2
MODUL PRAKTIKUM
0
2
1
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2
E
D
I
S
I
R Penyusun :
Noor Diani, M.Kep, Ns.Sp.Kep.MB
E
Editor :
V
Noor Diani, M.Kep, Ns.Sp.Kep.MB
I
Program Studi Ilmu Keperawatan
S Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat
I MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2021 | 1
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II
NAMA MAHASISWA :
NIM :
SEMESTER :
NOMOR HP :
___________________________
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan buku ini,
maka kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan buku ini.
Kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat dalam proses pencapaian
kemampuan mahasiswa sesuai dengan tujuan dan kompetensi pada praktik
Keperawatan Medikal Bedah II
Penyusun
Hal.
Daftar Pustaka
Lampiran
a. Ketentuan
1. Praktikkan diharuskan datang tepat waktu, 15 menit sebelum praktikum
dimulai. Jika terlambat kurang dari 15 menit maka praktikkan wajib melapor
ke dosen koordinator dan hanya dapat mengikuti praktikum atas izin dosen
koordinator praktikum. Keterlambatan lebih dari 15 menit dianggap praktikkan
tidak mengikuti praktikum pada hari tersebut. Jumlah kehadiran dalam
praktikum Keperawatan medikal Bedah II adalah 100 %.
2. Setiap akan melaksanakan praktikum diadakan pretest untuk menilai kesiapan
praktikan.
3. Pada saat pelaksanaan praktikum, praktikkan harus membawa Buku Panduan
Praktikum Keperawatan medikal Bedah II, memakai jas praktik dan memakai
identitas/tanda pengenal.
4. Bekerja dengan tertib dan teliti, berpakaian dan berperilaku yang sopan, sesuai
ketentuan, membawa literatur serta alat bantu pembelajaran yang diperlukan
(alat tulis menulis).
5. Jika menemukan kesulitan pada saat praktikum, praktikkan diperkenankan
untuk bertanya kepada dosen pembimbing praktikum.
6. Praktikan diwajibkan menyelesaikan praktikum dengan tepat waktu sesuai
durasi waktu yang telah ditentukan. Kelompok yang belum menyelesaikan
praktikum pada waktu yang telah ditentukan, maka diharuskan mengulang di
waktu yang lain.
7. Setiap selesai praktikum, praktikkan meminta paraf dosen pembimbing
praktikum.
b. Kegiatan
c. Evaluasi
Evaluasi diberikan melalui beberapa mekanisme berikut:
No. Aspek Penilaian Persentasi
1. Pretest 20 %
2. Observasiskill 20 %
3. Tugas 30 %
4. Ujian Praktikum 30 %
d. Tugas
1. Praktikkan akan dibagi berkelompok dan apabila terdapat tugas, maka
bertanggung jawab dalam penyelesaian laporan tersebut.
2. Seluruh laporan dijilid menjadi satu dengan ketentuan kertas HVS A4 80
gram, huruf Times New Roman 12, margin 4-4-3-3 dengan spasi 1.5, jilid
cover depan mika bening dan bagian belakang warna hijau tua.
3. Laporan dikumpulkan pada jadwal praktikum terakhir.
PRAKTIKUM I
Pemantauan kadar gula darah sendiri atau self-monitoring blood glucose (SMBG)
memungkinkan untuk deteksi dan mencegah hiperglikemia (kadar gula darah tinggi)
atau hipoglikemia (kadar gula darah rendah), serta berperan dalam memelihara
normalisasi gula darah, pada akhirnya akan mengurangi komplikasi diabetik jangka
panjang.
Batas ideal kadar gula darah seseorang, sesuai rekomendasi PERKENI 2011 adalah
100 miligram per deciliter (mg/dL) untuk gula darah puasa dan 140 mg per dL untuk
gula darah sesudah makan.
Simpan catatan dari tes darah, obat-obatan yang dikonsumsi, serta aktivitas harian Anda.
Dan bawa catatan tersebut bila Anda berkonsultasi ke dokter. Yang perlu diperhatikan
dalam memilih Alat Glukometer, adalah alat yang memiliki tingkat akurasi hasil yang
tinggi / mendekati hasil laboratorium, terpercaya serta mudah digunakan.
Lakukan jika kurang dari 70 , makan atau minum 15 gram karbohidrat cepat bereaksi.
Contoh : gel gula , 3-4 tablet gula, setengah cangkir biasa soda atau jus jeruk , atau
secangkir penuh susu rendah lemak.
Jika masih kurang dari 70 , makan lain 15 gram karbohidrat bereaksi cepat
Lakukan yang terbaik untuk menunggu 15 menit.
Tips
Selalu membawa sumber gula / karbohidrat ( permen , tablet gula atau gel )
Untuk mengulangi pemeriksaan gula darah rendah , hubungi tim perawatan
kesehatan Anda
Apa yang Harus Dilakukan Ketika saya Memiliki Gula Darah Tinggi?
• Minum banyak cairan tanpa gula
• Minum obat-obat diabetes yang diresepkan
• Lihatlah penyebab gula darah tinggi. Bisa salah satu dari ini telah menyebabkan
gula meningkat?
Jika gula darah Anda tidak turun hubungi tim perawatan kesehatan Anda.
Banyak gejala gula darah tinggi adalah sama seperti gula darah rendah. Hal ini penting
untuk memeriksa gula darah Anda sebelum mengobati.
Demikian pentingnya monitoring gula dalam darah bagi penderita diabetes, agar dapat
meminimalkan resiko yang mungkin terjadi.
Nilai Normal GDS 1. Dewasa : serum dan plasma = 140 mg/dl, darah lengkap =
120mg/dl
2. Anak : 120 mg/dl
3. Lansia : serum dan plasma = 160 mg/dl, darah lengkap =
140 mg/dl
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L.,& Cheever, K.H. (2010). Brunner &
Suddarth’s: Textbook of Medical-Surgical Nursing (12th ed.). Philadelphia:
Lippincott Williams &Wilkins.
PEMBERIAN INSULIN
1. Pengertian
Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel beta dari pulau-pulau
langerhans di dalam kelenjar pancreas dan digunakan untuk mengontrol kadar glukosa
dalam darah (Soegondo, 2013). Sekresi insulin terdiri dari 2 komponen. Komponen
pertama yaitu: sekresi insulin basal kira-kira 1 unit/jam dan terjadi diantara waktu
makan, waktu malam hari dan keadaan puasa. Komponen kedua yaitu sekresi insulin
prandial yang menghasilkan kadar insulin 5-10 kali lebih besar dari kadar insulin basal
dan diproduksi secara pulsatif dalam waktu 0,5-1 jam sesudah makan dan mencapai
puncak dalam 30-45 menit, kemudian menurun dengan cepat mengikuti penurunan
kadar glukosa basal. Insulin endogen adalah insulin yang dihasilkan oleh pancreas,
sedang insulin eksogen adalah insulin yang disuntikkan dan merupakan suatu produk
farmasi (Soegondo, 2013).
2. Tipe Insulin
Nama
Jenis Insulin Waktu Aturan Pengaturan Gula Darah
Insulin
Novorapid
Rapid-Acting Humalog
Apidra
Onset 15-30 menit Digunakan bersamaan makan. Jenis
Peak 30-90 menit ini digunakan bersamaan dengan
Duration 1-5 jam jenis insulin longer-acting.
Actrapid
Short Acting
Humulin R
Onset ½-1 jam Digunakan untuk mencukupi insulin
Peak 2-5 jam setelah makan 30-60 menit.
Duration 2-8 jam
NPH
Intermediate-
Insulatard
Acting
Humulin N
Onset 1-2 ½ jam Digunakan untuk mencukupi insulin
Peak 3-12 jam selama setengah hari atau sepanjang
Duration 18-24 jam malam. Jenis ini biasa dikombinasi
dengan jenis rapid-acting atau short-
acting.
Lantus
Long-Acting
Levemir
Onset ½-3 jam Digunakan untuk mencukupi insulin
Peak 6-20 jam seharian. Jenis ini biasa dikombinasi
Duration 20-36 jam dengan jenis rapid-acting atau short-
acting.
Novomix
30/70
Pre-Mixed*
Humalog
mix 25/75
Onset 10-30 menit Produk ini biasanya digunakan dua
Peak ½ -12 jam kali sehari sebelum makan. Premixed
Duration 14-24 jam insulin adalah kombinasi dengan
proporsi yang spesifik insulin
intermediate-acting dan insulin
short-acting insulin di satu botol atau
insulin pen.
Cara pemberian insulin ada beberapa macam: a) intra vena: bekerja sangat cepat
yakni dalam 2-5 menit akan terjadi penurunan glukosa darah, b) intramuskuler:
penyerapannya lebih cepat 2 kali lipat daripada subkutan, c) subkutan: penyerapanya
tergantung lokasi penyuntikan, pemijatan, kedalaman, konsentrasi. Lokasi abdomen
lebih cepat dari paha maupun lengan. Jenis insulin human lebih cepat dari insulin
animal, insulin analog lebih cepat dari insulin human. Insulin diberikan subkutan
dengan tujuan mempertahankan kadar gula darah dalam batas normal sepanjang hari
yaitu 80-120 mg% saat puasa dan 80-160 mg% setelah makan. Untuk pasien usia
diatas 60 tahun batas ini lebih tinggi yaitu puasa kurang dari 150 mg% dan kurang dari
200 mg% setelah makan. Karena kadar gula darah memang naik turun sepanjang hari,
maka sesekali kadar ini mungkin lebih dari 180 mg% (10 mmol/liter), tetapi kadar
lembah (through) dalam sehari harus diusahakan tidak lebih rendah dari 70 mg% (4
mmol/liter). Insulin sebaiknya disuntikkan di tempat yang berbeda, tetapi paling baik
dibawah kulit perut.
Tujuan terapi insulin adalah menjaga kadar gula darah normal atau mendekati
normal. Pada diabetes tipe 1, tubuh kehilangan kemampuan untuk memproduksi
insulin. Dengan demikian, insulin eksogenus harus diberikan dalam jumlah tak
terbatas. Pada diabetes mellitus tipe 2 akan membutuhkan insulin apabila terapi jenis
lain tidak dapat mencapai target pengendalian kadar glukosa darah dan keadaan
stress berat seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark miokard akut
atau stroke. Pada diabetes tipe 2, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi jangka
panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia
oral tidak berhasil mengontrolnya. Pada klien diabetes mellitus tipe 2 kadang
membutuhkan insulin secara temporer selama mengalami sakit, infeksi, kehamilan,
pembedahan atau beberapa kejadian stress lainnya (Smeltzer et al., 2010).
Insulin yang diberikan lebih dini dan lebih agresif menunjukkan hasil klinis yang
lebih baik terutama berkaitan dengan masalah glukotoksisitas. Hal tersebut
diperlihatkan oleh perbaikan fungsi sel beta pankreas. Insulin juga memiliki efek lain
yang menguntungkan dalam kaitannya dengan komplikasi DM. Terapi insulin dapat
mencegah kerusakan endotel, menekan proses inflamasi, mengurangi kejadian
apoptosis, dan memperbaiki profil lipid. Dengan demikian, secara ringkas dapat
dikatakan bahwa luaran klinis pasien yang diberikan terapi insulin akan lebih baik.
Insulin, terutama insulin analog, merupakan jenis yang baik karena memiliki profil
sekresi yang sangat mendekati pola sekresi insulin normal atau fisiologis.
c. Edema insulin.
Edema dapat muncul pada pasien yang memiliki kendali glukosa darah
buruk (termasuk pasien KAD) akibat retensi garam dan air yang akut. Edema
dapat menghilang secara spontan dalam beberapa hari. Kadang-kadang
dibutuhkan terapi diuretika untuk menatalaksana hal tersebut.
e. Alergi
Saat ini, dengan penggunaan sediaan insulin yang sangat murni, alergi
insulin sudah sangat jarang terjadi.
Diabetes Association of Pierce County© 2007 BJB & DGH www.dapc.info. Diunduh
pada 28 Januari 2014
Diani, N., Astuti, A., Lestari, D.T., dan Rantung, J., 2013. Sehat Bersama Diabetes :
Manajemen Mandiri Diabetes Mellitus, Program Ners Spesialis Peminatan
Endokrin, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Mayfield, J.A., 2004. Insulin Therapy for Type 2 Diabetes: Rescue, Augmentation, and
Replacement of Beta-Cell Function,
http://www.postgradmed.com/issues/1997/02_97/skyler.htm. Diunduh pada 28
januari 2014.
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L.,& Cheever, K.H. (2010). Brunner &
Suddarth’s: Textbook of Medical-Surgical Nursing (12th ed.). Philadelphia:
Lippincott Williams &Wilkins.
1. Pendahuluan
Data penderita Diabetes Melitus di Amerika Serikat yang dirilis pada 26 Januari
2011 jumlah penderitanya tercatat 25,8 juta yang terdiri dari anak-anak dan orang
dewasa. Hal tersebut berarti 8,3% dari populasi-memiliki diabetes. Berbeda dengan
data pada tahun 2007, yang menggunakan data glukosa puasa untuk memperkirakan
diabetes dan pradiabetes, pada tahun 2011 menggunakan glukosa puasa dan tingkat
HbA1C. Pada tahun 2003 berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia
diperkirakan diabetisi di daerah urban sebesar 14,7% dan daerah rural sebesar 7,2%.
Data dari World Health Organization (WHO) memprediksi kenaikan pasien diabetes
melitus di Indonesia pada tahun 2010 menjadi 21,3 juta orang dari sebelumnya 8,4 juta
pada tahun 2000. Separuh dari jumlah tersebut tidak menyadari penyakitnya dan baru
Prinsip pengaturan makan pada diabetisi hampir sama dengan anjuran makan
untuk orang sehat masyarakat umum, yaitu makanan yang beragam bergizi dan
berimbang atau lebih dikenal dengan gizi seimbang maksudnya adalah sesuai dengan
kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Hal yang sangat penting
ditekankan adalah pola makan yang disiplin dalam hal Jadwal makan, Jenis dan
Jumlah makanan atau terkenal dengan istilah 3J.
Pengaturan porsi makanan sedemikian rupa sehingga asupan zat gizi tersebar
sepanjang hari. Penurunan berat badan ringan atau sedang (5-10kg) sudah terbukti
dapat meningkatkan kontrol diabetes, walaupun berat badan idaman tidak dicapai.
Penurunan berat badan dapat diusahakan dicapai dengan baik dengan penurunan
a. Karbohidrat
b. Serat
Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan untuk
orang yang tidak diabetes yaitu dianjurkan mengkonsumsi 20-35gr serat makanan dari
berbagai sumber bahan makanan. Di Indonesia anjurannya adalah kira-kira 25gr/1000
kalori/hari dengan mengutamakan serat larut air.
c. Protein
d. Total lemak
Anjuran asupan lemak di Indonesia adalah 20-25% energi. lemak jenuh < 7%
kebutuhan energi dan lemak tidak jenuh ganda <10% kebutuhan energi, sedangkan
selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal. Asupan kolesterol makanan hendaknya
dibatasi tidak lebih dari 300 mg perhari. Apabila peningkatan LDL merupakan
masalah utama, dapat diikuti anjuran diet disiplin diet dislipidemia. Tujuan utama
pengurangan konsumsi lemak jenuh dan kolesterol adalah untuk menurunkan risiko
penyakit kardiovaskular.
e. Garam
Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan penduduk biasa yaitu
tidak lebih dari 3000mgr atau sama dengan 6-7g (1 sdt) garam dapur, sedangkan bagi
yang menderita hipertensi ringan sampai sedang, dianjurkan 2400mgr natrium perhari
atau sama dengan 6gr/hari garam dapur. Sumber natrium antara lain adalah garam
dapur, vetsin dan soda.
f. Alkohol
Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.
Komposisi energy adalah 45-65% dari karbohidrat, 10-20% dari protein dan 20-25%
dari lemak. Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan
orang dengan diabetes. Di antaranya adalah dengan memperhitungkan kebutuhan
kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/kg BB ideal, ditambah dan dikurangi
bergantung pada beberapa faktor yaitu jenis kelamin, umur, aktivitas,
kehamilan/laktasi, adanya komplikasi dan berat badan.
Perhitungan berat badan ideal (BBI) dengan rumus Brocca yang dimodifikasi: BBI =
90% x (TB dalam cm-100) x 1 kg
Bagi pria dengan TB di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm, rumus modifikasi
menjadi: BBI = (TB dalam cm – 100) x 1 kg
a. Jenis kelamin
b. Umur
d. Berat badan
Cara pemilihan makanan dapat dilihat pada piramida makanan seperti dalam
lampiran (1). Bila diabetisi yang mengidap penyakit lain, pola pengaturan makan
disesuaikan dengan penyakit penyertanya. Cara lain perhitungan kebutuhan kalori
adalah seperti table I. dan ada pula cara yang lebih gampang lagi adalah dengan
pegangan kasar yaitu untuk pasien kurus 2300-2500 kalori, normal 1700-2100
kalori, dan gemuk 1300-1500 kalori.
Kalori/Kg BB Ideal
Status Gizi
Kerja Santai Sedang Berat
Gemuk 25 30 35
Normal 30 35 40
Kurus 35 40 40-50
Pada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150 kalori/ hari dan pada
trimester II dan III 350 kalori/hari. Pada waktu laktasi diperlukan tambahan
sebanyak 550 kalori/hari.
f. Adanya komplikasi
Daftar bahan makanan penukar adalah suatu daftar nama bahan makanan dengan
ukuran tertentu dan dikelompokkan berdasarkan kandungan kalori, protein, lemak dan
hidrat arang. Setiap kelompok bahan makanan dianggap mempunyai nilai gizi yang
kurang lebih sama. Dikelompokkan menjadi 8 kelompok bahan makanan yaitu :
6. Kesimpulan
NAMA KLIEN
USIA 18 Tahun
Tinggi Badan 165 cm Berat Badan (Aktual) 58 Kg
BB Ideal ❶ = 0,9 X (TB – 100) BB Ratio % = 100 X BB/(TB – 100)
= 0,9 x (65) = 100 x 58/58,5
= 58,5 Kg ❶ = 99 %
BB Ideal (khusus) = (TB – 100)
KRITERIA BB
Wanita <150 cm = Kg Kurus BBR < 90%
Pria < 160 cm Normal BBR 90 – 110 %
Gemuk BBR > 110 %
Obesitas BBR > 120 %
KALORI BASAL Laki-laki ❷ 30 kcal/kg BB ❷
❷ Wanita 25 kcal/kg BB
AKTIVITAS BED REST Keadaan istirahat dari aktivitas rumah tangga
RINGAN Pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli hukum,
IRT (dengan asistensi)
SEDANG Pegawai di industri ringan, mahasiswa, militer
tidak berperang
BERAT Petani, buruh, militer sedang latihan, penari, atlit
SANGAT BERAT Tukang becak, tukang gali, pandai besi
PERHITUNGAN KALORI
Kebutuhan Kalori Basal = = 58,5 X 30 = 1755 Kcal ❸
❶X ❷
Koreksi Kebutuhan
①USIA > 40 tahun = - 5 % X ❸ (-) Kcal
≥ 60 tahun = - 10 % X ❸
≥ 70 tahun = - 20 % X ❸
②Kriteria BB Kurus = + 20 % X ❸ (+) Kcal
Gemuk = - 20 % X ❸ ( -) Kcal
Obesitas = - 30 % X ❸
Krall, L.P. and Richard, S.B. (1989). “Nutrition and Diabetes” Joslin Diabetes
Manual. Twelfth Edition Philadelpia, London Lea & Febiger.
America Diabetes Association (1994). Medical Nutrition Therapy and Blood Glucose
Monitoring Maximizing the Role of Nutrition in Diabetes Management.
Kartini S., Sarwono W., Slamet S., dan Rosa R. (2007). Daftar Bahan Makanan
Penukar Petunjuk Praktis Sistematik dan Lengkap untuk Perencanaan
Makan. Subbag Metabolik-Endokrin FKUI & Instansi Gizi RSCM.
A. Definisi
B. Prinsip
C. Peralatan
a. Cuci Tangan
b. Persiapan klien :
1) Salam terapeutik
2) Informed consent dan kontrak kepada klien
c. Berikan kenyamanan pada klien :
1) Bantu klien pada posisi yang nyaman
2) Tawarkan bantuan lain yang kiranya dibutuhkan klien
d. Lakukan anamnesa sesuai panduan format :
1) Klarifikasi data demografi (sebelumnya telah diisi dengan melihat status
klien)
2) Anamnesa riwayat penyakit sistemik
3) Anamnesa sosial (perilaku resiko)
4) Anamnesa adanya nyeri
5) Anamnesa riwayat pembedahan terdahulu
6) Anamnesa riwayat penyakit sekarang berkaitan dengan luka
7) Anamnesa penggunaan alas kaki
e. Lakukan inspeksi pada area kaki (kulit, kuku dan adanya disfungsi
biomekanik : calus, corns, hammer toe, dll)
f. Lakukan pemeriksaan neurologis pada area kaki ;
1) Pemeriksaan menggunakan monofilament Semmes Weinstein 10gr
2) Pemeriksaan sensasi vibrasi menggunakan garputala 128 Hz
3) Pemeriksaan reflek tendon patella dan achiles
g. Lakukan pemeriksaan vaskularisasi kaki
1) Palpasi denyut nadi dorsalis pedis dan tibia posterior atau popliteal jika ada
riwayat amputasi pada area angle
2) Lakukan pengukuran Ankle Brachial Index
h. Klasifikasikan hasil pengkajian berdasarkan klasifikasi resiko kaki diabetik
sesuai panduan
i. Terminasi pertemuan dengan klien
j. Cuci tangan
E. Fokus Evaluasi
Tentukan tindak lanjut dari hasil pengkajian yang didapatkan dan kolaborasi
dengan tim educator atau dokter berdasarkan klasifikasi resiko kaki diabetik sesuai
temuan
Banjarbaru,
Dokter yang merawat,
1. Pendahuluan
Perspektif perawatan diabetes saat ini menyetujui peran sentral klien dalam
merawat kesehatan dirinya atau mengatur dirinya. Perawatan kesehatan diri
menunjukan bahwa klien secara aktif memonitor dan berespon terhadap perubahan
lingkungan dan kondisi biologis dengan beradaptasi terhadap berbagai aspek
perawatan yang dipesankan untuk memelihara keadekuatan metabolisme dan
mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi. Perilaku perawatan kesehatan diri
pada klien diabetes melitus meliputi pemantauan glukosa darah atau urin di rumah,
penyesuaian asupan makanan khususnya karbohidrat dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari, pemberian terapi (insulin atau obat hipoglikemik oral), keteraturan
aktivitas fisik, perawatan kaki, keteraturan kunjungan berobat, serta perilaku-perilaku
lain tergantung pada jenis diabetes (WHO, 2003).
2. Penatalaksanaan
b. Pedoman dasar untuk perawatan kaki dan pemilihan alas kaki yang dikembangkan
oleh National Institutes of Health dan American Diabetes Association untuk
mencegah terjadi cedera (Heitzman, 2010), yaitu :
2) Perawatan Kulit.
Klien diabetes melitus harus menggunakan alas kaki, baik di dalam
ruangan atau di luar ruangan. Mengenakan pakaian hangat, pada musim dingin
menggunakan kaos kaki katun untuk melindungi kulit dari cuaca dingin dan
basah. Kaos kaki tidak memiliki lubang atau bersambung, memiliki jahitan
tebal, atau memiliki band elastis yang menyebabkan cedera pada kulit. Kaos
kaki harus diganti setiap hari untuk mencegah kelembaban dari keringat yang
bisa menyebabkan iritasi kulit.
3) Perawatan Kuku.
Kuku harus dipotong lurus untuk menghindari lesi pada kuku. Klien yang
mengalami kesulitan melihat kaki mereka, mencapai jari-jari kaki mereka, atau
memiliki kuku kaki menebal harus dibantu oleh orang lain atau perawat
kesehatan untuk memotong kuku kaki. Menghilangkan kalus untuk
mengurangi tekanan di bawah tulang dan dapat membantu membebaskan
beban tekanan setempat untuk mengurangi kemungkinan pembentukan ulkus.
c. Menurut Smeltzer et al. (2010), tips atau cara melakukan perawatan kaki adalah :
1) Memelihara kadar glukosa darah dalam batas normal bersama tim kesehatan
yang memberikan perawatan diabetes.
2) Lakukan pemeriksaan kaki setiap hari dengan mengamati adanya luka, lecet,
bintik kemerahan dan pembengkakan, gunakan kaca untuk memeriksa bagian
dasar kaki, dan periksa adanya perubahan suhu.
3) Mencuci kaki setiap hari, mencuci kaki dengan air hangat, keringkan dengan
lembut terutama diantara jari kaki, kaki jangan digosok-gosok, dan tidak
memeriksa suhu air dengan kaki, gunakan termometer atau siku.
4) Menjaga kulit agar tetap halus dan lembut dengan memberikan pelembab
diatas dan dibawah kaki, tetapi tidak diantara jari kaki.
5) Menggunakan batu apung untuk melembutkan kapalan (callus).
6) Memotong kuku kaki setiap minggu atau ketika diperlukan: memotong kuku
jari kaki lurus dan bagian tepi kuku dihaluskan.
7) Menggunakan sepatu dan kaos kaki setiap waktu, tidak berjalan tanpa alas
kaki, memakai sepatu yang nyaman, cocok serta yang dapat melindungi kaki,
1) Bersihkan kaki setiap hari pada waktu mandi dengan air bersih dan sabun
mandi. Bila perlu gosok kaki dengan sikat lembut atau batu apung. Keringkan
kaki dengan handuk lembut dan bersih termasuk daerah sela-sela jari kaki,
terutama sela jari kaki ketiga-keempat dan keempat-kelima.
2) Berikan pelembab lotion (baby lotion) pada daerah kaki yang kering agar kulit
tidak menjadi retak. Tetapi jangan berikan pelembab pada sela-sela jari karena
sela-sela jari akan menjadi lembab dan dapat menimbulkan tubuhnya jamur.
3) Gunting kuku kaki lurus mengikuti bentuk normal jari kaki, tidak terlalu
pendek atau terlalu dekat dengan kulit, kemudian kikir agar kuku tidak tajam.
Petunjuk: Berilah tanda check list (√) pada kolom Ya atau Tidak sesuai dengan
pilihan Bapak/ Ibu/ Saudara (i) lakukan atau tidak lakukan berkaitan dengan praktik
perawatan kaki
Dilakukan
No Aktivitas
Ya Tidak
1 Apakah Bapak/ Ibu/ Saudara (i) setiap hari minum obat antidiabetik
untuk mencegah komplikasi
2 Apakah Bapak/ Ibu/ Saudara (i) setiap hari mencuci kaki
3 Apakah Bapak/ Ibu/ Saudara (i) menggunakan air hangat untuk
mencuci kaki/ saat mandi
4 Apakah Bapak/ Ibu/ Saudara (i) sebelum menggunakan air hangat
terlebih dahulu mencek suhu air
5 Apakah kaki yang telah dicuci dikeringkan dengan lembut,
khususnya diantara jari kaki
6 Apakah pada sela jari kaki Bapak/ Ibu/ Saudara (i) diberi bedak
agar tetap kering
7 Apakah bagian atas dan bawah kaki Bapak/ Ibu/ Saudara (i) selalu
diberi pelembab
8 Apakah pada sela jari kaki Bapak/ Ibu/ Saudara (i) diberi pelembab
9 Apakah Bapak/ Ibu/ Saudara (i) jika menggunakan kaos kaki sering
mengganti kaos kaki.
10 Apakah kuku kaki yang panjang dipotong mengikuti bentuk kuku
sampai kesudut kuku (tidak lurus)
11 Apakah setiap hari Bapak/ Ibu/ Saudara (i) melakukan pemeriksaan
pada kaki
12 Apakah alas kaki yang digunakan nyaman dan tidak sempit
13 Apakah sebelum memakai sepatu Bapak/ Ibu/ Saudara (i) selalu
membersihkan bagian dalamnya terhadap benda-benda asing seperti
kerikil atau benda-benda kecil lainnya
14 Apakah Bapak/ Ibu/ Saudara (i) selalu menggunakan alas kaki
ketika berjalan
15 Apakah Bapak/ Ibu/ Saudara (i) segera berkonsultasi ke dokter/
petugas/ahli yang menangani diabetes jika ada perubahan pada kaki
dengan tanda-tanda : kemerahan, nyeri, atau adanya luka baik kecil
maupun besar.
Hasnain, S. & Sheikh, H.S. (2009). Knowledge and Practices Regarding Foot Care in
Diabetic Patients Visiting Diabetic Clinic in Jinnah Hospital Lahore. Journal
Pakistan Medical Association, 59(10), 659-687.
Heitzman, J. (2010). Foot Care for Patients With Diabetes. 26(3), 250–263. Diunduh
dari http://www.nursingcenter.com/lnc/journalarticle?Article_ID=1047440
Monalisa, T. & Gultom, Y. (2009). Perawatan Kaki Diabetes dalam Soegondo, S.,
Soewondo, P.,& Subekti, I. (Eds.). Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L.,& Cheever, K.H. (2010). Brunner &
Suddarth’s: Textbook of Medical-Surgical Nursing (12th ed.). Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
Pengertian :
Irigasi kateter adalah pencucian kateter urin untuk mempertahankan kepatenan
kateter urin menetap, dengan larutan streil. Karena darah, pus, sediment dapat
terkumpul di dalam selang dan menyebabkan distensi kandung kemih dan urin tetap
berada di tempatnya.
Kedua irigasi tersebut menerapkan teknik aseptik steril (Potter & Perry, 2005).
Dengan demikian irigasi kandung kemih adalah proses pencucuian kandung kemih
dengan aliran cairan yang diprogramkan oleh dokter.
Tujuan :
1. Untuk mempertahankan kepatenan kateter urin.
2. Mencegah terjadinya distensi kandung kemih karena adanya penyumbatan kateter
urin misalnya darah atau pus.
3. Membersihkan kandung kemih.
Prinsip:
1. Menjaga privasi pasien.
2. Prosedur steril.
Alat :
1. Larutan irigasi steril sesuai suhu dalam kantong dengan suhu ruangan.
2. kateter poley (3 saluran)
3. Selang irigasi dengan klem.(dengan atau tanpa konektor Y)
4. Sarung tangan steril sekali pakai.
5. Tiang penggantung.
6. Kapas anti septik.
7. Wadah metrik.
8. Konektor Y
9. Selimut mandi.
Rasional alat :
1. Larutan yang dingin dapat menyebabkan spasme kandung kemih.
2. Klem mengatur aliran irigasi.
3. Penghubung Y memungkinkan selang terhubung dengan kantong dan dapat
menghubungkan selang irigasi ke kateter yang mempunyai dua buah lumen.
Pelaksanaan:
1. Ikuti protokol standar.
2. Kaji abdomen bawah untuk tanda distensi kandung kemih.
3. Dengan menggunakan teknik aseptik masukan ujung selang irigasi steril kedalam
kantong yang berisi larutan irigasi.
4. Tutup klem selang dan gantung larutan pada tiang penggantung.
5. Buka klem dan alirkan larutan melalui selang pertahankan ujung selang steril,
tutup klem.
6. Putar (off) bagian irigasi kateter lumen triple atau hubungkan konektor Y steril
kateter lumen ganda kemudian hubungkan ke selang irigasi.
7. Yakinkan kantong drainase dan selang dengan aman dihubungkan dengan bagian
ke drainase konektor Y triple ke kateter lumen ganda.
8. Klem selang pada sistim drainase untuk aliran intermiten, buka klem pada selang
irigasi, dan alirkan sejumlah cairan yang diperogramkan masuk ke kandung kemih.
9. Tutup klem selang irigasi, kemudian buka klem selang darinase.
10. Untuk irigasi kontine hitung kecepatan tetesan dan atur klem pada selang irigasi
secara tepat. Yakinkan klem pada selang drainase pada kantong drainase.
11. Buang alat yang terkontaminasi lepas sarung tangan dan cuci tangan.
Rasional langkah:
1. Mendeteksi apakah kateter atau klem drainase urin tidak berfungsi, menyumbat di
drainase.
2. Mengurangi transmisi mikro organisme.
3. Mencegah kehilangan larutan urigasi.
4. Menghilangkan udara silang.
5. Kateter 3 saluran atau konektor Y memberikan cara untuk larutan irigasi masuk ke
kandung kemih. Sistim harus tetap steril.
6. Menyakinkan bahwa urin dan larutan irigasi akan mengalir ke kandung kemih.
7. Mencegah akumulasi larutan di kandung kemih yang dapat menyebabkan distensi
kandung kemih atau menyebabkan cidera.
8. Mendokumentasikan prosedur dan respon klien.
Tindakanya :
1. Lambatkan atau hentikan irigasi kandung kemih.
2. Memerlukan peningkatan kecepatan aliran. (tujuan intervensi ini adalah
mempertahankan patensi kateter, sel darah mempnuyai potensi menyumbat
kateter).
NAMA :
NIM :
NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
A. Tahap Pre Interaksi / Nurse Station
1. Persiapan perawat
a. Kesiapan diri perawat melakukan tindakan
b. Kebersihan tangan: sebelum bertemu pasien*
1) Jika tangan tampak bersih maka Handrub
2) Jika tangan tampak kotor maka Handwash
2. Persiapan pasien
a. Baca status dan data klien untuk memastikan program irigasi
kandung kemih*
b. Identifikasi: Nama / Umur / No RMK pasien
c. Mengkonfirmasi kontrak sebelumnya terkait tindakan yang akan
dilakukan
3. Persiapan alat dan bahan: Cek alat dan bahan yang akan digunakan
a. Selimut mandi
b. Pengalas bengkok
c. Selang dan cairan irigasi steril
d. Konektor (bila kateter yang digunakan doble lumer)
e. Klem
f. Sarung tangan
g. Antiseptic
4. Kebersihan tangan menggunakan Handrub: sebelum bertemu pasien*
5. Mengkaji kebutuhan pasien tentang irigasi kandung kemih
6. Memvalidasi data tentang irigasi kandung kemih
B. Tahap Orientasi
1. Beri salam dan tersenyum pada pasien
2. Menanyakan identitas pasien berupa Nama dan umur pasien*
3. Cek warna gelang (pink/biru) identitas dan samakan dengan data awal
pasien*
4. Panggil nama kesukaan pasien dan menatap mata pasien
5. Perkenalkan nama perawat dan menunjukkan sikap terbuka pada pasien
6. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien
7. Jelaskan tujuan tindakan yang dilakukan
8. Menjelaskan informed consent pada pasien dan keluarga
Banjarbaru, ...............................
Evaluator
...................................................
NAMA :
NIM :
NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
A. Tahap Pre Interaksi / Nurse Station
1. Persiapan perawat
a. Kesiapan diri perawat melakukan tindakan
b. Kebersihan tangan: sebelum bertemu pasien*
1) Jika tangan tampak bersih maka Handrub
2) Jika tangan tampak kotor maka Handwash
2. Persiapan pasien
a. Baca status dan data klien untuk memastikan program bladder
training*
b. Identifikasi: Nama / Umur / No RMK pasien
c. Mengkonfirmasi kontrak sebelumnya terkait tindakan yang akan
dilakukan
3. Persiapan alat dan bahan: Cek alat dan bahan yang akan digunakan
a. Handscone
b. Klem(khusus klien yang memakai kateter)
c. Jam Tangan
d. Obat Diuretik jika diperlukan
e. Air minum dalam tempatnya
4. Kebersihan tangan menggunakan Handrub: sebelum bertemu pasien*
5. Mengkaji kebutuhan pasien tentang program bladder training
6. Memvalidasi data tentang program bladder training
B. Tahap Orientasi
1. Beri salam dan tersenyum pada pasien
2. Menanyakan identitas pasien berupa Nama dan umur pasien*
3. Cek warna gelang (pink/biru) identitas dan samakan dengan data awal
pasien*
4. Panggil nama kesukaan pasien dan menatap mata pasien
5. Perkenalkan nama perawat dan menunjukkan sikap terbuka pada pasien
6. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien
7. Jelaskan tujuan tindakan yang dilakukan
8. Menjelaskan informed consent pada pasien dan keluarga
9. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
10. Tanyakan keluhan klien saat ini
Banjarbaru, ...............................
Evaluator
...................................................
KELOMPOK 1
NO NAMA NIM
NO NAMA NIM
KELOMPOK 3
NO NAMA NIM
NO NAMA NIM
KELOMPOK 5
NO NAMA NIM
NO NAMA NIM
KELOMPOK 7
NO NAMA NIM
NO NAMA NIM
1.
2.
3.
4.
5.