Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KEGIATAN SIMULASI PENANGANAN KEGAWATDARURATAN

DENGAN BENCANA KAPAL LAUT PERAIRAN PANTAI SERUNI


KABUPATEN BANTAENG

Mata Kuliah : Keperawatan Bencana


Dosen Pembimbing : Ns. Muaningsih, M.Kep., Sp.Kep.Mat.

Di Susun Oleh :

Kelompok Media

1. Nava Syafaat Arafat U 2101034

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR
2023
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KEGIATAN SIMULASI
PENANGANAN KEGAWATDARURATAN DENGAN BENCANA KAPAL
LAUT PERAIRAN PANTAI SERUNI KABUPATEN BANTAENG

Mata Kuliah : Keperawatan Bencana


Dosen Pembimbing : Ns. Muaningsih, M.Kep., Sp.Kep.Mat.

Makassar , / / 2023

MENYETUJUI

DOSEN PEMBIMBING

(Ns. Muaningsih, M.Kep., Sp.Kep.Mat.)

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan


mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis. Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh
faktor alam, non alam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2007 tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam,
dan bencana sosial. (Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 2012).
Bencana dapat terjadi dimana saja dan kapan saja di seluruh penjuru dunia.
Bencana dapat berdampak kepada individu, keluarga dan komunitas. Bencana adalah
gangguan serius yang mengganggu fungsi komunitas atau penduduk yang
menyebabkan manusia mengalami kerugian, baik kerugian materi, ekonomi atau
kehilangan penghidupan yang mana berpengaruh terhadap kemampuan koping
manusia itu sendiri (International Strategy for Disaster Reduction [ISDR], 2009).
Besarnya angka kejadian dan dampak yang ditimbulkan oleh bencana
sehingga membutuhkan upaya penanggulangan. Penanggulangan bencana adalah
upaya sistematis dan terpadu untuk mengelola bencana dan mengurangi dampak
bencana, diantaranya penetapan kebijakan dalam bencana, pengelolaan resiko berupa
usaha pencegahan dan mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat serta upaya pemulihan
berupa rehabilitasi dan rekontruksi. Penanggulangan bencana oleh perawat pada tahap
tanggap darurat meliputi pengkajian secara cepat dan tepat terhadap korban bencana
serta pemberian bantuan hidup dasar (Loke, 2014; Veenema, 2016).
Untuk memaksimalkan upaya penanggulangan bencana di bidang kesehatan,
pelayanan kesehatan harus mempersiapkan tenaga kesehatan yang profesional.
Tenaga kesehatan dalam sebuah rumah sakit yang paling banyak adalah perawat.
Perawat sebagai tenaga kesehatan memiliki peran sebagai responden pertama dalam
menangani korban bencana di rumah sakit. Semua perawat mempunyai tanggung
jawab dalam perencanaan dan keterlibatan dalam menangani korban. Perawat harus
mengetahui apa yang akan mereka lakukan baik ketika mereka sedang bekerja atau
tidak bekerja sewaktu bencana terjadi. Perawat harus mengetahui bagaimana
memobilisasi bantuan,
mengevakuasi pasien-pasien dan mencegah penyebaran bencana. Perawat juga harus
mengenal diri mereka sendiri dan perencanaan- perencanaan rumah sakit dalam
mengatasi bencana (Rokkas, 2014).
Peran perawat dalam manajemen bencana yaitu pada saat fase pra, saat dan
pasca bencana. Salah satu peran perawat dalam fase pra bencana adalah perawat
terlibat dalam promosi kesehatan untuk meningkatkan kesiapan masyarakat dalam
menghadapi bencana. Perawat memiliki peran kunci dalam kesiapsiagaan masyarakat
terhadap bencana. Perawat sebagai profesi tunggal terbesar dalam layanan kesehatan
harus memahami siklus bencana, tanpa integrasi keperawatan dalam setiap tahap
bencana masyarakat akan kehilangan bagian penting dalam pencegahan bencana
karena perawatan merupakan respon terdepan dalam penanganan bencana (Efendi &
Makhfudli, 2009).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan simulasi penanganan bencana lokal maupun
nasional diseluruh wilayah Indonesia
2. Tujuan khusus
a) Mahasiswa melakukan persiapan penanganan kecelakaan kapal tenggelam
akibat mesin meledak sebelum, saat dan setelah.
b) Mahasiswa melakukan pencarian, pertolongan dan penyelamatan korban.
c) Mahasiswa melakukan evakuasi korban.
d) Mahasiswa melakukan triase korban bencana.
e) Mahasiswa memberikan pertolongan pertama dan resusitasi korban.
f) Mahasiswa melakukan bantuan medic.
g) Mahasiswa melakukan rujukan.
h) Mahasiswa melakukan DVI (ante morten vs post morten).
i) Mahasiswa memberikan intervensi psikosial pada korban dan keluarga
korban.
j) Mahasiswa melakukan kerjasama antardisiplin dalam penaganan bencana.
C. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dengan diberikannya edukasi dan simulasi
bencana adalah meningkatkan pengetahuan dan kemampuan untuk menjadi relawan
sehingga akan meningkatkan kesiapsiagaan mahasiswa khusunya keperawatan untuk
menjadi relawan bencana.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Bencana

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan


mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik faktor
alam dan atau non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta dan dampak psikologis.
Beragam bencana pernah terjadi di Indonesia, berikut jenis-jenis bencana di
Indonesia dapat disimpulkan secara implisit melalui UU No. 24 Tahun 2007, yaitu:
1) Bencana alam adalah bencana yang disebabkan oleh peristiwa atauserangkaian
peristiwa alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan dan tanah longsor.
2) Bencana non alam adalah bencana yang disebabkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa non alam antara lain berupa kegagalan teknologi, kegagalan
modernisasi, epidemik dan wabah penyakit.
3) Bencana sosial adalah bencana yang disebabkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa oleh perbuatan manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok
atau antar komunitas masyarakat dan teror (BNPB, 2010)
B. Prinsip-prinsip penanggulangan bencana
Di dalam UU No. 24/2007, Peraturan Kepala Badan Penanggulangan Bencana
No. 04/2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana
menyebutkan bahwa penanggulangan bencana terjadi dari beberapa fase-fase
pencegahan dan mitigasi, fase kesiapsiagaan, fase tanggap darurat dan fase
pemulihan. Persiapan dan perencanaan secara terstruktur dalam penanggulangan
bencana berdasarkan siklus bencana, hal ini bertujuan agar setiap kegiatan dan
tahapan dapat berjalan dengan terarah. Sehingga diperlukan sebuah rencana yang
spesifik pada setiap tahapan penyelenggaraan bencana (UNDP-Disaster Risk
Reduction in Aceh, 2013).
Siklus bencana dapat diuraikan dalam bentuk kegiatan-kegiatan penanggulangan
bencana sebagai berikut:
1. Tahap pra bencana
a) Pencegahan (prevention). Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
bencana (jika mungkin dengan meniadakan bahaya). Misalnya Melarang
pembakaran hutan dalam perladangan, Melarang penambangan batu di daerah
yang curam, dan Melarang membuang sampah sembarangan.
b) Mitigasi Bencana (Mitigation). Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk
mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran
dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Kegiatan mitigasi
dapat dilakukan melalui:
1) pelaksanaan penataan ruang,
2) pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata bangunan, dan
3) penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan baik secara
konvensional maupun modern.
c) Kesiapsiagaan (Preparedness). Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui
langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
d) Peringatan Dini (Early Warning). Peringatan Dini adalah serangkaian kegiatan
pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan
terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang atau upaya
untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan akan segera
terjadi. Pemberian peringatan dini harus menjangkau masyarakat (accesible),
segera (immediate), tegas tidak membingungkan (coherent), bersifat resmi
(official).
2. Tahap saat terjadi bencana
a) Tanggap Darurat (response). Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak
buruk yang ditimbulkan yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi
korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan
pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. Beberapa
aktivitas yang dilakukan pada tahapan tanggap darurat antara lain:
1) pengkajian yang tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumberdaya;
2) penentuan status keadaan darurat bencana;
3) penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
4) pemenuhan kebutuhan dasar;
5) perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
6) pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
b) Bantuan Darurat (relief). Merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan
dengan pemenuhan kebutuhan dasar berupa: Pangan, Sandang, Tempat tinggal
sementara, kesehatan, sanitasi dan air bersih.
3. Tahap pasca bencana
a) Pemulihan (recovery). Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana
dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan
melakukan upaya rehabilitasi.
b) Rehabilitasi (rehabilitation). Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua
aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada
wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya
secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah
pasca bencana.
c) Rekonstruksi (reconstruction). Rekonstruksi adalah perumusan kebijakan dan
usaha serta langkah-langkah nyata yang terencana baik, konsisten dan
berkelanjutan untuk membangun kembali secara permanen semua prasarana,
sarana dan sistem kelembagaan, baik di tingkat pemerintahan maupun masyarakat,
dengan sasaran utama tumbuh berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan
budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran dan partisipasi
masyarakat sipil dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat di wilayah pasca
bencana. Lingkup pelaksanaan rekonstruksi terdiri atas program rekonstruksi fisik
dan program rekonstruksi non fisik.
BAB III
JENIS KEGIATAN

A. Briefing Sebelum Simulasi


1. Jenis Kegiatan : Briefing dilakukan sebelum melakukan kegiatan simulasi.
Briefing dilakukan bersama dosen pembimbing Tim Media.
2. Materi yang didapat :
a) Pelaksanaan Simulasi :

Dilaksanakan pada tanggal 8 Februari 2023 dari pukul 07.00 WITA.


Lokasi briefing dilaksanakan di tempat simulasi di Pantai Seruni Bantaeng
dan Kuliah tamu di Hotel Kirei Bantaeng.
b) Peran dan Fungsi Tim Media :
Reporter sebagai pencari informasi dari suatu kejadian yang akan ditayangkan di
televisi, tidak hanya sekedar mencari berita, mengumpulkan berita, menulis berita
serta mempublikasikannya, tetapi reporter juga harus dapat memiliki cara – cara
khusus di dalam upaya untuk memperdalam dan memperluas informasi agar
pekerjaan sebagai jurnalis memiliki hasil dan nilai berita yang maksimal.
c) Narasi Simulasi :
Salah satu nelayan melapor ke Posko BPBD atau Posko BASARNAS jadi
dari mahasiswa dan mahasiswi dari STIKES ada yang menyamar sebagai
masyarakat (nelayan) dan melaporkan ke posko terkait, setelah melaporkan
ke posko terkait BPBD koordinasi dengan TNI, POLRI, BASARNAS, pihak
terkait bahwasannya telah terjadi Kapal Motor Maju Mundur yang memiliki rute
makassar selayar di skenario simulasi. Pihak terkait menyampaikan kepada
BASARNAS Makassar bahwasannya ada laporan kapal motor tersebut lagi
trouble, setelah tindak lanjut pihak BASARNAS Makassar konfirmasi ke Kapal
Motor Maju Mundur tersebut bahwasannya iya betul terjadi, lantas tindakan
selanjutnya BASARNAS Makassar calling Pos SAR Bantaeng karena posisi
diperkirakan kapal motor tersebut sudah berada diperairan di Kabupaten
Bantaeng, jadi untuk mempercepat evakuasi dan pertolongan korban maka
dikirimkan tim yang berada di kabupaten bantaeng. Setelah konfirmasi semua tim
koordinasi maka run down acaranya itu di jam 09.00 menyesuaikan waktu
setempat. Iring-iringan POLRI dan TNI, dan tim
gabungan masuk dari arah depan pantai seruni, rombongannya masuk
lewat depan rumah sakit. Mahasiswa dan mahasiswi STIKES yang
berperan sebagai korban dan masyarakat stand by pada posisi. Setelah
petugas tiba dilapangan petugas itu kembali briefing, jadi pengambilan
gambarnya besok itu beberapa lintas terkait melakukan briefing atau
pertemuan dulu seolaholah gambarannya seperti apa dan melakukan apa,
jadi besok itu TNI POLRI bukan saja sebagai keamanan tapi diharapkan
ada partisipasi, jadi maksudnya begini jadi anggota-anggota dari TNI dan
POLRI ada di bagian tim Evakuasi, jadi dipengambilan gambar anggota-
anggota TNI dan POLRI itu ada sehingga gambarannya itu nanti kita
semua satu padu melakukan action dilapangan sampai selesai. Untuk
pengambilan atau pengantaran atau penjemputan korbannya itu cukup jauh
dari lapangan sehingga tim evakuasi cukup berat. Ada permintaan dari
rekan-rekan tim medis bahwasannya untuk dibagian korban tersebut
rencananya akan ada triase dengan warna merah, kuning, hijau, dimana
ketiga korban itu dicampur saja biar nanti diatas dievakuasi nanti di tim
penanganannya baru diklasifikasikan masuk dikategori yang mana, untuk
petugas ada tanda pita disematkan bahwasannya dia korban merah, kuning,
hijau.

B. Kegiatan Simulasi

1. Rundown Kegiatan Simulasi :

a) Briefing dan Gladi Bersih


b) Evakuasi Korban di Pantai dan Pencegahan Keluarga Korban yang
mengganggu Evakuasi
c) Mobilisasi Korban ke Tenda Triage
d) Penentuan Level Triage Korban
e) Penanganan oleh Tim Medis
f) Mobilisasi Korban Rujukan ke Rumah Sakit Dengan Ambulans
g) Mobilisasi Korban Level Hitam ke Ruang Mayat Rumah Sakit
untuk di Identifikasi oleh pihak yang berwenang
h) Briefing Setelah Simulasi
2. Pembagian Tim Media :
a) 1 Tim Media di Lokasi Terjadinya Bencana
b) 1 Tim Media di Lokasi Evakuasi Korban
c) 1 Tim Media di Lokasi Rumah Sakit
3. TIM Simulasi :
a) Tagana (Taruna Siaga Bencana) : 45 orang
b) Basarnas (Badan SAR Nasional)
c) PMI (Palang Merah Indonesia)
d) PSC (Publis safety centre) : 15 orang
e) Polres bantaeng : 31 orang
f) Bapena PPNI : 9 orang
g) Damkar : 10 orang
h) BPBD Bantaeng : 20 orang
i) ORARI : 5 orang
j) TNI (Tentara Nasional Indonesia) : 10 orang
k) Satpol PP : 10 orang
l) Tim Medis : 14 orang
m) Tim Evakuasi
n) Tim Assessment

4. Korban yang di Evakuasi :


a) Korban Merah : 15 orang
b) Korban Kuning : 14 orang
c) Korban Hijau : 10 orang
d) Korban Hitam : 5 orang

5. Hasil Wawancara Tim Media :


Tim Evakuasi :
Pertanyaan : Ada Kendala dyang dialami selama proses evakuasi korban?

“Kapal menampung lebih dari 2 orang yang seharusnya hanya 2 orang


dalam 1 kapal. Tandu evakuasi kurang sehingga Pasien lama dievakuasi
ke tempat medis dan pasien banyak yang mengalami hipotermi.”

Tim Medis :
Pertanyaan : Ada kendala dalam memberikan pelayanan medis kepada
korban?

“Kami kekurangan jumlah petugas medis di triage Merah. Ternyata


jumlah pasien Merah lebih banyak.”

Tim PMI (Palang Merah Indonesia) :


Pertanyaan : Ada kendala dalam memberikan pelayanan medis kepada
korban?

“Miss komunikasi yg membuat pasien triage utama tdk berurutan. Tadi


korban hitam lebih duluan di evakuasi padahal pasien merah lebih banyak
dan harus diprioritaskan.” –Kak Yusran PMI

“Dari air ke darat tdk ada tim medis utk pemeriksaan korban. Utk
pemeriksaan triage. Tadi hitam dluan naik harus ada selang beberapa
waktu baru masuk lagi korban.” – Kak Abd.Rahman PMI

C. Dokumentasi Simulasi

(foto evakuasi korban triase hitam)

(foto mengidentifikasi korban triase hitam)


BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Di beberapa daerah di Indonesia merupakan daerah yang rawan bencana.
Dengan banyaknya bencana, kesiagaan dan pelaksanaan tanggap bencana harus
dilakukan dengan baik. Karena dampak yang ditimbulkan bencana tidaklah sederhana,
maka penanganan korban bencana harus dilakukan dengan terkoordinasi dengan baik
sehingga korban yang mengalami berbagai sakit baik fisik, dan emosional dapat
ditangani dengan baik dan manusiawi.
Perawat sebagai kaum yang telah dibekali dasar-dasar kejiwaan kebencanaan
dapat melakukan berbagai Tindakan tanggap bencana. Seharusnya modal itu
dimanfaatkan oleh mahasiswa keperawatan agar secara aktif turut melakukan
Tindakan tanggap bencana.

B. SARAN
Diharapkan dengan adanya simulasi bencana ini, dapat memberikan
pengalaman serta gambaran situasi dilapangan saat nanti terjadi bencana, sehingga
mahasiswa dan mahasiswi bisa melakukan intervensi keperawatan sesuai dengan
kondisi bencana yang dihadapi.
DAFTAR PUSTAKA
(Ryan, Cooper, and Tauer 2013)Ryan, Cooper, and Tauer. 2013. “済無 No Title No Title No
Title.” Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents: 12–26.
Jainurakhma, Janes, dkk. 2022. Keperawatan Bencana Dan Kegawatdaruratan (Teori Dan
Penerapan). Jawa Barat : CV. MEDIA SAINS INDONESIA.
Kartika, Kalpana. 2021. Keperawatan Bencana Efektivitas Pelatihan Bencana Pre Hospital
Gawat Darurat Dalam Peningkatan Efikasi Diri Kelompok Siaga Bencana Dan Non Siaga
Bencana Edisi I. Yogyakarta : CV BUDI UTAM

Anda mungkin juga menyukai