DEPERTEMEN JIWA
Di Susun Oleh :
Dionisia Junita Mauk Fahik
2021611043
MALANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan
rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas proposal TAK isolasi
sosial. penulis menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kekurangan dalam
penyusunan proposal baik dari segi isi maupun penulisannya. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak yang membangun senantiasa penulis harapkan demi penyempurnaan
proposal ini dimasa yang akan datang. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih atas segala bantuan semua pihak sehingga proposal ini dapat terselesaikan. Semoga
proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca mau pihak-pihak yang membutuhkan.
Malang, 11-07-2022
Penyusun
1
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN…………………………………………………………...
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..
DAFTAR ISI……………………………………………………………………
BAB 1 PEMBAHASAN………………………………………………………..
1.1 Pengertian…………………………………………………………………..
1.2 Tujuan………………………………………………………………………
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sosialisasi adalah kemampuan untuk berhubungan dan berinteraksi dengan
orang lain ( Gail W. Stuart, 2007). Penurunan sosialisasi dapat terjadi pada individu
yang menarik diri, yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain
(Rowlins, 1993). Dimana individu yang mempunyai mekanisme koping adaptif, maka
peningkatan sosialisasi lebih mudah dilakukan. Sedangkan individu yang mempunyai
mekanisme koping maladaptif (skizofrenia), bila tidak segera mendapatkan terapi
atau penanganan yang baik akan menimbulkan masalah-masalah yang lebih banyak
dan lebih buruk. (Keliat dan Akemat, 2005) menjelaskan bahwa untuk peningkatan
sosialisasi pada pada pasien skizofrenia bisa dilakukan dengan pemberian terapi
aktifitas kelompok sosialisasi. Namun kenyataannya pada saat ini di Rumah Sakit
Jiwa Menur Surabaya pengaruh TAK sosialisasi masih diragukan, hal ini disebabkan
karena jumlah pasien dengan riwayat menarik diri masih relative banyak meskipun
TAK sosialisasi sudah dilakukan.
Hampir diseluruh dunia terdapat sekitar 450 juta (11%) orang yang mengalami
skizofrenia (ringan sampai berat) (WHO, 2006). Hasil survey kesehatan Mental
Rumah Tangga di Indonesia menyatakan bahwa 185 orang per 1000 penduduk di
Indonesia mengalami skizofrenia (ringan sampai berat). Berdasarkan survey dirumah
sakit jiwa, masalah keperawatan yang palingh banyak ditemukan adalah menarik diri
(17,91 %), halusinasi (26,37 %), perilaku kekerasan (17,41 %), dan harga diri rendah
(16,92%) (Pikiran Rakyat Bandung, 2007).
Dampak yang dapat ditimbulkan oleh menarik diri pada pasien skizofrenia
adalah; 1)`kerusakan komunikasi verbal dan non verbal, 2) Gangguan hubungan
interpersonal, 3) Gangguan interaksi sosial, 4) resiko perubahan persepsi sensori
(halusinasi). Bila pasien menarik diri tidak cepat teratasi maka akan dapat
membahayakan keselamatan diri sendiri maupun orang lain (Budi Anna Keliat, 2006).
Penatalaksanaan pasien dengan riwayat menarik diri dapat dilakukan salag
satunya dengan pemberian intervensi Terapi Aktifitas Kelompok Sosialisasi, yang
merupakan salah satu terapi modalitas keperawatan jiwa dalam sebuah aktifitas secara
kolektif dalam rangka pencapaian penyesuaian psikologis, perilaku dan pencapaian
adaptasi optimal pasien. Dalam kegiatan aktifitas kelompok, tujuan ditetapkan
3
berdasarkan akan kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh sebagian besar pesserta.
Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) sosialisasi adalah upaya memfasilitasi kemampuan
pasien dalam meningkatkan sosialisasi. Dari latar belakang tersebut diatas penulis
tertarik membuat melaksanakan Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) sosialisasi pada
pasien skizofrenia dengan riwayat menarik diri.
1.2 Tujuan
1. Tujuan umum
Meningkatnya kemampuan pasien dalam membina hubungan sosial dalam
kelompok secara bertahap.
2. Tujuan Khusus
a. Pasien mampu memperkenalkan diri
b. Pasien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
c. Pasien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
d. Pasien mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan
e. Pasien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada orang
lain
f. Pasien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok
g. Pasien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan tentang
TAKS yang telah dilakukan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Kesepian yang dialami oleh individu dan dirasakan saat didorong oleh keberadaan
orang lain dan sebagai pernyataan negatif atau mengancam (NANDA, 2012). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi baik verbal dan nonverbal pada klien yang
menarik diri di Rumah Sakit Dr. Marzoeki Mahdi Bogor dan RSJP Jakarta (Keliat
dkk, 1999). Penelitian lainnya menunjukkan bahwa terapi generalis dapat
meningkatkan kemampuan sosialisasi klien (Jumaini, Keliat, Hastono, 2010;
Surtiningrum, Hamid, Waluyo, 2011; Nyumirah, Hamid, Mustikasari, 2012).
1. Kerusakkan Interaksi Sosial
Kerusakan interaksi sosial merupakan suatu gangguan hubungan
intrapersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang
menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam
hubungan sosial (Depkes, 2000).
Kerusakan interaksi sosial adalah suatu keadaan dimana seseorang
berpartisipasi dalam pertukaran sosial dengan kuantitas dan kualitas yang tidak
efektif. Klien yang mengalami kerusakan interaksi sosial mengalami kesulitan
dalam berinteraksi dengan orang lain salah satunya mengarah pada perilaku
menarik diri (Townsend, 1998).
Kerusakan interaksi sosial adalah satu gangguan kepribadian yang tidak
fleksibel, tingkah maladaptif, dang mengganggu fungsi individu dalam hubungan
sosialnya (Stuart dan Sundeen, 1998)
2. Isolasi Sosial
Suatu sikap di mana individu menghindari diri dari interaksi dengan orang
lain. Individu merasa bahwa ia kehingan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan. Ia
mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang
dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian, dan tidak
sanggup membagi pengamatan dengan orang lain (Balitbang, 2007) .
5
Merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan maupun komunikasi dengan orang lain (Rawlins, 1993).
Merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang
lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan
untuk berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam
berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan
mengisolasi diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup berbagi pengalaman
(Balitbang, 2007).
Suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain
menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Townsend, 1998).
2.2 Tanda dan Gejala
Berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial.
1 Kurang spontan.
2 Apatis (acuh terhadap lingkungan).
3 Ekspresi wajah kurang berseri.
4 Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri.
5 Tidak ada atau kurang komunikasi verbal.
6 Mengisolasi diri
7 Tidak ada atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya.
8 Asupan makanan dan minuman terganggu.
9 Retensi urine dan feses.
10 Aktivitas menurun.
11 Kurang energi (tenaga).
12 Rendah diri.
13 Poster tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi tidur).
Perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang menilai dirinya rendah,
sehingga timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak
dilakukan intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan perubahan persepsi
sensori : halusinasi dan resiko tinggi mencederai diri, orang lain juga bisa
menyebabkan intoleransi aktivitas yang akhirnya bisa berpengaruh terhadap
ketidakmampuan untuk melakukan perawatan secara mandiri. Seseorang yang
mempunyai harga diri rendah awalnya disebabkan oleh ketidakmampuan untuk
menyelesaikan masalah dalam hidupnya, sehingga orang tersebut berperilaku tidak
6
normal (koping individu tidak efektif). Peranan keluarga cukup besar dalam
mendorong klien agar mampu menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, bila sistem
pendukungnya tidak baik (koping keluarga tidak efektif) maka akan mendukung
seseorang memiliki harga diri rendah.
1. Subyektif
Tidak berminat
Perasaan berbeda dengan orang lain
Tidak mampu memenuhi harapan orang lain
Merasa sendirian
Menolak interaksi dengan orang lain
Mengungkapkan tujuan hidup yang tidak adekuat
Merasa tidak diterima
2. Obyektif
Tidak ada dukungan orang yang dianggap pentingAfek tumpul
Adanya kecacatan ( missal fisik, mental)
Tindakan tidak berarti
Tidak ada kontak mata
Menyendiri / menarik diri
Tindakan berulang
Afek sedih
Tidak komunikatif
2.3 Rentang Respons
Respons Adaptif Respons Maladaptif
Berikut ini akan dijelaskan tentang respons yang terjadi pada isolasi sosial.
1. Respons adaptif
Respons adaptif adalah respons yang masih dapat diterima oleh norma-norma
sosial dan kebudayaan secara umum berlaku. Dengan kata lain individu tersebut
7
masih dalam batas normal ketika menelesaikan masalah. Berikut ini adalah sikap
yang termasuk respons adaptif.
a. Menyendiri, respons yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang
telah terjadi di lingkungan sosialnya.
b. Otonomi, kemempuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
c. Bekerja sama, kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama lain.
d. Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam
membina hubungan interpersonal.
2. Respons maladaptif
Respons maladaptif adalah respons yang menyimpang dari norma sosial dan
kehidupan di suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respons
maladaptif.
a. Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan
secara terbuka dengan orang lain.
b. Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri sehingga
tergantung dengan orang lain.
c. Manipulasi, seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu
sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
d. Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain.
2.4 Etiologi
Terjadinya menarik diri dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan stressor
presipitasi. Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predisposisi
dan stressor presipitasi. Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor
predisposisi terjadi perilaku menarik diri. Kegagalan perkembangan dapat
mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya pada diri orang lain, ragu,
takut salah, pesimis, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindari
orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan merasa tertekan. Keadaan ini
dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain,
menghindar dari orang lain, lebih menyukai berdiam diri sendiri dan kegiatan sendiri
terabaikan.
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Tumbuh Kembang
8
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam
hubungan sosial.
Bila tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak terpenuhi maka akan
menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya akan dapat
menimbulkan masalah.
Tugas Perkembangan Berhubungan Dengan Pertumbuhan
Interpersonal.
9
masalah dalam berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan (double
bind) yaitu suatu keadaan di mana seorang anggota keluarga menerima pesan
yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang
tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan
lingkungan di luar keluarga.
c. Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu
faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini
disebabkan oleh norma-norma yang salah dianut oleh keluarga, dimana setiap
anggota keluarga yang tidak produktif seperti usia lanjut, berpenyakit kronis,
dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.
d. Faktor Biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi
terjadinya gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien
skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial memiliki
struktur yang abnormal pada otak seperti atropi otak, serta perubahan ukuran
dan bentuk sel-sel dalam limbik dan daerah kortikal.
2. Faktor Presipitasi
Terjadinya gangguan hubungan sosial juga dapat ditimbulkan oleh faktor internal
dan eksternal seseorang. Faktor stresorpresipitasi dapat dikelompokkan sebagai
berikut.
a. Faktor eksterna
Contohnya adalah stresor sosial budaya, yaitu stres yang ditimbulkan oleh
faktor sosial budaya seperti keluarga.
b. Faktor internal
Contohnya adalah stresor psikologis, yaitu stres terjadi akibat ansietas yang
berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan
individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk
berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan individu.
10
1. Kebutuhan Fisiologis
Klien dengan interaksi sosial menarik diri kurang memperhatikan diri dan
lingkungannya sehingga motivasi untuk makan sendiri tidak ada. Klien kurang
memperhatikan kebutuhan istirahat dan tidur, karena asyik dengan pikirannya
sendiri sehingga tidak ada minat untuk mengurus diri dan keberhasilannya.
2. Kebutuhan Rasa Aman
Klien dengan gangguan interaksi menarik diri cenderung merasa cemas, gelisah,
takut dan bingung sehingga akan menimbulkan rasa tidak aman bagi klien.
3. Kebutuhan Mencintai dan Dicintai
Klien dengan gangguan interaksi sosial menarik diri cenderung memisahkan diri
dari orang lain.
4. Kebutuhan Harga Diri
Klien dengan gangguan interaksi sosial menarik diri akan mengalami perasaan
yang tidak berarti dan tidak berguna. Klien akan mengkritik diri sendiri,
menurunkan dan mengurangi martabat diri sendiri sehingga klien terganggu.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Klien dengan gangguan interaksi sosial menarik diri akan merasa tidak percaya
diri, merasa dirinya tidak pantas menerima pengakuan dan penghargaan dari
orang lain dan klien akan merasa rendah diri untuk meminta pengakuan dari
orang lain.
2.6 MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
A. Isolasi sosial
Data Mayor :
DS : Klien mengatakan malas berinteraksi, mengatakan orang
lain tidak mau menerima dirinya, merasa orang lain tidak selevel.
DO : Menyendiri, mengurung diri, tidak mau bercakap-cakap
dengan orang lain.
Data Minor :
DS : Curiga dengan orang lain, mendengar suara/melihat
bayangan, merasa tak berguna
DO : Mematung, mondar-mandir tanpa arah, tidak berinisiatif
berhubungan dengan orang l
2.7 STRATEGI PELAKSANAAN
11
a. pasien
SP 1: Menjelaskan tanda dan gejala, penyebab dan akibat isolasi sosial
b.keluarga
1. Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada klien Isolasi
sosial
2. Menganjurkan keluarga memutuskan untuk merawat klien Isolasi sosial
SP 3: Menjelaskan dan melatih keluarga cara merawat klien Isolasi sosial
12
bercakap- cakap saat melakukan kegiatan sehari-hari.
6. Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien untuk latihan
berbicara sosial.
SP 4: Menjelaskan dan melatih keluarga menciptakan lingkungan yang terapeutik bagi
klien isolasi sosial.
13
BAB III
METODE
P P
P F
F P
P P
P F
OP
Keterangan Gambar:
14
L : Leader
CL : Co-Leader
F : Fasilitator
O : Observer
P : Pasien
OP : Operator
G. Pembagian Tugas 1. Leader Tugas:
a. Menyiapkan proposal kegiatan TAKS
b. Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktivitas kelompok
sebelum kegiatan dimulai
c. Menjelaskan aturan permainan
d. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok
dan memperkenalkan dirinya
e. Mampu memimpin terapi aktifitas kelompok dengan baik dan tertib
f. Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
2. Co-leader Tugas:
a. Mendampingi leader
b. Menyampaikan informasi dan fasilitator ke leader tentang aktifitas pasien
c. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang dari perencanaan yang telah
dibuat
d. Mengambil alih posisi leader jika leader mengalami blockingdalam proses
terapi
3. Fasilitator
Tugas:
a. Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung
b. Ikut serta dalam kegiatan kelompok
c. Memfasilitasi dan memberikan stimulus dan motivator pada anggota
kelompok untuk aktif mengikutijalannya terapi
4. Observer Tugas:
a. Mengobservasi jalannya proes kegiatan
b. Mengamati serta mencatat prilaku Verbal dan Non-verbal pasien selama
kegiatan berlangsung (dicatat pada format yang tersedia)
c. Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persisapan, proses, hingga
penutupan.
15
5. Operator Tugas:
a. Mengatur alur permainan (menghidupkan dan mematikan musik)
b. Timer (mengatur waktu)
H. Pasien
1. Kriteria pasien
a. Pasien dengan isolasi sosial menarik diri dengan kondisi mulai menunjukkan
kemampuan untuk melakukan interaksi interpersonal
b. Pasien dengan kerusakan komunikasi verbal yang telah beresponssesuai
dengan stimulus yang diberikan
2. Proses seleksi
a. Mengidentifikasi pasien yang masuk kriteria
b. Mengumpulkanm pasien yang masuk kriteria
c. Membuat kontrak dengan pasien yang setuju ikut TAK, meliputi: menjelaskan
tujuan TAK pada pasien, rencana kegiatan kelompok dan aturan main dalam
kelompok
I. Susunan Pelaksanaan
1. Susunan perawat pelaksana TAKS sebagai berikut:
a. Leader :
b. Co. Leader :
c. Fasilitator :
d. Observer :
e. Operator :
2. Pasien peserta
TAKS sebagai
berikut:
No Nama Masalah Keperawatan
1
2
3
4
5
6
7
16
8
17
3) Jika pasien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak
memberi peran pada permainan tersebut.
18
(b) Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis
(c) Lama kegiatan 45 menit
(d) Masing-masing menyebutkan jati diri
c) Kerja
1) Terapis menjelaskan langkah berikutnya: tipe recorder akan dinyalakan saat
music terdengar bola tenis dipindahkan dari satu peserta ke peserta lain.
Saat music dihentikan peserta yang sedang memegang bola tenis
menyebutkan salam, nama, nama panggilan, hobi.
2) Terapis menyalakan tape dan mengedarkan bola lalu menghentikan. Saat
music dihentikan peserta yang sedang memegang bola tenis menyebutkan
salam, nama panggilan, hobi.
3) Tulis nama panggilan pada kertas dan pakaikan.
4) Ulangi langkah no 3 sampai semua peserta mendapat giliran.
5) Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan
perasaanya.
d) Terminasi
1) Evaluasi
(a) Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti
TAK
(b) Memberi pujian atas pencapain kelompok 2)
Rencana tindak lanjut
(a) Menganjurkan agar pasien melatih perkenalan dengan orang lain di
kehidupan sehari-hari
(b) Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri kepada jadwal kegiatan
harian pasien
3) Kontrak yang akan datang
(a) Membuat kontrak kembali untuk TAK selanjutnya
8. Evaluasi dan dokumentasi
a. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja untuk menilai kemampuan pasien melakukan TAK. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan pasien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS
19
Sesi I dievaluasi kemampuan pasien memperkenalkan diri secara verbal dan
nonverbal dengan menggunakan formulir evaluasi berikut (Prabowo, 2014:
247-248)
Sesi I TAKS
Kemampuan Memperkenalkan Diri
1) Kemampuan verbal
No Aspek yang Nama Pasien
dinilai
1. Menyebutkan
nama
lengkap
2. Menyebutkan
nama
panggilan
3. Menyebutkan
nama asal
4. Menyebutkan
hobi
Jumlah
20
4 Mengikuti
kegiatan dari
awal sampai
akhir
Jumlah
Petunjuk :
1) Dibawah judul nama pasien, tuliskan nama panggilan pasien yang ikut
TAKS
2) Untuk tiap pasien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda (√) jika
ditemukan pada klien atau tanda (x) jika tidak ditemukan .
21
a. Tape recorder
b. Kaset dengan lagu yang ceria
c. Bola tenis
d. Buku catatan dan bulpoint
e. Jadwal kegiatan klien
6. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
c. Bermain peran stimulasi
7. Prosedur
a) Persiapan
1) Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi
2) Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk meligkar dalam suasana
ruang yang tenang dan nyaman)
b) Orientasi
1) Mengucapkan salam terapeutik dan masing-masing memasang name tag
2) Menanyakan perasaan klien hari ini dan menanyakan apakah sudah
mencoba memperkenalkan diri 3) Menjelaskan tujuan kegiatan 4)
Menjelaskan aturan main:
(a) Klien harus mengikuti kegiatan mulai awal sampai akhir
(b) Bila ingin keluar dari kelompok Hrus meminta izin dari terapis
(c) Lama kegiatan 45 menit
(d) Masing-masing memperkenalkan diri dengan anggota lain
c)Kerja
1) Terapis menjelaskan langkah berikutnya: tipe recorder akan dinyalakan saat
music terdengar bola tenis dipindahkan dari satu peserta ke peserta lain.
Saat music dihentikan peserta yang sedang memegang bola tenis
menyebutkan salam, nama, nama panggilan, hobi.
2) Terapis menyalakan tape dan mengedarkan bola lalu menghentikan. Saat
music dihentikan peserta yang sedang memegang bola tenis menyebutkan
salam, nama panggilan, hobi anggota kelompok yang ada di sebelah
kanannya
3) Ulangi langkah no 2 sampai peserta mendapat giliran
4) Terapis memberikan pujian setiap kali pasien selesai
22
5) Terapis menyalakan tipe recorder dan menghentikan kembali. Saat music
dihentikan peserta yangsedang memegang bola tenis
dimohon memperkenalkan anggota kelompok yang berada di sebelah
kananya kepada semua kelompok
6) Terapis memberikan pujian setiap kali pasien selesai
d) Terminasi
1) Evaluasi
(a) Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
(b) Memberikan pujian atas pencapain kelompok
2) Rencana tindak lanjut
(a) Menganjurkan agar pasien melatih berkenalan dengan orang lain
(b) Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri kepada jadwal kegiatan
harian pasien.
(c) Membuat kontrak kembali TAK berikutnya
8. Evaluasi dan dokumentasi
a. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja
untuk menilai kemampuan pasien melakukan TAK. aspek yang dievaluasi
adalah kemampuan pasien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS sesi II
dievaluasi kemampuan pasien memperkenalkan diri secara verbal dan non
verbal dengan menggunakan formulir evaluasi berikut (Prabowo, 2014:
250252).
Sesi II –TAKS
Kemampuan Berkenalan
1) Kemampuan verbal
No Aspek yang Nama Pasien
dinilai
1. Menyebutkan
nama
lengkap
23
2. Menyebutkan
nama
panggilan
3. Menyebutkan
asal
4. Menyebutkan
hobi
5. Menanyakan
nama
lengkap
6. Menanyakan
nama
panggilan
Jumlah
4. Mengikuti
kegiatan dari
awal sampai
akhir
Jumlah
Petunjuk
1) Dibawah judul nama pasien, tuliskan nama panggilan pasien yang ikut
TAKS
2) Untuk tiap pasien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda (√) jika
ditemukan pada klien, dan tanda (x) jika tidak ditemukan.
24
3) Jumlahkan kemampuan yang ditemukan
4) Kemampuan verbal, disebut mampu jika mendapat nilai ≥ 6: disebut belum
mampu jika mendapat nilai ≤ 5.
5) Kemampuan nonverbal disebut mampu jika mendapat nilai 3 dan 4 disebut
belum mampu jika mendapat nilai kurang dari 2
b. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki pasien ketika TAK pada catatan proses
keperawatan tiap pasien. Misalnya jika nilai pasien 7 untuk verbal dan 3 untuk
non verbal, catatan keperawatan adalah: pasien mengikuti TAKS sesi II, pasien
berkenalan secara verbal dan non verbal, anjurkan pasien untuk berkenalan
dengan pasien lain, buat jadwal (Prabowo, 2014: 253-254).
25
b. Diskusi dan tanya jawab
c. Bermain peran stimulus
7. Prosedur
a. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan klien yang sesuai indikasi
2) Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana
ruang yang tenang dan nyaman
b. Orientasi
1) Mengucapkan salam terapeutik dan masing-masing memakai name tag
2) Menanyakan perasaan klien hari ini dan menanyakan apakah sudah
mencoba berkenalan
3) Menjelaskan tujuan kegiatan
4) Menjelaskan aturan main
a) Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
b) Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis
c) Lama kegiatan 45 menit
d) Bertanya dan menjawab tentang kehidupan pribadi
c. Kerja
1) Terapis menjelaskan langkah berikutnya:
a) Tape recorder akan dinyalakan.
b) Saat musik terdengar bola tenis dipindahkan dari satu peserta ke peserta
lain.
c) Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis
mendapat giliran untuk bertanya tentang kehidupan pribadi anggota
kelompok yang ada disebelah kanannya dengan cara: memberi salam,
memanggil nama panggilannya, menanyakan kehidupan pribadi
misalnya orang terdekatnya siapa?
2) Terapis menyalakan tape dan mengedarkan bola tenis lalu menghentikan.
Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tenis
mendapat giliran untuk bertanya tentang kehidupan pribadi anggota
kelompok yang ada disebelah kanannya dengan cara: memberi salam,
memanggil nama panggilannya, menanyakan kehidupan pribadi
3) Ulangi langkah no 2 sampai semua peserta mendapat giliran
26
4) Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan
perasaannya
d. Terminasi
1) Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2) Memberi pujian atas pencapaian kelompok
3) Menganjurkan agar pasien bercakap-cakap tentang kehidupan pribadi dan
memasukkan ke dalam jadwal harian klien
4) Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya
8. Evaluasi dan Dokumentasi
a. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses tidak berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Askep yang dievaluasi adalah kemampuan pasien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAK sesi III, dievaluasi kemampuan verbal dalam bertanya dan
tanya jawab pada saat bercakap-cakap, serta kemampuan non verbal dengan
menggunakan formulir evaluasi berikutnya(Prabowo, 2014: 255-257) Sesi III
TAK SOSIALISASI
Kemampuan Pasien Bercakap-cakap
1) Kemampuan verbal: bertanya
No Aspek yang Nama Pasien
dinilai
1. Menganjurkan
pertanyaan
yang jelas
2. Menganjurkan
pertanyaan
yang ringkas
3. Menganjurkan
pertanyaan
yang relevan
4. Menganjurkan
pertanyaan
secara spontan
Jumlah
27
2) Kemampuan verbal: menjawab
No Aspek yang Nama Pasien
dinilai
1. Menjawab
dengan jelas
2. Menjawab
dengan
ringkas
3. Menjawab
dengan
relevan
4. Menjawab
secara spontan
Jumlah
4. Mengikuti
kegiatan dari
awal sampai
akhir
Jumlah
Petunjuk
1) Dibawah judul nama pasien, tuliskan nama panggilan pasien yang ikut
TAKS
28
2) Untuk tiap pasien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda (√) jika
ditemukan pada klien, dan tanda (x) jika tidak ditemukan.
3) Jumlahkan kemampuan yang ditemukan jika mendapat nilai 3 atau 4 pasien
mampu jika mendapat nilai ≤ 2 pasien dianggap belum mampu.
b. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki pasien ketika TAK pada catatan
proses keperawatan tiap pasien. Misalnya nilai kemampuan verbal bertanya 2,
kemampuan verbal menjawab 2, dan kemampuan nonverbal 2 maka catatan
keperawatan adalah: pasien mengikuti TAKS sesi III, pasien mampu bercakap-
cakap secara verbal dan non verbal, anjurkan latihan ulang diruang (buat
jadwal) (Prabowo, 2014: 257-258)
29
c. Bermain peran stimulus
7. Prosedur
a. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan klien yang sesuai indikasi
2) Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana
ruang yang tenang dan nyaman
b. Orientasi
1) Mengucapkan salam terapeutik dan masing-masing memakai name tag
2) Menanyakan perasaan klien hari ini dan apakah sudah latihan
bercakapcakap dengan orang lain 3) Menjelaskan tujuan kegiatan 4)
Menjelaskan aturan main:
a) Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
b) Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis
c) Lama kegiatan 45 menit
d) Masing-masing membicarakan topik tertentu
c. Kerja
1) Terapis menjelaskan langkah berikutnya:
a) Tape recordet akan dinyalakan
b) Saat musik terdengar bola tenis dipindahkan dari satu peserta ke
peserta lain.
c) Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis
mendapat giliran untuk menyampaikan suatu topik yang ingin
dibicarakan misalnya cara mencari teman, setelah semua mendapat
giliran.
d) Tape akan dihidupkan lagi dan edarkan bola.
e) Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis
mendapat giliran untuk memilih topik yang disukai dan setelah
masalah ditentukan
2) Terapis menyalakan tape dan mengedarkan bola tenis lalu menghentikan.
Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tenis
mendapat giliran untuk menyampaikan suatu topik yang ingin dibicarakan
3) Tulis topik pada white board. Topik yang disampaikan secara berurutan
4) Ulangi langkah no 2 dan 3 sampai semua peserta mendapat giliran
30
5) Hidupkan lagi tape dan edarkan bola. Saat musik dihentikan peserta yang
sedang memegang bola tennis mendapat giliran untuk memilih topik yang
disukai
6) Ulangi no 5 sampai semuanya mendapat giliran
7) Terapis membantu menentukan topik yang paling banyak
8) Hidupkan lagi tape dan edarkan bola. Saat musik dihentikan peserta yang
sedang memegang bola tenis mendapat giliran untuk memberikan
pendapat tentang topik yang telah ditentukan
9) Ulangi no 8 sampai semua mendapatkan giliran
10) Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan
perasaannya.
d. Terminasi
1) Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2) Memberi pujian atas pencapaian kelompok
3) Menganjurkan agar pasien bercakap-cakap tentang topik tertentu
4) Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya
8. Evaluasi dan dokumentasi
a. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses tidak berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Askep yang dievaluasi adalah kemampuan pasien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAK sesi IV, dievaluasi kemampuan verbal menyampaikan,
memilih, dan memberi pendapat tentang topik percakapan serta kemampuan
non verbal dengan menggunakan formulir evaluasi berikutnya(Prabowo, 2014:
259-261)
Sesi IV TAK Sosialisasi
Kemampuan pasien bercakap-cakap topik tertentu
1) Kemampuan verbal : menyampaikan topik
No Aspek yang Nama Pasien
dinilai
1. Menyampaikan
topik dengan
jelas
31
2. Menyampaikan
topik secara
ringkas
3. Menyampaikan
topik yang
relevan
4. Menyampaikan
topik secara
relevan
Jumlah
3. Memilih topik
yang relevan
4. Memilih topik
secara relevan
Jumlah
2. Menyampaikan
topik secara
ringkas
32
3. Menyampaikan
topik yang
relevan
4. Menyampaikan
topik secara
relevan
Jumlah
4) Kemampuan non verbal
No Aspek yang Nama Pasien
dinilai
1. Kontak mata
2. Duduk tegak
3. Menggunakan
bahasa tubuh
yang sesuai
4. Mengikuti
kegiatan dari
awal sampai
akhir
Jumlah
Petunjuk:
1) Dibawah judul nama pasien, tuliskan nama panggilan pasien yang ikut
TAKS
2) Untuk tiap pasien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda (√) jika
ditemukan pada klien, dan tanda (x) jika tidak ditemukan.
3) Jumlahkan kemampuan yang ditemukan jika mendapat nilai 3 atau 4 pasien
mampu jika mendapat nilai ≤ 2 pasien dianggap belum mampu.
b. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki pasien ketika TAKS. Misalnya
kemampuan verbal menyampaikan dan memilih topik percakapan 3,
kemampuan memberi pendapat 2, dan kemampuan non verbal 2. Oleh karena
itu, catatan keperawatan adalah pasien mengikuti TAKS sesi IV, pasien
mampu menyampaikan dan memilih topik percakapan, tetapi belum mampu
33
memberikan pendapat. Secara non verbal juga belum mampu, dianjurkan
untuk melatih pasien bercakap-cakap dengan topik tertentu diruang rawat
(buat jadwal) (Prabowo, 2014: 261-263)
34
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Menanyakan perasaan klien hari ini
3) Menjelaskan tujuan kegiatan 4) Menjelaskan aturan main:
(a) Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
(b) Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin kepada terapis
(c) Lama kegiatan 45 menit
(d) Masing-masing membicarakan masalah pribadi dengan orang lain c) Kerja
1) Terapis menjelaskan langkah berikutnya:
(a) Tape recorder akan dinyalakan
(b) Saat musik terdengar bola tenis dipindahkan dari satu peserta ke
peserta lain.
(c) Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis
mendapat giliran untuk menyampaikan suatu topik yang ingin
dibicarakan misalnya cara mencari teman, setelah semua mendapat
giliran.
(d) Tape akan dihidupkan lagi dan edarkan bola
(e) Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis
mendapat giliran untuk memilih masalah yang ingin dibicarakan dan
setelah masalah ditentukan memberikan pendapat
2) Terapis menyalakan tape dan mengedarkan boa tennis lalu menghentikan.
Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tenis mendapat
giliran untuk menyampaikan suatu topik yang ingin dibicarakan.
3) Tulis topik pada white board. Topik yang disampaikan secara berurutan
4) Ulangi langkah no 2 dan 3 sampai semua peserta mendapat giliran
5) Hidupkan lagi tape dan edarkan bola. Saat musik dihentikan peserta yang
sedang memegang bola tenis mendapat giliran untuk memilih masalah
yang ingin dibicarakan
6) Ulangi no 5 sampai semuanya mendapat giliran
7) Terapis membantu menentukan topik yang paling banyak
8) Hidupkan lagi tape dan edarkan bola. Saat musik dihentikan peserta yang
sedang memegang bola tenis mendapat giliran untuk memberi pendapat
tentang topik yang telah ditentukan
9) Ulangi no 8 sampai semua mendapat giliran
35
10) Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan
perasaannya.
d) Terminasi
1) Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2) Memberi pujian atas pencapaian kelompok
3) Menganjurkan agar pasien bercakap-cakap tentang masalah pribadi
4) Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya
8. Evaluasi dan dokumentasi
a. Evaluasi
Evaluasi dilakukan menggunakan formulir dibawah ini pada saat proses TAK
berlangsung, khusunya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan pasien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS sesi 5, dievaluasi
verbal pasien yang menyampaikan , memilih, dan memberi mpendapat tentang
percakapan mengenai masalah pribadi, serta kemampuan non verbal. (Eko
prabowo,2014: 264-266)
SESI 5 – TAKS
KEMAMPUAN BERCAKAP – CAKAP MASALAH PRIBADI
1) Kemampuan verbal : menyampaikan topik
No Aspek yang dinilai Nama pasien
1 Menyampaikan topik
dengan jelas
2 Menyampaikan topik
secara ringkas
3 Menyampaikan topik
yang relevan
4 Menyampaikan topik
secara relevan
Jumlah
36
1 Memilih topik dengan jelas
2 Memilih topik secara
ringkas
Jumlah
1 Memberi pendapat
dengan jelas
Jumlah
1 Kontak mata
2 Duduk tegak
3 Menggunakan bahasa tubuh
yang sesuai
Jumlah
Petunjuk :
1) Dibawah judul nama pasien, tuliskan nama panggilan pasien yang ikut TAKS
37
2) Untuk tiap pasien, semua aspekn dimulai dengan memberi tanda [√] jika
ditemukan pada pasien atau tanda [x] jika tidak ditemukan
3) Jumlahkan kemampuan yang ditemukan. Jika mendapat nilai 3 batau 4 pasien
mampu; jika nilai ≤ 2 pasien dianggap belum mampu
b. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki pasien ketika TAKS pada catatan
proses keperawatan tiap pasien. Misalnya, kemampuan menyampaikan topik
masalah pribadi yang akan dipercakapkan 3, memilih dan memberi pendapat 2, dan
kemampuan nonverbal 4. Untuk itu, catatan keperawatannya adalah pasien
mengikuti TAK sesi 5, pasien mampu menyampaikan masalah pribadi yang ingin
dibicarakan, belum mampu memilih dan memberi pendapat, tapui non verbal baik.
Anjurkan/latih pasien untuk bercakap-cakap tentang masalah pribadi dengan
perawat dan pasien laindi ruang rawat (buat jadwal).(Eko prabowo, 2014: 266-268)
39
(d) Jika anggota kelompok memberikan kartu yang dipegang pada yang
meminta ia berhak mengambil satu kartu yang berada diatas meja
(e) Setiap menerima kartu diminta mengucapkan terima kasih
4) Ulangi langkah no 2,3, jika 3b, 3c terjadi
5) Terapis memberikan pujian untuk tiap kali keberhasilan klien
d) Terminasi
1) Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2) Memberi pujian atas pencapaian kelompok
3) Menganjurkan agar pasien berlatih bekerjasama
4) Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya
8. Evaluasi dan dokumentasi
a. Evaluasi
Evaluasi dilakukan menggunakan formulir dibawah ini pada saat proses TAK
berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan pasien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS sesi 6,
dievaluasikemampuanverbal pasien dalam bertanya, meminta, menjawab, dan
memberi serta kemampuan non verbal.(Eko prabowo, 2014: 269-271)
Sesi 6 – TAKS
KEMAMPUAN BEKERJASAMA
1) Kemampuan verbal: bertanya dan meminta
No Aspek yang dinilai Nama pasien
1 Bertanya dan
meminta dengan jelas
2 Bertanya dan
meminta secara
ringkas
3 Bertanya dan
meminta yang
relevan
40
4 Bertanya dan
meminta secara
spontan
Jumlah
Jumlah
1 Kontak mata
2 Duduk tegak
3 Menggunakan bahasa
tubuh yang sesuai
4 Mengikuti kegiatan
dari awal sampai akhir
Jumlah
Petunjuk :
1) Dibawah judul nama pasien, tuliskan nama panggilan pasien yang
ikut TAKS
2) Untuk tiap pasien, semua aspekn dimulai dengan memberi tanda [√]
jika ditemukan pada pasien atau tanda [x] jika tidak ditemukan
41
3) Jumlahkan kemampuan yang ditemukan. Jika mendapat nilai 3
batau 4 pasien mampu; jika nilai ≤ 2 pasien dianggap belum mampu
b. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki pasien ketika TAKS pada catatan
proses keperawatan tiap pasien. Misalnya, kemampuan verbal bertanya,
meminta,menjawab, dan memberi 4, serta kemampuan nonverbal 4. Maka,
catatan keperawatannya adalah pasien mengikuti TAK sesi 6, pasien mampu
secara verbal dan nonverbal dalam bertanya, meminta, menjawab, dan
memberi. Anjurkan pasien untuk melakukannya di ruang rawat (buat jadwal).
(Eko prabowo, 2014: 271-271)
P. TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI SESI VII
1. Pengertian
Terapi yang berupa memfasilitasi kemampuan sejumlah klien dengan masalah
hubungan sosial (Purwaningsih& Karlina, 2010: 94)
2. Tujuan klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan
kelompok yang telah dilakukan
3. Indikasi
a) Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal
b) Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespon sesuai stimulus
4. Setting
Peserta dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
5. Persiapan alat
a) Tape recorder
b) Kaset dengan lagu yang ceria
c) Bola tenis
d) Buku catatan dan bolpoin
e) Jadwal kegiatan klien
6. Metode
a) Dinamika kelompok
b) Diskusi dan tanya jawab
c) Bermain peran stimulus
7. Prosedur
a) Persiapan
42
1) Mengingatkan kontrak dengan klien yang sesuai indikasi
2) Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana
ruang yang tenang dan nyaman)
b) Orientasi
1) Mengucapkan salam terapeutik, dan memakai name tag
2) Menanyakan perasaan klien hari ini dan apakah telah latihan bekerjasama
3) Menjelaskan tujuan kegiatan 4) Menjelaskan aturan main:
(a) Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
(b) Bila ingin keluar dari kelompok harus minta izin dari terapis
(c) Lama kegiatan 45 menit
(d) Masing-masing dapat menyampaikan manfaat 6 kali pertemuan TAKS c)
Kerja
1) Terapis menjelaskan langkah berikutnya: tape recorder akan dinyalakan.
Saat musik terdengar bola tenis dipindahkan dari satu peserta ke peserta
lain. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tenis
menyebutkan manfaat 6 kali pertemuan TAKS
43
kemampuan pasien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS Sesi VII
dievaluasi kemampuan verbal pasien menyampaikan manfaat TAKS yang
telah berlangsung 6 sesi secara verbal dan disertai kemampuan non verbal
(Prabowo, 2014: 247-267)
Sesi VII TAKS
Evaluasi Kemampuan Sosialisasi
1) Kemampuan verbal: menyebutkan manfaat 6 kali TAKS
No Aspek yang Nama Pasien
dinilai
1. Menyebutkan
manfaat
dengan jelas
2. Menyebutkan
manfaat
secara
ringkas
3. Menyebutkan
manfaat
secara
relevan
4. Menyebutkan
manfaat
secara
spontan
Jumlah
44
3. Menggunakan
bahasa tubuh
yang sesuai
4. Mengikuti
kegiatan dari
awal sampai
akhir
Jumlah
Petunjuk:
1) Dibawah judul nama pasien, tuliskan nama panggilan pasien yang ikut
TAKS
2) Untuk tiap pasien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda (√) jika
ditemukan pada klien, dan tanda (x) jika tidak ditemukan.
3) Jumlahkan kemampuan yang ditemukan jika mendapat nilai 3 atau 4
pasien mampu jika mendapat nilai ≤ 2 pasien dianggap belum mampu.
b. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki pasien ketika akhir TAKS pada
catatan proses keperawatan setiap pasien. Disimpulkan kemampuan yang telah
dapat diterapkan oleh pasien berhari-hari. Untuk pasien yang telah mampu
maka dianjurkan dan dievaluasi pada kegiatan sehari-hari (melalui jadwal
kegiatan keseharian). Jika pasien tidak mampu, maka pasien dapat disertakan
pada kelompok TAKS yang baru. (Prabowo, 2014:267-277)
45
DAFTAR PUSTAKA
Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Purwaningsih & Karlina. (2010). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Aziz R, dkk, 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo.
Balitbang. 2007. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa. Bogor
Fitria, Nita. 2009. Aplikasi Dasar dan Aplikasi penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.
Keliat Budi Ana. 1999.Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC.
Keliat Budi Ana. 1999. Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC.
Stuart GW, Sundeen. 1995. Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis
Mosby Year Book.
46