan adanya penurunan fungsi kognitif dan penurunan

fungsi fisik pada lansia yang tinggal di masyarakat yang sebelumnya

didiagnosa menderita demensia. Penurunanan tersebut menyebabkan

lansia mengalami ketergantungan dalam melakukan IADL.

Ketergantungan yang disebabkan karena adanya penurunan fungsi kognitif

mengakibatkan lansia tidak mampu melakukan kegiatan seperti

menggunakan telepon, self-medication, serta mengelola keuangan.

Sedangkan penurunan fungsi fisik mengakibatkan lansia mendapatkan

skor rendah pada aktivitas lain, seperti housekeeping (tugas sederhana

seperti mencuci piring atau memotong rumput).

Rendahnya kemandirian lansia dalam melakukan Instrumental

Activity of Daily Living, sehingga membuat peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Hubungan Tingkat Kemandirian

Instrumental Activity of Daily Living (IADL) Dengan Kualitas Hidup

Lansia di Desa Pango Raya”


6

B. Rumusan Masalah

Lansia yang sukses merupakan lansia yang mampu memenuhi

konsep dari kualitas hidupnya yang salah satunya adalah kemandirian.

Seiring dengan bertambahnya usia lansia, terjadi berbagai perubahan salah

satunya yaitu penurunan kesehatan fisik. Ketika kesehatan lansia menurun

maka akan memberikan pengaruh terhadap kemandirian dalam melakukan

kegiatan sehari-hari yang lebih kompleks yaitu Instrumental Activity of

Daily Living (IADL), yang menimbulkan ketergantungan pada orang lain,

baik itu pada keluarga maupun orang-orang yang ada disekitarnya.

Maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “apakah ada

hubungan antara tingkat kemandirian instrumental activity of daily living

dengan kualitas hidup lansia di Desa Pango Raya.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan antara tingkat kemandirian Instrumental Activity of Daily

living (ADL) dengan kualitas hidup pada lansia di Desa Pango Raya

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui tingkat kemandirian Instrumental Activity of

Daily Living (IADL) lansia di Desa Pango Raya

b. Untuk mengetahui kualitas hidup lansia di Desa Pango Raya


7

D. Manfaat Penelitian

1. Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi

dalam mengembangkan penelitian terkait hubungan antara tingkat

kemandirian Instrumental Activity of Daily living (IADL) dengan

kualitas hidup lansia

2. Pengembangan Masalah Praktik Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi dalam

bidang keperawatan serta menambah pemahaman tentang pentingnya

pemenuhan aktivitas sehari – hari lansia terhadap kualitas hidup yang

dirasakan lansia. Sehingga dapat memberikan pelayanan yang

maksimal kepada lansia tersebut.

3. Pengembangan Metodologi Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber acuan dan

bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya terutama yang

berhubungan dengan tingkat kemandirian dengan kualitas hidup lansia.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Lanjut Usia (Lansia)

1. Definisi Lansia

Menurut WHO (2015) lanjut usia (lansia) adalah kelompok

penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih. Lansia merupakan sebuah

anugerah menjadi tua yang dirasakan oleh seseorang dalam

kehidupannya yang disertai dengan penurunan kondisi fisik/biologis,

kondisi psikologis, dan perubahan fungsi sosial bahkan masyarakat

menganggap bahwa tugas lansia sudah selesai dan berhenti untuk

bekerja (Tamher, S. 2009).

Lansia merupakan bagian dari proses kehidupan yang tidak dapat

dihindari dan akan dialami oleh setiap individu yang berumur panjang.

Lanjut usia seringkali dinilai sebagai awal dari kemunduran sel-sel

tubuh, sehingga fungsi dan daya tahan tubuh menurun seiring dengan

bertambahnya usia serta faktor resiko terhadap penyakit menjadi

semakin meningkat. Dalam kehidupannya lansia akan mengalami

suatu proses penuaan (Azizah, 2011).

2. Proses Menua

Proses penuaan adalah suatu fase kehidupan yang ditandai dengan

terjadinya penurunan berbagai fungsi dari organ tubuh, seperti semakin

rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat

mengakibatkan terjadinya gangguan misalnya gangguan pada sistem

8
9

pernafasan, persarafan, pembuluh darah, kardiovaskuler dan lain

sebagainya (Fatimah, 2010).

Menurut Tamher (2011) perubahan yang terjadi pada lansia dapat

ditandai dengan terjadinya perubahan fisiologis sebagai gejala dari

kemunduran fisik, seperti kulit menjadi mengendur, keriput, kering,

dan kehilangan elastis. Rambut mengalami kerontokan, berwarna putih

dan tidak mengkilap lagi, gigi mulai habis, fungsi sensorik mengalami

penurunan, fungsi motorik menjadi terbatas, mengalami atrofi yang

disebabkan karena kehilangan jumlah sel otot sedangkan jumlah sel

jaringan bertambah, volume otot mengalami penyusutan secara

keseluruhan, fungsi dan kekuatan otot juga mengalami penurunan,

kadar kalsium dalam tulang mulai menurun sehingga membuat lansia

mudah patah dan rapuh, serta juga mengalami penurunan pada fungsi

kognitif.

Menurut Padila (2013) lansia akan mengalami berbagai

kemunduran pada organ tubuh yang berpengaruh terhadap kondisi fisik

sehingga menimbulkan gangguan dan kelainan fungsi fisik, psikologik

maupun sosial, sehingga dapat menyebabkan ketergantungan kepada

orang lain.
10

3. Batasan Lanjut Usia

Menurut Efendi, F. (2009) ada beberapa tolak ukur batasan umur

pada lansia menurut para ahli:

a. Menurut (WHO) lanjut usia dikelompokkan dalam empat

kelompok, yaitu:

1) Usia pertengahan (middle age) : 45 - 59 tahun

2) Usia lanjut (elderly) : 60 - 74 tahun

3) Tua (old) : 75 - 90 tahun

4) Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun

b. Menurut Departemen Kesehatan RI (2009), ada 3 tahapan lanjut

usia, yaitu:

1) Prasenilis adalah lansia yang berumur dari 45 - 59 tahun

2) Usia lanjut adalah lansia yang berumur 60 tahun keatas

3) Kelompok tinggi adalah lansia yang berumur 70 tahun keatas

c. Menurut Dra.Jos Mandani terdapat 4 fase, yaitu:

1) Fase inventus: 25 - 40 tahun

2) Fase virilitus: 40 - 55 tahun

3) Fase presenium: 55 - 65 tahun

4) Fase senium: <65 tahun


11

4. Perubahan yang terjadi pada lansia

Menurut Azizah (2011) secara garis besar perubahan yang dialami

oleh lansia dibagi menjadi 3, yaitu:

a. Perubahan Fisik

Menurut Nugroho (2009) perubahan fisik yang secara

umum terjadi pada lansia, misalnya perubahan sistem imun yang

cenderung menurun, perubahan integumen sehingga menyebabkan

kulit mudah rusak, perubahan elastisitas arteri pada sistem

kardiovaskular yang dapat memperberat kerja jantung, penurunan

kemampuan metabolisme oleh hati dan ginjal serta terjadinya

penurunan kemampuan penglihatan dan pendengaran. Perubahan

fisik yang cenderung mengalami penurunan dapat menyebabkan

berbagai gangguan secara fisik yang ditandai dengan

ketidakmampuan lansia untuk beraktivitas atau melakukan

kegiatan yang tergolong berat sehingga dapat mempengaruhi

kesehatannya.

Individu yang telah memasuki masa lansia mulai

mengalami penurunan-penurunan kondisi fisik yang berlipat

ganda. Hal tersebut dapat menimbulkan gangguan atau kelainan

fungsi fisik psikologis maupun sosial yang berdampak pada suatu

keadaan ketergantungan pada orang lain. Gangguan pada kondisi

fisik bisa disebabkan karena penyakit atau trauma injuri yang dapat
12

mengganggu kemampuan dalam aktivitas sehari-hari (Padila,

2013).

Fisik yang berfungsi baik memungkinkan lanjut usia untuk

mencapai penuaan yang berkualitas. Namun, ketidaksiapan lanjut

usia menghadapi keadaan tersebut akan berdampak pada rendahnya

pencapaian kualitas hidupnya. Faktor fisik yang kurang baik akan

membuat seseorang kehilangan kesempatan untuk

mengaktualisasikan dirinya disebabkan keterbatasan fisik yang

dimiliki. Keterbatasan tersebut akan menghambat pencapaian

kesejahteraan fisik, yang pada akhirnya akan berdampak pada

kualitas hidup yang rendah.

Kondisi fisik yang semakin renta membuat lanjut usia

merasa kehidupannya sudah tidak berarti lagi dan putus asa dengan

kehidupan yang dijalani sekarang ini. Ini menjadi salah satu tanda

rendahnya kualitas hidup lanjut usia di sana karena mereka tidak

bisa menikmati masa tuanya (Rohmah, 2012).

b. Perubahan Psikologis

Menurut Darmojo (2010) masalah psikologis yang dialami

oleh lansia yaitu mengenai sikap mereka sendiri terhadap proses

menua yang mereka hadapi, antara lain kemunduran badaniah atau

dalam kebingungan untuk memikirkannya. Dalam hal ini disebut

dengan disengagement theory, yang berarti adanya penarikan diri

dari masyarakat dan pribadinya satu sama lain.


13

Perubahan psikologis yang terjadi pada lansia meliputi

kecemasan, kesepian, dan depresi (Azizah, 2011). Menurut

Nugroho (2009) perubahan dalam bidang psikis pada lanjut usia

dapat berupa sikap yang semakin egosentrik, curiga kepada orang

lain, serta lansia semakin bertambah pelit atau tamak apabila

memiliki sesuatu.

Perubahan psikologis yang terjadi pada lansia disebabkan

karena adanya berbagai perubahan pada lansia seperti perubahan

penampilan lansia, perubahan umum fungsi panca indra pada

lansia, serta perubahan umum kemampuan motorik pada lansia

(Maryam, 2011).Hal-hal tersebut dapat menjadi stressor yang

kalau tidak dicerna dengan baik akan menimbulkan masalah atau

menimbulkan stress dalam berbagai manifestasinya (Depkes dan

Kesejahteraan Sosial, 2010).

c. Perubahan Kognitif

Perubahan kognitif yang dapat dialami lansia berupa

menurunnya memori atau daya ingat, IQ (Intelligence Quotient),

kemampuan belajar (learning), kemampuan pemahaman

(comprehension), pemecahan masalah (problem solving),

pengambilan keputusan (Decision Making), kebijaksanaan, kinerja

dan motivasi (Azizah, 2011).

Menurut Ratnawati (2017) fungsi kognitif meliputi persepsi

pemahaman, proses belajar, perhatian, pengertian dan lain-lain,


14

yang menyebabkan reaksi dan perilaku lanjut usia menjadi semakin

lambat akibat terjadinya penurunan kognitif.

Menurut Maryam (2011) lansia juga dapat mengalami

perubahan sosial. Menurut Padila (2013) lansia yang aktif dalam

kegiatan sosial akan merasa dihargai dibandingkan dengan lansia

yang tidak berguna lagi dan merasa terasingkan sehingga

menimbulkan masalah pada lansia tentang harga diri dan rasa

percaya diri mereka.

Pada umumnya hubungan sosial yang dilakukan para lanjut

usia adalah karena merekaa mengacu pada teori pertukaran sosial.

Dalam teori pertukaran sosial sumber kebahagiaan manusia

umumnya berasal dari hubungan sosial. Hubungan ini

mendatangkan kepuasan yang timbul dari perilaku orang lain.

Pekerjaan yang dilakukan seorang diri dapat menimbulkan

kebahagiaan seperti halnya membaca buku, membuat karya seni,

pengalaman tersebut dapat dikomunikasikan dengan orang lain

(Suhartini, 2012).

B. Kualitas Hidup Lansia

1. Definisi Kualitas hidup

World Health Organization Quality of Life (WHOQOL)

menyatakan bahwa kualitas hidup merupakan suatu persepsi dari

individu terhadap kehidupannya yang dianggap sebagai konteks

budaya dan suatu nilai yang ada didalam masyarakat yang berkaitan
15

dengan tujuan, harapan, standar, dan perhatian. Kualitas hidup dalam

hal ini merupakan suatu konsep yang sangat luas yang dipengaruhi

oleh kondisi fisik individu, psikologis, tingkat kemandirian, serta

hubungan individu dengan lingkungannya (WHO, 2012)

Tsitsis dan Lavdanity (2015) menjelaskan bahwa kualitas hidup

berhubungan dengan perhatian pada emosi sosial dan kesejahteraan

fisik yang digambarkan sebagai pengaruh dari kesehatan individu

sehari-hari. Sedangkan menurut Rokicka (2014) Kualitas hidup

merupakan sebuah pilihan individu dan pengalaman di lingkungan

sekitar, yang secara subjektif bergantung pada beberapa faktor seperti

kesehatan, pendapatan, status pekerjaan dan keadaan keluarga.

2. Domain Kualitas Hidup

Secara umum terdapat 4 domain yang dipakai untuk mengukur

kualitas hidup yaitu kesehatan fisik, kesehatan psikologis, hubungan

sosial, dan lingkungan (WHO, 2012). Domain-domain kualitas hidup

tersebut meliputi :

a. Domain kesehatan fisik

Domain fisik merupakan sebuah persepsi individu pada

kondisi fisik yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari

(Wongsawat, 2017). Menurut WHO (2012) ada tujuh aspek yang

ada dalam domain kesehatan fisik yaitu meliputi :


16

1) Nyeri dan ketidaknyamanan (gelisah)

Aspek ini mengeksplorasi sensasi fisik yang tidak

menyenangkan yang dialami oleh seseorang serta sejauh mana

sensasi tersebut dapat mengganggu kehidupannya (WHO,

2012)

2) Tidur dan beristirahat

Aspek ini berfokus pada seberapa banyak tidur dan

istirahat, serta masalah-masalah yang timbul pada area ini yang

dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Masalah tidur

mungkin termasuk kesulitan akan tidur, bangun pada malam

hari, bangun pagi-pagi dan tidak mampu untuk kembali tidur

dan kurangnya penyegaran dari tidur. Fokus dari aspek ini

adalah apakah tidur terganggu atau tidak, hal ini mencakup

alasan apapun yang menjadi penyebabnya, baik itu dikarenakan

individu itu sendiri maupun karena faktor lingkungannya

(WHO, 2012).

3) Energi dan kelelahan

Aspek ini berkaitan dengan kekuatan dan energi, antusiasme

dan daya tahan yang dimiliki seseorang untuk melakukan tugas-

tugas yang diperlukan sehari-hari, serta kegiatan yang dipilih

lainnya seperti rekreasi. Kelelahan mungkin dapat disebabkan

oleh beberapa hal, misalnya seperti penyakit, adanya masalah

seperti depresi atau kelelahan. Dampak kelelahan pada


17

hubungan sosial yaitu membuat seseorang semakin bergantung

kepada orang lain karena disebabkan kelelahan yang kronis

(WHO, 2012).

4) Mobilitas

Aspek ini membahas pandangan seseorang/kemampuannya

untuk dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lain, bergerak

di sekitar rumah, bergerak disekitar tempat kerja, atau ke dan

dari layanan transportasi. Fokusnya adalah pada kemampuan

umum seseorang untuk pergi ke mana pun ia ingin pergi tanpa

bantuan orang lain. Ketergantungan seseorang khususnya

dalam hal mobilisasi dalam jangka waktu yang lama akan

mempengaruhi kualitas hidupnya (WHO, 2012).

5) Aktivitas sehari-hari

Aspek ini mengeksplorasi kemampuan seseorang untuk

melakukan aktivitas sehari-hari, termasuk perawatan diri.

Fokusnya adalah pada kemampuan seseorang untuk

melaksanakan kegiatan yang harus ia lakukan dari hari ke hari.

Tingkat ketergantungan seseorang pada orang lain untuk

membantunya dalam kegiatan sehari-hari juga dapat berdampak

pada kualitas hidupnya (WHO, 2012).


18

6) Ketergantungan pada obat dan bantuan medis

Aspek ini membahas ketergantungan seseorang pada obat-

obatan atau pengobatan alternatif (seperti akupuntur dan obat

herbal) untuk mendukung kesejahteraan fisik dan

psikologisnya. Obat-obatan mungkin dalam beberapa kasus

mempengaruhi kualitas hidup seseorang dengan cara yang

negatif (misalnya efek samping dari kemoterapi) sementara

dalam kasus lain dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang

(misalnya pasien kanker menggunakan obat penghilang rasa

sakit). Aspek ini juga mencakup intervensi medis yang bersifat

non-farmakologis dimana orang tersebut masih bergantung

pada terapi tersebut, misalnya alat pacu jantung dan kantong

kolostomi (WHO, 2012).

7) Kapasitas pekerjaan

Aspek ini membahas seberapa banyak energi yang

digunakan seseorang untuk bekerja. “Kerja” diartikan sebagai

aktivitas utama dimana orang tersebut terlibat dalam kegiatan.

Kegiatan-kegiatan yang mungkin dilakukan termasuk pekerjaan

yang dibayar, pekerjaan yang tidak dibayar, pekerjaan sukarela,

studi penuh waktu, mengurus anak dan pekerjaan rumah tangga

(WHO, 2012).
19

b. Domain Psikologis

Menurut Wongsawat (2017) domain psikologis berkaitan dengan

persepsi individu tentang persepsi positif yang berasal dari orang

lain, perasaan pribadi, keamanan diri, pikiran, kemampuan belajar,

keyakinan yang dapat mempengaruhi kehidupan. Menurut WHO

(2012) ada beberapa aspek yang terdapat dalam domain psikologis

yaitu meliputi :

1) Perasaan positif

Aspek ini meliputi tingkat kepuasan, keseimbangan,

kedamaian, kebahagiaan, harapan, kegembiraan, dan

kenikmatan dari hal-hal yang baik dalam hidup. Pandangan

seseorang dan perasaannya yang berkaitan dengan masa depan

yang dinilai sebagai suatu yang penting dalam kehidupannya

(WHO, 2012).

2) Berpikir, belajar, mengingat dan konsentrasi

Aspek ini membahas bagaimana pandangan seseorang

mengenai cara berfikir, pembelajaran, memori, konsentrasi dan

kemampuannya untuk membuat keputusan. Hal ini

menggabungkan kecepatan pikiran dan kejernihan pikiran

(WHO, 2012).

3) Harga diri (Self- esteem)

Aspek ini ingin melihat bagaimana perasaan seseorang tentang

dirinya sendiri. Hal ini dapat berupa rentang perasaan positif ke


20

perasaan yang sangat negatif tentang diri mereka sendiri.

Aspek harga diri ini berfokus pada keyakinan seseorang,

kepuasan dengan diri sendiri dan kontrol (WHO, 2012).

4) Citra tubuh dan penampilan

Aspek ini membahas pandangan seseorang mengenai

tubuhnya. Apakah ia melihat penampilan tubuhnya dengan cara

yang positif atau negatif. Fokusnya adalah pada kepuasan

seseorang terhadap cara ia berpenampilan dan efeknya pada

konsep dirinya. Hal ini termasuk sejauh mana penampilan itu

“dirasakan” atau mengganggu fisiknya, jika ada, dapat

diperbaiki (misalnya dengan make-up, pakaian, kaki palsu dll).

Bagaimana orang lain menanggapi penampilan seseorang

kemungkinan akan sangat mempengaruhi citra tubuh seseorang

(WHO, 2012).

5) Perasaan negatif

Aspek ini berfokus pada seberapa banyak seseorang

mengalami perasaan negatif, termasuk patah semangat, rasa

bersalah, kesedihan, putus asa, kegelisahan, kecemasan, dan

kurangnya kesenangan dalam hidup. Aspek ini mencakup

pertimbangan terhadap betapa menyedihkannya perasaan

negatif dan dampaknya terhadap fungsi seseorang dari hari ke

hari (WHO, 2012).


21

6) Kepercayaan individu

Aspek ini berkaitan dengan keyakinan pribadi seseorang

dan bagaimana hal ini dapat mempengaruhi kualitas hidup.

Spiritual mungkin dapat membantu seseorang mengatasi

kesulitan dalam hidupnya, memberikan berbagai pengalaman,

dan secara umum memberikan rasa kesejahteraan pada

seseorang. Aspek ini membahas orang-orang dengan keyakinan

yang berbeda-beda (misalnya umat Islam, Budha, Kristen,

Hindu), serta orang-orang dengan keyakinan pribadi dan

spiritual yang tidak sesuai dalam orientasi keagamaan tertentu

(WHO, 2012).

c. Domain Hubungan Sosial

Menurut Wongsawat (2017) hubungan sosial merupakan

sebuah persepsi individu yang berhubungan dengan diri sendiri dan

orang lain, persepsi diri sendiri untuk memberikan dukungan

kepada orang lain, dan persepsi emosi seksual atau hubungan

seksual. Menurut WHO (2012) ada beberapa aspek yang ada dalam

domain hubungan sosial yaitu :

1) Hubungan Pribadi

Aspek ini mengkaji sejauh mana orang merasakan

persahabatan, cinta dan dukungan yang mereka inginkan dari

hubungan intim dalam hidup mereka. Aspek ini membahas


22

komitmen dan pengalaman saat merawat dan menyediakan

sesuatu untuk orang lain (WHO, 2012).

2) Dukungan sosial

Aspek ini menilai seberapa banyak seseorang adanya

komitmen dan tersedianya bantuan dari keluarga dan teman-

teman. Fokusnya adalah pada seberapa banyak orang yang

merasa ia miliki dukungan dari keluarga dan teman-teman,

khususnya sejauh mana ia bergantung pada dukungan ini dalam

keadaan krisis (WHO, 2012).

3) Aktivitas seksual

Aspek ini berkaitan dengan dorongan dan keinginan

seseorang untuk seks dan sejauh mana orang tersebut mampu

mengekspresikan dan menikmati keinginan seksualnya dengan

tepat. Orientasi seksual dan praktik seksual seseorang tidak

dilihat sebagai hal yang penting dalam dan dari diri mereka

sendiri : melainkan adalah keinginan, ekspresi, dan kesempatan

bagi pemenuhan seks yang merupakan fokus dari aspek ini

(WHO, 2012).

d. Domain Lingkungan

Menurut Wongsawat (2017) domain lingkungan berhubungan

dengan persepsi seseorang yang berkaitan dengan lingkungan yang

akan mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Menurut WHO (2012)

ada beberapa aspek yang terdapat dalam domain lingkungan yaitu :


23

1) Kebebasan, keselamatan fisik dan keamanan

Aspek ini berkaitan dengan keselamatan dan keamanan

seseorang dari bahaya fisik. Sebuah ancaman yang dapat

membahayakan keselamatan dan keamanan dapat timbul dari

sumber manapun seperti orang-orang sekitar atau disebabkan

karena adanya penindasan politik (WHO, 2012).

2) Lingkungan rumah

Aspek ini membahas tempat utama dimana seseorang hidup

dan dampak lingkungan rumah pada kehidupan seseorang.

Kualitas rumah akan dinilai berdasarkan kenyamanan, serta

keamanan untuk orang yang tinggal didalamnya. Selain itu

kualitas sebuah rumah dilihat dari; kesesakan (jumlah ruang

yang tinggal di rumah tersebut), kebersihan, privasi, fasilitas

yang tersedia (seperti toilet, air) dan kualitas konstruksi

bangunan (seperti atap bocor dan basah). Kualitas lingkungan

yang ada disekitar rumah tempat tinggal sangat penting untuk

kualitas hidup (WHO, 2012).

3) Sumber Keuangan (Penghasilan)

Aspek ini mengeksplorasi pandangan seseorang tentang

bagaimana sumber daya keuangannya dan sejauh mana sumber

daya ini dapat memenuhi kebutuhan akan gaya hidup sehat dan

nyaman. Fokusnya adalah apakah seseorang mampu atau tidak


24

mampu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang dapat

mempengaruhi kualitas hidupnya (WHO, 2012).

4) Kesehatan dan Kepedulian Sosial (ketersediaan dan kualitas)

Aspek ini mengkaji pandangan seseorang tentang kesehatan

dan kepedulian sosial yang ada disekitarnya. Hal ini meliputi

bagaimana seseorang memandang ketersediaan layanan

kesehatan dan sosial serta kualitas dan kelengkapan perawatan

yang ia terima, dukungan komunitas sukarelawan, serta

seberapa sulitkah menjangkau pelayanan kesehatan yang ada di

daerahnya. Fokusnya adalah pada pandangan seseorang tentang

kesehatan dan pelayanan sosial (WHO, 2012).

5) Peluang untuk memperoleh keterampilan dan informasi baru

Aspek ini membahas kesempatan dan keinginan seseorang

untuk belajar keterampilan baru, memperoleh pengetahuan

baru, dan keinginan untuk dapat merasakan apa yang akan

terjadi. Ini mungkin bisa melalui program pendidikan formal,

atau melalui kelas-kelas pendidikan orang dewasa atau melalui

kegiatan rekreasi, baik dalam kelompok atau sendirian

(misalnya membaca). Fokusnya adalah pada kemungkinan

seseorang untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan informasi dan

pengetahuan, apakah ini mengacu pada pengetahuan dalam arti

pendidikan, atau berita nasional maupun internasional yang


25

memiliki relevansi dengan kualitas hidup seseorang (WHO,

2012).

6) Keikutsertaan dan peluang untuk rekreasi

Aspek ini membahas tentang kemampuan, kesempatan dan

kecenderungan seseorang untuk berpartisipasi dalam rekreasi,

hiburan dan relaksasi (WHO, 2012).

7) Aktivitas di lingkungan (pencemaran/kebisingan/lalu

lintas/iklim)

Aspek ini membahas mengenai pandangan seseorang

terhadap lingkungannya, termasuk kebisingan, polusi, iklim

dan estetika umum lingkungan dan apakah ini berfungsi untuk

meningkatkan atau mempengaruhi kualitas hidup. Dalam

beberapa budaya, aspek-aspek tertentu dari lingkungan

mungkin memiliki dampak yang sangat khusus pada kualitas

hidup, seperti polusi air atau polusi udara (WHO, 2012).

8) Transportasi

Aspek ini membahas pandangan seseorang mengenai

seberapa mudahkah menemukan dan menggunakan jasa

transportasi untuk berkeliling. Fokusnya adalah pada

bagaimana transportasi yang tersedia memungkinkan seseorang

untuk melakukan tugas-tugas yang diperlukan dalam kehidupan

sehari-hari serta kebebasan untuk melakukan kegiatan yang

yang dipilihnya (WHO, 2012).


26

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup

Kualitas hidup pada lanjut usia merupakan suatu komponen yang

sangat kompleks yang mencakup dari usia serta harapan hidup seorang

lanjut usia, kepuasan dalam kehidupan seorang lanjut usia, mental

serta kesehatan psikologis, fungsi fisik serta kesehatannya, kondisi

tempat tinggalnya, pendapatan atau penghasilan dari lansia dan

jaringan sosial serta hubungan sosial yang dijalani oleh lansia

(Sutikno, 2011).

Menurut Nofitri (2009) ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kualitas hidup antara lain:

a. Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah salah satu faktor yang bisa

mempengaruhi kualitas hidup dari seorang lanjut usia (Nofitri,

2009). Terdapat perbedaan antara kualitas hidup laki-laki dan

perempuan, kualitas hidup laki-laki lanjut usia cenderung lebih

baik daripada kualitas hidup perempuan lanjut usia (Nofitri, 2009).

Kesejahteraan antara laki-laki dan perempuan lanjut usia

tidaklah jauh berbeda, namun perempuan lanjut usia lebih

berkaitan dengan aspek hubungan yang positif sedangkan pada

lansia laki-laki lebih berkaitan dengan aspek pendidikan serta

pekerjaan yang lebih baik (Nofitri, 2009).


27

b. Usia

Semakin bertambahnya umur, lansia menjadi tidak

produktif lagi, kemampuan fisik dan mental pada lansia sudah

mengalami penurunan, tidak mampu lagi melakukan pekerjaan-

pekerjaan yang lebih berat, lansia memasuki masa pensiun,

ditinggal mati pasangan, stress menghadapi kematian, serta

munculnya berbagai penyakit (Flynn, 2013). Nofitri (2009)

mengatakan bahwa usia merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kualitas hidup.

c. Pendidikan

Salah satu faktor yang bisa mempengaruhi kualitas hidup

seorang lanjut usia yaitu tingkat pendidikan (Nofitri, 2009).

Masyarakat yang tingkat pendidikannya lebih tinggi memiliki

status kesehatan yang lebih baik jika dibandingkan dengan

masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah

(Notoatmodjo, 2009).

Dengan memiliki tingkat pendidikan yang semakin tinggi

maka lansia bisa menjaga kesehatannya dengan baik, dengan status

kesehatan yang baik maka dapat mempengaruhi kualitas hidup

lansia itu sendiri.

d. Pekerjaan

Moons, dkk (2004) menyatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas

hidup antara penduduk yang berstatus sebagai pelajar, penduduk


28

yang bekerja, penduduk yang tidak bekerja (atau sedang mencari

pekerjaan), dan penduduk yang tidak mampu bekerja (atau

memiliki disability tertentu).

Adanya perbedaan antara penduduk yang bekerja dengan

penduduk yang tidak bekerja, sehingga lansia yang bekerja

memiliki kualitas hidup yang tinggi dibandingkan dengan lansia

yang tidak bekerja.

e. Status pernikahan

Moons, dkk (2004) mengungkapkan bahwa terdapat

perbedaan kualitas hidup antara individu yang tidak menikah,

individu bercerai ataupun janda, dan individu yang menikah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wahl, dkk (2004)

ditemukan bahwa baik pada pria maupun wanita, individu dengan

status menikah memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi.

f. Hubungan dengan orang lain

Hardywinoto & Setiabudhi (2005) mengemukakan bahwa

lanjut usia cenderung akan menghindar secara perlahan ketika

berhubungan dengan orang lain yang dikarenakan adanya

penurunan pada derajat kesehatan dan kemampuan fisik yang

dialami.

Dalam teori yang dikemukakan oleh Yuli (2014) dijelaskan bahwa

seiring bertambahnya usia, lanjut usia akan mulai menarik diri


28

dengan perlahan dari kehidupan sosialnya, dikarenakan penarikan

ini lansia akan mengalami kehilangan peran, hambatan dalam


29

berinteraksi sosial dan berkurangnya kontak komitmen dalam

interaksi sosial.

4. Pengukuran kualitas hidup

Kualitas hidup dapat diukur dengan beberapa cara, berikut alat

yang biasa digunakan :

a. European Quality of Life- 5 Dimension

Kuesioner EQSD saat ini merupakan alat pengukuran yang

paling banyak dikenal dan paling umum digunakan untuk

mengukur kualitas hidup. Kuesioner ini terdiri dari 5 dimensi yaitu

berjalan/bergerak, perawatan diri, kegiatan yang biasa dilakukan,

rasa sakit/tidak nyaman, dan rasa cemas/depresi (sedih). Skoring

kuesioner EQ5D dengan melihat nilai index ringkasan tunggal

pada tiap dimensi. Masing-masing dimensi memiliki skor. Nilai

tertinggi adalah 1 menunjukkan bahwa subjek tidak memiliki

masalah, 2 menunjukkan bahwa subjek memiliki beberapa masalah

dan skor 3 menunjukkan bahwa subjek sangat memiliki masalah

(Sari, 2015).

b. Short Form 36

Pada saat ini, ada lebih dari 1000 instrumen yang dirancang

khusus untuk pengukuran kualitas hidup. Beberapa diantaranya

umum digunakan dalam populasi umum dan dan dapat diterapkan

ke sejumlah kondisi yang lain, seperti penyakit spesifik dan yang

berkaitan dengan kondisi patologi tertentu. (Theofilou, 2013), salah


30

satu cara untuk mengukur kualitas hidup diperoleh dengan

wawancara menggunakan SF-36

Kuesioner SF-36 merupakan instrumen baku yang telah

dipakai di berbagai negara untuk menilai kualitas hidup pasien

dengan penyakit kronik. Instrumen ini terdiri dari 36 pertanyaan

singkat yang meliputi fungsi fisik, keterbatasan fisik, nyeri tubuh,

kesehatan secara umum, vitalitas, fungsi sosial, keterbatasan

emosional, kesehatan mental (Falah, et al., 017).

c. World Health Organization of Life- BREF (WHOQOL)

Untuk mengukur kualitas hidup seseorang WHO telah

membentuk WHO Quality of Life (QOL) Group. Kelompok ini

telah melakukan penelitian di 15 negara yang memiliki perbedaan

dari segi budaya, norma dan adat istiadatnya (Warner, 1999).

Sejak tahun 2011, WHO telah mengembangkan instrumen yang

digunakan untuk mengukur kualitas hidup dan bersifat lintas

budaya. Versi pertama dari instrumen WHOQOL terdiri dari 100

pertanyaan yang mencakup 25 segi (facets) dan sudah

diterjemahkan kedalam berbagai bahasa di 15 negara tersebut.

Kemudian WHO menyusun WHOQOL-BREF yang merupakan

versi singkat dari WHOQOL-100. WHOQOL-BREF dapat

digunakan apabila waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan

100 pertanyaan terlalu lama dan tingkat dari segi (facets) secara

rinci tidak diperlukan, misalkan pada survei epidemiologi dan


31

percobaan klinik (WHOQOL Group, 1998). Terdapat 26

pertanyaan dari WHOQOL-BREF yang merupakan instrumen yang

simetris dan hasil penelitian menunjukkan instrument WHOQOL-

BREF valid dan reliabel untuk mengukur kualitas hidup pada

lansia.

Untuk penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner

WHOQOL-BREF karena Kemampuan cross-cultural dari

instrumen WHOQOL-BREF merupakan suatu unggulan dan

mendukung yang menyatakan bahwa instrumen ini dapat

digunakan sebagai alat screening. WHOQOL-BREF merupakan

suatu instrumen yang valid dan reliabel untuk digunakan baik pada

populasi lansia maupun populasi dengan penyakit tertentu dan

telah diterjemahkan kedalam berbagai bahasa termasuk bahasa

Indonesia (Salim dkk, 2016). Pengukuran kualitas hidup dengan

menggunakan alat WHOQOL-BREF merupakan pengukuran yang

menggunakan 26 item pertanyaan dimana 2 pertanyaan tentang

kualitas hidup lansia secara umum dan 24 pertanyaan lain

mencakup 4 domain, 4 domain tersebut yaitu, kesehatan fisik,

psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan (WHO, 2004).


32

C. Kemandirian Lansia

1. Definisi Kemandirian

Kemandirian merupakan suatu kebebasan untuk melakukan

berbagai tindakan, tidak bergantung pada orang lain, tidak terpengaruh

pada orang lain dan bebas mengatur diri sendiri atau melakukan

berbagai aktivitas baik individu maupun kelompok (Lerner, 1976

dalam Ediawati, 2012). Menurut Maryam (2008) kemandirian

memiliki arti bahwa individu tersebut tidak membutuhkan

pemantauan dan juga arahan dari orang lain, karena individu tersebut

percaya bahwa dirinya mampu untuk mengurus dan mengatasi

berbagai keperluan yang diperlukan untuk dirinya sendiri tanpa

bergantung kepada orang lain. Kemandirian juga merupakan suatu

bentuk pengukuran kemampuan individu untuk melakukan ADL

secara mandiri tanpa perlu bantuan dari orang lain.

Kemandirian pada lansia meliputi kemandiriannya dalam

melakukan berbagai aktivitas sehari-hari yang biasanya dilakukan

oleh lansia seperti: makan, mandi, berpakaian, pergi ke toilet,

berpindah tempat serta mampu untuk mengontrol BAK dan BAB

(Palestin, 2006). Kemandirian lansia dipengaruhi oleh penurunan

fungsi biologis tubuh atau berhubungan dengan kondisi kesehatan

lansia, faktor sosial-budaya-ekonomi dari lansia, dan kondisi dalam

lingkungan sosial lansia (Aspiani, 2014).


33

2. Activity of Daily Living (ADL)

Menurut Maryam (2008) Activity of Daily Living (ADL) adalah

kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan sehari-harinya

secara mandiri. Penentu kemandirian fungsional dapat

mengidentifikasi kemampuan keterbatasan klien sehingga

memudahkan pemilihan intervensi yang tepat. Istilah Activity of Daily

Living (ADL) mencakup perawatan diri seperti berpakaian, makan, dan

minum, toileting, mandi dan berhias (Sugiarto, 2005).

Menurut Agung (2010) Activity of Daily Living (ADL) adalah

suatu pengukuran terhadap aktivitas yang dilakukan rutin oleh manusia

setiap hari. Aktivitas tersebut antara lain: memasak,

merawat/mengurus rumah, berbelanja, mengatur keuangan, mencuci,

minum obat dan memanfaatkan sarana transportasi. Salah satu yang

termasuk kedalam Activity of Daily Living (ADL) adalah Instrumental

Activity of Daily Living (IADL). Instrumental Activity of Daily Living

(IADL) yaitu berhubungan dengan penggunaan benda atau

penggunaan suatu alat sebagai penunjang kehidupan sehari-hari.

Pengkajian aktivitas sehari-hari dengan indeks Lawton IADL

menggunakan beberapa item penilaian, yaitu:

a. Menggunakan telepon meliputi mengoperasikan telepon atas

inisiatif sendiri dengan mencari dan menghubungkan nomor

telepon dan seterusnya, dapat menghubungi beberapa nomor

telepon yang telah dikenal oleh lansia dengan baik, serta lansia
34

mampu untuk menjawab telepon tetapi tidak dapat menghubungi,

dan bahkan lansia tidak dapat menggunakan telepon sama sekali.

b. Berbelanja meliputi mengurus semua keperluan belanja secara

mandiri, lansia dapat berbelanja secara mandiri untuk pembelian

barang yang kecil, perlu ditemani oleh keluarga pada setiap

kegiatan belanja, dan lansia tidak mampu berbelanja sama sekali.

c. Persiapan makan meliputi merencanakan dan menyajikan

makanan yang cukup secara mandiri, menyiapkan makanan yang

adekuat jika bahan-bahan untuk membuatnya telah tersedia,

memanaskan dan menyajikan makanan yang disiapkan, atau

menyiapkan makanan tetapi tidak mempertahankan diet yang

adekuat,serta lansia memerlukan makanan yang telah disiapkan

dan disajikan.

d. Memelihara rumah meliputi lansia dapat memelihara rumah

sendiri atau kadang-kadang dengan bantuan dari orang lain

(misalnya bantuan untuk pekerjaan rumah yang tergolong berat),

melaksanakan tugas ringan sehari-hari seperti mencuci piring dan

merapikan tempat tidur, lansia dapat melaksanakan tugas ringan

sehari-hari tetapi tidak dapat memelihara tingkat kebersihan yang

dapat diterima, perlu bantuan untuk semua tugas pemeliharaan

rumah, tidak berpartisipasi dalam setiap tugas pemeliharaan

rumah
35

e. Mencuci pakaian meliputi apakah lansia dapat mencuci pakaian

sepenuhnya, mencuci barang-barang yang kecil, kaos kaki,

stocking, dan lain-lain, atau semua cucian memerlukan bantuan

dari orang lain.

f. Model transportasi meliputi bepergian secara mandiri dengan

transportasi umum atau mengemudi mobil pribadi, melakukan

perjalanan sendiri dengan menggunakan taksi tetapi tidak jika

menggunakan transportasi umum, bepergian dengan transportasi

umum walaupun dengan dibantu ataupun ditemani oleh orang

lain, bepergian terbatas hanya menggunakan mobil atau taksi

dengan bantuan orang lain, atau bahkan lansia tidak bepergian

sama sekali.

g. Tanggung jawab untuk pengobatannya sendiri meliputi

bertanggung jawab untuk disiplin minum obat dalam dosis yang

benar dan waktu yang benar, mengambil tanggung jawab jika

pengobatan telah disiapkan lebih dahulu dalam dosis terpisah,

tidak mampu untuk bertanggung jawab atas pengobatan miliknya

sendiri.

h. Kemampuan dalam menangani keuangan meliputi mengatur

berbagai masalah keuangan secara mandiri (anggaran, menulis,

cek, membayar uang sewa dan tagihan lainnya, pergi ke bank),

mengumpulkan dan mempertahankan sumber pendapatan,

mengatur pembelian kebutuhan sehari-hari tetapi perlu bantuan


36

yang berkaitan dengan perbankan, pembelian yang besar dan

sebagainya, tidak mampu untuk menangani keuangan (Lawton &

Brody, 1969 dalam Stanley dan Bare 2006).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Activity of Daily Living (ADL)

a. Umur

Riasmini (2002) menjelaskan bahwa semakin

bertambahnya umur seseorang maka akan berpengaruh terhadap

kemampuannya dalam memenuhi kegiatan dasar sehari-harinya, ini

disebabkan karena usia lansia yang mengakibatkan terjadinya

kemunduran fisik sel-sel organ tubuh yang menyebabkan lansia

akan lambat dalam melakukan ADL. Menurut Maryam (2008)

lansia yang memasuki usia 70 tahun memiliki resiko terhadap

penurunan berbagai hal termasuk tingkat kemandirian dalam

melakukan ADL.

b. Kesehatan Fisik

Pada lansia akan mengalami berbagai penurunan, seperti

mulai munculnya berbagai penyakit degeneratif dan juga

mengalami penurunan kekuatan fisik, panca indra, potensi dan

intelektual (Sutarto, 2009).

Menurut Hardywinoto & Setiabudhi (2007) kesehatan fisik

seseorang dapat mempengaruhi kemampuan dalam activity of daily

living, seperti sistem muskuloskeletal yang dikoordinasikan dengan

sistem saraf sehingga dapat merespon sensori yang masuk dengan


37

cara melakukan gerakan atau motorik. Gangguan pada sistem ini

biasanya disebabkan karena penyakit, atau trauma yang dapat

mengganggu pemenuhan seseorang dalam activity of daily living.

c. Fungsi Kognitif

Menurut Sutarto (2009) Tingkat fungsi kognitif dapat

mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan ADL.

Fungsi kognitif menunjukkan proses dari pembelajaran,

pemahaman, persepsi, pengertian serta perhatian. Penurunan fungsi

kognitif dapat menyebabkan lansia menjadi lambat dan

mempengaruhi lansia dalam melakukan ADL.

Tingkat kognitif dapat mempengaruhi kemampuan

seseorang dalam melakukan activity of daily living. Fungsi kognitif

menunjukkan proses seseorang dalam menerima,

mengorganisasikan dan menginterpretasikan sensor stimulus untuk

berpikir dan menyelesaikan masalah. Proses mental yang buruk

dapat memberikan kontribusi pada fungsi kognitif dapat

mengganggu dalam berpikir logis dan menghambat kemandirian

dalam melaksanakan activity of daily living (Hardywinoto &

Setiabudhi, 2007).

d. Fungsi Psikososial

Fungsi psikososial menunjukkan kemampuan seseorang

untuk mengingat sesuatu hal yang lalu dan memberikan suatu

informasi secara realistik. Proses ini meliputi interaksi yang


38

kompleks antara perilaku intrapersonal dan interpersonal.

Gangguan pada intrapersonal contohnya adanya gangguan konsep

diri. Sedangkan gangguan interpersonal seperti masalah

komunikasi, gangguan interaksi sosial atau disfungsi sosial dalam

penampilan peran juga dapat mempengaruhi dalam pemenuhan

activity of daily living (Hardywinoto & Setiabudhi, 2007).

e. Status Mental

Menurut Hardywinoto & Setiabudhi (2007) status mental

menggambarkan keaadaan intelektual seseorang. Keadaan status

mental akan memberikan dampak terhadap pemenuhan kebutuhan

dasar individu. Seperti halnya lansia yang memorinya mulai

menurun atau mengalami gangguan, lansia yang mengalami

apraksia tentunya akan mengalami gangguan dalam pemenuhan

kebutuhan dasarnya.

f. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan dan kesejahteraan sosial pada lansia

tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pelayanan yang berbasis

masyarakat salah satunya adalah posyandu lansia. Pelayanan

kesehatan dalam posyandu lansia salah satunya adalah

pemeliharaan ADL pada lansia yang aktif mengunjungi posyandu,

kualitas hidup lansia yang sering ke posyandu lebih daripada lansia

yang tidak aktif mengunjungi posyandu (Pujiono, 2009).


39

g. Kondisi Sosial

Menurut Hendriko (2000) Kondisi sosial pada lansia

disebabkan karena kemunduran yang diakibatkan oleh adanya

pemutusan kerja atau pensiun. Hubungan sosial lansia meliputi

hubungan dengan keluarga, teman sebaya, serta masyarakat sekitar,

hubungan sosial yang dilakukan oleh lansia lebih mengacu pada

pertukaran sosial.

4. Penilaian Activity Of Daily Living (ADL)

Pengkajian status fungsional merupakan penilaian kemampuan

seseorang untuk menggunakan kapasitas fisik yang dimiliki guna

untuk memenuhi segala kewajiban dalam hidupnya, yang berhubungan

dengan lingkungan dimana ia berada (Maryam, 2008). Pengkajian

status fungsional umumnya termasuk skala pengukuran untuk tingkat

ketergantungan dengan menggunakan item yang spesifik yaitu Activity

of Daily Living (ADL) dan Instrumental Activity of Daily Living

(IADL) (Miller, 2004).

a. Penilaian Activity of Daily Living dasar (ADL)

Dalam pengkajian ADL bisa menggunakan pengkajian

Indeks Barthel. Item-item dalam IB dimaksudkan untuk

menunjukkan tingkat pelayanan perawatan yang dibutuhkan

pasien.

Lansia yang mandiri memiliki keadaan dimana seluruh

kegiatan dalam memenuhi kehidupan harian dilakukan seluruhnya


40

secara mandiri atau tanpa membutuhkan bantuan. Pada lansia

dengan ketergantungan sebagian kegiatan dalam memenuhi

kehidupan harian yang membutuhkan bantuan antara lain mencuci

pakaian dan naik turun tangga, dan pada lansia dengan

ketergantungan total seluruh kegiatan pemenuhan kebutuhan

hariannya membutuhkan bantuan.

Tabel 2.1 Barthel Indeks

No. Aktivitas Kategori


1. Makan  Tidak mampu
 Memerlukan bantuan seperti memotong makanan,
mengoleskan mentega, atau memerlukan bentuk diet
khusus
 Mandiri/ tanpa bantuan
2. Mandi  Tergantung
 Mandiri
3. Perawatan diri  Perlu bantuan untuk menata penampilan diri
 Mampu secara mandiri menyikat gigi, mengelap
wajah, menata rambut dan bercukur
4. Berpakaian  Tergantung atau tidak mampu
 Perlu bantuan tapi dapat melakukan sebagian
 Mandiri ( mengancing, menutup resleting sampai
merapikan pakaian)
5. Buang Air Besar  Inkontinensia atau tergantung pada enema
 Kadang mengalami kesulitan
 Normal
6. Buang Air Kecil  Inkontinensia, harus dipasang kateter atau tidak
mampu mengontrol BAK secara mandiri
 Kadang mengalami kesulitan
 Normal
7. Penggunaan toilet  Tergantung
 Perlu dibantu tapi tidak tergantung penuh
 Mandiri
41

8. Berpindah  Tidak mampu, Mengalami gangguan keseimbangan


( tempat tidur ke  Memerlukan banyak bantuan (satu atau dua orang
kursi dan untuk bisa duduk)
sebaliknya)  Memerlukan sedikit bantuan (hanya diarahkan secara
verbal)
 Mandiri
9. Pergerakan  Tidak mampu atau berjalan kurang dari 50 yard
(dalam batas yang  Hanya bisa bergerak dengan kursi roda
ditentukan)  Berjalan dengan bantuan
 Mandiri
10. Naik dan turun  Tidak mampu
tangga  Memerlukan bantuan
 Mandiri
Skor
(Ekasari dkk, 2018)

b. Penilaian Instrumental Activity of Daily Living (IADL)

Menurut Agung (2010) Pengkajian IADL penting digunakan untuk

menentukan tingkat kebutuhan lansia terhadap tingkat ketergantungan atau

semi ketergantungan. Bila lansia tidak dapat melakukan IADL

(Instrumental Activity Of Daily Living) secara mandiri diperlukan peran

perawat pembantu (care giver). Dengan demikian, lansia diharapkan dapat

terus bersosialisasi (Tamher dan Noorkasiani, 2011). Terdapat sejumlah alat

atau instrumen ukur yang telah teruji validitasnya untuk mengukur IADL

(Instrumental Activity Of Daily Living) salah satunya adalah Lowton Scale

IADL (Kane, 1984 dalam Ann, 2007).

Skala Lawton IADL dikembangkan oleh Lowton dan Brody pada

tahun 1969 untuk menilai ADL yang lebih kompleks yang diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan agar dapat tinggal di lingkungan masyarakat.

Kompetensi dalam keterampilan seperti belanja, memasak, dan pengelolaan

keuangan diperlukan kehidupan mandiri. Karena fungsi IADL biasanya


42

hilang sebelum fungsi ADL (seperti mandi, makan, dan penggunaan toilet),

penilaian IADL dapat mengidentifikasi penurunan yang dini yaitu fisik,

kognitif atau kedua-duanya pada orang dewasa yang lebih tua yang

mungkin tampak mampu dan sehat (Graf, et al, 2008).

Menurut Mauk (2006) Instrumental Activity of Daily Living (IADL)

adalah sekumpulan aktivitas sehari-hari yang lebih komplek dibandingkan

dengan ADL, serta mengarah pada kemampuan lansia dalam berinteraksi

dengan lingkungan atau komunitasnya. IADL terdiri dari 8 aktivitas

(menggunakan telepon, berbelanja, menyiapkan makanan, mengatur rumah,

mencuci pakaian, menggunakan transportasi, tanggung jawab untuk

pengobatannya, dan kemampuan untuk menangani keuangan). Item

penilaian ini membentuk suatu instrumen pengkajian yang sederhana untuk

mengkaji lansia mana yang membutuhkan pengkajian yang lebih lanjut.

Skala Lawton IADL membutuhkan waktu 10 sampai 15 menit untuk

mengelolanya. Setiap kemampuan yang diukur bergantung pada fungsi

kognitif dan fisik. Sebagai contoh, sebuah analisis retrospektif yang

dilakukan oleh Cromwell dan rekannya menunjukkan hubungan antara

ketergantungan pada tiga item dalam skala (menggunakan telepon, self-

medication, dan mengelola keuangan) dan mengurangi fungsi kognitif lansia

yang tinggal di masyarakat yang sebelumnya didiagnosa menderita

demensia. Skor rendah pada aktivitas lain, seperti housekeeping (kategori

yang luas mencakup tugas sederhana seperti mencuci piring atau memotong

rumput), lebih jelasnya menunjukkan masalah dalam fungsi fisik. Skala


43

dapat diberikan dengan kuesioner tertulis atau wawancara. Pasien atau

anggota keluarga berpengetahuan atau pengasuh dapat memberikan jawaban

(Graf, et al, 2008).

Ada delapan domain fungsi yang diukur dengan skala Lawton IADL.

Pada wanita dilakukan penilaian pada semua 8 area fungsi, pada laki laki

hanya dinilai pada 5 area fungsi saja, untuk fungsi persiapan makanan,

mengatur rumah, dan mencuci pakaian tidak dilakukan penilaian (Coyne, et,

al. 2019). Namun pada saat ini direkomendasikan untuk tetap melakukan

penilaian semua aspek fungsi pada kedua jenis kelamin yaitu wanita dan

laki-laki (Lawton, Moss, Fulcomer, & Kleban, 2003). Klien dinilai

berdasarkan tingkat fungsi tertinggi dalam kategori tersebut. Skor ringkasan

berkisar dari 0 (fungsi rendah, tergantung) sampai 8 (fungsi tinggi,

independen). Semakin rendah skor klien semakin tinggi level

ketergantungan.

Tabel 2.2 Pengkajian Instrumental Activity of Daily Living


dengan Lawton IADL Scale

No Aktivitas Skor
1 Menggunakan telepon
a. Mampu mengoperasikan telepon secara mandiri 1
b. Menjawab telepon dan menelepon beberapa orang yang 1
dikenal
c. Mampu menjawab telepon tetapi tidak mampu 1
menelepon 0
d. Tidak mampu menggunakan telepon
2 Berbelanja
a. Mampu berbelanja untuk semua kebutuhan secara 1
mandiri 0
b. Berbelanja untuk kebutuhan kecil secara mandiri 0
c. Perlu ditemani pada saat berbelanja 0
d. Tidak mampu berbelanja
44

3 Menyiapkan makanan
a. Merencanakan, menyiapkan dan menyajikan makanan 1
secara mandiri
b. Menyiapkan makanan secara adekuat jika dibantu dalam 0
menyediakan bahan
c. Menyiapkan makanan tetapi tidak bisa mempertahankan 0
diet secara adekuat
d. Perlu bantuan untuk menyiapkan dan menyajikan 0
makanan
4 Mengatur rumah
a. Mengatur rumah sendiri atau dengan bantuan sehari-hari 1
b. Melakukan tugas sehari-hari yang bersifat ringan seperti 1
mencuci piring, merapikan tempat tidur
c. Melakukan tugas sehari-hari yang bersifat ringan tetapi 1
tidak dapat mempertahankan kebersihan
d. Perlu bantuan untuk mengatur semua tugas rumah tangga 1
e. Tidak mampu berpartisipasi dalam tugas-tugas rumah 0
tangga

5 Mencuci 1
a. Mencuci semua pakaian pribadi secara mandiri 1
b. Mencuci hanya beberapa potong pakaian 0
c. Perlu bantuan untuk mencuci pakaian
6 Menggunakan transportasi
a. Melakukan perjalanan dengan transportasi umum atau 1
kendaraan pribadi secara mandiri
b. Melakukan perjalanan dengan taxi secara mandiri, tetapi 1
tidak mampu menggunakan transportasi umum
c. Menggunakan transportasi umum dengan ditemani 1
keluarga atau orang lain
d. Memerlukan bantuan penuh untuk melakukan perjalanan 0
dengan menggunakan taxi atau mobil pribadi
e. Tidak mampu sama sekali untuk melakukan perjalanan 0
7 Menyiapkan dan minum obat
a. Mengambil obat atau minum obat dengan dosis dan 1
waktu yang benar
b. Mampu minum obat sendiri jika disiapkan oleh keluarga 0
c. Tidak mampu menyiapkan obat sendiri 0
8 Mengatur keuangan
a. Mengatur keuangan secara mandiri (pemasukan dan 1
pengeluaran uang)
b. Mengatur belanja sehari-hari, namun memerlukan 1
bantuan untuk mengatur keuangan (seperti banking atau
pengeluaran besar)
c. Tidak mampu mengatur keuangan 0
BAB III
KONSEP KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka konseptual penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi

hubungan atau kaitan antara konsep yang satu terhadap konsep lainnya,

atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya dari masalah

yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2012).

Variabel independen pada penelitian ini yaitu tingkat kemandirian

IADL dan variabel dependennya yaitu kualitas hidup lansia. Konsep dari

penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat

kemandirian IADL dengan kualitas hidup lansia. Sesuai dengan tujuan

penelitian, secara skematis kerangka konsep dapat dilihat pada gambar

berikut:

Tingkat Kemandirian
Instrumental Activity of Kualitas
Daily Living (IADL) Hidup Lansia
pada lansia

Skema 3.1 Kerangka Kerja Penelitian

45
46

B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap

permasalahan penelitian yang bersifat praduga dan masih harus dibuktikan

kebenarannya (Siregar, 2013).

Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu :

a. H0 :Tidak ada hubungan antara tingkat kemandirian Instrumental

activity of daily living (IADL) dengan kualitias hidup lansia di Desa

Pango Raya

b. Ha : Ada hubungan antara tingkat kemandirian Instrumental activity of

daily living (IADL) dengan kualitas hidup lansia di Desa Pango Raya.

C. Definisi Operasional

Table 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Skala Hasil Ukur


Operasional Alat Ukur Cara Ukur Ukur

1. Instrumental Kemampuan Lowton Angket Ordinal a. Wanita


Activity of lansia dalam Scale Mandiri : ≥ 4
Daily Living memenuhi IADL Bergantung : < 4
(IADL) kegiatan sehari-
hari seperti:
menggunakan b. Laki – laki
telepon, Mandiri : ≥ 3
berbelanja, Bergantung : < 3
menyiapkan
makanan,
mengatur
rumah, mencuci,
menggunakan
transportasi,
minum obat, dan
mengatur
keuangan.
47

2. Kualitas Hidup Persepsi lansia WHOQOL Angket Ordinal Tinggi : ≥95


Lansia tentang -BREF Sedang : 60 – 95
kehidupannya Rendah : ≤60
yang berkaitan
dengan standar,
tujuan dan
harapan mereka
yang meliputi:
Kesehatan fisik,
kesejahteraan
psikologis,
hubungan sosial,
dan lingkungan
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yaitu

penelitian yang menggunakan pengukuran tingkat suatu ciri tertentu

dan melibatkan pada perhitungan atau angka (Notoatmodjo &

Soekidjo, 2010). Melalui pendekatan kuantitatif ini peneliti ingin

melihat hubungan antara tingkat kemandirian instrumental activity of

daily living (IADL) dengan kualitas hidup lansia di desa Pango Raya

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif correlatif dengan menggunakan metode pendekatan cross

sectional study. Desain cross sectional study adalah penelitian yang

digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel yang diukur dan

dikumpulkan secara simultan, sesaat atau satu kali saja dalam satu

waktu (dalam waktu yang bersamaan) (Setiadi, 2013).

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini merupakan keseluruhan subjek

penelitian atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian

yang memiliki karakteristik sesuai dengan konsep penelitian

(Notoatmodjo, 2010). Menurut Kartika (2017) Populasi

48
49

merupakan seluruh subyek dalam penelitian yang akan diteliti oleh

peneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang

tinggal di desa Pango Raya yang berjumlah 70 orang lansia.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti yang dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo, 2010). Menurut Kartika (2017) sampel

merupakan sebagian dari semua objek yang akan diteliti dan dianggap

dapat mewakili populasi.

Teknik dalam pengambilan sampel disebut juga teknik sampling

(Sugiyono, 2012). Untuk menentukan sampling dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling

merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan

tertentu yang telah dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri-ciri atau sifat-

sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Riyanto, 2013).

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang

ada di desa Pango Raya yang berjumlah 70 orang lansia. Adapun

kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai

berikut :

1) Lansia yang bersedia menjadi responden

2) Lansia yang berumur ≥ 60 tahun.

3) Lansia dengan ADL yang baik

4) Jasmani dan rohani dalam keadaan sehat untuk mengisi

angket.
50

Namun pada saat pengumpulan data dilakukan, ada 5 orang responden yang

menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, kemudian ada 7 responden

yang tidak mampu melakukan ADL dengan baik, sehingga dikeluarkan dari

sampel, dan juga ada 1 orang responden yang sedang tidak berada di Desa Pango

Raya, sehingga dikeluarkan dari sampel. Sehingga sampel dalam penelitian ini

sebanyak 57 responden.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Pelayanan kesehatan merupakan salah satu item penilaian yang

terdapat dalam domain Lingkungan. Pusat pelayanan kesehatan

(Puskesmas) sangat erat hubungannya dengan kualitas hidup. Di kota

Banda Aceh salah satu puskesmas yang memiliki akreditasi Madya

adalah Puskesmas Ulee Kareng. Terdapat 9 desa yang berada dibawah

naungan Puskemas Ulee Kareng, yang salah satunya adalah Desa

Pango Raya. Desa Pango Raya merupakan desa yang dekat dengan

puskesmas tersebut. Sesuai dengan WHO (2012) menyatakan bahwa

dalam domain lingkungan tentang pelayanan kesehatan yang tersedia,

berkaitan dengan bagaimana seseorang memandang ketersediaan

layanan kesehatan serta kualitas dan kelengkapan pelayanan, serta

seberapa sulitkah menjangkau pelayanan kesehatan yang ada

didaerahnya. Oleh karena itu, penelitian ini dilaksanakan di Desa

Pango Raya.
51

2. Waktu Penelitian

Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 22 september

2020

D. Etika Penelitian

Penelitian dilakukan sesudah dinyatakan lulus uji etik oleh tim komite

etik Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala dengan kode

penelitian 111093200720 (Lampiran 16). Adapun prinsip etik yang

diterapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Otonomi (autonomy)

Peneliti menggunakan prinsip etik ini dengan menjelaskan maksud

dan tujuan penelitian dan menyerahkan lembar persetujuan kepada

responden untuk memutuskan bersedia atau tidak terlibat dalam

penelitian ini.

2. Tidak merugikan (nonmaleficience)

Penelitian ini tidak merugikan responden baik secara fisik,

psikologis dan finansial. Penelitian ini juga tidak memaksa responden

untuk terlibat menjadi objek penelitian.

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Identitas responden dirahasiakan dalam penelitian ini. Dalam

kuesioner data demografi peneliti tidak mencantumkan nama, namun

peneliti hanya mencantumkan kode responden dan inisial.


52

4. Keadilan (justice)

Peneliti bersikap adil dengan tidak membeda-bedakan responden,

setiap responden diberikan pertanyaan yang sama dengan metode

wawancara terpimpin.

5. Berbuat baik (beneficience)

Peneliti melakukan screening pada tingkat kemandirian IADL

responden sehingga dapat dilakukan tindakan preventif yang

bermanfaat bagi responden.

6. Kejujuran (veracity)

Dalam penelitian ini peneliti membangun hubungan saling percaya

dengan responden sehingga responden dapat terbuka dalam menjawab

pertanyaan.

E. Alat Pengumpulan Data dan Uji Instrumen

1. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan daftar pertanyaan dalam bentuk kuesioner

sebagai alat untuk mengukur setiap variabel berdasarkan tinjauan

pustaka dalam kerangka konsep yang dikembangkan sendiri oleh

peneliti. Kuesioner ini terdiri dari 3 bagian yaitu:

a. Bagian A, merupakan data demografi responden yang berguna

untuk mengetahui latar belakang responden, meliputi : kode


53

responden, usia,jenis kelamin, status perkawinan, tingkat

pendidikan, dan pekerjaan.(Lampiran 6)

b. Bagian B, merupakan format skrining kuesioner ADL yaitu

menggunakan kuesioner Barthel Index yang berguna untuk

mengukur tingkat kemandirian lansia dalam melakukan kegiatan

sehari-hari. Skrining ADL ini berguna untuk mendapatkan lansia

yang bisa melakukan ADL secara mandiri sehingga lansia yang di

ambil sebagai responden memenuhi kriteria inklusi yang

ditetapkan dalam penelitian ini. Daftar skrining Barthel Index ini

terdiri dari 10 pertanyaan yaitu makan, mandi, perawatan diri,

berpakaian, buang air besar, buang air kecil, penggunaan toilet,

berpindah (tempat tidur ke kursi atau sebaliknya), bergerak, naik

dan turun tangga(Lampiran 6). Hasil ukur dalam skrining ini

adalah Mandiri : Skor 100, Ketergantungan ringan : Skor 91-99,

Ketergantungan sedang : Skor 61-90, Ketergantungan berat : Skor

21-60, Ketergantungan total : Skor 0-20

c. Bagian C, merupakan format kuesioner tingkat kemandirian IADL

yaitu menggunakan kuesioner Lowton Scale Instrumental Activity

of Daily Living yang berguna untuk mengukur tingkat kemandirian

lansia untuk memenuhi kebutuhan agar dapat tinggal di lingkungan

masyarakat. Daftar kuesioner Lawton Scale Instrumental Activity

of Daily Living terdiri dari 8 item pertanyaan yaitu menggunakan

telepon, berbelanja, menyiapkan makanan, mengatur rumah,


54

mencuci, menggunakan transportasi, menyiapkan dan minum obat,

dan mengatur keuangan. Skala yang digunakan dalam kuesioner ini

adalah Skala Guttman untuk mengukurnya. Skala Guttman

menggunakan dua kriteria yaitu mandiri nilai (1) dan bergantung

nilai (0). Hasil ukur untuk kuesioner Lawton IADL Scale yaitu

pada wanita (mandiri : ≥ 4, bergantung : < 4) dan pada laki-laki

(mandiri : ≥ 3, bergantung : < 3). (Lampiran 6)

d. Bagian D, berupa kuesioner tentang kualitas hidup, kuesioner

kualitas hidup yang digunakan adalah WHOQOL-BREF, yaitu

sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang berbentuk modifikasi dari

WHO (The World Quality of Life-Bref, 2004). Pertanyaan tentang

kualitas hidup terdiri dari 26 item pertanyaan. 2 pertanyaan umum

tentang kualitas hidup dan kepuasan hidup dan 24 pertanyaan

lainnya yang menyangkut tentang empat domain kualitas hidup

yaitu domain kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial dan

lingkungan sosial. Pilihan jawaban menggunakan Skala Likert

dengan lima titik yang berkisar diberikan nilai 1-5.

Tabel 4.1 Blue Print Kuesioner Kualitas Hidup

Domain Pertanyaan Jumlah


Positif Negatif pertanyaan
Fisik - Vitalitas (Q10) - Sakit fisik 7
- Bergaul (Q15) (Q3)
- Tidur (Q16) - Terapi
- Aktivitas sehari-hari medis (Q4)
(Q17)
- Bekerja (Q18)
55

Psikologis - Menikmati hidup Perasaan 6


(Q5) negatif (Q26)
- Hidup berarti (Q6)
- Konsentrasi (Q7)
- Menerima
penampilan (Q11)
- Puas diri (Q19)

Sosial - Hubungan personal 3


(Q20)
- Kehidupan seksual
(Q21)
- Dukungan teman
(Q22)
Lingkungan - Aman kehidupan 8
sehari-hari (Q8)
- Sehat lingkungan
(Q9)
- Uang (Q12)
- Informasi (Q13)
- Rekreasi (Q14)
- Kondisi tempat
tinggal (Q23)
- Layanan kesehatan
(Q24)
- Transportasi (Q25)
Kesehatan - Kualitas hidup (Q1) 2
umum - Kesehatan (Q2)

Perhitungan skor pada kuesioner WHOQOL-BREF dilakukan

dengan cara menjumlahkan skor mentah yang didapat dari setiap domain

atau dimensi (Panjaitan, 2015).

Skor dari setiap dimensi atau domain (raw score) yang didapat

harus ditransformasikan sehingga nilai skor dari alat ukur ini dapat

dibandingkan dengan nilai skor yang digunakan dalam alat ukur

WHOQOL-100 dengan menggunakan rumus baku yang telah ditetapkan


55

oleh WHO berikut: (Lampiran 7) Hasil ukur dari kuesioner kualitas hidup

yaitu dengan kategori tinggi dengan skor


56

≥ 95, kategori sedang dengan skor berkisar antara 60-95, dan juga kategori rendah

dengan skor ≤60 (WHOQOL-BREF, 1996). (Lampiran 6)

Skor Transformasi = (Score – 4) × (100/16)

Tabel 4.2 Perhitungan Skor WHOQOL-BREF

Rumus menghitung skor Nilai Transformasi


domain mentah 4 - 20 0 – 100
Domain 1 (6-Q3) + (6-Q4) + Q10 +
Q15 + Q16 + Q17 + Q18
Domain 2 Q5 + Q6 + Q7 + Q11 + Q19
+ (6-Q26)
Domain 3 Q20 + Q21 + Q22

Domain 4 Q8 + Q9 + Q12 + Q13 +


Q14 + Q23 + Q24 + Q25

2. Back Translation

Back translation adalah suatu proses untuk menerjemahkan

dokumen yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa asing dan kembali

diterjemahkan ke bahasa asli oleh penerjemah (Shu-ling, 2016).

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

Lawton IADL Scale yang merupakan kuesioner baku dalam bahasa

inggris sehingga membutuhkan terjemahan ke dalam bahasa Indonesia.

Proses penerjemahan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia

dilakukan oleh Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala

yaitu Ns. Dara Febriana, M. Sc, kemudian terjemahan dari bahasa


57

Indonesia ke bahasa Inggris dilakukan oleh Pusat Bahasa Universitas

Syiah Kuala (Lampiran 11). Sedangkan kuesioner WHOQOL-BREF

tidak perlu dilakukan back translation dikarenakan sudah tersedia

dalam bahasa indonesia.

3. Uji Instrumen

a. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan

untuk mengukur apa yang sebenarnya diukur (Sugiyono, 2016).

Sedangkan reliabilitas adalah suatu instrumen apabila digunakan

beberapa kali untuk mengukur objek akan menghasilkan data yang

sama (Sugiyono, 2016). Dalam penelitian ini ada 2 kuesioner yang

digunakan yaitu:

1) Lawton Scale Instrumental Activity of Daily Living, kuesioner

ini telah dilakukan Back Translation terlebih dahulu .

Kemudian dilakukan uji Face Validity, sebuah instrumen

dinilai face validity jika berdasarkan penilaian subjektif para

profesional bahwa instrumen menunjukkan secara logis dan

mampu merefleksikan secara akurat sesuatu yang diukur

(Riyanto, 2013). Face Validity pada penelitian dilakukan

kepada 5 lansia di Gampong Blang Dalam, Kecamatan Jeumpa,

Kabupaten Bireuen. Setelah melakukan uji face Validity kepada

5 lansia, lansia tersebut memberikan masukan terhadap

kuesioner yang dibagikan agar beberapa kata yang tidak


58

mereka mengerti diubah menjadi bahasa yang lebih mudah

dimengerti. Kemudian berdasarkan masukan atau tanggapan

dari responden peneliti mengubah beberapa bahasa yang ada

dalam kuesioner tersebut tanpa mengurangi makna dari

kuesioner aslinya. (lampiran 15)

2) WHOQOL-BREF, kuesioner ini merupakan kuesioner yang

sudah baku dan sudah ada dalam versi bahasa Indonesia,

sehingga validitas untuk kuesioner WHOQOL-BREF yaitu

ditentukan r hitung antara 0,89-0,95 serta reliabilitas terhadap

kuesioner WHOQOL-BREF didapatkan nilai Cronbach’s Alpha

sebesar 0,66-0,87 (Salim dkk, 2007).

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

teknik pembagian angket. Adapun prosedur pengumpulan data yang

dilakukan adalah:

1. Tahap Persiapan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui proses administrasi

dengan cara mendapatkan izin dari Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Syiah Kuala dan izin dari Kepala Gampong Pango Raya.

2. Tahap Pengumpulan Data

a. Peneliti meminta bantuan kepada kader Desa Pango Raya untuk

membantu membagikan kuesioner kepada lansia. Setelah

mendapatkan persetujuan dari ibu kadernya, peneliti menjelaskan


59

mengenai penelitian dan cara mengumpulkan data dari responden

sehingga hasil penelitian jelas dan akurat.

b. Peneliti dan ibu kader Desa Pango Raya mendatangi calon

responden untuk membagikan kuesioner. Pada saat pengumpulan

data dilakukan, peneliti tetap memperhatikan protokol kesehatan

untuk mencegah penularan covid (memakai masker, menjaga jarak,

menggunakan hand sanitizer).

c. Saat bertemu calon responden peneliti dan ibu kader

memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian

kepada calon responden serta meminta persetujuan responden

dengan menandatangani informed consent yang telah disediakan.

d. Responden yang setuju menjadi responden dalam penelitian ini,

maka peneliti langsung membagikan kuesioner kepada responden

yang bersedia mengisi kuesioner yang telah disediakan. Kemudian

peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner yang dimulai dari

data demografi, skrining ADL, pertanyaan tingkat kemandirian

IADL berupa Lowton Scale IADL dan pertanyaan kualitas hidup

berupa WHOQOL-BREF.

e. Setelah menjelaskan cara pengisian kepada responden, peneliti

memberitahukan bahwa kuesioner tersebut akan dikumpulkan

dalam waktu satu minggu kedepan.


60

f. Peneliti/ibu kader Desa Pango Raya mengucapkan terimakasih

kepada responden yang telah bersedia terlibat dalam penelitian ini

dan memberikan souvenir berupa tasbih.

g. Satu minggu kemudian, peneliti mengumpulkan lembaran

kuesioner yang telah dibagikan kepada responden, serta memeriksa

kelengkapan jawaban yang diberikan oleh responden. Apabila

terdapat data yang tidak lengkap, maka peneliti akan bertanya

kembali dan mengisinya.

h. Setelah selesai melakukan pengumpulan data, peneliti memperoleh

surat keterangan telah selesai melakukan penelitian dari Kepala

Gampong Pango Raya kecamatan Ulee Kareng.

G. Pengolahan Data

Pengolahan data menurut Notoatmodjo (2010) terdiri dari beberapa

tahapan, yaitu :

1. Editing

Setelah selesai melakukan wawancara terpimpin oleh peneliti,

maka peneliti langsung memeriksa kelengkapan data dan informasi.

Peneliti memastikan tidak ada data atau informasi yang kurang lengkap

sehingga tidak ada data yang hilang (missing).

2. Coding

Setelah dilakukan pengecekan terhadap kuesioner, maka peneliti

mengelompokkan menjadi data demografi, data pengkajian tingkat

kemandirian IADl dan data kualitas hidup. Kegiatan dalam


61

pengkodean ini berupa pengubahan data yang berbentuk kalimat atau

huruf menjadi angka atau bilangan. Tujuan dilakukan pemberian kode

untuk mempermudah pengisian data. Pemberian kode pada responden

diawali dengan 01 untuk responden pertama dan selanjutnya sampai

dengan responden terakhir. Pemberian coding pada penelitian ini

adalah:

a. Karakteristik responden berdasarkan usia

1) Usia 60-74 tahun :1

2) Usia 75-90 tahun :2

3) Usia rentang 90 tahun keatas :3

b. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

1) Laki-laki :1

2) Perempuan :2

c. Karakteristik responden berdasarkan status perkawinan

1) Menikah :1

2) Belum menikah :2

3) Janda :3

4) Duda :4

d. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

1) Tidak sekolah :1

2) Sekolah dasar (SD) :2

3) Sekolah menengah pertama (SMP) :3

4) Sekolah menengah atas (SMA) :4


62

5) Pendidikan tinggi :5

e. Karakteristik responden berdasarkan riwayat pekerjaan

1) Tidak bekerja :1

2) Pensiunan :2

3) Wiraswasta :3

4) Petani/nelayan :4

5) Lain-lainnya :5

f. Variabel tingkat kemandirian IADL

1) Mandiri :1

2) Bergantung :2

g. Variabel Kualitas hidup

1) Tinggi :1

2) Rendah :2

3) Sedang :3

3. Entry data

Data yang telah diberi kode akan disusun secara berurutan dari

responden pertama sampai dengan responden terakhir untuk

dimasukkan ke dalam tabel sesuai dengan sub variabel yang diteliti

dan data tersebut diolah dengan menggunakan komputer yaitu paket

program komputerisasi.

4. Tabulating

Merupakan proses dalam membuat tabel- tabel data sesuai

dengan tujuan penelitian. Peneliti mengelompokkan jawaban-jawaban


63

responden berdasarkan kategori yang telah dibuat untuk tiap-tiap sub

variabel yang diukur dan selanjutnya dimasukkan kedalam tabel

distribusi frekuensi untuk memudahkan menginterpretasikan hasil

penelitian yang telah dilakukan. Sesuai dengan isi kuesioner penelitian,

ada beberapa tabel yang dapat disajikan yaitu tabel data demografi,

data tingkat kemandirian IADL, dan data kualitas hidup lansia.

H. Analisa Data

Analisa data pada penelitian ini meliputi analisa univariat dan bivariat

sesuai dengan desain penelitian deskriptif korelatif yang bertujuan untuk

mengetahui hubungan tingkat kemandirian Instrumental activity of daily

living dengan kualitas hidup lansia di desa Pango Raya.

1. Analisa Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada

umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi

dan persentase dari setiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Data yang

diperoleh dari hasil wawancara dan pemeriksaan dicatat dan

dikumpulkan kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi. Dalam penelitian ini digunakan untuk melihat distribusi

frekuensi responden seperti : umur, jenis kelamin, status perkawinan,

tingkat pendidikan, dan pekerjaan. Untuk variabel tingkat kemandirian

IADL menggunakan kuesioner Lowton Scale Instrumental Activity of

Daily Living memiliki skor :


64

a. Wanita

Mandiri : ≥ 4

Bergantung : < 4

b. Laki – laki

Mandiri : ≥ 3

Bergantung : < 3

Sedangkan variabel kualitas hidup memiliki skor sebagai berikut :

Tinggi : ≥95

Sedang : 60 – 90

Rendah : ≤60

2. Analisa Bivariat

Setelah dilakukan analisis univariat, hasilnya akan diketahui

karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan dapat dilanjutkan

analisis bivariat. Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo,

2010). Analisa data bivariat menggunakan uji statistik Pearson

correlation. Uji statistik pearson correlation digunakan untuk menguji

apakah terdapat hubungan antara variabel satu dengan variabel yang

lain (Donsu, 2016). Perhitungan statistik dengan uji ini dilakukan

dengan menggunakan program komputer yang diinterpretasikan

dengan nilai probabilitas (P-value). Adapun ketentuan yang berlaku

adalah apabila p-value > 0.05, maka Ho diterima, sedangkan jika p-

value = 0.05 maka Ho ditolak (Notoatmodjo, 2010)


BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan dari tanggal 22

September sampai dengan tanggal 5 Oktober 2020 di Desa Pango Raya

yang dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada 57 responden yang

memenuhi kriteria inklusi yang telah ditetapkan dalam penelitian ini,

dengan aspek yang diteliti adalah tingkat kemandirian Instrumental

Activity of Daily Living dan kualitas hidup lansia. Pengumpulan data

dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada lansia dengan dibantu

oleh kader Desa Pango Raya dengan menggunakan 2 alat ukur. Alat ukur

pertama yaitu kuesioner Lawton Instrumental Activity of Daily Living

(IADL) yang berisi 8 pertanyaan tentang kegiatan sehari-hari yang lebih

komplek yang meliputi kemampuan menggunakan telepon, belanja,

persiapan makan, pekerjaan rumah, mencuci, pilihan transportasi,

tanggung jawab terhadap obat-obatan sendiri, dan kemampuan mengelola

keuangan. Alat ukur yang kedua adalah WHOQOL-BREF yang berisi 26

pertanyaan tentang kualitas hidup yang meliputi 2 pertanyaan tentang

kualitas hidup lansia secara umum dan 24 pertanyaan lain mencakup 4

domain yaitu fungsi kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial, dan

lingkungan.

65
66

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan data sebagai

berikut:

1. Data Demografi

Data demografi yang diteliti pada responden di Desa Pango Raya

meliputi : usia, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan,

pekerjaan dan tinggal bersama, didapatkan data yaitu sebagai berikut :

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Data Demografi Pada Lansia di


Desa Pango Raya (n=57)

No Data Frekuensi (f) Persentase (%)


1 Usia
Usia Lanjut (elderly) 47 82.5
Tua (old) 10 17.5
2 Jenis Kelamin
Laki-laki 15 26.3
Perempuan 42 73.7
3 Status Perkawinan
Menikah 21 36.8
Janda 30 52.6
Duda 6 10.5
4 Tingkat Pendidikan
Sekolah Dasar (SD) 18 31.6
Sekolah Menengah Pertama (SMP) 5 8.8
Sekolah Menengah Atas (SMA) 11 19.3
Pendidikan Tinggi 23 40.4
5 Pekerjaan
Tidak Bekerja 32 56.1
Pensiunan 21 36.8
Wiraswasta 3 5.3
Lain-lain 1 1.8
6 Tinggal Bersama
Keluarga 57 100.0
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2020)
Berdasarkan tabel 5.1, menunjukkan bahwa mayoritas responden yang

ada di desa Pango Raya berumur 60-74 tahun yaitu sebanyak 47 responden
66

(82.5%). Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak

42 responden
67

(73.7%). Ditinjau dari status perkawinan responden mayoritasnya yaitu janda

sebanyak 30 responden (52.6%). Mayoritas tingkat pendidikan responden yaitu

Pendidikan tinggi dengan jumlah sebanyak 23 responden (40.4%). Mayoritas

responden tidak bekerja sebanyak 32 responden (56.1%). Secara keseluruhan

semua responden tinggal bersama keluarga sebanyak 57 responden (100.0%).

2. Analisa Univariat

a. Gambaran Tingkat Kemandirian Instrumental Activity of daily

Living di Desa Pango Raya

Berdasarkan hasil pengukuran tingkat kemandirian Instrumental

Activity of Daily Living menggunakan Lawton-IADL yang dilakukan

pada lansia di Desa Pango Raya, pengolahan variabel tingkat kemandirian

Instrumental Activity of daily Living dinilai dari delapan aspek dengan

uraian sebagai berikut :

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian Instrumental


Activity of Daily Living di Desa Pango Raya

No Tingkat Kemandirian Frekuensi (f) Persentase (%)


Instrumental Activity of
Daily Living

1 Mandiri 55 96.5
2 Bergantung 2 5.5
Total 57 100
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2020)
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan bahwa tingkat kemandirian

Instrumental Activity of Daily Living di Desa Pango Raya sebanyak 55

responden (96.5%) berada dalam kategori mandiri.


68

b. Gambaran Kualitas Hidup Lansia di Desa Pango Raya

Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan menggunakan 26 item

pertanyaan mengenai kualitas hidup lansia yang terdiri dari 2 pertanyaan

umum, 4 domain yaitu kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial dan

lingkungan, dan kualitas hidup lansia maka dapat dapat dilihat lebih jelas

pada tabel 5.3 dibawah ini:

Tabel 5.3 Frekuensi Domain Kesehatan Fisik Lansia di Desa


Pango Raya

No Kesehatan Fisik Frekuensi (f) Persentase (%)


1 Tinggi 25 43.9
2 Rendah 32 56.1
Total 57 100.0
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2020)
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa domain kualitas hidup

lansia di desa Pango Raya sebanyak 32 responden (56.1%) berada dalam

kategori rendah.

Tabel 5.4 Frekuensi Domain Psikologis Lansia di Desa Pango


Raya

No Psikologis Frekuensi (f) Persentase (%)


1 Tinggi 34 59.6
2 Rendah 23 40.4
Total 57 100.0
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2020)
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa domain psikologis

lansia di desa Pango Raya sebanyak 34 responden (59.6%) berada dalam

kategori tinggi.
69

Tabel 5.5 Frekuensi Domain Hubungan Sosial Lansia di Desa


Pango Raya

No Domain Hubungan Frekuensi (f) Persentase (%)


Sosial
1 Tinggi 30 52.6
2 Rendah 27 47.4
Total 57 100.0
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2020)
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa domain hubungan

sosial lansia di desa Pango Raya sebanyak 30 responden (52.6%) berada

dalam kategori tinggi.

Tabel 5.6 Frekuensi Domain Lingkungan Lansia di Desa Pango


Raya

No Lingkungan Frekuensi (f) Persentase (%)


1 Tinggi 26 45.6
2 Rendah 31 54.4
Total 57 100.0
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2020)
Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa domain lingkungan

lansia di desa Pango Raya sebanyak 31 responden (54.4%) berada dalam

kategori rendah.

Tabel 5.7
Frekuensi Kualitas Hidup Lansia di Desa Pango Raya

No Kualitas Hidup Frekuensi (f) Persentase (%)


1 Sedang 35 61.4
2 Rendah 22 38.6
Total 57 100.0
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2020)
70

Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa kualitas hidup lansia di

desa Pango Raya sebanyak 35 responden (61.4%) berada dalam kategori

kualitas hidup sedang.

3. Analisa Bivariat

Hubungan tingkat kemandirian Instrumental Activity of Daily Living

dengan kualitas hidup lansia di Desa Pango Raya

Tabel 5.8
Hubungan tingkat kemandirian Instrumental Activity of Daily
Living dengan kualitas hidup lansia di Desa Pango Raya

Instrumental Kualitas Hidup P-


Activity of Daily Total Value
Living (IADL) Sedang Rendah
F % F % F %
Mandiri 34 61,8 21 38,2 55 100
Bergantung 1 50 1 50 2 100 0.777
Total 35 61.4 22 38,6 57 100
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2020)
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa tingkat kemandirian

Instrumental Activity of Daily Living pada kategori mandiri memiliki kualitas

hidup yang sedang yaitu 34 dari 55 responden (61.8%) sedangkan tingkat

kemandirian Instrumental Activity of Daily Living pada kategori bergantung

memiliki kualitas hidup yang sedang yaitu 1 dari 2 responden (50%). Hasil

uji statistik dengan Pearson correlation didapatkan nilai P-value 0.777 >

(0.05) maka dapat disimpulkan Ho diterima yang berarti bahwa tidak ada

hubungan antara tingkat kemandirian Instrumental Activity of daily Living

dengan kualitas hidup lansia di Desa Pango Raya.


71

B. Pembahasan

Pada pembahasan berikut ini peneliti akan menguraikan hasil

penelitian yang telah diperoleh dan kemudian akan menganalisis

berdasarkan konsep-konsep terkait dengan tingkat kemandirian

Instrumental Activity of Daily Living dan kualitas hidup lansia.

1. Gambaran tingkat kemandirian Instrumental Activity of Daily

Living

Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.2,

menunjukan bahwa tingkat kemandirian Instrumental Activity of Daily

Living di Desa Pango Raya sebanyak 55 responden (96.5%) berada

dalam kategori mandiri. Penelitian ini didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Rinajumita (2012) yang dilakukan pada 90 responden

diwilayah kerja Puskesmas Lampasi, menunjukkan bahwa mayoritas

responden dapat melakukan aktivitasnya sendiri (mandiri) yaitu

sebanyak 79 responden (87.8%). Sejalan juga dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sari (2015), menunjukkan bahwa sebagian besar

responden berada dalam kategori mandiri yaitu 76.6%. Menurut

peneliti responden masih mandiri dalam melakukan aktivitasnya, hal

ini menunjukkan bahwa secara fisik responden masih kuat untuk

melakukan aktivitas sehari-hari yang lebih kompleks. Menurut

Hardywinoto (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan dan

kemampuan lansia dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari adalah

faktor kesehatan fisik dan kognitif . Dengan kondisi kesehatan yang


72

baik lansia dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan baik tanpa

memerlukan bantuan. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Ismail (2015) menyebutkan bahwa terdapat pengaruh

yang signifikan antara kondisi kesehatan fisik terhadap kemandirian

lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Keterbatasan kemampuan dalam melakukan ADL pada lansia

merupakan hal yang umum terjadi, sebagaimana ditunjukkan dalam

beberapa penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Thomson & Chi

(2012) yang meneliti tentang keterbatasan kemampuan ADL pada

lansia di Asia, Amerika dan kepulauan Pasifik. Penelitian

menunjukkan bahwa prevalensi gangguan kemampuan dalam

melakukan ADL pada lansia di India adalah 4.7% sebagai prevalensi

terendah dan Korea Selatan sebesar 18.8% sebagai prevalensi tertinggi.

Kelompok negara diantaranya antara lain China, Vietnam, Jepang,

Philipina dengan prevalensi sekitar 8-10%. Penelitian lain juga

dilakukan oleh Cherian (2015) yang meneliti tentang status kesehatan

lansia di India tahun 2014. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terjadi

peningkatan prevalensi ketergantungan ADL lansia yang disebabkan

oleh faktor-faktor penurunan kesehatan lansia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 96.5% dari total responden

memiliki tingkat kemandirian dalam kategori mandiri. Hal ini

disebabkan karena karakteristik responden lansia sebagian besar

berusia 60-74 tahun (82.5%), dimana pada usia ini lansia masih
73

mampu mentoleransi aktivitas sehari-hari yang bisa dilakukan sendiri

namun semakin tua maka lansia akan membutuhkan bantuan orang

lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Menurut Azizah (2011)

seiring dengan bertambahnya umur maka akan terjadi penurunan

kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Hal ini didukung

oleh penelitian yang dilakukan oleh indahsari (2013) yang menyatakan

bahwa semakin bertambahnya usia maka akan mempengaruhi

kemandirian, semakin tua usia lansia maka tingkat kemandiriannya

akan semakin menurun. Penelitian lain juga dilakukan oleh Park &

Lee (2017) menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara umur

dengan penurunan IADL pada lansia, dimana terjadinya penambahan

umur berhubungan dengan penurunan kemampuan IADL lansia.

Dalam penelitian ini responden yang berjenis kelamin perempuan

berjumlah 42 orang (73.7%) sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 15 orang (26.3%). Pada lansia perempuan ada 2 orang

(3.5%) dari keseluruhan responden yang mengalami ketergantungan

dalam melakukan IADL. Penelitian yang dilakukan oleh Rinajumita

(2011) menyatakan bahwa hasil analisis hubungan antara jenis kelamin

dengan kemandirian diperoleh bahwa responden mandiri yang berjenis

kelamin perempuan lebih banyak (90.2%) dibandingkan dengan

responden yang berjenis kelamin laki-laki. Menurut Darmojo (2004)

menyatakan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan


74

kemandirian lansia. Lansia laki-laki memiliki tingkat kemandirian

yang lebih rendah dibandingkan dengan perempuan, dan ini akan terus

meningkat seiring dengan bertambahnya usia lansia. Hal tersebut

diperkuat dalam penelitian Sahin, et al (2015) yang menunjukkan

bahwa jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang berpengaruh

terhadap kemampuan IADL pada lansia, dimana laki-laki memiliki

gangguan kemampuan IADL lebih tinggi dibandingkan perempuan.

Namun menurut Muhith (2010) lansia dengan jenis kelamin laki-laki

memiliki tingkat kemandirian yang lebih tinggi jika dibandingkan

dengan lansia berjenis kelamin perempuan. Hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Ediawati (2013) menyatakan bahwa

berdasarkan hasil analisa jenis kelamin terhadap tingkat kemandirian

menunjukkan bahwa responden lansia laki-laki memiliki tingkat

kemandirian yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan responden

lansia perempuan.

Salah satu faktor yang menyebabkan tingkat kemandirian IADL

lansia baik pada penelitian ini salah satunya adalah tingkat pendidikan

responden yang cukup baik. Penelitian ini menunjukkan sebagian

besar responden memiliki tingkat pendidikan pada pendidikan tinggi

sebanyak 23 orang (40.4%) dan tingkat pendidikan SMA sebanyak 11

orang (19.3%). Sebuah teori menyebutkan bahwa semakin tinggi

tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin tinggi pula

pengetahuan yang didapatnya (Notoatmodjo, 2010). Hal ini didukung


75

oleh penelitian yang dilakukan oleh Rinajumita (2011) didapatkan

bahwa dari hasil analisis hubungan antara pendidikan dengan

kemandirian diperoleh bahwa responden mandiri yang berpendidikan

tinggi lebih banyak (96.2%) dibandingkan responden mandiri yang

berpendidikan rendah. Namun menurut penelitian yang dilakukan oleh

Purnanto & Khosiah (2018) menunjukkan hasil bahwa tidak ada

pengaruh antara tingkat pendidikan dengan kemandirian lansia. Hal ini

menunjukkan bahwa ketersediaan informasi tentang lansia, banyaknya

informasi yang didapatkan oleh lansia dalam bidang kemandirian

tidaklah berdampak pada kemampuan lansia dalam kemandirian

melakukan ADL.

Lanjut usia yang bekerja adalah mereka yang yang secara psikis

dan fisik memiliki kesehatan yang cukup baik dan sehat (Nugroho,

2009). Dalam penelitian ini didapatkan bahwa lansia yang tidak

bekerja sebanyak 30 orang (56.1%) dan lansia yang pensiunan

sebanyak 21 orang (36.8%). Menurut penelitian yang dilakukan oleh

Cici (2001) tentang faktor penentu lansia bekerja. Didapatkan bahwa

lansia yang masih aktif bekerja karena berbagai alasan, diantaranya

karena desakan ekonomi. Dengan masih bekerja berarti mereka masih

dapat menghidupi dirinya sendiri. Dalam kondisi seperti ini mereka

memusatkan perhatian pada usaha untuk menghasilkan uang sehingga

minat untuk mencari uang tidak lagi berorientasi pada apa yang ingin
76

mereka beli akan tetapi untuk sekedar menjaga agar mereka tetap

mandiri.

Dalam penelitian ini karakteristik responden tinggal bersama

keluarga secara keseluruhan sebanyak 57 orang (100%). Menurut

Friedman (2003) keluarga memiliki fungsi sebagai pendukung

terhadap anggota keluarga lain yang selalu siap memberikan bantuan

pada saat diperlukan. Dukungan keluarga membuat keluarga mampu

berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal serta meningkatkan

kesehatan pada lansia sehingga mau beradaptasi dengan keluarga. Hal

ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Khulaifah dkk (2012)

tentang hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia

dalam pemenuhan ADL, menyatakan bahwa sebagian besar responden

mendapat dukungan dari keluarganya yaitu 82,4% dan tidak

mendapatkan dukungan dari keluarganya 17,6%. Peneliti ini

berpendapat bahwa responden yang mendapat dukungan dari

keluarganya memiliki tingkat kemandirian ADL yang baik.

2. Gambaran kualitas hidup lansia

Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.7

didapatkan hasil kualitas hidup lansia berada dalam kategori sedang

yaitu sebanyak 35 responden (61,4%). Dari hasil analisis data

demografi pada tabel 5.1, faktor yang mempengaruhi kualitas hidup

lansia adalah usia, jenis kelamin,status perkawinan, tingkat

pendidikan, pekerjaan, tinggal bersama.


77

Usia sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia. Dari hasil

penelitian didapatkan mayoritas responden berusia 60-74 tahun

sebanyak 47 responden (82.5%). Hal ini didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Ardiani dkk (2014) didapatkan bahwa ada hubungan

antara faktor usia dengan kualitas hidup lansia. Peneliti tersebut

menganalisis bahwa usia lansia yang tua sangat banyak, hal ini

dikarenakan keberhasilan pembangunan pemerintah khususnya

dibidang kesehatan, yang mana semakin maju sistem pengobatan dan

medis menyebabkan angka harapan hidup di Indonesia semakin tinggi.

Dari hasil penelitian didapatkan mayoritas responden merupakan

perempuan yaitu sebanyak 42 responden (73.7%). Jenis kelamin

merupakan salah satu faktor yang bisa mempengaruhi kualitas hidup

dari seorang lanjut usia. Hal ini didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Ardiani dkk (2014) didapatkan bahwa terdapat

hubungan antara faktor jenis kelamin dengan kualitas hidup lansia,

dimana lansia perempuan lebih banyak daripada lansia laki-laki. Hal

ini dikarenakan usia harapan hidup yang paling tinggi adalah

perempuan. Hasil penelitian yang dilakukan Moons dkk (2004) yang

mengatakan bahwa jenis kelamin adalah salah satu faktor yang

mempengaruhi kualitas hidup. Menurut WHO (2009) yang

mengatakan bahwa angka harapan hidup perempuan lebih lama

dibandingkan dengan angka harapan hidup laki-laki. Namun

pernyataan ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan


78

oleh Pradono et al (2009) berdasarkan analisis multivariat logistik

regresi yang mengemukakan bahwa perempuan beresiko 1.3 kali

memiliki kualitas hidup yang lebih kurang dibandingkan dengan

kualitas hidup laki-laki. Menurut Ryff dan Singer (2007) mengatakan

bahwa kesejahteraan laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda,

perempuan lebih banyak terkait dengan aspek hubungan yang bersifat

positif sedangkan kesejahteraan pada laki-laki terkait dengan aspek

pendidikan yang lebih baik.

Hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas responden adalah

janda sebanyak 30 responden (52,6%) dan menikah sebanyak 21

responden (36,8%). Terdapat perbedaan kualitas hidup antara individu

yang tidak menikah, bercerai ataupun janda dan individu yang

menikah. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Ardiani dkk (2014) didapatkan bahwa ada hubungan antara status

perkawinan dengan kualitas hidup lansia, dimana didapatkan bahwa

lansia yang ditinggalkan pasangannya kebanyakan tidak menikah lagi,

dikarenakan mereka menganggap mampu mengatasi kondisi setelah

ditinggalkan pasangannya, kebanyakan hal ini terjadi pada lansia

perempuan. Pada lansia laki-laki, mereka cenderung mengharapkan

bantuan dari istri, sementara perempuan lebih mampu untuk

melakukan sendiri apa yang dibutuhkan. Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Wahl dkk (2004) mengemukakan bahwa baik pada pria

maupun wanita, lansia dengan status menikah memiliki kualitas hidup


79

yang lebih tinggi. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Moons dkk (2004) yang mengatakan bahwa terdapat

perbedaan kualitas hidup antara seseorang yang menikah, bercerai dan

seseorang yang tidak menikah.

Dari data penelitian didapatkan bahwa mayoritas responden

lulusan pendidikan tinggi berjumlah 23 responden (40.4%) dan

sekolah dasar sebanyak 18 responden (31.6%). Memiliki tingkat

pendidikan yang semakin tinggi akan membuat lansia mampu menjaga

kesehatannya dengan baik, dengan status kesehatan yang baik maka

dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia itu sendiri. Hal ini juga

sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2010) yang mengatakan bahwa

tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon

terhadap sesuatu yang datang dari luar. Seseorang yang memiliki

tingkat pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional

dan lebih berpotensi daripada mereka yang berpendidikan rendah atau

sedang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Moons

dkk (2004) yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan adalah salah

satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Namun

penelitian yang dilakukan oleh Ardiani dkk (2014) mengatakan bahwa

tidak ada hubungan antara faktor pendidikan dengan kualitas hidup

lansia. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Fahrun (2009) yang

mengatakan bahwa tidak adanya pengaruh tingkat pendidikan terhadap

kualitas hidup lansia, karena pendidikan pada dasarnya tidak hanya


80

diperoleh dari bangku sekolah (formal) tetapi juga di lingkungan

keluarga, masyarakat, dan dari media lainnya seperti majalah berita dll.

Dari data penelitian didapatkan bahwa mayoritas responden tidak

bekerja sebanyak 32 responden (56,1%) dan sebanyak 21 responden

(36,8%) merupakan pensiunan. Adanya perbedaan kualitas hidup

antara lansia yang bekerja dengan lansia yang tidak bekerja, lansia

yang bekerja memiliki kualitas hidup yang tinggi dibandingkan dengan

lansia yang tidak bekerja. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Wahl (2004) yang mengatakan bahwa status pekerjaan

berhubungan dengan kualitas hidup baik pada pria maupun wanita.

Kemudian juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Moons

dkk (2004) mengemukakan bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup

seseorang yang tidak bekerja (sedang mencari pekerjaan) dan

seseorang yang tidak mampu bekerja (memiliki disability tertentu).

Penelitian lain juga dilakukan oleh Ardiani dkk (2014) didapatkan

bahwa ada hubungan antara faktor pekerjaan dengan kualitas hidup

lansia, didapatkan bahwa lansia lebih banyak yang tidak bekerja, hal

ini dikarenakan kondisi kesehatan lansia yang tidak memungkinkan

mereka untuk bekerja.

Faktor hubungan dengan orang lain memiliki kontribusi yang

cukup besar dalam menjelaskan kualitas hidup. Dari data penelitian

didapatkan bahwa mayoritas responden tinggal bersama keluarga

(100%). Banyaknya responden yang memiliki kualitas hidup dalam


81

kategori sedang disebabkan karena lanjut usia tinggal dirumah dan

masih bersama keluarganya sehingga kualitas hidup lansia lebih

terjamin. Hasil penelitian diatas sesuai dengan penelitian Putri (2011)

bahwa lansia yang tinggal di rumah memiliki kualitas hidup yang

cukup daripada lansia yang tinggal di panti. Hal ini berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh Yuliati (2014), bahwa tidak terdapat

perbedaan kualitas hidup lansia yang tinggal di komunitas dengan

lansia yang tinggal di pelayanan sosial lanjut usia. Baik fisik,

psikologis, sosial, dan lingkungan. Ada yang dapat menggantikan

fungsi keluarga yaitu teman yang berada di pelayanan sosial maupun

petugas yang selalu membantu lansia.

Kualitas hidup lansia mencakup empat domain yaitu domain fisik,

psikologis, hubungan sosial dan lingkungan. Berdasarkan hasil

penelitian yang ditujukan pada tabel 5.3, didapatkan kualitas hidup

pada domain kesehatan fisik berada dalam kategori rendah yaitu

sebanyak 32 responden (56.1%). Domain fisik dapat mempengaruhi

kualitas hidup lansia karena jika fisik lansia kurang bagus yang

disebabkan oleh penyakit degeneratif sehingga mengakibatkan lansia

tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri, maka akan memicu

penurunan kualitas hidup pada lansia. Menurut Rowe & Khan (1999)

dalam Rohmah (2012), yaitu kemungkinan yang memiliki nilai rendah

mengalami penderitaan suatu penyakit atau ketidakmampuan

dikarenakan penyakit tertentu, kognitif dan fisik yang tetap berfungsi


82

baik, dan keterlibatan yang aktif dalam kehidupan. Seperti penelitian

yang dilakukan oleh Yulianti (2015), lansia yang memiliki kondisi

fisik yang buruk, menunjukkan bahwa lansia tidak dapat melakukan

aktivitas secara mandiri yang disebabkan oleh masalah kesehatan,

kondisi ini disebabkan oleh indikator menurunnya kualitas hidup

lansia.

Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel 5.4,

didapatkan kualitas hidup pada domain psikologis berada dalam

kategori tinggi yaitu sebanyak 34 responden (59.6%). Hal ini

menunjukkan bahwa psikologis lansia di desa Pango Raya cukup baik.

Sehingga apabila kondisi psikologis atau emosi baik, maka kualitas

hidup pada lansia juga baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Azmi dkk (2018), didapatkan bahwa kualitas hidup

pada domain psikologis berada dalam kategori baik sebanyak 42 orang

responden (68.9%). Hal ini terjadi karena rata-rata lansia dalam

penelitian ini tidak memiliki perasaan kesepian, putus asa dan cemas.

Hal ini dikarenakan rata-rata lansia tinggal bersama keluarganya

seperti anak-anaknya, menantu dan bersama cucu-cucunya. Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulianti (2015), domain

psikologis adalah merasa dibutuhkan didalam keluarga, tidak mudah

tersinggung, dapat menyelesaikan masalah, suka menerima ide-ide

baru, merasa tidak kesepian apabila ditinggal sendiri, melakukan hal-

hal yang positif, serta melakukan hobi yang disukai.


83

Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel 5.5,

didapatkan kualitas hidup pada domain hubungan sosial berada dalam

kategori tinggi yaitu sebanyak 30 responden (52.6%). Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Azmi dkk (2018), didapatkan

bahwa kualitas hidup lansia berdasarkan domain hubungan sosial yaitu

berada dalam kategori baik sebanyak 37 responden (60.7%). Hal ini

dapat terjadi karena rata-rata responden sering mendapatkan dukungan

dari teman-teman seusianya. Penelitian lain juga dilakukan oleh

Azwan (2015) tentang hubungan dukungan sosial teman sebaya

dengan kualitas hidup lansia di panti sosial tresna werdha dan

didapatkan hasil (75.9%) lansia memiliki dukungan sosial teman

sebaya yang positif dengan kualitas hidup yang tinggi. Hal ini terjadi

dikarenakan adanya dukungan sosial dari teman sebaya akan

mempengaruhi respon-respon dan perilaku lansia sehingga dapat

berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia. Selain itu dengan adanya

dukungan sosial yang diberikan oleh teman sebaya akan memotivasi

lansia untuk lebih baik dalam melakukan aktivitas sehari-hari maupun

masalah yang dihadapinya (Azwan, 2015).

Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel 5.6,

didapatkan kualitas hidup pada domain lingkungan berada dalam

kategori rendah yaitu sebanyak 31 responden (54.4%). Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh (2019), didapatkan bahwa

kualitas hidup pada domain lingkungan berada dalam kategori yang


84

kurang baik sebanyak 25 responden (85%). Hal ini dapat

mempengaruhi kualitas hidup lansia. Domain lingkungan adalah suatu

cara dukungan keadaan sekitar seperti budaya, aturan dan harapan

tujuan, apabila dukungan dari lingkungan kurang maka terjadilah

penurunan kualitas hidup pada lansia.

3. Hubungan Tingkat Kemandirian Instrumental Activity of Daily Living

dengan Kualitas Hidup Lansia

Berdasarkan hasil penelitian yang pada tabel 5.7, menunjukkan

bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat kemandirian

Instrumental Activity of Daily Living (IADL) dengan kualitas hidup

lansia dengan p-value (0.777). Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Nito dkk (2013) yang menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan antara kemandirian dengan kualitas hidup lansia, hal ini

disebabkan karena ada faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas

hidup, seperti spiritual. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh (Munawarah, 2018), yang menunjukkan bahwa

spiritualitas dan kualitas hidup memiliki arah yang positif, yang berarti

bahwa semakin tinggi skor spiritualitas lansia maka semakin baik

kualitas hidupnya.

Kualitas hidup lansia dikatakan baik jika kesehatan fisik,

psikologis dan sosialnya baik. Menurut Rohma (2012) menjelaskan

bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup lansia

antara lain faktor fisik, faktor sosial, faktor psikologis, dan faktor
85

lingkungan. Kesehatan fisik tersebut berhubungan dengan ADL dasar

yang dilakukan oleh lansia dalam kehidupan sehari-hari. Lansia yang

memiliki kondisi fisik yang baik akan memiliki tingkat kemandirian

ADL yang mandiri yang akan mempengaruhi kualitas hidup lansia,

dengan tingkat kemandirian ADL mandiri memungkinkan lansia akan

memiliki kualitas hidup baik. Lansia yang memiliki kondisi fisik yang

menurun memungkinkan untuk bergantung dengan orang lain dalam

melakukan ADL hal tersebut akan memungkinkan lansia memiliki

kualitas hidup yang kurang (Prihati, 2017).

Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian yang

yang dilakukan oleh Setyani (2015) yang menunjukkan bahwa terdapat

hubungan positif yang kuat antara tingkat kemandirian ADL dengan

kualitas hidup lansia di UPT PSLU Jember. Penelitian lain juga

dilakukan oleh Vegetti et al (2014) menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang positif dan signifikan antara aktivitas fisik dengan

kualitas hidup lansia, dimana semakin tinggi aktivitas fisik lansia maka

kualitas hidupnya semakin baik.

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam proses melakukan pengumpulan data, peneliti tidak dapat

menjumpai responden secara langsung untuk melakukan pengumpulan

data karena situasi yang sedang tidak mendukung atau dalam keadaan

pandemi wabah Corona Virus Disease (Covid-19), sehingga untuk

melakukan pengumpulan data, peneliti memutuskan untuk menggunakan


86

metode pembagian angket kepada responden serta peneliti tidak bisa

melakukan wawancara secara langsung dengan responden. Namun,

disamping itu pula peneliti tetap harus mematuhi protokol kesehatan.

Selain itu, sampel yang sebelumnya 70 orang lansia berkurang menjadi 57

orang, karena 13 orang lainnya termasuk dalam kriteria eksklusi. Hal ini

dapat mempengaruhi peneliti dalam melakukan proses pengumpulan data.


BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan terhadap 57 responden.

Maka kesimpulan yang diperoleh mengenai hubungan tingkat kemandirian

Instrumental Activity of Daily Living pada lansia di Desa Pango Raya

sebagai berikut :

1. Gambaran tingkat kemandirian Instrumental Activity of Daily Living

di Desa Pango Raya berada pada kategori mandiri yaitu sebanyak 55

responden (96.5%)

2. Gambaran kualitas hidup lansia di Desa Pango Raya berada pada

kategori sedang yaitu sebanyak 35 responden (61.4%)

3. Hubungan tingkat kemandirian Instrumental Activity of Daily Living

pada lansia di Desa Pango Raya menunjukkan tidak berhubungan

dengan P-Value 0.777

B. Saran

1. Bagi perawat puskesmas

Bagi perawat puskesmas di wilayah Kecamatan Ulee Kareng

hendaknya rutin mengadakan kegiatan seperti senam lansia, posyandu

lansia dan juga mengunjungi lansia untuk meningkatkan kemandirian

lansia dalam berkaktivitas sehari-hari sehingga kualitas hidup lansia

menjadi meningkat.

87
88

2. Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala

Dapat dijadikan studi pustaka dan referensi untuk penelitian

selanjutnya dan meningkatkan pengetahuan tentang tingkat

kemandirian Instrumental Activity of Daily Living dan kualitas hidup

lansia.

3. Bagi penelitian selanjutnya

Dapat melakukan penelitian lanjutan mengenai tingkat

kemandirian Instrumental Activity of Daily Living dan kualitas hidup

lansia dengan memperhatikan faktor lain yang tidak diteliti seperti

spiritualitas.
DAFTAR PUSTAKA

Agung, I. (2010). Uji keandalan dan kesahihan indeks activity of daily living
Barthel untuk mengukur status fungsional dasar pada usia lanjut di RSCM.
Perpustakaan Universitas Indonesia, 106623.
Aniyati, S., & Kamalah, A. D. (2018). Gambaran Kualitas Hidup Lansia Di
Wilayah Kerja Puskesmas Bojong I Kabupaten Pekalongan. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Keperawatan, 14(1).

Ariyudha, J. (2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup penduduk


lanjut usia di Kelurahan Jogotrunan Kabupaten Lumajang. Jurnal Ekonomi
Pembangunan. Jember: Universitas Jember.
Ardiani, H., Lismayanti, L., & Rosnawaty, R. (2019). Faktor-Faktor yang
Berhubungan Dengan Kualitas Hidup Lansia di Kelurahan Mugarsari
Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya Tahun 2014. Healthcare Nursing
Journal, 1(1), 42–50.

Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans


Info Media
Azizah, L. M. (2011). Keperawatan lanjut usia (1st ed.).Yogyakarta: Graha Ilmu

Azmi, N., Karim, D., Nauli, F.A. (2018). Gambaran Kualitas Hidup Lansia
dengan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Kecamatan
Tampan Pekanbaru. JOM Fkp. Vol.5. No.2

Azwan, Herlina, & karim, D. (2015). Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya
dengan Kualitas Hidup Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha. Diperoleh
pada tanggal 23 Oktober 2020 dari
http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/article/view/8258/7929

Badan Pusat Statistik (2019). Statistik Penduduk Lanjut Usia. Diakses pada
tanggal 19 mei 2020.

Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh (2019). Statistik Daerah Provinsi Aceh 2019.
Diakses pada tanggal 10 november 2019.
https://aceh.bps.go.id/publication/2019/09/26/5e11ba5ee5e33ce26353d2424
/statistik-daerah-provinsi-aceh-201.html

Budiarto, E. (2001). Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.


Jakarta: EGC
Budiarto, E. (2013). Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: EGC
Brody, L. (2007). Activities, Instrumental Daily, O F Scale, Living, 0(23).

Ch Salim, O., Sudharma, N. I., Kusumaratna, R. K., & Hidayat, A. (2007).


Validity and reliability of World Health Organization Quality of Life-BREF
to assess the quality of life in the elderly, 26(1), 27–38.

Chandra, Gregorius. (2002). Strategi dan Program Pemasaran. Yogyakarta: Andi


Offiset

Coyne, R., & Kluwer, W. (2019). The Lawton Instrumental Activities of Daily
Living (IADL) Scale. Best Practices in nursing Care to Older Adults. New
York University Rory Meyers College of Nursing.

Darmojo, B. (2004). Buku Ajar Geriatric (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta :
FKUI

Darmojo, B. (2010). Buku Ajar Geriatric (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta :
FKUI

Dewi Rhosma. S. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Ed : I. Yogyakarta :


Deepublish.

Depkes dan Kesejahteraan Sosial RI. (2010). Pedoman pembinaan Kesehatan


Jiwa Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta : Depkes RI

Donsu, Jenita Doli. (2016). Metodelogi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta:


Pustaka Baru

Ediawati, E. (2012). Gambaran tingkat kemandirian dalam activity of daily living


(ADL) dan risiko jatuh pada lansia di panti sosial tresna werdha budi mulia
01 dan 03 jakarta timur. Skripsi Fk UI Depok, 1–91.

Effendi, F, M. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik


dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Eißel, D., Rokicka, E., & Leaman, J. (2014). Welfare state at risk: Rising
inequality in Europe. Welfare State at Risk: Rising Inequality in Europe,
9783319014814, 1–236.

Fahrun. R. (2009). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Lansia ke


Posyandu Lansia dia RW.VII Kelurahan Wono kusumo Semampir
Surabaya. Journal From UM Surabaya. Vol.5 No.1.
Fatimah. (2010). Merawat Manusia Lanjut Usia. Jakarta: Trans Info Media
Friedman , MM, Bowden, O & Jones, M. (2003). Family Nursing : Theory and
Practice. Philadelphia : Appleton&Lage
Graf, C., & Hartford Institute for Geriatric Nursing. (2008). The Lawton
instrumental activities of daily living (IADL) scale. Medsurg Nursing :
Official Journal of the Academy of Medical-Surgical Nurses, 17(5), 343–344.
Retrieved from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19051984

Hardywinoto & Setiabudhi, T. (2007). Panduan Gerontologi. Jakarta: Pustaka


Utama.
Hendriko, E. (2000). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Lanjut Usia
dalam Melakukan Aktivitas Dasar Sehari-hari.
Indahsari, P., Agusman, F., & Ekowati, S. (2013). Hubungan Perubahan Fungsi
Fisik Terhadap Kebutuhan Aktivitas Hidup Sehari-Hari (Ahs) Pada Lansia
Dengan Stroke (Studi Pada Unit Rehabilitasi Sosial Kota Semarang). Jurnal
Keperawatan Komunitas, 1(1), 104516.

Ismail, S.O. (2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian lansia di


Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi Gorontalo. Universitas Negeri
Gorontalo. Fakultas Ilmu Kesehatan
Kane, R. A., & Kane, R. L. (1981). Assessing the elderly : a practical guide to
measurement, lexington, MA: Lexington Books.

Kartika, Ira lin. (2017). Buku Ajar Dasar-dasar Riset Keperawatan dan
Pengolahan Data Statistik. Jakarta: Cv. Trans Info Media

Kemenkes RI. (2018). Profil Kesehatan Indonesia (2018). Jakarta. Diakses : 12


November 2019. http://kebijakankesehatanindonesia.net/publikasi/arsip-
pengantar/3900-profil-kesehatan-indonesia-2018

Khulaifah , Siti, dkk. (2012). Hubungan Dukungan Keluarga dengan


Kemandirian Lansia dalam pemenuhan Activity Daily Living di Dusun
Sembayat Timur Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik. Surabaya :
Universitas Airlangga Fakultas Keperawatan. Diakses dari
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/ijchnc4e3752e57full.pdf tanggal 23
Oktober 2020

Lawton, M. P., Moss, M., Fulcomer, M., & Kleban, M. H. (2003). Multi-level
assessment instument manual for full-length MAI. North Wales PA: Polisher
Research Institude, Madlyn and Leonard Abramson Center for Jewish Life.

Lavdaniti, M., & Tsitsis, N. (2015). Definitions and conceptual models of quality
of life in cancer patients. Health Science Journal, 9(2).

Maryam, R. Siti, D. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:


Salemba Medika.
Maryam, R. Siti, D. (2011). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika.
Mauk, K. L. (2006). Gerontological Nursing: competencies for care. Sudbury:
Jones and Bartleet.
Meiner, S. E., & Lueckenotte, A. G. (2006). Gerontologic Nursing. 3rd Ed. USA:
Mosby Elsevier.
Miller, Carol A. (2004). Nursing for Wellnessin Older Adults: Theory & Practice.
Philadepia: Lippincott
Moons, P., Marquet, K., Budts, W., & De Geest, S. (2004). Validity, reliability
and responsiveness of the “Schedule for the Evaluation of Individual
Quality of Life - Direct Weighting” (SEIQoL-DW) in congenital heart
disease. Health and Quality of Life Outcomes, 2, 1–8.

Muhith. A. (2010). Kemampuan Fungsional Lanjut Usia di UPT Panti Werdha


Majapahit Mojokerto. Hospital Mojopahit, 2 (2).
Nito, P. J. B., Adenan, & Herawati. (2013). Hubungan anatara Kemandirian
Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Sejahtera Kalimantan Selatan.

Nofitri, N.F.M. (2009). Gambaran Kualitas Hidup Penduduk Dewasa Pada Lima
Wilayah di Jajarta. Skripsi Fakultas Psikologi UI.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. (2012). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nugroho. H. W. (2009). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik edisi 3. Jakarta :
EGC
Nurulistyawan T. Purnanto, S. K. (2017). Hubungan antara usia, jenis kelamin,
pendidikan dan pekerjaan dengan Activity Daily Living (ADL) pada lansia
di Puskesmas Gribig Kabupaten Kudus., 1(1), 31–39.

Orem, D. E. (2001). Nursing : Concept of practice. (6th Ed.). St. Louis : Mosby
Inc.

Organization, WH. (2018). Ageing. United Nations. Diakses


http://www.un.org/en/section/ageing
Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika
Palestin. (2006). Ranah Penelitian Keperawatan Gerontik. Retrieved November
27, 2019, from http://inappni.or.id/index.php.
Panjaitan, RB. (2015). Kualitas hidup Pasien Kanker Payudara yang di Rawat di
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Medan : Universitas
Sumatera Utara.
Park, J., & Lee, Y. J. (2017). Patterns of instrumental activities of daily living and
association with predictors among community-dwelling older women: A
latent class analysis. BMC Geriatrics, 17(1), 1–8.

Pradono. J. (2009). Kualitas Hidup Penduduk Indonesia Menurut International


Classification of Functioning, Disability and Health (IcF) dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya (Analisis Lanjut Data RISKESDAS 2007). Jakarta.
Prihati, P.A. (2017). Hubungan Tingkat Kemandirian Activity of daily Living
(ADL) dengan Kualitas Hidup Lansia di Kelurahan Karangasem
Kecamatan Laweyan Srakarta. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Priyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif. Surabaya: Zifatama Publishing
Pujiono. (2009). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan
Posyandu Lansia di Desa Jetis Kecamatan Karangrayung Kabupaten
Grobogan. USM
Purnanto, N.T., & Khosiah, S. (2018). Hubungan Antara Usia, Jenis Kelamin,
Pendidikan dan Pekerjaan dengan Activity of Daily Living (ADL) Pada
Lansia di Puskesmas Gribig Kabupaten Kudus. E-journal D-III
Keperawatan. Volume 3 No.1. Retrived October 20, 2020, from
http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id
Putri, D., Akhmadi, A., & Subekti, H. (2008). Gambaran Kualitas Hidup Lansia
Yang Tinggal Di Panti Sosial Tresna Werdha YOGYAKARTA Unit Budi
Luhur. Jurnal Ilmu Keperawatan.

Rahmadhani, S., & Wulandari, A. (2019). Gambaran Kualitas Hidup Lansia di


Desa Bhuana Jaya Tenggarong Seberang. Jurnal Kesehatan Pasak Bumi
Kalimantan, 2(2), 89–96.

Ran, L., Jiang, X., Li, B., Kong, H., Du, M., Wang, X., … Liu, Q. (2017).
Association among activities of daily living, instrumental activities of daily
living and health-related quality of life in elderly Yi ethnic minority. BMC
Geriatrics, 17(1), 1–7.
Ratnawati, Emmelia. (2017). Keperawatan komunitas. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press

Rina jumita, Azrimaidaliza, R. M. (2012). Kemandirian Lansia Diwilayah Kerja


Puskesmas Lampasi Kota Payakumbuh. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
6(2), 86–94.

Riyanto, A. (2013). Statistik deskriptif untuk kesehatan. Yogyakarta: Nuha


Medika
Robert Ho, Handbook of Univariate and Multivariate Data Analysis and
Interpretation with SPSS (Boca raton : Chapman & Hall/CRC, 2006) p.184
Rohmah, A. I. N., Purwaningsih, & Bariyah, K. (2012). Quality of Life Elderly,
120–132.

Rokicka, E. 2014. The Concept of Quality of Life in The Context of Economic


Performance and Global Progress. Switzerland: Sringer
Rosyid, F. N., Uliyah, M., & Hasanah, U. (2010). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia Di Rw Vii
Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir Surabaya. Journal From
UMSurabaya, 5(1).

Sahin A., et al. (2017). Association Among Activities of Daily Living,


Instrumental Activities of Daily Living and Health-Related Quality of :ife in
Elderly Yi Ethnic Minority. BMC Geriatrics. Vol. 17:74
Salim, O. C., Sudharma, n.I., Kusumaratna, R. K., dan Hidayat, A. (2007)).
Validitas dan Reliabilitas WHOQOL -Bref untuk Mengukur Kualitas Hidup
Lanjut Usia. Universa Medicina, 26 (1), 27-38
Salim, O. C., Sudharma, n.I., Kusumaratna, R. K., dan Hidayat, A. (2016).
Validitas dan Reliabilitas World Health Organization Quality of Life-Bref
untuk Mengukur Kualitas Hidup Lanjut Usia. Universa Medicina, 26 (1),
27-38
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Cetakan Pertama.
Graha Ilmu: Yogyakarta
Setiadi. (2013). Konsep dan praktek penulisan riset keperawatan (Ed.2).
Yogyakarta: Graha Ilmu
Setyoadi, Noerhamdani, Ermawati, F. (2011). Perbedaan Tingkat Kualitas Hidup
Pada Wanits Lansia di Komunitas dan Panti. Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya.
Shu-ling, L. (2016). A Contrastive Study of English Source Text and Back-
Translation Version and Its Application. Sino-US English Teaching, 13(10),
814–821.

Skolnik, R., & Heung, S. (2018). W orld H ealth O rganization ( WHO ) . The
International Encyclopedia of Anthropology, 1–3.

Siregar, Syofian. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Fajar


Interpratama Mandiri.
Stanley, M., & Beare, P.G. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2.
Jakarta: EGC.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta
Sugiyono. (2016). Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: PT Alfabet
Suhartini, R. (2012). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Orang
Lanjut usia. Diakses tanggal 28 November 2019
Sutarto, j. T & Ismulcokro, C. (2009). Pensiun Bukan Akhir Segalanya. Jakarta:
Gramedia Pustaka Umum.
Sutikno, E. (2011). Hubungan Antara Fungsi Keluarga dan Kualitas Hidup
Lansia. Jurnal Kedokteran Indonesia Vol.2/No.1. Kediri : Institut Ilmu
Kesehatan Bhakti Wijaya.
Tamher, S., & Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan
Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Tamher, S., & Noorkasiani. (2011). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan
Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Trihayati, N. (2016). Hubungan fungsi kognitif dengan tingkat kemandirian
aktivitas sehari-hari pada lansia di UPT Panti Wersha Budhi Dharma
Ponggalan Yogyakarta. Universitas ‘Aisyiyah. Yogyakarta
Wahl, A. K., Rustøen, T., Hanestad, B. R., Lerdal, A., & Moum, T. (2004).
Quality of life in the general Norwegian population, measured by the
Quality of Life Scale (QOLS-N). Quality of Life Research, 13(5), 1001–
1009.

WHO. (2012). Physical Activity In Guide Community Preventive Services


Website.

WHO. (2012). The World Health Organization Quality of Life (WHOQOL).


Diunduh dari http://www.
Who.int/mental/publications/whoqol/en/index.html. dikutip pada 5 mei
2020

WHO. (2015). Q&As on Hypertension 2015. Diakses pada tanggal 13 November.


http://www.who.int/features/qa/82/en/

WHOQOL-BREF. 1996. Introduction, Administration, Scoring and Generic


Version Of The Assesment. Programme on Mental Health World
Organization CH-1211 Geneva Switzerland.

Wilhelmson, K., Andersson, C., Waern, M., & Allebeck, P. (2005). Elderly
people’s perspectives on quality of life. Ageing and Society, 25(4), 585–600.

Wongsawat, S. (2017). Predicting factors for quality of life of elderly in the rural
area. International Journal of Arts & Sciences, 09(04), 363–371.

World Health Organization. (2004). The World Health Organization Quality of


Life (WHOQOL)-BREF. Diakses tanggal 7 November 2017.
http://www.who.Int/substance_abuse/research_tools/en/indonesianwhoqol
Yuliati, S.D. (2015). Hubungan Harga Diri dengan Kualitas Hidup Lansia dia
Panti Sosial Trensa Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin. Skripsi. Padang :
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
Lampiran 1
Lampiran 2

ANGGARAN BIAYA PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT KEMANDIRIAN INSTRUMENTAL ACTIVITY


OF DAILY LIVING (IADL) DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI
DESA PANGO RAYA

No Uraian Jumlah (Rp)


1 Biaya Penyusunan Proposal
 Biaya print proposal 100.000
 Fotocopy seminar proposal 50.000
2 Biaya Konsumsi Seminar Proposal Penelitian 50.000
3 Keperluan kertas dan alat tulis 2 RIM kertas 100.000
kuarto A4 70 gram @ 50.000
4 Biaya Pelaksanaan dan Pengambilan Data
 Biaya souvenir responden 300.000
 Biaya fotocopy kuesioner 150.000
 Biaya transportasi 100.000
5 Biaya Kuota Internet sidang skripsi 50.000

6 Biaya Penyusunan Skripsi


 Fotocopy sidang skripsi 150.000
 Cetak skripsi 150.000
Total 1.200.000

Mengetahui Banda Aceh, 9 November 2020


Pembimbing, Penulis

Ayu Rahayu
Ns. Khairani, MPH
NIM. 1612101010093
NIP. 19780528 200604 2 002
Lampiran 3

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Pribadi:
1. Nama : Ayu Rahayu
2. NIM : 1612101010093
3. Tempat/ Tanggal Lahir : Takengon, 26 Juli 1998
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Status : Anak ke-1 dari 3 (3) bersaudara
6. Agama : Islam
7. Pekerjaan : Mahasiswa
8. Alamat : Meunasah Papen
9. Email : aayuu.raahayuu@gmail.com
10. No hp : 082237120983

B. Identitas Orang Tua:


1. Ayah
a. Nama : M. Ali
b. Pekerjaan : Wiraswasta
2. Ibu
a. Nama : Erni Dayanti
b. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
3. Alamat : Desa Blang Dalam, Kecamatan Jeumpa,
Kabupaten Bireuen

C. Riwayat Pendidikan:
1. SD : SD Negeri 2 Jeumpa 2004-2010
2. SMP : SMP Negeri 1 Bireuen 2010-2013
3. SMA : SMA Negeri 1 Bireuen 2013-2016
4. Perguruan Tinggi : Fakultas Keperawatan 2016-sekarang
Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh
Lampiran 4

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,

Calon responden penelitian

Dengan Hormat

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah:

Nama : Ayu Rahayu

Nim : 1612101010093

Alamat : Meunasah Papen

Mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala, yang melaksanakan


penelitian tentang “Hubungan Tingkat Kemandirian Instrumental Activity of
Daily Living (IADL) dengan Kualitas Hidup Lansia di Desa Pango Raya”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat
kemandirian Instrumental Activity of Daily Living dengan kualitas hidup lansia di
desa Pango Raya. Penelitian ini tidak berdampak negatif dan tidak menimbulkan
kerugian bagi responden. Jawaban yang telah diberikan akan saya jaga
kerahasiannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika saudara
bersedia berpatisipasi, saya mohon kesediaan saudara untuk menandatangani
lembar persetujuan yang telah saya sediakan. Atas bantuan partisipasinya, saya
ucapkan terimakasih.

Banda Aceh, 28 Februari 2020

(Ayu Rahayu)
Lampiran 5

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan setuju untuk menjadi

responden dalam penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Kemandirian

Instrumental Activity of Daily Living dengan Kualitas Hidup Lansia di Desa

Pango Raya” yang dilakukan oleh Ayu rahayu, mahasiswi program Reguler A

2016 Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala.

Saya sudah mengetahui tujuan dan manfaat dari penelitian ini. Saya

memahami bahwa penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat negatif bagi saya.

Saya mengerti bahwa data yang telah diberikan dijaga kerahasiannya dan hanya

digunakan untuk keperluan penelitian. Saya bersedia menjadi responden dengan

jujur dan apa adanya secara sukarela tanpa tekanan dari siapa pun.

Demikian lembar persetujuan ini dibuat dengan sadar dan tanpa ada unsur

paksaan dari siapa pun.

Tanda tangan responden

( )
Lampiran 6

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT KEMANDIRIAN INSTRUMENTAL ACTIVITY


OF DAILY LIVING (IADL) DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA

A. Data Demografi

Petunjuk pengisian

Kuesioner ini di isi oleh responden dengan cara mencentang (√) didalam

kotak yang telah disediakan

1. Kode responden : *Diisi oleh peneliti

2. Tanggal pengisian : ……………………

3. Nama : ……………………

4. Usia : ……………………

5. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan

6. Status perkawinan : Menikah Janda

: Belum Menikah Duda

7. Tingkat pendidikan : Tidak Sekolah SD

: SMA SMA

Pendidikan Tinggi

8. Pekerjaan : Pensiunan Wiraswasta

: Petani/Nelayan Tidak bekerja

Lain-lainnya ......................................

9. Tinggal bersama : Keluarga Sendiri


Lampiran 6

B. Screaning Activity of Daily Living (ADL) pada Lansia

Silahkan nenek/kakek memilih jawaban yang sesuai dengan kegiatan


nenek/kakek lakukan dalam kegiatan sehari-hari, Kemudian centang dalam
kotak yang telah disediakan

No. Aktivitas Kategori Skor


1. Makan  Tidak mampu 0
 Memerlukan bantuan seperti memotong makanan, 5
mengoleskan mentega, atau memerlukan bentuk diet
khusus
 Mandiri/ tanpa bantuan 10
2. Mandi  Tergantung 0
 Mandiri 5
3. Perawatan diri  Perlu bantuan untuk menata penampilan diri 0
 Mampu secara mandiri menyikat gigi, mengelap wajah, 5
menata rambut dan bercukur
4. Berpakaian  Tergantung atau tidak mampu 0
 Perlu bantuan tapi dapat melakukan sebagian 5
 Mandiri ( mengancing, menutup resleting sampai 10
merapikan pakaian)
5. Buang Air Besar  Inkontinensia atau tergantung pada enema 0
 Kadang mengalami kesulitan 5
 Normal 10
6. Buang Air Kecil  Inkontinensia, harus dipasang kateter atau tidak mampu 0
menontrol BAK secara mandiri
 Kadang mengalami kesulitan 5
 Normal 10
7. Penggunaan toilet  Tergantung 0
 Perlu dibantu tapi tidak tergantung penuh 5
 Mandiri 10
8. Berpindah ( tempat  Tidak mampu, Mengalami gangguan keseimbangan 0
tidur ke kursi dan  Memerlukan banyak bantuan (satu atau dua orang untuk 5
sebaliknya) bisa duduk)
 Memerlukan sedikit bantuan (hanya diarahkan secara 10
verbal)
 Mandiri 15
9. Pergerakan (dalam  Tidak mampu atau berjalan kurang dari 50 yard 0
batas yang  Hanya bisa bergerak dengan kursi roda 5
ditentukan)  Berjalan dengan bantuan 10
 Mandiri 15
10. Naik dan turun  Tidak mampu 0
tangga  Memerlukan bantuan 5
 Mandiri 10
Skor
Lampiran 6

C. Kuesioner Kemandirian Instrumental Activity of Daily Living (IADL)

Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai

dengan pengalaman Nenek/Kakek dalam menghadapi situasi hidup sehari-

hari. Silahkan centang (√) didalam kotak yang disediakan sesuai dengan

kegiatan yang Nenek/ Kakek jalani.

Pertanyaan Skor

A. Kemampuan Menggunakan Telepon


 Mengoperasikan telepon atas kemampuan sendiri seperti mencari nomor dan
melakukan panggilan
 Memanggil beberapa nomor yang dikenal  
 Menjawab telepon tetapi tidak dapat melakukan panggilan
 Tidak dapat menggunakan telepon sama sekali  

B. Belanja
 Mengurus semua kebutuhan belanja secaramandiri  
  Berbelanja secara mandiri hanya untuk pembelian sedikit
 Perlu ditemani untuk pergi berbelanja  
 Benar-benar tidak bisa berbelanja  

C. Persiapan Makanan
 Merencanakan, menyiapkan dan menyajikan makanan yang cukup secara
mandiri 
 Menyiapkan makanan apabila bahan-bahannya tersedia
 Menghangatkan, menyajikan dan menyiapkan makanan, atau dapat menyiapkan
makanan namun tidak mempertahankan diet yang cukup 
 Perlu dibantu untuk menyiapkan dan menyajikan makanan 

D. Pekerjaan Rumah
 Melakukan pekerjaan rumah sendirian atau sesekali dengan bantuan (Misalkan :
pekerjaan rumah tangga yang berat)
 Melakukan pekerjaan rumah harian yang ringan seperti mencuci
piring, merapikan tempat tidur 
 Melakukan tugas harian yang ringan tetapi tidak terlalu bersih
 Membutuhkan bantuan untuk semua pekerjaan rumah 
 Tidak melakukan pekerjaan rumah apapun
Lampiran 6

E. Binatu
 Mencuci baju sendiri  
 Mencuci dan membilas baju sedikit atau yang kecil-kecil  
 Semua cucian harus dilakukan oleh orang lain  

F. Pilihan Transportasi
 Bepergian secara mandiri dengan kendaraan umum atau mengendarai mobil
sendiri 
 Mengatur sendiri perjalanan melalui taksi, tapi tidak tidak  menggunakan
kendaraan umum
 Melakukan perjalanan dengan kendaraan transportasi umum jika ditemani oleh
orang lain
 Melakukan perjalanan hanya dengan taksi atau mobil dengan bantuan orang lain  
 Tidak dapat bepergian sama sekali  

G. Tanggung jawab terhadap obat-obatan sendiri


 Bertanggung jawab untuk minum obat sendiri dengan dosis yang benar dan
pada waktu yang tepat
 Bertanggung jawab untuk minum obat sendiri apabila disiapkan terlebih dahulu
beserta dosisnya
 Tidak mampu menyiapkan obat sendiri  

H. Kemampuan Mengelola Keuangan


 Mengelola keuangan secara mandiri (mengatur anggaran, menulis cek,
membayar sewa, tagihan, pergi ke bank), mengumpulkan dan
menghitung pendapatan
 Mampu mengelola pembelian sehari-hari, tetapi membutuhkan bantuan dalam
mengelola keuangan, pembelian besar, dll.
 Tidak mampu mengelola keuangan sendiri  

Total
D.
Lampiran 6

E. Kuesioner WHOQOL-BREF

Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai


dengan pengalaman Nenek/Kakek dalam menghadapi situasi hidup sehari-
hari dalam empat minggu terakhir.Terdapat lima pilihan jawaban yang
disediakan untuk setiap pernyataan.

No Sangat Buruk Biasa- Baik Sangat


buruk biasa saja baik
1. Bagaimana menurut anda kualitas
hidup anda?

No Sangat Buruk Biasa- Baik Sangat


buruk biasa saja baik
2. Seberapa puas anda terhadap
kesehatan anda?
Tidak sedikit Dalam Sangat Dalam
sama jumlah sering jumlah
sekali sedang berlebihan
3. Seberapa jauh rasa sakit fisik
anda mencegah anda dalam
beraktivitas sesuai kebutuhan
anda?
4. Seberapa sering anda
membutuhkan terapi medis
untuk dapat berfungsi dalam
kehidupan sehari-hari anda?
5. Seberapa jauh anda menikmati
hidup anda?
6. Seberapa jauh anda merasa
hidup anda berarti?
7. Seberapa jauh anda mampu
berkonsentrasi?
8. Secara umum, seberapa aman
anda rasakan dalam kehidupan
anda sehari-hari
9. Seberapa sehat lingkungan
dimana anda tinggal (berkaitan
dengan sarana dan prasarana)
Lampiran 6

Tidak Sedikit Sedang Seringkali Sepenuhn


sama ya dialami
sekali
10. Apakah anda memiliki vitalitas
yang cukup untuk beraktivitas
sehari-hari?
11. Apakah anda dapat menerima
penampilan tubuh anda?

12. Apakah anda memiliki cukup


uang untuk memenuhi
kebutuhan anda?
13. Seberapa jauh ketersediaan
informasi bagi kehidupan anda
dari hari ke hari?
14. Seberapa sering anda memiliki
kesempatan untuk bersenang-
senang/rekreasi?

Sangat Buruk Biasa-biasa Baik Sangat


buruk saja baik
15. Seberapa baik kemampuan anda
dalan bergaul?

Sangat tidak Tidak Biasa- Memuaskan Sangat


memuaskan memua biasa memuaskan
skan saja
16. Seberapa puaskah anda
dengan tidur anda?
17. Seberapa puaskah anda
dengan kemampuan
anda untuk
menampilkan aktivitas
kehidupan anda sehari-
hari?
18. Seberapa puaskah anda
dengan kemampuan
anda untuk bekerja?
19. Seberapa puaskah anda
terhadap diri anda?
Lampiran 6

20. Seberapa puaskan anda


dengan hubungan
personal/sosial anda?
21. Seberapa puaskah anda
dengan kehidupan
seksual anda?
22. Seberapa puaskah anda
dengan dukungan yang
anda peroleh dari teman
anda?
23. Seberapa puaskah anda
dengan kondisi tempat
anda tinggal saat ini?
24. Seberapa puaskah anda
dengan akses anda pada
layanan kesehatan?
25. Seberapa puaskah anda
dengan transportasi
yang harus anda jalani?
Tidak Jarang Cukup Sangat Selalu
pernah sering sering
26. Seberapa sering anda memiliki
perasaan negatif seperti ‘feeling blue’
(kesepian), putus asa, cemas, dan
depresi?
.
Tabel berikut ini harus dilengkapi setelah wawancara selesai

Rumus menghitung skor domain Nilai Transformasi


mentah 4 - 20 0 - 100
Domain 1 (6-Q3)+(6-Q4) +Q10 + Q15 + Q16 +Q17 + Q18

Domain 2 Q5 + Q6 + Q7 + Q11 + Q19 + (6-Q26)

Domain 3 Q20 + Q21 + Q22

Domain 4 Q8 +Q9 + Q12 + Q13 + Q14 + Q23 + Q24 +


Q25
Lampiran 7

Transformasi jumlah skor tiap domain WHOQOL-BREF

DOMAIN 1 DOMAIN 2 DOMAIN 3 DOMAIN 4


Jumlah Transformasi Jumlah Transformasi Jumlah Transformasi Jumlah Transformasi
Skor skor skor skor skor skor skor skor
4-20 0-100 4-20 0-100 4-20 0-100 4-20 0-100
7 4 0 6 4 0 3 4 0 8 4 0
8 5 6 7 5 6 4 5 6 9 5 6
9 5 6 8 5 6 5 7 19 10 5 6
10 6 13 9 6 13 6 8 25 11 6 13
11 6 13 10 7 19 7 9 31 12 6 14
12 7 19 11 7 19 8 11 44 13 7 19
13 7 19 12 8 25 9 12 50 14 7 19
14 8 25 13 9 31 10 13 56 15 8 25
15 9 31 14 9 31 11 15 69 16 8 25
16 9 31 15 10 38 12 16 75 17 9 31
17 10 38 16 11 44 13 17 81 18 9 31
18 10 38 17 11 44 14 19 94 19 10 38
19 11 44 18 12 50 15 20 100 20 10 38
20 11 44 19 13 56 21 11 44
21 12 50 20 13 56 22 11 44
22 13 56 21 14 63 23 12 50
23 13 56 22 15 69 24 12 50
24 14 63 23 14 69 25 13 56
25 14 63 14 16 75 26 13 56
26 15 69 25 17 81 27 14 63
27 15 69 26 17 81 28 14 63
28 16 75 27 18 88 29 15 69
29 17 81 28 19 94 30 15 69
30 17 81 29 19 94 31 16 75
31 18 88 30 20 100 32 16 75
32 18 88 33 17 81
33 19 94 34 17 81
34 19 94 35 18 88
35 20 100 36 18 88
37 19 94
38 19 94
39 20 100
40 20 100
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11

Nama Pasien :  Tanggal:
NomorPasien :
LAWTON – BRODY
INSTRUMENTAL ACTIVITIES OF DAILY LIVING
SCALE (IADL)
Penilaian: Untuk setiap kategori, lingkari deskripsi item yang paling mirip dengan level fungsional
tertinggi klien (0 atau 1).

A. KemampuanMenggunakanTelepon   E. Binatu
1. Mengoperasikan telepon atas inisiatif 1 1. Mencuci baju sendiri  
sendiri–mencari nomor dan melakukan   2. Mencuci dan membilas baju sedikit atau yan
panggilan 1 kecil-kecil  
2. Memanggil beberapa nomor yang dikenal   1 3. Semua cucian harus dilakukan oleh orang
3. Menjawab telepon tetapi tidak 0 lain  
melakukan panggilan  
4. Tidak menggunakan telepon sama sekali  
B. Belanja   F. PilihanTransportasi
1. Mengurus 1 1. Bepergian secara mandiri dengan kendaraan
semua kebutuhan belanja secara umum atau mengendarai mobil sendiri  
0
mandiri   2. Mengatur sendiri perjalanan melalui
2. Berbelanja secara mandiri hanya 0 taksi, tapi tidak tidak  menggunakan
untuk pembelian sedikit   kendaraan umum  
3. Perlu ditemani untuk pergi berbelanja   0 3. Melakukan perjalanan dengan
4. Benar-benar tidak bisa berbelanja     kendaraan transportasi umum
jika ditemani oleh orang lain  
  4. Melakukan perjalanan hanya
dengan taksi atau
mobil dengan bantuan orang lain  
5. Tidak bepergian sama sekali  
C. PersiapanMakanan   G. Tanggung jawab terhadap obat2anSend
Lampiran 11

1. Merencanakan, menyiapkan dan 1 1. Bertanggung jawab untuk minum obat


menyajikan makanan yang cukup secara dalam dosis yang benar pada waktu
0
mandiri   yang tepat  
2. Menyiapkan makanan yang cukup jika 2. Bertanggung jawab jika obat
0
bahan-bahannya tersedia   disiapkan terlebih dahulu dengan dosisnya  
3. Menghangatkan, menyajikan dan 3. Tidak mampu menyiapkan obat sendiri  
menyiapkan makanan, atau menyiapkan  
makanan, atau menyiapkan makanan 0
tapi tidak mempertahankan diet yang
cukup  
4. Perlu dibantu untuk menyiapkan
dan menyajikan makanan  

D. PekerjaanRumah   H. Kemampuan Mengelola Keuangan


1. Merawat rumah sendirian atau sesekali 1 1. Mengelola keuangan secara mandiri
dengan bantuan (mis . " Bantuan pekerjaan (mengatur anggaran, menulis cek,
1
rumah tangga yang berat ")   membaya rsewa, tagihan, pergi ke bank),
2. Melakukan pekerjaan rumah harian   mengumpulkan dan melacak pendapatan  
yang ringan seperti mencuci 1 2. Mampu mengelola pembelian sehari-hari,
piring, merapikan tempat tidur     tetapi membutuhkan bantuan perbankan,
3. Melakukan tugas harian yang ringan 1 pembelian besar, dll.  
tetapi tidak terlalu bersih 3. Tidak mampu mengelola keuangan sendiri  
4. Membutuhkan bantuan dengan 0
semua tugas perawatan rumah  
5. Tidak berpartisipasi dalam pekerjaan
rumah tangga apapun  
     
Skor Sko
Skor total              
Skor total berkisar dari 0 (fungsional rendah, tergantung) hingga 8 (fungsional baik, mandiri)
untuk wanita dan 0 hingga 5 untuk pria untuk menghindari bias gender.
Lampiran 11

Patient Name : Date :

Patient Number :

LAWTON - BRODY
INSTRUMENTAL ACTIVITIES OF DAILY LIVING SCALE (IADL)
Assessment:For each category, circle the closest item description that resembles client’s highest
functional level (0 or 1)
A.Ability to Use Telephone E. Laundry
Operates telephone on own initiative –
1. 1 1. Launders individually 1
looks for numbers and dials
Washes and rinses few clothes or only
2. Calls some known numbers 1 2. 1
small clothing
3. Answers to calls but does not dial 1 3. Laundry has to be done by others 0
4. Does not use telephone at all 0
B. Shopping F. Transportation Preferences
Manages all shopping needs Travel individually by public transport or
1. 1 1. 1
independently driving
Arranges own travel by taxi, but not uses
2. Only shop alone when buys a little 0 2. 1
public transport
Needs to be accompanied when Uses public transport when accompanied
3. 0 3. 1
shopping by others
Only travel by taxi or car by the help of
4. Not able to shop 0 4. 0
others
5. Does not travel at all 0
C.Food Preparations G. Responsibility on Own Medications
Plans, prepares and serves enough food Responsible to take the right dosage of
1. 1 1. 1
individually medications at the right time
Prepares enough food if the ingredients Responsible if the medications are
2. 0 2. 0
are available prepared beforehand with the dosage
Warms, serves and prepares food but
3. 0 3. Not able to prepare own medication 0
does not maintain adequate diet
Needs help in preparing and serving
4. 0
food
D. Housekeeping H.Ability to Manage Finance
Manages finances individually (sets
Takes care of the house alone or with
1. 1 1. budget, writes cheque, paying rent, bills, 1
occasional help (e.g. heavy work)
visiting bank),collects and tracks income
Does small daily housework such as Manages daily purchases, but needs helps
2. 1 2. 1
washing dishes and make the bed in banking, big purchases, etc.
Lampiran 11

Does light daily housework but not too


3. 1 3. Not able to manage own finance 0
neat
4. Needs help in everyhousework 1
5. Does not participate in any housework 0
Score Score
Total score _____
Total score ranges from 0 (low functionality, dependent) to 8 (high functionality, independent) for
women and 0 to 5 for men to avoid gender bias.
Lampiran 10
Lampiran 12
Lampiran 13
Lampiran 14
Lampiran 15

Perbandingan Hasil Face Validity Kuesioner Lawton-Brody Instrumental


Activity of Daily Living (IADL)

Pertanyaan Tanggapan Responden

Kemampuan Menggunakan Telepon Kemampuan Menggunakan


Telepon
 Mengoperasikan telepon atas inisiatif sendiri–
mencari nomor dan melakukan panggilan 1. - Mengoperasikan
 Memanggil beberapa nomor yang dikenal   telepon atas kemauan
 Menjawab telepon tetapi tidak sendiri seperti mencari
melakukan panggilan  nomor dan melakukan
 Tidak menggunakan telepon sama sekali   panggilan
- Mengoperasikan
telepon atas
kemampuan sendiri
seperti mencari
nomor dan
melakukan
panggilan
2. Tidak ada tanggapan
3. Menjawab telepon
tetapi tidak dapat
melakukan panggilan
4. Tidak dapat
menggunakan telepon
sama sekali

Belanja Belanja
 Mengurus 1. Tidak ada tanggapan
semua kebutuhan belanja secaramandiri 2. Tidak ada tanggapan
 Berbelanja secara mandiri hanya 3. Tidak ada tanggapan
untuk pembelian sedikit 4. Tidak ada tanggapan
 Perlu ditemani untuk pergi berbelanja
 Benar-benar tidak bisa berbelanja  

Persiapan Makanan Persiapan Makanan


 Merencanakan, menyiapkan dan menyajikan 1. Tidak ada tanggapan
makanan yang cukup secara mandiri  2. Menyiapkan makanan
 Menyiapkan makanan yang cukup jika bahan- apabila bahan-bahannya
bahannya tersedia tesedia
 Menghangatkan, menyajikan dan menyiapkan 3. Menghangatkan, menyajikan
makanan, atau menyiapkan makanan, atau dan menyiapkan makanan,
Lampiran 15

menyiapkan makanan tapi tidak mempertahankan atau dapat menyiapkan


diet yang cukup makanan namun tidak dapat
mempertahankan diet yang
cukup
4. Tidak ada tanggapan

Pekerjaan Rumah Pekerjaan Rumah


 Merawat rumah sendirian atau sesekali dengan 1. Melakukan pekerjaan rumah
bantuan (Mis. “bantuan pekerjaan rumah tangga sendiri atau sesekali dengan
yang berat”) bantuan (misalkan :
 Melakukan pekerjaan rumah harian yang ringan pekerjaan rumah tangga
seperti mencuci piring, merapikan tempat tidur  yang berat)
 Melakukan tugas harian yang ringan tetapi tidak 2. Tidak ada tanggapan
terlalu bersih 3. Tidak ada tanggapan
 Membutuhkan bantuan dengan semua tugas 4. Membutuhkan bantuan
perawatan rumah  untuk semua pekerjaan
 Tidak berpartisipasi dalam pekerjaan rumah rumah
tangga apapun   5. Tidak melakukan pekerjaan
rumah apapun

Binatu Binatu
 Mencuci baju sendiri   1. Tidak ada tanggapn
 Mencuci dan membilas baju sedikit atau yang 2. Tidak ada tanggapan
kecil-kecil  3. Tidak ada tanggapan
 Semua cucian harus dilakukan oleh orang lain  

Pilihan Transportasi Pilihan Transportasi


 Bepergian secara mandiri dengan kendaraan 1. Tidak ada tanggapan
umum atau mengendarai mobil sendiri  2. Tidak ada tanggapan
 Mengatur sendiri perjalanan melalui taksi, tapi 3. Tidak ada tanggapan
tidak tidak  menggunakan kendaraan umum 4. Tidak ada tanggapan
 Melakukan perjalanan dengan kendaraan 5. Tidak dapat bepergian sama
transportasi umum jika ditemani oleh orang lain sekali
 Melakukan perjalanan hanya dengan taksi atau
mobil dengan bantuan orang lain 
 Tidak bepergian sama sekali  
Lampiran 16
Lampiran 17
Lampiran 18
Lampiran 19
Lampiran 20

Master Tabel

no Umur Kode Jenis Kelamin Status Perkawinan Tingkat Pendidikan Pekerjaan Tinggal Bersama P1 P2 P3 P4 P5
1 65 U1 JK1 SP4 TP5 P2 TB1 1 1
2 68 U1 JK2 SP1 TP5 P2 TB1 1 0 1 1 1
3 70 U1 JK2 SP3 TP2 P1 TB1 1 1 0 1 1
4 66 U1 JK2 SP3 TP4 P1 TB1 1 0 0 1 1
5 63 U1 JK2 SP1 TP5 P2 TB1 1 0 1 1 1
6 67 U1 JK2 SP1 TP5 P2 TB1 1 1 1 1 1
7 68 U1 JK2 SP3 TP2 P1 TB1 1 0 0 1 1
8 68 U1 JK2 SP3 TP2 P1 TB1 1 0 0 1 1
9 76 U2 JK2 SP3 TP4 P1 TB1 1 1 0 1 1
10 69 U1 JK2 SP3 TP4 P1 TB1 1 0 0 1 1
11 65 U1 JK2 SP3 TP3 P1 TB1 1 0 0 1 1
12 67 U1 JK2 SP3 TP5 P2 TB1 1 0 0 1 1
13 62 U1 JK2 SP1 TP5 P2 TB1 1 0 1 1 1
14 62 U1 JK2 SP1 TP5 P2 TB1 1 0 0 1 1
15 63 U1 JK2 SP3 TP4 P1 TB1 1 0 0 1 1
16 65 U1 JK2 SP1 TP5 P2 TB1 1 0 0 1 1
17 62 U1 JK2 SP1 TP4 P1 TB1 1 1 1 1 1
18 63 U1 JK2 SP1 TP3 P1 TB1 1 1 1 1 1
19 63 U1 JK2 SP1 TP2 P5 TB1 1 0 0 1 1
20 60 U1 JK2 SP1 TP5 P1 TB1 1 1 1 1 1
21 65 U1 JK1 SP1 TP5 P2 TB1 1 1
22 72 U1 JK1 SP1 TP3 P2 TB1 1 1
23 64 U1 JK1 SP1 TP5 P2 TB1 1 1
24 78 U2 JK1 SP4 TP2 P1 TB1 1 0
25 66 U1 JK2 SP3 TP5 P2 TB1 1 0 0 1 0
26 72 U1 JK1 SP4 TP4 P2 TB1 1 1
Lampiran 21

HASIL PENELITIAN UNIVARIAT

Data Demografi

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Usia Lanjut 47 82,5 82,5 82,5

Tua 10 17,5 17,5 100,0

Total 57 100,0 100,0

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 15 26,3 26,3 26,3

Perempuan 42 73,7 73,7 100,0

Total 57 100,0 100,0

Status Perkawinan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Menikah 21 36,8 36,8 36,8

Janda 30 52,6 52,6 89,5

Duda 6 10,5 10,5 100,0

Total 57 100,0 100,0


Lampiran 21

Tingkat Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Sekolah Dasar (SD) 18 31,6 31,6 31,6

Sekolah Menengah Pertama


5 8,8 8,8 40,4
(SMP)

Sekolah Menengah Atas


11 19,3 19,3 59,6
(SMA)

Pendidikan Tinggi 23 40,4 40,4 100,0

Total 57 100,0 100,0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Bekerja 32 56,1 56,1 56,1

Pensiunan 21 36,8 36,8 93,0

Wiraswasta 3 5,3 5,3 98,2

Lain-lain 1 1,8 1,8 100,0

Total 57 100,0 100,0

Tinggal Bersama

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Keluarga 57 100,0 100,0 100,0


Lampiran 15
Lampiran 21

Frekuensi Kemandirian Instrumental Activity of Daily Living (IADL)

Kemandirian Instrumental Activity of Daily Living (IADL)

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Mandiri 55 96,5 96,5 96,5

Bergantung 2 3,5 3,5 100,0

Total 57 100,0 100,0

Frekuensi Kualitas Hidup Lansia

Frekuensi per domain

Domain 1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tinggi 25 43,9 43,9 43,9

rendah 32 56,1 56,1 100,0

Total 57 100,0 100,0

Domain 2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tinggi 34 59,6 59,6 59,6

rendah 23 40,4 40,4 100,0

Total 57 100,0 100,0

Domain 3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tinggi 30 52,6 52,6 52,6

rendah 27 47,4 47,4 100,0

Total 57 100,0 100,0


Lampiran 21

Domain 4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tinggi 26 45,6 45,6 45,6

rendah 31 54,4 54,4 100,0

Total 57 100,0 100,0

Kualitas Hidup
Kualitas Hidup

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Sedang 35 61,4 61,4 61,4

Rendah 22 38,6 38,6 100,0

Total 57 100,0 100,0


Lampiran 15
Lampiran 21

FREKUENSI UJI DESCRIPTIVE CROSSTABULATION

Tabulasi Silang Kemandirian Instrumental Activity of Daily Living (IADL)


Dengan Kualitas Hidup Lansia

Kemandirian Instrumental Activity of Daily Living (IADL) * Kualitas Hidup


Crosstabulation
Count

Kualitas Hidup

Sedang Rendah Total

Kemandirian Instrumental Mandiri 34 21 55


Activity of Daily Living (IADL) Bergantung 1 1 2
Total 35 22 57

HASIL PENELITIAN BIVARIAT (PERARSON CORRELATION)

Correlations
Kemandirian
Instrumental
Activity of Daily
Living (IADL) Kualitas Hidup

Kemandirian Instrumental Pearson Correlation 1 ,038


Activity of Daily Living (IADL) Sig. (2-tailed) ,777

N 57 57
Kualitas Hidup Pearson Correlation ,038 1

Sig. (2-tailed) ,777

N 57 57

Anda mungkin juga menyukai