Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Menurut WHO (2002) disaster (bencana) adalah setiap kejadian yang menyebabkan
kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau memburuknya derajat kesehatan
atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau
wilayah yang terkena.

Menurut Asian Disaster Reduction Center (2003) yang dikutip Wijayanto (2012),
Bencana adalah suatu gangguan serius terhadap masyarakat yang menimbulkan kerugian secara
meluas dan dirasakan baik oleh masyarakat, berbagai material dan lingkungan (alam) dimana
dampak yang ditimbulkan melebihi kemampuan manusia guna mengatasinya dengan sumber
daya yang ada.

Secara geografis dan geologis Indonesia sebenarnya rawan terhadap bencana, seperti
gempa bumi, tanah longsor, tsunami, banjir, letusan gunung berapi, angin kencang bahkan
kebakaran hutan. Bencana ini menimbulkan kerugian dan kerusakan yang sangat parah.
Bencana, utamanya bencana alam sebagai fenomena geografis, geologis dan geofisis tidak dapat
dicegah terjadinya oleh manusia. Penanganan bencana pada dasarnya di tujukan sebagai upaya
untuk meredam dampaknya dan memperkecil korban jiwa, kerusakan dan kerugian yang
diakibatkan oleh bencana. Jadi penanganan bencana bukan mencegah untuk terjadinya
melainkan mencegah dampak atau akibat yang ditimbulkan oleh bencana dan memperkecil
korban jiwa, kerugian secara ekonomis dan kerusakannya. Sudah sejak lama masyarakat
tradisional bisa mengantisipasi terjadinya bencana karena mereka mampu melakukan prediksi,
previsi dan preservasi secara langsung. Masalahnya adalah pada era informasi dan teknologi
seperti sekarang ini apakah masih mengandalkan pengetahuan dan naluri tradisional dalam
penanganan bencana. Selain bencana alam ada juga bencana non alam seperti konflik sosial,
epidemi, wabah penyakit serta kegagalan teknologi. Kegagalan teknologi adalah semua kejadian
bencana yang diakibatkan oleh kesalahan desain, pengoperasian dan kelalaian serta kesengajaan
manusia dalam penggunaan teknologi dan/atau industri ( Sutanto, 2017)

1
Sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di wilayah yang rentan terhadap bencana
alam, termasuk gempa bumi. Bencana gempa yang diikuti dengan pengungsian berpotensi
menimbulkan masalah kesehatan; namun demikian, pelayanan kesehatan pada kondisi bencana
sering menghadapi kendala, antara lain akibat rusak atau tidak memadainya fasilitas kesehatan.
Tulisan ini mendiskusikan permasalahan kesehatan dalam kondisi bencana dan mengkaji peran
petugas kesehatan serta partisipasi masyarakat dalam penanggulangannya. Sebagian besar
informasi dalam tulisan ini disusun berdasarkan basil studi "Kajian Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Korban Gempa Bantul 2006" pada tahun 2010 serta penelusuran literatur terkait (desk review).
Hasil studi menunjukkan bahwa di sektor kesehatan, berbagai piranti legal (peraturan, standar)
telah menyebutkan peran penting petugas kesehatan dalam penanggulangan bencana. Bencana
tidak hanya menimbulkan korban meninggal dan luka serta rusaknya berbagai fasilitas
kesehatan, tetapi juga berdampak pada permasalahan kesehatan masyarakat, seperti munculnya
berbagai penyakit paskagempa, fasilitas air bersih dan sanitasi lingkungan yang kurang baik,
trauma kejiwaan serta akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan pasangan.
Petugas kesehatan bersama dengan masyarakat berperan dalam penanggulangan bencana gempa,
mulai dari sesaat setelah gempa (hari ke-1 hingga hari ke-3), masa tanggap darurat (hari ke-3
hingga sebulan) serta masa rehabilitasi dan rekonstruksi (sejak sebulan paskagempa). Beberapa
faktor turut mendukung kelancaran petugas Puskesmas dalam melakukan tindakan gawat darurat
pada saat gempa, termasuk partisipasi aktif masyarakat dan relawan dalam membantu
penanganan korban (Widayatun&Fatoni,2013)

Dalam proses penanggulangan bencana ada bebarapa kelompok yang dianggap beresiko
atau rentan, salah satunya kelompok ibu hamil. Ibu hamil merupakan salah satu kelompok rentan
pasca bencana. Beberapa penelitian menemukan bahwa tingkat depressi lebih tinggi ibu hamil
yang mengalami bencana dibanding dengan ibu hamil yang berada pada populasi umum (Tri
Astuti,dkk, 2018).

2
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah definisi bencana ?


2. Bagaimana definisi manajemen bencana pada ibu hamil ?
3. Bagaimana tujuan manajemen bencana ?
4. Bagaimana siklus manajemen bencana ?
5. Bagaimana prinsip penanganan bencana pada ibu hamil ?
6. Bagaimana pengaruh bencana pada ibu hamil ?
7. Bagaimana tindakan yang sesuai untuk kelompok ibu hamil ?
8. Bagaimana prinsip pemberian makan pada ibu hamil ?
9. Bagaimana lingkungan yang tepat untuk ibu hamil pasca bencana ?
10. Bagaimana perbandingan penatalaksanaan manajemen bencana secara lokal dan
internasional ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi disaster


2. Untuk mengetahui definisi manajemen bencana pada ibu hamil
3. Untuk mengetahui tujuan manajemen bencana
4. Untuk mengetahui siklus manajemen bencana
5. Untuk mengetahui prinsip penanganan bencana pada ibu hamil
6. Untuk mengetahui pengaruh bencana pada ibu hamil
7. Untuk mengetahui tindakan yang sesuai untuk kelompok ibu hamil
8. Untuk mengetahui prinsip pemberian makan pada ibu hamil
9. Untuk mengetahui lingkungan yang tepat untuk ibu hamil pasca bencana

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Disaster

Bencana dapat didefinisikan dalam berbagai arti baik secara normatif maupun pendapat
para ahli. Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan

dampak psikologis.

Pengertian bencana dalam Kepmen Nomor 17/kep/Menko/Kesra/x/95 adalah sebagai


berikut : Bencana adalah Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam,
manusia, dan atau keduanya yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian
harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana dan fasilitas umum serta
menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat.

Menurut Departemen Kesehatan RI (2001), definisi bencana adalah peristiwa atau


kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian kehidupan
manusia, serta memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga
memerlukan bantuan luar biasa dari pihak luar.

Bencana (disaster) merupakan suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu


komunitas sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi
materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan komunitas tersebut untuk
mengatasi dengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri (Amalia, 2014)

B. Managemen Disaster pada Ibu Hamil

Manajemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut dan terpadu untuk
meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan observasi dan analisis
bencana serta pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini, penanganan darurat,
rehabilitasi dan rekonstruksi bencana. (UU 24/2007).

4
Manajemen bencana menurut Nurjanah (2012:42) sebagai Proses dinamis tentang
bekerjanya fungsi-fungsi manajemen bencana seperti planning, organizing, actuating, dan
controling. Cara kerjanya meliputi pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan tanggap darurat dan
pemulihan.

Manajemen bencana menurut (University British Columbia) ialah proses pembentukan


atau penetapan tujuan bersama dan nilai bersama (common value) untuk mendorong pihak-pihak
yang terlibat (partisipan) untuk menyusun rencana dan menghadapi baik bencana potensial
maupun akual.

Ibu Hamil adalah kondisi dimana seseorang wanita mengandung janin hasil hubungan
seksual antara pria dan wanita( Soewito,M. 2016)

Manjemen keperawatan bencana pada ibu hamil adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan
untuk mengendalikan bencana dan keadaan darurat pada ibu hamil sekaligus memberikan
kerangka kerja untuk menolong ibu hamil dalam keadaan beresiko tinggi agar dapt menghindari
ataupun pulih dari dampak bencana (Amalia, 2014)

C. Tujuan Manajemen Disaster

Adapun tujuan manajemen bencana secara umum adalah sebagai berikut:

1. Mencegah dan membatasi jumlah korban manusia serta kerusakan harta benda dan
lingkungan hidup
2. Menghilangkan kesengsaraan dan kesulitan dalam kehidupan dan penghidupan korban
3. Mengembalikan korban bencana dari daerah penampungan/ pengungsian ke daerah asal
bila memungkinkan atau merelokasi ke daerah baru yang layak huni dan aman
4. Mengembalikan fungsi fasilitas umum utama, seperti komunikasi/ transportasi, air
minum, listrik, dan telepon, termasuk mengembalikan kehidupan ekonomi dan sosial
daerah yang terkena bencana
5. Mengurangi kerusakan dan kerugian lebih lanjut
6. Meletakkan dasar-dasar yang diperlukan guna pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan
rekonstruksi dalam konteks pembangunan

5
Menurut (Amalia, 2014) tujuan manajemen bencana terdiri dari :

1. Mengurangi atau menghindari kerugian secara fisik, ekonomi maupun jiwa yang dialami
oleh perorangan, masyarakt negara.

2. Mengurangi penderitaan korban bencana

3. Mempercepat pemulihan

4. Memberikan perlindunagan kepada pengungsi atau masyarakat yang kehilangan tempat


ketika kehidupannya terancam.

D. Siklus Manajemen Bencana

Untuk tujuan diatas diperlukan beberapa tahap dalam upaya untuk menangani suatu bencana

1. Penanganan Darurat; yaitu upaya untuk menyelamatkan jiwa dan melindungi harta serta
menangani gangguan kerusakan dan dampak lain suatu bencana. Sedangkan keadaan darurat
yaitu kondisi yang diakibatkan oleh kejadian luar biasa yang berada di luar kemampuan
masyarakat untuk menghadapnya dengan sumber daya atau kapasitas yang ada sehingga
tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok dan terjadi penurunan drastic terhadap
kualitas hidup, kesehatan atau ancaman secara langsung terhadap keamanan banyak orang di
dalam suatu kominitas atau lokasi.

2. Pemulihan (recovery);adalah suatu proses yang dilalui agar kebutuhan pokok terpenuhi.
Proses recovery terdiri dari:

a. Rehabilitasi : perbaikan yang dibutuhkan secara langsung yang sifatnya sementara


atau berjangka pendek.

b. Rekonstruksi : perbaikan yang sifatnya permanen

3. Pencegahan (prevension); upaya untuk menghilangkan atau mengurangi kemungkinan


timbulnya suatu ancaman. Misalnya : pembuatan bendungan untuk menghindari terjadinya

6
banjir, biopori, penanaman tanaman keras di lereng bukit untuk menghindari banjir dsb.
Namun perlu disadari bahwa pencegahan tidak bisa 100% efektif terhadap sebagian besar
bencana.

4. Mitigasi (mitigation); yaitu upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak buruk dari
suatu ancaman. Misalnya : penataan kembali lahan desa agar terjadinya banjir tidak
menimbulkan kerugian besar.

5. Kesiap-siagaan (preparedness); yaitu persiapan rencana untuk bertindak ketika


terjadi(atau kemungkinan akan terjadi) bencana. Perencanaan terdiri dari perkiraan terhadap
kebutuhan-kebutuhan dalam keadaan darurat danidentifikasi atas sumber daya yang ada
untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Perencanaan ini dapat mengurangi dampak buruk dari
suatu ancaman (Sutanto, 2017 )

E. Prinsip Penanganan Bencana pada Ibu Hamil

Undang undang no 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana mengartikan bencana


sebagai suatu peristiwa luar biasa yang mengganggu dan mengancam kehidupan dan
penghidupan yang dapat disebabkan oleh alam, ataupun manusia, ataupun keduanya. Untuk
menurunkan dampak yang ditimbulkan akibat bencana dibutuhkan dukungan berbagai pihak
termasuk keterlibatan perawat yang merupakan petugas kesehatan yang jumlahnya terbanyak di
dunia dan salah satu petugas kesehatan yang berada di lini terdepan saat bencana terjadi . Peran

7
perawat dapat dimulai sejak tahap mitigasi (pencegahan), tanggap darurat bencana dalam fase
prehospital dan hospital, hingga tahap recovery.

Terdapat individua tau kelompok kelompok tertentu dalam masyarkat yang lebih rentan
terhadap efek lanjut dari kejadian bencana yang memerlukan perhatian dan penanganan khususu
untuk mencegah kondisi yang lebih buruk pasca bencana. Kelompok kelompok ini diantaranya :
anak anak, perempuan, terutama ibu hamil dan menyusui, lansia, individu individu yang
menderita penyakit kronik dan kecacatan. Identifikasi dan pemetaan kelompok beresiko melalui
pengumpulan informasi dan data demografi akan mempermudah perencanaan tindakan
kesiapsiagaan dalam menghadapi kejadian bencana di masyarakat.

F. Pengaruh Bencana pada Ibu Hamil

Wanita hamil, bayi baru lahir, dan bayi bisa tidak proporsional dirugikan oleh bencana
alam. Kurangnya sumber daya, seperti makanan dan air bersih, kurangnya akses ke perawatan
kesehatan dan obat-obatan, serta stres psikologis pasca bencana meningkatkan morbiditas yang
berhubungan dengan kehamilan. Setelah Badai Katrina, Pusat Pengendalian dan Pencegahan
Penyakit menemukan bahwa 14 kabupaten Federal Emergency Management Agency yang
ditunjuk dan paroki terpengaruh oleh badai memiliki peningkatan yang signifikan dalam jumlah
wanita yang terlambat diterima atau tidak ada perawatan kehamilan. Di kabupaten yang ditunjuk
di Mississippi, persentase perawatan prenatal yang tidak memadai meningkat secara signifikan
dari 2,3% menjadi 3,3% (3). Di Louisiana, di antara wanita Hispanik, meningkat dari 2,3%
menjadi 3,9% (3). Bayi yang lahir dari ibu hamil yang tinggal dalam radius 2 mil dari World
Trade Center pada 9/11 ditemukan memiliki tingkat yang lebih tinggi dari pembatasan
pertumbuhan intrauterin, penurunan berat lahir, dan lingkar kepala kecil (4, 5). Dalam sebuah
studi yang dipantau kelahiran hasil sebagai berikut Badai Katrina, wanita yang mengalami tiga
atau lebih parah situasi traumatis selama badai, seperti merasa seolah-olah hidup seseorang
dalam bahaya, berjalan melalui air banjir, atau memiliki yang dicintai mati, ditemukan memiliki
tingkat yang lebih tinggi penerbangan kelahiran bayi berat badan dan peningkatan kelahiran
prematur

8
G . Tindakan yang sesuai untuk kelompok ibu hamil

Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada berbagai macam kondisi kita harus
cepat dan bertindak tepat di tempat bencana, petugas harus ingat bahwa dalam merawat ibu
hamil adalah sama halnya dengan menolong janinnya sehingga meningkatkan kondisi fisik dan
dan mental wanita hamil dapat melindungi dua kehidupan, ibu hamil dan janinnya.

Perubahan fisiologi pada ibu hamil, seperti peningkatan sirkulasi darah, peningkatan
kebutuhan oksigen, dan lain lain sehingga lebih rentan saat bencana dan setelah bencana.

Hal hal yang perlu diperhatikan dalam penanggulangan ibu hamil

a. Meningkatkan kebutuhan oksigen


peneyebab kematian janin adlah kematian ibu. Tubuh ibu hamil yang mengalami keadaan
bahaya secara fisik berfungsi untuk mrmbantu menyelamatkan nyawanya sendiri
daripada nyawa si janin dengan mengurangi volume perdarahan pada uterus
b. Persiapan melahirkan yang aman
dalam situasi bencana, petugas harus mendapatkan informasi yang jelas dan terpercaya
dalam menentukan tempat melahirkan adalah keamanannya. Hal yang perlu dipersiapkan
adalah air bersih, alat alat yang bersih dan steril dan obat obatan, yang perlu diperhatikan
adalah vakuasi ibu ke tempat perawatan selanjutnya yang lebih memadai
1. Pra Bencana
a. melibatkan perempuan dalam penyusunan perencanaan penanganan bencana
b. mengidentifikasi ibu hamil dan ibu menysui sebagai kelompok rentan
c. membuat disaster plans di rumah yang disosialisasikan kepada seluruh anggota
keluarga
2. Saat bencana
a. melakukan usaha/bantuan penyelamatan yang tidak meningkatkan resiko
kerentanan bumil dan busui, misalnya :
1) meminimalkan goncangan pada saat melakukan mobilisasi dan transportasi
Karena dapat merangsang kontraksi pada ibu hamil.
2) Tidak memisahkan bayi dan ibunya saat proses evakuasi

9
b. Petugas bencana harus memiliki kapassitass untuk menolong korban bumil dan
busui
3. Pasca bencana
a. Dukung ibu ibu menyusui dengan nutrisi adequate, cairab dan emosional
b. Melibatkan petugas petugas kesehatan reproduktif di rumah penampungan korban
bencana untuk menyediakan jasa konseling dan pemeriksaan kesehatan untuk ibu
hamil dan menyusui
c. Melibatkan petugas petugas konseling untuk mencegah, mengidentifikasi,
mengurangi resiko kejadian depresi pasca bencana

H. Prinsip pemberian makan pada ibu hamil


Risiko yang terkait dengan tidak memadainya asupan gizi pada ibu hamil dan menyusui
mencakup komplikasi kehamilan, kematian ibu, kelahiran bayi dengan berat badan kurang, dan
pemberian ASI yang tidak lengkap. Dengan demikian angka-angka yang dimunculkan dalam
perencanaan untuk pemberian jatah umum harus mempertimbangkan kebutuhan tambahan bagi
ibu hamil dan menyusui. Ibu hamil dan menyusui harus mendapatkan suplemen zat besi setiap
hari. Disamping itu para ibu yang baru melahirkan juga perlu dipastikan telah mendapat kapsul
vitamin A sesuai program yang sudah berjalan.
Jadi, prinsip yang harus terpenuhi pada pemberian makan bagi ibu hamil dan
menyusui dalam situasi darurat adalah:
1. Ibu hamil mendapatkan tambahan sejumlah 285 kkal/hari
2. Ibu menyusui ++ 500 kkal/hari
3. Pemberian mikronutrient sesuai keadaan kehamilan
4. Minimal 2.100 kalori terpenuhi
I. Lingkungan yang Tepat untuk Ibu Hamil Pasca Bencana
Setelah kejadian bencana, adalah penting sesegera mungkin untuk menciptakan
lingkungan yang kondusif yang memungkinkan kelompok beresiko untuk berfungsi secara
mandiri sebagaimana sebelum kejadian bencana, diantaranya :
a. Menciptakan kondisi lingkungan yang memungkinkan ibu hamil dan menyusui untuk
terus memberikan asi kepada anaknya dengan cara memberikan dkungan moril,
menyediakan konsultasi laktasu dan pencegahan depresi

10
b. Membantu anak kembali melakukan aktivitas aktivitas regular sebagaimana sebelum
kjadian bencana seperti : penjagaan kebersihan diri, belajar/sekolah, dan bermain
c. Melibatkan lansia dlam aktivitas aktivitaas sosiao dan program lintas generasi
misalnya dengan remaja dan anak anak untuk mengurangi resiko isolasi social dan
depresi
d. Menyediakan informasi dan lingkungan yang kondusif untuk indiividu denga
keterbatasan fisik, misalnya area vakuasi yang dapat diakses oleh mereka
e. Adanya fasilitas fasilitas perawatan untuk korban bencana dengan penyakit dan
infeksi

J. Perbandingan Penatalaksanaan Manajemen Disaster pada Ibu Hamil Secara Lokal dan
Internasional
1. Di Indonesia
Manajemen bencana pada Ibu Hamil di Indonesia meliputi tahap - tahap sebagai berikut :
1. Sebelum bencana terjadi, meliputi langkah – langkah pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan dan kewaspadaan.
2. Pada waktu bencana sedang atau masih terjadi, meliputi langkah – langkah
peringatan dini, penyelamatan, pengungsian dan pencarian korban.
3. Sesudah terjadinya bencana, meliputi langkah penyantunan dan pelayanan,
konsolidasi, rehabilitasi, pelayanan lanjut, penyembuhan, rekonstruksi dan
pemukiman kembali penduduk. Tahapan diatas dalam kenyataannya tidak dapat
ditarik tegas antara tahapan satu ketahapan berikutnya.

2. Luar Negeri ( Thailand)


Mengenai keperawatan bencana tidak sepenuhnya dimasukkan ke kurikuler
keperawatan dalam pendidikan keperawatan dari Thailand, tahap penting dalam proses
pendidikan yang mengarah ke perubahan dalam praktek disarankan untuk menilai
kebutuhan belajar (Grant, 2002; Forbes, Sementara & Ullman, 2006) belajar .Individual
penilaian kebutuhan adalah fokus dalam penelitian ini akan digunakan sebagai informasi
dasar untuk membentuk bagian rutin dari pelatihan, belajar, dan meningkatkan praktek

11
keseimbangan yang kebutuhan individu (Grant, 2002). Oleh karena itu, pemahaman yang
lebih baik dari perawat kebutuhan belajar untuk menyusui bencana sangat penting untuk
mengembangkan kursus keperawatan bencana atau program yang memenuhi kebutuhan
(Loke & Fung 2014). Namun, pendidikan bencana di Thailand belum jelas dalam hal
integrasi konten dalam kurikulum keperawatan atau menawarkan pelatihan sebagai
tambahan. Ada juga sedikit konsensus mengenai isi keperawatan bencana.
Selain itu, kursus keperawatan bencana di Thailand memberikan pelatihan
keterampilan yang spesifik untuk triase, penjahitan dan CPR (resusitasi jantung paru-
paru) yang mungkin tidak cukup bagi perawat untuk mengelola semua tahap bencana.
Selanjutnya, persepsi perawat Thailand sendiri kebutuhan dalam menunjang efektivitas
dalam manajemen bencana pembelajaran belum dinilai. Menurut definisi kebutuhan
belajar dalam konteks peran perawat oleh Forbes, Sementara, dan Ullman (2006),
menyatakan kebutuhan mengacu pada persyaratan perawat peran keperawatan mereka
yang berubah menjadi tindakan dan kebutuhan normatif mengacu pada kebutuhan tim
atau layanan yang didefinisikan oleh organisasi keperawatan yang ingin perawat untuk
mempelajari lebih lanjut. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan perawat
Thailand dalam manajemen keperawatan bencana,termasuk pada ibu hamil.
Konten yang terkait dengan keperawatan bencana berasal dari konseptualisasi
Dewan Perawat Internasional Kerangka Kompetensi Keperawatan Bencana (WHO &
ICN, 2009). The ICN Kerangka Kompetensi Keperawatan Bencana dikembangkan untuk
perawat umum juga telah banyak digunakan pada tingkat internasional (Loke & Fung,
2014) karena membantu memperjelas peran perawat dalam bencana dan panduan
pengembangan pelatihan bencana dan pendidik. Isi utama ICN Kerangka Kompetensi
Keperawatan Bencana diselenggarakan di bawah empat kompetensi manajemen bencana
sebagai kompetensi, mitigasi / pencegahan dan kesiapsiagaan dalam fase pra-bencana,
kompetensi respon dalam fase bencana, kompetensi pemulihan / rehabilitasi pasca
bencana (ICN & WHO 2009). Untuk mencerminkan pembaruan profesional, kebutuhan
belajar perawat rumah sakit di Thailand mengenai keperawatan bencana di semua
tahapan akan signifikan untuk mengeksplorasi. Namun, penelitian ini berfokus pada
kebutuhan diungkapkan dan kebutuhan normatif untuk menjamin kesetaraan kebutuhan-
kebutuhan yang dilaporkan oleh perawat yang tidak perasaan oleh orang lain.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manjemen keperawatan bencana pada ibu hamil adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan
untuk mengendalikan bencana dan keadaan darurat pada ibu hamil sekaligus memberikan
kerangka kerja untuk menolong ibu hamil dalam keadaan beresiko tinggi agar dapt menghindari
ataupun pulih dari dampak bencana.
Manajemen bencana pada Ibu Hamil di Indonesia meliputi tahap - tahap sebagai berikut :
1. Sebelum bencana terjadi, meliputi langkah – langkah pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan dan
kewaspadaan.
2. Pada waktu bencana sedang atau masih terjadi, meliputi langkah – langkah peringatan dini,
penyelamatan, pengungsian dan pencarian korban.
3. Sesudah terjadinya bencana, meliputi langkah penyantunan dan pelayanan,
konsolidasi,rehabilitasi, pelayanan lanjut, penyembuhan, rekonstruksi dan pemukiman kembali
penduduk
Sedangkan manajemen keperawatan bencana di Thailand Kerangka Kompetensi
Keperawatan Bencana diselenggarakan di bawah empat kompetensi manajemen bencana sebagai
kompetensi, mitigasi / pencegahan dan kesiapsiagaan dalam fase pra-bencana, kompetensi
respon dalam fase bencana, kompetensi pemulihan / rehabilitasi pasca bencana.
B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, sebagai penyusu kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun pada pembaca agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, 2014, Bencana pada Ibu Hamil, PT Scrib, Jakarta.

Astuti, R.T., Amin, K. dan Urborini, M., 2018, Manajemen Penanganan Postromautik Stress
Disorder (Ptsd), Pt Unimma Press, Magelang.

Committe On Helath Care For Underserved Woman.2016. Preparing For Disasters


Perspectives on Women. The American Collage of Obsterticians and Gimecologist. Number 457

Efendi, F. dan Makhfudli, 2009, Keperawatan Kesehatan Komunitas, Pt Salemba Medika,


Jakarta.

Nurjannah, dkk. 2012. Manajemen Bencana. Malang : Universitas Muhamadiyah Malang

Phakdedchanuan, Kirana, dkk. Thai Nurses' Learning Needs Regarding Disaster Nursing: High
Needs? . Nurse Media Journal of Nursing, 5 (2), 2015, 56 – 66

Putra, A., Juwita, R., Krisna, Alfiandi, R., Arnita, Y., Ikbal, M. dan Erfina, 2019, Peran dan
Kepemimpinan Perawat dalam Manajemen Becana pada Fase Tanggap Darurat, Idea
Nursing Journal, 6(1), 1-7

Soewito, M., 2016, Definisi Ibu Hamil, Pt Gosyen Publishing, Yogyakarta.

Sutanto. 2017. Peranan K 3 Dalam Manajemen Bencana. Semarang : Universitas Diponegoro

Wira,Wijaya. 2008. Penanggulangan Bencana. Yogyakarta : B2P3KS

14

Anda mungkin juga menyukai