DISUSUN OLEH:
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
PROFESI NERS
2021/2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. S Dengan Masalah Isolasi Sosial Di
Wisma Antareja RSJ. Prof. dr. Soerojo Magelang ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada stase jiwa profesi ners. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Isolasi Sosial bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Sigit Cahyadi, S.Kep,Ners
selaku pembimbing klinik/CI di wisma Antareja yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan
hidup harmonis dan produktif sebagai bagian utuh dari kualitas hidup seseorang, dengan
memperhatikan semua segi kehidupan manusia. Kesehatan jiwa mempunyai rentang
sehat – sakit jiwa yaitu sehat jiwa, masalah psikososial dan gangguan jiwa ( Keliat et al.,
2016).
Gangguan jiwa menurut American Phychiatric Association (APA) merupakan
sindrom atau pola psikologis atau pola perilaku yang penting secara klinis yang terjadi
pada individu dan sindrom itu dihubungkan dengan adanya distress (misalnya gejala
nyeri, menyakitkan) atau disabilitas (ketidakmampuan pada salah satu bagian dan
beberapa fungsi yang penting) atau disertai dengan peningkatan resiko yang sera
bermakna untuk mati, sakit, ketidakmampuan atau kehilangan kebebasan (APA dalam
Prabowo, 2014).
Gangguan jiwa merupakan suatu perubahan dan gangguan pada fungsi jiwa yang
menyebabkan timbulnya penderitaan pada individu atau hambatan dalam melaksanakan
peran sosial (Keliat et al., 2016).
Hasil penelitian WHO di Jawa Tengah tahun 2009 menyebutkan dari setiap 1.000
warga Jawa Tengah terdapat 3 orang yang mengalami ganguan jiwa. Sementara 19 orang
dari setiap 1.000 warga Jawa Tengah mengalami stress (DEPKES RI, 2016).
Kemunduran fungsi sosial yang dialami seseorang di dalam diagnosa
keperawatan jiwa disebut isolasi sosial. Perilaku menarik diri merupakan percobaan
untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan maupun
komunikasi dengan orang lain. Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Yosep, 2014).
Perilaku yang sering ditampilkan Pasien isolasi sosial adalah menunjukkan
menarik diri, tidak komunikatif, mencoba menyendiri, asyik dengan pikiran dan dirinya
sendiri, tidak ada kontak mats, sedih, afek tumpul, perilaku bermusuhan, menyatakan
1
perasaan sepi atau ditolak kesulitan membina hubungan di lingkungannya, menghindari
orang lain, dan mengungkapkan perasaan tidak dimengerti orang lain (Keliat, 2014)
Terapi Aktivitas Kelompok sangat efektif mengubah perilaku karena di dalam
kelompok terjadi interaksi satu dengan yang lain dan saling mempengaruhi. Dalam
kelompok akan terbentuk satu sistem sosial yang saling berinteraksi dan menjadi tempat
Pasien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang
maladaptif . TAKS adalah upaya memfasilitasi sosialisasi sejumlah pasien dengan
perilaku menarik diri secara kelompok (Keliat, 2014).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan isolasi sosial dengan diagnosa
catatonic schizphrenia
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mempau memberikan asuhan keperawatan jiwa pada pasien catatonic
schizphrenia dengan masalah gangguan konsep diri : Isolasi Sosial di wisma
Antareja Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. Soerojo Magelang.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Tn. S dengan masalah utama perilaku
kekerasan
b. Mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada Tn. S dengan masalah utama
isolasi sosial
c. Mampu melakukan rencana tindakan keperawatan pada Tn. S dengan masalah
utama isolasi sosial
d. Mampu memberikan tindakan keperawatan pada Tn. S dengan masalah utama
isolasi sosial
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Tn. S dengan masalah utama
isolasi sosial
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seseorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya (Direja,
2017).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena
orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Farida, 2018)
B. Rentan Respons
Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Damayanti (2016) menyatakan bahwa
manusia adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka
harus membina hubungan interpersonal yang positif. Individu juga harus membina saling
tergantung yang merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian
dalam suatu hubungan.
3
Adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu mampu
untuk saling memberi dan menerima.
d. Interdependen (saling ketergantungan)
Adalah suatu hubungan saling tergantung antara individu dengan orang lain
dalam rangka membina hubungan interpersonal.
Respon maladaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial budaya lingkungannya yang umum berlaku dan
tidak lazim dilakukan oleh semua orang. Respon ini meliputi:
a. Kesepian adalah kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing dari
lingkungannya, merasa takut dan cemas.
b. Menarik diri adalah individu mengalami kesulitan dalam membina hubungan
dengan orang lain.
c. Ketergantungan (dependen) akan terjadi apabila individu gagal mengembangkan
rasa percaya diri akan kemampuannya. Pada gangguan hubungan sosial jenis ini
orang lain diperlakukan sebagai objek, hubungan
C. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah . (Damaiyanti, 2016):
1. Faktor perkembangan
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang
harus dilalui individu dengan sukses agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan
sosial. Apabila tugas ini tidak terpenuhi, akan mencetuskan seseorang sehingga
mempunyai masalah respon sosial maladaptive
2. Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif
3. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan berhubungan. Hal ini
diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain,
atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif seperti lansia,
orang cacat, dan penderita penyakit kronis.
4. Faktor komunikasi dalam keluarga
Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang dalam gangguan
berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal-hal yang negative dan
mendorong anak mengembangkan harga diri rendah. Seseorang anggota keluarga
4
menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan, ekspresi
emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan
lingkungan diluar keluarga.
D. Faktor Presipitasi
1. Stressor sosial budaya
Stres dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan faktor
keluarga seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang
berarti dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
2. Stressor psikologis
Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan
orang dekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
ketergantungan dapat menimbulkan kecemasan tingkat tinggi.
(Prabowo, 2017)
5
F. Pohon Masalah
G. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial: Menarik diri
Diagnosa Strategi Pelaksanaan
Isolasi PASIEN
Sosial SP I P(Mengenal Penyebab Isolasi & Berkenalan)
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
2. Mengidentifikasi keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
3. Mengidentifikasi kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.
4. Melatih pasien berkenalan dengan satu orang. jadwal kegiatan harian.
5. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP II P (Bicara 1 Topik)
I. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.
2. Melatih pasien bicara topik / berkenalan dengan dua orang atau lebih.
3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
SP III P (Bicara Dalam Kelompok Sesial)
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.
2. Melatih pasien berinteraksi dalam kelompok.
3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
SP IV P (Bicara Minta Tlg & Jawab Pertanyaan)
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
6
Keluarga
KELUARGA
SP 1 K
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien
beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi sosial
SP 2 K
1. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan isolasi sosial.
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien
SP 3 K
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk mmum
obat (discharge planning) 2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
7
bercakap-cakap?” “apa saja kegiatan yang bisa bapak lakukan dengan
temanteman yang bapak kenal? Apa yang menghambat bapak dalam bereteman
atau bercakap-cakap dengan orang lain? Menurut bapak apa saja keuntungan
kalau kita mempunyai teman? Wah benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi
pak? ( sampai pasien dapat menyebut beberapa). Nah kalau kerugian tidak
mempunyai teman apa ya pak? iya apa lagi pak? ( sampai pasien dapat
menyebutkan beberapa). Jadi banyak juga ruginya kalau tidak punya teman ya
pak. Kalau begitu inginkah bapak belajar bergaul denga oran lain? bagus,
bagaiaman kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain?” Begini loh
pak, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan nama
panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: perkenalkan nama saya S,
senang di panggil S, asal saya dari lampung, hobi saya main volley. Selanjutnya
bapak menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya begini: nama
bapak siapa ? Senang di panggil apa? Asalnya dari mana? Hobinya apa? Ayo pak
dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan bapak, coba bapak berkenalan dengan
saya” “ Ya bagus sekali!coba sekali lagi pak,iya bagus sekali pak, nah setelah
bapak berkenalan dengan orang tersebut bapak dapat melanjutkan percakapan
tentang hal-hal yang menyenangkan untuk bapak bicarakan. Misalnya tentang
cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainnya”.
c. Fase Terminasi:
“bagaimana perasaan bapak setelah kita latihan berkenalan?” “bapak tadi sudah
mempraktikan cara bereknalan dengan baik sekali” “ Selanjutnya, bapak dapat
mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada. Sehingga
bapak lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain.bapak mau mempraktikan
dengan orang lain? Mau jam berapa mencobanya pak? Mari kita masukkan pada
jadwal kegiatan harian bapak ya?”
Sp 2 : Ajarkan pasien untuk membahas satu topik ( Benda/orang/
lingkungan disekitar )
a. Fase Orientasi :
“Selamat pagi ,bapak! Bagaimana perasaan bapak hari ini? Sudah di ingat-ingat
lagi pelajaran kita tentang berkenalan? Coba sebutkan lagi sambil bersalaman
dengan teman saya ! Bagus sekali,bapak masih ingat.Nah seperti janji saya,saya
akan mengajak bapak untuk membahas satu topik dengan saya .Tidak lama
kok,sekitar 10 menit. Ayo kita temui teman M saya di sana”
b. Fase Kerja
Membahas 1 topik “Baiklah pak sekarang kita membahas 1 topik sebuah benda “
(memegang buku untuk dijadikan contoh) “ini namanya buku, buku berwarna
ungu, digunakan untuk menulis, menggambar, buku tebal dengan isi 20, Silahkan
bapak lakukan seperti ini dengan beda topik contoh lain bisa pensil “
(Pasien memabahas sebuah pensil ) “ bagus pak, hebat sekali, untuk selanjutnya
bisa membahas lingkungan sekitarnya, sampai sini apakah ada yang ditanyakan
kepada saya? “
c. Fase Terminasi
8
“Bagaimana perasaan ibu setelah membahas sebuah topik ”.”Bapak tampak
bagus sekali saat mendripsikan tadi” ,”Pertahankan terus apa yang sudah
Bapak lakukan tadi. Jangan lupa untuk menanyakan topik lain supaya
berinterkasi berjalan lancar. Misalnya menanyakan keluarga, hobi, dan
sebagainya. Mari kita masukkan pada jadwalnya. Mau berapa kali sehari?
Bagaimana kalau 2 kali. Baik nanti Bapak coba sendiri. Besok kita latihan lagi
ya, mau jam berapa? Jam 10? Sampai besok.”
Sp 3: Latih untuk bicara dalam satu kelompok sosial / pada saat TAKS
a. Fase Orientasi:
“ Selamat pagi,Bapak!Bagaimana perasaan bapak hari ini? “ Apakah bapak
membahas 1 topik kemarin?” (Jika jawaban pasien ya, anda dapat lanjutkan
untuk berinterkasi dengan oranglain )Bagaimana perasaan bapak setelah
membahas 1 topik kemarin siang?” “ Bagus sekali bapak menjadi senang
karena bisa membahas suatu benda .” “ Kalau begitu bapak ingin membahas
benda yang lain lagi?” “Bagaimana kalau sekarang kita belajar berbicara
dengan kelompok sosial ? Seperti biasa kira-kira 10 menit.?
b. Fase Kerja :
Bapak sudah tau cara membahas 1 topik kan pak? Ya bagus sekali pak.
Sekarang mari kita temui teman-teman yang lagi berkumpul di sana ya pak.
Selamat pagi bapak-bapak ini bapak S ingin berkenalan sama bapak-bapak
disini. Baik lah pak sekarang silahkan bapak berkenalan seperti yang sudah
kita praktikkan tadi”, ya bagus sekali bapak! Ada lagi yang mau bapak
tanyakan kepada teman-teman bapak, coba apak tanyakan tentang hobi nya.
Nah kalau sudah tidak ada lagi yang ingin bapak tanyakan, bapak bisa
menyudahi perkenalan ini, lalu bapak bisa membuat janji untuk bertemu
kembali dengan teman-teman bapak , misalnya nanti sore. Baiklah bapak-
bapak karena bapak S sudah selesai berkenelan dengan teman-teman yang
ada disini semua, bapak S izin pamit dulu ya. “
c. Fase Terminasi :
“Bagaimana perasaan bapak setelah berinteraksi didalam kelompok ?”
Dibandingkan kemarin pagi,bapak tampak lebih baik saat berkenalan dengan
A”’Pertahankan apa yang sudah bapak lakukan tadi.Jangan lupa untuk
bertemu kembali dengan A pukul 2 siang nanti. Selanjutnya,bagaimana jika
kegiatan berkenalan dan becakap-cakap dengan orang lain kita tambahkan
lagi di jadwal harian? Jadi satu hari bapak dapat berbincang-bincang dengan
orang lain sebanyak tiga kali,pukul 10 pagi, pukul 1 siang dan pukul 8
malam, bapak dapat bertemu dengan S, dan yang lain. Selanjutnya bapak
dapat berkenalan dengan orang lain lagi secara bertahap.Bagaimana
pak,setuju kan ? Baiklah,besok kita ketemu lagi untuk membicarakan
pengalaman bapak.Pada pukul yang sama dan tempat yang sama ya.Sampai
besok.
9
Sp 4 : (SP 4 Latih bicara minta tolong dan menjawab pertanyaan )
a. Fase Orientasi :
“ Selamat pagi bapak, gimana kabarnya hari ini? Apakah bapak sudah
hafal cara berkenalan dengan orang lain? Apakah bapak sudah
mempraktikannya kepada teman atau perawat yang ada kesini? Baik
bagus sekali pak. Baik pak sekarang kita akan berlatih meminta tolong
dan menjawab pertanyaan lalu latihan berbincang-bincang setelah
berkenalan. Mau berapa lama waktu berkenalan nya pak? Dimana
tempatnya, disini saja ya pak? Dan nanti setelah ini baru kita menemui
temanteman bapak”
b. Fase Kerja :
“ Selamat pagi pak, bagaimana perasaanya pagi ini ?” apakah bapak
sudah paham bagaimana cara berinteraksi dengan kelompok, seperti
yang kemarin?” iya bagus sekali pak seperti itu untuk berinterkasi
dengan kelompok “ hari ini kita akan latihan untuk meminta tolong dan
menjawab pertanyaan “ “ contohnya seperti ini pak “ ( melatih untuk
menjawab pertanyaan, sudah makan, Sudah mandi, meminta tolong,
tolong ambilkan sapu, tolong ambilkan gelas) “ iya bagus sekali pak,
seperti itu ya untuk melakukan interaksi dengan oranglain” “ apakah ada
yang ditanyakan pak “
c. Fase terminasi :
“ Bagaiamana perasaan bapak setelah belajar meminta tolong dan
menjawab pertanyaan ? Mari kita masukkan ke dalam jadwal kegiatan
harain bapak ya! Jangan lupa praktekkan lagi ya pak , jangan lupa untuk
menanyyakan hobi dan makanan kesukaannya agar perkenalan bapak
semakin lancar, besok kita ketemu lagi ya pak, kita akan menjumpai
tema-teman bapak untuk mengulang cara berkenalan lagi atau bicara
satu topik dan melanjutkan untuk berinteraksi kelompok TAKS atau
belajar untuk meminta tolong dan menjawab pertanyaa, mau jam berap
apak? Jam 8 pagi ya pak? Tematanya dimana pak? Oh disini , baik
sampai jumpa besok pagi pak”
10
BAB III
TINJAUAN KASUS
2. Presipitasi
Putus obat 1 bulan yang lalu
11
D. Fisik
1. Keadaan Umum : Bingung
2. Tingkat Kesadaran : Composmentis, E= 4 M= 6 V= 5
3. TTV : TD = 130/90 mmHg, N= 80 x/menit, S= 36ºC, SPO 2= 98%,
P = 20x / menit.
4. BB : ± 63 Kg, TB : 160 Cm
5. Pasien mengatakan tidak tahu saat ditanya BB naik atau Turun
6. Keluhan Fisik : Pasien megatakan tidak ada keluhan fisik saat ini
7. Pemeriksaan Fisik : Tidak ada keluhan fisik terkait gangguan jiwanya
E. Psikososial
1. Genogram
Keterangan :
:Laki-laki : Tinggal serumah
: Perempuan
: Klien
: Meninggal
: Kepala keluarga
2. Konsep diri
a. Gambaran diri atau Citra Tubuh
Pasien mengatakan menerima kondisi tubuhnya saat ini, tidak ada yag ingin
diperbaiki.
12
b. Identitas diri
Pasien mengatakan dirinya tidak puas atas pencapaiannya yang hanya
berdagang es keliling, sekolah hanya SMP/MTs .
c. Peran diri
Pasien mengatakan tidak pantas untuk hidup karena merasa tidak bisa apa-apa
dan tidak mampu membanggakan orangtua .
d. Ideal diri
Pasien mengatakan ingin cepat pulang dan ingin berdagang kembali seperti
dulu,pasien mengatakan tidak pantas untuk hidup karena merasa tidak bisa apa-
apa dan tidak mampu membanggakan orangtua.
e. Harga diri
Klien mengatakan merasa merasa tidak berguna karena belum bisa
membahagiakan orang tuanya, merasa tidak berguna karena tidak punya pekerjaan
yang seperti harapan orang tua, merasa bodoh karena hanya bersekolah MTs jadi
kesulitan mencari pekerjaan yang sesuai keinginan
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Klien memiliki orang-orang terdekat dalam kehidupannya sebagai
tempat mengadu, meminta bantuan dan sokongan terutama ibunya.
13
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan beragama islam dan semua yang dimiliki adalah pemberian
Tuhan.
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan rajin melaksanakan ibadah. Klien rajin shalat dan puasa.
F. Status Mental
1. Penampilan Fisik
Pasien tampak tidak rapi, rambut bersih, gigi tampak kotor, kulit bersih.
2. Pembicaraan
Pasien tidak mampu memulai pembicaraan, suara lirih tidak jelas dan lambat.
3. Aktivitas Motorik
Pasien tampak bingung dan gelisah, tampak murung dan tidak banyak bicara, lebih
banyak menyendiri
4. Alam Perasaan
Pasien mengatakan bingung dan sedih, saat ditanya penyebabnya pasien hanya
berkata bingung. Merasaotrang yang gagal/tak berguna
5. Afek
Datar
7. Persepsi
Tidak ada gangguan persepssi.
8. Proses Pikir
Pembicaraan pasien terputus putus terkadang berhenti sejenak dan melanjutkan
ceritanya namun pada tujuan pembicaraan (Blocking)
9. Isi Pikir
Pasien tidak percaya diri dan malu kalau bertemu dengan orang banyak .
14
11. Memori
Tidak adda gangguan memori jangka panjang, jangka pendek, maupun jangka sedang.
2. BAB/ BAK
Pasien mengatakan BAB dan BAK sendiri.
3. Mandi
Pasien mengatakan mandi sendiri.
4. Berpakaian
Pasien megatakan berpakaian sendiri, pakaian tampak kotor dan tidak rapi
6. Penggunaan Obat
Dibantu atau diawasi oleh perawat
7. Pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan di dekat rumahnya atau di rumah sakit.
15
H. Mekanisme Koping
Pasien mengatakan kalau ada masalah biasanya diam dan menyendiri.
I. Masalah Psikososial
Pasien mengatakan pernah nongkrong dengan teman-temannya dan ngopi bareng.
J. Pengetahuan
Saat ditanya mengenai penyakit, obat, dan manajemen sehat pasien hanya diam.
K. Aspek Medik
1. Diagnosa Medis : F20.2 Catatonic Schinzophrenia
2. Terapi Medis :
a. Clozapin : 100 mg/ 24 jam
b. Risperidon : 2 mg/12 jam
c. Trihexyphenidyl : 2mg/ 12 jam
L. Analisa Data
Do :
Pasien tidak mampu
memulai pembicaraan
Lebih sering menyendiri
daripada berinteraksi
dengan orang lain
Kontak mata mudah
beralih
Lebih banyak menunduk
16
Menghindari kontak mata.
Do :
Klien tampak gelisah
Murung
tampak diam dan
menunduk
M. Diagnosa Keperawatan
17
1. Isolasi Sosial
2. Gangguan Konsep Diri :Harga Diri Rendah
3. Resiko Bunuh Diri
18
Rencana Tindakan Keperawatan
1 Rabu , 01 Juni Isolasi Setelah dilakukan 2-4 kali SP I P (Mengenal Penyebab Dengan mengetahui penyebab
Sosial per 8 jam pertemuan saat Isolasi & Berkenalan) pasien menarik diri dapat
2022 dilakukan interaksi 1. Identidentifikasi penyebab isolasi ditemukan mekanisme koping
09:00 WIB diharapkan Pasien sosial pasien pasien dalam berinteraksi.
mampu berinteraksi 2. Identifikasi keuntungan
dengan orang lain Dengan mengetahui
sehingga tidak terjadi berinteraksi dengan orang lain. keuntungan berinteraksi
menarik diri dari 3. Identifikasi kerugian tidak dengan oranglain, maka klien
lingkungan. akan termotivasi untuk
berinteraksi dengan orang lain. berinteraksi dengan oranglain.
dengan kriteria hasil : 4. Latih pasien berkenalan dengan
satu orang. jadwal kegiatan
a. Pasien mampu
harian.
menyebutkan
keuntungan dan 5. Bimbing pasien memasukkan Melatih untuk berbicara 1
dalam jadwal kegiatan harian topik dengan oranglain agar
kerugian hubungan
dengan oranglain membiasakan membuka
SP II P (Bicara 1 Topik)
pembicaraan.
b. Klien dapat 1. Validasi masalah dan latihan
melaksanakan sebelumnya. Melatih bicara dalam
kelompok untuk membuat
hubungan sosial 2. Latih pasien bicara topik / dirinya berani mengungkapkan
secara bertahap berkenalan dengan dua orang didepan orang banyak .
19
c. Klien mampu atau lebih. Masukan kegiatan berbincang-
menjelaskan 3. Bimbing pasien memasukkan bincang dengan orang lain
kedalam kegiatan harian akan
perasaan setelah dalam jadwal kegiatan harian
membantu klien mencapai
berinteraksi dengan interaksi sosial secara
SP III P (Bicara Dalam Kelompok
oranglain bertahap.
Sosial)
d. Klien dapat 1. Validasi masalah dan latihan Melatih mengajarkan kata
berinteraksi dengan sebelumnya. minta maaf dan tolong untuk
2. Latih pasien berinteraksi dalam membiasakan diri berinteraksi
oranglain.
dengan oranglain.
kelompok.
3. Bimbing pasien memasukkan Melibatkan TAKS untuk
melatih pasien berkomunikasi
dalam jadwal kegiatan harian.
dua orang atau lebih dalam
sevuah kelompok agar pasien
SP IV P (Bicara Minta Tlg &
Jawab Pertanyaan) termotivasi dengan teman
1. Validasi masalah dan latihan yang lainnya
sebelumnya
20
N. Implementasi Keperawatan
1 Rabu 01 Juni Isolasi Sosial 1. Mengidentifikasi penyebab S : Pasien mengatakan masih sedikit malu untuk
2022 isolasi sosial. bertemu dengan oranglain, pasien mengerti
kerugian tidak memiliki teman adalah akan
09:00 WIB 2. Menjelaskan keuntungan dan
merasa kesepian, pasien mengatakan hari
kerugian tidak punya teman ini berkenalan dengan temannya As’ari
dan tidak bercakap-cakap
O : Pasien tampak masih sedikit menunduk,
3. Melatih cara berkenalan suara lirih ,kontak mata mudah beralih,
4. Melakukan kolaborasi pasien tampak menunduk .
pemberian antipsikotik A : Isolasi Sosial
Clozapin : 100 Mampu menjawab keuntungan dan
21
jam
Trihexyphenidyl : 2mg/ 12
jam
2 Kamis 02 Isolasi Sosial 1. Memvalidasi dan mengevaluasi S : Pasien mengatakan sudah bisa menerapkan
Juni 2022 pertemuan sebelumnya berkenalan dengan oranglain, pasien
mengatakan bersedia dilatih bicara dalam
11:00 WIB 2. Latih bicara 1 topik
satu kelompok.
3. Melakukan kolaborasi
O : Pasien tampak mempertahankan kontak
pemberian antipsikotik mata ketika diajak berinteraksi.Pasien
Clozapin : 100 sudah mulai berani mengajukan beberapa
pertanyaan .
mg/ 24 jam Pasien tampak berani berkumpul dengan
Risperidon : 2 mg/12 jam teman – temannya .
P : Lanjutkan intervensi
Bimbing masukkan kedalam jadwal
22
kegiatan harian
Latih bicara dalam kelompok
Libatkan TAKS
Lakukan kolaborasi pemberian antipsikotik
3 Jum’at 03 Isolasi Sosial 1. Mengevaluasai pertemuan S : Pasien mengatakan sudah bisa menerapkan
Juni 2022 sebelumnya untuk berinteraksi dengan oranglain, pasien
mengatakan bersedia diajarkan untuk
13:00 WIB 2. Melatih bicara dalam
berbicara dalam kelompok .
kelompok
O : Pasien tampak mampu berinteraksi dengan
3. Membimbing memasukan
teman, sesekali bergabung didalam forum
kedalam jadwal harian kelompok.
4. Mengkolaborasikan dengan tim
Pasien sudah bisa mempertahankan kontak
medis tentang pemberian mata .
psikotik
Pasien mampu melakukan TAKS dengan
Clozapin : 100 baik
mg/ 24 jam
A : Masalah teratasi sebagian .
Risperidon : 2 mg/12 jam
Mampu berinteraksi secara kelompok
Trihexyphenidyl : 2mg/
Mampu berbicara didalam kelompok
12 jam
P : Lanjutkan intervensi , optimalkan SP
23
kegiatan harian
Libatkan TAKS
Lakukan kolaborasi pemberian
antipsikotik
4 Sabtu 04 Juni Isolasi Sosial 1. Mengevaluasi pertemuan S : Pasien mengatakan sudah menerapkan
2022 sebelumnya berbicara dalam satu kelompok, pasien
mengatakan bersedia diajarkan untuk
13:00 WIB 2. Melatih meminta tolong dan
meminta tolong dan menjawab pertanyaan.
menjawab pertanyaan
O : Pasien tampak mampu berinteraksi dengan
3. Membimbing masukkan
teman menjawab pertanyaan dan
kedalam jadwal kegiatan harian mengajukan pertanyaan , sesekali
4. Melibatkan TAKS bergabung didalam forum kelompok.
24
P : Lanjutkan intervensi , optimalkan SP
25
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada pendekatan klien gangguan jiwa dengan isolasi selain diperlukan komunikasi
terupetik dalam menjalin hubungan saling percaya antara perawat dan klien tetapi
diperlukan antisipasi untuk pencegahan adanya penarikan diri .
2. Klien dengan gangguan jiwa dengan isolasi sosial memerlukan pendidikan kesehatan
tentang isolasi sosial (ISOS) untuk mencegah penarikan diri .
3. Keluarga sangat penting dalam proses penyembuhan pada gangguan jiwa sehingga
penatalaksanaan regimen dan perawatan berkesinambungan sehingga angka kekambuhan
dan lama inap bisa turun.
B. Saran
1. Perawat harus meningkatkan kemampuan dalam pemberian asuhan keperawatan isolasi
sosial dengan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan tentang penatalaksanaan klien
dengan isolasi sosial dengan tidak mengesampingkan savety (keamanan) baik bagi klien,
perawat dan lingkungan.
2. Rumah sakit harus meningkatkan sumber daya manusia atau perawat dalam penanganan
klien dengan isolasi sosial dengan pelatihan atau support system sehingga mutu pelayanan
dapat ditingkatkan.
3. Bagi mahasiswa keperawatan yang melakukan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan
isolasi sosial maka harus mempunyai pengetahuan dan ketrampilan sehingga asuhan
keperawatan bisa berjalan sesuai kriteria waktu yang di tentukan.
26
DAFTAR PUSTAKA
Arisandy, W., & Sunarmi, S. (2018). Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
berhubungan dengan kemampuan pasien dalam mengontrol perilaku kekerasan. Jurnal
Kebidanan Dan Keperawatan Aisyiyah, 14(1), 83–90. https://doi.org/10.31101/jkk.553
Fitria, Nita. 2019. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan. Jakarta : Salemba Medika.
Hawari, Dadang. 2012. Manajemen Stres Cemas Dan Depresi. Jakarta: FKUI
Saragih, S., Jumaini, & Indriati, G. (2013). Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap
Keluarga tentang Perawatan Pasien Resiko Perilaku Kekerasan di Rumah. Skripsi.
Pekanbaru: Universitas Riau.
Stuart GW, Sundeen. 2012. Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis
Mosby Year Book
Stuart GW, Sundeen. 2019. Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis
Mosby Year Book
Stuart & Laraia. 2015. Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Jakarta: EGC.
Keliat Budi Ana. 2011. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC.
Kementrian kesehatan RI. (2018). Hasil utama riskesdas 2018, 61. https://doi.org/1 Maret
2021
Muhith, A. 2015. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba
Medika.
Prabowo, E. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta : Nuha Medika
Yosep Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung: Refika Aditama/
Yosep Iyus. 2019. Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung: Refika Aditama/
27