Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PADA

PASIEN ISOLASI SOSIAL DI YAYASAN


PEMENANG JIWA MEDAN

OLEH:

kELOMPOK 2

1. ARJUN PRAJUN SIAGIAN., S.Kep


2. SURURIN MAUDHUNAH., S. Kep
3. YULI PERMATA SARI., S. Kep
4. JUNI L PURBA., S.Kep
5. YOLA HERMANISA., S.Kep

PROGRAM STUDI ILMU NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARAINDONESIA
TAHUN
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kesehatan, atas berkat rahmat dan karunian-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan judul “Proposal Terapi
Aktivitas Kelompok Isolasi Sosial di Yayasan pemenang jiwa Medan
tahun 2021”
Selama proses penyusunan proposal ini, begitu banyak bantuan, nasehat dan
bimbingan yang penulis terima demi kelancaran penyusunan proposal ini.
Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat
Bapak/Ibu :

1. Dr. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara
Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari
Mutiara Indonesia.
3. Taruli Rohana Sinaga, SP, MKM, selaku Dekan Fakultas Farmasi Dan
Ilmu Kesehatan Univesitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Ns. Rinco Siregar, MNS, selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas
Farmasi Dan Ilmu Kesehatan Univesitas Sari Mutiara Indonesia.
5. IbuAnceValionidaCholia, selakupemelilikYayasanPemenangJiwa
6. Ns. Jek Amidos Pardede, M.Kep., SP.Kep.J, selaku ketua profesi ners
dan koordinator keperawatan jiwa
7. Jeny Marlinawani Purba, MNS.,PhD, selaku pembimbing keperawatan
jiwa
8. Ns. Erwin Silitonga M.Kep selaku pembimbing keperawatan jiwa
9. SeluruhstafpengawasyayasanPemenangJiwa
10. Orangtua kami yang selalu memberikan dukungan materi dan doa
untuk menyelesaikan tugas kami
11. Serta terimakasih kepada seluruh teman-teman mahasiswa/mahasiswi
program studi ners universitas sarimutiara indonesia yang telah
bersama-sama menyelesaikan tugas ini
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, agar
makalah ini berguna bagi semua pihak khususnya dalam bidang keperawatan
jiwa. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Maret 2021


Penulis

KELOMPOK 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi
berbagai area fungsi individu, termasuk berpikir, berkomunikasi, menerima,
menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukkan emosi serta
penyakit kronis, parah, dan melumpuhkan, gangguan otak yang ditandai
dengan pikiran kacau, waham, halusinasi, dan perilaku aneh (Pardede, 2018).

Skizofrenia merupakan salah satu diagnosa medis gangguan jiwa berat yang
sering terjadi di Indonesia. Skizofrenia termasuk masalah kesehatan
masyarakat yang menjadi perhatian karena dampak dari skizofrenia bukan
hanya dirasakan oleh penderita dan keluarga tetapi juga masyarakat serta
pemerintah (Kurniasari et al., 2019).

Pasien skizofrenia sering mendapat stigma dan diskriminasi yang lebih


besar dari masyarakat sekitarnya dibandingkan individu yang menderita
penyakit medis lainnya. Penderita skizofrenia biasanya timbul pada usia
sekitar 18-45 tahun, dan berusia 11-12 tahun menderita skizofrenia Isolasi
sosial yang dialami oleh individu dan dirasakan saat didorong oleh keberadaan
orang lain dan sebagai pernyataan negative atau mengancam. Batasan
karakteristiknya antara lain tidak menganggap penting dukunga ndari orang
lain, afek tumpul, adanya bukt icacat (fisik atau mental), sakit, tindakan
yang tidak berarti, tidak ada kontak mata, dipenuhi oleh pikiran sendiri,
menunjukkan permusuhan, tindakan berulang, sedih, senang sendiri, tidak
komunikatif dan menarik diri (Damanik et al., 2020).

Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yangdi alami oleh individu dan
dipersepsikandisebabkan orang lain dan sebagai kondisi yangnegatif dan
mengancam .Kondisi isolasi sosial seseorang merupakanketidakmampuan
klien dalam mengungkapkanperasaan klien yang dapat menimbulkan
klienmengungkapkan perasaan klien dengankekerasan.Klien dengan isolasi
sosial tidak mampunyaikemampuan untuk bersosialisasi dan sulit untuk
mengungkapkan keinginan dan tidak mampuberkomunikasi dengan baik
sehingga klien tidakmampu mengungkapkan marah dengan cara yang baik
(Sukaesti, 2019).

Menurut data World Health Organization (WHO), terdapat sekitar 21 juta


orang terkena skizofrenia, 35 juta orang terkena depresi, 47,5 juta orang
terkena dimensia serta 60 juta orang terkena bipolardantelah memperkirakan
jumlah penderita skizofrenia di Amerika 14.8 orang per 100.000 penduduk, di
Afrika 1.7 orang per 100.000 penduduk, dan di Asia Tenggara 5.3 orang per
100.000. Menurut data Riskedas (2018) di Indonesiasejak usia 20 tahun
presentase depresi mencapai 8 persen atau sekitar 16 juta orang.(Rahayu et al.,
2020).Menurut(Sinaga, 2019) di Medan pada saat studi pendahuluan didapat
jumlah pasien isolasi sosial pada tahun 2018 sebanyak 224 orang (5,6%), dan
merupakan diagnosa ketiga terbesar setelah halusinasi (79,8%) dan defisit
perawatan diri (6,5%).

Dampak dari perilaku klien isolasi sosial sering tidak dijadikan prioritas
karena tidak mengganggu secara nyata. Namun apabila isolasi sosial tidak
ditangani, maka akibat yang ditimbulkan dapat berupa risiko perubahan
sensori persepsi : halusinasi sebagai bentuk gejala negatif yang tidak
tertangani dan dapat memicu terjadinya gejala positif (Ayu Candra Kirana,
2018).

Dalam mengatasi masalah gangguan interaksi pada pasien gangguan jiwa


khususnya pasien isolasi sosial dapat dilakukan upayaupaya tindakan
keperawatan bertujuan untuk melatih klien melakukan interaksi sosial
sehingga klien merasa nyaman ketika berhubungan dengan orang lain. Salah
satu tindakan keperawatan tersebut yang termasuk kelompok terapi
psikososial adalah Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Sosialisasi (Sinaga,
2019).
TAK adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok
klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas yang
digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan.
Terapi Aktivitas Kelompok : Sosialisasi (TAKS) merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang sangat penting dilakukan untuk membantu dan memfasilitasi
klien isolasi sosial untuk mampu bersosialisasi secara bertahap melalui tujuh
sesi untuk melatih kemampuan sosialisasi klien. Ketujuh sesi tersebut
diarahkan pada tujuan khusus TAKS, yaitu : kemampuan memperkenalkan
diri, kemampuanberkenalan, kemampuan bercakap-cakap, kemampuan
menyampaikan dan membicarakan topik tertentu, kemampuan menyampaikan
dan membicarakan masalah pribadi, kemampuan bekerja sama, kemampuan
menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang telah
dilakukan (Rahayuningsih & Muharyari, 2016).

1.2. Tujuan
Setelah mengikuti kegiatan ini klien dapat lebih menerapkan stategi
pelaksanaan IsolasiSosial dalam mengontrol Perilaku IsolasiSosial.

1.3. Tujuan Khusus


1. Klien dapat mengekspresikan perasaannya lewat cerita
2. Klien dapat mengetahui cara mengendalikan IsolasiSosial dengan SP
3. Klien dapat melakukan aktivitas kognitif dengan mendengarkan,
bersosialisasi, menebak ekspresi wajah, mempraktikkan SP IsolasiSosial
4. Klien dapat melakukan aktivitas motorik dengan bekerja sama dengan
melatih kekompakan dalam kelompok.
5. Klien dapat melatih konsentrasi melalui permainan.
BAB 2
STANDAR KEGIATAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI
PADA PASIEN ISOLASI SOSIAL

2.1 Defenisi
Isolasi sosial meruakan keadaan dimana sseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain disekitarnya. Pasien isolasi soasial mengalami gangguan dalam
berinteraksi dan mengalami perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan
orang lain disekitarnya, lebih menyukai berdiam diri, mengurung diri, dan
menghindar dari orang lain (Pardede, 2020).

Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang di alami oleh individu


dan dipersepsikan disebabkan orang lain dan sebagai kondisi yang negatif
dan mengancam. Kondisi isolasi sosial seseorang merupakan
ketidakmampuan klien dalam mengungkapkan perasaan klien yang dapat
menimbulkan klien mengungkapkan perasaan klien dengan
kekerasan.Perilaku kekerasan merupakan respon destruktif individu
terhadap stresor. Klien dengan isolasi sosial tidak mampunyai kemampuan
untuk bersosialisasi dan sulit untuk mengungkapkan keinginan dan tidak
mampu berkomunikasi dengan baik sehingga klien tidak mampu
mengungkapkan marah dengan cara yang baik (Sukaesti, 2018).

2.2 Tanda dan Gejala


Menurut (Zakiah, Hamid, & Susanti, 2018), tanda dan gejala yang dimilki
isolasi social adalah sebagai berikut :
1. Wajah murung
2. Sulit tidur
3. Gelisah
4. Lemah
5. Kurang bergairah, dan
6. Malas beraktifitas
7. Menarik diri
8. Menjauhi orang lain
9. Tidak atau jarang melakukan komunikasi tidak ada kontak mata,
10. Kehilangan minat,
11. Malas melakukan kegiatan sehari-sehari atau aktivitas sosial,
12. Berdiam diri di kamar,
13. Menolak hubungan dengan orang lain, dan
14. Tidak mau menjalin persahabatan.

2.3 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan isolasi sosial adalah:
1. Terapi farmakologi
2. Electri Convulsive Therapi Electri Convulsive Therapi (ECT) atau yang
dikenal dengan electroshock adalah suatu terapi psikiatri yang
menggunakan energy shock listrik dalam usaha pengobatannya.
Biasanya ECT ditujukan untuk terapi pasien gangguan jiwa yang tidak
berespon kepada obat psikiatri pada dosis terapinya.
3. Terapi Kelompok Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang
dilakukan sekelompok pasien bersama – sama dengan jalan berdiskusi
satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang terapis atau
petugas kesehatan jiwa. Terapi ini bertujuan memberi stimulus bagi
klien dengan gangguan interpersonal.
4. Terapi lingkungan Manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan
sehingga aspek lingkungan harus mendapatkan perhatian khusus dalam
kaitanya untuk menjaga dan memelihara kesehatan manusia.
Lingkungan berkaitan erat dengan stimulus psikologi seseorang yang
akan berdampak pada kesembuhan, karena lingkungan tersebut akan
memberikan dampak baik pada kondisi fisik maupun kondisi psikologi
seseorang.
2.4. Metode Terapi Aktivitas Kelomok ( TAK)
Metode yang dingunakan pada terapi aktifitas kelompok (TAK) ini adalah
metode :
1. Perkenalan diri kepada seluruh perawat dan kepada seluruh anggota
kelompok
2. Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok

2.5. Waktu dan Tempat


Hari/ tanggal :
Jam : 10.00-11.00 WIB
Tempat : Yayasan Pemenang Jiwa Sumatera

2.6. Klien dan Ruangan Klien


Klien yang mengikui Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) berjumlah 5 orang
dari Yayasan Pemenang Jiwa terdiri dari :
15. Ny. Lily
16. Tn. Aming
17. Tn. Yusuf Kurniawan
18. Tn. Eko Sahputra
CL L
19. Ny. Wilna Dewi

2.7. Setting Tempat


K K
F K K F
K O
KETERANGAN GAMBAR
: Leader : Observer
L O

: Co-Leader : Klien
CL K

: Fasilitator
F

2.8. Media dan Alat


1. Laptop
2. Musik/ lagu
3. Bola
4. Buku catatan dan pulpen
5. Kartu nama/ name tag
6. Jadwal kegiatan klien

2.9. Susunan pelaksanaan


Yang bertugas dalam TAK kali ini disesuaikan dengan petugas setiap sesi
yang telah disepakati sebagai berikut :
1. Leader : Arjun Prajun Siagian
2. Co-leader : Sururin Maudunah
3. Fasilitator 1 : Juni L Purba
4. Fasilitator 2 :Yola Hermanisa
5. Observer : Yuli Permata Sari

2.10. Uraian dan Tugas Pelaksanaan


1. Leader
a. Menyiapkan proposal kegiatan TAK
b. Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktifitas
kelompok sebelum kegiatan dimulai.
c. Menjelaskan permainan.
d. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kclompok dan
memperkenalkan dirinya.
e. Mampu memimpin tcrapi aktilitas kelompok dengan baik dan tertib
f. Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
2. Co-leader
a. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktifitas
klien
b. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang.
3. Fasilitator
a. Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung.
b. Memotivasi klien yang kurang aktif.
c. Membantu leader memfasilitasi anggota untuk berperan aktif dan
memfasilitasi anggota kelompok
4. Observer
a. Mengobservasi jalannya proses kegiatan
b. Mencatat prilaku Verbal dan Non- verbal klien selama kegiatan
berlangsung

2.11. Kriteria Klien


1. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal.
2. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespons sesuai dengan
stimulus.
2.12. Antisipasi Masalah
1. Sebelum kegiatan berlangsung terlebih dahulu perawat memberi
kesempatan kepada seluruh peserta untuk BAB dan BAK.
2. Vasilitator memotivasi peseta yang tidak berpartisipasi.
3. Menjaga pintu keluar untuk meengantisipasi klien keluar dari tempat
kegiatan.

2.13. Langkah-langkah Kegiatan


1. Persiapan
a. Membuat kontrak dengan anggota kelompok
b. Mempersiapak alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam teraupetik
Salam dari leader kepada klien. Leader/Co leader memperkenalkan
diri dan tim terapis lainnya.
b. Evaluasi/validitas
Leader menanyakan perasaan dan keadaan klien saat ini.
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan
2. Menjelaskan aturan main yaitu :
a. Berkenalan dengan anggota kelompok
b. Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus minta
ijin kepada pemimpin TAK.
c. Lama kegiatan 45 menit
d. Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
1. Tahap Kerja
a. Seluruh klien dibuat berbentuk lingkaran
b. Hidupkan music dan edarkan bola berlawanan dengan arah jarum
jam
c. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola,
mendapat giliran untuk perkenalan dengan anggota kelompok yang
ada di sebelah kanan dengan cara:
1) Memberi salam
2) Menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobby.
3) Menanyakan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobby
4) Dimulai oleh terapis sebagai contoh.
d. Setelah memperkenalkan diri klien Klien mampu bercakap-cakap
dengan anggota kelompok seperti menanyakan kabar
e. Ulangi musik kembali, dan klien kembali melempar bola, ketika
musik berhenti, klien yang memegang bola, kembali memperagakan
point c dan d.
2. Tahap Terminasi
a. Leader atau Co.Leader memberikan pujian atas keberhasilan dan
kerjasama kelompok
b. Leader atau Co.Leader menanyakan perasaan klien setelah
mengikuti kegiatan TAK
c. Fasilitator membagikan Snack
d. Leader atau Co.Leader menganjurkan klien untuk sering
bersosialisasi, selalu bekerjasama, dan memasukkan kegiatan
terjadwal setaiap hari ke dalam kegiatan harian sebanyak 2x1.
e. Observer mengumumkan pemenang
f. Fasilitator membagikan hadiah kepada pemenang
3. Evaluasi
a. Klien mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir kegiatan
b. Kerja sama klien dalam kegiatan
c. Klien merasa senang selama mengikuti kegiatan

2.14. Tata Tertip dan Antisipasi Masalah


1. Tata tertib pelaksanaan TAK Isolasi Sosial
a. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK Isolasi Ssosial sampai
dengan selesai
b. Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara TAK isolasi sosial
dimulai
c. Peserta berpakaian rapi, bersih, dan sudah mandi
d. Peserta tidak diperkenankan makan, minum, merokok selama
kegiatan TAK berlangsung
e. Jika ingin mengajukan/menjawab pertanyaan, peserta mengangkat
tangan kanan dan berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin
f. Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan dari
permainan
g. Peserta dilarang meninggalkan tempat sebelum acara TAK selesai
h. Apabila waktu yang ditentukan untuk melaksanakan TAK telah
habis, sedangkan permainan belum selesai, maka pemimpin akan
meminta persetujuan anggota untuk memperpanjang waktu TAK
2. Antisipasi kejadian yang tidak diinginkan pada proses TAK
1) Penanganan klien yang tidak efektif saat aktifitas kelompok
a. Memanggil klien
b. Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab
sapaan perawat atau klien yang lain
2) Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit:
a. Panggil nama klien
b. Tanya alasan klien meninggalkan permainan
c. Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan
penjelasan pada klien bahwa klien dapat melaksanakan
keperluannya setelah itu klien boleh kembali lagi
3) Bila ada klien lain ingin ikut
a.Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien
yang telah dipilih
b. Katakan pada klien lain bahwa ada permainan lain yang
mungkin dapat diikuti oleh klien tersebut
c.Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak
memberi peran pada permainan tersebut
BAB 3
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Ayu Candra Kirana, S. (2018). Gambaran Kemampuan Interaksi Sosial Pasien
Isolasi Sosial Setelah Pemberian Social Skills Therapy Di Rumah Sakit Jiwa.
Journal of Health Sciences, 11(1). https://doi.org/10.33086/jhs.v11i1.122

Damanik, R. K., Pardede, J. A., & Manalu, L. W. (2020). TERAPI KOGNITIF


TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI PASIEN SKIZOFRENIA
DENGAN ISOLASI SOSIAL. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan,
11(2), 226-235.
http://dx.doi.org/10.26751/jikk.v11i2.822

Hamid, A. Y. S., & Susanti, H. (2018). Penerapan Terapi Generalis, Terapi


Aktivitas Kelompok Sosialisasi, dan Social Skill Training pada Pasien Isolasi
Sosial. Jurnal Ilmiah Keperawatan Indonesia [JIKI], 2(1), 19-32. DOI:
http://dx.doi.org/10.31000/jiki.v2i1.967.g724
XKurniasari, C. I., Dwidiyanti, M., & Padmasari, S. (2019). Terapi Keperawatan
Dalam Mengatasi Masalah Interaksi Sosial pada Pasien Skizofrenia: Literatur
Review. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 2(1), 41-46.
http://dx.doi.org/10.32584/jikj.v2i1.276

Pardede, J. A. (2018). Pelaksanaan Tugas Keluarga Dengan Frekuensi


Kekambuhan Pasien Skizofrenia Dengan Masalah Isolasi Sosial. Jurnal
Keperawatan Jiwa, 6(2). https://www.academia.edu/download/64422057/Jek
%20Amidos%20Pardede.pdf
Latifah, L., & Rahayu, P. (2020). Pengaruh terapi social skill training tahap
melatih kemampuan berkomunikasi pada pasien skizofrenia. Jurnal'Aisyiyah
Medika, 5(1). https://doi.org/10.36729/jam.v5i1.308
Rahayuningsih, A., & Muharyari, W. (2016). Pengaruh Pemberian Terapi
Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Perubahan Perilaku Klien Isolasi
Sosial. NERS Jurnal Keperawatan, 8(2), 105.
https://doi.org/10.25077/njk.8.2.105-114.2012

Sinaga, Y. C. (2020). Hubungan Pemberian Tak Sosialisasi Terhadap Kemampuan


Interaksi Sosial Pada Pasien Isolasi Sosial Di Rsj Prof. Dr. M. Ildrem Medan 2019.
http://poltekkes.aplikasi-akademik.com/xmlui/handle/123456789/2181

Sukaesti, D. (2019). Sosial Skill Training Pada Klien Isolasi Sosial. Jurnal
Keperawatan Jiwa, 6(1), 19-24.
https://doi.org/10.26714/jkj.6.1.2018.19-24

Anda mungkin juga menyukai