Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Distress Spiritual


Menurut Mirowsky dan Ross (2003) distress diakibatkan oleh dua bentuk utama
yaitu depresi dan kecemasan. Depresi adalah perasaan sedih, kehilangan semangat,
kesepian, putus asa, atau tidak berharga, berharap orang lain mati, kesulitan tidur,
menangis, merasa segala sesuatu adalah sebuah usaha, dan tidak mampu untuk pergi.
Kecemasan adalah ketegangan, gelisah, khawatir, marah, dan takut.
Spiritualitas (spirituality) merupakan sesuatu yang dipercayai oleh seseorang
dalam hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi tuhan, yang menimbulkan suatu
kebutuhan serta kecintaan terhadap adanya tuhan, dan permohonan maaf atas segala
kesalahan yang pernah diperbuat (Alimul, 2006).
Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan
mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik,
literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya (Nanda, 2005). Dengan kata
lain dapat dikatakan bahwa distres spiritual adalah kegagalan individu dalam menemukan
arti kehidupannya.
Karakteristik pasien yang mengalami distres spiritual menurut Dover (2001)
antara lain: pasien putus asa, tidak memiliki tujuan dalam hidupnya, menganggap dirinya
dijauhi Tuhan, dan tidak melakukan kegiatan ibadah.

B. Masalah Spiritual
Ketika sakit, kehilangan, duka cita, atau perubahan hidup yang besar, individu
menggunakan sumber daya spiritual untuk membantu mereka beradaptasi atau
menimbulkan kebutuhan dan masalah spiritual.
Tekanan spiritual. Tekanan spiritual sering menyebabkan seseorang merasa
sendiri atau bahkan merasa diabaikan. Individu sering mempertanyakan nilai-nilai
spiritual mereka, menimbulkan pertanyaan pertanyaan tentang jalan hidup mereka, tujuan
kehidupan, dan sumber pemahaman. Tekanan spiritual juga timbul saat ada konflik antara
kepercayaan seseorang dan regimen kesehatan yang diresepkan atau ketidakmampuan
untuk mempraktikan ritual seperti biasanya.
Penyakit Akut. Tiba-tiba, penyakit yang tidak diharapkan (baik jangka pendek
atau panjang) yang mengancam kehidupan klien, kesehatan, dan/atau kesejahteraan terus-
menerus menyebabkan tekanan spiritual yang signifikan. Kekuatan spiritualitas klien
mempengaruhi bagaimana klien beradaptasi dengan penyakit yang tiba-tiba dan seberapa
cepat klien beralih ke masa pemulihan.
Penyakit Kronis. Banyak penyakit kronis yang mengancam kebebasan seseorang
menyebabkan ketakutan, kecemasan, dan tekanan spiritual. Ketidakberdayaan dan
kehilangan pemahaman tujuan hidup mengganggu kemampuan untuk beradaptasi dengan
perubahan pada fungsi tubuh. Spiritualitas secara signifikan membantu klien dan pemberi
layanan untuk beradaptasi terhadap perubahan yang diakibatkan oleh penyakit kronis.
Klien yang memiliki pemahaman kesejahteraan spiritual, merasakan hubungan dengan
kekuatan tertinggi dan orang lain, dan dapat menemukan arti dan tujuan hidup, akan
dapat beradaptasi lebih baik dengan penyakit kronis yang dimilikinya, di mana membantu
mereka mencapai potensi dan peningkatan kualitas hidup mereka (Adegbola, 2006 dalam
Potter & Perry, 2010).
Penyakit Terminal. Penyakit terminal biasanya menyebabkan ketakutan terhadap
nyeri fisik, isolasi, hal yang tak terduga, dan kematian. Penyakit terminal menciptakan
ketidakpastian tentang apa arti kematian dan membuat klien rentan terhadap tekanan
spiritual.
Pengalaman Mendekati Kematian. Beberapa perawat akan merawat klien yang
memiliki pengalaman mendekati kematian (Near-Death Experience [NDE]). Setelah
klien selamat dari NDE, penting untuk tetap terbuka dan memberikan klien kesempatan
untuk menggali apa yang telah terjadi. Berikan dukungan jika klien memutuskan untuk
berbagi pengalaman dengan orang-orang terdekat (James, 2004 dalam Potter & Perry,
2010).
C. Psikopatologi/Psikodinamika
1) Faktor Predisposisi
Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang
sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam proses interaksi ini akan
terjadi transfer pengalaman yang penting bagi perkembangan spiritual seseorang.
Faktor Predisposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan, pendapatan,
okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial,
tingkatan sosial. Faktor Predisposisi psikologi meliputi kecerdasan, keterampilan
verbal, moral, pengalaman masa lalu, konsep diri, motivasi, pola asuh, pertahanan
psikologi, dan kontrol.
2) Faktor Presipitasi
a) Kejadian Stresful
Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena perbedaan
tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang yang terdekat karena kematian.
kegagalan dalam menjalin hubungan baik dengan diri sendiri, orang lain,
lingkungan dan zat yang maha tinggi.
b) Ketegangan Hidup
Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya distres
spiritual adalah ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan
keyakinan dan ketidakmampuan menjalankan peran spiritual baik dalam keluarga,
kelompok maupun komunitas
Penilaian Terhadap Stressor :
- Respon Kognitif
- Respon Afektif
- Respon Fisiologis
- Respon Sosial
- Respon Perilaku
D. Kepercayaan Keagamaan Tentang Kesehatan
Setiap agama mempunyai beberapa kepercayaan mengenai kesehatan baik secara
pelayanan kesehatan, respon penyakit dan penerapan kesehatan dalam keperawatan.

Kepercayaan Penerapannya
Respon
No Kelompok Agama atau terhadap pada Kesehatan
Terhadap
. Budaya Pelayanan dan
Penyakit
Kesehatan Keperawatan
1. Islam a. Harus dapat a. Menggunakan a. Wanita
mempra kepercayaan memilih
ktikkan lima penyembuhan penyelang
hukum Islam . gara
b. Terkada ng b. Anggota kesehatan
memilik i keluarga wanita.
pandang an merupakan b. Selama bulan
kesehata n sumber Ramadhan ,
yang salah kenyamanan. wanita tidak
c. Berdoa boleh makan
kelompok sampai
bersifat matahari
menguatkan. terbenam.
d. Biasanya c. Kesehatan
memperboleh dan
kan menarik spiritualita s
diri dari saling
pendukung berhubung
hidup. an.
e. Tidak d. Keluarga dan
melakukan teman
eutanasia. biasanya
f. Percaya berkunjung
waktu selama waktu
kematian sakit.
telah e. Biasanya
ditentukan tidak
sebelumnya memperti
dan tidak mbangkan
dapat diubah. transplanta si
g. Memelihara organ atau
rasa donor dan
pengharapan pemeriksa an
dan sering pascakematia
menghindari n
diskusi
tentang
kematian.
2. Hindu Menerima ilmu a. Dosa masa a. Mengizin kan
pengetahuan lalu waktu untuk
medis terkini. menyebabkan berdoa dan
penyakit. ritual suci.
b. Hidup yang b. Mengizin kan
lama klien untuk
merupakan menggun
hal yang akan jimat,
menakutkan. ritual, dan
simbol.
3. Budha Menerima ilmu a. Terkadang a. Kesehatan
pengetahuan menolak merupaka n
medis terkini. pengobatan bagian
pada hari-hari terpenting
suci. dari
b. Roh non- kehidupan.
manusia yang b. Menjaga
menyerang kesehatan
tubuh akan yang baik
menyebabkan dengan
penyakit. merawat
c. Biasanya dirinya dan
menerima orang lain.
kematian c. Tidak selalu
sebagai tahap menerima
akhir obatobatan
kehidupan karena
dan biasanya percaya
memperboleh bahwa
kan menarik substansi
diri dari kimia dalam
pendukung tubuh itu
hidup. berbahaya.
d. Tidak
melakukan
eutanasia.
e. Tidak sering
mengambil
waktu cuti
dari pekerjaan
atau tanggung
jawab
keluarga
ketika sedang
sakit.
4. Kristiani a. Menerima a. Menggunakan a. Biasanya
ilmu pengeta doa, mendukun g
huan medis kepercayaan donor organ.
terkini. penyembuhan b. Kesehatan
b. Banyak yang . merupaka n
mengiku ti b. Menghargai hal yang
pengoba tan kunjungan penting untuk
alternati f pendeta. dipelihara.
atau pelengk c. Beberapa c. Mengizink an
ap. akan waktu bagi
menggunakan klien untuk
fungsi tangan. berdoa
d. Komuni suci dengan
terkadang dirinya
dilakukan.
e. Minyak orang
sakit
diberikan
ketika klien
sedang sakit
atau
mendekati
kematian
(Katolik).

E. Tinjauan Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Arthritis Reumatoid
a. Identitas
Identitas klien yang biasa di kaji pada penyakit sistem muskuloskeletal adalah
usia, karena ada beberapa penyakit muskuloskeletal banyak terjadi pada klien di
atas usia 60 tahun.
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan penyakit
muskuloskeletal seperti: Rheumatoid Arthritis, Gout Arthtritis, Osteoarthritis dan
Osteopororis adalah klien mengeluh nyeri pada persendian yang terkena karena
adanya keterbatasan gerak yang menyebabkan keterbatasan mobilitas.
c. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang diderita oleh
klien dari mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai kelayan dibawa ke
Rumah Sakit, dan apakah pernah memeriksakan diri ke tempat lain selain Rumah
Sakit Umum serta pengobatan apa yang pernah diberikan dan bagaimana
perubahannya dan data yang didapatkan saat pengkajian.
d. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat penyakit muskuloskeletal
sebelumnya, riwayat pekerjan pada pekerja yang berhubungan dengan adanya
riwayat penyakit muskuloskeletal, penggunaan, obat-obatan, riwayat
mengkonsumsi alkohol dan merokok.
e. Riwayat penyakit keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit yang sama
karena faktor genetik/keturunan.
f. Pemeriksaan fisik :
1) Keadaan umum Keadaan umum klien lansia yang mengalami gangguan
muskuloskeletal biasanya lemah.
2) Kesadaran Kesadaran klien biasanya Composmentis dan Apatis.
3) Tanda-tanda vital
a) Suhu meningkat (>370 C).
b) Nadi meningkat (N : 70-82x/menit).
c) Tekanan darah meningkat atau dalam batas normal.
d) Pernafasan biasanya mengalami normal atau meningkat.
4) Pemeriksaan Review Of System (ROS) :
a) Sistem pernafasan (B1: Breathing) Dapat ditemukan peningkatan
frekuensi nafas atau masih dalam batas normal.
b) Sistem sirkulasi (B2: Bleeding) Kaji adanya penyakit jantung, frekuensi
nadi apikal, sirkulasi perifer, warna, dan kehangatan.
c) Sistem pernafasan (B3: Brain) Kaji adanya hilangnya gerakan/sensasi,
spasme otot, terlihat kelemahan/hilang fungsi. Pergerakan
mata/kejelasan, melihat, dilatasi pupil. Agitasi (mungkin berhubungan
dengan nyeri/ansietas).
d) Sistem perkemihan (B4: Bleder) Perubahan pola berkemih, seperti
inkontinensia urin, distensi kandung kemih, warna dan bau urin, dan
kebersihannya.
e) Sistem pencernaan (B5: Bourel) Konstipasi, konsisten feses, frekuensi
eliminasi, auskultasi bising, usus, anoreksia, adanya distensi abdomen,
nyeri tekan abdomen.
f) Sistem muskuloskeletal (B6: Bone) Kaji adanya nyeri berat tiba-
tiba/mungkin terlokalisasi pada area jaringan, dapat berkurang pada
imobilisasi, kekuatan otot, kontraktur, atrofi otot, laserasi kulit dan
perubahan warna.
5) Pola fungsi kesehatan
Yang perlu dikaji adalah aktivitas apa saja yang biasa dilakukan sehubungan
dengan adanya nyeri pada persendian, ketidakmampuan mobilisasi.
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan, dan penanganan kesehatan.
b) Pola nutrisi Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan, dan
elektolit, nafsu makan, pola makan, diet, kesulitan menelan,
mual/muntah, dan makanan kesukaan.
c) Pola eliminasi Menjelaskan pola fungsi ekskresi, kandung kemih,
defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah nutrisi, dan
penggunaan kateter.
d) Pola tidur dan istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan persepsi terhadap energi,
jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah tidur, dan insomnia.
e) Pola aktivitas dan istirahat
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan, dan sirkulasi,
riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan.
Pengkajian Indeks KATZ.
f) Pola hubungan dan peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dengan peran kelayan
terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan,
tidak punya rumah, dan masalah keuanan. Pekajian APGAR Keluarga
(Tabel APGAR Keluarga).
g) Pola sensori dan kognitif
Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori meliputi
pengkajian penglihatan, pendengaran, perasaan, dan pembau. Pada klien
katarak dapat ditemukan gejala gangguan penglihatan perifer, kesulitan
memfokuskan kerja dengan merasa diruang gelap. Sedangkan tandanya
adalah tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil, peningkatan air
mata. Pengkajian Status Mental menggunakan tabel Short Portable
Mental StatusQuisionare (SPMSQ).
h) Pola persepsi dan konsep diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap
kemampuan konsep diri. Konsep diri menggambarkan gambaran diri,
harga diri, peran, identitas diri. Manusia sebagai sistem terbuka dan
makhluk bio-psiko-sosio-kultural-spiritual, kecemasan, ketakutan, dan
dampak terhadap sakit. Pengkajian tingkat Depresi menggunakan Tabel
Inventaris Depresi Back.
i) Pola seksual dan reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah terhadap seksualitas.
j) Pola mekanisme/penanggulangan stress dan koping
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Menggambarkan dan menjelaskan pola, nilai keyakinan termasuk
spiritual (Allen, 1998 dalam Aspiani, 2014). Data mengenai keyakinan
spiritual klien diperoleh dari riwayat umum klien (pilihan agama atau
orientasi agama); pengkajian riwayat keperawatan yang menyeluruh, dan
observasi klinis perilaku klien, verbalisasi, alam perasaan, dan
sebagainya.

g. Pemeriksaan penunjang :
1) Faktor reumatoid : positif pada 80 – 95% kasus.
2) Fiksasi lateks : positif pada 75% dari kasus-kasus khas.
3) Reaksi-reaksi aglutinasi : positif pada lebih dari 50% kasuskasus khas.
4) LED : umumnya meningkat pesat (80-100 mm/h) mungkin kembali normal
sewaktu gejala-gejala meningkat.
5) Protein C-reaktif : positif selama masa eksaserbasi.
6) SDP : meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.
7) Ig (Ig M dan Ig G) : peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai
penyebab AR.
8) Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembekakan pada jaringan
lunak, erosi sendi dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan
awal) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartistik yang terjadi secara bersamaan.
9) Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium.
10) Artoskopi Langsung : visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas /
degenerasi tulang pada sendi.
11) Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar
dari normal : buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi,
produk-produk pembuangan degeneratif); elevasi SDP dan lekosit, penurunan
viskositas dan komplemen (C3 dan C4).
12) Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.

2. Pengkajian Kebutuhan Spiritual


a. Pengkajian data subjektif
Pedoman pengkajian yang disusun oleh Stoll (dalam Kozier, 2010)
mencakup:
1) konsep tentang ketuhanan,
2) sumber kekuatan dan harapan,
3) praktik agama dan ritual, dan
4) hubungan antara keyakinan spiritual dan kondisi kesehatan.
b. Pengkajian data objektif Isyarat mengenai pilihan, kekuatan, kekhawatiran, atau
distres spiritual dan agama dapat terungkap melalui satu (atau lebih) faktor
berikut :
1) Lingkungan. Apakah klien memiliki Alquran, Injil, Taurat, atau kitab suci
yang lain, literatur keagamaan, liontin keagamaan, salib, rosario, bintang
David, atau kartu-kartu keagamaan untuk kesembuhan dalam ruangan?
Apakah klien menerima kiriman tanda simpati dari unsur keagamaan dan
apakah klien memakai tanda keagamaan (misalnya memakai jilbab?).
2) Perilaku. Apakah klien tampak berdoa sebelum makan atau pada waktu lain
atau membaca kitab suci atau buku keagamaan? Apakah klien mengalami
mimpi buruk dan gangguan tidur atau mengekspresikan rasa marah terhadap
perwakilan keagamaan atau terhadap Tuhan?
3) Verbalisasi. Apakah klien menyebutkan Tuhan atau Yang Maha Kuasa, doa-
doa, keyakinan, rumah ibadah, atau topik-topik keagamaan? Apakah klien
pernah minta dikunjungi oleh pemuka agama? Atau apakah klien
mengekspresikan rasa takutnya terhadap kematiannya?
4) Afek dan sikap. Apakah klien tampak sendiri, depresi, marah, cemas, agitasi,
apatis, atau khusyuk?
5) Hubungan interpersonal. Siapa yang berkunjung? Bagaimana respon klien
terhadap pengunjung? Apakah pemuka agama dapat mengunjungi klien? Dan
bagaimana klien berhubungan dengan klien yang lain dan juga dengan
personel keperawatan?

F. Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan


1) Diagnosa Medis
a) Stress
b) Depresi
2) Diagnosa Keperawatan (Sesuai Prioritas Masalah)
Dalam mendiagnosis kesehatan spiritual, perawat dapat menemukan bahwa masalah
spiritual dapat dijadikan judul diagnostic, atau bahwa distress spiritual adalah etiologi
masalah. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI, 2016) mengakui satu
diagnosis yang berhubungan dengan spiritual: Distress Spiritual.
G. Penatalaksanaan
1) Terapi Medis
Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara tersendiri. Berdasarkan
dengan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia
III aspek spiritual tidak digolongkan secara jelas apakah masuk kedalam aksis satu,
dua, tiga, empat atau lima.
2) Terapi Keperawatan
Pada fase rencana keperawatan, perawat membantu pasien untuk mencapai tujuan
yaitu memelihara atau memulihkan kesejahteraan spiritual sehingga kepuasan
spiritual dapat terwujud. Rencana keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan
berdasarkan NANDA (2012) meliputi :
a) Mengkaji adanya indikasi ketaatan pasien dalam beragama, mengkaji sumber-
sumber harapan dan kekuatan pasien, mendengarkan pendapat pasien tentang
hubungan spiritual dan kesehatan, memberikan privasi, waktu dan tempat bagi
pasien untuk melakukan praktek spiritual, menjelaskan pentingnya hubungan
dengan Tuhan, empati terhadap perasaan pasien, kolaborasi dengan pemuka
agama, meyakinkan pasien bahwa perawat selalu mendukung pasien.
b) Menggunakan pendekatan yang menenangkan pasien, menjelaskan semua
prosedur dan apa yang akan dirasakan pasien selama prosedur, mendampingi
pasien untuk memberikan rasa aman dan mengurangi rasa takut, memberikan
informasi tentang penyakit pasien, melibatkan keluarga untuk mendampingi
pasien, mengajarkan dan menganjurkan pasien untuk menggunakan tehnik
relaksasi, mendengarkan pasien dengan aktif, membantu pasien mengenali situasi
yang menimbulkan kecemasan, mendorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, dan persepsi.
c) Membantu pasien untuk beradaptasi terhadap perubahan atau ancaman dalam
kehidupan, meningkatkan hubungan interpersonal pasien, memberikan rasa aman.
Menurut jurnal The spiritual distress assessment tool: an instrument to assess spiritual
distress in hospitalised elderly persons (2010) Distress spiritual bisa dinilai dengan
menggunakan model kebutuhan spiritual yang disebut dengan SDAT (Spiritual
Distress Assessment Tool). SDAT adalah prosedur penilaian formal untuk
mengidentifikasi kebutuhan rohani yang belum terpenuhi, mencetak hasil sejauh
mana kebutuhan rohani tetap terpenuhi dan untuk menentukan kehadiran distress
spiritual. Hasil awal menunjukkan bahwa SDAT adalah instrumen yang diterima
untuk menilai distress spiritual seseorang di rumah sakit. Instrumen ini menyediakan
alat untuk komunikasi dengan kosakata yang baik , dan memberikan dasar baru untuk
mengintegrasikan spiritualitas ke dalam rencana pasien perawatan.
H. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang diberikan pada klien dengan gangguan kebutuhan spiritual
menurut SIKI dilakukan dengan menggunakan intervensi utama dan intervensi
pendukung.
Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Intervensi
Intervensi Utama
Pendukung
Distress Spiritual Setelah dilakukan 1. Dukungan
tindakan keperawatan Emosional
Definisi: Gangguan pada keyakinan atau sistem di harapkan pasien 2. Dukungan
nilai berupa kesulitan merasakan makna dan menunjukkan Keyakinan
tujuan hidup melalui hubungan dengan diri, peningkatan spiritual 3. Dukungan
orang lain, lingkungan atau Tuhan. ditandai dengan Memaafka
kriteria hasil: n
Penyebab: 1. Klien mampu 4. Dukungan
1) Menjelang ajal beristirahat Pengambil
2) Kondisi penyakit kronis dengan tenang 2. an
3) Kematian orang terdekat Menyatakan Keputusan
4) Perubahan pola hidup penerimaan 5. Dukungan
5) Kesepian moral/etika Pelaksana
6) Pengasingan diri 2. Mengekspresikan an Ibadah
7) Pengasingan sosial rasa damai 6. Dukungan
8) Gangguan sosio-kultural berhubungan Pengungk
9) Peningkatan ketergantungan pada orang lain dengan Tuhan apan
10) Kejadian hidup yang tidak diharapkan 3. Menunjukkan Kebutuha
hubungan yang n
Batasan karakteristik : hangat dan 7. Dukungan
1. Gejala dan tanda mayor : terbuka Pengungk
Subjektif 4. Menunjukkan apan
- Mempertanyakan sikap efektif tanpa Perasaan
makna/tujuan hidupnya rasa marah, rasa 8. Dukungan
bersalah dan Perasaan
- Menyatakan hidupnya terasa ansietas Bersalah
tidak/kurang bermakna 5. Menunjukkan 9. Dukungan
- Merasa menderita/tidak perilaku lebih Perlindun
berdaya positif gan
Objektif : 6. Mengekspresikan Penganiay
- Tidak mampu beribadah arti postitif aan

- Marah pada Tuhan terhadap situasi Agama

2. Gejala dan tanda minor : dan 10. Dukungan

Subjektif : keberadaannya Perkemba

- Menyatakan hidupnya terasa ngan

tidak/kurang tenang 1. Dukungan Spiritual

- Mengeluh tidak dapat Spiritual 11. Dukungan

menerima (kurang pasrah) Observasi : Perlindun


a. Identifikasi gan
- Merasa bersalah
perasaan Penganiay
- Merasa terasing
khawatir, aan Lansia
- Menyatakan telah diabaikan.
kesepian dan 12. Dukungan
Objektif :
ketidakberday Proses
- Menolak berinteraksi dengan
aan Berduka
orang terdekat/pemimpin
b. Identifikasi 13. Konseling
spiritual
pandangan 14. Manajeme
- Tidak mampu berkreativitas
tentang n Stres
(mis. Menyanyi,
hubungan 15. Mediasi
mendengarkan musik,
antara spiritual Konflik
menulis)
dan kesehatan 16. Pelibatan
- Koping tidak efektif
c. Identifikasi Keluarga
- Tidak berminat pada
harapan dan 17. Promosi
alam/literatur spiritual.
kekuatan Harapan
pasien 18. Promosi
d. Identifikasi Dukungan
ketaatan Spiritual
dalam 19. Promosi
beragama Sistem
Terapeutik : Pendukun
a. Berikan g
kesempatan 20. Teknik
mengekspresi Imajinasi
kan perasaan Terbimbin
tentang g
penyakit dan 21. Teknik
kematian Menenang
b. Berikan kan
kesempatan 22. Terapi
mengekspresi Reminisen
kan dan s
meredakan
marah secara
tepat
c. Yakinkah
bahwa
perawat
bersedia
mendukung
selama masa
ketidakberday
aan
d. Sediakan
privasi dan
waktu tenang
untuk
aktivitas
e. Diskusikan
keyakinan
tentang
makna dan
tujuan hidup,
jika perlu
f. Fasilitasi
melakukan
kegiatan
ibadah
Edukasi :
a. Anjurkan
berinteraksi
dengan
keluarga,
teman,
dan/atau orang
lain Anjurkan
berpartisipasi
dalam
kelompok
pendukung
b. Ajarkan
metode
relaksasi,
meditasi, dan
imajinasi
terbimbing.
Kolaborasi :
a. Atur
kunjungan
dengan
rohaniawan
(mis. Ustadz,
pendeta, romo,
biksu)

2. Promosi Koping
Observasi :
a. Identifikasi
kegiatan
jangka pendek
dan panjang
sesuai tujuan
b. Identifikasi
kemampuan
yang dimiliki
c. Identifikasi
sumber daya
yang tersedia
untuk
memenuhi
tujuan
d. Identifikasi
pemahaman
proses
penyakit e.
Identifikasi
dampak situasi
terhadap peran
dan hubungan
e. Identifikasi
metode
penyelesaian
masalah
f. Identifikasi
kebutuhan dan
keinginan
terhadap
dukungan
sosial
Terapeutik :
a. Diskusikan
perubahan
peran yang
dialami
b. Gunakan
pendekatan
yang tenang
dan
menyakinkan
c. Diskusikan
alasan
mengkritik
diri sendiri
d. Diskusikan
untuk
mengklarifika
si
kesalahpaham
an dan
mengevaluasi
perilaku
sendiri
e. Diskusikan
konsekuensi
tidak
menggunakan
rasa bersalah
dan rasa malu
f. Diskusikan
risiko yang
menimbulkan
bahaya pada
diri sendiri
g. Fasilitasi
dalam
memperoleh
informasi
yang
dibutuhkan
h. Berikan
pilihan realitas
mengenai
aspek-aspek
tertentu dalam
perawatan
i. Motivasi
untuk
menentukan
harapan yang
realistis
j. Tinjau
kembali
kemampuan
dalam
pengambilan
keputusan
k. Hindari
mengambil
keputusan saat
pasien berada
di bawah
tekanan
l. Motivasi
terlibat dalam
kegiatan sosial
m. Motivasi
mengidentifik
asi sistem
pendukung
yang tersedia
n. Dampingi saat
berduka (mis.
penyakit
kronis,
kecacatan)
o. Perkenalkan
dengan orang
atau kelompok
yang berhasil
mengalami
pengalaman
sama
p. Dukung
penggunaan
mekanisme
pertahanan
yang tepat
q. Kurangi
rangsangan
lingkungan
yang
mengancam
Edukasi :
a. Anjurkan
menjalin
hubungan
yang memiliki
kepentingan
dan tujuan
sama
b. Anjurkan
penggunaan
sumber
spiritual, jika
perlu
c. Anjurkan
mengungkapk
an perasaan
dan persepsi
d. Anjurkan
keluarga
terlibat
e. Anjurkan
membuat
tujuan yang
lebih spesifik
f. Ajarkan cara
memecahkan
masalahsecara
konstruktif
g. Latih
penggunaan
teknik
relaksasi
h. Latih
keterampilan
sosial, sesuai
kebutuhan
i. Latih
mengembangk
an penilaian
obyektif

I. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan
yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry, 2009). Implementasi merupakan
pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat. Hal-hal yang perlu di perhatikan
ketika melakukan implementasi adalah intervensi dilakukan sesuai rencana setelah
dilakukan validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal,
intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan
fisik dan psikologi dilindungi dan didokumentasi keperawatan berupa pencataan dan
pelaporan (Rohman dan Walid, 2016).

J. Evaluasi Keperawatan
Dengan menggunakan hasil yang diharapkan dan dapat diukur, yang ditetapkan
pada tahap perencanaan, perawat mengumpulkan data yang diperlukan untuk
memutuskan apakah tujuan dan hasil klien tercapai (Kozier, 2010). Menurut Diniarti,
Aryani, Nurheni, Chairani & Tutiany (2013), evaluasi asuhan keperawatan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif, assesment, planning).
Komponen SOAP yaitu S (subjektif) dimana perawat menemukan keluhan klien yang
masih dirasakan setelah dilakukan tindakan. O (objektif) adalah data yang berdasarkan
hasil pengukuran atau observasi klien secara langsung dan dirasakan setelah selesai
tindakan keperawatan. A (assesment) adalah kesimpulan dari data subjektif dan objektif
(biasanya ditulis dalam bentuk masalah keperawatan). P (planning) adalah perencanaan
keperawatan yang akan dilanjutkan dihentikan, dimodifikasi atau ditambah dengan
rencana kegiatan yang sudah ditentukan sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai