Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
Disusun oleh
Kelompok 1
Cover
FAKULTAS KEDOKTERAN
BANJARBARU
2022
i
DAFTAR ISI
Cover ........................................................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
LATAR BELAKANG ............................................................................................ 1
BAB II ..................................................................................................................... 3
TUJUAN ................................................................................................................. 3
BAB III ................................................................................................................... 4
ISI ............................................................................................................................ 4
BAB IV ................................................................................................................. 16
PENUTUP ............................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17
Lampiran Artikel ................................................................................................... 18
ii
BAB I
LATAR BELAKANG
1
Lansia di Indonesia banyak yang mengalami gangguan pemenuhan gizi
yang mengalami gizi kurang (IMT 16,5-18,49) sebanyak 31% dan gizi lebih
sebanyak 1,8%. Pengasuhan gizi mungkin memiliki efek positif pada asupan
energi dan zat gizi yang lain, serta kualitas hidup penduduk lansia dan lansia
yang menderita malnutrisi. Adapun masalah gizi yang sering terjadi pada lansia
adalah masalah gizi yang berlebih (obesitas) dan masalah gizi kurang (kurus).
Status gizi lansia yang abnormal dapat terjadi karena adanya perubahan-
perubahan yaitu dengan penurunan air liur, kultus dalam menelan, dan
menunda pengosongan perut dan kerongkongan, serta menurunkan gastroin
yaitu gerakan testinal dimana masalah ini dapat mempengaruhi nutrisi dan
sebagai salah satu yang paling penting didalam pemeliharaan kesehatan
sehingga hasilnya yaitu lansia termasuk kelompok yang berpotensi rentang
risiko kekurangan gizi (Akbar K, F. et al. 2020).
2
BAB II
TUJUAN
3
BAB III
ISI
4
sehingga hasilnya yaitu lansia termasuk kelompok yang berpotensi rentang
resiko kekurangan gizi. (Abolghasem Gorji et al., 2017).
Kurang atau hilangnya hawa nafsu makan berkepanjangan pada lanjut usia,
dapat menyebabkan penurunan berat badan. Pada lanjut usia kulit dan
jaringan ikat mulai keriput, sehingga makin kelihatan kurus.
Penyakit bagian arthritis, penyakit ini terutama menyerang sendi terutama pada
sendi tangan, lutut dan pinggul. Orang uang terserang osteoarthritis
biasanya sulit menggerakkan sendi – sendinya dan pergerakkan menjadi
terbatas karena turunnya fungsi tulang rawan untuk menopang badan.
Massa tulang mencapai maksimum pada usia sekitar 35 tahu untuk wanita dan
45 tahun untuk pria. Bila konsumsi kalsium kurang dalam jangka waktu
lama akan timbul keropos tulang (osteoporosis) dan pada wanita
menopause akan lebih rentan karena pengaruh penurunan hormone
estrogen. Akibatnya tulang menjadi rapuh dan mudah patah terjatuh atau
terkena trauma. ( Indraswari, 2018 ).
5
Seiring bertambahnya usia, suasana hati yang berubah, serta keadaan
tempat tinggal yang baru membuat lansia merasa kebingungan
menyesuaikan kondisi setempat, khususnya di panti. Sebagian besar
lansia yang tinggal di panti mengalami perubahan selera makan
apabila mengalami masalah yang menunjukkan populasi lansia lebih
sering terkena depresi saat dihadapkan dengan suatu keadaan yang
mempengaruhi emosional. Dengan demikian, perubahan lingkungan
sosial, kondisi yang terisolasi, kesepian dan berkurangnya aktivitas
serta kondisi mental yang tidak sehat menjadikan para lansia
mengalami rasa frustasi dan kurang bersemangat. Akibatnya, selera
makan terganggu dan pada akhirnya kebutuhan gizi lansia tidak
terpenuhi dengan baik.
3. Pengobatan
Obat-obatan yang dikonsumsi lansia untuk membantu memperbaiki
kondisi kesehatannya memiliki efek samping yang dapat
mempengaruhi asupan gizi. Efek ini timbul karena ada obat-obatan
tertentu yang dapat mempengaruhi proses penyerapan zat gizi.
sebagian besar lansia yang tinggal di panti mengkonsumsi
multivitamin sebagai penambah tenaga untuk melakukan aktivitas
sehari-hari. Dimana diketahui, ada beberapa obat yang mempunyai
efek samping yang kemungkinan dapat mengakibatkan berkurangnya
jumlah (defisiensi) beberapa unsur gizi. Oleh karena itu, dianjurkan
untuk berkonsultasi dengan dokter ahli mengenai waktu yang tepat
untuk mengkonsumsi obat-obatan sehingga penggunaan obat lebih
efektif dan tidak mengganggu proses penyerapan zat gizi.
4. Penyakit
Meningkatnya usia menyebabkan seseorang menjadi rentan terserang
penyakit. Penyakit-penyakit tertentu sering menyebabkan keadaan gizi
menjadi buruk. Misalnya, penderita diabetes mellitus umumnya
mempunyai berat badan dibawah batas normal. Diduga, penurunan
barat badan ini terjadi karena defisiensi insulin yang dialami penderita
diabetes mellitus. Selain diabetes melitus, defisiensi zat gizi tertentu
6
dialami pula oleh penderita osteoporosis. Dalam hal ini, penderita
osteoporosis mengalami defisiensi kalsium yang berlangsung secara
perlahan-lahan. Lain halnya dengan penderita hipertensi yang
cenderung mengalami defisiensi vitamin C. Dengan demikian, jelas
bahwa penyakit yang diderita seseorang sangat berpengaruh terhadap
ketersediaan dan kebutuhan zat gizi di dalam tubuhnya.
5. Kemunduran Fisik dan Biologis
Kemunduran yang dialami lansia akan menghambat dalam proses
pemenuhan gizi yang cukup seperti lansia yang mengalami masalah
dengan bagian mulutnya maka akan merasakan makanan yang
dimakan tidak enak atau sulit untuk dikunyah. seseorang yang
mengalami proses penuaan maka akan diikuti oleh berbagai
kemunduran biologis lainnya seperti tanggalnya gigi, kulit keriput,
penglihatan berkurang, keropos tulang, rambut beruban, pikun,
depresi, sensitivitas indra berkurang, metabolisme basal tubuh
berkurang dan kurang lancarnya proses pencernaan. Perubahan-
perubahan ini akan berpengaruh terhadap proses pencernaan,
penyerapan dan penggunaan zat gizi di dalam tubuh. Oleh karena itu,
asupan gizi untuk lansia harus di sesuaikan dengan perubahan
kemampuan organ-organ tubuh lansia sehingga dapat mencapai
kecukupan gizi lansia yang optimal.
7
Hal yang perlu di kaji antara lain : tingkat BMR antara laki-laki dan
wanita berbeda, begitu puta persentase lemak dalam tubuh, dan
lainlain.
3) Tinggi Badan dan Berat Badan
Pengkajian ini dilakukan salah satunya adalah untuk mengetahul
perbandingan antara tinggi dan berat badan apakah ideal atau tidak.
4) Pengukuran Antropometri
Hal ini berguna untuk mengidentifikasi masalah nutrisi pada klien.
Rumus berat badan ideal adalah sebagai berikut:
Berat badan ideal : TB (cm)-100-(10%(TB-100) – Lingkar lengan atas
Lansia
8 Resiko defisit
nutrisi Peningkatan
Defisit nutrisi berat badan
G. Diagnosis Yang Dapat Muncul
No. Diagnosis Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Rencana Keperawatan (NIC)
Keperawatan
1. Ketidakseimbangan Status Nutrisi (1004) Manajemen Nutrisi (1100)
nutrisi: kurang dari Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1) Tentukan status gizi pasien dan
kebutuhan tubuh selama 2x24 jam diharapkan pemenuhan kemampuan untuk memenuhi
berhubungan kebutuhan pasien tercukupi dengan kriteria kebutuhan gizi
dengan mual hasil: 2) Identifikasi adanya alergi atau
muntah dan tidak 1) Asupan gizi yang awalnya sangat intoleransi makanan yang dimiliki
nafsu makan menyimpang dari rentang normal pasien
(00002) (1) menjadi Tidak menyimpang 3) Lakukan atau bantu pasien terkait
dari rentang normal (5) dengan perawatan mulut sebelum
2) Asupan makanan yang awalnya makan
sangat menyimpang dari rentang 4) Tentukan jumlah kalori dan jenis
normal (1) menjadi Tidak nutrisi yang dibutuhkan untuk
menyimpang dari rentang normal memenuhi persyaratan gizi
(5) 5) Monitor kalori dan asupan makanan
3) Asupan cairan yang awalnya sangat
menyimpang dari rentang normal Monitor Nutrisi (1160)
(1) menjadi Tidak menyimpang 1) Identifikasi perubahan nafsu makan
dari rentang normal (5) dan aktivitas akhir-akhir ini
2) Monitor turgor kulit
Nafsu Makan (1014) 3) Lakukan evaluasi kemapuan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan menelan
selama 2x24 jam diharapkan pemenuhan 4) Kolaborasi dengan dengan ahli gizi
kebutuhan pasien tercukupi dengan kriteria untuk pengaturan jumlah kalori
hasil: Manajemen Mual
1) Hasrat/keinginan untuk makan 1) Kaji frekuensi mual, durasi, tingkat
yang awalnya sangat terganggu (1) keparahan, faktor frekuensi,
menjadi tidak terganggu (5) presipitasi yang menyebabkan mual.
2) Intake makanan yang awalnya 2) Anjurkan pasien makan sedikit
sangat terganggu (1) menjadi tidak tetapi sering
terganggu (5) 3) Mengendalikan faktor lingkungan
3) Intake cairan yang awalnya sangat yang memungkinkan
terganggu (1) menjadi tidak membangkitkan mual seperti bau
terganggu (5) yang tidak menyenangkan
4) Intake nutrisi yang awalnya sangat 4) Mengajari teknik non-farmakologi
terganggu (1) menjadi tidak untuk mengontrol mual seperti
terganggu (5) dengan teknik relaksasi tarik nafas
Keparahan Mual dan Muntah (2107) dalam.
1) Frekuensi mual yang awalnya berat
9
(1) menjadi tidak ada (5)
2) Frekuensi muntah yang awalnya
berat (1) menjadi tidak ada (5)
3) Intoleran bau yang awalnya berat
(1) menjadi tidak ada (5)
4) Nyeri lambung yang awalnya berat
(1) menjadi tidak ada (5)
2. Gangguan menelan NOC : Status Menelan: Fase Oral (1012) NIC : Pencegahan Aspirasi (3200)
berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Monitoring tingkat kesadaran, reflek
dengan masalah selama 2x24 jam diharapkan : batuk, gag reflex, kemampuan
perilaku makan 1) Efisiensi kemampuan menghisap menelan
(00103) yang awalnya sangat terganggu (1) 2) Skrining adakah disfagia, dengan
menjadi tidak terganggu (5) tepat
2) Mampu menangani sekresi mulut 3) Pertahankan kepatenan jalan nafas
yang awalnya sangat terganggu (1) 4) Monitoring status pernafasan
menjadi tidak terganggu (5) 5) Memberi makanan dalam jumlah
3) Mampu meningkatkan rata-rata sedikit
konsumsi makanan yang awalnya 6) Berikan perawatan mulut
sangat terganggu (1) menjadi tidak
terganggu (5)
Status Menelan (1010)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2x48 jam diharapkan :
1) Mampu penerimaan makanan yang
awalnya sangat terganggu (1)
menjadi tidak terganggu (5)
2) Mampu Menangani tidak nyaman
dengan menelan yang awalnya
sangat terganggu (1) menjadi tidak
terganggu (5)
3) Produksi ludah yang awalnya
sangat terganggu (1) menjadi tidak
terganggu (5)
4) Kemampuan untuk membersihkan
rongga mulut sangat terganggu (1)
menjadi tidak terganggu (5)
3. Hambatan rasa NOC : Respon Pengobatan (2301) NIC : Bantuan Modifikasi Diri (4470)
nyaman Setelah dilakukan penyuluhan selama 2x24 1. Jelaskan kepada pasien mengenai
berhubungan jam diharapkan : pentingnya monitoring diri
dengan mulut 1) Perubahan gejala yang diharapkan 2. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
kering (00214) yang awalnya sangat terganggu (1) tahap perubahan
menjadi tidak terganggu (5) 3. Identifikasi bersama pasien
2) Respon perilaku yang diharapkan menegani strategi paling efektif
yang awalnya sangat terganggu (1) terkait dengan perubahan perilaku
menjadi tidak terganggu (5) 4. Dorong pasien untuk memulai
5. Membantu pasien untuk
Status Kenyamanan (2008) mengevaluasi perkembangan
1) Perawatan sesuai dengan kebutuhan 6. Jelaskan pada pasien mengenai
10
yang awalnya sangat terganggu (1) fungsi tindakan
menjadi tidak terganggu (5)
2) Kontrol terhadapt gejala yang
awalnya sangat terganggu (1)
menjadi tidak terganggu (5)
11
2 I (Intervention) Setelah diberikan intervensi dengan cara
melakukan wawancara dan melakukan
pengukuran IMT dari lansia di desa Banua
Baru. Lansia dalam penelitian ini
diwawancarai berdasar pada pertanyaan
yang ada di dalam screening Mini Nutrition
Assesment (MNA) untuk menetukan status
gizi lansia berdasarkan MNA sehingga
dalam pengambilan data yang bersifat
subyektif karena jawaban didapat langsung
dari lansia. Penentuan status gizi
berdasarkan MNA mempunyai tujuan yaitu
untuk mengetahui apakah seseorang berada
pada kondisi risiko malnutrisi atau tidak
sehingga dapat ditentukan intervensi gizi
sejak dini tanpa membutuhkan penilaian
oleh tim khusus gizi. dari pengukuran MNA
bahwa terdapat lansia dengan risiko
mengalami malnutrisi 20 responden
(52,6%) dan lansia yang mengalami
malnutrisi 18 responden (47,3%),
sedangkan untuk status giz normal tidak ada
responden. Hasil penelitian didapat yaitu
dari 18 sampel mengalami malnutrisi dan
20 sampel resiko mengalami malnutrisi,
sedangkan untuk pengukuran IMT dari
lansia didapatkan hasil nilai 0=IMT <19;19
orang, nilai 1=IMT 19-21;9 orang, nilai
2=IMT 21-26;6 orang, nilai 3=IMT >23;4
orang.
3 C (Comparation) “Gambaran Nutrisi Lansia Di Desa
Banua Baru”
12
Membahas mengenai Gambaran Nutrisi
Lansia di daerah Desa Banua Baru, metode
penelitian yang digunakan adalah penelitian
ini menggunakan penilitian deskriptif
kuantitatif karena dari Penelitian dilakukan
dengan pengukuran dan pengamatan status
gizi pada lansia yang dilakukan dalam satu
waktu saja dengan kritetria inklusinya
adalah lansia yang dapat diajak
berkomunikasi, dengan menggunakan
rancangan pada variable Skcreening Mini
Nurtitional Asessment (MNA).
Berdasarkan dari Hasil penelitian didapat
yaitu dari 18 sampel mengalami malnutrisi
dan 20 sampel resiko mengalami malnutrisi,
sedangkan untuk pengukuran IMT dari
lansia didapatkan hasil nilai 0=IMT <19;19
orang, nilai 1=IMT 19-21;9 orang, nilai
2=IMT 21-26;6 orang, nilai 3=IMT >23;4
orang.
13
Kelurahan Kaliwates Kecamatan Kaliwates
Kabupaten Jember dengan jumlah 105
orang. Sampel penelitian adalah 52
responden dengan teknik pengambilan
sampel menggunakan purposive sampling.
Instrumen penelitian ini berupa kuesioner
tentang peran keluarga. Sedangkan untuk
pengukuran status gizi menggunakan
lembar observasi berdasarkan parameter
berat badan dan tinggi badan sesuai kategori
Z Score. Hasil pengukuran status gizi
dikelompokkan menjadi tiga. Hasil uji
statistik Chi Square menunjukkan nilai p
0,001 < 0,05 sehingga dapat dikatakan
bahwa uji statistik tersebut bermakna atau
dengan kata lain terdapat hubungan peran
keluarga dengan status gizi pada lansia
4 O (Outcome) Status gizi berdasarkan Indeks Massa
Tubuh (IMT) didapatkan data bahwa lansia
dengan IMT < 19; 19 Orang, IMT 19-21 ; 9
orang, IMT 21-23 ; 6 orang, IMT > 23 ; 4
orang. Sedangkan untuk status gizi
menggunakan Mini Nutritional Asesssment
(MNA) didapatkan data bahwa 18 sampel
mengalami malnutrisi, 20 sampel resiko
mengalami malnutrisi dan 0 sampel yang
mengalami nutrisi baik.
Dari paparan diatas dapat disimpulkan
mengenai status gizi dengan terdapat 18
sampel yang tidak mendapatkan cukup
nutrisi, 20 sampil yang berisiko untuk tidak
mendapatkan cukup nutrisi dan 0 sampel
14
mengalami nutrisi baik yang artinya tidak
ada sampel diterima dengan keterangan
nutrisi yang baik. Dengan diharapkan pada
desa setempat untuk melakukan
pemeriksaan status gizi pada lansia secara
rutin dan berkala baik menggunakan IMT
maupun MNA, dan peran keluarga perlu
ditingkatkan untuk melakukan pengawasan
makanan pada lansia.
15
BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
Menurut World Health Organization (WHO) , lansia adalah seseorang
yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan kelompok
umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupannya. Nutrient adalah zat organik dan anorganik dalam makanan
yang diperlukan tubuh agar dapat berfungsi untuk pertumbuhan dan
perkembangan, aktivitas, mencegah defisiensi, memeliharan kesehatan dan
mencegah penyakit, memelihara fungsi tubuh, kesehatan jaringan, dan
suhu tubuh, meningkatkan kesembuhan, dan membentuk kekebalan.
Keperawatan Pengkajian keperawatan terhadap masalah kebutuhan nutrisi
dapat meliputi pengkajian khusus masalah nutrisi dan pengkajian fisik
secara umum yang berhubungan dengan kebutuhan nutrisi.
b. Saran
Dari pembahasan tentang makalah di atas, diharapkan mahasiswa dapat
menambah pengetahuan maupun wawasan mengenai Asuhan Keperawatan
Lansia Dengan Pemenuhan Nutrisi. Meskipun kami menginginkan
kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, tetapi pada kenyataannya
masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami
harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Indraswari, W., Thaha, A. R. dan Jafar, N. (2018) “Pola Pengasuhan Gizi Dan
Status Gizi Lanjut Usia Di Puskesmas Lau Kabupaten Maros Tahun 2012
Nursing Of Nutrition Aspects And Nutritional Status Among Elderly In
Lau Health Center Maros Regency 2012 Program Studi Ilmu Gizi ,
Fakultas Kesehatan Masyarakat,”
17
Lampiran Artikel
18
19