Disusun Oleh :
Kelompok 2 / 4 B
1. Desvia Ramdani ( 920173058 )
2. Diana Sofie S ( 920173059 )
3. Didik Irawan ( 920173060 )
4. Dino Mahardika I P ( 920173061 )
5. Diska Puspita ( 920173062 )
6. Dwi Utami ( 920173063 )
7. Eva Elya Fauziyah ( 920173064 )
8. Feronika Parastuti ( 920173065 )
1
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
Indonesia.
pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Penulis menyadari
bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai
dengan baik. Oleh sebab itu, penulis dengan rendah hati menerima saran dan
makalah ini dapat menambah wawasan dan memberikan referensi yang bermakna
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
posisi Indonesia ini dihitung dari jumlah manusia yang terancam risiko
tertinggi untuk ancaman bahaya tsunami, tanah longsor, gunung berapi. Dan
menduduki peringkat tiga untuk ancaman gempa serta enam untuk banjir.
mencatat ada 119 kejadian bencana yang terjadi di Indonesia. BNPB juga
mencatat akibatnya ada sekitar 126 orang meninggal akibat kejadian tersebut.
mengungsi, 940 rumah rusak berat, 2.717 rumah rusak sedang, 10.945 rumah
darurat. Untuk siaga darurat dan tanggap darurat banjir dan longsor sejak akhir
bencana.
3
Namun, penerapan manajemen bencana di Indonesia masih terkendala
berbagai masalah, antara lain kurangnya data dan informasi kebencanaan, baik
dilakukankarena data yang beredar memiliki banyak versi dan sulit divalidasi
kebenarannya.
terjadi.
4
BAB II
PEMBAHASAN
yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun
tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam,
bencana sosial.
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
5
2.2 Tahapan Bencana
tahap serangan atau saat terjadi bencana (impact), tahap emergensi dan tahap
rekonstruksi. Dari ke-empat tahap ini, tahap pra disaster memegang peran
a. Tahap Pra-Disaster
Tahap ini dikenal juga sebagai tahap pra bencana, durasi waktunya
mulai saat sebelum terjadi bencana sampai tahap serangan atau impact.
Tahap ini dipandang oleh para ahli sebagai tahap yang sangat strategis
karena pada tahap pra bencana ini masyarakat perlu dilatih tanggap
terjadi beberapa detik sampai beberapa minggu atau bahkan bulan. Tahap
c. Tahap Emergensi
6
bulan. Pada tahap emergensi, hari-hari minggu pertama yang menolong
ekstremitas dan tulang belakang, trauma kepala, luka bakar bila ledakan
bom atau gunung api atau ledakan pabrik kimia atau nuklir atau gas. Pada
terkait dengan kekurangan makan, sanitasi lingkungan dan air bersih, atau
d. Tahap Rekonstruksi
Pada tahap ini mulai dibangun tempat tinggal, sarana umum seperti
sekolah, sarana ibadah, jalan, pasar atau tempat pertemuan warga. Pada
tahap rekonstruksi ini yang dibangun tidak saja kebutuhan fisik tetapi yang
lebih utama yang perlu kita bangun kembali adalah budaya. Kita perlu
7
untuk membangun kembali Indonesia yang lebih baik, lebih beradab, lebih
internasional.
risiko yang lebih fokus pada upaya-upaya pencegahan dan mitigasi, baik yang
Kobe-Jepang, diselengkarakan
Konferensi Pengurangan Bencana Dunia (World Conference
8
mengurangi kerugian akibat bencana, baik kerugian jiwa, sosial, ekonomi dan
serta menerapkan sistem peringatan dini
4. Mengurangi faktor‐faktor penyebab risiko bencana.
masyarakat agar respons yang dilakukan lebih efektif
Situasi tidak ada potensi bencana yaitu kondisi suatu wilayah yang
9
tidak menghadapi ancaman bencana yang nyata. Penyelenggaraan
pencegahan;
yang berwenang.
bencana.
10
Kegiatan-kegiatan pra-bencana ini dilakukan secara lintas sector
fungsi koordinasi.
meliputi:
bencana yang terjadi pada suatu daerah melalui upaya pencarian dan
11
d. pemenuhan kebutuhan dasar, meliputi bantuan penyediaan kebutuhan
yaitu fase akut dan fase sub akut. Fase akut, 48 jam pertama sejak bencana
3. Pasca Bencana
meliputi:
12
b. Rekonstruksi. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua
pascabencana.
1. Cepat dan tepat. Yang dimaksud dengan “prinsip cepat dan tepat” adalah
secara terpadu yang didasarkan pada kerja sama yang baik dan saling
mendukung.
13
4. berdaya guna dan berhasil guna. Yang dimaksud dengan “prinsip berdaya
dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan. Yang
yang berlebihan.
6. Kemitraan
7. Pemberdayaan
perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras, dan
14
Penanggulangan bencana berdasarkan pasal 3 UU No. 24 Tahun 2007
berasaskan:
tanpa kecuali.
tidak boleh berisi hal-hal yang membedakan latar belakang, antara lain,
15
bencana mencerminkan keserasian lingkungan dan kehidupan sosial
masyarakat.
royong.
generasi sekarang dan untuk generasi yang akan datang demi kepentingan
bencana, baik pada tahap pencegahan, pada saat terjadi bencana, maupun
16
Peran penting bidang kesehatan juga sangat dibutuhkan dalam
penilaian yang cepat dan pengelolaan yang tepat agar sedapat mungkin bisa
karena itu diperlukan adanya suatu cara yang mudah dilaksanakan. Proses ini
ini diterapkan dalam pelaksanaan pemberian bantuan hidup dasar pada
penderita trauma (Basic Trauma Life Support) maupun Advanced Trauma Life
Support.
dan mengefisienkan penggunaan sumber daya tenaga medis dan fasilitas yang
terbatas.
17
pertama yang tiba ditempat kejadian dan tindakan ini harus dinilai lang terus
menerus karena status triage pasien dapat berubah. Metode yang digunakan
bisa secara Mettag (triage Tagging System) atau sistem triage penuntun
korban seperti yang memerlukan transport segera atau tidak, atau yang tidak
atau apakah tidak memerlukan transport segera. Star merupakan salah satu
metode yang paling sederhana dan umum. Metode ini membagi penderita
menjadi 4 kategori :
1. Prioritas 1 – Merah
2. Prioritas 2 – Kuning
mengalami keadaan seperti luka bakar tanpa gangguan saluran napas atau
kerusakan alat gerak, patah tulang tertutup yang tidak dapat berjalan,
cedera punggung.
3. Prioritas 3 – Hijau
18
Merupakan kelompok yang paling akhir prioritasnya, dikenal juga sebagai
4. Prioritas 0 – Hitam
mematikan.
dijelaskan sebagai :
1. Prioritas Nol (Hitam) : Pasien mati atau cedera fatal yang jelas dan tidak
mungkin diresusitasi.
atau maksilo-fasial berat, shok atau perdarahan berat, luka bakar berat).
akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat (cedera abdomen tanpa
shok, cedera dada tanpa gangguan respirasi, fraktura mayor tanpa shok,
cedera kepala atau tulang belakang leher, serta luka bakar ringan).
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
mulai dari tahap prabecana, tahap tanggap darurat, dan tahap pascabencana.
3.2 Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
21