Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PENILAIAN SISTEMATIS SEBELUM, SAAT, DAN SETELAH BENCANA PADA


KORBAN, SURVIVOR, POPULASI RENTAN DAN BERBASIS KOMUNITAS,
SURVEILEN BENCANA, DAN DOKUMENTASI PELAPORAN HASIL BENCANA
( Untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Bencana)
Dosen Pembimbing : Maulidta Karunianingtyas W, Ns., M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 2


1. Adelia Dwi Cahyani (1907045)
2. Arwinda Ika Febrianti (1907006)
3. Hadrowati Lailatunnafisah (1907028)
4. Nanda Dyah Pitaloka (1907041)
5. Nia Hesti Ghosa (1907042)
6. Nurul Mufidah (1907045)
7. Puji Sulistyowati (1907046)
8. Riyan Hidayat (1907050)
9. Tria Mayangsari (1907054)

PROGAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN BISNIS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN 2022

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami dan aktivitas manusia,
seperti letusan gunung, gempa bumi dan tanah longsor. Karena ketidakberdayaan manusia,
akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam
bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan
tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan
mereka. (Trisnawati, 2019)
Bencana merupakan kondisi yang sulit bahkan tidak dapat diprediksi. Namun beberapa
langkah penting dapat dilakukan untuk meminimalisir kerusakan serta mengoptimalkan
proses pembangunan dan perbaikan kembali (Trisnawati, 2019)
Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan: "bencana muncul bila ancaman bahaya
bertemu dengan ketidakberdayaan". Dengan demikian,aktivitas alam yang berbahaya tidak
akan menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa
bumi di wilayah tak berpenghuni.Konsekuensinya, pemakaian istilah "alam" juga ditentang
karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan manusia.
Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari
kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar
yang berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia. Namun demikian pada daerah yang
memiliki tingkat bahaya tinggi(hazard) serta memiliki kerentanan / kerawanan (vulnerability)
yang juga tinggi tidak akan memberi dampak yang hebat / luas jika manusia yang berada
disana memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience).(Bencana, 2020)
Tujuan dari pengembangan sistem peringatan dini yang berbasis masyarakat adalah untuk
memberdayakan individu dan masyarakat yang terancam bahaya untuk bertindak dalam
waktu yang cukup dan dengan cara-cara yang tepat untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya korban luka,hilangnya jiwa, serta rusaknya harta benda dan lingkungan. Sistem
peringatan dini yang lengkap dan efektif terdiri atas empat unsure yang saling terkait, mulai

2
dari pengetahuan tentang bahaya dan kerentanan,hingga kesiapan dan kemampuan untuk
menanggulangi. Pengalaman baik dari sistem peringatan dini juga memiliki hubungan antar-
ikatan yang kuat dan saluran komunikasi yang efektif di antara semua elemen tersebut.
Konsep ketahanan bencana merupakan evaluasi kemampuan sistem dan infrastruktur-
infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan serius yang
hadir. Dengan demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk
yang besar jika diimbangi dengan ketahanan terhadap bencana yang cukup. Terjadinya
bencana alam tidak dapat di prediksi. Oleh karena itu, dibutuhkan surveilans untuk
meminimalisir kerusakan dan korban. Surveilans bencana dilakukan sebelum bencana
terjadi,saat bencana dan sesudah terjadinya bencana. (Bencana, 2020)
Dokumen DRP diperlukan oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sebagai
dokumentasi terstruktur yang dapat digunakan oleh tim pemulihan untuk menjaga
kelangsungan bisnis proses Kementerian Keuangan, manakala terjadi bencana di Data Center
(DC) Kemenkeu. Dengan adanya Rancangan Pemulihan Bencana, maka layanan SIMPONI
yang ada DC Kemenkeu tetap dapat berjalan manakala terjadi bencana di DC Kemenkeu,
yaitu dengan menjalankan sistem/aplikasi dari Data Recovery Center (DRC) Kemenkeu.
Pasca bencana perlu direncanakan dan di definisikan. Beberapa area kritis yang perlu di
definisikan pada tahap ini meliputi menurut : (ETHEL SILVA DE OLIVEIRA, 2018)
1) Kebutuhan jaringan LAN, WAN dan komputer server;
2) Kebutuhan komunikasi data dan telekomunikasi;
3) Kebutuhan workstationdan ruang kerja sementara pasca bencana;
4) Kebutuhan aplikasi, perangkat lunak dan data (backup);
5) Kebutuhan akan media dan record penyimpanan data;
6) Kebutuhan sumber daya yang akan bertugas pasca bencana serta proses produksi dari
organisasi. Oleh karena itu Dokumentasi dan pelaporan hasil penilaian bencana sangatlah
diperlukan

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Penilaian sistematis sebelum, saat, dan setelah bencana pada korban,
survivor, populasi rentan dan berbasis komunitas?
2. Bagaimana Surveilen bencana ?

3
3. Bagaimana Dokumentasi dan pelaporan hasil penilaian bencana ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mengetahui kegiatan penilaian yang dilakukan pada sebelum, saat dan setelah bencana
hingga melakukan surveilans bencana.
2. Tujuan Khusus
1) Mengetahui dan memahami Penilaian sistematis sebelum, saat, dan setelah bencana
pada korban, survivor, populasi rentan dan berbasis komunitas
2) Mengetahui dan memahami Surveilen bencana
3) Mengetahui dan memahami Dokumentasi dan pelaporan hasil penilaian bencana

D. Manfaat
1. Sebagai wawasan bahan pembelajaran dan sebagai sarana informasi guna menambah
ilmu pengetahuan
2. Sebagai Referensi untuk mengetahui sistematis sebelum,saat dan setelah bencana
pada korban yang mengalami bencana

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Penilaian sistematis sebelum, saat, dan setelah bencana pada korban, survivor,
populasi rentan dan berbasis komunitas
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Bencana nonalam
adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam
yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah
penyakit. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror. Sedangkan, Kejadian
Bencana adalah peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat berdasarkan tanggal
kejadian, lokasi, jenis bencana, korban dan/ataupun kerusakan. Jika terjadi
bencana pada tanggal yang sama dan melanda lebih dari satu wilayah, maka
dihitung sebagai satu kejadian. Bencana terbagi dalam menurut: (Trisnawati, 2019)
1. Natural Disaster: Misalnya gempa bumi, Gempa Vulkanik, Gelombang
Tsunami, Gunung Meletus.
2. Man Made Disaster: Misalnya Banjir,Kebakaran Hutan,Kerusuhan Sosial
dan Pencemaran Lingkungan.
Undang-undang N omor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
menyebutkan definisi bencana sebagai berikut:
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis. Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana
disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-

5
Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana
alam, bencana nonalam, dan bencana sosial. Managemen Penanggulangan bencana
meliputi Fase I untuk tanggap darurat,Fase II untuk fase akut,Fase III untuk
recovery(rehabilitasi dan rekonstruksi).Prinsip dasar penaggunglangan bencana
adalah pada tahap Preparedness atau kesiapsiagaan sebelum terjadi bencana. Upaya
Penaggunglangan Bencana meliputi menurut ; (Bencana, 2020)
1. Pra Bencana:Kelembagaan/koordinasi yang solid. SDM atau petugas kesehatan yang
terampil secara medik dan sosial dapat bekerjasama dengan siapapun,Ketersediaan
logistik seperti bahan,alatan dan obat. Ketersediaan informasi tentang bencana
seperti daerah rawan dan beresiko terkena dampak,serta adanya ketersediaan jaringan
kerja lintas program dan sektor.
2. Ketika Bencana: Rapid Health assesment dilakukan dari hari terjadi bencana
sehingga 3 hari setelah bencana.
3. Pascabencana, berdasarkan dari rapid health assesment untuk menentukan
langkah seterusnya sepeTifoid),Pelayanan kesehatan dasar,Surveilans Masyarakat
dan memperbaiki kesehatan lingkungan seperti air bersih,sanitasi makanan dan
pengelolaan sampah.

Penilaian ialah sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran berdasarkan


kriteria dan aturan-aturan tertentu, sedangkan sistematis adalah bentuk usaha menguraikan
serta merumuskan sesuatu hal dalam konteks hubungan yang logis serta teratur sehingga
membentuk sistem yang menyeluruh dan mambu menjelaskan rangkaian sebab akibat
yang terkait suatu objek tertentu. Penilaian bencana meliputi (Hedrawan, 2020)
a. Penilaian Sebelum Bencana
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera
pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan yang
meliputi Kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban,harta benda, pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,penyelamatan serta pemulihan
sarana prasarana. Tindakan ini dilakukan oleh tim penanggulangan bencana yang
dibentuk di masing-masing daerah.
b. Penilaiaan saat bencana

6
Penilaian awal korban cedera kritis akibat cedera multiped merupakan tugas yang
menantang dantiap menit bisa berarti hidup atau mati. Sistem pelayanan tanggap
darurat ditunjukan untuk mencegah kematian dini, karena trauma yang bisa terjadi
dalam beberapa menit hingga beberapa jam sejak cedera ( kematian segera karena
trauma,immediate,terjadi saat trauma).
c. Penilaian Korban
Penilaian kerusakan, kerugian dan kebutuhan sumber daya dilakukan
Penilaiam Damage and loss Assesment meliputi sebagai berikut
 Kerusakan dihitung sebagai pengganti nilai asset fisik yang rusak total atau
sebagian
 Kerugian secara ekonomi yang timbul akibat adanya asset yag rusak sementara
 Dampak yang dihasilkan pada pasca bencana kinerja makro ekonomi, dengan
referensi khusus untuk pertumbuhan ekonomi/ neraca pembayaran dan situasi
fiscal pemerintah
d. Penilaian setelah bencana
Penilaian pasca bencana meliputi
 Jumlah korban baik yang selamat maupun meninggal termasuk populasi rentan
lansia, ibu hamil, anak-anak dan penderita disabilitas
 Kerugian harta benda
 Kerusakan sarana dan prasarana
 Cakupan luas wilayah yang terkena bencana
 Dampak social ekonomi yang ditimbulkan

B. Surveilans bencana dan Kejadian luar biasa (KLB)


1. Surveilans Bencana
Surveilans bencana adalah kegiatan surveilans atau pengumpulan data
yang terkait dengan kejadian bencana. Tujuan dibangunnya surveilans pada
situasi bencana yaitu mendukung fungsi pelayanan bagi korban bencana secara
keseluruhan untuk menekan dampak negatif yang lebih besar. Karakteristik
sistem surveilans yang dibangun p a d a s i t u a s i b e n c a n a i a l a h s i s t e m h a r u s

7
sederhana, mencakup yang sangat prioritas, dilakukan secara aktif dan
intensif, melibatkan semua pihak, mengutamakan unsur kecepatan, dan didukung
juga adanya respon yang cepat. Surveilans Bencana adalah upaya untuk
mengumpulkan data pada situasi bencana, data yang dikumpulkan berupa jumlah
korban meninggal, luka sakit, jenis luka, pengobatan yang dilakukan, kebutuhan
yang belum dipenuhi, jumlah korban anak-anak, dewasa, lansia. Surveilans
sangat penting untuk monitoring dan evaluasi dari sebuah proses, sehingga dapat
digunakan untuk menyusun kebijakan dan rencana program. Surveilans berperan
dalam: (Juniar, 2020)
1. Saat Bencana : Rapid Health Assesment(RHA),melihat dampak-dampak
apa saja yang ditimbulkan oleh bencana,seperti berapa jumlah
korban,barang-barang apa saja yang dibutuhkan, peralatan apa yang
harus disediakan, berapa banyak pengungsi lansia, anak-anak,
seberapa parah tingkat kerusakan dan kondisi sanitasi lingkungan.
2. Setelah Bencana: Data-data yang akan diperoleh dari kejadian bencana
harus dapat dianalisis, dan dibuat kesimpulan berupa bencana kerja atau
kebijakan, misalnya apa saja yang harus dilakukan masyarakat untuk
kembali dari pengungsian, rekonstruksi dan rehabilitasi seperti apa
yang harus diberikan.
3. Menentukan arah respon/penanggunglangan dan menilai keberhasilan
respon/evaluasi.
Surveilans bencana meliputi :
1. Surveilans penyakit-penyakit terkait bencana, terutama penyakit menular. Di
lokasi pengungsian korban bencana, sangat perlu dilakukan survey
penyakit-penyakit yang ada, terutama penyakit menular. Dengan ini
diharapkan nantinya ada tindakan penanganan yang cepat agar
tidak terjadi transmisi penyakit tersebut. Ada 13 besar penyakit
menular dan penyakit terkait bencana : Campak, DBD, diare berdarah,
diare biasa, hepatitis, ISPA, keracunan makanan, malaria, penyakit
kulit, pneumonia, tetanus, trauma (fisik), dan thypoid.

8
2. Surveilans data pengungsi. Data pengungsi meliputi data jumlah total
pengungsi dan kepadatan di tempat pengungsian, data pengungsi
menurut lokasi, golongan umur, dan jenis kelamin. Data dikumpulkan
setiap minggu atau bulanan.
3. Surveilans kematian. Yang tercantum dalam data kematian meliputi
nama, tempat atau barak, umur, jenis kelamin, tanggal meninggal,
diagnosis, gejala, identitas pelapor.
4. Surveilans rawat jalan.
5. Surveilans air dan sanitasi
6. Surveilans gizi dan pangan.
7. Surveilans epidemiologi pengungsi.
Surveilas epidemiologi yang dikembangkan pada pengungsi pada periode
emergensi merupakan S is tem Kewas padaan Dini K LB penyakit dan
keracunan. Sistem yang akan dikembangkan harus selalu didahului dengan
kajian awal. Kajian awal harus dapat mengidentifikasi prioritas- prioritas
penyakit penyebab kesakitan dan kematian, faktor-faktor yang
berpengaruh, serta program intervensi yang mungkin dapat dilakukan,
terutama penyakit potensial KLB. Prioritas-prioritas penyakit tersebut
nantinya menjadi prioritas upaya perbaikan-perbaikan kondisi rentan pada
kelompok pengungsi, agar kejadian luar biasa penyakit dan keracunan dapat
ditekan frekuensi atau beratnyakejadian, atau bahkan dapat dihindari
sama sekali. Prioritas-priotas penyakit penyebab kesakitan kematian pada
pengungsi tersebut juga menjadi dasar perumusan terhadap kemungkinan
penyelenggaraan surveilans kesehatan masyarakat dalam bentuk sistem
kewaspdaan dini KLB dan keracunan. Model surveilans yang akan
dikembangkan juga perlu menjadi salah satu sasaran kajian awal. Prioritas-
prioritas penyakit penyebab kesakitan dan kematian pada pengungsi tersebut,
juga menjadi dasar dari prioritas kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan
terjadinya kejadian rawan atau KLB penyakit menular dan keracunan.
Kesiapsiagaan diarahkan pada kesiapsiagaan tenaga dan tim penanggulangan
gerak cepat, sistem konsultasi ahli, komunikasi, informasi dan transportasi,

9
serta kesiapsiagaan penanggulangan KLB, baik dalam teknisk
penanggulangan, tim maupun logistic. Jadi Surveilans bencana sangat
penting karena secara garis besar dapat disimpulkan manfaatnya adalah:
1. Mencari faktor resiko ditempat pengungsian seperti air, sanitasi,
kepadatan, kualitas tempat penampungan
2. Mengidentifikasi Penyebab utama kesakitan dan kematian sehingga
dapat diupayakan pencegahan.
3. Mengidentifikasi pengungsi kelompok rentan seperti anak-anak, lansia,
wanita hamil, sehingga lebih memperhatikan kesehatannya.
4. Pendataan pengungsi diwilayah, jumlah, kepadatan, golongan, umur,
menurut jenis kelamin.
5. Mengidentifikasi kebutuhan seperti gizi
6. survei Epidemiologi. (SR, 2018)
Surveilans Kejadian Luar Biasa (KLB)
Kegunaan surveilans kejadian luar biasa yaitu identifikasi, investigasi, serta
penanggulangan KLB atau wabah sekaligus mencegah terulang lagi,
Identifikasi kelompok risiko tinggi, Menetapkan prioritas penanggulangan
penyakit, Evaluasi keberhasilan program dan Memonitor kecenderungan (trends)
penyakit, kematian, atau peristiwa kesehatan lain.
Tujuan surveilans KLB (Juniar, 2020)
1. Teridentifikasi adanya ancaman KLB
2. Terselenggaranya peringatan kewaspadaan dini KLB
3. Terselenggaranya kesiap-siagaan menghadapi kemungkinan terjadinya KLB
4. Terdeteksi secara dini adanya kondisi rentan KLB
5. Terdeteksi secara dini adanya KLB
Untuk mengetahui adanya ancaman KLB, dilakukan kajian secara terus menerus
dan sistematis terhadap berbagai jenis penyakit berpotensi KLB. Berdasarkan kajian
epidemiologi dirumuskan suatu peringatan kewaspadaan dini KLB pada daerah
dan periode waktu tertentu.
1. Bahan kajian :
• Data surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB.

10
• Kerentananan masyarakat, al : status gizi dan imunisasi.
• Kerentanan lingkungan.
• Kerentanan pelayanan kesehatan.
• Ancaman penyebaran penyakit berpotensi KLB dari daerah atau negara
lain.
• Sumber data lain dalam jejaring surveilans epidmeiologi.
2. Sumber data surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB :
• Sumber utama.
• Sumber data lain.
Deteksi dini kondisi rentan KLB merupakan kewaspadaan terhadap
timbulnya kerentanan masyarakat, kerentanan lingkungan-perilaku, dan
kerentanan pelayanan kesehatan terhadap KLB dengan menerapkan cara-cara
surveilans epidemiologi atau Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)-kondisi
rentan KLB. Identifikasi timbulnya kondisi rentan KLB dapat mendorong upaya-
upaya pencegahan terjadinya KLB dan meningkatkan kewaspadaan berbagai pihak
terhadap KLB.Kegiatannya meliputi :
a. Identifikasi kondisi rentan KLB Mengidentifikasi secara terus menerus perubahan
kondisi lingkungan, kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan, kondisi
status kesehatan masyarakat yang berpotensi menimbulkan KLB di daerah.
b. PWS kondisi rentan KLB Setiap sarana pelayanan kesehatan merekam data
perubahan kondisi rentan KLB menurut desa/kelurahan atau lokasi tertentu,
menyusun tabel dan grafik PWS kondisi rentan KLB.
c. Penyelidikan dugaan kondisi rentan KLB Tahapan kegiatan :
• Sarana Yankes secara aktif mengumpulkan informasi kondisi rentan KLB
dari berbagai sumber termasuk laporan perubahan kondisi rentan, oleh
perorangan, kelompok, maupun masyarakat
• Di sarana Yankes, petugas kesehatan meneliti serta mengkaji kondisi rentan
KLB.
•Petugas kesehatan mewawancarai pihak-pihak terkait yang patut
diduga mengetahui adanya perubahan kondisi rentan KLB
• Mengunjungi daerah yang dicu.rigai terhadap

11
perubahan kondisi rentan KLB
C. Dokumentasi Dan Pelaporan Hasil Penilaian Bencana

Penilaian dalam kebencanaan


Penilaian resiko bencana dapat dilakukan berdasarkan dengan hasil
identifikasi bencana. Dengan dilakukan penilaian kemungkinan dan skala dampak
yang mungkin ditimbulkan oelh hencana tersebut. Dengan demikian dapat
diketahui, apakah potensi sebuah bencana di suatu daerah tergolong tinggi atau
rendah. Identifikasi bencana dilakukan dengan melihat berbagai aspek yang ada
disuatu daerah atau perusahaan, seperti lokasi, jenis kegiatan. kondisi geografis,
cuaca, alam, aktivitas manusia, dan industry, sumberdaya alam serta sumber
lainnya yang berpotensi menimbulkan bencana. Identifikasi bencana ini dapat
didasarkan pada pengalaman bencana sebelumnya dan prediksi kemungkinan
suatu bencana yang dapat terjadi (Maros & Juniar, 2019)
Analisis risiko bencana disusun berdasarkan persyaratan analisis risiko
bencana melalui penelitian dan pengkajian terhadap suatu kondisi atau kegiatan
yang mempunyai risiko tinggi menimbulkan bencana. Analisis risiko bencana
dituangkan dalam bentuk dokumen yang disahkan oleh pejabat pemerintahan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Analisis Risiko Bencana
(ARISCANA) dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi dan data
mengenai potensi bencana yang mungkin dapat terjadi dilingkungan masing-
masing serta potensi atau tingkat risiko atau keparahannya. Sebagai langkah
sederhana untuk pengkajian risiko bencana adalah dengan pengenalan
bahaya/ancaman di daerah yang bersangkutan. Semua bahaya/ancaman tersebut
diinventarisasi, kemudian di perkirakan kemungkinan terjadinya (probabilitasnya)
(ETHEL SILVA DE OLIVEIRA, 2018)
1. Pelaporan kebencanaan

Informasi dalam penanggulangan bencana dimulai sejak pengumpulan, analisis


hingga diseminasi informasi yang dilakukan secara cepat, tepat dan benar sebagai
bagian dalam penanggulangan bencana. Data dan informasi becana dikumpulkan
dari pemerintahan, organisasi relawan/NGO/masyarakat dan berbagai sumber

12
media. Data dikumpulkan baik secara langsung melalui wawancara ataupun
secara tidak langsung seperti dari internet. televisi, media cetak dan sebagainya
Data bencana yang diperoleh dari berbagai sumber merupakan landasan dalam
memberikan informasi ke pihak-pihak yang membutuhkan. Manajemen informasi
yang dilakukan meliputi pengumpulan informasi (termasuk pengkajian),
penyusunan dan penstrukturan informasi, evaluasi dan analisis informasi serta
penyebaran informasi (desiminasi). Semua informasi dan data bencana harus
disimpan secara rapi dan baik secara elektronik maupun dalam bentuk dokumen
tertulis. Dalam melakukan analisis data diperlukan prinsip kehati-hatian, teliti dan
obyektif agar menghasilkan informasi yang tepat, ringkas dan akurat. Sebagai
acuan dalam analisis dilakukan dengan memperhatikan konsep SW+H, yaitu apa,
di mana, kapan, siapa, mengapa dan bagaimana. Apabila tidak memungkinkan
dilakukan semua konsep, cukup dengan apa, dimana, kapan dan bagaimana.
Dalam penyajian data dan informasi yang jelas, terkini dan mudah dipahami
dapat menggunakan beberapa alat bantu seperti log book/huku pencatatan, peta
informasi, papan pengumuman, papan untuk pesan. pertemuan
koordinasi/informasi, informasi siapa, apa. dimana, salinan dan laporan situasi.
Analisis data yang telah menghasilkan informasi harus disebarkan secara tepat
waktu dan dengan cara yang terstruktur. Pelaporan merupakan salah satu dari
fungsi penting yang harus dilakukan oleh BNPB dan BPBD. Laporan harus jelas,
ringkas, akurat dan professional (Maros & Juniar, 2019)
2. Dokumentasi kebencanaan

A. Data Pra Bencana

a). Definisi Data Pra Bencana

Data pra bencana merupakan basis data yang dapat digunakan apabila
diperlukan. Data ini memberikan gambaran mengenai kondisi geografis,
geologis, iklim, ketersediaan sumber daya dan lain sebagainya. Ketersediaan
data tersebut akan membantu sebagai informasi awal dalam penanganan
bencana.

13
1) Profil Daerah Profil Daerah berisi data kondisi geografis, geologis, iklim,
hidrologi, tata guna lahan, demografi dan lain-lain. Formulir ini diisi oleh
BPBD/OPD yang menangani penanggulangan bencana yang bersumber
dari OPD yang mengelola data terkait dengan profil daerah.

2) Ketersediaan Sumber Daya Ketersediaan sumber daya meliputi logistik


(pangan, sandang, logistik lain, paket kematian), peralatan, dan sumber
daya manusia. Formulir ini diisi oleh BPBD/OPD yang menangani
bencana, yang bersumber dari OPD yang mengelola data terkait dengan
ketersediaan sumber daya.

a. Data logistic dalam pra bencana meliputi :

1. Pangan, antara lain makanan pokok (beras/sagu/jagung/ubi, dan lain-


lain), lauk-pauk, air bersih, bahan makanan pokok tambahan seperti
mi, susu, kopi, teh, perlengkapan makan (food ware) dan sebagainya.

2. Sandang, antara lain perlengkapan pribadi berupa baju, kaos dan


celana anak-anak sampai dewasa laki-laki dan perempuan, sarung,
kain batik panjang, handuk, selimut, daster, perangkat lengkap
pakaian dalam, seragam sekolah laki-laki dan perempuan (SD dan
SMP), sepatu/alas kaki sekolah dan turunannya.

3. Logistik lainnya, antara lain, obat dan alat kesehatan habis pakai,
tenda gulung, tikar, matras, alat dapur keluarga. kantong tidur
(sleeping bag) dan sebagainya.

4. Paket kematian, antara lain kantong mayat, kain kafan dan


sebagainya.

b. Peralatan adalah segala bentuk alat dan peralatan yang dapat


dipergunakan untuk membantu terselenggaranya suatu kegiatan
penanggulangan bencana, sehingga dengan bantuan alat tersebut
manusia dapat memenuhi kebutuhannya dan dapat melaksanakan fungsi
kehidupannya sebagai manusia. Termasuk dalam kategori peralatan ini

14
misalnya peralatan kesehatan, peralatan komunikasi, peralatan
peringatan dini, peralatan teknik dan sebagainya.

c. Sumber Daya Manusia Relawan, tenaga kesehatan (dokter,perawat,


bidan, sanitarian, apoteker. ahli gizi dan lain-lain),TNI/Polri, tenaga
SAR, desa siaga.

b). Petunjuk pengisian data

1) Petunjuk pengisian data pra bencana

Provinsi :
Kabupaten/kota:
Sumber data :
Tahun :
NO URAIAN
1 a. Letak geografis : diisi Longitude/Latitude dan tinggi dpl (diatas
permukaan laut).

b. Luas: diisi luas wilayah dalam satuan km2.

c. Batas Wilayah diisi batas Utara, Timur, Selatan dan Barat.

d. Geologi: diisi jenis batuan gunung berapi.

e. Klimatologi: diisi keadaan iklim atau cuaca, misalkan arusangin,


temperatur dan kelembaban udara.

f. Geomorfologi: diisi bentukan lahan.

g. Topografi: diisi ketinggian pegunungan, perbukitan dan dataran.

h. Fisiografi: diisi kondisi bentuk permukaan suatu daerah.

i. Stratigrafi: diisi jenis-jenis lapisan batuan.

j. Kondisi Tanah: diisi jenis tanah dan luasnya, sebagai contoh jenis tanah

15
aluvial hidromorf dengan luas 163,444.

k. Hidrologi: diisi nama sungai dengan daerah alirannya.

2 Tata Guna Lahan: diisi uraian tentang penggunaan lahan pada suatu daerah.
Sebagai contoh persawahan, perindustrian, dll serta diisikan pula luasan
lahan yang digunakan dan prosentasenya.
3 gunung: diisi nama gunung, tipe gunung (A,B,C), nama kawah dan jumlah
kawah kalau ada, lokasi gunung (LS dan BT), tinggi dari permukaan laut
(meter), nama & jarak kabykota terdekat dari gunung(km), status gunung
(aktif/non aktif), serta sejarah letusan gunung,
4 DAS(Daerah Aliran Sungai):diisi nama sungai,daerah aliran sungai(nama
kecamatan) serta karakteristik/kondisi DA
5 Danau diisi nama danau, lokasi danau, luas danau (hektar) dan kondisi
6 Jalan:diisi nama ruas jalan(nasional,provinsi,kab/kota,dll),panjamg jalan
(km),lebar jalan (m),permukaan jalan,dan kondisi jalan
7 Jembatan:diisi nama jembatan,status jembatan,panjang dan lebar
(m2),kontruksi(contoh:terbuat dari beton,aspal,hotmix),kondisi
jembatan(baik,sedang,buruk)koordinat(x,y)
8 Cukupan air bersih:diisi PAM,PMA,PAH,sumur gali,sumur pompa tangan
9 Irigasi:diisi jenis irigasi(teknis,setengah tekniknis,non teknis),panjang
saluran,jumlah bendungan air,dan jumlah pintu air
10 Listrik:diisi jenis sumber energy (PLN,PLTD,PLTU,PLTA)dan daya
tersambung (kva) per kecamatan
11 Telekoimunikasi:diisi jumblah sambungan telepon,jumlah tower,dan
keterangan (penyedia layanan)
12 Demografi:diisi jumlah penduduk berdasarkan klasifikasi usia dan jenis
kelamin,mulai dari kurang 1 tahun sampai dengan lebih dari 60 tahun,dan
total penduduk per kecamatan
13 Sarana pendidikan :jumlah bangunan sekolah berdasarkan klasifikasi
tingkat pendidikan dari TK, SLB, SD/MI, SMP/MTS, SMA/SMK/MA dan
Perguruan Tinggi.

16
14 Bandar udara : diisi nama lokasi bandara, kelas bandara, panjang landasan,
jenis landasan, disertai sarana dan prasarana
15 Lokasi Pelabuhan Laut/Sungai/Danau : diisi nama Pelabuhan
Laut/Sungai/Danau, kelas pelabuhan, panjang dermaga, sarana dan
prasarana.
16 Sarana Kesehatan: diisi Rumah Sakit, Puskesmas, Pustu.
17 Sarana Peribadatan: diisi Jumlah masjid, gereja, pura, wihara dan lainnya

2) Ketersediaan sumber daya

NO URAIAN
1 Logistik: diisi pangan, sandang, logistik lainya, paket kematian
2 Peralatan: diisi standar minimal jenis peralatan penanggulangan bencana
3 Peralatan: diisi standar minimal jenis peralatan penanggulangan bencana

Data tanggap darurat merupakan rekapitulasi kejadian bencana mulai dari


tempat kejadian, korban sampai dengan dampak yang ditimbulkan.
Formulir ini diisi oleh BPBD/OPD yang menangani bencana yang
bersumber dari OPD yang mengelola data terkait dengan tanggapdarurat.

3) Petunjuk pengisian data tanggap darurat

NO URAIAN
1 Kejadian Bencana
a. Jenis bencana: (gempa bumi, banjir, tanah longsor dan lainlain)

b. Tanggal kejadian : (tanggal pada saat terjadinya bencana, bukan tanggal


perkembangan bencana)

c. Waktu kejadian: waktu terjadinya bencana pertama kali (jam kejadian


bencana)

d. Lokasi bencana: (provinsi, kabupaten, daerah cakupan bencana

17
(desa/kel, kecamatan))

e. Letak geografi: koordinat bencana (long X, lat y), cakupan dampak


bencana (panjang,lebar,radius), khusus bencana banjir

f. (luas dan tinggi genangan) f. Penyebab bencana : (pemicu terjadinya


bencana)

g. Deskripsi tentang bencana tersebut. 8. Kondisi Cuaca: diisi cuaca pada


saat pelaporan

2 Jumlah korban : diisi jumlah total korban meninggal, hilang, luka berat,
luka ringan, pengungsi dan penderita/terdampak namun dibedakan per usia
dan jenis kelaminnya.
3 Meninggal : diisi nama korban yang meninggal beserta alamat, jenis
kelamin, usia, ahli waris dan keterangan (informasi lainnnya).
4 Hilang : diisi nama korban yang hilang beserta alamat, jenis kelamin, usia,
lokasi hilang, ahli waris dan keterangan (informasi lainnya).
5 Luka ringan : diisi nama korban luka ringan beserta alamat, jenis kelamin,
usia dan keterangan (informasi lainnya).
6 Luka berat : diisi nama korban luka berat beserta alamat, jenis kelamin,
usia, status medis (dirujuk/dirawat), lokasi (nama Rumah Sakit) dan
keterangan (informasi lainnya).
7 Lokasi pengungsi: diisi kode lokasi pengungsi, lokasi (tempat pengungsian,
seperti sekolah, tempat ibadah, aula, dll), alamat pengungsian, kapasitas
(jumlah maksimal jiwa dari tempat pengungsian), jenis hunian (tenda
darurat, barak, balai desa, sekolah, rumah ibadah, dll) dan keterangan
(informasi lainnnya).
8 Jumlah pengungsi : diisi nama wilayah (bisa dipilih kab/kota atau sampai
kelurahan), lokasi (merupakan kode lokasi pengungsian), jumlah pengungsi
merupakan total dari pengklasifikasian pengungsi berdasarkan usia, jenis
kelamin dan kelompok rentan.
9 Jumlah penderita/terdampak : diisi nama wilayah (bisa dipilih kab/kota atau

18
sampai kelurahan), alamat, jumlah penderita merupakan total dari
pengklasifikasian penderita berdasarkan usia, jenis kelamin dan kelompok
rentan.
10 Kerusakan : diisi wilayah kerusakan, jenis kerusakan serta jumlah
kerusakan yang diklasifikasikan menjadi rusak berat, sedang dan ringan,
serta total keseluruhan dari jumlah kerusakan tersebut.
11 Fasilitas umum yang masih bisa digunakan : diisi dengan uraian
berdasarkan pertanyaan yang telah tersedia.
12 Upaya penanganan yang telah dilakukan diisi dengan uraian tentang
penanganan darurat apa saja yang telah dilakukan oleh BPBD setempat,
instansi terkait, BNPB maupun K/L terkait di Pusat.
13 Sumber daya: diisi dengan ketersediaan kebutuhan, kebutuhan,kebutuhan
yang di perlukan dan kekurangan kebutuhan
14 Relawan nasional : diisi data relawan nasional yang terlibat dalam
penanganan bencana, beserta asal organisasi, jumlah relawan, keahlian
relawan, penempatan dan tugas relawan, keterangan (infoermasi lainnya).
15 Relawan internasional diisi data relawan internasional yang terlibat dalam
penanganan bencana, beserta asal organisasi, jumlah relawan, keahlian
relawan, penempatan dan tugas relawan, keterangan (Informasi lainnya).
16 Bantuan dalam negeri: diisi data bantuan yang berasal dari dalam negeri,
yaitu tanggal penerimaan bantuan, asal bantuan, jenis bantuan, jumlah
bantuan dan satuannya serta nilai bantuan (nominal) dan keterangan
(informasi lainnya).
17 Bantuan luar negeri diisi data bantuan yang berasal dari luar negeri, yaitu
tanggal penerimaan bantuan, asal bantuan, jenis bantuan, jumlah bantuan
dan satuannya serta nilai bantuan (nominal) dan keterangan (informasi
lainnya).
18 Pendistribusian/pengangkutan : diisi berupa uraian tentang jenis logistik,
spesifikasi, cara pendistribusian dan tujuannya
19 Potensi bencana susulan diisi dengan uraian untuk potensi bencana susulan
yang kemungkinan akan terjadi pasca bencana

19
Dalam pelaksanaan pengisian formulir ini, data yang dibutuhkan
adalah data kerusakan aset yang mencakup lima sektor: pemukiman.
infrastruktur, ekonomi produktif, sosial dan lintas sektor. Kerusakan
dimaksud meliputi: tingkat kriteria kerusakan rusak berat, rusak sedang
dan rusak ringan. Pengisian formulir ini mencakup penilaian kerusakan
dan kerugian berikut status kepemilikan aset. Di samping penilaian
formulir di atas, juga diperlukan pengisian untuk penilaian kebutuhan
pemulihan kemanusiaan. Formulir tersebut mengacu pada Peraturan
Kepala BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Pasca Bencana. Hasil pengisian ini digunakan untuk
penilaian kebutuhan pasca bencana, sebagai hasil untuk pelaksanaan
rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana. (Formulir lengkap untuk
proses penilaian kerusakan dan kerugian serta kebutuhan pasca bencana,
mengacu ke Pedoman Inventarisasi dan Verifikasi serta Pedoman
Penilaian Kebutuhan Pasca Bencana). Formulir ini diisi oleh BPBD/OPD
yang menangani bencana yang bersumber dari OPD yang mengelola data
terkait dengan rehabilitasi dan rekonstruksi.

4) Petunjuk pengisian data pasca bencana

NO URAIAN
1 1. Kejadian bencana (gempa bumi, banjir, tanah longsor, danlain-lain)

2. Tanggal kejadian (tanggal saat terjadinya bencana)

3. Lokasi bencana (provinsi, kabupaten kota, dan kecamatan)

2 Penilaian kerusakan berisi :


1. Bidang/sektor.

2. Lokasi.

3. Tingkat kerusakan (rusak berat, rusak sedang dan rusak ringan) dan

20
satuannya mengacu pada data kerusakan saal tanggap darurat.

4. Harga satuan (rusak berat, rusak sedang, rusak ringan) diisi berdasarkan
penilaian dari bidang rehabilitasi dan rekonstruksi.

5. Nilai kerusakan merupakan penjumlahan dari perkalian masing-masing


tingkat kerusakan dengan harga satuan Nilai Kerusakan = (RB pada Tk.
Kerusakan x RB pada Harga satuan) + (RS pada Tk. Kerusakan x RS
pada Harga satuan) + (RR pada Tk. Kerusakan x RR pada Harga
satuan).

6. Taksiran kerugian berasal dari penilaian kerugian dari tabel penilaian


Taksiran kerugian.

7. Hasil verifikasi BNPB/BPBD/KL di isi oleh tim dari BNPB/BPBD/KL.

8. Kepemilikan (pemerintah dan non pemerintah).

3 Penilaian taksiran kerugian berisi sub sektor/jenis sub sektor lokasi, rincian
kerugian, asumsi perhitungan, jumlah, satuan, harg satuan, penilaian
kerugian (jumlah x harga satuan) dan keterangan (informasi lainnya).
4 Rencana kegiatan dan pendanaan berisi uraian kegiatan, jumlah
(penjumlahan dari tk. kerusakan pada tabel penilaian kerusakan), satuan,
usulan, kebutuhan dana (Hasil verifikasi dari Tim BNPB/BPBD/KL) dan
rencana sumber dana, terdiri dari Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten/Kota, K/L dan BNPB.
5 Realisasi berisi uraian kegiatan, jumlah, satuan, kebutuhan dana,rencana
sumber dana yang berisi Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota,
K/L dan BNPB serta kolom tambah kurang (kebutuhan dikurangi dengan
hasil penjumlahan dari seluruh rencana sumber dana).
6 Sumber dana dalam negeri berisi tanggal, asal, jenis bantuan dan nilai dari
bantuan serta keterangan (informasi lainnya).
7 Sumber dana dalam negeri berisi tanggal, asal, jenis bantuan dan nilai dari
bantuan serta keterangan (informasi lainnya).

21
3. Penilaian Kebencanaan

Penilaian resiko bencana dapat dilakukan berdasarkan dengan hasil


identifikasi bencana. Dengan dilakukan penilaian kemungkinan dan skala
dampak yang mungkin ditimbulkan oleh bencana tersebut. Dengan
demikian dapat diketahui, apakah potensi sebuah bencana di suatu daerah
tergolong tinggi atau rendah. Identifikasi bencana dilakukan dengan
melihat berbagai aspek yang ada disuatu daerah atau perusahaan, seperti
lokasi, jenis kegiatan, kondisi geografis, cuaca, alam, aktivitas manusia,
dan industry. sumberdaya alam serta sumber lainnya yang berpotensi
menimbulkan bencana. Identifikasi bencana ini dapat didasarkan pada
pengalaman bencana sebelumnya dan prediksi kemungkinan suatu
bencana yang dapat terjadi.
Analisis risiko bencana disusun berdasarkan persyaratan analisis risiko
bencana melalui penelitian dan pengkajian terhadap suatu kondisi atau
kegiatan yang mempunyai risiko tinggi menimbulkan bencana. Analisis
risiko bencana dituangkan dalam bentuk dokumen yang disahkan oleh
pejabat pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Analisis Risiko Bencana (ARISCANA) dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh informasi dan data mengenai potensi bencana yang mungkin
dapat terjadi dilingkungan masing-masing serta potensi atau tingkat risiko
atau keparahannya. Sebagai langkah sederhana untuk pengkajian risiko
bencana adalah dengan pengenalan bahaya/ancaman di daerah yang
bersangkutan. Semua bahaya/ancaman tersebut diinventarisasi, kemudian
di perkirakan kemungkinan terjadinya (probabilitasnya).
4. Pelaporan Kebencanaan

Informasi dalam penanggulangan bencana dimulai sejak pengumpulan,


analisis hingga diseminasi informasi yang dilakukan secara cepat, tepat
dan benar sebagai bagian dalam penanggulangan bencana. Data dan
informasi becana dikumpulkan dari pemerintahan, organisasi
relawan/NGO/masyarakat dan berbagai sumber media. Data dikumpulkan

22
baik secara langsung melalui wawancara ataupun secara tidak langsung
seperti dari internet, televisi, media cetak dan sebagainya.
Data bencana yang diperoleh dari berbagai sumber merupakan
landasan dalam memberikan informasi ke pihak-pihak yang
membutuhkan. Manajemen informasi yang dilakukan meliputi
pengumpulan informasi (termasuk pengkajian), penyusunan dan
penstrukturan informasi, evaluasi dan analisis informasi serta penyebaran
informasi (desiminasi). Semua informasi dan data bencana harus disimpan
secara rapi dan baik secara elektronik maupun dalam bentuk dokumen
tertulis. Dalam melakukan analisis data diperlukan prinsip kehati-hatian,
teliti dan obyektif agar menghasilkan informasi yang tepat, ringkas dan
akurat. Sebagai acuan dalam analisis dilakukan dengan memperhatikan
konsep SW+H, yaitu apa, di mana, kapan, siapa, mengapa dan bagaimana.
Apabila tidak memungkinkan dilakukan semua konsep, cukup dengan apa,
dimana, kapan dan bagaimana.Dalam penyajian data dan informasi yang
jelas, terkini dan mudah dipahami dapat menggunakan beberapa alat bantu
seperti log book/buku pencatatan, peta informasi, papan pengumuman,
papan untuk pesan, pertemuan koordinasi/informasi, informasi siapa, apa,
dimana, salinan dan laporan situasi. Analisis data yang telah menghasilkan
informasi harus disebarkan secara tepat waktu dan dengan cara yang
terstruktur. Pelaporan merupakan salah satu dari fungsi penting yang harus
dilakukan oleh BNPB dan BPBD. Laporan harus jelas, ringkas, akurat dan
professional. (Maros & Juniar, 2019)

23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan dari pengembangan sistem peringatan dini yang berbasis masyarakat
adalah untuk memberdayakan individu dan masyarakat yang terancam bahaya untuk
bertindak dalam waktu yang cukup dan dengan cara-cara yang tepat untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya korban luka,hilangnya jiwa, serta rusaknya harta benda dan
lingkungan(Bencana, 2020)
Penilaian sistematis sebelum, saat, dan setelah bencana pada korban, survivor,
populasi rentan dan berbasis komunitas Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis (UU 24 tahun 2007)
Analisis resiko bencana disusun berdasarkan persyaratan analisis risiko bencana
melalui penelitian dan pengkajian terhadap suatu kondisi atau kegiatan yang mempunyai
risiko tinggi menimbulkan bencana.
B. Saran
1. Pelaksanaan pencegahan dan kesiapsiagaan bencana memang sudah terlaksana
dengan cukup memuaskan, namun upaya sosialisasi dan edukasi tentang gempa ,
tsunami dan bencana alam lainnya harus terus dilakukan keseluruh lapisan
masyarakat, sehingga respon yang diberikan apabila terjadi gempa atau bencana lain
bisa lebih baik lagi dan resiko yang ditimbulkan lebih kecil.
2. Perlu adanya peningkatan pengetahuan dasar masyarakat tentang pengurangan resiko
bencana, agar masyarakat dapat berkontribusi secara nyata dan penanggulangan
bencana banjir khususnya didaerah masing dan dapat dilakukan pencegahan dengan
tidak membuang sampah sembarangan.

24
3. Pengadaan dari pemerintah serta pengajuan apparat desa/ kelurahan pada system
peringatan bencana dengan suatu teknologi atau alat yang canggih untuk mendeteksi
lebih dini jika terjadi suatu bencana

25
DAFTAR PUSTAKA

Bencana , P. D. A. N. J. (2020). Ade Heryana | Pengertian dan Jenis-jenis Bencana. 1–18.dan

surveilen bencana pada korban

ETHEL SILVA DE OLIVEIRA. (2018). Penilaian dokumentasi dan pelaporan hasil bencana.

1(December), 33–56.

Hedrawan. (2020). Penilaian sistematis ssat sebelum sesudah bencana.

Juniar, S. (2020). Survailen bencana.

Maros, H., & Juniar, S. (2019). Dokumentasi pelaporan hasil bencana. 1–23.

SR, G. (2018). journal of paediatricks and child helath division (Royal australasian college of

physicians 2011. 19–40.

Trisnawati. (2019). Pengertian bencana penilaian bencana. Keperawatan Bencana,

https://news.ge/anakliis-porti-aris-qveynis-momava.

26

Anda mungkin juga menyukai