Anda di halaman 1dari 69

KURIKULUM PERGURUAN TINGGI

BERDASARKAN KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA

2
MODUL PRAKTIKUM
0
2
1
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2
E
D
I
S
I

R Penyusun :
Noor Diani, M.Kep, Ns.Sp.Kep.MB
E
Editor :
V
Noor Diani, M.Kep, Ns.Sp.Kep.MB

I
Program Studi Ilmu Keperawatan
S Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat
I MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 1
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

NAMA MAHASISWA :
NIM :
SEMESTER :
NOMOR HP :

Tanda Tangan Mahasiswa

___________________________

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 2


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah melimpahkan


Taufik dan Hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Buku
Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah II untuk mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat.

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Medikal Bedah II ini disusun dengan


tujuan agar mahasiswa memperoleh gambaran umum tentang tatalaksana klien yang
mengalami gangguan sistem kardiovaskular dan hematologi serta pernafasan dan
menjadikannya panduan dalam pelaksanaan praktik di bangsal rumah sakit. Buku
panduan ini berisi tentang informasi umum, proses dan peraturan pelaksanaan
praktikum sistem hematologi dan pernafasan, tujuan dan kompetensi dari praktikum
serta panduan pelaksanaan praktikum.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan buku ini,
maka kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan buku ini.
Kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat dalam proses pencapaian
kemampuan mahasiswa sesuai dengan tujuan dan kompetensi pada praktik
Keperawatan Medikal Bedah II

Banjarbaru, Januari 2021

Penyusun

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 3


DAFTAR ISI

Hal.

Halaman Judul ................................................................................................. 1

Kata Pengantar ................................................................................................ 2

Daftar Isi .......................................................................................................... 3

BAB I Pendahuluan ..................................................................................... 4

BAB II Petunjuk Pelaksanaan Praktikum ..................................................... 5

BAB III Pokok Materi dan Praktikum ........................................................... 7

1. Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu ................................................ 7

2. Pemberian Insulin .......................................................................... 21

3. Perhitungan Kalori Klien dengan Diabetes Melitus ...................... 30

4. Pengkajian Kaki Diabetes Mellitus ............................................... 44

5. Perawatan Kaki Diabetes Mellitus ................................................ 50

6. Irigasi Blader .................................................................................

Daftar Pustaka

Lampiran

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 4


BAB I
PENDAHULUAN

Praktikum Keperawatan Medikal Bedah II merupakan rangkaian dari kegiatan


pembelajaran mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II. Mata ajar ini diberikan
pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Program Reguler semester IV.
Praktikum Keperawatan Medikal Bedah II, memberikan gambaran umum
tentang tatalaksana klien yang mengalami gangguan sistem endokrin, khususnya
tentang pemeriksaan gula darah sewaktu, pemberian insulin, perhitungan kalori pada
pasien diabetes mellitus, dan pengkajian kaki diabetik.

Praktikum Keperawatan Medikal Bedah II ini bermanfaat bagi mahasiswa untuk


memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem hematologi dan
gangguan sistem pernafasan. Dengan adanya praktikum ini mahasiswa mampu
melakukan pengkajian melalui pengumpulan data obyektif dan subyektif yang akurat
dan relevan melalui pengkajian kesehatan dan keperawatan yang sistematik serta dapat
mengikuti pedoman praktik terbaik yang berdasarkan pembuktian (Evidence-based)
dalam melakukan praktik keperawatan.

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 5


BAB II
PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIKUM

a. Ketentuan
1. Praktikkan diharuskan datang tepat waktu, 15 menit sebelum praktikum
dimulai. Jika terlambat kurang dari 15 menit maka praktikkan wajib melapor
ke dosen koordinator dan hanya dapat mengikuti praktikum atas izin dosen
koordinator praktikum. Keterlambatan lebih dari 15 menit dianggap praktikkan
tidak mengikuti praktikum pada hari tersebut. Jumlah kehadiran dalam
praktikum Keperawatan medikal Bedah II adalah 100 %.
2. Setiap akan melaksanakan praktikum diadakan pretest untuk menilai kesiapan
praktikan.
3. Pada saat pelaksanaan praktikum, praktikkan harus membawa Buku Panduan
Praktikum Keperawatan medikal Bedah II, memakai jas praktik dan memakai
identitas/tanda pengenal.
4. Bekerja dengan tertib dan teliti, berpakaian dan berperilaku yang sopan, sesuai
ketentuan, membawa literatur serta alat bantu pembelajaran yang diperlukan
(alat tulis menulis).
5. Jika menemukan kesulitan pada saat praktikum, praktikkan diperkenankan
untuk bertanya kepada dosen pembimbing praktikum.
6. Praktikan diwajibkan menyelesaikan praktikum dengan tepat waktu sesuai
durasi waktu yang telah ditentukan. Kelompok yang belum menyelesaikan
praktikum pada waktu yang telah ditentukan, maka diharuskan mengulang di
waktu yang lain.
7. Setiap selesai praktikum, praktikkan meminta paraf dosen pembimbing
praktikum.

b. Kegiatan

1. Menjelaskan dan mempraktekkan tatacara pelaksanaan tindakan yang terdiri


dari :
a. Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 6


b. Pemberian Insulin
c. Perhitungan Kalori Klien dengan Diabetes Melitus
d. Pengkajian Kaki Diabetes Mellitus
e. Perawatan Kaki Diabetes Mellitus
f. Irigasi Blader

c. Evaluasi
Evaluasi diberikan melalui beberapa mekanisme berikut:
No. Aspek Penilaian Persentasi
1. Pretest 20 %
2. Observasiskill 20 %
3. Tugas 30 %
4. Ujian Praktikum 30 %

d. Tugas
1. Praktikkan akan dibagi berkelompok dan apabila terdapat tugas, maka
bertanggung jawab dalam penyelesaian laporan tersebut.
2. Seluruh laporan dijilid menjadi satu dengan ketentuan kertas HVS A4 80
gram, huruf Times New Roman 12, margin 4-4-3-3 dengan spasi 1.5, jilid
cover depan mika bening dan bagian belakang warna hijau tua.
3. Laporan dikumpulkan pada jadwal praktikum terakhir.

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 7


BAB III
POKOK MATERI DAN PRAKTIKUM

PRAKTIKUM I

Tema : Pemeriksaan Glukosa Darah


Tujuan : Mahasiswa mampu melakukan Pemeriksaan Glukosa Darah pada klien
diabetes mellitus
Tugas : Mempraktekkan cara Pemeriksaan Glukosa Darah pada klien diabetes
mellitus

Monitoring dan Pemeriksaan Kadar Gula Darah

Pemantauan kadar gula darah sendiri atau self-monitoring blood glucose (SMBG)
memungkinkan untuk deteksi dan mencegah hiperglikemia (kadar gula darah tinggi)
atau hipoglikemia (kadar gula darah rendah), serta berperan dalam memelihara
normalisasi gula darah, pada akhirnya akan mengurangi komplikasi diabetik jangka
panjang.

Pemantauan gula darah membantu anda memahami bagaimana makanan, aktivitas


fisik, dan obat-obatan diabetes mempengaruhi kadar gula darah anda. Pemantauan
akan memberitahukan anda ketika gula darah anda rendah atau terlalu tinggi.

Batas ideal kadar gula darah seseorang, sesuai rekomendasi PERKENI 2011 adalah
100 miligram per deciliter (mg/dL) untuk gula darah puasa dan 140 mg per dL untuk
gula darah sesudah makan.

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 8


Pentingnya Pemantauan Pengujian Gula Darah bagi Diabetesi
Pemantauan kadar gula darah penderita diabetes (diabetesi)
secara teratur merupakan bagian yang penting dari
pengendalian diabetes, terutama penderita DM tipe 1, DM
tipe 2 dengan terapi insulin, DM tipe 2 yang sering
mengalami hipoglikemia dan DM Gestasional.
Pemantauan kadar gula darah ini penting karena membantu
menentukan terapi yang tepat sehingga mengurangi resiko
komplikasi yang berat, dan dapat meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes.

Mengapa Diabetesi harus monitor gula darah dengan Glukometer ?

1. Lebih ekonomis dan praktis di banding pemeriksaan di laboratorium


2. Untuk menyesuaikan dosis obat, terutama bagi pengguna insulin sehingga terhindar
dari hipoglikemia
3. Kadar Gula penderita Diabetes Mellitus tipe I sangat berfluktuasi dan cepat berubah

Konsultasikan kepada dokter, kapan dan seberapa sering


Anda harus melakukan tes tersebut. Karena dapat
bervariasi. Dianjurkan pagi hari sebelum sarapan, dua jam
setelah makan, dan malam hari sebelum tidur. Perlu pula
pengukuran pada saat tertentu lainnya. Contohnya
pengukuran yang lebih ketat bila terjadi hipoglikemia
(menurunnya kadar gula darah secara tidak normal), saat
sebelum olahraga dan pada kehamilan.

Simpan catatan dari tes darah, obat-obatan yang dikonsumsi, serta aktivitas harian Anda.
Dan bawa catatan tersebut bila Anda berkonsultasi ke dokter. Yang perlu diperhatikan
dalam memilih Alat Glukometer, adalah alat yang memiliki tingkat akurasi hasil yang
tinggi / mendekati hasil laboratorium, terpercaya serta mudah digunakan.

Monitoring gula darah memiliki beberapa manfaat, yaitu:

 Memandu pasien dalam mengelola gaya hidup.


 Membantu menentukan jenis terapi yang tepat bagi pasien, termasuk menentukan
perubahan jenis obat, dosis atau rekomendasi medis lain.
 Mencegah beberapa komplikasi penyakit
lain akibat keteledoran memeriksa kadar
gula darah, misalnya serangan jantung
koroner, stroke, gagal ginjal, impotensi
serta gangren diabetes.

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 9


Pasien diabetes dapat memonitor gula darah dengan cara:
• Mendatangi klinik atau laboratorium untuk diambil sampel darahnya, kemudian
dilakukan serangkaian tes untuk menentukan kadar gula dalam darah.
• Glukosa meter yang lebih praktis dan mungil.
Pasien tidak perlu datang langsung ke laboratorium
klinik dan juga sampel darah yang diperlukan tidak
sebanyak pada laboratorium.
Yang perlu diperhatikan dalam memilih glukosa meter,
adalah:
o Angka pengukuran harus cepat dan akurat. Pengukuran yang tidak akurat akan
menyebabkan salah mendiagnosa pengobatan, misalnya pada pengukuran rendah,
namun ternyata sebenarnya tinggi, begitu juga sebaliknya.
o Terstandarisasi internasional, dengan angka penyimpangan maksimal 5%.
o Presisi, dengan artian dapat digunakan memeriksa jenis sampel darah yang berbeda
pasien.
Saya berharap gula darah puasa saya adalah : ...............sampai.............
Tindakan yang akan saya lakukan :
Saya akan memeriksa gula darah saya ............................ kali sehari
Inilah saatnya saya akan melakukan cek gula darah : ........................
Contoh : Sebelum makan dan sebelum tidur
Inilah yang saya butuhkan untuk bersiap-siap : ..........................
Contoh : Saya akan membutuhkan meteran saya dan strip
Apa yang akan saya lakukan untuk mengingatkan diri sendiri :.....
Contoh : Mintalah teman atau keluarga untuk mengingatkan saya

Hipoglikemia atau " Gula Darah Rendah "

Secara umum, Hipoglikemia, atau "gula darah rendah",


adalah hasil pemeriksaan gula darah di bawah 70.

Apa Gejala Gula Darah Rendah ?


 Lemah
 Lekas marah atau kecemasan
 Sakit kepala

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 10


 Jantung berdetak cepat
 Penglihatan kabur
 Berkeringat
 Kegoyahan
 Kelaparan

Apa Penyebab Gula Darah Rendah ?


 Makan terlambat
 Obat diabetes terlalu banyak
 Tidak cukup makan
 Aktivitas berat
 Minum alkohol saat perut kosong

Apa yang saya lakukan jika memiliki Gula Darah Rendah ?


Jika gula darah Anda turun di bawah 70 , mengikuti aturan 15-15 " Periksa – lakukan -
Ulangi " :

Periksa gula darah Anda

Lakukan jika kurang dari 70 , makan atau minum 15 gram karbohidrat cepat bereaksi.
Contoh : gel gula , 3-4 tablet gula, setengah cangkir biasa soda atau jus jeruk , atau
secangkir penuh susu rendah lemak.

Ulangi pemeriksaan gula darah setelah 15 menit

Jika masih kurang dari 70 , makan lain 15 gram karbohidrat bereaksi cepat
Lakukan yang terbaik untuk menunggu 15 menit.

Ulangi langkah di atas sampai gula darah Anda naik di atas 70 .


Ketika Anda mulai merasa lebih baik , luangkan waktu untuk beristirahat. Makan
camilan kecil jika Anda butuhkan

Anda dapat mencegah hipoglikemia !


 Makan setiap 3-5 jam
 Jangan berolahraga tanpa memeriksa gula darah pertama, jika gula darah Anda
kurang dari 110 , makan snack
 Minum obat Anda sesuai instruksi medis
 Ajarkan keluarga atau teman-teman bagaimana mengatasi gula darah rendah
 Jangan mengemudi jika gula darah Anda kurang dari kisaran target Anda

Tips
 Selalu membawa sumber gula / karbohidrat ( permen , tablet gula atau gel )
 Untuk mengulangi pemeriksaan gula darah rendah , hubungi tim perawatan
kesehatan Anda

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 11


Hiperglikemia atau " Gula Darah Tinggi "

Hiperglikemia atau gula darah tinggi adalah kadar


gula darah diatas 250 mg / dL, akan
meningkatkan risiko komplikasi terkait diabetes,
menghasilkan gejala-gejala yang tidak
diinginkan, dan dapat menyebabkan penyakit
serius seperti ketoasidosis atau dehidrasi yang
mengancam jiwa .

Apa Gejala Gula Darah Tinggi ?


• Kencing lebih sering , terutama pada malam hari
• Penglihatan kabur
• Kelelahan
• Peningkatan haus
• Peningkatan kelaparan
• Kulit kering

Apa yang Bisa Menyebabkan Gula Darah Tinggi?


• Makan makanan / cairan manis terlalu banyak
• Penyakit / infeksi
• Tidak minum obat diabetes cukup
• Tidak berolahraga
• Lupa untuk minum obat diabetes
• Stres
• Minuml obat-obatan seperti steroid

Apa yang Harus Dilakukan Ketika saya Memiliki Gula Darah Tinggi?
• Minum banyak cairan tanpa gula
• Minum obat-obat diabetes yang diresepkan
• Lihatlah penyebab gula darah tinggi. Bisa salah satu dari ini telah menyebabkan
gula meningkat?

Jika gula darah Anda tidak turun hubungi tim perawatan kesehatan Anda.

Banyak gejala gula darah tinggi adalah sama seperti gula darah rendah. Hal ini penting
untuk memeriksa gula darah Anda sebelum mengobati.

Demikian pentingnya monitoring gula dalam darah bagi penderita diabetes, agar dapat
meminimalkan resiko yang mungkin terjadi.

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 12


STANDART OPERATING PROSEDUR (SOP)
PEMERIKSAAN GULA DARAH

PEMERIKSAAN GLUKOSA DALAM DARAH (GDS)


Pengertian Pemeriksaan gula darah digunakan untuk mengetahui kadar
gula darah seseorang.

Nilai Normal GDS 1. Dewasa : serum dan plasma = 140 mg/dl, darah lengkap =
120mg/dl
2. Anak : 120 mg/dl
3. Lansia : serum dan plasma = 160 mg/dl, darah lengkap =
140 mg/dl

Indikasi 1. Klien yang tidak mengetahui penyakitnya


2. Penderita DM

Tujuan Untuk mengetahui kadar gula sewaktu sebagai indikator


adanya metabolisme karbohidrat

Persiapan Alat 1. Glukometer / alat monitor kadar glukosa darah


2. Kapas Alkohol
3. Hand scone bila perlu
4. Stik GDA / strip tes glukosa darah
5. Lanset / jarum penusuk
6. Bengkok
7. Tempat sampah
Persiapan 1. Menjaga privasi klien
Lingkungan 2. Sebelum dilakukan tindakan probandus / orang coba diberi
informasi untuk tidak makan (puasa) mulai jam 10 malam
(sekitar 12 jam sebelum praktikum dimulai)
Prosedur 1. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada
pasien.
2. Mencuci tangan.
3. Memakai handscone bila perlu
4. Atur posisi pasien senyaman mungkin.
5. Dekatkan alat di samping pasien.
6. Pastikan alat bisa digunakan.
7. Pasang stik GDA pada alat glukometer.
8. Mengurut jari yang akan ditusuk (darah diambil dari salah
satu ujung jari telunjuk, jari tengah, jari manis tangan kiri /
kanan).
9. Desinfeksi jsri ysng sksn ditusuk dengan kapas alkohol

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 13


10. Menusukkan lanset di jari tangan pasien, dan biarkan darah
mengalir secara spontan
11. Tempatkan ujung strip tes glukosa darah (bukan diteteskan)
secara otomatis terserap ke dalam strip
12. Menghidupkan alat glukometer yang sudah terpasang stik
GDA.
13. Menutup bekas tusukkan lanset menggunakan kapas
alkohol.
14. Alat glukometer akan berbunyi dan bacalah angka yang
tertera pada monitor.
15. Keluarkan strip tes glukosa dari alat monitor
16. Matikan alat monitor kadar glukosa darah
17. Membereskan alat.
18. Mencuci tangan.
19. Dokumentasi : catat hasil pada buku catatan

PEMERIKSAAN GLUKOSA DALAM DARAH PADA


KONDISI PUASA DAN 2 JAM SETELAH MAKAN
Pengertian Pemeriksaan gula darah digunakan untuk mengetahui kadar
gula darah seseorang.

Nilai Normal Gula Darah Puasa

Dewasa : serum dan plasma = 70- 110 mg/dl

darah lengkap = 60 - 100mg/dl

Bayi baru lahir = 30 – 80 mg/dl

Anak : 60 - 100 mg/dl

Lansia : 70 - 120 mg/dl

Gula darah 2 jam PP

Dewasa : serum dan plasma = 140 mg/dl darah lengkap


= 120mg/dl

Anak : 120 mg/dl

Lansia : serum dan plasma = 160 mg/dl darah lengkap


= 140 mg/dl

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 14


Indikasi 1. Klien yang tidak mengetahui penyakitnya
2. Penderita DM

Tujuan Untuk mengetahui kadar gula sewaktu puasa dan 2 jam


setelah makan sebagai indikator kerja insulin

Persiapan alat Glukometer / alat monitor kadar glukosa darah


Kapas Alkohol
Hand scone bila perlu
Stik GDA / strip tes glukosa darah
Lanset / jarum penusuk
Bengkok
Tempat sampah
Makanan dan minuman secukupnya
Persiapan lingkungan Menjaga privasi klien
Sebelum dilakukan tindakan probandus / orang coba diberi
informasi untuk tidak makan (puasa) mulai jam 10 malam
(sekitar 12 jam sebelum praktikum dimulai)
Prosedur 1. Jelaskan prosedur tindakan yang dilakukan kepasien.
2. Mencuci tangan.
3. Memakai handscone bila perlu
4. Atur posisi pasien senyaman mungkin.
5. Dekatkan alat di samping pasien.
6. Pastikan alat bisa digunakan.
7. Pasang stik GDA pada alat glukometer.
8. Mengurut jari yang akan ditusuk (darah diambil dari
salah satu ujung jari telunjuk, jari tengah, jari manis
tangan kiri / kanan).
9. Desinfeksi jsri ysng sksn ditusuk dengan kapas alkohol
10. Menusukkan lanset di jari tangan pasien, dan biarkan
darah mengalir secara spontan
11. Tempatkan ujung strip tes glukosa darah (bukan
diteteskan ) secara otomatis terserap ke dalam strip
12. Menghidupkan alat glukometer yang sudah terpasang
stik GDA.
13. Menutup bekas tusukkan lanset menggunakan kapas
alkohol.
14. Alat glukometer akan berbunyi dan bacalah angka yang
tertera pada monitor.
15. Keluarkan strip tes glukosa dari alat monitor
16. Matikan alat monitor kadar glukosa darah
17. Membereskan alat.
18. Mencuci tangan.
19. Dokumentasi : catat hasil pada buku catatan

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 15


DAFTAR PUSTAKA

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni). (2011). Konsensus pengelolaan dan


Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2011. Jakarta: Author.

Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L.,& Cheever, K.H. (2010). Brunner &
Suddarth’s: Textbook of Medical-Surgical Nursing (12th ed.). Philadelphia:
Lippincott Williams &Wilkins.

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 16


PRAKTIKUM II

Tema : Pemberian Insulin pada Klien Diabetes Melitus


Tujuan : Mahasiswa mampu melakukan pemberian insulin pada klien diabetes
mellitus
Tugas : Mempraktekkan cara pemberian insulin pada klien diabetes mellitus

PEMBERIAN INSULIN

1. Pengertian

Insulin termasuk hormon polipeptida yang awalnya diekstraksi dari pankreas


babi maupun sapi, tetapi kini telah dapat disintesis dengan teknologi rekombinan DNA
menggunakan E. Coli. Susunan asam amino insulin manusia berbeda dengan susunan
insulin hewani; insulin rekombinan dibuat sesuai dengan susunan insulin manusia
sehingga disebut sebagai human insulin.

Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel beta dari pulau-pulau
langerhans di dalam kelenjar pancreas dan digunakan untuk mengontrol kadar glukosa
dalam darah (Soegondo, 2013). Sekresi insulin terdiri dari 2 komponen. Komponen
pertama yaitu: sekresi insulin basal kira-kira 1 unit/jam dan terjadi diantara waktu
makan, waktu malam hari dan keadaan puasa. Komponen kedua yaitu sekresi insulin
prandial yang menghasilkan kadar insulin 5-10 kali lebih besar dari kadar insulin basal
dan diproduksi secara pulsatif dalam waktu 0,5-1 jam sesudah makan dan mencapai
puncak dalam 30-45 menit, kemudian menurun dengan cepat mengikuti penurunan
kadar glukosa basal. Insulin endogen adalah insulin yang dihasilkan oleh pancreas,
sedang insulin eksogen adalah insulin yang disuntikkan dan merupakan suatu produk
farmasi (Soegondo, 2013).

2. Tipe Insulin

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 17


Menurut Shiel (2012) Tipe insulin terdiri dari aksi cepat (rapid acting), aksi pendek
(short acting), aksi menengah (intermediate acting), aksi lama (long-acting) dan
campuran (pre-mixed). Pembagiannya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel : Tipe-Tipe Insulin dan Cara Kerja dalam Tubuh

Nama
Jenis Insulin Waktu Aturan Pengaturan Gula Darah
Insulin
Novorapid
Rapid-Acting Humalog
Apidra
Onset 15-30 menit Digunakan bersamaan makan. Jenis
Peak 30-90 menit ini digunakan bersamaan dengan
Duration 1-5 jam jenis insulin longer-acting.
Actrapid
Short Acting
Humulin R
Onset ½-1 jam Digunakan untuk mencukupi insulin
Peak 2-5 jam setelah makan 30-60 menit.
Duration 2-8 jam
NPH
Intermediate-
Insulatard
Acting
Humulin N
Onset 1-2 ½ jam Digunakan untuk mencukupi insulin
Peak 3-12 jam selama setengah hari atau sepanjang
Duration 18-24 jam malam. Jenis ini biasa dikombinasi
dengan jenis rapid-acting atau short-
acting.
Lantus
Long-Acting
Levemir
Onset ½-3 jam Digunakan untuk mencukupi insulin
Peak 6-20 jam seharian. Jenis ini biasa dikombinasi
Duration 20-36 jam dengan jenis rapid-acting atau short-
acting.
Novomix
30/70
Pre-Mixed*
Humalog
mix 25/75
Onset 10-30 menit Produk ini biasanya digunakan dua
Peak ½ -12 jam kali sehari sebelum makan. Premixed
Duration 14-24 jam insulin adalah kombinasi dengan
proporsi yang spesifik insulin
intermediate-acting dan insulin
short-acting insulin di satu botol atau
insulin pen.

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 18


Sumber : dimodifikasi dari Shiel (2012).

3. Cara Pemberian Insulin

Cara pemberian insulin ada beberapa macam: a) intra vena: bekerja sangat cepat
yakni dalam 2-5 menit akan terjadi penurunan glukosa darah, b) intramuskuler:
penyerapannya lebih cepat 2 kali lipat daripada subkutan, c) subkutan: penyerapanya
tergantung lokasi penyuntikan, pemijatan, kedalaman, konsentrasi. Lokasi abdomen
lebih cepat dari paha maupun lengan. Jenis insulin human lebih cepat dari insulin
animal, insulin analog lebih cepat dari insulin human. Insulin diberikan subkutan
dengan tujuan mempertahankan kadar gula darah dalam batas normal sepanjang hari
yaitu 80-120 mg% saat puasa dan 80-160 mg% setelah makan. Untuk pasien usia
diatas 60 tahun batas ini lebih tinggi yaitu puasa kurang dari 150 mg% dan kurang dari
200 mg% setelah makan. Karena kadar gula darah memang naik turun sepanjang hari,
maka sesekali kadar ini mungkin lebih dari 180 mg% (10 mmol/liter), tetapi kadar
lembah (through) dalam sehari harus diusahakan tidak lebih rendah dari 70 mg% (4
mmol/liter). Insulin sebaiknya disuntikkan di tempat yang berbeda, tetapi paling baik
dibawah kulit perut.

Dosis dan frekuensi penyuntikan ditentukan berdasarkan kebutuhan setiap


pasien akan insulin. Untuk tujuan pengobatan, dosis insulin dinyatakan dalam unit (U).
Setiap unit merupakan jumlah yang diperlukan untuk menurunkan kadar gula darah
kelinci sebanyak 45 mg% dalam bioassay. Sediaan homogen human insulin
mengandung 25-30 IU/mg.

Gambar Pemberian Insulin

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 19


Gambar. Langkah-Langkah Pemberian Insulin

Sumber : Diani, dkk (2013)

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 20


4. Tujuan dan Manfaat Terapi Insulin

Tujuan terapi insulin adalah menjaga kadar gula darah normal atau mendekati
normal. Pada diabetes tipe 1, tubuh kehilangan kemampuan untuk memproduksi
insulin. Dengan demikian, insulin eksogenus harus diberikan dalam jumlah tak
terbatas. Pada diabetes mellitus tipe 2 akan membutuhkan insulin apabila terapi jenis
lain tidak dapat mencapai target pengendalian kadar glukosa darah dan keadaan
stress berat seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark miokard akut
atau stroke. Pada diabetes tipe 2, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi jangka
panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia
oral tidak berhasil mengontrolnya. Pada klien diabetes mellitus tipe 2 kadang
membutuhkan insulin secara temporer selama mengalami sakit, infeksi, kehamilan,
pembedahan atau beberapa kejadian stress lainnya (Smeltzer et al., 2010).

Berdasarkan berbagai penelitian klinis tentang manfaat terapi insulin adalah


pada pasien hiperglikemia memperbaiki luaran klinis. Selain dapat memperbaiki status
metabolik dengan cepat, terutama kadar glukosa darah, juga memiliki efek lain yang
bermanfaat, antara lain perbaikan inflamasi. Terapi insulin intensif pada pasien gawat
darurat yang dirawat di ruang intensif terbukti dapat menurunkan angka kematian. Hal
tersebut terutama disebabkan oleh penurunan angka kejadian kegagalan organ multipel
akibat sepsis. Sementara itu, perbaikan luaran klinis pada pasien mungkin disebabkan
oleh efek insulin terhadap perbaikan stres oksidatif dan pelepasan berbagai molekul
proinflamasi yang dikeluarkan saat terjadi hiperglikemia akut.

Insulin yang diberikan lebih dini dan lebih agresif menunjukkan hasil klinis yang
lebih baik terutama berkaitan dengan masalah glukotoksisitas. Hal tersebut
diperlihatkan oleh perbaikan fungsi sel beta pankreas. Insulin juga memiliki efek lain
yang menguntungkan dalam kaitannya dengan komplikasi DM. Terapi insulin dapat
mencegah kerusakan endotel, menekan proses inflamasi, mengurangi kejadian
apoptosis, dan memperbaiki profil lipid. Dengan demikian, secara ringkas dapat
dikatakan bahwa luaran klinis pasien yang diberikan terapi insulin akan lebih baik.
Insulin, terutama insulin analog, merupakan jenis yang baik karena memiliki profil
sekresi yang sangat mendekati pola sekresi insulin normal atau fisiologis.

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 21


5. Komplikasi Terapi Insulin
a. Hipoglikemia

Komplikasi terapi insulin yang paling penting adalah hipoglikemia.


Terapi insulin intensif untuk mencapai sasaran kendali glukosa darah yang
normal atau mendekati normal cenderung meningkatkan risiko hipoglikemia.
Edukasi terhadap pasien dan penggunaan rejimen terapi insulin yang
mendekati fisiologis dapat mengurangi frekuensi hipoglikemia.

b. Peningkatan berat badan.

Pada pasien dengan kendali glukosa yang buruk, peningkatan berat


badan tidak dapat dihindari karena terapi insulin memulihkan massa otot dan
lemak (pengaruh anabolik insulin). Penyebab peningkatan berat badan yang
lain adalah makan yang berlebihan serta kebiasaan mengudap untuk
menghindari hipoglikemia. Pasien yang menjalani terapi insulin umumnya
melakukan diet yang lebih longgar dibandingkan dengan diet ketat saat terapi
dengan obat antidiabetik oral. Hal tersebut juga dapat menyebabkan
peningkatan berat badan.

c. Edema insulin.

Edema dapat muncul pada pasien yang memiliki kendali glukosa darah
buruk (termasuk pasien KAD) akibat retensi garam dan air yang akut. Edema
dapat menghilang secara spontan dalam beberapa hari. Kadang-kadang
dibutuhkan terapi diuretika untuk menatalaksana hal tersebut.

d. Reaksi lokal terhadap suntikan insulin.

Lipohipertrofi merupakan pertumbuhan jaringan lemak yang berlebihan


akibat pengaruh lipogenik dan growth-promoting dari kadar insulin yang tinggi
di tempat penyuntikan. Hal itu dapat muncul pada pasien yang menjalani
beberapa kali penyuntikan dalam sehari dan tidak melakukan rotasi tempat
penyuntikan. Lipoatrofi adalah hilangnya jaringan lemak pada tempat

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 22


penyuntikan. Saat ini, dengan penggunaan sediaan insulin yang sangat murni,
lipoatrofi sudah sangat jarang terjadi.

e. Alergi

Saat ini, dengan penggunaan sediaan insulin yang sangat murni, alergi
insulin sudah sangat jarang terjadi.

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 23


DAFTAR PUSTAKA

Diabetes Association of Pierce County© 2007 BJB & DGH www.dapc.info. Diunduh
pada 28 Januari 2014

Diani, N., Astuti, A., Lestari, D.T., dan Rantung, J., 2013. Sehat Bersama Diabetes :
Manajemen Mandiri Diabetes Mellitus, Program Ners Spesialis Peminatan
Endokrin, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Mayfield, J.A., 2004. Insulin Therapy for Type 2 Diabetes: Rescue, Augmentation, and
Replacement of Beta-Cell Function,
http://www.postgradmed.com/issues/1997/02_97/skyler.htm. Diunduh pada 28
januari 2014.

Sprengelmeyer, TBS and Novakofski, KC, 2004. Extension provides equal


opportunity in program and employment.
http://urbanext.illinois.edu/diabetes/pdf/med/types.pdf. Diunduh pada 28
januari 2014.

Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L.,& Cheever, K.H. (2010). Brunner &
Suddarth’s: Textbook of Medical-Surgical Nursing (12th ed.). Philadelphia:
Lippincott Williams &Wilkins.

Soegondo, S. (2013). Prinsip Penanganan Diabetes, Insulin dan Obat Hipoglikemik


Oral dalam Soegondo, S., Soewondo, P., & Subekti, I. (Eds.).
Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Shiel Jr., W.C. (2012). Diabetes Treatment, Di unduh dari


http://www.medicinenet.com/diabetes_treatment/page7.htm#treatment_of_di
abetes_with_insulin

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 24


PRAKTIKUM III

Tema : Perhitungan Kalori Klien dengan Diabetes Melitus


Tujuan : Mahasiswa mampu melakukan perhitungan kalori klien dengan diabetes
melitus
Tugas : Menghitung jumlah kalori sesuai dengan kebutuhan klien diabetes
mellitus

PERHITUNGAN KALORI KLIEN DENGAN DIABETES MELITUS

1. Pendahuluan

Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang


berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya Manusia.
Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan suatu
negara. Walaupun belum ada survei nasional, sejalan dengan perubahan gaya hidup
termasuk pola makan masyarakat Indonesia diperkirakan penderita DM ini semakin
meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa keatas pada seluruh status sosial
ekonomi.

Data penderita Diabetes Melitus di Amerika Serikat yang dirilis pada 26 Januari
2011 jumlah penderitanya tercatat 25,8 juta yang terdiri dari anak-anak dan orang
dewasa. Hal tersebut berarti 8,3% dari populasi-memiliki diabetes. Berbeda dengan
data pada tahun 2007, yang menggunakan data glukosa puasa untuk memperkirakan
diabetes dan pradiabetes, pada tahun 2011 menggunakan glukosa puasa dan tingkat
HbA1C. Pada tahun 2003 berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia
diperkirakan diabetisi di daerah urban sebesar 14,7% dan daerah rural sebesar 7,2%.
Data dari World Health Organization (WHO) memprediksi kenaikan pasien diabetes
melitus di Indonesia pada tahun 2010 menjadi 21,3 juta orang dari sebelumnya 8,4 juta
pada tahun 2000. Separuh dari jumlah tersebut tidak menyadari penyakitnya dan baru

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 25


terdiagnosis ketika sudah ada komplikasi. Data RISKESDAS 2007, kasus diabetes
melitus di Kalimantan Selatan adalah 1,1%.

Seseorang dikatakan Diabetes sesuai kriteria berdasarkan Standards of Medical


Care in Diabetes 2010, yaitu : HbA1C > 6,5 %, Gula Darah Puasa/ FPG > 126 mg/dL
(7 mmol/L), puasa didefinisikan tidak adanya ambilan kalori sedikitnya selama 8 jam -
2 jam glukosa plasma > 200 mg/dL (11,1 mmol/L) selama OGTT dengan asupan
glukosa sebanding dengan 75 glukosa anhydrous yang dilarutkan. Pasien dengan
keluhan klasik hiperglikemia atau krisis hiperglikemia dengan Glukosa Darah
Sewaktu > 200 mg/dL (11,1 mmol/L). Kepatuhan pada pasien terhadap prinsip gizi
dan perencanaan makan merupakan salah satu kendala pada pelayanan diabetes.

Terapi gizi merupakan komponen utama keberhasilan penatalaksanaan diabetes.


Berdasarkan rekomendasi The American Diabetes Association (ADA) 2003 terapi gizi
medis memerlukan pendekatan tim yang terdiri dari dokter, dietisien, perawat dan
petugas kesehatan lain serta pasien itu sendiri untuk meningkatkan kemampuan setiap
pasien dalam mencapai kontrol metabolik yang baik.

Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia yang telah disusun oleh


PERKENI terakhir tahun 2011 yang mengadopsi dari ADA (American Dietetic
Assosiation) antara lain memberikan pedoman tentang perhitungan kebutuhan gizi
orang dengan diabetes dan anjuran penggunaan Daftar Bahan Makanan Penukar dalam
penyuluhan perencanaan makan orang dengan diabetes. Pilar penatalaksanaan
Diabetes Melitus meliputi 1) Edukasi, 2) Terapi Gizi, 3) Latihan Fisik, 4) Pengobatan.
Terapi Gizi merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes secara total. Salah satu
keberhasilan terapi gizi, adalah adanya keterlibatan secara menyeluruh dari anggota
tim (dokter, ahli gizi, perawat dan petugas kesehatan lain serta pasien itu sendiri). Oleh
karena itu berikut ini akan dipaparkan mengenai penatalaksanaan diet bagi penderita
diabetes mellitus sebagai bagian dari penerapan Terapi Gizi.

2. Terapi Gizi Penderita Diabetes Melitus (Diabetesi)


Sesuai dengan tujuan umum terapi gizi adalah membantu diabetesi memperbaiki
kebiasaan hidup dan olah raga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik.

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 26


Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah :

a. Mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal dengan keseimbangan


asupan makanan dengan insulin (endogen atau eksogen) atau obat hipoglikemik
oral dan tingkat aktifitas.
b. Mencapai kadar serum lipid yang optimal.
c. Memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan berat badan
yang memadai orang dewasa, mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang
normal pada anak dan remaja, untuk meningkatkan kebutuhan metabolik selama
kehamilan dan laktasi penyembuhan dari penyakit katabolik. Berat badan memadai
diartikan sebagai berat badan yang dianggap dapat dicapai dan dipertahankan baik
jangka pendek maupun jangka panjang oleh orang dengan diabetes itu sendiri
maupun oleh petugas kesehatan.
d. Menghindari dan menangani komplikasi akut orang dengan diabetes yang
menggunakan insulin seperti hipoglikemia, penyakit-penyakit jangka pendek,
masalah yang berhubungan dengan kelainan jasmani dan komplikasi kronik
diabetes seperti : penyakit ginjal, neuropati automik, hipertensi dan penyakit
jantung.
e. Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.

3. Pengaturan Diet bagi Penderita Diabetes (Diabetesi)

Prinsip pengaturan makan pada diabetisi hampir sama dengan anjuran makan
untuk orang sehat masyarakat umum, yaitu makanan yang beragam bergizi dan
berimbang atau lebih dikenal dengan gizi seimbang maksudnya adalah sesuai dengan
kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Hal yang sangat penting
ditekankan adalah pola makan yang disiplin dalam hal Jadwal makan, Jenis dan
Jumlah makanan atau terkenal dengan istilah 3J.

Pengaturan porsi makanan sedemikian rupa sehingga asupan zat gizi tersebar
sepanjang hari. Penurunan berat badan ringan atau sedang (5-10kg) sudah terbukti
dapat meningkatkan kontrol diabetes, walaupun berat badan idaman tidak dicapai.
Penurunan berat badan dapat diusahakan dicapai dengan baik dengan penurunan

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 27


asupan energi yang moderat dan peningkatan pengeluaran energi. Dianjurkan
pembatasan kalori sedang yaitu 250-500 kKal lebih rendah dari asupan rata-rata
sehari.

Komposisi makanan yang dianjurkan meliputi:

a. Karbohidrat

Rekomendari ADA tahun 1994 lebih memfokuskan pada jumlah total


karbohidrat daripada jenisnya. Rekomendasi untuk sukrosa lebih liberal. Buah dan
susu sudah terbukti mempunyai respon glikemik yang lebih rendah dari pada sebagian
besar tepung-tepungan. Walaupun berbagai tepung-tepungan mempunyai respon
glikemik yang berbeda, prioritas hendaknya lebih pada jumlah total karbohidrat yang
dikonsumsi daripada sumber karbohidrat.

Anjuran konsumsi karbohidrat untuk diabetesi di Indonesia:

1) 45-65% total asupan energi.


2) Pembatasan karbohidrat tidak dianjurkan < 130 g/hari.
3) Makanan harus mengandung lebih banyak karbohidrat terutama berserat tinggi.
4) Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% sehari ( 3-4 sdm)
5) Makan 3 kali sehari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat dalam sehari.

Penggunaan pemanis alternatif pada diabetesi, aman digunakan asal tidak


melebihi batas aman (Accepted Dialy Intake), antara lain :

1) Fruktosa < 50 gr/hr, jika berlebih menyebabkan diare


2) Sorbitol < 30 gr, jika berlebih menyebabkan kembung dan diare
3) Manitol < 20 gr/hr
4) Aspartam 0 mg/ kg BB?hr
5) Sakarin 1 gr/hr
6) Acesulfame K 15 mg/kg BB/hr

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 28


7) Siklamat 11 mg/kg BB/hr

Bukti ilmiah menunjukkan bahwa penggunaan sukrosa sebagai bagian dari


perencanaan makan tidak memperburuk kontrol glukosa darah pada individu dengan
diabetes tipe 1 dan 2. Sukrosa dari makanan harus diperhitungkan sebagai pengganti
karbohidrat makanan lain dan tidak hanya dengan menambahkannya pada
perencanaan makan. Dalam melakukan subtitusi ini kandungan zat gizi dari makanan-
makanan manis yang pekat dan kandugan zat gizi lain dari makanan yang
mengandung sukrosa harus dipertimbangkan, seperti lemak yang sering ada bersama
sukrosa dalam makanan.

Fruktosa menaikkan glukosa plasma lebih kecil daripada sukrosa dan


kebanyakan karbohidrat jenis tepung-tepungan. Dalam hal ini fruktosa dapat
memberikan keuntungan sebagai bahan pemanis pada diet diabetes. Namun
pengaruhnya dalam jumlah besar (20% energi) potensial merugikan pada kolesterol
dan LDL. Penderita disiplemia hendaknya menghindari mengkonsumsi fruktosa
dalam jumlah besar, namun tidak ada alasan untuk menghindari makanan seperti buah-
buahan dan sayuran yang mengandung fruktosa alami maupun konsumsi sejumlah
sedang makanan yang mengandung pemanis fruktosa. Sorbitol, manitol dan xylitol
adalah gula alkohol biasa mengadung 7 kalori/gram menghasilkan respon glikemik
lebih rendah daripada sukrosa dan karbohidrat lain. Penggunaan pemanis tersebut
secara berlebihan dapat mempunyai pengaruh laksatif. Sakarin, aspartame adalah
pemanis tak bergizi yang dapat diterima sebagai pemanis pada semua penderita DM.

b. Serat

Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan untuk
orang yang tidak diabetes yaitu dianjurkan mengkonsumsi 20-35gr serat makanan dari
berbagai sumber bahan makanan. Di Indonesia anjurannya adalah kira-kira 25gr/1000
kalori/hari dengan mengutamakan serat larut air.

c. Protein

Menurut konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia tahun 2006 kebutuhan


protein untuk diabetisi 15%-20% energi. Perlu penurunan asupan protein menjadi

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 29


0,8g/kg berat badan perhari atau 10% dari kebutuhan energi dengan timbulnya
nefropati pada orang dewasa dan 65% hendaknya bernilai biologik tinggi. Sumber
protein yang baik adalah ikan, seafood, daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk
susu rendah lemak, kacang-kacangan dan tahu-tempe.

d. Total lemak

Anjuran asupan lemak di Indonesia adalah 20-25% energi. lemak jenuh < 7%
kebutuhan energi dan lemak tidak jenuh ganda <10% kebutuhan energi, sedangkan
selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal. Asupan kolesterol makanan hendaknya
dibatasi tidak lebih dari 300 mg perhari. Apabila peningkatan LDL merupakan
masalah utama, dapat diikuti anjuran diet disiplin diet dislipidemia. Tujuan utama
pengurangan konsumsi lemak jenuh dan kolesterol adalah untuk menurunkan risiko
penyakit kardiovaskular.

e. Garam

Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan penduduk biasa yaitu
tidak lebih dari 3000mgr atau sama dengan 6-7g (1 sdt) garam dapur, sedangkan bagi
yang menderita hipertensi ringan sampai sedang, dianjurkan 2400mgr natrium perhari
atau sama dengan 6gr/hari garam dapur. Sumber natrium antara lain adalah garam
dapur, vetsin dan soda.

f. Alkohol

Anjuran penggunaan alkohol untuk orang dengan diabetes sama dengan


masyarakat umum. Dalam keadaan normal, kadar glukosa darah tidak terpengaruh
oleh penggunaan alkohol dalam jumlah sedang apabila diabetes terkendali dengan
baik. Alkohol dapat meningkatkan resiko hipoglikemia pada mereka yang
menggunakan insulin atau sulfonylurea. Karena itu sebaiknya hanya diminum pada
saat makan. Bagi orang dengan diabetes yang mempunyai masalah kesehatan lain
seperti pancreatitis, dislipidemia, atau neuropati mungkin perlu anjuran untuk
mengurangi atau menghindari alkohol. Asupan kalori dari alkohol diperhitungkan
sebagai bagian dari asupan kalori total dan sebagai penukar lemak (1 minuman alcohol
sama dengan 2 penukar lemak).

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 30


g. Kebutuhan kalori

Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.
Komposisi energy adalah 45-65% dari karbohidrat, 10-20% dari protein dan 20-25%
dari lemak. Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan
orang dengan diabetes. Di antaranya adalah dengan memperhitungkan kebutuhan
kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/kg BB ideal, ditambah dan dikurangi
bergantung pada beberapa faktor yaitu jenis kelamin, umur, aktivitas,
kehamilan/laktasi, adanya komplikasi dan berat badan.

Perhitungan berat badan ideal (BBI) dengan rumus Brocca yang dimodifikasi: BBI =
90% x (TB dalam cm-100) x 1 kg

Bagi pria dengan TB di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm, rumus modifikasi
menjadi: BBI = (TB dalam cm – 100) x 1 kg

BB Normal : bila BB ideal ± 10%

BB Kurus : < BBI + 10%

BB Gemuk : > BBI + 10%

4. Faktor-faktor penentu kebutuhan energi, yaitu:

a. Jenis kelamin

Kebutuhan kalori wanita sebesar 25 kkal/kg BB ideal dan pria 30 kkal/kg


BB ideal

b. Umur

1) Pasien usia > 40 tahun, kebutuhan kalori :


a) 40-59 tahun dikurangi 5% dari energi basal
b) 60-69 tahun dikurangi 10 % dari energi basal
c) > 70 tahun dikurangi 20% dari energi basal
2) Pada bayi dan anak-anak kebutuhan kalori adalah jauh lebih tinggi daripada
orang dewasa, dalam tahun pertama bisa mencapai 112 kal/kg BB.

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 31


3) Umur 1 tahun membutuhkan lebih kurang 1000 kalori dan selanjutnya pada
anak-anak lebih daripada 1 tahun mendapat tambahan 100 kalori untuk tiap
tahunnya.

c. Aktifitas fisik atau pekerjaan

Kebutuhan kalori ditambah sesuai dengan intensitas aktifitas fisik.


Penambahan kalori dari aktifitas fisik:

1) Keadaan istirahat : ditambah 10% dari kebutuhan basal


2) Keadaan aktifitas ringan: ditambahkan 20% dari kebutuhan basal
3) Keadaan aktifitas sedang: ditambahkan 30% dari kebutuhan basal
4) Keadaan aktifitas berat dan sangat berat: ditambahkan 40 & 50% dari
kebutuhan basal

Jenis aktifitas dikelompokkan sebagai berikut :

1) Keadaan istirahat : berbaring di tempat tidur.


2) Ringan : pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli hukum, ibu rumah
tangga dan lain-lain
3) Sedang : pegawai di industri ringan, mahasiswa, militer yang sedang tidak
perang, .
4) Berat : petani, buruh, militer dalam keadaan latihan, penari, atlit.
5) Sangat berat : tukang becak, tukang gali, pandai besi.

d. Berat badan

1) Bila gemuk : dikurangi 20-30% tergantung dari tingkat kegemukan.


2) Bila kurus : ditambah 20-30% tergantung dari tingkat kekurusan untuk
menambah berat badan.
3) Untuk tujuan penurunan berat badan jumlah kalori yang diberikan paling
sedikit 1000-1200 kalori perhari untuk wanita dan 1200-1600 kalori
perhari untuk pria.

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 32


Pembagian makanan sejumlah kalori terhitung dibagi dalam 3 porsi besar
makan pagi (20%), siang (30%) dan sore (25%) serta 2-3 porsi makanan ringan
(10 -15 %). Untuk meningkatkan kepatuhan pasien, sejauh mungkin perubahan
dilakukan secara bertahap dan harus disesuaikan dengan kebiasaan makan.

Cara pemilihan makanan dapat dilihat pada piramida makanan seperti dalam
lampiran (1). Bila diabetisi yang mengidap penyakit lain, pola pengaturan makan
disesuaikan dengan penyakit penyertanya. Cara lain perhitungan kebutuhan kalori
adalah seperti table I. dan ada pula cara yang lebih gampang lagi adalah dengan
pegangan kasar yaitu untuk pasien kurus 2300-2500 kalori, normal 1700-2100
kalori, dan gemuk 1300-1500 kalori.

Tabel 1. Kebutuhan Kalori Diabetisi

Kalori/Kg BB Ideal
Status Gizi
Kerja Santai Sedang Berat
Gemuk 25 30 35
Normal 30 35 40
Kurus 35 40 40-50

e. Bila hamil/ menyusui

Pada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150 kalori/ hari dan pada
trimester II dan III 350 kalori/hari. Pada waktu laktasi diperlukan tambahan
sebanyak 550 kalori/hari.

f. Adanya komplikasi

Infeksi, trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikan suhu memerlukan


tambahan kalori sebesar 13% untuk tiap kenaikan 1 derajat celcius.

g. Perencanaan makan untuk diabetisi

Untuk perencanaan pola makan sehari, pasien diberi petunjuk berapa


kebutuhan bahan makanan setiap kali makan dalam sehari dalam bentuk Penukar

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 33


(P). Berdasarkan pola makan pasien tersebut dan Daftar Bahan Makanan Penukar,
dapat disusun menu makanan sehari-hari.

5. Penggunaan Daftar Bahan Makanan Penukar

Daftar bahan makanan penukar adalah suatu daftar nama bahan makanan dengan
ukuran tertentu dan dikelompokkan berdasarkan kandungan kalori, protein, lemak dan
hidrat arang. Setiap kelompok bahan makanan dianggap mempunyai nilai gizi yang
kurang lebih sama. Dikelompokkan menjadi 8 kelompok bahan makanan yaitu :

• Golongan I : bahan makanan sumber karbohidrat.


• Golongan II : bahan makanan sumber protein hewani
• Golongan III : bahan makanan sumber protein nabati
• Golongan IV : sayuran
• Golongan V : buah-buahan
• Golongan VI : susu
• Golongan VII : minyak
• Golongan VIII : makanan tanpa kalori

6. Kesimpulan

a. Memahami pengaruh karbohidrat terhadap kadar glukosa darah adalah kunci


untuk pengelolaan diabetes.
b. Pengaturan makan diabetesi sangat berperanan dalam pengontrolan kadar gula
darah oleh karena itu perlu sekali dilakukan pendokumentasian hasil
monitoring meliputi kadar gula darah, kadar HbA1c, kadar lipid darah, tekanan
darah, berat.
c. Penerapan CATING bila dilaksanakan secara teratur dan konsisten, serta
memperhatikan asupan protein dan lemak sangat baik untuk tercapainya tujuan
jangka pendek yaitu pengontrolan kadar gula darah dan berat badan serta
mencegah komplikasi lanjut yaitu penyakit kardiovaskuler.

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 34


FORMAT PERHITUNGAN KEBUTUHAN KALORI

KLIEN DIABETES MELITUS

NAMA KLIEN
USIA 18 Tahun
Tinggi Badan 165 cm Berat Badan (Aktual) 58 Kg
BB Ideal ❶ = 0,9 X (TB – 100) BB Ratio % = 100 X BB/(TB – 100)
= 0,9 x (65) = 100 x 58/58,5
= 58,5 Kg ❶ = 99 %
BB Ideal (khusus) = (TB – 100)
KRITERIA BB
Wanita <150 cm = Kg Kurus BBR < 90%
Pria < 160 cm Normal BBR 90 – 110 %
Gemuk BBR > 110 %
Obesitas BBR > 120 %
KALORI BASAL Laki-laki ❷ 30 kcal/kg BB ❷
❷ Wanita 25 kcal/kg BB
AKTIVITAS BED REST Keadaan istirahat dari aktivitas rumah tangga
RINGAN Pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli hukum,
IRT (dengan asistensi)
SEDANG Pegawai di industri ringan, mahasiswa, militer
tidak berperang
BERAT Petani, buruh, militer sedang latihan, penari, atlit
SANGAT BERAT Tukang becak, tukang gali, pandai besi
PERHITUNGAN KALORI
Kebutuhan Kalori Basal = = 58,5 X 30 = 1755 Kcal ❸
❶X ❷
Koreksi Kebutuhan
①USIA > 40 tahun = - 5 % X ❸ (-) Kcal
≥ 60 tahun = - 10 % X ❸
≥ 70 tahun = - 20 % X ❸
②Kriteria BB Kurus = + 20 % X ❸ (+) Kcal
Gemuk = - 20 % X ❸ ( -) Kcal
Obesitas = - 30 % X ❸

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 35


③AKTIVITAS Bed rest = + 10 % X ❸ (+) 526 Kcal
Ringan = + 20 % X ❸
Sedang = + 30 % X ❸
Berat = + 40 % X ❸
Sangat Berat = + 50 % X ❸
Kehamilan/ Laktasi Trimester I (+) 150 Kcal (+) Kcal
Trimester II-III (+) 350 Kcal
Menyusui (+) 550 Kcal
Hasil Laboratorium GDS
Kolesterol
Total Kebutuhan Kalori/Hari = 2281 Kcal
DIET DM = Kcal
Sumber karbohidrat Jumlah Penukar
Sumber Protein Jumlah
Sumber Lemak Jumlah
Sayur dan buah Jumlah
Natrium 3000 mg Normal
2400 mg Hipertensi
DISLIPIDEMIA Batasi asupan kolesterol < 300 mg Lihat Brosur AMC
Golongan II: Protein Hewani Utamakan rendah
lemak, Hindari tnggi
lemak
Golongan VI: Susu Utamakan Susu tanpa
lemak dan rendah
lemak
Golongan VII: Minyak Perjarang lemak jenuh
ASAM URAT Coret Bahan-bahan yang dilarang Lihat Brosur AMC
dari Golongan II, III, IV dan V

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 36


DAFTAR PUSTAKA

Bajaj, J.S. (1983). Malnutrition Diabetes-Pre Federation Post Graduate Course on


Diabetes Mellitus in General Medicine, Bangkok.

WHO (1974). Handbook of Human Nutritional Requirements. WHO monograph


series 61, Geneva.

Krall, L.P. and Richard, S.B. (1989). “Nutrition and Diabetes” Joslin Diabetes
Manual. Twelfth Edition Philadelpia, London Lea & Febiger.

PERKENI (2011). Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus di Indonesia.

America Diabetes Association (1994). Medical Nutrition Therapy and Blood Glucose
Monitoring Maximizing the Role of Nutrition in Diabetes Management.

Kartini S., Sarwono W., Slamet S., dan Rosa R. (2007). Daftar Bahan Makanan
Penukar Petunjuk Praktis Sistematik dan Lengkap untuk Perencanaan
Makan. Subbag Metabolik-Endokrin FKUI & Instansi Gizi RSCM.

Kartini, S. (2013). Bagaimanakah Perencanaan Makan pada Penyandang Diabetes


dalam Soegondo, S., Soewondo, P., & Subekti, I. (Eds.). Penatalaksanaan
Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 37


PRAKTIKUM IV

Tema : Pengkajian Kaki Diabetik


Tujuan : Mahasiswa mampu melakukan pengkajian kaki diabetik sebagai
sumber data pengkajian untuk tindakan keperawatan selanjutnya dan
monitoring status kesehatan klien
Tugas : Pengumpulan data dan monitoring status kesehatan klien

PENGKAJIAN KAKI DIABETIK

A. Definisi

Pemeriksaan kaki diabetic merupakan suatu kegiatan pemeriksaan kondisi kaki


pada penderita diabetes untuk mengetahui adanya gangguan vaskularisasi, neuropathi,
infeksi dan deformitas sebagai akibat komplikasi dari penyakit diabetes yang diderita
klien

B. Prinsip

a. Akurat dan sistematis


b. Bersih
c. Kenyamanan klien

C. Peralatan

a. Formulir pengkajian dan alat tulis


b. Timbangan berat badan dan meteran tinggi badan
c. Doppler vascular dan sphygmomanometer (jika tidak tersedian Doppler
siapkan Stetoskop)
d. Garputala 128 Hz
e. Monofilament Semmes Weinstein 10gr
f. Reflek hammer

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 38


D. Tindakan/ Prosedur

a. Cuci Tangan
b. Persiapan klien :
1) Salam terapeutik
2) Informed consent dan kontrak kepada klien
c. Berikan kenyamanan pada klien :
1) Bantu klien pada posisi yang nyaman
2) Tawarkan bantuan lain yang kiranya dibutuhkan klien
d. Lakukan anamnesa sesuai panduan format :
1) Klarifikasi data demografi (sebelumnya telah diisi dengan melihat status
klien)
2) Anamnesa riwayat penyakit sistemik
3) Anamnesa sosial (perilaku resiko)
4) Anamnesa adanya nyeri
5) Anamnesa riwayat pembedahan terdahulu
6) Anamnesa riwayat penyakit sekarang berkaitan dengan luka
7) Anamnesa penggunaan alas kaki
e. Lakukan inspeksi pada area kaki (kulit, kuku dan adanya disfungsi
biomekanik : calus, corns, hammer toe, dll)
f. Lakukan pemeriksaan neurologis pada area kaki ;
1) Pemeriksaan menggunakan monofilament Semmes Weinstein 10gr
2) Pemeriksaan sensasi vibrasi menggunakan garputala 128 Hz
3) Pemeriksaan reflek tendon patella dan achiles
g. Lakukan pemeriksaan vaskularisasi kaki
1) Palpasi denyut nadi dorsalis pedis dan tibia posterior atau popliteal jika ada
riwayat amputasi pada area angle
2) Lakukan pengukuran Ankle Brachial Index
h. Klasifikasikan hasil pengkajian berdasarkan klasifikasi resiko kaki diabetik
sesuai panduan
i. Terminasi pertemuan dengan klien
j. Cuci tangan

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 39


k. Lakukan pendokumentasian : tindakan yang telah dilakukan dan catat hasil
pengkajian

E. Fokus Evaluasi

Tentukan tindak lanjut dari hasil pengkajian yang didapatkan dan kolaborasi
dengan tim educator atau dokter berdasarkan klasifikasi resiko kaki diabetik sesuai
temuan

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 40


FORMAT PENGKAJIAN KAKI DIABETES

STATUS KAKI DIABETES


Nomor RM :
Nama :
Umur : Thn bln hr
Jenis Kelamin : L P
Alamat Rumah :
Tlp. Rumah/ Kantor/
:
HP
c Berat Lingkar
Tinggi Badan : : kg IMT : : cm
m Badan Pinggang
Lama Menderita
: DM tipe 1 : DM tipe 2 :
Diabetes
Gula Darah saat
: GDN : mg/dl GD2JPP : mg/dl GDS : mg/dl
MRS
HbA1c : Tanggal :
Dokter yang Merawat Saat Ini :
PENYAKIT SISTEMIK
Penyakit jantung koroner Penyakit pembuluh serebral (Stroke) Nefropati
Penyakit pembuluh darah Gagal jantung kongestif (Decomp. Cordis) Hipertensi
perifer
Hiperlipidemia Retinopati Dialisis Neuropati
ANAMNESIS SOSIAL
Merokok : batang/ha Pekerjaan :
ri
NYERI RIWAYAT BEDAH TERDAHULU
Nyeri istirahat Klaudikasio Amputasi : Lokasi :
Nyeri memberat dengan berjalan Tahun :
Rasa tebal/ pegal Rasa terbakar/ teriris Bedah vaskular Bedah kaki
Keluhan kaki lain, sebutkan : Ulserasi kaki
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Faktor penyebab luka kaki :
Keluhan utama kaki :
Kebiasaan memakai alas kaki : Selalu Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
Saat ini berjalan pada luka yang terbuka : Ya Tidak
Perawatan luka sekarang :
Alas kaki : Sepatu Sepatu sandal Sandal
Insole alas kaki : Rata Berbenjol Bermagnet
Bahan : Plastik Kulit Kain
Tinggi tumit : < 5 cm > 5 cm
Status Kaki Diabetes : Halaman 1

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 41


KAJIAN NEUROLOGIS
Monofilament Semmes Wein Stein 10 gram
Isi lingkaran pada gambar kaki dibawah ini : + Terasa / - Tidak terasa

Kaki Kaki Kaki Kaki


Kanan Kiri Kanan Kiri
Refleks lutut +/- +/- Refleks Tumit +/- +/-
Biotensimeter (Dorsal
Sensasi vibrasi +/- +/-
Digital)
KAJIAN SIRKULASI
Kaki Kanan Kaki Kiri
Klaudisio intermiten :
Nyeri istirahat :
Nyeri pada malam hari :
PEMERIKSAAN KAKI
Kaki
Kaki Kaki Kaki
Kulit Kuku Kana
Kanan Kiri Kiri
n
Perabaan kaki dingin Penebalan
Kulit berkilap Infeksi jamur
Atrofi lemak subkutan Tumbuh ke dalam
Robor Filling time jari (N : 1-3)
Pucat pada elevasi
Tidak ada rambut kaki
Denyut
Kaki Kaki Kaki Kaki
Denyut Dorsalis Pedis Tibialis
Kanan Kiri Kanan Kiri
Posterior
Kuat Kuat
Lemah Lemah
Hilang Hilang
ABI (Ankle Brachial Index) (N : 0,9-1)
Status Kaki Diabetes : Halaman 2

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 42


Kaki Kaki
Disfungsi Kaki Kiri Disfungsi Kaki Kiri
Kanan Kanan
Biomekanis Biomekanis
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Kalus Amputasi
Below knee
Corns
amputasi
Bunion Jempol
Hammer Toes Lainnya
Kaki Charcot
SKOR RESIKO KAKI DIABETES
(Klasifikasi Status Resiko dengan Skor Resiko Klinik Diabetes East Avenue Medical Center)
Deformitas struktural 2
Hilang sensasi protektif 3
Penyakit vaskuler perifer 1 Penilaian Skor :
Riwayat ulserasi/ amputasi 3 1–3 : Resiko Rendah
Menderita DM > 10 tahun 2 4–8 : Resiko Sedang
Nefropati/ Retinopati 1 9 – 13 : Resiko Tinggi
Penyakit jantung/ Merokok 1
JUMLAH SKOR
Selulitis/ Ulserasi/ Ganggren
Kaki Kaki Kaki Kaki
Kanan Kiri Kanan Kiri
Tidak ada ulkus 0 0 Ulkus dasar tulang 2 2
Deformitas 0 0 Abses 3 3
Edema 0 0 Osteomeilitis 3 3
Selulitis 0 0 Sepsis sendi 3 3
Ulkus superfisial 1 1 Ganggren 4 4
Ulkus dasar tenson/ kapsul 2 2 Ganggren seluruh kaki 5 5
ILUSTRASI/ GAMBAR

Banjarbaru,
Dokter yang merawat,

Nama jelas & Tanda tangan


Status Kaki Diabetes : Halaman 3

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 43


PRAKTIKUM V

Tema : Perawatan Kaki Klien Diabetes Mellitus


Tujuan : Mahasiswa mampu melakukan perawatan kaki klien diabetes mellitus
Tugas : Mengumpulkan data tentang perawatan kaki klien diabetes mellitus

PERAWATAN KAKI KLIEN DIABETES MELITUS

1. Pendahuluan

Perspektif perawatan diabetes saat ini menyetujui peran sentral klien dalam
merawat kesehatan dirinya atau mengatur dirinya. Perawatan kesehatan diri
menunjukan bahwa klien secara aktif memonitor dan berespon terhadap perubahan
lingkungan dan kondisi biologis dengan beradaptasi terhadap berbagai aspek
perawatan yang dipesankan untuk memelihara keadekuatan metabolisme dan
mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi. Perilaku perawatan kesehatan diri
pada klien diabetes melitus meliputi pemantauan glukosa darah atau urin di rumah,
penyesuaian asupan makanan khususnya karbohidrat dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari, pemberian terapi (insulin atau obat hipoglikemik oral), keteraturan
aktivitas fisik, perawatan kaki, keteraturan kunjungan berobat, serta perilaku-perilaku
lain tergantung pada jenis diabetes (WHO, 2003).

Pendidikan merupakan komponen penting dari perawatan kaki. Pemeriksaan


kaki tiap hari adalah langkah pertama untuk menemukan masalah cedera awal untuk
mendapatkan perawatan kaki yang tepat. Kaki harus dilihat setiap hari setelah mandi
atau mandi dan sebelum mengenakan sepatu dan kaos kaki. Gunakan cermin dan
letakkan di lantai untuk melihat kaki. Pemeriksaan kaki harus dilakukan dalam
pencahayaan yang baik. Meskipun sebagian besar orang dengan diabetes tahu bahwa
mereka harus memeriksa kaki mereka setiap hari, akan tetapi banyak yang tidak tahu
bagaimana melakukan ini dengan benar atau apa yang mereka evaluasi (Heitzman,
2010).

Permasalahan kaki merupakan penyebab utama angka kesakitan dan kematian


pada orang dengan diabetes melitus. Masalah kaki juga merupakan masalah yang

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 44


umum pada klien dengan diabetes melitus dan hal ini menjadi cukup berat akibat
adanya ulkus serta infeksi, bahkan akhirnya dapat menyebabkan amputasi. Terjadinya
ulkus diantaranya adalah akibat ketidakpatuhan dalam melakukan tindakan
pencegahan, pemeriksaan kaki, serta kebersihan, kurang melaksanakan pengobatan
medis, aktivitas klien yang tidak sesuai, kelebihan berat badan, penggunaan alas kaki
yang tidak sesuai, kurangnya pendidikan klien, pengontrolan glukosa darah dan
perawatan kaki.

2. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan perawatan kaki klien diabetes melitus dapat dilihat dari


beberapa panduan seperti :

a. Menurut Waspadji (2009) penatalaksanaan perawatan kaki dapat dibagi menjadi


tiga yaitu:
1) Pencegahan Primer (pencegahan terjadinya kaki diabetik dan terjadinya ulkus)
Pencegahan primer dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan
mengenai terjadinya kaki diabetik. Penyuluhan harus dilakukan pada setiap
kesempatan pertemuan dengan klien. Penyuluhan dilakukan oleh semua pihak
yang terkait dengan pengelolaan diabetes melitus, meliputi perawat, ahli gizi,
ahli perawatan kaki dan dokter. Periksalah kaki klien selanjutnya berikan
penyuluhan bagaimana cara pencegahan dan perawatan kaki, sepatu atau alas
kaki bagi klien diabetes, latihan kaki untuk memperbaiki vaskularisasi.

2) Pencegahan Sekunder (pencegahan dan pengelolaan ulkus atau ganggren


diabetik yang sudah terjadi).
Pencegahan sekunder, upaya-upaya yang termasuk dalam pencegahan
sekunder yaitu: mechanical control (pressure control), wound control,
microbiological control (infection control) vascular control, metabolic control,
dan educational control. Pencegahan ini dilakukan khususnya pada klien
diabetes melitus dengan masalah kaki komplikasi yaitu kombinasi
insensitivitas, iskemia dan atau deformitas, serta riwayat adanya tukak,
deformitas Charcot.

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 45


3) Pencegahan Tersier (pencegahan agar tidak terjadi kecacatan lebih lanjut
walaupun sudah terjadi penyulit).
Pencegahan tersier, upaya yang dilakukan untuk mencegah lebih lanjut
terjadinya kecacatan kalau penyulit sudah terjadi seperti amputasi tungkai
bawah. Pengelolaan konservatif dengan medikamentosa, debridemen,
mengatasi infeksi.

b. Pedoman dasar untuk perawatan kaki dan pemilihan alas kaki yang dikembangkan
oleh National Institutes of Health dan American Diabetes Association untuk
mencegah terjadi cedera (Heitzman, 2010), yaitu :

1) Kaki Bersih, Kering, dan Lembut.


Mencuci kaki dan antara jari-jari kaki dengan air hangat (tidak panas) dan
sabun dan dikeringkan dengan kain lembut. Lotion dapat digunakan pada atas
atau bawah kaki dan bukan antara jari-jari kaki. Bedak antara jari-jari kaki untuk
menjaga kulit tetap kering.

2) Perawatan Kulit.
Klien diabetes melitus harus menggunakan alas kaki, baik di dalam
ruangan atau di luar ruangan. Mengenakan pakaian hangat, pada musim dingin
menggunakan kaos kaki katun untuk melindungi kulit dari cuaca dingin dan
basah. Kaos kaki tidak memiliki lubang atau bersambung, memiliki jahitan
tebal, atau memiliki band elastis yang menyebabkan cedera pada kulit. Kaos
kaki harus diganti setiap hari untuk mencegah kelembaban dari keringat yang
bisa menyebabkan iritasi kulit.

3) Perawatan Kuku.
Kuku harus dipotong lurus untuk menghindari lesi pada kuku. Klien yang
mengalami kesulitan melihat kaki mereka, mencapai jari-jari kaki mereka, atau
memiliki kuku kaki menebal harus dibantu oleh orang lain atau perawat
kesehatan untuk memotong kuku kaki. Menghilangkan kalus untuk
mengurangi tekanan di bawah tulang dan dapat membantu membebaskan
beban tekanan setempat untuk mengurangi kemungkinan pembentukan ulkus.

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 46


4) Sepatu.
Waktu yang tepat klien membeli sepatu yakni sore hari ketika kaki
membesar. Kaki harus diukur setiap membeli sepatu baru karena struktur
berubah. Kedua bagian sepatu kiri dan kanan, harus dicoba sebelum membeli.
Hindari penggunaan sepatu yang pada bagian jari kakinya yang sempit, sepatu
hak tinggi, sol keras, dan tali antara jari kaki. Sepatu harus nyaman, sepatu
harus sesuai dengan bentuk kaki dan terbuat dari bahan yang lembut dengan
tempat tumit kaku, bantalan dan fleksibilitas pada bola kaki, kotak jari kaki
yang mendalam dan luas, dan dukungan lengkungan yang baik. Sepatu harus
diperiksa setiap hari untuk melihat adanya benda asing, dan daerah kasar.
Mengubah sepatu beberapa kali sehari untuk memvariasikan tekanan pada
kaki. Tekanan sepatu yang terlalu ketat atau terlalu longgar dapat
menyebabkan iritasi mekanis. Sepatu harus disimpan pada udara kering pada
malam hari untuk mencegah penumpukan air, yang dapat menyebabkan iritasi
kulit lebih lanjut.

c. Menurut Smeltzer et al. (2010), tips atau cara melakukan perawatan kaki adalah :
1) Memelihara kadar glukosa darah dalam batas normal bersama tim kesehatan
yang memberikan perawatan diabetes.
2) Lakukan pemeriksaan kaki setiap hari dengan mengamati adanya luka, lecet,
bintik kemerahan dan pembengkakan, gunakan kaca untuk memeriksa bagian
dasar kaki, dan periksa adanya perubahan suhu.
3) Mencuci kaki setiap hari, mencuci kaki dengan air hangat, keringkan dengan
lembut terutama diantara jari kaki, kaki jangan digosok-gosok, dan tidak
memeriksa suhu air dengan kaki, gunakan termometer atau siku.
4) Menjaga kulit agar tetap halus dan lembut dengan memberikan pelembab
diatas dan dibawah kaki, tetapi tidak diantara jari kaki.
5) Menggunakan batu apung untuk melembutkan kapalan (callus).
6) Memotong kuku kaki setiap minggu atau ketika diperlukan: memotong kuku
jari kaki lurus dan bagian tepi kuku dihaluskan.
7) Menggunakan sepatu dan kaos kaki setiap waktu, tidak berjalan tanpa alas
kaki, memakai sepatu yang nyaman, cocok serta yang dapat melindungi kaki,

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 47


selalu memeriksa bagian dalam sepatu sebelum dipakai pastikan
permukaannya lembut dan tidak terdapat objek atau benda kecil.
8) Lindungi kaki dari panas atau dingin, memakai sepatu pada area yang panas,
memakai kaos kaki pada waktu malam jika kaki dingin.
9) Mempertahankan kelancaran aliran darah kekaki, meninggikan kaki ketika
duduk, gerakan jari dan sendi kaki keatas dan kebawah selama 5 menit, selama
2 atau 3 kali sehari. Jangan menyilangkan kaki dalam jangka waktu lama, dan
tidak merokok.
10) Memeriksa kaki bersama dengan petugas kesehatan untuk menemukan
kemungkinan adanya masalah yang serius, segera beri tahu pemberi pelayanan
kesehatan jika luka, lecet, atau bengkak tidak mulai sembuh setelah satu hari.
Ikuti saran pemberi pelayanan kesehatan mengenai perawatan kaki, tidak
melakukan pengobatan sendiri untuk mengobati masalah kaki.

d. Menurut Monalisa & Gultom (2009) pemeriksaan kaki sehari-hari dengan


memeriksa bagian atas kaki atau punggung kaki, telapak kaki, sisi-sisi kaki dan
sela-sela jari. Untuk melihat telapak kaki, tekuk kaki menghadap muka (bila sulit,
gunakan cermin untuk melihat bagian bawah kaki atau minta bantuan orang lain)
untuk memeriksa kaki. Periksa apakah ada kulit retak atau melepuh, periksa
apakah ada luka dan tanda-tanda infeksi (bengkak, kemerahan, hangat, nyeri, darah
atau cairan lain yang keluar dari luka, dan bau).

Perawatan kaki sehari-hari meliputi :

1) Bersihkan kaki setiap hari pada waktu mandi dengan air bersih dan sabun
mandi. Bila perlu gosok kaki dengan sikat lembut atau batu apung. Keringkan
kaki dengan handuk lembut dan bersih termasuk daerah sela-sela jari kaki,
terutama sela jari kaki ketiga-keempat dan keempat-kelima.
2) Berikan pelembab lotion (baby lotion) pada daerah kaki yang kering agar kulit
tidak menjadi retak. Tetapi jangan berikan pelembab pada sela-sela jari karena
sela-sela jari akan menjadi lembab dan dapat menimbulkan tubuhnya jamur.
3) Gunting kuku kaki lurus mengikuti bentuk normal jari kaki, tidak terlalu
pendek atau terlalu dekat dengan kulit, kemudian kikir agar kuku tidak tajam.

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 48


Bila penglihatan kurang baik, mintalah pertolongan orang lain untuk
memotong kuku atau mengikir kuku setiap dua hari sekali. Hindarkan
terjadinya luka pada jaringan sekitar kuku. Bila kuku keras sulit untuk
dipotong, rendam kaki dengan air hangat (37ºC) selama sekitar 5 menit,
bersihkan dengan sikat kuku, sabun dan air bersih. Bersihkan kuku setiap hari
pada waktu mandi dan berikan krim pelembab kuku.
4) Pakai alas kaki sepatu atau sandal untuk melindungi kaki agar tidak terjadi
luka, juga di dalam rumah. Jangan gunakan sandal jepit karena dapat
menyebabkan lecet disela jari pertama dan kedua.
5) Gunakan sepatu atau sandal yang baik sesuai dengan ukuran dan enak untuk
dipakai, dengan ruang dalam sepatu yang cukup untuk jari-jari. Pakailah kaos/
stocking yang pas dan bersih terbuat dari bahan yang mengandung katun.
Syarat sepatu yang baik untuk kaki diabetik adalah :
a) Ukuran : sepatu lebih dalam.
b) Panjang sepatu ½ inchi lebih panjang dari jari-jari kaki terpanjang saat
berdiri (sesuai cetakan kaki).
c) Bentuk : ujung sepatu lebar (sesuai lebar jari-jari kaki).
d) Tinggi tumit sepatu kurang dari 2 inchi.
e) Bagian dalam bawah sepatu (insole) tidak kasar dan licin, terbuat dari
bahan busa karet, plastik dengan tebal 10-12 mm.
f) Ruang dalam sepatu longgar, lebar sesuai bentuk kaki.
6) Periksa sepatu sebelum dipakai, apakah ada kerikil, benda-benda tajam seperti
jarum dan duri. Lepas sepatu setiap 4-6 jam serta gerakkan pergelangan dan
jari-jari kaki agar sirkulasi darah tetap baik terutama pada pemakaian sepatu
baru.
7) Bila menggunakan sepatu baru, lepaskan sepatu setiap 2 jam kemudian periksa
keadaan kaki.
8) Bila ada luka kecil, obati luka dan tutup dengan pembalut bersih. Periksa
apakah ada tanda-tanda radang.
9) Segera ke dokter bila kaki mengalami luka.
10) Periksakan kaki ke dokter secara rutin.

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 49


FORMAT PRAKTIK PERAWATAN KAKI

Petunjuk: Berilah tanda check list (√) pada kolom Ya atau Tidak sesuai dengan
pilihan Bapak/ Ibu/ Saudara (i) lakukan atau tidak lakukan berkaitan dengan praktik
perawatan kaki

Dilakukan
No Aktivitas
Ya Tidak
1 Apakah Bapak/ Ibu/ Saudara (i) setiap hari minum obat antidiabetik
untuk mencegah komplikasi
2 Apakah Bapak/ Ibu/ Saudara (i) setiap hari mencuci kaki
3 Apakah Bapak/ Ibu/ Saudara (i) menggunakan air hangat untuk
mencuci kaki/ saat mandi
4 Apakah Bapak/ Ibu/ Saudara (i) sebelum menggunakan air hangat
terlebih dahulu mencek suhu air
5 Apakah kaki yang telah dicuci dikeringkan dengan lembut,
khususnya diantara jari kaki
6 Apakah pada sela jari kaki Bapak/ Ibu/ Saudara (i) diberi bedak
agar tetap kering
7 Apakah bagian atas dan bawah kaki Bapak/ Ibu/ Saudara (i) selalu
diberi pelembab
8 Apakah pada sela jari kaki Bapak/ Ibu/ Saudara (i) diberi pelembab
9 Apakah Bapak/ Ibu/ Saudara (i) jika menggunakan kaos kaki sering
mengganti kaos kaki.
10 Apakah kuku kaki yang panjang dipotong mengikuti bentuk kuku
sampai kesudut kuku (tidak lurus)
11 Apakah setiap hari Bapak/ Ibu/ Saudara (i) melakukan pemeriksaan
pada kaki
12 Apakah alas kaki yang digunakan nyaman dan tidak sempit
13 Apakah sebelum memakai sepatu Bapak/ Ibu/ Saudara (i) selalu
membersihkan bagian dalamnya terhadap benda-benda asing seperti
kerikil atau benda-benda kecil lainnya
14 Apakah Bapak/ Ibu/ Saudara (i) selalu menggunakan alas kaki
ketika berjalan
15 Apakah Bapak/ Ibu/ Saudara (i) segera berkonsultasi ke dokter/
petugas/ahli yang menangani diabetes jika ada perubahan pada kaki
dengan tanda-tanda : kemerahan, nyeri, atau adanya luka baik kecil
maupun besar.

Sumber: Modifikasi Hasnain & Sheikh (2009)

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 50


DAFTAR PUSTAKA

Hasnain, S. & Sheikh, H.S. (2009). Knowledge and Practices Regarding Foot Care in
Diabetic Patients Visiting Diabetic Clinic in Jinnah Hospital Lahore. Journal
Pakistan Medical Association, 59(10), 659-687.

Heitzman, J. (2010). Foot Care for Patients With Diabetes. 26(3), 250–263. Diunduh
dari http://www.nursingcenter.com/lnc/journalarticle?Article_ID=1047440

Monalisa, T. & Gultom, Y. (2009). Perawatan Kaki Diabetes dalam Soegondo, S.,
Soewondo, P.,& Subekti, I. (Eds.). Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L.,& Cheever, K.H. (2010). Brunner &
Suddarth’s: Textbook of Medical-Surgical Nursing (12th ed.). Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.

Waspadji, S. (2009). Diabetes Melitus: Mekanisme Dasar dan Pengelolaannya yang


Rasional dalam Soegondo, S., Soewondo, P., & Subekti, I. (Eds.).
Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

World Health Organization. (2003). Section III : Disease-Specific Reviews, Adherence


to Long-Term Therapies : Evidence for Action. Di unduh dari
http://www.who. int/chp/knowledge/publicantions/adherence_section3.pdf

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 51


PRAKTIKUM VI

Tema : Irigasi Kandung Kemih

Tujuan : Mahasiswa mampu melakukan intervensi irigasi kandung kemih

Tugas : Memdemontrasikan cara pelaksanaan irigasi kandung kemih

IRIGASI KANDUNG KEMIH

Pengertian :
Irigasi kateter adalah pencucian kateter urin untuk mempertahankan kepatenan
kateter urin menetap, dengan larutan streil. Karena darah, pus, sediment dapat
terkumpul di dalam selang dan menyebabkan distensi kandung kemih dan urin tetap
berada di tempatnya.

Ada 2 metode tambahan untuk irigasi kateter yaitu :


1. Irigasi kandung kemih secara tertutup. Sistem ini memungkinkan seringnya irigasi
kontinu tanpa gangguan pada sisitem kateter steril. Sistem ini sering digunakan
pada klien dengan bedah genita urinaria dan yang kateternya beresiko mengalami
penyumbatan oleh pragmen lendir dan bekuan darah.
2. Dengan membuka sistem drainase tertutup untuk menginstilasi irigasi kandung
kemih. Teknik ini menimbulkan resiko lebih besar terjadinya infeksi. Namun
demikian kateter ini diperlukan saat kateter tersumbat dan kateter tidak ingin
diganti (misal setelah pembedahan prostat) dokter dapat memprogramkan irigasi
kandung kemih untuk klien yang mengalami infeksi kandung kemih, yang
larutanya terdiri dari antiseptik atau anti biotik untuk membersihkan kandung
kemih atau mengobati infeksi lokal.

Kedua irigasi tersebut menerapkan teknik aseptik steril (Potter & Perry, 2005).
Dengan demikian irigasi kandung kemih adalah proses pencucuian kandung kemih
dengan aliran cairan yang diprogramkan oleh dokter.

Tujuan :
1. Untuk mempertahankan kepatenan kateter urin.
2. Mencegah terjadinya distensi kandung kemih karena adanya penyumbatan kateter
urin misalnya darah atau pus.
3. Membersihkan kandung kemih.

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 52


4. Untuk mengobati infeksi lokal.

Prinsip:
1. Menjaga privasi pasien.
2. Prosedur steril.

Alat :
1. Larutan irigasi steril sesuai suhu dalam kantong dengan suhu ruangan.
2. kateter poley (3 saluran)
3. Selang irigasi dengan klem.(dengan atau tanpa konektor Y)
4. Sarung tangan steril sekali pakai.
5. Tiang penggantung.
6. Kapas anti septik.
7. Wadah metrik.
8. Konektor Y
9. Selimut mandi.

Rasional alat :
1. Larutan yang dingin dapat menyebabkan spasme kandung kemih.
2. Klem mengatur aliran irigasi.
3. Penghubung Y memungkinkan selang terhubung dengan kantong dan dapat
menghubungkan selang irigasi ke kateter yang mempunyai dua buah lumen.

Pelaksanaan:
1. Ikuti protokol standar.
2. Kaji abdomen bawah untuk tanda distensi kandung kemih.
3. Dengan menggunakan teknik aseptik masukan ujung selang irigasi steril kedalam
kantong yang berisi larutan irigasi.
4. Tutup klem selang dan gantung larutan pada tiang penggantung.
5. Buka klem dan alirkan larutan melalui selang pertahankan ujung selang steril,
tutup klem.
6. Putar (off) bagian irigasi kateter lumen triple atau hubungkan konektor Y steril
kateter lumen ganda kemudian hubungkan ke selang irigasi.
7. Yakinkan kantong drainase dan selang dengan aman dihubungkan dengan bagian
ke drainase konektor Y triple ke kateter lumen ganda.
8. Klem selang pada sistim drainase untuk aliran intermiten, buka klem pada selang
irigasi, dan alirkan sejumlah cairan yang diperogramkan masuk ke kandung kemih.
9. Tutup klem selang irigasi, kemudian buka klem selang darinase.
10. Untuk irigasi kontine hitung kecepatan tetesan dan atur klem pada selang irigasi
secara tepat. Yakinkan klem pada selang drainase pada kantong drainase.
11. Buang alat yang terkontaminasi lepas sarung tangan dan cuci tangan.

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 53


12. Catat jumlah larutan yang digunakan sebagai irigasi.
13. catat Jumlah yang kembali ke darainase.
14. Laporkan oklusi kateter, perdarahan tiba2, infeksi atau peningkatan nyeri.

Rasional langkah:
1. Mendeteksi apakah kateter atau klem drainase urin tidak berfungsi, menyumbat di
drainase.
2. Mengurangi transmisi mikro organisme.
3. Mencegah kehilangan larutan urigasi.
4. Menghilangkan udara silang.
5. Kateter 3 saluran atau konektor Y memberikan cara untuk larutan irigasi masuk ke
kandung kemih. Sistim harus tetap steril.
6. Menyakinkan bahwa urin dan larutan irigasi akan mengalir ke kandung kemih.
7. Mencegah akumulasi larutan di kandung kemih yang dapat menyebabkan distensi
kandung kemih atau menyebabkan cidera.
8. Mendokumentasikan prosedur dan respon klien.

Respon klein yang membutuhkan tindakan segera:


1. Klien mengeluh nyeri atau spasme kandung kemih karena irigasi terlalu dingin.
2. Ada darah atau bekuan darah dalam selang irigasi.

Tindakanya :
1. Lambatkan atau hentikan irigasi kandung kemih.
2. Memerlukan peningkatan kecepatan aliran. (tujuan intervensi ini adalah
mempertahankan patensi kateter, sel darah mempnuyai potensi menyumbat
kateter).

Penyuluhan pada klien :


Beritahu klien untuk mengobservasi darinase urin untuk tanda dara dan mukus,
perubahan warna, atau perubahan konsistensi. Klien harus diinstruksikan untuk
mempertahankan asupan oral sedikitnya 2 liter/ hari ini melarutkan urin dan
meningkatkan aliran urin.

TUJUAN DAN METODE LATIHAN KEGEL (Kozier, 1995)


Tujuan :
1. meningkatkan tonus otot kandung kemih dan kekuatan otot dasar panggul serta
sfingter uretra agar dapar tertututp dengan baik.
2. Meningkatkan efisiensi serta memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Meningklatkan aliran darah ke ginjal.
4. Memperpanjang interval waktu berkemih sehingga lansia dapat menahan sensasi
untuk berkemih sebelum waktunya.

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 54


Metode Latihan
1. Berdiri atau duduk dengan kaki terbuka.
2. Kontraksikan atau pejamkan rektum, uretra dan vagina lalu tahan dengan hitungan
3-5 detik.
3. Lakukan setiap kontraksi 10 kali frekwensi 5 kali sehari.
4. Anjurkan lansia untuk mencoba memulai dengan membuang air seni dan
menghentikan laju urin pada pertenganhan.

METODE BLADDER RETRAINING (Kozier, 1995)


1. Anjurkan lansia untuk miksi atau buang air kecil pada waktu sesuai dengan jadwal
meskipun ada sensasi miksi atau tidak. Karena hal ini akan membantu
meningkatkan tonus otot kandung kemih dan kontrol volunteer.
2. Jika lansia mampu untuk mengontrol miksinya, interval jadwal miksi bias
diperpanjang.
3. Berikan minum sebanyak 150-200ml 1,5 jam sebelum miksi 2 jam menjelang
tidur.
4. Hindarkan minuman yang mengandung stimulan seperti teh, kopi, dan minuman
alkohol.
5. Berikan dorongan positif dengan memodifikasi tingkah laku dan libatkan keluarga
dalam perawatan lansia.

TEKNIK MERANGSANG REFLEKS BERKEMIH (Carpernito)


1. Anjurkan lansia mengambil posisi setengah duduk.
2. Mengetuk secara langsung kandng kemih 7 – 8 kali setiap 5 detik dengan
menggunakan satu tangan.
3. Pindahkan rangsangan di atas kandung kemih untuk menentukan sisi yang paling
berhasil.
4. Lanjutkan rangsangan sampai mulai aliran baik.
5. Tunggu kira-kira 1 menit, ulangai rangsangan samapai kandung kemih kosong.
Bila dilakukan rangsangan satu atau dua kali tidak ada respon , maka tidak ada lagi
urin yang akan dikeluarkan.

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 55


DAFTAR PUSTAKA
B.B Purnomo, Dasar-dasar urologi, Malang :fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya, 2003.
Nursalam, Asuhan Keperawatan pada pasien Gangguan Sistem Perkemohan, Jakarta:
Salemba Medika 2007.

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 56


PENILAIAN KETERAMPILAN
MELAKUKAN IRIGASI KANDUNG KEMIH

NAMA :
NIM :
NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
A. Tahap Pre Interaksi / Nurse Station
1. Persiapan perawat
a. Kesiapan diri perawat melakukan tindakan
b. Kebersihan tangan: sebelum bertemu pasien*
1) Jika tangan tampak bersih maka Handrub
2) Jika tangan tampak kotor maka Handwash
2. Persiapan pasien
a. Baca status dan data klien untuk memastikan program irigasi
kandung kemih*
b. Identifikasi: Nama / Umur / No RMK pasien
c. Mengkonfirmasi kontrak sebelumnya terkait tindakan yang akan
dilakukan
3. Persiapan alat dan bahan: Cek alat dan bahan yang akan digunakan
a. Selimut mandi
b. Pengalas bengkok
c. Selang dan cairan irigasi steril
d. Konektor (bila kateter yang digunakan doble lumer)
e. Klem
f. Sarung tangan
g. Antiseptic
4. Kebersihan tangan menggunakan Handrub: sebelum bertemu pasien*
5. Mengkaji kebutuhan pasien tentang irigasi kandung kemih
6. Memvalidasi data tentang irigasi kandung kemih
B. Tahap Orientasi
1. Beri salam dan tersenyum pada pasien
2. Menanyakan identitas pasien berupa Nama dan umur pasien*
3. Cek warna gelang (pink/biru) identitas dan samakan dengan data awal
pasien*
4. Panggil nama kesukaan pasien dan menatap mata pasien
5. Perkenalkan nama perawat dan menunjukkan sikap terbuka pada pasien
6. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien
7. Jelaskan tujuan tindakan yang dilakukan
8. Menjelaskan informed consent pada pasien dan keluarga

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 57


9. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
10. Tanyakan keluhan klien saat ini
D. Tahap Kerja
1. Jaga privasi klien dengan memasang sampiran
2. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien untuk melakukan tindakan
irigasi kandung kemih
3. Tinggikan tempat tidur sampai ketingian kerja yang nyaman
Kebersihan tangan Handrub: sebelum bertemu pasien
4. Memakai sarung tangan
5. Memasang sampiran
6. Memasang selimut mandi
Membuka pakaian bawah ditutup selimut
7. Kaji keadaan urine warna sekret sediment
8. Tentukan jenis kateter yang digunakan (triplet atau double lumen)
9. Pastikan kepatenan pipa drainage
10. Kaji berapa jumlah urine dalam urobag
11. Kebersihan tangan Handrub: setelah terkena cairan tubuh pasien
12. Memakai sarung tangan
14. Kaji abdomen bawah untuk tanda distensi kandung kemih
15. Siapkan posisi pasien untuk aliran intermittent
a. Klem slang di atas drainage dan buka klem cairan irigasi
b. Biarkan cairan mengalir sesuai dengan ketentuan (± 100 ml untuk
orang dewasa normal)
c. Tutup klem saluran irigasi dan buka klem saluran drainage cairan
mengalir ke urobag sampai habis lakukan berulang sehingga cairan
yang keluar bersih
16. Untuk irigasi kontinue
a. Hitung jumlah tetesan aliran cairan irigasi
b. Yakini bahwa klem drainage terbuka dan saluran drainage dalam
keadaan paten, serta volume drainage
17. Perhatikan dan perbaiki posisi kateter
18. Bantu pasien pada posisi nyaman
19. Hitung jumlah cairan yang keluar dari drainage serta karakteristik
pengeluaran.
20. Pintu sampiran dibuka kembali
21. Membereskan alat dan bahan yang telah digunakan
22. Buka sarung tangan dan cuci tangan
23. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
E. Terminasi
1. Berikan reinforcement positif
2. Buat kontrak pertemuan selanjutnya

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 58


3. Akhiri kegiatan dengan salam dan tersenyum
4. Kebersihan tangan dengan menggunakan handwash
F. Dokumentasi
5. Dokumentasikan di catatan perawatan.

Keterangan: Nilai Batas Lulus 75 %


0 = tidak dilakukan Jumlah nilai yang didapat x 100%
1 = dilakukan tetapi tidak sempurna Nilai = Jumlah aspek yang dinilai
2 = dilakukan dengan sempurna

Banjarbaru, ...............................
Evaluator

...................................................

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 59


PENILAIAN KETERAMPILAN
MELAKUKAN BLADDER TRAINING

NAMA :
NIM :
NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
A. Tahap Pre Interaksi / Nurse Station
1. Persiapan perawat
a. Kesiapan diri perawat melakukan tindakan
b. Kebersihan tangan: sebelum bertemu pasien*
1) Jika tangan tampak bersih maka Handrub
2) Jika tangan tampak kotor maka Handwash
2. Persiapan pasien
a. Baca status dan data klien untuk memastikan program bladder
training*
b. Identifikasi: Nama / Umur / No RMK pasien
c. Mengkonfirmasi kontrak sebelumnya terkait tindakan yang akan
dilakukan
3. Persiapan alat dan bahan: Cek alat dan bahan yang akan digunakan
a. Handscone
b. Klem(khusus klien yang memakai kateter)
c. Jam Tangan
d. Obat Diuretik jika diperlukan
e. Air minum dalam tempatnya
4. Kebersihan tangan menggunakan Handrub: sebelum bertemu pasien*
5. Mengkaji kebutuhan pasien tentang program bladder training
6. Memvalidasi data tentang program bladder training
B. Tahap Orientasi
1. Beri salam dan tersenyum pada pasien
2. Menanyakan identitas pasien berupa Nama dan umur pasien*
3. Cek warna gelang (pink/biru) identitas dan samakan dengan data awal
pasien*
4. Panggil nama kesukaan pasien dan menatap mata pasien
5. Perkenalkan nama perawat dan menunjukkan sikap terbuka pada pasien
6. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien
7. Jelaskan tujuan tindakan yang dilakukan
8. Menjelaskan informed consent pada pasien dan keluarga
9. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
10. Tanyakan keluhan klien saat ini

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 60


C. Tahap Kerja
1. Jaga privasi klien dengan memasang sampiran
2. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien untuk melakukan tindakan
program bladder training
3. Tinggikan tempat tidur sampai ketingian kerja yang nyaman
Pasien dengan tidak terpasang kateter :
1. Tentukan pola waktu biasanya klien berkemih
2. Rencanakan waktu toilet terjadwal berdasarkan pola dari klien, bantu
seperlunya
3. Berikan pasien sejumlah cairan untuk diminum pada waktu yang
dijadwalkan secara teratur (2500 ml/hari)
4. Anjurkan pasien untuk menunggu selama 30 menit kemudian coba
pasien untuk berkemih
a. posisikan pasien dengan paha fleksi, kaki dan punggung disupport
b. perintahkan untuk menekan atay memasge diatas area bladder atau
meningkatkan tekanan abdominal dengan cara bersandar ke depan.
ini dapat membantu dalam memulai pengosongan bladder
c. anjurkan klien untuk berkonsentrasi terhadap bak
d. anjurkan klien untuk mencoba berkemih setiap 2 jam. interval dapat
diperpanjang (atur bunyi alarm jam dengan interval setiap 2-3 jam
pada siang hari dan pada malam hari cukup 2 kali), batasi cairan
setelah jam 17.00
5. Anjurkan pasien untuk berkemih sesuai jadwal, catat jumlah cairan yang
diminum serta urine yang keluar dalam waktu berkemih
6. Anjurkan klien untuk menahan urinnya sampai waktu BAK yang telah
dijadwalkan
7. Kaji adanya tanda-tanda retensi urin. Jika diperlukan tes residu iurine
secara langsung dengan katerisasi
8. Anjurkan pasien untuk melakukan program latihan secara kontinue
Pasien dengan terpasang kateter :
1. Tentukan pola waktu biasanya klien berkemih
2. Rencanakan waktu toilet terjadwal berdasarkan pola dari klien, bantu
seperlunya
3. Berikan pasien sejumlah cairan untuk diminum pada waktu yang
dijadwalkan secara teratur (2500 ml/hari) sekitar 30 menit sebelum
waktu jadwal untuk berkemih
4. Beritahu klien untuk menahan berkemih (pada pasien yang terpasang
kateter, klem selang kateter 1-2 jam, disarankan bisa mencapai waktu 2
jam kecuali pasien merasa kesakitan)
5. Kosongkan urine bag
6. Cek dan evaluasi kondisi pasien, jika pasien merasa kesakitan dan tidak

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 61


toleran terhadap waktu 2 jam yang ditentukan, maka kurangi waktunya
dan tingkatkan secara bertahap
7. Lepaskan klem setelah 2 jam dan biarkan urine mengalir dari kandung
kemih menuju urine bag hingga kandung kemih kosong
8. Biarkan klem tidak terpasang 15 menit, setelah itu klem lagi 1-2 jam
9. Lanjutkan prosedur ini hingga 24 jam pertama
10. Lakukan bladder training ini hingga pasien mampu mengontrol
keinginan untuk berkemih
11. Jika klien memakai kateter, lepas kateter jika klien sudah merasakan
keingin untuk berkemih
Penutup langkah kerja:
20. Pintu sampiran dibuka kembali
21. Membereskan alat dan bahan yang telah digunakan
22. Buka sarung tangan dan cuci tangan
23. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
D. Terminasi
1. Berikan reinforcement positif
2. Buat kontrak pertemuan selanjutnya
3. Akhiri kegiatan dengan salam dan tersenyum
4. Kebersihan tangan dengan menggunakan handwash
E. Dokumentasikan
5. Dokumentasikan di catatan perawatan.

Keterangan: Nilai Batas Lulus 75 %


0 = tidak dilakukan Jumlah nilai yang didapat x 100%
1 = dilakukan tetapi tidak sempurna Nilai = Jumlah aspek yang dinilai
2 = dilakukan dengan sempurna

Banjarbaru, ...............................
Evaluator

...................................................

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 62


Lampiran 1

DAFTAR KELOMPOK MAHASISWA


PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

KELOMPOK 1

NO NAMA NIM

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 63


KELOMPOK 2

NO NAMA NIM

KELOMPOK 3

NO NAMA NIM

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 64


KELOMPOK 4

NO NAMA NIM

KELOMPOK 5

NO NAMA NIM

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 65


KELOMPOK 6

NO NAMA NIM

KELOMPOK 7

NO NAMA NIM

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 66


KELOMPOK 8

NO NAMA NIM

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 67


Lampiran 2

JADWAL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

Nama Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah II


Pengajar : Noor Diani, Ns, M.Kep, Sp.Kep.MB
Semester : IV
Sasaran : Mahasiswa PSIK Program Reguler
Metode
No Hari/ Tanggal Materi Dosen
Pembelajaran
Selasa, Noor Diani, Ns, M.Kep,
Pemeriksaan Gula Darah
1. 02 Maret 2021 Praktikum I
Sewaktu Sp.Kep.MB
14.00-17.00
Selasa,
09 Maret 2021 Noor Diani, Ns, M.Kep,
2. Pemberian Insulin Praktikum II
14.00-17.00 Sp.Kep.MB

Selasa, Noor Diani, Ns, M.Kep,


Perhitungan Kalori Klien
3. 16 Maret 2021 Praktikum III
dengan Diabetes Melitus Sp.Kep.MB
14.00-17.00
Selasa,
23 Maret 2021 Pengkajian kaki Diabetes Noor Diani, Ns, M.Kep,
4. Praktikum IV
14.00-17.00 Melitus Sp.Kep.MB

Selasa, Noor Diani, Ns, M.Kep,


Perawatan kaki Diabetes
5. 30 Maret 2021 Praktikum V
Melitus Sp.Kep.MB
14.00-17.00
Selasa, Noor Diani, Ns, M.Kep,
6. 06 April 2021 Irigasi kandung kemih Praktikum VI
Sp.Kep.MB
14.00-17.00
Selasa,
13 April 2021 Ujian Praktikum Noor Diani, Ns, M.Kep, Ujian
7.
14.00-17.00 Sp.Kep.MB Praktikum

Banjarbaru, Januari 2021


Koordinator Mata Kuliah

Noor Diani, Ns, M.Kep, Sp.Kep.MB

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 1


Lampiran 3

DAFTAR HADIR MAHASISWA

No. Hari/Tanggal TTD Mahaiswa TTD Dosen

1.

2.

3.

4.

5.

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 2

Anda mungkin juga menyukai