Anda di halaman 1dari 10

RESUME MINGGU 10

PENDIDIKAN DAN KESIAPSIAGAAN BENCANA

KONSEP DASAR BENCANA


Pengertian Bencana menurut UU No. 24 tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa
yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh
faktor alam dan/atau nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Jenis bencana
menurut UU No. 24 tahun 2007 yaitu bencana alam, bencana non alam dan bencana social.

SIKLUS PENANGANAN BENCANA

1. Pra Bencana (Kegiatan sebelum terjadi bencana )


a. Pencegahan : langkah-langkah yang dilakukan untuk menghilangkan sama sekali atau
mengurangi secara drastis akibat dari ancaman melalui pengendalian dan pengubahsuaian
fisik dan lingkungan.
b. Mitigasi : tindakan yang memfokuskan perhatian pada pengurangan dampak dari ancaman,
sehingga dengan demikian mengurangi kemungkinan dampak negatif pencegahan ialah
langkah-langkah yang dilakukan untuk menghilangkan sama sekali atau mengurangi secara
drastis akibat dari ancaman melalui pengendalian dan pengubahsuaian fisik dan lingkungan.
c. Kesiapsiagaan : fase dimana dilakukan persiapan yang baik dengan memikirkan berbagai
tindakan untuk meminimalisir kerugian yang ditimbulkan akibat terjadinya bencana dan
menyusun perencanaan agar dapat melakukan kegiatan pertolongan serta perawatan yang
efektif pada saat terjadi bencana.
2. Saat Bencana, Aktivitas yang dilakukan secara kongkret, yaitu:
a. Instruksi pengungsian
b. Pencarian dan penyelamatan korban
c. Menjamin keamanan di lokasi bencana
d. Pengkajian terhadap kerugian akibat bencana
e. Pembagian dan penggunaan alat perlengkapan pada kondisi darurat
f. Pengiriman dan penyerahan barang material
g. Menyediakan tempat pengungsian
Dari sudut pandang medis saat bencana dibagi menjadi 2 fase
a. Fase akut ( fase penyelamatan ) terjadi 48 jam pertama sejak bencana terjadi disebut . Pada
fase ini dilakukan penyelamatan dan pertolongan serta tindakan medis darurat terhadap
orang-orang yang terluka akibat bencana.
b. Fase sub-akut Setelah satu minggu sejak terjadinya bencana, Dalam fase ini, selain tindakan
penyelamatan dan pertolongan/pelayanan medis darurat, dilakukan juga perawatan terhadap
orang-orang yang terluka pada saat mengungsi atau dievakuasi, serta dilakukan tindakan
tindakan terhadap munculnya permasalahan kesehatan selama dalam pengungsian.
3. Post bencana
a. Fase pemulihan
fase dimana individu atau masyarakat dengan kemampuannya sendiri dapat memulihkan
fungsinya seperti sedia kala (sebelum terjadi bencana).
b. Fase rekonstruksi/ rehabilitasi
fase dimana individu atau masyarakat berusaha mengembalikan fungsi-fungsinya seperti
sebelum bencana dan merencanakan rehabilitasi terhadap seluruh komunitas.

DAMPAK BENCANA
1. Dampak bencana pada aspek fisik
dampak yang ditimbulkan dapat berupa badan terasa tegang, cepat lelah, susah tidur, mudah
terkejut, palpitasi, mual, perubahan nafsu makan, dan kebutuhan seksual menurun.
2. Dampak bencana pada aspek psikologi
Pada aspek emosi terjadi gejala-gejala sebagai berikut: syok, rasa takut, sedih, marah, dendam,
rasa
bersalah, malu, rasa tidak berdaya, kehilangan emos seperti perasaan cinta, keintiman,
kegembiraan atau perhatian pada kehidupan sehari-hari. Pada aspek kognitif, korban bencana
ini
juga mengalami perubahan seperti: pikiran kacau, salah persepsi, menurunnya kemampuan
untuk
mengambil keputusan, daya konsentrasi dan daya ingat berkurang
3. Dampak bencana pada properti
Akibat terjadinya bencana, tentu menimbulkan kerugian bagi kehidupan masyarakat seperti
rusaknya rumah, rusaknya fasilitas umum, hilangnya harta benda
4. Dampak bencana pada lingkungan
Bencana dapat berakibat pada kerusakan lingkungan ketersediaan air bersih, distribusi bahan
makanan dan pencemaran lingkungan

STRATEGI UTAMA PENANGGULANGAN BENCANA

1. Meningkatkan kebijakan dan kelembagaan penaggulangan bencana


2. Mengembangkan pengkjian resiko dan perencanan terpadu
3. Pengembangan sistem informasi, diklat dan logistic
4. Penanganan tematik kawasan rawan bencana
5. Peningkatan efektifitas pencegahan dan mitigasi bencana
6. Perkuat kesiapsiagaan dan penanganan darurat
7. Pengembangan sistem pemulihan bencana

PENANGANAN TEMATIK KAWASAN RAWAN BENCANA

1. Tata ruang yang berbasis PRB ( Pengurangan Resiko Bencana )


2. Penguatan tematik satuan pendidikan aman bencana
3. Penguatan tematik satuan kesehatan aman bencana
4. Penguatan tematik desa tangguh bencana

DESA TANGGUH BENCANA

Desa tangguh bencana adalah desa yang memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan
menghadapi ancaman bencana serta memulihkan diri dengan segera dari dampak bencana yang
merugikan jika terkena bencana ( Perka BNPB No. 1 th 2012 )

PRINSIP PRB (pengurangan resiko bencana )

- Bencana adalah urusan bersama


- Berbasis pengurangan resiko bencana
- Pemenuhanhak masyarakat
- Masyarakt menjadi pelaku utama
- Dilakukan secara partisipatoris
- Mobilisasi sumber daya local
- Inklusif
- Berlandaskan kemanusiaan
- Keadilan dan kesetaraan gender
- Keberpihakanpada kelompok rentan
- Transparansi dan akuntabilitas
- Kemitraan
- Multi ancaman
- Otonomi dan desentralisasi pemerintah
- Pemaduan ke dalam pembngunan berkelanjutan
- Diselenggarakan secara lintas sector

KEGIATAN / TAHAPAN DESA TANGGUH BENCANA

1. Pengkajian Risiko Desa/Kelurahan. Dalam mengembangkan Destana/Katana, para


pemangku kepentingan pertama-tama harus mengadakan pengkajian atas risiko-risiko
bencana yang ada di desa/kelurahan sasaran. Pengkajian risiko terdiri dari tiga
komponen, yaitu penilaian atau pengkajian ancaman, kerentanan, dan
kapasitas/kemampuan.
2. Perencanaan PB dan Perencanaan Kontinjensi Desa/Kelurahan. Rencana
Penanggulangan Bencana Desa/Kelurahan merupakan rencana strategis untuk mobilisasi
sumber daya berbagai pemangku kepentingan, pemerintah maupun non-pemerintah,
dalam lingkup desa/kelurahan.
3. Pembentukan Forum PRB Desa/Kelurahan. Forum Pengurangan Risiko Bencana
dibentuk secara khusus atau mengembangkan kelompok yang telah ada di desa dan
kelurahan. Forum ini tidak menjadi bagian dari struktur resmi pemerintah desa/kelurahan,
tetapi pemerintah dapat terlibat di dalamnya bersama dengan komponen masyarakat sipil
lainnya.
4. Peningkatan Kapasitas Warga dan Aparat dalam PB. Penguatan kapasitas dalam isu
keorganisasian diberikan dalam kerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat dan/atau
perguruan tinggi melalui lokakarya atau lokalatih di lapangan dalam topik-topik seperti
pengorganisasian masyarakat, kepemimpinan, manajemen organisasi masyarakat, dan
topik-topik terkait lainnya. Peningkatan kapasitas juga dilakukan melalui penyediaan
peralatan dan perangkat-perangkat sistem peringatan dini dan kesiapsiagaan bencana
yang terjangkau dalam konteks program.
5. Pemaduan PRB ke dalam Rencana Pembangunan Desa dan Legalisasi. Selain
menyusun Rencana Penanggulangan Bencana Desa/Kelurahan (RPB Des/Kel). Program
Destana diharapkan juga mendorong pemaduan PRB ke dalam Rencana Pembangunan
Desa. Selain menyusun RPB Des/Kel, Forum PRB Desa diharapkan juga mendorong
masuknya aspek-aspek RPB ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
(RPJMDes), sehingga RPJMDes juga mengandung pendekatan pengurangan risiko
bencana.
6. Pelaksanaan PRB di Desa/Kelurahan. Rencana PB dan Rencana Kontinjensi
Desa/Kelurahan diimplementasikan oleh seluruh warga.
7. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Program di tingkat Desa/Kelurahan. Kegiatan
evaluasi dilakukan sejak awal pelaksanaan program di berbagai tingkatan, mulai dari
tingkat kabupaten/kota hingga tingkat masyarakat.

Forum PRB mempunyai fungsi sebagai mitra strategis Pemerintah Desa/Kelurahan dalam:

1. penyelenggaraan pengurangan risiko bencana di Desa/Kelurahan;

 Sebagai wadah rembug desa, pengkajian dan pembelajaran, membagi pengalaman dalam
hal penanggulangan bencana/PRB
 Memfasilitasi pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalan rencana
pembangunan di desa
 Memotivasi terwujudnya partisipasi semua pemangku kepentingan untuk melakukan
pengurangan risiko bencana
 Koordinasi dengan semua pemangku kepentingan dalam penanggulangan bencana di
semua wilayah Indonesia
2. pelaksanaan penanganan kedaruratan bencana dan rehabilitasi/rekonstruksi pasca
bencana.

Sumber

Modul pembelajaan Keperawatan Bencana, Stikes WDH

https.kulonprogokab.go.id
RESUME MODUL 10
TEORI CARING KEPERAWATAN
A. Pengertian
Menurut teori Swanson (dalam Potter & Perry 2010), caring adalah holistik keperawatan
yang berguna untuk mendukung proses kesembuhan klien dan cara menjalin hubungan
penduli dengan klien dan bertanggung jawab atas kondisi klien.

Leininger (1984, dalam Kozier, et al 2010) mengungkapkan perilaku caring merupakan


kenyaman, kasih sayang, kepedulian, perilaku koping, empati, dukungan dan kepercayaan.
Tujuan caring sendiri untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi manusia dengan
menekankan aktivitas yang sehat dan mudah pada individu yang disetujui bersama

B. Caring menurut para ahli


1. Teori Watson's Human Caring
Menurut Fawcet (2005, dalam Ozan 2015), teori Watson's Human Caring berfokus
pada paradigma manusia dan keperawatan. Hal ini menegaskan bahwa manusia tidak
dapat disembuhkan sebagai obyek, sebaliknya bahwa manusia merupakan bagian dari
dirinya, lingkungan, alam, dan alam semesta yang lebih besar. Teori ini menjelaskan
juga keperawatan termasuk kategori ilmu kemanusiaan dan sebagai profesi yang
melakukan pratik sesuai dengan ilmiah, etis dan estensi. Bertujuan untuk
menyeimbangkan dan setaraantara pengalaman kesehatan dan penyakit.

Dalam praktik keperawatan Watson memiliki 10 faktor Carative, yaitu (Potter &
Perry, 2010) :

a. Membentuk sistem altruksik, yaitu memberi kasih sayang dan sikap terbuka
kepada pasien
b. Memciptaka harapan dan kepercayaan, yaitu menjali hubungan dengan pasien
untuk menawarkan bantuan
c. Meningkatkan rasa sensitif terhadap diri sendiri dan sesama, yaitu belajar
menerima keadaan diri sendiri dan orang lain
d. Membangun pertolongan dan kepercayaan, serta hubungan caring manusia,
yaitu membangun komunikasi yang efektif dengan pasien dalam memwujudkan
kepercayaan
e. Mempromosikan dan mengungkapkan prasaan yang positif dan negatif, yaitu
mendukung dan menerima prasaan pasien dalam kondisi apapun
f. Menggunakan proses caring yang kreatif dalam penyelesaian masalah, yaitu
menerapkan proses keperawatan yang sistematik dan memecahkan masalah
pasien secara ilmiah
g. Mempromosikan transpersonal belajar – mengajar, yaitu mengajarkan pasien
agar trampil dalam merawat diri
h. Menyediakan dukungan, perlindungan, dan perbaikan mental, fisik, sosial, dan
spritual, yaitu memulihkan suasana prasaan pasien fisik maupun non-fisik
i. Memperoleh bantuan manusia, yaitu membatu pasien mendapatkan kebutuhan
dasar
j. Mengizinkan adanya kekuatan fenomena yang bersifat spiritual, yaitu untuk
memberi pengertian yang lebih bak pada kondisi pasien
2. Teori Swanson’s Middle Range Caring
Swanson (1991, dalam Potter &Perry, 2010) mengungkapkan bahwa caring adalah
cara memelihara suatu hubungan dengan menghargai orang lain serta komitmen dan
tanggung jawab.
Dalam teori ini tedapat 5 kategori dalam proses caring, yaitu
1. Maintaining Belief adalah menaruh keyakinan atau kepercayaan kepada
kemampuan perawat dalam mengatasi kondisi atau transisi kehidupan pasien
yang dialami saat ini
2. Knowing adalah berusaha memahami suatu keadaan yang dialami seorang pasien
dan memiliki makna yang mendalam bagikehidupanya
3. Being With adalah hadir secara emosional untuk berbagai perasaan dengan pasien
baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan.
4. Doing For adalah melakukan sebisa mungkin untuk kenyamanan pasien selama
menerima perawatan, protektif dan antisipatif.
5. Enabling adalah menfasilitasi pasien menjalani transisi kehidupan dan kejadian
yang tak terduga.

C. Dimensi dari Caring


Menurut Williams (1997, dalam Potter dan Perry, 2010) mengemukakan diemensi
caring dalam pelayanan keperawatan merupakan sikap pelayanan yang dinilai oleh klien,
terdapat empat dimensi caring antara lain:

1. Dengan kehadiran perawat menjadikan suasana yang menetramkan klien


2. Mengenali klien sebagai individu yang memilik unik dengan ciri khas masing
– masing
3. Menjaga hubungan kebersamaan dengan klien
4. Memberikan perhatian penuh kepada klien

D. Proses Caring dalam Keperawatan


Menurut Watson (2007), terdapat empat langkah dalam proses caring, yaitu pengkajian,
perencanaan, pengimplementasian dan proses evaluasi.
1. Pengkajian
Proses caring pada tahap ini meliputi pengamatan/observasi, mengidentifikasi,
melakukan review masalah, menggunakan pengetahuan dan konseptual dari
berbagai literatur yang dapat untuk diterapkan, membentuk konseptualisasi
kerangka kerja yang digunakan untuk mengkaji masalah dan pengkajian juga
meliputi pendefinisian variabel yang akan diteliti dalam menyelesaikan masalah.

2. Perencanaan
Perencanaan dapat membantu menentukan bagaimana variabel-variabel akan
diteliti dan diukur, meliputi pendekatan konsep atau design untuk menyelesaikan
masalah yang mengacu pada asuhan keperawatan dan meliputi penentuan data
yang akan dikumpulkan pada siapa danbagaimana data tersebut dikumpulkan.

3. Implementasi
Implementasi adalah tindakan yang dilakukan berdasarkan dari rencana yang
telah disusun berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan.

4. Evaluasi
Evaluasi adalah metode, proses analisa, serta efek dari tindakan yang telah
dilakukan berdasarkan data yang meliputi intervensi hasil, tingkat dimana suatu
tujuan tercapai atau tidak, dana apakah hasil yang didapat dapat digeneralisasikan

E. Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan


1. Kehadiran

2. Sentuhan

3. Mendengarkan

4. Memahami klien

5. Caring dalam spiritual

6. Perawatan keluarga

Sumber

Modul pembelajaan etika dan caring keperawatan

Anda mungkin juga menyukai