TINJAUAN PUSTAKA
B. Masalah Spiritual
Ketika sakit, kehilangan, duka cita, atau perubahan hidup yang besar, individu
menggunakan sumber daya spiritual untuk membantu mereka beradaptasi atau
menimbulkan kebutuhan dan masalah spiritual.
Tekanan spiritual. Tekanan spiritual sering menyebabkan seseorang merasa
sendiri atau bahkan merasa diabaikan. Individu sering mempertanyakan nilai-nilai
spiritual mereka, menimbulkan pertanyaan pertanyaan tentang jalan hidup mereka, tujuan
kehidupan, dan sumber pemahaman. Tekanan spiritual juga timbul saat ada konflik antara
kepercayaan seseorang dan regimen kesehatan yang diresepkan atau ketidakmampuan
untuk mempraktikan ritual seperti biasanya.
Penyakit Akut. Tiba-tiba, penyakit yang tidak diharapkan (baik jangka pendek
atau panjang) yang mengancam kehidupan klien, kesehatan, dan/atau kesejahteraan terus-
menerus menyebabkan tekanan spiritual yang signifikan. Kekuatan spiritualitas klien
mempengaruhi bagaimana klien beradaptasi dengan penyakit yang tiba-tiba dan seberapa
cepat klien beralih ke masa pemulihan.
Penyakit Kronis. Banyak penyakit kronis yang mengancam kebebasan seseorang
menyebabkan ketakutan, kecemasan, dan tekanan spiritual. Ketidakberdayaan dan
kehilangan pemahaman tujuan hidup mengganggu kemampuan untuk beradaptasi dengan
perubahan pada fungsi tubuh. Spiritualitas secara signifikan membantu klien dan pemberi
layanan untuk beradaptasi terhadap perubahan yang diakibatkan oleh penyakit kronis.
Klien yang memiliki pemahaman kesejahteraan spiritual, merasakan hubungan dengan
kekuatan tertinggi dan orang lain, dan dapat menemukan arti dan tujuan hidup, akan
dapat beradaptasi lebih baik dengan penyakit kronis yang dimilikinya, di mana membantu
mereka mencapai potensi dan peningkatan kualitas hidup mereka (Adegbola, 2006 dalam
Potter & Perry, 2010).
Penyakit Terminal. Penyakit terminal biasanya menyebabkan ketakutan terhadap
nyeri fisik, isolasi, hal yang tak terduga, dan kematian. Penyakit terminal menciptakan
ketidakpastian tentang apa arti kematian dan membuat klien rentan terhadap tekanan
spiritual.
Pengalaman Mendekati Kematian. Beberapa perawat akan merawat klien yang
memiliki pengalaman mendekati kematian (Near-Death Experience [NDE]). Setelah
klien selamat dari NDE, penting untuk tetap terbuka dan memberikan klien kesempatan
untuk menggali apa yang telah terjadi. Berikan dukungan jika klien memutuskan untuk
berbagi pengalaman dengan orang-orang terdekat (James, 2004 dalam Potter & Perry,
2010).
C. Psikopatologi/Psikodinamika
1) Faktor Predisposisi
Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang
sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam proses interaksi ini akan
terjadi transfer pengalaman yang penting bagi perkembangan spiritual seseorang.
Faktor Predisposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan, pendapatan,
okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial,
tingkatan sosial. Faktor Predisposisi psikologi meliputi kecerdasan, keterampilan
verbal, moral, pengalaman masa lalu, konsep diri, motivasi, pola asuh, pertahanan
psikologi, dan kontrol.
2) Faktor Presipitasi
a) Kejadian Stresful
Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena perbedaan
tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang yang terdekat karena kematian.
kegagalan dalam menjalin hubungan baik dengan diri sendiri, orang lain,
lingkungan dan zat yang maha tinggi.
b) Ketegangan Hidup
Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya distres
spiritual adalah ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan
keyakinan dan ketidakmampuan menjalankan peran spiritual baik dalam keluarga,
kelompok maupun komunitas
Penilaian Terhadap Stressor :
- Respon Kognitif
- Respon Afektif
- Respon Fisiologis
- Respon Sosial
- Respon Perilaku
D. Kepercayaan Keagamaan Tentang Kesehatan
Setiap agama mempunyai beberapa kepercayaan mengenai kesehatan baik secara
pelayanan kesehatan, respon penyakit dan penerapan kesehatan dalam keperawatan.
Kepercayaan Penerapannya
Respon
No Kelompok Agama atau terhadap pada Kesehatan
Terhadap
. Budaya Pelayanan dan
Penyakit
Kesehatan Keperawatan
1. Islam a. Harus dapat a. Menggunakan a. Wanita
mempra kepercayaan memilih
ktikkan lima penyembuhan penyelang
hukum Islam . gara
b. Terkada ng b. Anggota kesehatan
memilik i keluarga wanita.
pandang an merupakan b. Selama bulan
kesehata n sumber Ramadhan ,
yang salah kenyamanan. wanita tidak
c. Berdoa boleh makan
kelompok sampai
bersifat matahari
menguatkan. terbenam.
d. Biasanya c. Kesehatan
memperboleh dan
kan menarik spiritualita s
diri dari saling
pendukung berhubung
hidup. an.
e. Tidak d. Keluarga dan
melakukan teman
eutanasia. biasanya
f. Percaya berkunjung
waktu selama waktu
kematian sakit.
telah e. Biasanya
ditentukan tidak
sebelumnya memperti
dan tidak mbangkan
dapat diubah. transplanta si
g. Memelihara organ atau
rasa donor dan
pengharapan pemeriksa an
dan sering pascakematia
menghindari n
diskusi
tentang
kematian.
2. Hindu Menerima ilmu a. Dosa masa a. Mengizin kan
pengetahuan lalu waktu untuk
medis terkini. menyebabkan berdoa dan
penyakit. ritual suci.
b. Hidup yang b. Mengizin kan
lama klien untuk
merupakan menggun
hal yang akan jimat,
menakutkan. ritual, dan
simbol.
3. Budha Menerima ilmu a. Terkadang a. Kesehatan
pengetahuan menolak merupaka n
medis terkini. pengobatan bagian
pada hari-hari terpenting
suci. dari
b. Roh non- kehidupan.
manusia yang b. Menjaga
menyerang kesehatan
tubuh akan yang baik
menyebabkan dengan
penyakit. merawat
c. Biasanya dirinya dan
menerima orang lain.
kematian c. Tidak selalu
sebagai tahap menerima
akhir obatobatan
kehidupan karena
dan biasanya percaya
memperboleh bahwa
kan menarik substansi
diri dari kimia dalam
pendukung tubuh itu
hidup. berbahaya.
d. Tidak
melakukan
eutanasia.
e. Tidak sering
mengambil
waktu cuti
dari pekerjaan
atau tanggung
jawab
keluarga
ketika sedang
sakit.
4. Kristiani a. Menerima a. Menggunakan a. Biasanya
ilmu pengeta doa, mendukun g
huan medis kepercayaan donor organ.
terkini. penyembuhan b. Kesehatan
b. Banyak yang . merupaka n
mengiku ti b. Menghargai hal yang
pengoba tan kunjungan penting untuk
alternati f pendeta. dipelihara.
atau pelengk c. Beberapa c. Mengizink an
ap. akan waktu bagi
menggunakan klien untuk
fungsi tangan. berdoa
d. Komuni suci dengan
terkadang dirinya
dilakukan.
e. Minyak orang
sakit
diberikan
ketika klien
sedang sakit
atau
mendekati
kematian
(Katolik).
g. Pemeriksaan penunjang :
1) Faktor reumatoid : positif pada 80 – 95% kasus.
2) Fiksasi lateks : positif pada 75% dari kasus-kasus khas.
3) Reaksi-reaksi aglutinasi : positif pada lebih dari 50% kasuskasus khas.
4) LED : umumnya meningkat pesat (80-100 mm/h) mungkin kembali normal
sewaktu gejala-gejala meningkat.
5) Protein C-reaktif : positif selama masa eksaserbasi.
6) SDP : meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.
7) Ig (Ig M dan Ig G) : peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai
penyebab AR.
8) Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembekakan pada jaringan
lunak, erosi sendi dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan
awal) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartistik yang terjadi secara bersamaan.
9) Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium.
10) Artoskopi Langsung : visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas /
degenerasi tulang pada sendi.
11) Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar
dari normal : buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi,
produk-produk pembuangan degeneratif); elevasi SDP dan lekosit, penurunan
viskositas dan komplemen (C3 dan C4).
12) Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
2. Promosi Koping
Observasi :
a. Identifikasi
kegiatan
jangka pendek
dan panjang
sesuai tujuan
b. Identifikasi
kemampuan
yang dimiliki
c. Identifikasi
sumber daya
yang tersedia
untuk
memenuhi
tujuan
d. Identifikasi
pemahaman
proses
penyakit e.
Identifikasi
dampak situasi
terhadap peran
dan hubungan
e. Identifikasi
metode
penyelesaian
masalah
f. Identifikasi
kebutuhan dan
keinginan
terhadap
dukungan
sosial
Terapeutik :
a. Diskusikan
perubahan
peran yang
dialami
b. Gunakan
pendekatan
yang tenang
dan
menyakinkan
c. Diskusikan
alasan
mengkritik
diri sendiri
d. Diskusikan
untuk
mengklarifika
si
kesalahpaham
an dan
mengevaluasi
perilaku
sendiri
e. Diskusikan
konsekuensi
tidak
menggunakan
rasa bersalah
dan rasa malu
f. Diskusikan
risiko yang
menimbulkan
bahaya pada
diri sendiri
g. Fasilitasi
dalam
memperoleh
informasi
yang
dibutuhkan
h. Berikan
pilihan realitas
mengenai
aspek-aspek
tertentu dalam
perawatan
i. Motivasi
untuk
menentukan
harapan yang
realistis
j. Tinjau
kembali
kemampuan
dalam
pengambilan
keputusan
k. Hindari
mengambil
keputusan saat
pasien berada
di bawah
tekanan
l. Motivasi
terlibat dalam
kegiatan sosial
m. Motivasi
mengidentifik
asi sistem
pendukung
yang tersedia
n. Dampingi saat
berduka (mis.
penyakit
kronis,
kecacatan)
o. Perkenalkan
dengan orang
atau kelompok
yang berhasil
mengalami
pengalaman
sama
p. Dukung
penggunaan
mekanisme
pertahanan
yang tepat
q. Kurangi
rangsangan
lingkungan
yang
mengancam
Edukasi :
a. Anjurkan
menjalin
hubungan
yang memiliki
kepentingan
dan tujuan
sama
b. Anjurkan
penggunaan
sumber
spiritual, jika
perlu
c. Anjurkan
mengungkapk
an perasaan
dan persepsi
d. Anjurkan
keluarga
terlibat
e. Anjurkan
membuat
tujuan yang
lebih spesifik
f. Ajarkan cara
memecahkan
masalahsecara
konstruktif
g. Latih
penggunaan
teknik
relaksasi
h. Latih
keterampilan
sosial, sesuai
kebutuhan
i. Latih
mengembangk
an penilaian
obyektif
I. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan
yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry, 2009). Implementasi merupakan
pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat. Hal-hal yang perlu di perhatikan
ketika melakukan implementasi adalah intervensi dilakukan sesuai rencana setelah
dilakukan validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal,
intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan
fisik dan psikologi dilindungi dan didokumentasi keperawatan berupa pencataan dan
pelaporan (Rohman dan Walid, 2016).
J. Evaluasi Keperawatan
Dengan menggunakan hasil yang diharapkan dan dapat diukur, yang ditetapkan
pada tahap perencanaan, perawat mengumpulkan data yang diperlukan untuk
memutuskan apakah tujuan dan hasil klien tercapai (Kozier, 2010). Menurut Diniarti,
Aryani, Nurheni, Chairani & Tutiany (2013), evaluasi asuhan keperawatan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif, assesment, planning).
Komponen SOAP yaitu S (subjektif) dimana perawat menemukan keluhan klien yang
masih dirasakan setelah dilakukan tindakan. O (objektif) adalah data yang berdasarkan
hasil pengukuran atau observasi klien secara langsung dan dirasakan setelah selesai
tindakan keperawatan. A (assesment) adalah kesimpulan dari data subjektif dan objektif
(biasanya ditulis dalam bentuk masalah keperawatan). P (planning) adalah perencanaan
keperawatan yang akan dilanjutkan dihentikan, dimodifikasi atau ditambah dengan
rencana kegiatan yang sudah ditentukan sebelumnya.