Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KETERAMPILAN DASAR KEPERAWATAN I


“PEMERIKSAAN FISIK”

Disusun Oleh :
Kelompok I
Eriyanto C1AA15018
Rini Apriyanti C1AA15072
Robi Kurniawan C1AA15078
Windri Setia Rahayu C1AA15096
Yustisiana Laxmi M C1AA15100

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


SUKABUMI
KOTA SUKABUMI
2016-2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemeriksaan
Fisik”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Nabi besar alam,
Muhammad SAW. Adapun tujuan makalah ini disusun untuk melengkapi salah satu tugas
mata kuliah Keterampilan Dasar Keperawatan I.
Dengan harapan makalah “Pemeriksaan Fisik” ini bisa menambah pengetuahuan,
menambah wawasan dan mendatangkan manfaat.
Kami menyadari bahwasanya dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah
yang bersangkutan guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik
lagi di masa yang akan datang. Aamiin.

Penyusun,

Sukabumi, 06 September 2016

DAFTAR ISI

Kata Pengatar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 1
1.3. Tujuan Penulisan 1

BAB II PEMBAHASAN 2
2.1. Definisi Pemeriksaan Fisik 2
2.2. Tujuan dan Manfaat dari Pemeriksaan Fisik 2
2.3. Metode dan Teknik Pemeriksaan Fisik 3
2.4. Tanda- Tanda Vital 52.5. Pemeriksaan Head to Toe 16

BAB III PENUTUP 32


3.1. Kesimpulan 32
3.2. Saran 32
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli
medis dalam memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil
pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan
membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan
berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test
neurologi.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat
menyususn sebuah diagnosis diferensial, yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin
menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab
tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan fisik ?


2. Apa saja teknik atau metode yang dilakukan dalam pemeriksaan fisik?
3. Apa saja yang termasuk tanda-tanda vital dan bagaimana pemeriksaannya?
4. Apa yang dimaksud dengan head to toe?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa yang disebut dengan pemeriksaan fisik.


2. Untuk mengetahui apa saja teknik atau metode dalam pemeriksaan fisik.
3. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk tanda-tanda vital dan bagaimana cara pemeriksaan
tanda-tanda vital.
4. Untuk mengetahui apa itu pemeriksaan head to toe dan bagaimana pemeriksaan head to toe.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik berasal dari kata “Physical Examination” yang artinya memeriksa
tubuh. Jadi pemeriksaan fisik adalah memeriksa tubuh dengan atau tanpa alat untuk tujuan
mendapatkan informasi atau data yang menggambarkan kondisi klien yang sesungguhnya.
Adapun definisi Pemeriksaan Fisik menrut para ahli diantaranya adalah :
1. Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap
system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat
untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan terapi
yang diterima klien dan penetuan respon terhadap terapi tersebut. ( Potter dan Perry, 2005
).
2. Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian
tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif,
memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan
keperawatan yang tepat bagi klien. ( Dewi Sartika, 2010 ).
3. Pemeriksan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan-kelainan dari
suatu sistim atau suatu organ tubuh dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi),
mengetuk (perkusi) dan mendengarkan (auskultasi). ( Raylene M Rospond,2009; Terj D.
Lyrawati,2009 ).

2.2 Tujuan dan Manfaat dari Pemeriksaan Fisik


1. Tujuan Pemeriksaan Fisik
Secara umum, pemeriksaan fisik yang dilakukan bertujuan:
a. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
b. Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam
riwayat keperawatan.
c. Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.
d. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien
dan penatalaksanaan.
e. untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.

2. Manfaat Pemeriksaan Fisik


a. Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnose keperawatan.
b. Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.
c. Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat.
d. Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.

2.3 Metode dan teknik pemeriksaan fisik

1. Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran
dan penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali bertemu pasien. Suatu gambaran
atau kesan umum mengenai keadaan kesehatan yang di bentuk. Pemeriksaan kemudian maju
ke suatu inspeksi local yang berfokus pada suatu system tunggal atau bagian dan biasanya
mengguankan alat khusus seperti optalomoskop, otoskop, speculum dan lain-lain (Laura
A.Talbot dan Mary Meyers, 1997). Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara
melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar). (Dewi
Sartika, 2010)
Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk,
posisi, kesimetrisan, lesi, dan penonjolan/ pembengkakan. setelah inspeksi perlu
dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya.

2. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan meletakkan
tangan pada bagian tubuh yang dapat di jangkau tangan (Laura A.Talbot dan Mary Meyers,
1997).
Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba; tangan dan jari-
jari, untuk mendeterminasi ciri2 jaringan atau organ seperti: temperatur, keelastisan, bentuk,
ukuran, kelembaban dan penonjolan.(Dewi Sartika,2010)
Hal yang di deteksi adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi, pertumbuhan
atau massa, edema, krepitasi dan sensasi.

3. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan tubuh unutk
menghasilkan bunyi yang akan membantu dalam penentuan densitas, lokasi, dan posisi
struktur di bawahnya (Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997).
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu
untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan menghasilkan suara,
yang bertujuan untuk mengidentifikasi batas/ lokasi dan konsistensi jaringan (Dewi Sartika,
2010).

4. Auskultasi
Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh bermacam-
macam organ dan jaringan tubuh (Laura A.Talbot dan Mary Meyers,6666 1997).
Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara
yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-
hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.(Dewi Sartika,
2010)
2.4 Tanda – Tanda Vital
Tanda – tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien dalam memantau kondisi
klien atau mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respons terhadap intervensi yang
diberikan. Penggunaan tanda – tanda vital memberikan data dasar untuk mengetahui respons
terhadap stress fisiologi/psikologi, respons terapi medis dan keperawatan. Hal ini sangatlah
penting sehingga disebut tanda – tanda vital.
Waktu untuk mengukur tanda – tanda vital:
1. Saat klien pertama kali masuk ke fasilitas
2. Saat memeriksa klien pada kunjungan rumah
3. Di rumah sakit/fasilitas kesehatan dengan jadwal rutin sesuai program
4. Sebelum dan sesudah prosedur bedah atau diagnostic invasif
5. Sebelum, saat, dan setelah transfuse darah
6. Saat keadaan umum klien berubah
7. Sebelum, saat, dan sesudah pemberian obat.
8. Sebelum dan sesudah intervensi keperawatan yang mempengaruhi tanda – tanda vital
9. Saat klien mendapat gejala fisik yang non spesifik
10. Menggigil adalah respon tubuh terhadap perbedaan suhu dalam tubuh.

1. Jenis Tanda – tanda vital


a. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Darah mengalir
karena adanya perubahan tekanan, dimana terjadi perpindahan dari area bertekanan tinggi ke
area bertekanan rendah. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkonstraksi dan disebut
tekanan sistolik. Tekanan darah sistemik atau arterial merupakan indicator yang paling baik
untuk kesehatan kardiovaskuler. Tekanan diastolic adalah tekanan terendah yang terjadi saat
jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik
terhadap tekanan diastolic, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 – 140/90.
Rata – rata tekanan darah normal biasanya 120/80.
Menurut Hayens (2003) tekanan darah timbul ketika bersikulasi di , pembuluh darah
berperan penting dalam proses ini di mana jantung sebagai pompa muscular yang
menyuplai tekanan untuk menggerakkan darah dan pembuluh darah yang memiliki dinding
yang elastic dan ketahanan yang kuat. Tekanan darah di ukur dalam satuan millimeter air
raksa (mmHg). Untuk mengukur tekanan darah maka perlu dilakukan pengukuran darah
secara rutin.

 Pemeriksaan tekanan darah


Alat yang digunakan tensi meter, stetoskop,dan buku catatan.
 Pelaksanaan:
a) Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan.
b) Mendekatkan alat kesamping klien.
c) Mencuci tangan dan memakai sarung tangan.
d) Mengatur posisi klien.
e) Membuka pakaian yang menutupi lengan atas.
f) Membalutkan kantong tensi meter pada lengan atas kira – kira 3 cm di atas fosa cubiti,
dengan tinta karet di sebelah luar lengan, balutkan tapi jangan terlalu kencang.
g) Memakai stetoskop.
h) Meraba detik arteri brakialis dengan ujung tengah dan jari telunjuk. Pastikan tidak
diperkenankan menggenggamkan tangan atau menempelkan tangannya.
i) Meletakkan piringan stetoskop diatas arteri brakialis.
j) Mengunci skrup balon karet.
k) Memompakan udara kedalam kantong dengan cara memijat balon berulang – ulang, air raksa
didalam pipa naik, dipompa terus sampai denyut arteri tidak terdengar lagi.
l) Membuka sekrup balon dengan menurunkan tekanan dengan perlahan
m) Mendengar denyut dengan teliti dan memperhatikan sampai angka berapa pada skala mulai
terdengar denyut pertama dan mencatat sebagai tekanan sistole.
n) Meneruskan membuka skrup tadi perlahan – lahan sampai suara nadi terdengar lambat dan
menghilang, dicatat sebagai tekanan diastole.
o) Membuka kantong karet, digulung dengan rapi.
p) Mengunci tensi meter ke arah.
q) Merapikan pasien, membereskan alat, mencuci tangan, dan mendokumentasikan.

BATASAN NORMAL TEKANAN DARAH


Umur Tekanan sistolik/disatolik (mmHg)
1 bulan 86/54
6 bulan 90/60
1 tahun 96/65
2 tahun 99/65
4 tahun 99/65
6 tahun 100/60
8 tahun 105/60
10 tahun 110/60
12 tahun 115/60
14 tahun 118/60
16 tahun 120/65
b. Nadi
Nadi adalah gerakan atau aliran darah pada pembuluh darah arteri yang dihasilkan
oleh kontraksi dari ventrikel kiri jantung. Denyut nadi adalah rangsangan kontraksi jantung
yang dimulai dari nodes sinouri atau nodus sinos atrial yang merupakan bagian atas serambi
kanan jantung. Salah satu indikator kesehatan jantung adalah terjadinya peningkatan denyut
nadi pada saat beristirahat. Pemeriksaan nadi sangat penting dilakukan agar petugas
kesehatan yang melakukan pemeriksaan nadi dapat mengetahui keadaan nadi (frekuensi
irama dan kuat lemah nadi ). Mengukur denyut nadi yang terasa pada pembuluh darah arteri
yang disebabkan oleh gelombang darah yang mengalir di dalamnya sewaktu jantung
memompa darah ke dalam aorta atau arteri.
Adapun tujuan dari pemeriksaan nadi adalah untuk mengetahui kerja jantung, untuk
menegetahui jumlah denyut jantung yang terasa pada pembuluh darah, untuk menentukan
denyut nadi normal atau tidak.
Kecepatan denyut jantung bereaksi pada rangsangan yang ditimbulkan oleh system
saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Beberapa hal yang mempengaruhi jumlah denyut:
emosi, nyeri, aktivitas, dan obat-obatan. Kecepatan denyut nadi bertambah bila tekanan darah
turun karena jantung berusaha meningkatkan keluarnya darah.

 Pemeriksaan nadi
Alat yang digunakan dalam pemeriksaan nadi terdiri dari: Alat penghitung denyut nadi,
jam tangan / arloji dan buku catatan.
 Pelaksanaan
a)Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
b)Mempersiapkan alat yang dibutuhkan
c)Membawa alat kedekat pasien
d)Mengatur posisi pasien
e)Meraba / menghitung denyut nadi pada tempat-tempat denyut nadi( temporalis, karotis,
apikal, brakialis, radialis, femoralis, poplitea, tibialis posterior, dorsalis pedis), sesuai
keadaan umum pasien .
f) Menghitung dengan ujung jari kedua, ketiga, empat dan tekan dengan lembut
g) Mengetahui atau melaksanakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menghitung denyut
jantung
h) Jika denyut teratur hitung selama 30 detik dan kalikan hasilnya dengan 2. Apabila denyut
tidak teratur dan pada paien yang baru dilakukan pemeriksaan hitung selama 1 menit penuh.
i) Mencuci tangan
j) Mencatat hasil.

 Masalah Yang Harus Dikaji Pada Pemeriksaan Nadi


a. Kecepatan Nadi (Pulse Rate)
Pulse Rate (jumlah denyutan perifer yang dirasakan selama 1 menit) à dihitung dengan
menekan arteri perifer dengan menggunakan ujung jari
b. Tachycardia: nadi >100 -150 x/mntà jantung overwork à oksigenasi sel tidak adequat
c. Palpitasi : perasaan berdebar-debar, sering menyertai tachycardi
d. Bradycardia : denyut nadi < 60 x/mnt àkejadian lebih sedikit dibandingkan tachycardia

BATASAN NORMAL NADI


Usia Denyut nadi (x/permenit)
Balita 120-160
Anak 90 – 140
Pra sekolah 80 – 110
Sekolah 75 – 100
Remaja 60 – 90
Dewasa 60-100

c. Pernafasan
Pernafasan atau respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung O2 (oksigen) ke dalam tubuh, serta menghembuskan udara yang banyak
mengandung CO2 (karbon dioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh. Penghisapan ini
disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi. Secara normal orang dewasa
bernafas kira – kira 16 – 20 x/menit, sementara bayi dan anak kecil lebih cepat daripada
orang dewasa. Naiknya kecepatan bernafas disebut polypnea. Jika suhu badan naik kecepatan
bernafas bertambah, karena tubuh berusaha melepaskan diri dari kelebihan panas.

Pemeriksaan pernafasan merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai proses


pengambilan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
menilai frekuensi, irama, kedalaman dan tipe atau pola pernafasan.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi pola pernafasan:
a) Faktor fisiologis
 Menurunnya kemampuan meningkatkan O2 seperti pada anemia.
 Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti obstruksi saluran pernafasan bagian atas.
 Hivopolemia sehingga tekanan darah menurun yang mengakibatkan terganggunya O2.
 Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obeisitas,
penyakit kronis, seperti TBC paru.
b) Faktor perkembangan
 Anak usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernafasan dan merokok
 Dewasa, muda dan pertengahan, diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress yang
mengakibatkan penyakit jantung dan paru.
 Dewasa tua adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis,
elastisitas menurun.
c) Faktor perilaku
 Nutrisi
 Exercise: akan meningkatkan kebutuhan oksigen
 Merokok: nikotin menyebabkan fase konstruksi pembuluh darah perifer dan koroner.
 Kecemasan
d) Faktor lingkungan
 Tempat kerja
 Suhu lingkungan
 Ketinggian dari permukaan air laut

Selain itu ada juga faktor yang meningkatkan frekuensi pernafasan diantaranya adalah
olahraga, stress, peningkatan suhu lingkungan, dan penurunan konsentrasi oksigen pada
darah yang tinggi.
Tujuan dari pemeriksaan atau menghitung pernafasan adalah untuk mengetahui
keadaan umum pasien, untuk mengikuti perkembangan penyakit dan untuk membantu
menentukan salah satu penyokong diagnose.

 Pemeriksaan atau menghitung pernafasan :


Alat yang digunakan dalam menghitung pernapasan diantaranya adalah jam tangan/arloji dan
buku catatan.
 Pelaksanaan
a) Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
b) Membawa alat kesamping klien
c) Mencuci tangan
d) Hitunglah naik turunnya dada klien (pernafasan) sambil memegang arteri radialis dan
menekukkan ke dada klien seperti pura – pura menghitung denyut nadi (mengupayakan agar
pasien tidak merasa di observasi).
e) Jika irama respirasi teratur hitung selama 30 detik dan kalikan hasilnya dengan dua. Jika
irama respirasi tidak teratur hitung selama 1 menit penuh
f) Membereskan alat
g) Mencuci tangan dan mencatat hasil
BATASAN NORMAL PERNAFASAN
Usia Frekuensi (x/menit)
Balita 30 – 60
Anak 30 – 50
Pra sekolah 25 – 32
Sekolah 20 – 30
Remaja 16 – 19
Dewasa 12 – 20

d. Suhu
Pemeriksaan suhu merupakan salah satu pemeriksaan yang digunakan untuk menilai
kondisi metabolisme dalam tubuh , dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi melalui
metabolisme darah. Suhu tubuh perlu dijaga keseimbangannya, yaitu antara jumlah panas
yang hilang dengan jumlah panas yang diproduksi. Proses pengaturan suhu terletak pada
hypothalamus dalam sistem saraf pusat. Bagian depan hypothalamus dapat mengatur
pembuangan panas dan bagian hypothalamus belakang mengatur upaya penyimpanan
panas. Perubahan suhu tubuh diluar kisaran normal akan mempengaruhi titik pengaturan
hypothalamus. Perubahan ini berhubungan dengan produksi panas berlebihan, kehilangan
panas minimal, atau kombinasi hal di atas. Sifat perubahan akan mempengaruhi jenis masalah
klinis yang dialami klien
Adapun faktor yang mempengaruhi suhu tubuh diantaranya adalah :
a) Usia : pengaturan suhu tubuh tidak stabil sampai pubertas, lansia sangat sensitif terhadap
suhu yang ekstrem.
b) Olahraga: meningkatkan produksi panas.
c) Kadar hormon: perempuan mengalami frekuensi suhu tubuh yang lebih besar dari laki – laki.
d) Lingkungan : suhu tubuh secara normal berubah 0,5˚ selama 24 jam titik terendah pada pukul
1 – 4 dini hari.

 Pemeriksaan suhu
a. Dimulut Atau Oral
Alat yang digunakan :
a) Thermometer oral
b) Botol berisi larutan sabun
c) Botol larutan desinfektan
d) Botol berisi air bersih didalamnya, dialasi dengan kain kasa
e) Potongan tertutup pada tempatnya
f) Bengkok
g) Alat tulis

 Pelaksanaan :
a) Mencuci tangan
b) Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
c) Mengatur posisi pasien (duduk/tidur)
d) Thermometer diperiksa apakah air raksa sudah turun jika belum ayun – ayun dengan hati –
hati sampai air raksa penuh pada titik angka terendah (dibawah 35˚c).
e) Anjurkan pasien untuk membuka mulut, letakkan reservoin thermometer dibawah lidah
kemudian anjurkan pasien untuk menutup mulut.
f) Tunggu 10 menit, keluarkan thermometer dan keringkan dengan silstep 1 kali dengan
tekanan yang mantab dari atas ke reservoin dengan putaran.
g) Baca hasilnya dengan meletakkan thermometer horizontal setinggi mata putar – putar
diantaranya jari sampai batas air raksa jelas.
h) Catat hasil di buku catatan.

b. Diketiak/ aksila
Alat yang digunanakan :
a) Thermometer Aksila.
b) Botol Berisi Larutan Sabun.
c) Botol Berisi Larutan Desinfektan.
d) Botol Berisi Air Bersih Didalamnya, Dialasi Dengan Kain Kasa.
e) Potongan Tertutup Pada Tempatnya.

 Pelaksanaan
a) menempatkan thermometer ke tengah ketiak, turunkan lengan dan silangkan lengan di bawah
klien.
b) Biarkan thermometer di tempat tersebut.
 Termomter air raksa 5 – 10 menit.
 Thermometer digital sampai sinyal terdengar.
c) Keluarkan thermometer dengan hati – hati.
d) Lap thermometer memakai tisu dengan gerakan memutar dari arah atas ke reservoir, buang
tisu di bengkok.
e) Baca air raksa atau digitalnya.
f) Membantu klien merapikan bajunya.
g) Menurunkan tingkat air raksa atau mengembalikan thermometer digital ke skala awal.
h) Mengembalikan thermometer pada tempatnya
i) Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
j) Mencatat hasil

a. Dianus Atau Rectal


Alat yang digunakan diantaranya adalah:
a) Thermometer rektal
b) Botol berisi larutan sabun
c) Botol berisi larutan desinfektan
d) Botol berisi air bersih didalamnya dialasi dengan kain kasa
e) Potongan tertutup pada tempatnya
f) Bengkok
g) Alat tulis
h) Buku catatan

 Pelaksanaan :
a) Menjelaskan pada klien tentang tindakan yang akan dilakukan
b) Mendekatkan alat ke samping klien
c) Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
d) Memasang tirai
e) Membuka pakaian bawah
f) Mengatur posisis klien
g) Dewasa : SIM atau miring dan kaki sebelah atas tekuk ke arah perut
h) Bayi atau anak : tengkurap atau terlentang
i) Melumasi ujung thermometer dengan Vaseline
j) Membuka anus dengan menaikkan bokong atas dengan tangan kiri (untuk orang dewasa).
k) Minta klien menarik nafas dalam dan memasukkan thermometer secara perlahan ke dalam
anus sekitar 3,5 cm pada orang dewasa. Dan pada bayi 1,2 – 2,5 cm.
l) Pegang thermometer di tempatnya selama 2 – 3 menit (orang dewasa) dan 5 menit (untuk
orang laki – laki).
m) Keluarkan thermometer dengan hati – hati.
n) Lap thermometer memakai tisu dengan gerakan memutar dan buang tisu ke bengkok.
o) Baca air raksa dan digitalnya.
p) Merapikan pasien.
q) Membersihkan thermometer air raksa.
r) Menurunakn tingkat air raksa atau mengembalikan thermometer digital ke skala awal.
s) Mengembalikan thermometer pada tempatnya.
t) Melepas sarung tangan.
u) Mencuci tangan.
v) Mencatat hasil.

BATASAN NORMAL PEMERIKSAAN SUHU


Usia Suhu (Derajat Celcius)
3 bulan 37,5
1 tahun 37,7
3 tahun 37,2
5 tahun 37,0
7 tahun 36,8
9 tahun 36,7
13 tahun 36,6

2.5 Pengertian Pemeriksaan Head To Toe

Pemeriksaan fisik adalah tindakan keperawatan untuk mengkaji bagian tubuh pasien
baik secara lokal atau (head to toe) guna memperoleh informasi/data dari keadaan pasien
secara komprhensif untuk menegakkan suatu diagnosa keperawatan maupun kedokteran.
Tujuan dari pemeriksaan head to toe adalah untuk mencari masalah keperawatan,
untuk menegakkan/merumuskan diagnose keperawatan /kedokteran, dan untuk membantu
proses rencana keperawatan dan pengobatan.
Adapun prosedur tindakan dari pemeriksaan fisik secara head to toe yaitu setiap
Tahap-tahap pemeriksaan fisik harus dilakukan secara urut dan menyeluruh dan dimulai dari
bagian tubuh sebagai berikut:
1. Kulit, rambut dan kuku.
2. Kepala meliputi: mata, hidung, telinga dan mulut.
3. Leher : posisi dan gerakan trachea, JVP
4. Dada : jantung dan paru.
5. Abdomen: pemeriksaan dangkal dan dalam.
6. Genetalia.
7. Kekuatan otot /musculosekletal.
8. Neurologi.

1. Pemeriksaan Kulit, Rambut Dan Kuku


a. Kulit
Pemeriksaan kulit bertujuan untuk mengetahui turgor kulit dan tekstur kulit, serta untuk
mengetahui adanya lesi atau bekas luka. Tindakan yang dilakukan dalam pemeriksaan kulit
yaitu dengan cara:
a) Inspeksi: lihat ada/tidak adanya lesi, hiperpigmentasi (warna kehitaman/kecoklatan), edema,
dan distribusi rambut kulit.
b) Palpasi: di raba dan tentukan turgor kulit elastic atau tidak, tekstur : kasar /halus, suhu :
akral dingin atau hangat.
b. Rambut
Pemeriksaan rambut bertujuan untuk mengetahui warna, tekstur dan percabangan pada
rambut serta untuk mengetahui mudah rontok dan kotornya rambut. Tindakan yang dapat
dilakukan dalam pemeriksaan rambut yaitu dengan :
a) Inspeksi: disribusi rambut merata atau tidak, kotor atau tidak, bercabang.
b) Palpasi: mudah rontok/tidak, tekstur: kasar/halus.
c. Kuku
Pemeriksaan kuku bertujuan untuk mengetahui keadaan kuku: warna dan panjang dan
untuk mengetahui kapiler refill. Tindakan yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan kuku
yaiu dengan cara :
a) Inspeksi: catat mengenai warna : biru: sianosis, merah: peningkatan visibilitas Hb, bentuk:
clubbing karena hypoxia pada kangker paru, beau’s lines pada penyakit difisisensi fe/anemia
fe.
b) Palpasi: catat adanya nyeri tekan, dan hitung berapa detik kapiler refill (pada pasien hypoxia
lambat s/d 5-15 detik.

2. Pemeriksaan Kepala
Pemeriksaan kepala bertujuan untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala serta untuk
mengetahui luka dan kelainan pada kepala. Tindakan yang apat dilakukan dalam pemeriksaan
kepala yaitu dengan cara:
a. Inspeksi: Lihat kesimetrisan wajah jika, muka ka.ki berbeda atau misal lebih condong ke
kanan atau ke kiri itu menunjukan ada parese/kelumpuhan, contoh: pada pasien SH.
b. Palpasi: Cari adanya luka, tonjolan patologik, dan respon nyeri dengan menekan kepala
sesuai kebutuhan.
3. Pemeriksaan Mata
Pemeriksaan mata bertujuan untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata (medan
pengelihatan, visus dan otot-otot mata) dan untuk mengetahui adanya kelainan atau
peradangan pada mata. Tindakan yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan mata dapat
dilakukan dengan cara:
a. Inspeksi : Kelopak mata ada radang atau tidak, kesimetrisan kanan dan kiri, reflek kedip
baik/tidak, konjungtiva dan sclera: merah/konjungtivitis, ikterik/indikasi
hiperbilirubin/gangguan pada hepar, pupil: isokor kanan atau kiri (normal), miosis/mengecil,
pin point/sangat kecil (suspek SOL), medriasis/melebar/dilatasi (pada pasien sudah
meninggal).
b. Inspeksi Gerakan Mata
a) Anjurkkan pasien untuk melihat lurus ke depan.
b) Amati adanya nistagmus atau gerakan bola mata ritmis (cepat/lambat).
c) Amati apakah kedua mata memandang ke depan atau ada yang deviasi.
d) Beritahu pasien untuk memandan dan mengikuti jari anda, dan jaga posisi kepala pasien tetap
lalu gerakkan jari ke 8 arah untuk mengetahui fungsi otot-otot mata.
c. Inspeksi Medan Pengelihatan
a) Berdirilah didepan pasien.
b) Kaji kedua mata secara terpisah yaitu dengan menutup mata yang tidak di periksa.
c) Beritahu pasien untuk melihat lurus ke depan dan memfokuskan pada satu titik pandang,
misal: pasien disuruh memandang hidung pemeriksa.
d) Kemudian ambil benda/ballpoint dan dekatkan kedepan hidung pemeriksa kemudian tarik
atau jauhkan kesamping ka.ki pasien, suruh pasien mengatakan kapan dan dititik mana benda
mulai tidak terlihat (ingat pasien tidak boleh melirik untuk hasil akurat).
d. Pemeriksaan Visus Mata
a) Siapkkan kartu snllen (dewasa huruf dan anak gambar).
b) Atur kursi pasien, dan tuntukan jarak antara kursi dan kartu, misal 5 meter (sesuai kebijakkan
masing ada yang 6 dan 7 meter).
c) Atur penerangan yang memadai, agar dapat melihat dengan jelas.
d) Tutup mata yang tidak diperiksa dan bergantian kanan kiri.
e) Memulai memeriksa dengan menyuruh pasien membaca dari huruf yang terbesar sampai yang
terkecil yang dapat dibaca dengan jelas oleh pasien.
f) Catat hasil pemeriksaan dan tentukan hasil pemeriksaan.

e. Palpasi: Tekan secara ringan untuk mengetahui adanya TIO (tekanan intra okuler) jika ada
peningkatan akan teraba keras (pasien glaucoma/kerusakan dikus optikus), kaji adanya nyeri
tekan.
4. Pemeriksaan Hidung
Pemeriksaan hidung bertujuan untuk mengetahui bentuk dan fungsi hidung serta untuk
mengetahui adanya inflamasi/sinusitis. Tindakan yang dapat dilkakukan dalam pemeriksaan
yaiu dengan cara:
a. Inspeksi: melihat kesimetrisan hidung, melihat ada atau tidak inflamasi, dan secret.
b. Palpasi: apakah ada nyeri tekan, massa.
5. Pemeriksaan Telinga
Pemeriksaan telinga bertujuan untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga,
gendang telinga dan untuk mengetahui fungsi pendengaran. Pemeriksaan dapat dilakukan
dengan cara:
a. Inspeksi dan Palpasi telinga baik luar dan dalam
telinga luar:
a) Inspeksi: melihat kesimetrisan daun telinga, warna, ukuran, bentuk, kebresihan, adanya lesy.
b) Palpasi: menekan daun telinga apakah ada respon nyeri, rasakan kelenturan kartilago.
telinga dalam:
Untuk dewasa : daun telinga ditarik ke atas agar mudah di lihat
Untuk anak : daun telinga ditarik kebawah

b. Pemeriksaan Pendengaran
a. Pemeriksaan dengan Bisikan
a) Mengatur pasien berdiri membelakangi pemeriksa pada jarak 4-6 m.
b) Mengistruksikan pada klien untuk menutup salah satu telinga yang tidak diperiksa.
c) Membisikan suatu bilangan misal “6 atau 5”.
d) Menyuruh pasien mengulangi apa yang didengar.
e) Melakukan pemeriksaan telinga yang satu.
f) Bandingkan kemempuan mendengar telinga kanan dan kiri.
b. Pemeriksaan dengan Arloji
a) Mengatur susasana tenang.
b)Pegang sebuah arloji disamping telinga klien.
c) Menyuruh klien menyatakan apakah mendengar suara detak arloji.
d)Memimndahkan arloji secara berlahan-lahan menjauhi telinga dan suruh pasien menyatakan
tak mendengar lagi.
e) Normalnya pada jarak 30 cm masih dapat didengar.
c. Pemeriksaan dengan Garpu Tala
a. Tes Rinne
a) Pegang garpu tala (gt) pada tangkainya dan pukulkan ketelapak tangan.
b) Letakkan gt pada prosesus mastoideus klien.
c) Menganjurkan klien mangatakan pada pemeriksa sewaktu tidak merasakan getaran.
d) Kemudian angkat gt dengan cepat dan tempatkan didepan lubang telinga luar jarak 1-2 cm,
dengan posisi parallel dengan daun telinga.
e) Mengistrusikan pada klien apakah masih mendengara atau tidak.
f) Mencatat hasil pemeriksaan.
b. Tes weber
a) Pegang gt pada tangkainya dan pukulkan pada telapak tangan atau jari.
b) Letakkan tangkai gt di tengah puncak kepala/os. Frontalis atas.
c) Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar sama jelas antara telinga kana dan kiri atau
hanya jelas pada satu sisi saja.
d) Mencatat hasil pemeriksaan.
c. Tes Swebeck
Digunakan untuk mengetahui atau membandingkan pendengaran pasien dengan
pemeriksa, dengan cara mendekatkan gt pada telinga klien kemudian dengan cepat di
dekatkan ke telinga pemeriksa.
4. Pemeriksaan Mulut dan Faring
Pemeriksaan mulut dan faring bertujuan untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada
mulut dan untuk mengetahui kebersihan mulut. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara:
a. Inspeksi: melihat dan mengamati bibir apa ada kelainan kogenital (bibir sumbing), warna,
kesimetrisan, kelembaban, pembengkakkan, lesi. mengamati jumlah dan bentuk gigi, gigi
berlubang, warna, plak, dan kebersihan gigi
Cara inspeksi mulut dalam dan faring:
a) Menyuruh pasien membuka mulut amati mucosa: tekstur, warna, kelembaban, dan adanya
lesi.
b) Amati lidah tekstur, warna, kelembaban, lesi.
c) Untuk melihat faring gunakan tongspatel yang sudah dibungkus kassa steril, kemudian minta
klien menjulurkan lidah dan berkata “ah” amati ovula/epiglottis simetris tidak terhadap
faring, amati tonsil meradang atau tidak (tonsillitis/amandel).
b) Palpasi: pegang dan tekan daerah pipi kemudian rasakan apa ada massa/ tumor,
pembengkakkan dan nyeri. Lakukkan palpasi dasar mulut dengan menggunakkan jari
telunjuk dengan memekai handscond, kemudian suruh pasien mengatakan kata “el” sambil
menjulurkan lidah, pegang ujung lidah dengan kassa dan tekan lidah dengan jari telunjuk,
posisi ibu jari menahan dagu. catat apakah ada respon nyeri pada tindakan tersebut.

5. Pemeriksaan Leher
Pemeriksaan leher bertujuan untuk menentukan struktur integritas leher, untuk mengetahui
bentuk leher dan organ yang berkaitan,dan untuk memeriksa sistem limfatik. Pemeriksaanya
dapat dilakukan dengan cara
a. Inspeksi: melihat dan mengamati mengenai bentuk, warna kulit, jaringan parut, ada atau
tidaknya pembengkakkan kelenjar tirod/gondok, dan ada atau tidaknya massa, kesimeterisan
leher dari depan, belakang dan samping kanan dan kiri.
b. Palpasi: letakkan kedua telapak tangan pada leher klien, suruh pasien menelan dan rasakan
adanya kelenjar tiroid (kaji ukuran, bentuk, permukaanya.).

6. Pemeriksaan Dada ( Thorax )


Pemeriksaan paru/pulmonalis bertujuan untuk mengetahui bentuk, kesimetrisan, ekspansi
paru, frekuensi, irama pernafasan, adanya nyeri tekan, adanya massa, peradangan, edema,
taktil fremitus, batas paru dengan organ disekitarnya, dan untuk mendengarkan bunyi paru /
adanya sumbatan aliran udara. Pemeriksaan dilakukan dengan cara:
a. Inspeksi: Amati kesimetrisan dada kanan dan kiri, amati adanya retraksi interkosta, amati
gerakkan paru, dan amati klavikula dan scapula simetris atau tidak
b. Palpasi Ekspansi Paru:
a) Berdiri di depan klien dan taruh kedua telapak tangan pemeriksa di dada dibawah papilla,
anjurkan pasien menarik nafas dalam, rasakkan apakah sama paru kiri dan kanan.
b) Berdiri deblakang pasien, taruh telapak tangan pada garis bawah scapula/setinggi costa ke-
10, ibu jari kanan dan kiri di dekatkan jangan samapai menempel, dan jari-jari di regangkan
lebih kurang 5 cm dari ibu jari. Suruh pasien kembali menarik nafas dalam dan amati gerkkan
ibu jari ka.ki sama atau tidak.
c. Palpasi Taktil Vremitus Posterior dan Anterior:
a) Meletakkan telapak tangan kanan di belakang dada tepat pada apex paru/stinggi supra scapula
(posisi posterior) .
b) Menginstrusikkan pasien untuk mengucapkkan kata “Sembilan-sembilan” (nada rendah).
c) Minta klien untuk mengulangi mengucapkkan kata tersebut, sambil pemeriksa mengerakkan
ke posisi ka.ki kemudian kebawah sampai pada basal paru atau setinggi vertebra thoraxkal
ke-12.
d) Bandingkan vremitus pada kedua sisi paru.
e) Bila fremitus redup minta pasien bicara lebih rendah.
f) Ulangi/lakukkan pada dada anterior.
d. Pe/Perkusi
a) Atur pasien dengan posisi supinasi
b) Untuk perkusi anterior dimulai batas clavikula lalu kebawah sampai intercosta 5 tentukkan
batas paru ka.ki (bunyi paru normal : sonor seluruh lapang paru, batas paru hepar dan
jantung: redup)
c) Jika ada edema paru dan efusi plura suara meredup.
e. Aus/auskultasi
a) Gunakkan diafragma stetoskop untuk dewasa dan bell pada anak
b) Letakkan stetoskop pada interkostalis, menginstruksikkan pasien untuk nafas pelan kemudian
dalam dan dengarkkan bunyi nafas: vesikuler/wheezing/creckels
7. Pemeriksaan Jantung/Cordis
Pemeriksaan Jantung/Cordis dapat dilakukan dengan cara:
a. Inspeksi: Amati denyut apek jantung pada area midsternu lebih kurang 2 cm disamping
bawah xifoideus.
b. Palpasi: Merasakan adanya pulsasi
a)Palpasi spasium interkostalis ke-2 kanan untuk menentukkan area aorta dan spasium interkosta
ke-2 kiri letak pulmonal kiri.
b)Palpasi spasium interkostalis ke-5 kiri untuk mengetahui area trikuspidalis/ventikuler amati
adanya pulsasi.
c)Dari interkosta ke-5 pindah tangan secara lateral 5-7 cm ke garis midklavicula kiri dimana
akan ditemukkan daerah apical jantung atau PMI ( point of maximal impuls) temukkan
pulsasi kuat pada area ini.
d)Untuk mengetahui pulsasi aorta palpasi pada area epigastika atau dibawah sternum.
c. Perkusi
a) Perkusi dari arah lateral ke medial untuk menentukkan batas jantung bagian kiri.
b) Lakukan perkusi dari sebelah kanan ke kiri untuk mengetahui batas jantung kanan.
c) Lakukan dari atas ke bawah untuk mengetahui batas atas dan bawah jantung.
d) Bunyi redup menunjukkan organ jantung ada pada daerah perkusi.
d. Auskultasi
a) Menganjurkkan pasien bernafas normal dan menahanya saat ekspirasi selesai.
b) Dengarkkan suara jantung dengan meletakkan stetoskop pada interkostalis ke-5 sambil
menekan arteri carotis.
 Bunyi S1: dengarkan suara “LUB” yaitu bunyi dari menutupnya katub mitral (bikuspidalis)
dan tikuspidalis pada waktu sistolik.
 Bunyi S2: dengarkan suara “DUB” yaitu bunyi meutupnya katub semilunaris (aorta dan
pulmonalis) pada saat diastolic.
 Adapun bunyi : S3: gagal jantung “LUB-DUB-CEE…” S4: pada pasien hipertensi “DEE..-
LUB-DUB”.

8. Pemeriksaann Perut atau Abdomen


Pemeriksaann perut atau abdomen bertujuan untuk mengetahui bentuk dan gerak-
gerakkan perut, untuk mendengarkan bunyi pristaltik usus, dan untuk mengetahui respon
nyeri tekan pada organ dalam abdomen. Tindakan yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan
perut atau abdomen yaitu dengan cara:
a. Inspeksi: Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya retraksi, penonjolan, adanya
ketidak simetrisan, adanya asites.
b. Palpasi :
a) Palpasi ringan: Untuk mengetahui adanya massa dan respon nyeri tekan letakkan telapak
tangan pada abdomen secara berhimpitan dan tekan secara merata sesuai kuadran.
b) Palpasi dalam: Untuk mengetahui posisi organ dalam seperi hepar, ginjal, limpa dengan
metode bimanual/2 tangan.
9. Pemeriksaan Hepar
Pemeriksaan hepar dilakukan dengan cara:
a. Letakkan tangan pemeriksa dengan posisi ujung jari keatas pada bagian hipokondria kanan,
kira;kira pada interkosta ke 11-12.
b. Tekan saat pasien inhalasi kira-kira sedalam 4-5 cm, rasakan adanya organ hepar. Kaji
hepatomegali.
10. Pemeriksaan Limpa
Metode yang digunakkan seperti pada pemeriksaan hapar
a. Anjurkan pasien miring kanan dan letakkan tangan pada bawah interkosta kiri dan minta
pasien mengambil nafas dalam kemudian tekan saat inhalasi tenntukkan adanya limpa.
b. Pada orang dewasa normal tidak teraba.4. Pemeriksaan Renalis
Pemeriksaan renalis dapat dilakukan dengan cara:
a. Untuk palpasi ginjal kanan letakkan tangan pada atas dan bawah perut setinggi Lumbal 3-4
dibawah kosta kanan.
b. Untuk palpasi ginjal kiri letakkan tangan setinggi Lumbal 1-2 di bawah kosta kiri.
c. Tekan sedalam 4-5 cm setelah pasien inhalasi jika teraba adanya ginjal rasakan bentuk,
kontur, ukuran, dan respon nyeri.
5. Pemeriksaan Genetalia
Pemeriksaan Genetalia bertujuan untuk mengetahui adanya lesi, untuk mengetahui
adanya infeksi (gonorea, shipilis, dll), dan untuk mengetahui kebersihan genetalia. Tindakan
yang dilakukan dalam pemeriksaan genetalia yaitu dengan cara:
a. Genetalia laki-laki
a) Inspeksi: Amati penis mengenai kulit, ukuran dan kelainan lain. Pada penis yang tidak di
sirkumsisi buka prepusium dan amati kepala penis adanya lesi, amati skrotum apakah ada
hernia inguinal, amati bentuk dan ukuran
b) Palpasi: Tekan dengan lembut batang penis untuk mengetahui adanya nyeri dan tekan
saluran sperma dengan jari dan ibu jari
b. Genetalia wanita:
a) Inspeksi: Inspeksi kuantitas dan penyebaran pubis merata atau tidak, amati adanya lesi,
eritema, keputihan/candidiasis
b) Palpasi: Tarik lembut labia mayora dengan jari-jari oleh satu tangan untuk mengetahui
keadaan clitoris, selaput dara, orifisium dan perineum.

6. Pemeriksaan Rektum dan Anal


Pemeriksaan Rektum dan Anal bertujuan untuk mengetahui kondisi rectum dan anus,
untuk mengetahui adanya massa pada rectal, dan untuk mengetahui adanya pelebaran vena
pada rectal/hemoroid. tindakan yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan rektum dan anal ini
yaitu dengan memposisi kanpria sims/ berdiri setengah membungkuk, wanita dengan posisi
litotomi/ terlentang kaki di angkat dan di topang.
a. Inspeksi: jaringan perineal dan jaringan sekitarnya kaji adanya lesi dan ulkus.
b. Palpasi : ulaskan zat pelumas dan masukkan jari-jari ke rectal dan rasakan adanya nodul dan
atau pelebaran vena pada rectum.

7. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Pemeriksaan Muskuloskeletal bertujuan untuk memperoleh data dasar tentang otot, tulang
dan persendian serta untuk mengetahui mobilitas, kekuatan otot, dan gangguan-gangguan
pada daerah tertentu. Tindakkan yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan muskuloskeletal
adalah:
a. Muskuli/otot
a) Inspeksi: Inspeksi mengenai ukuran dan adanya atrofi dan hipertrofi (ukur dan catat jika ada
perbedaan dengan meteran).
b) Palpasi: Palpasi pada otot istirahat dan pada saat otot kontraksi untuk mengetahui adanya
kelemahan dan kontraksi tiba-tiba.
c) Lakukan uji kekuatan otot dengan menyuruh pasien menarik atau mendorong tangan
pemeriksa dan bandingkan tangan kanan dan kiri.
d) Amati kekuatan suatu otot dengan memberi penahanan pada anggota gerak atas dan bawah,
suruh pasien menahan tangan atau kaki sementara pemeriksa menariknya dari yang lemah
sampai yang terkuat amati apakah pasien bisa menahan.
b. Tulang/ostium
a) Amati kenormalan dan abnormalan susunan tulang
b) Palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan pembengkakan
c. Persendiaan/articulasi
a) Inspeksi semua persendian untuk mengetahui adanya kelainan sendi.
b) Palpasi persendian apakah ada nyeri tekan.
c) Kaji range of mosion/rentang gerak (abduksi-aduksi, rotasi, fleksi-ekstensi, dll).
8. Pemeriksaan Sistem Neurologi
Pemeriksaan sistem neurologi bertujuan untuk mengetahui integritas sistem
persyrafan yang meliputi fungsi nervus cranial, sensori, motor dan reflek. Tindakkan yang
dapat dilakukan dalam pemeriksaan sistem neurologi yaitu dengan cara:
a. Pengkajian 12 syaraf cranial (O.O.O.T.T.A.F.A.G.V.A.H)
a) Olfaktorius/penciuman
Yaitu dengan meminta pasien membau atau mencium aroma kopi dan vanilla atau
aroma lain yang tidak menyengat. Apakah pasien dapat mengenali aroma.
b) Opticus/pengelihatan
Yaitu dengan meminta kilen untuk membaca bahan bacaan dan mengenali benda-benda
disekitar, jelas atau tidaknya.
c) Okulomotorius/kontriksi dan dilatasi pupil
Yaitu dengan mengkaji arah pandangan, ukur reaksi pupil terhadap pantulan cahaya dan
akomodasinya.
d) Trokhlear/gerakkan bola mata ke atas dan bawah
Yaitu dengan mengkaji arah tatapan, minta pasien melihat ke atas dan bawah.
e) Trigeminal/sensori kulit wajah, pengerak otot rahang
Yaitu dengan menyentuh ringan kornea dengan usapan kapas untuk menguji reflek
kornea (reflek nagatif (diam)/positif (ada gerkkan), mengukur sensasi dari sentuhan ringan
sampai kuat pada wajah, mengkaji nyeri menyilang pada kuit wajah, dan mengkaji
kemampuan klien untuk mengatupkan gigi saat mempalpasi otot-otot rahang.
f) Abdusen/gerakkan bola mata menyamping
Yaitu dengan menkaji arah tatapan, dan meminta pasien melihat kesamping kiri dan
kanan.
g) Facial/ekspresi wajah dan pengecapan
Yaitu dengan meminta klien tersenyum, mengencangkan wajah, mengembungkan pipi,
menaikkan dan menurunkan alis mata, dan melihat kesimetrisannya.
h) Auditorius/pendengaran
Yaitu dengan mengkaji klien terhadap kata-kata yang di bicarakkan, dan menyuruh klien
mengulangi kata/kalimat.
i) IX Glosofaringeal/pengecapan, kemampuan menelan, gerakan lidah
Yaitu dengan meminta pasien mengidentifikasi rasa asam, asin, pada bagian pangkal
lidah, dan gunakkan penekan lidah untuk menimbulkan “reflek gag” serta meminta klien
untuk mengerakkan lidahnya.
j) Vagus/sensasi faring, gerakan pita suara
Yaitu dengan menyuruh pasien mengucapkan “ah”, dan menkaji gerakkan palatum dan
faringeal serta memeriksa kerasnya suara pasien.
k) Asesorius/gerakan kepala dan bahu
Yaitu dengan meminta pasien mengangkat bahu dan memalingkan kepala kearah yang
ditahan oleh pemeriksa, kaji dapatkah klien melawan tahanan yang ringan.
l) Hipoglosal/posisi lidah
Yaitu dengan meminta klien untuk menjulurkan lidah kearah garis tengah dan
menggerakkan ke berbagai sisi.

b. Pengkajian syaraf sensori


a) Minta klien menutup mata
b) Berikkan rasangan pada klien:
 Nyeri superficial: Gunakkan jarum tumpul dan tekankan pada kulit pasien pada titik-titik
yang pemeriksa inginkan, minta pasien untuk mengungkapkan tingkat nyeri dan di bagian
mana
 Suhu: Sentuh klien dengan botol panas dan dingin, suruh pasien mengatakkan sensasi yang
direasakan.
 Vibrasi: Tempelkan garapu tala yang sudah di getarakan dan tempelkan pada falangeal/ujung
jari, meminta pasien untuk mengatakkan adanya getaran.
 Posisi: Tekan ibu jari kaki oleh tangan pemeriksa dan gerakkan naik-turun kemudian
berhenti suruh pasien mengtakkan diatas/bawah.
 Stereognosis: Berikkan pasien benda familiar ( koin atau sendok) dan berikkan waktu
beberapa detik, dan suruh pasien untuk mengatakkan benda apa itu.

c. Pengkajian Reflex:
a. Refleks Bisep
a) Fleksikan lengan klien pada bagian siku sampai 45 derajat, dengan posisi tangan pronasi
(menghadap ke bawah).
b) Letakkan ibu jari pemeriksa pada fossa antekkubital di dasar tendon bisep dan jari-jari lain
diatas tendon bisep.
c) Pukul ibu jari anda dengan reflek harmmer, kaji refleks.
b. Refleks Trisep
a) Letakkan lengan tangan bawah pasien diatas tangan pemeriksa.
b) Tempatkan lengan bawah diantara fleksi dan ekstensi.
c) Meminta pasien untuk merilekkan lengan.
d) Raba terisep untuk mmeastikan otot tidak teggang.
e) Pukul tendon pada fossa olekrani, kaji reflek.
c. Refleks Patella
a) Minta pasien duduk dan tungkai menggantung di tempat tidur/kursi.
b) Rilexkan pasien dan alihkan perhatian untuk menarik kedua tangan di depan dada.
c) Pukul tendo patella, kaji refleks.
d. Refleks Brakhioradialis
a) Letakkan lengan tangan bawah pasien diatas tangan pemeriksa.
b) Tempatkan lengan bawah diantara fleksi dan ekstensi serta sedikit pronasi.
c) Pukul tendo brakhialis pada radius bagian distal dengan bagian datar harmmer, catat reflex.
e. Reflex Achilles
a) Minta pasien duduk dan tungkai menggantung di tempat tidur/kursi seperti pada pemeriksaan
patella.
b) Dorsofleksikan telapak kaki dengan tangan pemeriksa.
c) Pukul tendo Achilles, kaji reflek.
f. Reflex Plantar (babinsky)
a) Gunakkan benda dengan ketajaman yang sedang (pensil/ballpoint) atau ujung stick harmmer.
b) Goreskan pada telapak kaki pasien bagian lateral, dimulai dari ujung telapak kaki sampai
dengan sudut telapak jari kelingking lalu belok ke ibu jari. Reflek positif telapak kaki akan
tertarik ke dalam.
g. Refleks Kutaneus
 Gluteal
a) Meminta pasien melakukan posisi berbaring miring dan buka celana seperlunya.
b) Ransang ringan bagian perineal dengan benda berujung kapas.
c) Reflek positif spingter ani berkontraksi.
 Abdominal
a) Minta klien berdiri/berbaring.
b) Tekan kulit abdomen dengan benda berujung kapas dari lateal ke medial, kaji gerakkan reflek
otot abdominal.
c) Ulangi pada ke-4 kuadran (atas kiri dan kanan dan bawah kiri dan kanan).
 Kremasterik/pada pria
a) Tekan bagian paha atas dalam menggunakkan benda berujung kapas.
b) Normalnya skrotum akan naik/meningkat pada daerah yang diransang.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya
bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan
komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan
merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien.
Pemeriksaan fisik Mutlak dilakukan pada setiap klien, tertama pada klien yang baru
masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat, secara rutin pada klien yang sedang di
rawat, sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien. Jadi pemeriksaan fisik ini sangat penting dan
harus di lakukan pada kondisi tersebut, baik klien dalam keadaan sadar maupun tidak sadar.
Pemeriksaan fisik menjadi sangat penting karena sangat bermanfaat, baik untuk untuk
menegakkan diagnosa keperawatan . memilih intervensi yang tepat untuk proses
keperawatan, maupun untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.

3.2. Saran

Agar pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik, maka perawat harus memahami
ilmu pemeriksaan fisik dengan sempurna dan pemeriksaan fisik ini harus dilakukan secara
berurutan, sistematis, dan dilakukan dengan prosedur yang benar

DAFTAR PUSTAKA

Admit. Pemeriksaan Fisik. http://nursingbegin.com/tag/pemeriksaan-fisik/( online) diakses 6


September 2016.
Bates, Barbara. 1998. Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Jakarta. EGC
Bickley, Lynn S. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates. Jakarta.
EGC
Burnside, John W. 1995. Diagnosis Fisik. Jakarta. EGC
Candrawati. Susiana.Pemeriksaan Fisik system Kardiovaskuler. Diakases tanggal 6
September 2016
Dealey, Carol.2005. The Care Of Wound A Guides For Nurses.Navarra.Balckwell
Publishing. Kusyanti, Eni,dkk. 2006. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium. Jakarta:
EGC.
Read more: PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE
http://nandarnurse.blogspot.com/2013/05/pemeriksaan-fisik-head-to
toe.html#ixzz4JRNGEREe
Under Creative Commons License: Attribution

Anda mungkin juga menyukai