Anda di halaman 1dari 38

KEPERAWATAN GERONTIK

“ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN MASALAH NUTRISI : DEFISIT


NUTRISI”

DOSEN PEMBIMBING :

NS.Agung Riyadi, S.Kep, M.Kes

Disusun Oleh

Kelompok 1 :

1. ADE SETIAWAN (P05120218045)


2. ARMANDA OGILVI ALVAREZA (P05120218048)
3. AYU INDRASEPTIAWATI (P05120218049)
4. BALQIS PURNAMA DONA (P05120218051)
5. BELLA SAMYA DWI PUTRI (P05120218052)

KELAS : 3B DIII KEPERAWATAN

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BENGKULU

DIII KEPERAWATAN

2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rezeki dan kesehatan kepada kami sehingga kami mempunyai
kesempatan untuk menyelesaikan pembuatan Asuhan Keperawatan yang dibuat
untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Gerontik. Adapun
materi yang kami buat adalah “Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Masalah
Nutrisi: Defisit Nutrisi”

Kami menyadari dan meyakini bahwa tugas ini masih jauh dari kata
sempurna. Masih banyak kekurangan dan kesalahan yang kami sadari atau pun
yang tidak kami sadari. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran, agar
di masa yang akan datang kami bisa membuat yang lebih baik lagi. Namun begitu,
meskipun tugas ini jauh dari kata sempurna kami berharap agar sedikit banyaknya
dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan mendukung dalam pembuatan tugas ini. Demikian sedikit kata pengantar dari
kami atas perhatian para pembaca sekalian kami mengucapkan terima kasih.

Bengkulu, 14 Agustus 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Kata pengantar......................................................................................................ii
Daftar isi................................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................2
Bab II Tinjauan Teoritis........................................................................................3
A. Definisi.................................................................................................................3
B. Kebutuhan Nutris Lansia......................................................................................3
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Pada Lansia......................8
D. Gangguan Nutrisi Pada Lansia.............................................................................8
.....................................................................................................................................
E.Status Gizi Pada Lansia.......................................................................................10
F. Penatalaksanaan..................................................................................................11
Bab III Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Masalah Nutrisi : Defisit
Nutrisi....................................................................................................................13
A .Pengkajian.........................................................................................................13
B. Diagnosa Keperawatan......................................................................................30
C. Intervensi Keperawatan......................................................................................31
Bab IV Penutup ....................................................................................................35
A. Kesimpulan .......................................................................................................35
B. Saran ..................................................................................................................35
Daftar pustaka.......................................................................................................36

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lanjut Usia (Lansia) adalah manusia yang sedang mengalami
proses menua atau menjadi tua yaitu suatu proses alamiah, yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu anak, dewasa dan
tua. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih,
gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin
memburuk dan figure tubuh yang tidak proporsional.
Nutrisi yang adekuat merupakan suatu komponen esensial pada
kesehatan lansia. Faktor-faktor fisiologis yang dapat dikaitkan dengan
kebutuhan nutrisi yang unik pada lansia adalah menurunnya sensitivitas
olfaktorius, perubahan persepsi rasa dan peningkatan kolesistokinin yang
dapat memengaruhi keinginan untuk makan dan peningkatan rasa
kenyang. Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan terhadap proses
pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan
menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh .
Lanjut Usia (Lansia) dimasukkan ke dalam kelompok rentan gizi,
meskipun tidak ada hubungannya dengan pertumbuhan badan , bahkan
sebaliknya sudah terjadi involusi dan degenerasi jaringan dan sel-selnya.
Timbulnya kerentanan terhadap kondisi gizi disebabkan kondisi fisik, baik
anatomis maupun fungsionalnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi nutrisi?
2. Apa kebutuhan nutrisi lansia?
3. Apa faaktor-faktor yang mempengaruhi gizi pada lansia?
4. Apa Gangguan nutrisi pada lansia?
5. Apa status gizi pada lansia?
6. Bagaimana penatalaksanaan lansia dengan masalah nutrisi?

1
7. Bagaimana asuhan keperawatan lansia dengan masalah
nutrisi:kekurangan nutrisi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi nutrisi
2. Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi lansia
3. Untuk mengetahui faaktor-faktor yang mempengaruhi gizi pada lansia
4. Untuk mengetahui gangguan nutrisi pada lansia
5. Untuk mengetahui status gizi pada lansia
6. Untukk mengetahui penatalaksanaan lansia dengan masalah nutrisi
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan lansia dengan masalah
nutrisi:kekurangan nutrisi

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan
dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh
manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan
hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting
dalam tubuh serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan
sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat-zat lain yang
terkandung, aksi, reaksi, dan keseimbangan yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit.

Nutrisi yang adekuat merupakan suatu komponen esensial pada


kesehatan lansia. Faktor-faktor fisiologis yang dapat dikaitkan dengan
kebutuhan nutrisi yang unik pada lansia adalah menurunnya sensitivitas
olfaktorius, perubahan persepsi rasa dan peningkatan kolesistokinin yang
dapat memengaruhi keinginan untuk makan dan peningkatan rasa
kenyang. Proses penuaan itu sendiri sebenarnya tidak mengganggu proses
penyerapan vitamin pada berbagai tingkatan yang luas. Namun, laporan-
laporan terakhir mengindikasikan bahwa lansia mengalami defisiensi
vitamin B12, vitamin D dan asam folat.

B. Kebutuhan Nutrisi Lansia


Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar
manusia yang sangat vital. Nutrisi merupakan sumber energi untuk segala
aktivitas dalam sistem tubuh. Sumber nutrisi dalam tubuh berasal dari
dalam tubuh itu sendiri, seperti glikogen yang terdapat dalam otot dan hati
ataupun protein dan lemak dalam jaringan dan sumber lain yang berasal
dari luar tubuh seperti yang sehari-hari dimakan oleh manusia
(Sutanto dan Fitriana, 2017).
Kebutuhan nutrisi lansia tidak sama dengan kebutuhan orang
dewasa atau yang lebih muda. Pemahaman tentang kebutuhan nutrisi
lansia sangat penting untuk memberikan asuhan keperawatan yang baik.

3
Untuk menilai kecukupan nutrisi dan memilih intervensi yang baik,
perawat harus memiliki pengetahuan tentang nutrisi dasar dan terapi diet.
Kebutuhan gizi klien lanjut usia perlu dipenuhi secara adekuat
untuk kelangsungan proses pergantian sel dalam tubuh,mengatasi proses
menua, dan memperlambatusia biologis. Kebutuhan kalori pada klien
lanjut usia berkurang karena berkurangnya kalori dasar akibat kegiatan
fisik. Kebutuhan kalori klien lanjut usia tidak melebihi 1700 kalori.
1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan kelompok famili dari zat gula dan pati.
Karbohidrat terbagi menjadi dua jenis yaitu karbohidrat kompleks dan
sederhana. Karbohidrat sederhana lebih mudah digunakan karena
mereka memiliki ikatan yang lemah sehingga mudah untuk dipecah
dan digunakan oleh tubuh. Karbohidrat tersebut misalnya gula, madu,
sirup dan permen. Karbohidrat kompleks harus dipecah menjadi
karbohidrat sederhana sebelum digunakan oleh tubuh. Pemecahan
tersebut membutuhkan waktu dan energi. Contoh makanan yang
mengandung karbohidrat komplek adalah sayuran, padi-padian dan
buah. Makanan yang mengandung karbohidrat kompleks biasanya
juga mengandung nutrisi yang lain seperti mineral dan vitamin yang
lebih banyak dibandingkan pada makanan yang mengandung
karbohidrat sederhana. Karbohidarat kompleks biasanya mengandung
lebih banyak erat yang larut dalam air. Menurut The American Health
Association merekomendasikan sekitar 55-60 % kalori dalam tubuh
berasal dari karbohidrat kompleks. Rekomendasi lebih ditujukan
untuk lansia.
Diet tinggi karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk
mengontrol terjadinya proses penyakit. Serat yang larut dalam
karbohidrat dapat menyerap kolesterol jahat dalam darah yang
membantu individu yang memiliki resiko penyakit arteri korener.
Karbohidrat kompleks juga memiki peranan penting mengontrol
diabetes karena efektivitasnya dalam menghasilkan energi tanpa
menyebabkan peningkatan glukosa dalam darah

4
2. Protein
Protein terdiri dari asam amino yang penting untuk perbaikan
jaringan. RDA protein untuk wanita diatas 50 tahun adalah 50 gram
per hari, sedangkan untuk pria diatas 50 tahun, RDA proteinnya
adalah 65 gram per hari. Data dari The National Health and Nutrition
Examination Survey mengungkapkan bahwa 10 % - 25 % wanita
diatas 55 tahun mengonsumsi kurang dari setengah jumlah harian
protein yang disarankan. Konsumsi protein pada lansia dapat
dipengaruhi oleh banyak factor termasuk kemampuan untuk
mendapatkan dan menyiapkan makanan, bahkan kemampuan untuk
mengunyah makanan yang mengandung protein tinggi
Secara umum kebutuhan protein bagi orang dewasa per hari
adalah 1 gram per kg berat badan. Pada lansia, masa ototnya
berkurang. Tetapi ternyata kebutuhan tubuhnya akan protein tidak
berkurang, bahkan harus lebih tinggi dari orang dewasa, karena pada
lansia efisiensi penggunaan senyawa nitrogen (protein) oleh tubuh
telah berkurang (disebabkan pencernaan dan penyerapannya kurang
efisien). Beberapa penelitian merekomendasikan, untuk lansia
sebaiknya konsumsi proteinnya ditingkatkan sebesar 12-14% dari
porsi untuk orang dewasa. Sumber protein yang baik diantaranya
adalah pangan hewani dan kacang-kacangan.
3. Lemak
Lansia disarankan mengkonsumsi lemak sekitar 25 % sampai
30 % dari total asupan kalori harian. Saran ini berlaku untuk semua
umur. Lemak diperlukan dalam diet untuk membantu dalam
penyerapan vitamin yang larut dalam lemak dan memberikan jumlah
yang cukup. Lemak dibutuhkan karena dapat memberikan rasa
kenyang setelah makan.
Lemak atau lipid merupakan sumber energi yang mengasilkan
jumlah kalori lebih besar dari pada karbohidrat dan protein.
(Tarwoto dan Wartonah,2010)
Kebutuhan lemak untuk lansia yaitu :

5
a) Lemak merupakan sumber tenaga selain hidrat arang
b) Konsumsi lemak yang berlebihan tidak dianjurkan pada usia
lanjut karena dapat meningkatkan kadar lemak dalam tubuh
khususnya kadar kolesterol darah.
c) Kebutuhan lemak usia lanjut lebih sedikit.
d) Konsumsi lemak dibatasi jangan lebih dari seperempat
kebutuhan energi.
e) Pada usia lanjut dianjurkan untuk mengonsumsi asam lemak
tak jenuh (berasal dari nabati). Dan pembatasan konsumsi lemak
untuk usia lanjut karena mengingat berkurangnya aktivitas tubuh,
Berkurangnya produksi enzim sehingga pencernaan lemak tidak
sempurna akan membebani lambung dan usus, bisa
menyebabkan arterosklerosis bila mengkonsumsi asam
lemak jenuh yang tinggi, dan Jumlah lemak dalam makanan
dibatasi, yaitu 25-30% dari total kalori (Nasrullah, 2016).
4. Vitamin
Vitamin merupakan komponen organik yang dibutuhkan tubuh
dalam jumlah kecil dan tidak dapat diproduksi dalam tubuh. Vitamin
sangat berperan dalam proses metabolisme karena fungsinya sebagai
katalisator. Untuk usia lanjut dianjurkan untuk mengingatkan
konsumsi makanan kaya vitamin A,B,E untuk mencegah penyakit
degeneratif (sebagai antioksidan). Selain itu, mengonsumsi makanan
yang makanan yang banyak mengandung vitamin B12, asam folat,
dan B1 juga dianjurkan, untuk menanggulangi risiko penyakit jantung
(Tarwoto dan Wartonah, 2010).
Kebutuhan vitamin untuk usia lanjut perorang per hari adalah :
a. Vitamin A wanita 500 RE dan laki- laki 600 g.
b. Vitamin B1 1,0 µg.
c. Vitamin B6 wanita 1,6 µg dan laki- laki 2,0 µg
d. Vitamin B12 1,0 µg
e. Asam folat wanita 150 µg dan laki- laki 170 µg
f. Vitamin C60 µg

6
g. Vitamin D5 µg
h. Vitamin E wanita 8 µg dan laki-laki 10 µg (Nasrullah, 2010)
5. Mineral
Mineral adalah ion anorganik esensial untuk tubuh karena
peranannya sebagai katalis dalam reaksi biokimia. Mineral dan
vitamin tidak menghasilkam energi, tetapi merupakan elemen kimia
yang berperan dalam mempertahankan proses tubuh.
Pada usia lanjut dianjurkan mengonsumsi makanan kaya Fe,
Zn, selenium dan kalsium untuk mencegah anemia dan pengeroposan
tulang terutama pada wanita (Tarwoto dan Wartonah, 2010).
Kebutuhan mineral untuk lansia per hari adalah :
a. Kalsium wanita 500 µg dan laki-laki 600 µg.
b. Zat besi wanita 14 µg dan laki-laki 13 µg.
c. Natrium (NaCl) 2,8-7,8 g.
d. Seng (Zn) 15 µg.
e. Selenium wanita 55 µg dan laki-laki 70 µg (Nasrullah, 2016).
6. Air
Merupakan media transport nutrisi dan sangat penting dalam
kehidupan sel-sel tubuh. Setiap hari, sekitar 2 liter air masuk ke tubuh
kita melalui minum, sedangkan cairan digestif yang diproduksi oleh
berbagai organ saluran pencernaan sekitar 8-9 liter, sehingga sekitar
10-11 liter cairan beredar dalam tubuh. Namun demikian, dari 10-11
liter cairan yang masuk, hanya 50-200 ml yang dikeluarkan melalui
feses, selebihnya direabsorpsi. Absorpsi air terjadi pada usus halus
dan usus besar (kolon) dan terjadi melalui proses difusi (Tarwoto dan
Wartonah, 2010)
Kebutuhan air untuk lansia yaitu Minum air 6-8 gelas per
hari, banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin, dan
pembatasan minum kopi dan teh (Sunaryo, 2016).

7
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Pada Lansia
1. Tinggal sendiri: seseorang yang tinggal sendiri sering tidak
memperdulikan tugas memasak untuk menyediakan makanan
2. Kelemahan fisik: akibat kelemahan fisik sehinga menyebabkan
kesulitan untuk berbelanja atau memasak, mereka tidak mampu
merencanakan dan menyediakan makanannya sendiri.
3. Kehilangan: terutama terlihat pada pria lansia yang tidak pernah
memasak untuk mereka sendiri, mereka biasanya tidak memahami
nilai suatu makanan yang gizinya seimbang.
4. Depresi: menyebabkan kehilangan nafsu makan, mereka tidak mau
bersusah payah berbelanja, memasak atau memakan makanannya.
5. Pendapatan yang rendah: ketidak mampuan untuk membeli makanan
yang cermat untuk meningkatkan pengonsumsian makanan yang
bergizi.
6. Penyakit saluran cerna: termasuk sakit gigi dan ulkus. Berkurangnya
kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong,
Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran rasa lapar menurun,
asam lambung menurun, berkurangnya indera pengecapan
mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis, asin, asam, dan
pahit, gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya
menimbulkan konstipasi, penyerapan makanan di usus menurun
7. Penyalahgunaan alkohol: penyalah gunaan alcohol mengurangi asupan
kalori atau nonkalori seperti asupan energy dengan sedikit factor
nutrisi lain.
8. Obat-obatan : lansia yang mendapatkan banyak obat dibandingkan
kelompok usia lain yang lebih muda ini berakibat buruk terhadap
nutrisi lansia. Pengobatan akan mengakibatkan kemunduran nutrisi
yang semakin jauh.

D. Gangguan Nutrisi Pada Lansia


1. Defisit nutrisi/Malnutrisi

8
Malnutrisi adalah suatu keadaan gizi buruk yang terjadi karena
tidak cukupnya asupan satu atau lebih nutrisi yang membahyakan
status kesehatan (Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada
Lansia.Jakarta:EGC).
Malnutrisi adalah keadaan ketika seseorang mengalami
kekurangan atau ketidakseimbangan energi protein atau nutrien
lainnya. Nutrisi itu termasuk lemak karbohidrat, protein, vitamin, dan
mineral. Malnutrisi dapat menyebabkan perubahan padakomposiisi
tubuh dan gangguan pada metabolisme tubuh. Menurut Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO), lansia adalah salah satu kelompok yang
rentanmengalami malnutrisi.
Tanda dan gejala pada malnutrisi lansia adalah diantaranya
mengalami penurunan minat pada makanan dan minuman, penurunan
asupan makanan, kelelahan, sulit berkonsentrasi, serta sering merasa
kedinginan dan jaringan otot & lemak ditubuh semakin menipis. Hal
ini bisa dilihat dari semakin mengecilnya diameter lengan atau paha
lansia.
Dalam kasus yang lebih parah, malnutrisi mengakibatkan lansia
sulit bernafas, kulit tipis, kering, tidak elastis, pucat, dan dingin,
rambut menjadi kering serta mudah rontok. Tidak hanya berpengaruh
pada fisik malnutrisi juga dapat memengaruhi psikis sehingga lansia
menjadi lebih mudah tersinggung hingga mengalami depresi.
2. Obesitas
Keadaan badan yang amat gemuk dan berat akibat timbunan
lemak yang berlebihan, dimana kelebihan lemak tubuh melebihi dari
20% dari jumlah yang di anjurkan untuk tinggi dan usia seseorang.
Pola konsumsi yang berlebihan terutama yang mengandung lemak,
protein dan karbohidrat yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Pencetus berbagai seperti Hipertensi, Penyakit jantung koroner, Strok,
seta Diabetes Melitus.
3. Osteoporosis

9
Kondisi dimana sering disebut tulang kropos yang disebabkan
oleh penurunan densitas tulang akibat kurangnya konsumsi kalsium
dalam jangka waktu yang lama. Mencapai maksimum pada usia 35
tahun pada wanita dan 45 tahun pada pria.
4. Anemia
Kondisi dimana sel-sel darah mengandung tingkat haemoglobil
yang tidak normal, kimia yang bertugas membawa oksigen di seluruh
tubuh yang disebabkan kurang Fe, asam folat, B12 dan protein.
Akibatnya akan cepat lelah, lesu, otot lemah, letih, pucat, kesemutan,
sering pusing, mata berkunang-kunang, mengantuk, HB <8 gr/dL.
5. Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan di
tambah dengan kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu
makn berkurang, penglihatan menurun, kulit kering, penampilan
menjadi lesu dan tidak bersemangat.
6. Kekurangan anti oksidan
Anti oksidan (banyak dijumpai dalam buah-buahan dan sayuran)
mampu menangkal efek merusak radikal bebas terhadap tubuh,
sehingga konsumsi yang kurang dapat meningkatkan resiko berbagai
penyakit akibat radikal bebas, seperti serangan jantung dan stroke,
katarak, persendian hingga menurunnya penampilan fisik seperti kulit
menjadi keriput.
7. Sulit buang air besar karena pergerakan usus besar semakin lambat,
makanan lambat diolah dalam tubuh. Akibatnya, buang air besar jadi
jarang.
8. Kelebihan gul a dan garam
a. Garam (natrium) dapat meningkatkan tekanan darah, terutama pada
orangtua
b. Makanan tinggi gula membuat tubuh mudah gemuk, meningkatkan
kolesterol dan gula darah, karena itu sebaiknya kurangi konsumsi
gula dan garam
E. Status Gizi Pada Lansia

10
1. Metabolisme basal menurun, kebutuhan kalori menurun, status gizi
lansia cenderung mengalami kegemukan/obesitas
2. Aktivitas/kegiatan fisik berkurang, kalori yang dipakai sedikit,
akibatnya cenderung kegemukan/obesitas
3. Ekonomi meningkat, konsumsi makanan menjadi berlebihan,
akibatnya cenderung kegemukan/obesitas
4. Fungsi pengecap/penciuman menurun/hilang, makan menjadi tidak
enak dan nafsu makan menurun, akibatnya lansia menjadikurang gizi
(kurang energi protein yang kronis
5. Penyakit periodontal (gigi tanggal), akibatnya kesulitan makan yang
berserat (sayur, daging) dan cenderung makan makanan yang lunak
(tinggi klaori), hal ini menyebabkan lansia cenderung
kegemukan/obesitas
6. Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencerna makanan, hal
ini mengganggu penyerapan vitamin dan mineral, akibatnya lansia
menjadi defisiensi zat-zat gizi mikro
7. Mobilitas usus menurun, mengakibatkan susah buang air besar,
sehingga lansia menderita wasir yang bisa menimbulkan perdarahan
dan memicu terjadinya anemia
8. Sering menggunakan obat-obatan atau alkohol, hal ini dapat
menurunkan nafsu makan yang menyebabkan kurang gizi dan
hepatitis atau kanker hati
9. Gangguan kemampuan motorik, akibatnya lansia kesulitan untuk
menyiapkan makanan sendiri dan menjadi kurang gizi
10. Kurang bersosialisasi, kesepian (perubahan psikologis), akibatnya
nafsu makan menurun dan menjadi kurang gizi
11. Pendapatan menurun (pensiun), konsumsi makanan menjadi menurun
akibatnya menjadi kurang gizi
12. Demensia (pikun), akibatnya sering makan atau malah jadi lupa
makan, yang dapat menyebabkan kegemukan atau pun kurang gizi.
F. Penatalaksanaan

11
1. Memperhatikan kebutuhan gizi pada lansia. Kecukupan energy sehari
yan dianjurkan untuk pria berusia lebih tua atau sama dengan 60 tahun
dengan berat badan sekitar 62 kg adalah 2200 kkal sedangkan untuk
perempuan adalah 1850 kkal
2. Memperhatikan bentuk dan variasi makanan yang menarik agar tidak
membosankan (bentuk cair, bubur saring, bubur, nasi tim, nasi biasa)
3. Menambah makanan cair lain / susu bila lansia tidak bias
menghabiskan makanannya
4. Bila terdapat penyakit metabolic seperti DM, gula sederhana
dihindari, bila terdapat penyakit gagal ginjal sebaliknya dipilih asam
amino yang esensial.
Perubahan sederhana untuk memperbaiki diet bagi manula yaitu :
1. Minum satu gelas sari buah yang murni (jangan dicampuri air ataupun
gula)
2. Sarapan dengan biji-bijian utuh (misalnya havermout, beras merah)
dan telur setiap pagi
3. Mengusahakan makan daging atau ikan paling tidak sekali dalam
sehari
4. Minum segelas susu pada waktu akan tidur
5. Paling sedikit makan satu porsi sayuran setiap hari.

12
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
LANSIA DENGAN MASALAH NUTRISI : DEFISIT GIZI

A. Pengkajian Klien Gerontik


Identitas Klien
Nama : Ny. P
Umur : 55 Tahun
Alamat : Gg. Harapan RT 03 No 29
Rawa Makmur, Bengkulu
Pendidikan : SD
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Melayu
Agama : Islam
Status perkawinan : Janda
Ciri-ciri khas : Memiliki tahi lalat di pipi
sebelah kanan, rambut
beruban, kulit sawo
matang, gigi ompong
hampir keseluruhan dari
jumlah gigi.
Gol. Darah :A
Tanggal pengkajian : 3 Desember 2012
Orang paling dekat yg bisa dihubungi : Tn. U
Hubungan dengan lansia : Anak
Alamatnya : Gg. Harapan RT 03 No 29
Rawa makmur, Bengkulu
Jenis Kelamin : Laki-laki
1. Status Kesehatan Saat ini (RKS)
Ny. P mengalami masalah pada pola makan, nafsu makan Ny. P berkurang,
hanya mampu menghabiskan seperempat porsi makanan dari biasanya. Klien
kurang makan sayur dan buah-buahan, BB sebelumnya 48kg, BB saat ini

13
45kg. Selain itu klien juga sering mengeluh rasa nyeri di kepala, kunang-
kunang, pusing ketika ia terlalu banyak melakukan aktifitas.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD):
Lansia Ny. P mengatakan bahwa dirinya pernah menderita tekanan darah
rendah ± 3 tahun yang lalu. Sudah berobat ke Puskesmas tetapi selanjutnya
hanya bila terasa pusing beliau hanya dibuat untuk tidur, kadang-kadang
beliau memeriksakan kepada bidan yang ada di dekat rumahnya selain itu
lansia Ny. P ± 5 tahun yang lalu kemudian rutin melakukan pengobatan
tentang DM nya dan diit makananya kemudian sejak ± 3 tahun yang lalu
gula darah sudah turun/normal sampai sekarang.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga:
Ny. P mengatakan ia tidak memiliki penyakit berat yang sampai dibawa ke
Rumah Sakit, begitu juga dengan Tn. U yang tinggal serumah dengan
klien, ia mengatakan bahwa ia jarang sakit dan tidak pernah dirawat di
Rumah Sakit.

4. Genogram:

Ny. P 55 th

Tn.U 38 th

Keterangan:
= Laki – Laki = Garis pernikahan

14
= Perempuan = Meninggal Dunia

------ = Tinggal serumah = Garis Keturunan

= Klien

5. Riwayat Lingkungan kamar


Kamar Ny. P berukuran 3x4m memiliki 1 jendela yang diatasnya terdapat
ventilasi cahaya dan udara, sehingga cahaya dan sirkulasi udara dikamar klien
cukup baik. Ny. P beristirahat diatas tempat tidur yang terbuat dari kayu dan
papan, namun tetap dialasi oleh kasur yang terbuat dari kapuk. Disana juga
terdapat lemari pakaian klien terbuat dari kayu tanpa penutup, sehingga
tumpukan pakaian terlihat dari luar.
6. Riwayat pekerjaan
Dahulu Ny. P adalah seorang petani yang memiliki sebidang sawah di lahan
sebelah rumahnya, namun setelah kematian suaminya, sawah tersebut dijual
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga Ny. P kehilangan mata
pencahariannya sebagai petani. Semenjak saat itu hingga sekarang Ny. P tidak
lagi bekerja dan hanya membantu mengurusi kebun yang dimiliki oleh anaknya
di belakang rumah, sedangkan untuk biaya kebutuhan hidup ditanggung oleh
anaknya.
7. Riwayat Rekreasi
Ny. P pernah pergi rekreasi sebanyak 2 kali ketika dulu ia masih bersama dengan
suaminyan namun sejak tinggal hanya dengan anak laki-lakinya, ia belum pernah
pergi berekreasi baik sendiri maupun bersama keluarga atau orang lain.
8. Tinjauan Sistem
a. Keadaan umum
Ny. P memiliki tinggi badan 155 cm berat badan 45kg. Tampak
kebersihan tubuh terjaga serta pakaian yang digunakan rapi dan
bersih.
b. Kesadaran
Compos mentis

15
c. Tanda-tanda vital
TD : 100/70mmhg
Nadi : 80x/menit
RR : 16x/menit
Suhu : 36,5°C
d. Kepala
Bentuk kepala normal, tampak pada rambut sudah mengalami penurunan
fungsi pigmentasi (rambut beruban), rambut kepala mulai jarang
(mengalami kerontokan).
e. Mata
Ny. P mengalami sedikit gangguan penglihatan, klien tidak bisa melihat
benda yang jauh pada jarak sekitar 2m, bentuk mata simetris, warna pada
lensa mata mengalami kekeruhan.
f. Hidung
Hidung simetris, Ny. P tidak mengalami gangguan penciuman, tidak ada
nyeri saat ditekan.
g. Telinga
Ny. P tidak mengalami gangguan pendengaran, masih dapat mendengar
suara-suara secara normal. Bentuk telinga simetris, bersih dan tidak ada
serumen.
h. Mulut dan tenggorok
Mukosa pucat dan kering, tidak ada pembengkakan tonsil, tampak
sariawan pada lidah.
i. Leher
Tidak tampak pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan saat
pemeriksaan.
j. Dada
Pola nafas 16x/menit, gerakan dada intercostal, Frekuensi  80 x/mnt
reguler, bunyi jantung normal, letak jantung Ictus Cordis teraba pada
intercostal  V, kira-kira 1 jari

16
medial dari garis midklavikular, tidak ada pembesaran jantung dan paru,
tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema.
k. Abdomen
Tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan dan nyeri tekan.
l. Sistem genital reproduksi dan sistem perkemihan
Tidak ada kelainan pada sistem reproduksi Ny.P , produksi urine 600
ml/hr, frekuensi 2x/hr, warna kekuningan (normal), bau amoniak.
m. Sistem musculoskeletal (ekstremitas atas dan bawah)
Ny. P masih merasa kuat ketika banyak beraktivitas, klien masih mampu
mengurusi kebun di belakang rumahnya untuk membantu meringankan
pekerjaan anaknya.
n. Sistem persarafan
Tingkat kesadaran compos mentis, GCS : Eye (4) Verbal (5) Motorik (6)
Total GCS:15, refleks normal.
o. Sistem endokrin
Tidak ada faktor alergi, tidak ada pembengkakan, tidak ada kelainan
endokrin.
p. Sistem Integumen
Warna kulit Ny. P kuning langsat, turgor jelek, dan tidak elastis.
10. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
a. Psikososial
Ny. P menyadari bahwa usianya yang semakin lanjut menyebabkan
kemunduran berbagai fungsi dari tubuhnya, Ny. P tinggal hanya bersama
dengan anak satu-satunya Tn. U yang sudah menjadi duda sejak usia 30
tahun, meski begitu Ny. P tidak merasa sepi dan sedih berlarut-larut, sebab
ia telah menerima bahwa pasangan hidupnya telah meninggalkannya
karena itu takdir, begitu pula yang ia rasakan ketika menantunya, istri Tn.
U juga meninggal dunia. Dalam kehidupan sehari-hari ia terbiasa mandiri,
melakukan apa yang masih bisa ia lakukan sehari-hari. Penurunan
kekuatan fisik menyebabkan ia mengalami keluhan nyeri pada kepala,
sakit pinggang, nyeri sendi, serta kunang-kunang ketika ia melakukan
aktivitas fisik berlebihan, jika sudah merasakan hal itu, Ny. P akan

17
mengehentikan aktivitasnya dan beristirahat saja.
b. Spiritual
Ny. P menganut agama islam, sejak menginjak usia lanjut Ny. P lebih
memperbanyak ibadahnya, seperti sholat, membaca Al Quran dan
mengikuti pengajian di masjid dekat rumahnya yang rutin dilakukan 1
bulan 1 kali.
11. Identifikasi Masalah Emosion
P er ta ny aa n t ah ap I
a. Apakah klien mengalami sukar tidur?
Jawaban : Tidak
b. Apakah klien sering merasa gelisah?
Jawaban : Tidak
c. Apakah klien sering murung atau menangis sendiri?
Jawaban : Tidak
d. Apakah klien sering was-was atau kuatir?
Jawaban : Tidak

Jawaban : Ya > 1 Lanjut pertanyaan tahap II


Ya < 1 Pertanyaan hanya pada tahap I
Kesimpulan :
Masalah emosional positif (+)

12. Pengkajian fungsional klien


a. KATZ Indeks
Termasuk kategori yang manakah klien?
a) Mandiri dalam makan, kontinensia (BAK, BAB), menggunakan
pakaian pergi ke toilet, berpindah dan mandi.
b) Mandiri semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi di atas.
c) Mandiri kecuali mandi, dan satu lagi fungsi yang lain.
d) Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi yang lain.
e) Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ketoilet, dan satu fungsi yang lain.

18
f) Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu
fungsi yang lain.
g) Ketergantungan untuk semua fungsi di atas.
Kesimpulan :
Indeks KATZ B
b. Modifikasi dari barthel indeks
No Kriteria Dengan Mandiri Keterangan
Bantuan
1 Makan 5 10 Frekuensi : 10
Jumlah : 10
Jenis : Mandiri
2 Minum 5 10 Frekuensi : 10
Jumlah : 10
Jenis : Mandiri
3 Berpindah dari kursi 5 10 Frekuensi : 10
roda ke tempat tidur, Jumlah : 10
sebaliknya Jenis : Mandiri

4 Personal toilet 0 5 Frekuensi : 5


(mencuci muka, Jumlah :5
menyisir rambut, Jenis : Mandiri
gosok gigi)
5 Keluar masuk toilet 5 10 Frekuensi : 10
(mencuci pakaian, Jumlah : 10
menyeka tubuh, Jenis : Mandiri
menyiram)
6 Mandi 5 10 Frekuensi : 10

7 Jalan di permukaan 0 5 Frekuensi : 5


datar
8 Naik turun tangga 5 10 Frekuensi : 10

9 Mengenakan pakaian 5 10 Frekuensi : 10

19
10 Kontrol Bowel 5 10 Frekuensi : 10
(BAB) Konsistensi: Normal
11 Kotrol Bladder 5 10 Frekuensi : 10
(BAK) Warna : Kekuningan
12 Olahraga / latihan 5 10 Frekuensi : 5
Jenis : Dengan bantuan
13 Rekreasi/ 5 10 Frekuensi : 5
pemanfaatan waktu Jenis: Dengan bantuan
luang

Keterangan:
 Jumlah 130 = Mandiri
 Jumlah 65-125 = Ketergantungan sebagian
 Jumlah 60 = Ketergantungan total
Kesimpulan :
Jumlah 110 = Ketergantungan sebagian.
c. Pengkajian status mental gerontik
1. Identifikasi tingkat kerusakan Intelektual dengan menggunakan short
portable Mental status quistionnaire (SPSMQ)
Instruksi :
 Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban.
 Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan
Benar Salah No Pertanyaan
√ 01 Tanggal berapa hari ini ?
√ 02 Hari apa sekarang ini ?
√ 03 Apa nama tempat ini ?
√ 04 Dimana alamat anda ?
√ 05 Berapa umur anda ?
√ 06 Kapan anda lahir ? (Minimal tahun lahir)
√ 07 Siapa presiden Indonesia sekarang ?
√ 08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?
√ 09 Siapa nama ibu anda ?
√ 10 Kurang 3 dari 20 dan tetap dikurangi 3 dari setiap
angka baru, semua secara menurun
7 3
Score total : 7

20
Interprestasi hasil :
1. Salah 0-3 = Frekuensi intelektual utuh
2. Salah 4-5 = Frekuensi intelektual ringan
3. Salah 6-8 = Frekuensi intelektual sedang
4. Salah 9-10 = Frekuensi intelektual berat

Kesimpulan :
SPSMQ = Intelektual utuh
2. Identifikasi aspek kognitif dan fungsi mental dengan menggunakan
MMSE (Mini Mental Status Exam)
No Aspek Nilai Nilai Kriteria
kognitif maksimum klien
1 Orientasi 5 4 Menyebutkan dengan benar
a. Tahun
b. Musim
c. Tanggal
d. Hari
e. Bulan
Orientasi 5 5 Dimanakah kita sekarang?
a. Negara Indonesia
b. Propinsi Bengkulu
c. Kota Bengkulu
d. Kecamatan....
e. Rumah.....
2 Registrasi 5 5 Sebutkan nama objek (oleh
pemeriksa) 1 untuk mengatakan
masing-masing objek kemudian
tanyakan kepada klien ketiga objek
tadi (untuk disebutkan)
a. Objek……..
b. Objek……..
c. Objek……..
3 Perhatian 5 3 Minta klien untuk memulai dari

21
dan angka 100 kemudian di kurangi 7
kalkulasi sampai 5 kali/ tingkat
a. 93
b. 86
c. 79
d. 72
e. 65
4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi
ketiga objek pada no. 2 (regitrasi)
tadi, bila benar 1 point untuk
masing-masing objek
5 Bahasa 9 2 Tunjukkan pada klien suatu benda
dan tanyakan namanya pada klien
a. (misal jam tangan)
b (misal pensil)
0 Minta klien untuk mengulang kata
berikut :
“Tak ada jika, dan, atau, tetapi”
Bila benar, nilai satu poin.
c. Pernyataan benar 2 buah : tak
ada, tetapi
5 Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut yang terdiri dari :
“Ambil kertas tangan anda, lipat
dua dan taruh di lantai”
d. Ambil kertas ditangan anda
e. lipat dua
f. taruh dilantai
perintah klien untuk hal berikut
(bila aktivitas sesuai perintah nilai
satu point)
g. tutup mata anda
perintah klien untuk menulis satu

22
kalimat dan menyalin gambar
h. tulis satu kalimat
i. Menyalin gambar
Total : 24
Interpensi hasil :
> 23 : Aspek kognitif dari fungsi baik
< 23 : Terdapat kerusakan aspek fungsi mental

Kesimpulan:
MMSE = Aspek kognitif dari fungsi baik.
d. Pengkajian afektif
Digunakan untuk membedakan apakah klien mengalami depresi atau
dimensia. Pada lansia, depresi sering dihubungkan dengan kacau mental dan
disorientasi, sehingga seorang lansia depresi sering disalahartikan dengan
dimensia (Mubarak, 2006).
1. Inventaris Depresi Beck
Inventaris depresi beck
Skore Uraian
A. kesedihan
3 Saya sangat sedih atau tidak bahagia dimana saya tak dapat
menghadapinya
2 Saya galau atau sedih sepanjang waktu dan sayatidak dapat
keluar darinya
1 Saya merasa sedih dan galau
0 Saya tidak merasa sedih
Skor : 0
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan saya adalah sia-sia dan sesuatu
tidak dapat membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang
kedepan
1 Saya berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pesimis atau berkecil hati tentang masa depan
Skor : 0
C. Rasa Kegagalan
3 Saya merasa benar-benar gagal sebagai seorang (orang tua,
suami, istri)

23
2 Seperti melihat kebelakang hidup saya, semua yang dapat saya
lihat hanya kegagalan
1 Saya berasa buruk atau tak berharga sebagai bagian dari waktu
yang baik.
0 Saya tidak merasa gagal
Skor : 0
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya merasa tidak puas
Skor : 0
E. Rasa Bersalah
3 Saya merasa seolah-olah saya buruk atau tak berharga.
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk atau tak berharga sebagai bagian dari waktu
yang baik
0 Saya tidak benar-benar bersalah
Skor : 0
F. Tidak menyukai diri sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri saya sendiri
Skor : 0
G. Membahayakan diri sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai
kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran mengenai membahayakan diri
saya sendiri
Skor : 0

H. Menarik diri dari sosial


3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan
tidak peduli pada mereka semua
2 Saya telah kehilangan semua minat pada orang lain dan
mempunyai sedikit perasaan pada mereka.
1 Saya kurang berminat pada orang lain daripada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu-raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali

24
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha membuat keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
Skor : 1
J. Perubahan Gambaran diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanent
dalam saya dan ini membuat saya tak menarik
1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak buruk daripada
sebelumnya
Skor : 0
K. Kesulitan kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk
melakukan sesuatu
1 Ini memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan
sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya
Skor : 0
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya lebih lelah dari biasanya
0 Saya tidak lebih lelah dari biasanya
Skor : 1
M. Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya
Skor : 1
Total skor : 3
Penilaian :
0-4 = Depresi tidak ada atau minimal
5-7 = depresi ringan
8-15 = depresi sedang
>16 = depresi berat

Kesimpulan :
Inventaris Depresi Beck = Depresi tidak ada atau minimal.

25
e. Pengkajian Keseimbangan untuk klien lansia
Menurut Tinenti dan Ginter (1998) ada beberapa pengkajian keseimbangan
untuk klien lansia yaitu :
1. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
Instruksi :
Dudukkan klien pada kursi beralas keras dan tanpa penahan tangan,
ujilah hal-hal dibawah ini :
a) Keseimbangan saat duduk
1) Bersandar atau bertumpu pada kursi (0)
2) Mantap, aman (1)
Skor (0)
b) Bangkit berdiri
1) Tidak stabil bila tanpa bantuan (1)
2) Mampu berdiri menggunakan kedua tangan untuk
sokongan (1)
3) Mampu berdiri tanpa dibantu sokongan lengan sendiri
(2)
Skor (1)
c) Upaya untuk bangkit berdiri
1) Tidak mampu tahan lama (0)
2) Mampu untuk melakukan tetapi membutuhkan upaya
lebih satu kali (1)
3) Mampu bangkit berdiri dengan satu kali upaya (2)
Skor (2)
d) Keseimbangan setelah tiba-tiba berdiri (5 detik pertama)
1) Tidak tetap (bergoyang, menggerakkan kaki) (0)

2) Tetap stabil namun menggunakan tongkat atau


penyokong lainnya (1)
3) Tetap stabil tanpa menggunakan tongkat atau
penyokong lainnya (2)
Skor (2)
e) Keseimbangan saat berdiri

26
1) Tidak stabil (0)
2) Tetap stabil namun dengan kedudukan kaki yang lebar
atau menggunakan alat bantu (1)
3) Kedudukan kaki yang sempit dan tidak memerlukan alat
penyokong (2)
Skor (2)
f) Pertahankan akan keseimbangan diri (kaki pasien berposisi
serapat mungkin dan dorong lembut area sternum sebanyak
3 kali)
1) Mulai terjatuh (0)
2) Bergoyang dan menggapai-gapai namun
akhirnya mendapat keseimbangan (1)
3) Tetap stabil (2)
Skor (2)
g) Mata tertutup (dengan posisi sama dengan nomor 6)
1) Tidak stabil (0)
2) Stabil (1)
Skor (1)
h) Upaya untuk duduk
1) Tidak aman (salah pikiran mengenai jauhnya jarak
atau terjatuh ke atas kursi) (0)
2) Mempergunakan tangan (1)
3) Gerakan yang halus serta aman (2)
Skor (1)
2. Komponen gaya jalan atau gerakan
Instruksi :
Pasien berdiri bersama dengan pasien kemudian berjalan dalam
lorong atau menyebrangi ruangan, pertama dengan irama yang
perlahan kemudian pada saat balik dengan irama yang cepat.
Dapat digunakan tongkat bila pasien biasanya menggunakannya.
Ayunan kaki kanan
a. Permulaan gaya berjalan

27
1) Terdapat keraguan atau beberapa gaya untuk
memulainya (0)
2) Tidak ada keraguan (1)
Skor : 0
b. Panjangnya langkah dan tinggi tubuh pasien
1) Tidak dapat melewati kaki kiri saat melangkah (0)
2) Ayunan langkah melewati kaki kiri (1)
3) Tidak mampu menjejakkan kaki seluruhnya (0)
4) Dapat menjejakkan kaki seluruhnya (1)
Skor : 1
Ayunan kaki kiri
1) Tidak dapat melewati kaki kanan saat melangkah (0)
2) Ayunan langkah melewati kaki kanan (1)
3) Tidak mampu menjejakkan kaki seluruhnya (0)
4) Dapat menjejakkan kaki seluruhnya (1)
Skor : 2
c. Kesimetrisan langkah
1) Langkah kaki kiri dan kanan tidak sebanding (0)
2) Langkah kaki kiri dan kanan seimbang (1)
Skor : 1
d. Keberlanjutan langkah
1) Berhenti atau tidak dapat melanjutkan langkah berikutnya (0)
2) Langkah-langkah yang diayunkan tampak
berkesimbungan (1)
Skor : 1
e). Jalur berjalan
1) Ada penyimpangan (0)
2) Penyimpangan langkah ringan atau menengah atau
klien menggunakan tongkat penyokong (1)
3) Berjalan lurus tanpa adanya alat bantu (2)
Skor : 2
f) Bagian torso tubuh

28
1) Adanya gerakan mengayun atau klien menggunakan alat
penyokong (0)
2) Tidak terjadi gerakan mengayun namun terjadi fleksi
lutut atau perentangan saat berjalan (0)
3) Tidak terjadi gerakan mengayun, penggunaan lengan
atau alat sokong (2)
Skor : 0
g) Pertahankan keseimbangan saat berjalan
1) Tumit-tumit terpisah (0)
2) Tumit-tumit hampir bersentuhan saat berjalan (1)
Skor : 0
Total Skor : 19
Interprestasi hasil :
0-8 = Resiko jatuh tinggi
9-18 = Resiko jatuh sedang
19-22 = Resiko jatuh rendah
Kesimpulan : Resiko Jatuh Ny. P sedang
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit nutrisi berhubungan dengan Intake yang tidak adekuat
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen

29
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN ATAU KRITERIA RENCANA TINDAKAN RASIONAL
. KEPERAWATAN HASIL (SIKI)
(SLKI)
1. Defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan SIKI : Manajemen nutrisi
berhubungan dengan keperawatan selama …x 24 jam,
Intake yang tidak diharapkan…………… 1. identifikasi status nutrisi 1. Mengetahui status
adekuat, ditandai SLKI: Status Nutrisi 2. identifikasi alergi dan nutrisi psien
dengan : Dipertahankan pada level : intoleransi makanan 2. Mengetahui makanan
3. identifikasi makanan yang yang membuat pasien
Data Subjektif : 1. meningkat / memburuk disukai alergi
1. Klien mengatakan 2. cukup meningkat / 4. sajikan makanan secara 3. Mengetahui makanan
tidak nafsu makan memburuk menarik dan suhu yang yang pasien sukai
2. Tn. U mengatakan 3. sedang sesuai 4. Pesien lebih
bahwa klien hanya 4. cukup menurun / membaik 5. berikan makanan tinggi serat termotivasi untuk
mampu 5. menurun / membaik untuk mencegah konstipasi makan
menghabiskan ¼ 6. berikan makanan tinggi 5. Makanan tinggi serat
porsi makanan kalori dan tinggi protein dapat mencegah
3. Klien mengatakan Kriteria hasil : 7. ajarkan diet yang konstipasi

30
bahwa ia kurang diprogramkan 6. Mencukupi kalori dan
makan sayur dan - perasaan cepat kenyang protein pasien perhari
jarang makan buah- 1/2/3/4/5 7. Pasien dapat
buaha - sariawan 1/2/3/4/5 menjalankan program
4. Klien mengatakan - frekuensi makan 1/2/3/4/5 diet
muncul rasa penuh - nafsu makan 1/2/3/4/5
tiba-tiba setelah
makan
Data Objektif :
1. Gigi tidak lengkap
2. Lidah ada sariawan
3. Pola Makan : 2x/hr,
4. BB sebelumnya= 48,
BB saat ini 45 kg
5. Nadi : 80x/menit
6. RR : 16x/menit
7. Konjugtiva anemis

31
2. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan SIKI : Manajemen energy
berhubungan dengan keperawatan selama …x 24 jam,
ketidakseimbangan diharapkan 1. Identifikasi gangguan 1. Mengetahui gangguan
antara suplai dan SLKI : toleransi aktivitas fungsi tubuh yang fungsi tubuh yang
kebutuhan oksigen, mengakibatkan mengakibatkan pasien
ditandai dengan : Dipertahankan pada level: kelelahan kelelahan
1. menurun / meningkat 2. Monitor kelelahan fisik 2. Mengetahui kelelahan
Data Subjektif : 2. cukup menurun / dan emosional fisik dan emosional
1. Klien mengatakan meningkat 3. Monitor pola dan jam pasien
ia merasa sakit 3. sedang tidur 3. Mengetahui pola dan
kepala, pusing dan 4. cukup meningkat / 4. Sediakan lingkungan jam tidur pasien
berkunang-kunang menurun nyaman dan rendah 4. Meminimalkan
jika terlalu banyak 5. meningkat / menurun stimulus (mis. Cahaya, pancaran cahaya, suara
beraktivitas. suara, kunjungan) dan kunjungan pasien
Data Objektif : Kriteria hasil : 5. Berikan latihan distraksi agar lingkungan pasien
1. TD : 100/70 mmHg - saturasi oksigen 1/2/3/4/5 yang menyenangkan menjadi nyaman
2. Respon abnormal - kemudahan dalam 6. Anjurkan melakukan 5. Latihan distraksi yang
dari tekanan darah melakukan aktivitas aktivitas secara bertahap menyenangkan dapat

32
atau nadi terhadap sehari-hari1/2/3/4/5 7. Ajarkan strategi koping meningkatkan energy
aktifitas - kecepatan berjalan untuk mengurangi pasien
3. Pusing atau 1/2/3/4/5 kelelahan 6. Pasien dapat
kelemahan - jarak berjalan 1/2/3/4/5 melakukan aktivitas
4. Aneroksia,mual, - perasaan lemah 1/2/3/4/5 secara bertahap
atau muntah 7. Pasien dapat
5. Mukosa membrane melakukan strategi
atau konjungtiva koping untuk
pucat menguruangi kelelahan

33
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nutrisi yang adekuat merupakan suatu komponen esensial
pada kesehatan lansia. Faktor-faktor fisiologis yang dapat dikaitkan
dengan kebutuhan nutrisi yang unik pada lansia adalah menurunnya
sensitivitas olfaktorius, perubahan persepsi rasa dan peningkatan
kolesistokinin yang dapat memengaruhi keinginan untuk makan dan
peningkatan rasa kenyang. Lanjut Usia dimasukkan ke dalam
kelompok rentan gizi, meskipun tidak ada hubungannya dengan
pertumbuhan badan , bahkan sebaliknya sudah terjadi involusi dan
degenerasi jaringan dan sel-selnya. Timbulnya kerentanan terhadap
kondisi gizi disebabkan kondisi fisik, baik anatomis maupun
fungsionalnya.
B. Saran
Diharapkan dengan pembuatan Asuhan Keperawatan Gerontik
Dengan Masalah Nutrisi dapat digunakan sebagai mana mestinya, dan dapat
menambah wawasan bagi mahasiswa keperawatan, sehingga akan lebih
mudah mengetahui seluk beluk Asuhan keperawatan ini, sehingga kita
mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat untuk pasien
kedepannya kelak

34
DAFTAR PUSTAKA

Kholifa, Siti Nur.2016.Keperawatan Gerontik. Jakarta: PUSDIK SDM Kesehatan

Aspiani, Siti.2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta : Trans Info
Media

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta


Selatan:DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Cetakan Ke-2.Jakarta


Selatan : DPP PPNI

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Cetakan Ke-2.Jakarta


Selatan : DPP PPNI

35

Anda mungkin juga menyukai