T DENGAN MASALAH
HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANGAN DOLOK SANGGUL II
RSJ Prof.Dr.MUHAMMAD ILDREM
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
NAMA : Hemmia Florenta Br Tarigan
NPM : 220202029
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-nya penulis dapat
menyelesaikan laporan asuhan keperawatan ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien
Skizofrenia Dengan Masalah Keperawatan Isolasi Sosial ”. Penyusunan makalah asuhan keperawatan
jiwa ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan semua pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak dan ibu:
Penulis menyadari dalam penyusunan asuhan keperawatan maternitas ini tidak lepas dari kesalahan
dan kekurangan. Untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat di harapkan
demi kesempurnaan asuhan keperawatan ini. Akhir kata kami ucapkan terimakasih.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
4.1
5.1 Survei awal dilakukan di RSJ Prof. Dr.Muhammad Ildram Sumatra
dengan jumlah pasien 8 orang di ruangan dolok sanggul, terdapat 8
pasien yang mengalami skizofrenia dengan masalah keperawatan
gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran. Yang menjadi
subjek di dalam pembuatan askep ini berjumlah 1 orang dengan
pasien masah halusinasi pendengaran atas nama inisial Tn. C, dengan
masalah keperawatan gangguan persepsi sensori : Halusinasi
pendengaran
6.1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut : bagaimana memberikan Asuhan Keperawatan Jiwa pada Ny. S dengan Isolasi
Sosial di Ruang Cempaka.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan jiwa pada Ny. S Dengan Isolasi
Sosial di Ruang Cempaka.
5
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan Isolasi Sosial.
2. Mampu menegakkan diagnosa atau masalah keperawatan pada Ny. S
dengan Isolasi Sosial.
3. Mampu menetapkan intervensi keperawatan secara menyeluruh pada Ny.S
dengan Isolasi Sosial.
4. Mampu melakukan tindakan keperawatan yang nyata pada Ny.S
denganIsolasi Sosial.
5. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada Ny.S dengan Isolasi
Sosial
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
6
2.1 Konsep Isolasi Sosial
2.1.1 Defenisi Isolasi Sosial
isolasi sosial atau menarik diri adalah suatu pengalaman menyendiri dari
seseorang dan perasaan segan terhadap orang lain. Individu dengan isolasi
sosial menunjukkan menarik diri, tidak komunikatif, mencoba menyendiri, asik
dengan pikiran dan dirinya sendiri, tidak ada kontak mata, sedih, afek tumpul,
perilaku bermusuhan, menyatakan perasaan sepi atau ditolak, kesulitan
membina hubungan di lingkungannya, menghindari orang lain, dan
mengungkapkan perasaan yang tidak dimengerti oleh orang lain (Bondan
2020).
Isolasi sosial adalah suatu pengalaman menyendiri dari seseorang dan perasaan
segan terhadap orang lain sebagai sesuatu yang negatif atau keadaan yang
mengancam klien yang mengalami isolasi sosial akan cenderung muncul
perilaku menghindar saat berinteraksi dengan dengan orang lain dan lebih suka
menyendiri terhadap lingkungan agar pengalaman yang tidak menyenangkan
dalam berhubungan dengan orang lain tidak terulang kembali (Sukaesti, 2018).
7
ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain (Rizqita 2022).
4. Faktor Biologis
Faktor biologis juga menjadi pendukung yang menyebabkan
terganggunya hubungan sosial.Organ yang paling jelas adalah otak.
Pasien skizofrenia dengan hubungan sosial memiliki struktur
abnormal seperti atrofi otak, perubahan ukuran otak dan bentuk sel
di daerah limbik dan kortikal. Faktor genetik dapat menunjang terhadap
respon sosial maladaptif. Genetik merupakan salah satu faktor pendukung
gangguan jiwa. Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran
ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan limbik
diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
b. Faktor Presipitasi
1. Faktor eksternal dan Internal Stressor sosial budaya, keluarga dan
psikologik.Contoh: Stres berkepanjangan terjadi karenabatas-batas
kapasitas koping individu dan hasil dari kecemasan bersamaan atau
efek kecemasan. Ketakutan atau kecemasan ini dapat disebabkan
oleh efek perpisahan dari orang terdekat, kehilangan pekerjaan,
atau kehilangan orang yang dicintai. Salah satu stresor sosial budaya
adalah ketidakstabilan keluarga. Perceraian adalah penyebab yang umum
terjadi. Mobilitas dapat memecahkan keluarga besar, merampas orang
yang menjadi sistem pendukung yang penting pada semua usia. Kurang
kontak yang terjadi antara generasi. Tradisi, yang menyediakan hubungan
yang kuat dengan masa lalu dan rasa identitas dalam keluarga besar,
sering kurang dipertahankan ketika keluarga terfregmentasi. Ketertarikan
pada etnis dan ”budaya” mencerminkan upaya orang yang terisolasi
untuk menghubungkan dirinya dengan identitas tertentu
2. Koping individu tidak efektif Ketika individu mengalami kegagalan
untuk menyalahkan orang lain, ketidakberdayaan, penyangkalan,
ketidakmampuan menghadapi kenyataan, dan penarikan diri dari
lingkungan. Tingkat ansietas yang tinggi mengakibatkan gangguan
kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain. Kombinasi ansietas
9
yang berkepanjangan atau terus menerus dengan kemampuan koping
yang terbatas dapat menyebabkan masalah hubungan yang berat. Orang
dengan gangguan kepribadian borderline kemungkinan akan mengalami
tingkat ansietas yang membuatnya tidak mampu dalam menanggapi
peristiwa kehidupan yang memerlukan peningkatan otonomi dan
pemisahan contohnya lulus dari sekolah, pernikahan pekerjaan. Orang
yang memiliki gangguan kepribadian narsistik cenderung mengalami
ansietas yang tinggi, dan menyebabkan kesulitan berhubungan, ketika
orang berarti tidak memadai lagi memperhatikan untuk memelihara harga
diri seseorang yang rapuh.
b. Gejala Objektif
1. Menjawab pertanyaan dengan mudah dan perlahan seperti “iya” atau
“tidak”.
2. Tidak ada reaksi verbal, jikalaupun ada itu singkat.
3. Adaperhatian dan tingkah laku yang tidak tepat.
4. Memikirkan hal-hal sesuai dengan sendirinya.
5. Sering melamun dan suka menyendiri.
6. Tidak tenang dan seringkali berbuat sesuatu yang selalu diulang-ulang.
7. Kurang dalam merangsang dan terlalu tidak peduli.
8. Raut wajah yang tidak bersinar.
9. Tidak peduli dengan diri sendiri termasuk pada kebersihannya.
10. Retensi urine dan feses.
11. Kurang berdaya.
12. Posisi tidur seperti janin.
13. Kontak mata kurang atau tidak ada dan sering menunduk.
10
14. Kurang peduli terhdap lingkungan sekitar.
15. Rendah diri.
a Identitas
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan, status mental, suku bangsa, alamat, nomor rekam medis, ruang
13
rawat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosis medis.
Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, agama, hubungan dengan klien, alamat
b Alasan Masuk
1. Apa penyebab klien datang ke RSJ?
2. Apa yang sudah dilakukan keluarga?
3. Bagaimana hasilnya?
c Faktor Predisposisi Kehilangan, perpisahan, penolakan orangtua, harapan
orang tua yang tidak realistis, kegagalan/frustasi berulang, tekanan dari
kelompok sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba-tiba
misalnya harus dioperasi, kecelakaan dicerai suami, putus sekolah, PHK,
perasaan malu karena sesuatu yang terjadi (korban perkosaan, dituduh KKN,
dipenjara tiba-tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai
Klien/perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
d Fisik Pemeriksaan fisik mencakup semua sistem yang ada hubungannya
dengan klien depresi berat didapatkan pada sistem integumen klien tampak
kotor, kulit lengket di karenakan kurang perhatian terhadap perawatan
dirinya bahkan gangguan aspek dan kondisi klien .
e Psikososial Konsep Diri:
1. Gambaran Diri : Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang
berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau
yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif
tentang tubuh. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang,
mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan ketakutan.
2. Ideal Diri : Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya:
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
3. Harga Diri : Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap
diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat,
mencederai diri, dan kurang percaya diri.
4. Peran Diri : Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan
penyakit, proses menua, putus sekolah, PHK.
5. Identitas Diri : Ketidak pastian memandang diri, sukar menetapkan
keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.
14
f Hubungan Sosial Klienmempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan
hubungan sosial dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelompok
yang diikuti dalam masyarakat.
g Spiritual Nilai dan keyakinan klien, pandangan dan keyakian klien
terhadapap gangguan jiwa sesuai dengan norma dan agama yang dianut
pandangan masyarakat setempat tentang gangguan jiwa. Kegiatan ibadah :
kegiatan di rumah secara individu atau kelompok.
h Status Mental Kontak mata klien kurang/tidak dapat mepertahankan kontak
mata, kurang dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang
mampu berhubungan dengan orang lain, adanya perasaan keputusasaan dan
kurang berharga dalam hidup.
1. Penampilan
Biasanya pada Klien menarik diriklien tidak terlalu memperhatikan
penampilan, biasanya penampilan tidak rapi, cara berpakaian tidak
seperti biasanya (tidak tepat).
2. Pembicaraan
Cara berpakaian biasanya di gambarkan dalam frekuensi, volume dan
karakteristik. Frekuansi merujuk pada kecepatan Klien berbicara dan
volume di ukur dengan berapa keras klien berbicara. Observasi
frekuensi cepat atau lambat, volume keras atau lambat, jumlah sedikit,
membisu, dan di tekan, karakteristik gagap atau kata-kata
bersambungan.
3. Aktifitas Motorik
Aktifitas motorik berkenaan dengan gerakan fisik klien. Tingkat
aktifitas : letargik, tegang, gelisah atau agitasi. Jenis aktifitas : seringai
atau tremor. Gerakan tubuh yang berlebihan mungkin ada hubunganya
dengan ansietas, mania atau penyalahgunaan stimulan. Gerakan motorik
yang berulang atau kompulsif bisa merupakan kelainan obsesif
kompulsif
4. Alam Perasaan
Alam perasaan merupakan laporan diri klien tentang status emosional
dan cerminan situasi kehidupan klien. Alam perasaan dapat di evaluasi
dengan menanyakan pertanyaan yang sederhana dan tidak mengarah
15
seperti “bagaimana perasaan anda hari ini” apakah klien menjawab
bahwa ia merasa sedih, takut, putus asa, sangat gembira atau ansietas.
5. Afek
Afek adalah nada emosi yang kuat pada klien yang dapat di observasi
oleh perawat selama wawancara. Afek dapat di gambarkan dalam istilah
sebagai berikut : batasan, durasi, intensitas, dan ketepatan. Afek yang
labil sering terlihat pada mania, dan afek yang datar,tidak selaras sering
tampak pada skizofrenia.
6. Persepsi
Ada dua jenis utama masalah perseptual : halusinasi dan ilusi.
Halusinasi di definisikan sebagai kesan atau pengalaman sensori yang
salah. Ilusi adalah persepsi atau respon yang salah terhadap stimulus
sensori. Halusinasi perintah adalah yang menyuruh klien melakukan
sesuatu seperti membunuh dirinya sendiri, dan melukai diri sendiri. 7)
7. Interaksi Selama Wawancara
Interaksi menguraikan bagaimana klien berhubungan dengan perawat.
Apakah klien bersikap bermusuhan,tidak kooperatif, mudah
tersinggung, berhati-hati, apatis, defensive,curiga atau sedatif.
8. Proses Pikir Proses pikir merujuk “ bagaimana” ekspresi diri klien
proses diri klien diobservasi melalui kemampuan berbicaranya.
Pengkajian dilakukan lebih pada pola atas bentuk verbalisasi dari pada
isinya.
9. Isi Pikir
Isi pikir mengacu pada arti spesifik yang diekspresikan dalam
komunikasi klien. Merujuk pada apa yang dipikirkan klien walaupun
klien mungkin berbicara mengenai berbagai subjek selama wawancara,
beberapa area isi harus dicatat dalam pemeriksaan status mental.
Mungkin bersifat kompleks dan sering disembunyikan oleh klien. 10)
10. Tingkat Kesadaran
Pemeriksaan status mental secara rutin mengkaji orientasi klien
terhadap situasi terakhir. Berbagai istilah dapat digunakan untuk
menguraikan tingkat kesadaran klien seperti bingung, tersedasi atau
stupor.
16
11. Memori Pemeriksaan status mental dapat memberikan saringan yang
cepat tehadap masalah-masalah memori yang potensial tetapi bukan
merupakan jawaban definitif apakah terdapat kerusakan yang spesifik.
Pengkajian neurologis diperlukan untuk menguraikan sifat dan
keparahan kerusakan memori. Memori didefinisikan sebagai
kemampuan untuk mengingat pengalaman lalu.
12. Tingkat Konsentrasi Dan Kalkulasi Konsentrasi adalah kemampuan
klien untuk memperhatikan selama jalannya wawancara.Kalkulasi
adalah kemampuan klien untuk mengerjakan hitungan sederhana.
13. Penilaian Penilaian melibatkan perbuatan keputusan yang konstruktif
dan adaptif termasuk kemampuan untuk mengerti fakta dan menarik
kesimpulan dari hubungan.
14. Daya Titik Diri Penting bagi perawat untuk menetapkan apakahklien
menerima atau mengingkari penyakitnya
18
e Apakah klien dapat memberdayakan sistem pendukungnya atau keluarga
nya untuk memfasilitasi hubungan sosialnya.
f Apakah klien dapat mematuhi minum obat
19
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.4 Fisik
Pasien tidak memiliki keluhan fisik, saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda
vital, didapatkan hasil TD : 120/80 mmHg ; N : 95x/i ; S : 36,6 oC ; P : 20x/i.
Pasien memiliki tinggi badan 153 cm dan berat badan 65
20
3.5 Psikososial
3.5.1 Genogram
4. Ideal diri : Pasien ingin cepat sembuh dan pulang bertemu dengan
keluarganya
5. Harga diri : Pasien merasa malu karna masuk rumah sakit jiwa ia
merasa tidak mampu menjadi ibu yang baik, pasien juga
mengatakan malu karena tidak bisa meakukan apapun
21
3.5.4 Spiritual
1. Nilai dan keyakinan : Pasien Beragama Islam
2. Kegiatan Ibadah : pasien tidak pernah sholat selama di rumah sakit
jiwa
Dalam berpakaian, pasien terlihat rapi. Rambut pasien tertata, kuku pasien
tampak bersih.
2. Pembicaraan
Klien tidak pernah memulai pembicaraan terlebih dahulu pada lawan bicara.
Klien menjawab pertanyaan seperlunya saja
3. Aktivitas Motorik
Pasien tampak lambat berjalan namun dapat melakukan kegiatan yang lain
seperti makan dan mandi.
4. Suasana Perasaan
Pasien merasa tidak dianggap ada lagi oleh keluarganya karena tidak pernah
di jenguk selama di rawat di rumah sakit jiwa. Dan merasa minder dengan
orang lain karena tidak dapat melakukan kegiatan apapun lagi.
5. Afek
Tumpul selama interaksi pasien hanya berespon tersenyum bila ada stimulus
dari perawat
22
7. Persepsi
Pasien mengatakan sering mendengar suara - suara yang memanggil
namanya namun orangnya tidak terlihat, suara yang di dengar mirip sura
ibunya, terdengar saat siang dan malam, saat dirinya sendiri dan melamun
suara itu muncul, dirinya menjadi sedih dan hanya mampu menutup telinga
saja saat suara itu muncul
8. Proses Pikir
Klien sering terlihat melamun, tidak suka memulai pembicaraan. Klien lebih
suka menyendiri. Saat interaksi selama wawancara kontak mata klien tidak
fokus,dialihkan bila ada klien lain, pembicaraanya terkadang tidak jelas.
Masalah keperawatan : Gangguan Proses Pikir
9. Isi Pikir
Klien saat ini berpikir untuk pulang, dan klien menyesal selama ini
berkelakuan tidak baik terhadap keluarganya
11. Memori
Klien mampu mengingat kejadian yang telah lalu dan baru-baru terjadi.
23
3.8 Masalah Psikososial dan Lingkungan
Pasien mengatakan sulit berteman dengan orang lain karena pasien lebih banyak
diam, pasien sangat sulit untuk memulai pembicaraan dengan orang lain. Lebih
sering termenung sendirian.
3.10Aspek Medik
Risperidon 2 mg 2X1
Clozapine 25 mg 2X1
3.14Analisa Data
DS :
- Klien mengatakan bingung
dalam memulai
pembicaraan karena
menurut klien tidak ada
bahan pembicaraan untuk
berinteraksi Isolasi Sosial
DO :
- Klien lebih banyak berdiam
diri
- Klien sering menyendiri
- Klien tidak pernah memulai
pembicaraan, maupun
perkenal
- Afek tumpul (hanya mampu
tertawa saat ada simuluus
perawat tertawa
Isolasi Sosial
25
3.14 Intervensi Keperawatan
melakukan
kegiatan
terjadwal
Isolasi Sosial Pasien 1. Pasien Sp 1
mampu mengetahui Menjelaskan keuntungan
berinteraksi keuntungan mempunyai teman dan
dengan mempunyai kerugian tidak
26
oranglain teman dan mempunyai teman
kerugian tidak
mempunyai
teman Sp 2
orang atau
lebih Sp 3
melakukan
Sp 4
kegiatan harian
Latih pasien berbicara
4. Pasien mampu
sosial : meminta sesuatu,
berbicara
berbelanja dan sebagaiya
sosial:
meminta
sesuatu,
berbelanja dan
sebagainya
Gangguan Pasien dapat 1. Pasien mampu Sp 1
konsep diri: meningkatka mengidentifika Mengidentifikasi
harga diri n harga si kemampuan kemampuan dan aspek
rendah dirinya dan aspek positif yang dimiliki
positif yang pasien
dimiliki
2. Pasien mampu Sp 2
menilaikemam 1. Menilai kemampuan
puan yang yang dapat digunakan
dapat 2. Menetapkan/memilih
digunakan kegiatan sesuai
3. Pasien mampu kemampuan
menetapkan/m 3. Melatih kegiatan
27
emilih kegiatan sesuai kemampuan
sesuai yang di pilih satu
kemampuan Sp 3
4. Pasien mampu Melatih kegiatan sesuai
melatih kemampuan yang di
kegiatan sesuai pilih dua
kemampuan
yang dipilih Sp 4 Melatih kegiatan
satu sesuai kemampuan yang
5. Pasien mampu dipilih tiga
melatih
kegiatan sesuai
kemampuan
yang dipilih
dua
6. Pasien mampu
melatih
kegiatan sesuai
kemampuan
yang dipilih
tiga
28
3.15 Implementasi Keperawatan
3. Tindakan keperawatan
Sp1:
- Mengidentifikasiisi,
frekuensi,waktu terjadi,
situasi pencetus,
perasaandan respon
halusinasi.
- Mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik
4. RTL
Sp2:
Mengontrol halusinasi
dengan minum obat secara
teratur
Sp3:
Mengontrol halusinasi
dengan cara bercakap –
29
cakap dengan orang lain
Kamis, 03 Data S : Pasien mengatakan
senang dan lebih
November 1. Tanda dan gejala :
tenang
- Pasien mengatakan
2022 O:
sering mendengar suara
- Pasien mampu
14:45 WIB - suara yang memanggil
mengidentifikasi
namanya, terdengar 2 x
isi, frekuensi,
sehari, saat siang dan
waktu terjadi,
malam, saat dirinya
situasi pencetus
sendiri dan melamun
dan respon
suara itu muncul,.
halusinasi
- Pasien tampak
isi, frekuensi,
berbicara sendiri
waktu terjadi,
- Pasien tampak sering
situasi pencetus,
menyendiri
perasaan dan
- Pasien tampak diam
respon halusinasi
sambil menikmati
- Pasien mampu
hasinasinya
melakukan cara
Kemampuan:
menghardik
- Pasien mampu
dengan motivasi
melakukan cara
- Pasien
menghardik
mampu
2. Diagnosa Keperawatan menyebutkan nama
Gangguan persepsi obat, fungsi dan
sensori : halusinasi jadwal minum obat
pendengaran dengan benar dan
mandiri
3. Tindakan Keperawatan - Pasien mampu
Sp2: minum obat secara
Mengontrol halusinasi teratur dengan
dengan minum obat bantuan
secara teratur - Pasien mampu
Sp3: bercakap cakap
Mengontol halusinasi dengan orang lain
dengan bercakap – dengan bantuan
cakap dengan orang lain A : Halusinasi (+)
4. RTL
Sp4: P:
Mengontrol halusinasi - Latihan
menghardik halusinasi
dengan melakukan
1x/1 hari
kegiatan terjadwal
- Minum obat secara
teratur 2x1 hari
- Latihan bercakap-
cakap dengan orang
lain 1x1 hari
Jumat, 04 Data S : Pasien mengatakan
senang
November Tanda dan gejala :
- Pasien mengatakan
2022
30
15:00 WIB sering mendengar suara O:
- suara yang memanggil - Pasien mampu
namanya, terdengar 2 x mengidentifikasi
sehari, saat siang dan isi, frekuensi,
malam, saat dirinya waktu terjadi,
sendiri dan melamun situasi pencetus,
suara itu muncul. perasaan dan
- Pasien tampak respon halusinasi
berbicara sendiri dan - Pasien mampu
senyum-senyum melakukan cara
- Pasien tampak diam menghardik
sambil menikmati dengan motivasi
hasinasinya - Pasien mampu
Kemampuan: menyebutkan nama
- Pasien mampu obat, fungsi dan
melakukan cara jadwal minum obat
menghardik dengan benar dan
- Pasien mampu mandiri
menyebutkan nama - Pasien mampu
obat, fungsi dan jadwal minum obat secara
minum obat dengan teratur dengan
benar motivasi
- Pasien mampu minum - Pasien mampu
obat secara teratur bercakap cakap
- Pasien mampu dengan orang lain
bercakap cakap dengan dengan bantuan
orang lain
A : Halusinasi (+)
2. Diagnosa
Keperawatan P:
Gangguan persepsi - Latihan
sensori menghardik
: halusinasi halusinasi 1x/1 hari
pendengaran - Minum obat secara
teratur 2x1 hari
3. Tindakan - Latihan
Keperawatan bercakap-cakap
Sp4: dengan orang lain 1x1
Mengontrol halusinasi hari.
dengan melakukan - Latihan kegiatan
kegiatan terjadwal terjadwal 3x1 hari
4. RTL
Follow up dan Evaluasi
SP1 – SP 4 Perubahan
persepsi sensori :
Halusinasi pendengaran
Sabtu, 05 Data S : Pasien mengatakan
senang dan tenang
November Tanda dan gejala :
- Pasien mengatakan
2022 O:
sering mendengar suara
31
14:40 WIB - suara yang memanggil - Pasien mampu
namanya, terdengar 2 x mengidentifikasi isi,
sehari, saat siang dan frekuensi waktu
malam, saat dirinya terjadi, situasi
sendiri dan melamun pencetus, perasaan
suara itu muncul. dan respon halusinasi
- Pasien tampak - Pasien mampu
berbicara ngawur dan melakukan cara
senyum-senyum sendiri menghardik dengan
mandiri
Kemampuan: - Pasien mampu
- Pasien mampu menyebutkan nama
melakukan cara obat, fungsi dan
menghardik jadwal minum obat
- Pasien mampu dengan benar dan
menyebutkan nama mandiri
obat, fungsi dan jadwal - Pasien mampu
minum obat dengan minum obat secara
benar teratur dengan
- Pasien mampu minum bantuan
obat secara teratur - Pasien mampu
- Pasien mampu bercakap cakap
bercakap cakap dengan dengan orang lain
orang lain dengan bantuan
- Pasien mampu - Pasien mampu
membuat kegiatan membuat kegiatan
terjadwal dan terjadwal dan
melakukannya melakukannya
2. Diagnosa dengan motivasi
Keperawatan A : Halusinasi (+)
Gangguan persepsi
sensori P:P:
: halusinasi - Latihan menghardik
pendengaran halusinasi 1x/1 hari
- Minum obat secara
3. Tindakan teratur 2x1 hari
Keperawatan - Latihan
Follow up dan Evaluasi bercakap-cakap
SP dengan orang lain 1x1
1–SP 4 Perubahan hari.
persepsi sensori : - Latihan kegiatan
Halusinasi terjadwal 3x1 hari
pendengaran
4. RTL
Follow up dan Evaluasi
Sp 1- Sp 4 perubahan
persepsi sensori
halusinasi pendengaran
2. Diagnosa
Keperawatan
Gangguan konsep diri
: Harga Diri
Rendah Kronis
3. Tindakan
Keperawatan
Sp1:
Mengidentifikasi
kemampuan dan
Aspek positif yang
dimiliki pasien
4. RTL
Sp2:
- Menilai
kemampuan yang
36
dapat digunakan
- Menetapkan/
memilih kegiatan
sesuai kemampuan
- Latih kegiatan
sesuai kemampuan
yang dipilih 1
39
BAB 4
PEMBAHASAN
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan kepada Ny. S dengan Isolasi Sosial di
Rumah Sakit Jiwa Prof. M Ildrem, maka penulis pada BAB ini akan membahas
kesenjangan antara teoritis dengan tinjauan kasus. Pembahasan dimulai melalui tahapan
proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keparawatan, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi.
4.1 Tahap Pengkajian
Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari beberapa sumber, yaitu
dari pasien dan tenaga kesehatan di ruangan. Penulis mendapat sedikit
kesulitan dalam menyimpulkan data karena keluarga pasien jarang
mengunjungi pasien di rumah sakit jiwa. Maka penulis melakukan pendekatan
kepada pasien melalui komunikasi terapeutik yang lebih terbuka membantu
pasien untuk memecahkan perasaannya dan juga melakukan observasi kepada
pasien. Adapun upaya tersebut yaitu:
a. Melakukan pendekatan dan membina hubungan saling percaya diri pada
pasien agar pasien lebih terbuka dan lebih percaya dengan menggunakan
perasaan.
b. Mengadakan pengkajian klien dengan wawancara
Pada tahap ini antara tinjauan teoritis dan tinjaun kasus tidak ada
kesenjangan sehingga penulis dapat melaksanakan tindakan seoptimal
mungkin dan didukung dengan tersedianya sarana ruangan perawat yang
baik dan adanya bimbingan dan petunjuk dari petugas kesehatan dari rumah
sakit jiwa yang diberikan kepada penulis.
41
4.5 Tahap Evaluasi
42
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah menguraikan tentang proses keperawatan pada Ny.S dan
disimpulkan bahwa pasien dapat mengatasi isolasi sosial, dapat
mengendalikan halusinasi dan mengatasi harga diri rendah dengan terapi
yang dijarkan oleh mahasiswa. Maka dapat diambil keputusan sebagai
berikut:
5.2 Saran
1. Diharapkan pada keluarga sering mengunjungi pasien selama waktu
perawatan karena dengan seringnya keluarga berkunjung, maka pasien
merasa berarti dan dibutuhkan dan juga setelah pulang keluarga harus
memperhatikan obat dikonsumsi seta membawa pasien kontrol secara
teratur kepelayana kesehatan jiwa ataupun rumah sakit jiwa.
34
DAFTAR PUSTAKA
Affiroh, Anita Ayu ; Sholikah, M. M. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien
Dengan Isolasi Sosial di Ruangan Nakula Rs. dr. Arif Zaenudin Surakarta.
Universitas Kusuma Husada Surakarta.
Apriliani, D, & Herliawati H (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Isolasi
Sosial: Menarik Diri Dengan Menerapkan Terapi Social Skill Trainning. Diss.
Sriwijaya university.
Damanik, R. K., Amidos Pardede, J., & Warman Manalu, L. (2020). Terapi Kognitif
Terhadap Kemampuan Interaksi Pasien Skizofrenia Dengan Isolasi Sosial. Jurnal
Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 11(2), 226.
https://doi.org/10.26751/jikk.v11i2.822
Sari, Desi Purnama, and Sri Maryatun. (2020). "Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Dan Activity Daily Living Klien
Isolasi Sosial Di Panti Sosial Rehabilitasi Pengemis Gelandangan Orang Dengan
Gangguan Jiwa." Proceeding Seminar Nasional Keperawatan
Pardede, J., Hamid, A. and Putri, Y. (2020) “Application of Social Skill Training using
Hildegard Peplau Theory Approach to Reducing Symptoms and the Capability of
35
Social Isolation Patients”, Jurnal Keperawatan, 12(3), pp. 327-340.
https://doi.org/10.32583/keperawatan.v12i3.782
Silitonga, J. S., Simanjuntak, J., Tanjung, K., & Pardede, J. A. (2020). Penerapan
Terapi Generalis SP 1-4 Dengan Masalah Harga Diri Rendah Kronis Pada
Penderita Skizofrenia. https://osf.io/preprints/6zhr5/
Skizofrenia, P., Isolasi, D., Di, S., Banyumas, R., Rizqita, F. A., Sundari, R. I., &
Adriani, P. (2022). 3 1,2,3. 1(8), 1385–1390.
36