Nama Kelompok :
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat-nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun dalam rangka
penugasan mata kuliah Keperawatan Bencana.
Kami menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, semua kritik
dan saran pembaca akan makalah ini akan kami terima dengan senang hati demi perbaikan
makalah ini.
Makalah ini dapat kami selesaikan berkat adanya kerjasama didalam kelompok. Oleh
karena itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima
kasih kepada semua pihak, terutama rekan-rekan kelompok dan dosen mata kuliah
Keperawatan Bencana yang telah memberikan masukan demi kelancaran dan kelengkapan
makalah ini. Akhirnya, semoga makalah yang jauh dari sempurna ini dapat memberikan
manfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Manajemen bencana merupakan faktor yang sangat penting untuk mengurangi dampak dari
kejadian bencana. (Yudhistira, 2019). Indonesia merupakan daerah yang rawan dan
berisiko tinggi terhadap bencana. Tidak sedikit bencana yang datang secara periodik,
namun negara ini selalu tidak siap menghadapi bencana. Bencana adalah rangkaian
peristiwa yang mengancam dan menggangu kehidupan yang disebabkan baik oleh faktor
alam, faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis
(Undang-Undang No.24, pasal 1, tentang penanggulangan bencana, 2007). Berdasarkan
data BPBD Kabupaten Ende sejak tahun 2017 kejadian bencana sebanyak 86 kasus dengan
45 % terjadi bencana banjir sedangkan pada tahun 2018 terjadi 73 kasus bencana yang
terdiri dari bencana banjir, angin topan, dan tanah longsor, dan 40% merupakan bencana
banjir. Perawat sebagai lini terdepan pada pelayanan kesehatan mempunyai tanggung jawab
dan peran yang besar dalam penanganan korban bencana alam (Ahmadi, Rahimi
Foroushani, Tanha, Bolban Abad, &Asadi, 2016). Saat ini kebutuhan tenagaperawat untuk
menangani korban bencana dimasyarakat merupakan kebutuhan terbesar yaitu sebanyak 33
% dari seluruh tenaga kesehatan yang terlibat (Yan, Turale, Stone, &Petrini, 2015). Tenaga
perawat merupakan tonggak pertama yang akan dicari olehmasyarakat yang terkena
musibah bencana. Fenomena inilah yang membuat penulis tertarikuntuk mengetahui apa
yang harus dikerjakandan bagaimana peran perawat dalammenghadapi bencana alam.
Penerapan kesiapsiagaan bencana tidakhanya melibatkan pemerintah, tetapi juga
melibatkan masyarakat, terutama bagi petugas kesehatan. Sebagai salah satu komponen
yang penting dalam respon penanganan bencana, perawat memiliki peran yang sangat besar
dalam mempersiapkan maupun menangani masyarakat saat menghadapi bencana.
Kegagalan peran dan tanggung jawab perawat berdampak kegagalan dalam menangani
korban bencana. Maka selain perawat ahli dalam bidangnya, perawat juga harus
mengetahui bagaimana kesiapsiagaan bencana diterapkan sehingga bisa meminimalisir
risiko bencana dan memperbesar keberhasilan penanganan korban bencana(Doondori &
Paschalia, 2021).
BAB II
PEMBAHASAN
Kegiatan pada tahap pra bencana ini selama ini banyak dilupakan, padahal justru
kegiatan pada tahap pra bencana ini sangatlah penting karena apa yang sudah
dipersiapkan pada tahap ini merupakan modal dalam menghadapi bencana dan
pasca bencana. Sedikit sekali pemerintah bersama masyarakat maupun swasta
memikirkan tentang langkah-langkah atau kegiatan- kegiatan apa yang perlu
dilakukan didalam menghadapi bencana atau bagaimana memperkecil dampak
bencana.
Kegiatan saat terjadi bencana yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana,
untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan
korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian, akan mendapatkan perhatian
penuh baik dari pemerintah bersama swasta maupun masyarakatnya. Pada saat
terjadinya bencana biasanya begitu banyak pihak yang menaruh perhatian dan
mengulurkan tangan memberikan bantuan tenaga, moril maupun material.
Banyaknya bantuan yang datang sebenarnya merupakan sebuah keuntungan
yang harus dikelola dengan baik, agar setiap bantuan yang masuk dapat tepat
guna, tepat sasaran, tepat manfaat, dan terjadi efisiensi.
Kegiatan pada tahap pasca bencana, terjadi proses perbaikan kondisi masyarakat
yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana
pada keadaan semula. Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa
rehabilitasi dan rekonstruksi yang akan dilaksanakan harus memenuhi kaidah-
kaidah kebencanaan serta tidak hanya melakukan rehabilitasi fisik saja, tetapi
juga perlu diperhatikan juga rehabilitasi psikis yang terjadi seperti ketakutan,
trauma atau depresi.
1. Telepon seluler
Tujuannya untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang bencana
alam dari sumber terpercaya secara cepat dan tepat sasaran.
2. Handy talkie
Saat terjadi kondisi darurat seperti bencana alam, perangkat alat komunikasi
seperti Handy Talkie (HT) sangatlah penting. HT yang berbasis radio frekuensi
yang serbaguna ini akan sangat membantu kamu berkomunikasi dua arah.
Handy talkie sendiri menggunakan teknologi Push To Talk(PTT), yaitu
pengguna handy talky harus menekan tombol untuk berkomunikasi dengan
lainnya. Tidak hanya itu saja, HT juga biasanya sudah dibekali dengan radio FM
dan kapasitas baterai yang cukup besar.
3. Telepon satelit
4. Media sosial
Pemanfaatan media sosial dapat memaksimalkan kegiatan dalam penyebaran
informasi bencana, penanggulangan darurat, dan pemulihan bencana. Kemudian
media sosial yang digunakan dalam penanganan bencana baiknya adalah media
yang populer dan relevan dengan penggunaan masyarakat. Selanjutnya
penggunaan media sosial juga dapat memudahkan pemetaan dan mengetahui
lokasi bencana.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan fakta dan data yang telah dipaparkan pada pembahasan di atas, maka
penulis menyimpulkan maka managemen bencana harus diketahui oleh masyarakat
karena Indonesia merupakan negara yang rawan bencana secara faktor alam
maupun non alam. Cara kesiapsiagaan bencana dapat diterapkan agar meminimalisir
risiko terjadi bencana dan dapat memperbesar keberhasilan penanganan yang benar
dan tepat diantaranya dengan pendekatan komprehensif pada fase terjadinya
bencana yaitu fase prevention, mitigation, planning/ recovery, reconstruction.
Managemen bencana juga dapat dilakukan pengurangan risiko dengan pemantauan
bencana sebagai sistem peringatan saat ingin terjadi bencana sewaktu-waktu.
Pencegahan penyakit pada saat terjadi bencana akan dibentuk pelayanan kesehatan
untuk mencegah atau mengurangi kecacatan korban serta dapat menyelamatkan
nyawa. Dilakukan juga promosi kesehatan. Pada managemen bencana juga sangat
diperlukan komunikasi serta penyebaran informasi untuk berkoordinasi secara
efektif pada suatu tim. Kemampuan komunikasi serta penyebaran informasi ini
sangat penting untuk petugas-petugas maupun masyarakat untuk menjadi penolong
korban, mempelajari cara berkomunikasi ini juga menggunakan alat-alat terkhusus
untuk dapat menyampaikan informasi penyebaran penanggulangan bencana.
B. Saran
Bencana alam dapat disebabkan dari faktor alam maupun non alam (ulah manusia).
Bencana dari faktor alam tidak dapat kita cegah namun untuk bencana akibat ulah
manusia dapat kita cegah dari diri sendiri dengan menjaga alam kita, cinta akan
alam contohnya tidak membuang sampah sembarangan, tidak menebang pohon
sembarangan, mengurangi penggunan transportasi yang dapat menimbulkan polusi
udara yang berlebihan, efek rumah kaca, dll. Sehingga mengurangi terjadinya
bencana alam dan jika bencana alam terjadi kita perlu melakukan tindakan seperti
artikel diatas dengan penangan yang tepat dan cepat.
DAFTAR PUSTAKA
Rozita, S. G., & Setiadi, R. (2020). Kerangka kerja penilaian rencana tata ruang berbasis
manajemen risiko bencana Framework for spatial plan assessment based on disaster
risk management. Jurnal Pembangungan WIlayah Dan Perencanaan Partisipatif,
15(2), 191–205. https://doi.org/10.20961/region.v16i1.38451