(Disaster Preparedness)
Disusun oleh :
HERLINA SUSILAWATI HUTASOIT
(017222005)
2. Tujuan
Dokumen Perencanaan Kesiapsiagaan Bencana (Disaster
Preparedness) menjadi acuan bagi perawat/ tenaga kesehatan untuk menangani
bencana dalam sektor kesehatan. Dengan adanya dokumen ini maka akan
terbentuk suatu sistem penanganan bencana yang terpadu dalam sektor
kesehatan. Dokumen ini diharapkan dapat digunakan oleh bidang kesehatan
dan lintas sektor dalam penanganan masalah kesehatan pada saat terjadi
bencana.
Tujuan rencana penanggulangan bencana bidang kesehatan adalah
sebagai berikut :
1) Adanya sistem komando bidang kesehatan pada saat penanganan bencana.
2) Terbentuk struktur organisasi bidang kesehatan dengan tugas, pokok dan
fungsi yang digunakan pada saat bencana
3) Adanya pemetaan potensi bencana dan prioritas jenis penanganan bencana
4) Menjadi pedoman penanganan bencana oleh lintas sektor untuk masalah
kesehatan pada saat terjadi bencana
5) Adanya standar prosedur penanganan untuk semua ancaman bencana secara
umum dan spesifik
6) Adanya penetapan fasilitas untuk koordinasi bidang kesehatan pada saat
bencana
7) Adanya pemetaan daerah rawan bencana dan denah evakuasi
8) Adanya jejaring antar lintas sektoral dalam penanggulangan bencana
5. Epidemiologi bencana
Seperti yang tertulis, bahwa bencana itu bisa murni sebagai kejadian
alam (gempa bumi, topan, volcano, badai, banjir ) bisa juga karena perbuatan
dan kelalaian manusia seperti kebakaran, perang, kecelakaan transportasi.
Agen primer termasuk angin, air, lumpur, asap, dan panas. Sedangkan agen
sekunder termasuk bakteri dan virus yang menkontaminasi/ menginfeksi akibat
yang ditimbulkan oleh agen primer tersebut. Faktor-faktor host (manusia) juga
mempengaruhi efek dari bencana tersebut, sebut saja usia, status kesehatan,
status imunisasi, tingkat mobilisasi, dan kondisi psikologis. Secara langsung
maupun tidak langsung bencana ikut dipengaruhi oleh agen-agen lingkungan
yang sifatnya fisik, kimia, biologi maupun sosial.
Secara fisik bencana dipengaruhi oleh kondisi cuaca, ketersediaan
makanan dan air. Secara kimia termasuk kebocoran zat kimia ke dalam air,
udara, dan ke dalam suplai makanan. Secara biologi termasuk kontaminasi
pada makanan dan air, pembuangan akhir dan pengelolaan sampah yang tidak
layak, dan penyimpanan makanan yang tidak sesuai. Faktor sosial termasuklah
perbedaan pendapat tentang keyakinan, fanatisme, strata sosial dan lainnya.
6. Penutup
Bencana alam merupakan sebuah musibah yang tidak dapat diprediksi
kapan datangnya. Apabila bencana tersebut telah datang maka akan
menimbulkan kerugian dan kerusakan yang membutuhkan upaya pertolongan
melalui tindakan tanggap bencana yang dapat dilakukan oleh perawat.
Perawat diharapkan bisa turut andil dalam melakukan kegiatan tanggap
bencana. Perawat tidak hanya dituntut mampu memiliki kemampuan
intelektual namun harus memilki jiwa kemanusiaan melalui aksi siaga bencana.
7. Pustaka
Adolong, S. S. (2017) Gambaran pengetahuan tenaga kesehatan tentang
tanggap bencana di Puskesmas Limboto Barat Kabupaten Gorontalo.
Universitas Negeri Gorontalo.
Putri, A. M. H. (2022) Peringatan! RI Masuk 3 Besar Negara Paling Rawan
Bencana, CNBC Indonesia. Tersedia pada:
https://www.cnbcindonesia.com/research/20221206102823-128-
394143/peringatan-ri-masuk-3-besar-negara-paling-rawan-bencana
(Diakses: 13 Oktober 2023).
Sangkalaa, M. S. dan Gerdtz, M. F. (2018) “Disaster preparedness and learning
needs among community health nurse coordinators in South Sulawesi
Indonesia,” Australasian Emergency Care. doi:
https://doi.org/10.1016/j.auec.2017.11.002.