Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah berhasil
menyelesaikan makalah tentang manajemen bencana ini tepat pada waktunya. Penyusun
berharap makalah ini dapat memberikan manfaat berupa sumber informasi kepada semua
pihak.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan materi-materi yang kami peroleh dari
berbagai sumber yang berkaitan dengan manajemen bencana . Penyusun ucapkan terima
kasih kepada pengajar mata kuliah Keperawatan keluarga atas bimbingan dan arahan dalam
penulisan makalah ini, dan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
kelompok 11
BAB l
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
`Disaster (bencana) adalah peristiwa alami atau buatan yang dapat menyebabkan
kematian, cedera, dan kerusakan infrastruktur. Peristiwa bencana alam seperti banjir,
gempa bumi, tsunami, angin topan, dan lain-lain membutuhkan tanggapan segera,
terkoordinasi, dan efektif dari berbagai kalangan (Pataki, Stone, & Viness, 2000).
DalamUU RI No. 24 tahun 2007, menjelaskan bahwa bencana adalah peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan non alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.
Counseling (konseling) adalah upaya bantuan yang diberikan seorang pembimbing
yang terlatih dan berpengalaman, terhadap individu-individu yang membutuhkanya agar
individu tersebut berkembang potensinya secara optimal, mampu mengatasi masalahnya
dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu berubah (Willis, 2004).
Menurut Ikatan Konselor Indonesia (IKI), pelayanan konseling untuk korban yang
selamat dari bencana alam bertujuan untuk: Memberikan pelayanan konseling kepada para
korban selamat yang mengalami krisis, trauma, atau gangguan psikologis akut akibat
bencana alam, Membantu pemulihan kondisi mental psikologis akut para korba bencana
alam sehingga dapat beraktivitas kembali secara normal (IKI, 2017).
Konselor memiliki peran penting dalam pemulihan kondisi psikologis, krisis, trauma
yang dialami oleh para korban yang selamat dari bencana alam. Adapun peran konselor
terhadap korban yang selamat dari bencana alam yaitu dengan memberikan pelayanan
koseling bencana, konseling krisis atau konseling trauma (trauma healing) baik melalui
format individu, kelompok, klasikal, maupun lapangan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB ll
KONSELING PADA KORBAN BENCANA
A. Definisi
Salah satu profesi yang dapat memberikan tindakan/pelayanan kepada para korban
bencana alam adalah profesi konseling yaitu dengan memberikan pelayanan konseling.
Konseling adalah pelayanan bantuan oleh tenaga profesional kepada seseorang atau
sekelompok individu untuk mengembangkan kehidupan efektif sehari-hari dan
penanganan kehidupan efektif sehari-hari yang terganggu dengan fokus mandiri yang
mampu mengendalikan diri melalui penyelenggaraan berbagai jenis layanan dan kegiatan
pendukung dalam proses pembelajaran (Prayitno, 2013).
Melalui pelayanan konseling yang diberikan oleh konselor diharapkan para korban
bencana alam dapat memahami dan menerima kondisi diri dan lingkungan secara objektif,
positif dan dinamis, mengambil keputusan sesuai dengan kondisi yang ada, melaksanakan
kegiatan sesuai dengan keputusan yang telah diambil serta itu merealisasikan diri sesuai
dengan potensi yang dimiliki. Di samping itu, para korban bencana diharapkan dapat
merespon secara bijak terhadap rangsangan yang diterima baik dari dalam maupun luar
diri sendiri, berwawasan luas sehingga mampu menampung dan mempertimbangkan hal-
hal pokok yang menjadi isi ransangan yang ada, mempertimbangkan dan menerapkan
nilai-nilai dan moral yang sesuai untuk menanggapi dan atau menindaklanjuti ransangan
yang ada, mengambil keputusan yang terbaik untuk bertindak atau tidak bertindak dengan
memperhatikan kondisi diri dan lingkungan yang ada, serta melaksanakan atau tidak
melakasanakan suatu tindakan sesuai dengan kuputusan yang diambil, dalam kategori
positif tanpa kerugian apapun (meskipun kalau perlu dengan pengorbanan dan/atau dengan
keuntungan optimal) (Prayitno & Marjohan, 2015).
B. Saran
Sebagai seorang perawat kita harus mengetahui tentang bagaimana konseling
terhadap korban bencana. Dengan adanya makalah ini penulis berharap pembaca
mengetahui bagaimana cara kita menangani jika kita dberikan tugas untuk
memberikan konseling terhadap korban bencana.
DAFTAR PUSTAKA
Pataki, G.E., Stone, J.L., & Leviness, J. 2000. Crisis Counseling Guide to Children and
Families in Disaster. Now York: Office of Mental Healt.
Willis, S.S. 2004. Konseling Individual: Teori dan praktek. Bandung: Alfabeta.
Ikatan Konselor Indonesia (IKI). 2017. Laporan Konseling Trauma Korban Gempa Pidie
Jaya Aceh:Kerjasama Ikatan Konselor Indonesia denganUniversitas Negeri
Padang. Padang: IKI.
Prayitno & Marjohan. 2015. Pelayanan Profesional Koseling yang Berhasil. Padang: UNP
Press.
Prayitno. 2013. Konseling Integritas. Padang. UNP Press.
Solomon, S. D. (2003). Introduction. In B.Joop, & S. D. Solomon et al.
(Eds.),peace:Prevention, Practice,Kluwer Academic/Plenum.
Mukhadiono, Subagyo, W., &Wahyudi. 2016. Pemulihan PTSD Anak-Anak Korban Bencana
Play Therapy.Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing).
11 (1) : 23-30.
Munro, E.A., Manthei, R.J., & Small, J.J. 1985. Penyuluhan (Counselling): Suatu
pendekatan berdasarkan keterampilan. Alih Bahasa: Amti, E. Jakarta: Ghalia
Indonesia.