Anda di halaman 1dari 11

Pengkajian Spiritual

Salah satu instrumen yang dapat digunakan adalah Puchalski’s FICA Spritiual History Tool
(Pulschalski, 1999) :
 F : Faith atau keyakinan (apa keyakinan saudara?) Apakah saudara memikirkan diri
saudara menjadi sesorang yang spritual ata religius? Apa yang saudara pikirkan tentang
keyakinan saudara dalam pemberian makna hidup?
 I : Impotance dan influence. (apakah hal ini penting dalam kehidupan saudara). Apa
pengaruhnya terhadap bagaimana saudara melakukan perawatan terhadap diri sendiri? Dapatkah
keyakinan saudara mempengaruhi perilaku selama sakit?
 C : Community (Apakah saudara bagian dari sebuah komunitas spiritual atau religius?)
Apakah komunitas tersebut mendukung saudara dan bagaimana? Apakah ada seseorang didalam
kelompok tersebut yang benar-benar saudara cintai atua begini penting bagi saudara?
 A : Adress bagaimana saudara akan mencintai saya sebagai seorang perawat, untuk
membantu dalam asuhan keperawatan saudara?
Pengkajian aktifitas sehari-hari pasian yang mengkarakteristikan distres spiritual, mendengarkan
berbagai pernyataan penting seperti :
 Perasaan ketika seseorang gagal
 Perasaan tidak stabil
 Perasaan ketidakmmapuan mengontrol diri
 Pertanyaan tentang makna hidup dan hal-hal penting dalam kehidupan
 Perasaan hampa

Faktor Predisposisi :
 Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang sehingga
akan mengganggu proses interaksi dimana dalam proses interaksi ini akan terjadi transfer
pengalaman yang pentingbagi perkembangan spiritual seseorang.
 Faktor frediposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan, pendapattan, okupasi,
posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial, tingkatan sosial.
Faktor Presipitasi :
 Kejadian Stresful
Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena perbedaan tujuan hidup,
kehilangan hubungan dengan orang yang terdekat karena kematian, kegagalan dalam menjalin
hubungan baik dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan dan zat yang maha tinggi.
 Ketegangan Hidup
Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya distres spiritual adalah
ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan keyakinan dan ketidakmampuan
menjalankan peran spiritual baik dalam keluarga, kelompok maupun komunitas.

Penilaian Terhadap Stressor :


 Respon Kognitif
 Respon Afektif
 Respon Fisiologis
 Respon Sosial
 Respon Perilaku

Sumber Koping :
Menurut Safarino (2002) terdapat lima tipe dasar dukungan sosial bagi distres spiritual :
1. Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada
kepentingan orang lain.
2. Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif
thingking, mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain.
3. Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu menyediakan
pelayanan langsung yang berkaitan dengan dimensi spiritual.
4. Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan nasehat, petunjuk
dan umpan balik bagaimana seseorang harus berperilaku berdasarkan keyakinan
spiritualnya.
5. Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network menyediakan dukungan
kelompok untuk berbagai tentang aktifitas spiritual. Taylor, dkk (2003) menambahkan
dukungan apprasial yang membantu seseorang untuk meningkatkan pemahaman terhadap
stresor spiritual dalam mencapai keterampilan koping yang efektif.

PSIKOFARMAKA :

 Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara tersendiri. Berdasarkan dengan
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia III aspek spiritual
tidak digolongkan secara jelas apakah masuk kedalam aksis satu, dua, tiga, empat atau lima

Asuhan Keperawatan

DIAGNOSA NURSING OUTCOMES NURSING INTERVENTION


KEPERAWATAN CLASSIFICATION CLASSIFICATION (NIC)

(NANDA) (NOC)

Distress Spiritual b.d Setelah dilakukan tindakan Fasilitasi Pengembangan


ansietas d.d harga diri keperawatan selama 3x24 Spiritual
rendah jam, pasien dapat Aktifitas Keperawatan:
mengatasi distress spiritual 1) Tunjukkan perhatian
dengan kriteria hasil: melalui aktifitas
a. Memiliki kualitas menghadirkan diri
keyakinan yang jelas dengan meluangkan
b. Memiliki waktu bersama pasien,
kemampuan berdoa keluarga apsien, dan
c. Kemamouan orang yang penting bagi
beribadah tidak pasien
terganggu 2) Ciptakan model
d. Berpartisipasi dalam hubungan yang sehat
bacaan spiritual dan keterampilan
e. Memiliki berpikir
pengalaman spiritual
3) Tawarkan dukungan
untuk mendoakan baik
individu maupun
kelompok dengan tepat
4) Bantu pasien untuk
mengeksplorasi terkait
kepercayaan dengan
penyembuhan tubuh,
pikiran, dan jiwa

CONTOH KASUS

A. PENGKAJIAN

I. Data Demografi

a) Biodataklien

1. Nama : Ny. B

2. Usia : 35 tahun

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Bahasa Dominan : Sunda

5. Status Perkawinan : Menikah

6. Alamat : TawangKulon, Tasikmalaya

7. Tanggal Masuk : 10 Maret 2011

8. Tanggal Pengkajian : 12 Maret 2011

9. Ruang Rawat : R.3

10. Nomor Rekam Medik : 130809

11. Diagnosa Medis : Ca. Rahim


12. Riwayat Alergi :-

13. Diet : TKTP

b) Penanggungjawab

1. Nama : Tn. P

2. Usia : 40tahun

3. JenisKelamin : Laki-laki

4. Pekerjaan : Wiraswasta

5. Hubungan dengan klien : Suami

II. Keluhan Utama

Klien mengeluh pusing, karena semalaman tidak bisa tidur memikirkan perdarahan
yang banyak dari vaginanya.

III. Penampilan Umum Dan Perilaku Motorik

1. Fisik

a. Berat Badan : 47 kg

b. Tinggi badan : 156 cm

c. Tanda-tanda vital : TD : 100/70mmhg,

RR : 16x/menit,

N : 40x/menit,

S : 370C
2. Riwayat Pengobatan Fisik

Klien sudah pernah berobat kePuskesmas dan Pengobatan Alternatif.

IV. Faktor Predisposisi

Klien divonis menderita kanker rahim stadium IV B.

V. Faktor Presipitasi

Klien mengatakan tidak cukup uang untuk berobat ke rumah Sakit. Klien mengatakan berat
badannya cepat menurun dan tidak nafsu makan.

VI. Masalah Keperawatan

Cemas kematian

VII. Tingkat Ansietas

Tingkat ansietas klien berat ditandai dengan :

a. Klien tampak sedih yang mendalam

b. Klien tampak cemas

c. Klien tampak pucat

d. Klienterusmenanyakan

e. Klientampakmurung
VIII. Riwayat Keluarga

Klien tinggal bersama suami dan seorang anak. Klien sudah berkeluargaselama 10
tahun. Menurut klien, keluarganya sangat harmonis dan belumpernah ada permasalahan
besar dalam keluarganya. Selain itu, klienmengatakan bahwa keluargnya selalu malakukan
kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan bersama.

XI. Riwayat Sosial

a. Pola sosial

b. Menurut suami klien, klien merupakan seorang pribadi yang terbuka dan ramah. Peran
serta dalam kelompok baik selalu berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh
lingkungan setempat. Dalam melakukan hubungan dengan orang lain klien mengaku
tidak mengalami kesulitan.

c. Obat –obatan yang Dikonsumsi

d. Klien mengaku pernah mengonsumsi obat-obatan herbal diluar resep dan saat ini klien
juga mengkonsumsi vitamin yang sudah diresepkan oleh dokter.

e. Klien mengatakan tidak pernah menggunakan obat-obatan dan alkohol untuk mengatasi
kecemasannya.

f. Status Mental dan Emosi

Penampilan

- Klien tampak pucat, ekspresi wajah sedih dan murung.

Tingkah laku

-Klien mengatakan tidak nafsu makan, karena memikirkan penyakit yang dideritanya.

-Dan klien pun selalu menanyakan tentang kematiannya.


Pola komunikasi

Dalam berkomunikasi, klien lebih sering diam.

Mood dan Afek

Klien merasa cemas dengan penyakit yang dideritanya dan selalu mengeluhakan
keadaannya.

Proses Pikir

Dalam proses pikir klien selalu memikirkan tentang apa yang akan dialaminya setelah
mengalami kematian.

Persepsi

Klien mengalami penurunan perhatian

Kognitif

(a) Orientatif realita

(b) Memori

Klien mampu mengingat pertanyaan yang diajukan oleh perawat dan segera
menjawab pertanyaan tersebut dengan jelas

B. Diagnosa Keperawatan

1. Ansietas/ ketakutan (individu , keluarga ) yang berhubungan diperkirakan dengan situasi


yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut akan kematian
dan efek negatif pada pada gaya hidup.
2. Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi,
penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain.

3. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan keluarga,takut


akan hasil ( kematian ) dengan lingkungnnya penuh dengan stres ( tempat perawatan ).

4. Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system
pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi
ancaman kematian.

DIAGNOSA NURSING OUTCOMES NURSING INTERVENTION


KEPERAWATAN CLASSIFICATION CLASSIFICATION (NIC)

(NANDA) (NOC)

Risiko Distress Spiritual Setelah dilakukan tindakan Fasilitasi Pengembangan


b.d ansietas d.d penyakit keperawatan selama 3x24 Spiritual
kronis jam, pasien dapat Aktifitas Keperawatan:
mengatasi distress spiritual 1) Tunjukkan perhatian
dengan kriteria hasil: melalui aktifitas
a. Memiliki keyakinan menghadirkan diri
dan kualitas harapan dengan meluangkan
b. Memiliki perasaan waktu bersama pasien,
kedamaian keluarga apsien, dan
c. Memiliki orang yang penting
kemampuan berdoa bagi pasien
danberibadah 2) Ciptakan model
d. Mampu hubungan yang sehat
berpartisipasi dalam dan keterampilan
bacaan spiritual berpikir
3) Tawarkan dukungan
untuk mendoakan baik
individu maupun
kelompok dengan
tepat
4) Bantu pasien untuk
mengeksplorasi terkait
kepercayaan dengan
penyembuhan tubuh,
pikiran, dan jiwa
Hidayah, Nur. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Gangguan Defisit Perawatan
Diri Di Ruang Srikandi Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Fakultas Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Towarto, Wartonal. 2007. Kebutuhan Dasar & Proses Keperawatan Edisi 3. Jakarta : Salemba
Medika

Nanda 2005-2006. 2010. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Prima Medika


Purba, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan
Jiwa. Medan : USU Press.

Anda mungkin juga menyukai