BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sehat menurut WHO adalah suatu kondisi fisik, mental, dan
kesejahteraan social yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya bebas dari
penyakit atau kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan
hanya sekedar bebas dari gangguan tetapi lebih kepada perasan sehat, sejahtera
dan bahagia (well being), ada keserasian antara pikiran, perasaan, perilaku,
dapat merasakan kebahagiaan dalam sebagian besar kehidupannya serta
mampu mengatasi tantangan hidup sehari-hari. Kesehatan jiwa menurut
undang-undang no. 3 tahun 1966 adalah suatu kondisi yang memungkinkan
perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang
dan perkembangan itu selaras dengan keadasan orang lain. Makna kesehatan
jiwa mempunyai sifat yang harmonis dan memperhatikan segi kehidupan
manusia dan cara berhubungan denan orang lain.
Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara
klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan
menimbulkan gangguan pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia (Keliat,
2011). Gangguan jiwa adalah suatu sindroma atau pola psikologis atau
perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan
dengan adanya distress (misalnya, gejala nyeri) atau disabilitas (yaitu
kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting) atau disertai
peningkatan risiko kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat
kehilangan kebebasan (American Psychiatric Association,1994).
Menurut DEPKES RI (1989: 117) penarikan diri atau isolasi sosial
merupakan suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya
terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat bersifat sementara atau
menetap. Dari beberapa kasus gangguan jiwa yang ada di Ruang Sadewa
(Shinta) Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi selama 6 hari dari tanggal 22
September 2015 sampai 28 september 2015 terdapat 9 pasien laki-laki yaitu 3
1
2
pasien atau 37% halusinasi (Tn. H, Tn. D, Tn. P), ada 3 pasien atau 37% isolasi
sosial (Tn. A, Tn. B, Tn. D), ada 1 pasien atau 11% harga diri rendah (Tn. I),
ada 2 pasien atau 22% resiko perilaku kekerasan (Tn. Y, Tn. S) dan ada 7
pasien atau 77% defisit perawatan diri (Tn. P, Tn. Y, Tn. S, Tn. A, Tn. B, Tn.
D, Tn. D). Untuk mencegah dampak lanjut dari isolasi sosial maka dibutuhkan
peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan yaitu sebagai pelaksana
asuhan keperawatan dimana perawat memberikan pelayanan keperawatan jiwa
dengan memperhatikan aspek bio-psiko-sosial-spiritual, sebagai pendidik yaitu
perawat mengajarkan klien teknik untuk berinteraksi dengan orang lain yaitu
dengan cara berkenalan dengan 1 orang (Klien- perawat), berkenalan dengan 2
orang (klien- perawat lain), berkenalan dengan 2 orang atau lebih (Klien- klien
lain/kelompok/masyarakat).
Berdasarkan uraian di atas kelompok membahas kasus tentang
“Asuhan Keperawatan pada Tn. D dengan Isolasi Sosial di Ruang Sadewa
(Shinta) Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor”.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan secara langsung pada
pasien dengan isolasi social di Ruang Sadewa (Shinta) Rumah Sakit dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian analisa data, merumuskan masalah
keperawatan dan membuat pohon masalah.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan.
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan.
e. Mampu mengevaluasi hasil asuhan keperawatan.
f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan sesuai dengan standar
pendokumentasian.
3
C. METODA PENULISAN
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu:
1. Metode Kepustakaan
Metode penulisan dengan menggunakan beberapa literatur cetak
sebagai sumber.
2. Metode Wawancara
Data diperoleh dengan wawancara langsung kepada klien, keluarga
klien dan perawat ruangan.
3. Metode Observasi
Dengan mengobservasi langsung kepada klien dengan masalah utama
isolasi sosial.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
1. BAB I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, tujuan
penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
2. BAB II tentang landasan teori yang memuat pengertian, psikodinamika
(penyebab, tanda dan gejala, rentang respon), pengkajian (faktor
predisposisi, faktor presipitasi, sumber dan mekanisme koping, perilaku,
aspek medik), diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi.
3. BAB III berisi tentang tinjauan kasus isolasi sosial.
4. BAB IV membahas tentang kesenjangan antara teori dan kasus.
5. BAB V berupa penutup yang memuat kesimpulan dan saran.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI : ISOLASI SOSIAL
A. PENGERTIAN
Isolasi sosial merupakan kondisi sendirian yang di alami oleh individu
dan diterima sebagai ketentuan orang lain sebagai suatu keadaan yang negative
atau mengancam ( Towsend alih bahasa, Delima,1998 ) Menurut Townsend,
M.C (1998:152) isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif dan
mengancam bagi dirinya. Sedangkan menurut DEPKES RI (1989: 117)
penarikan diri atau withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri,
baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung
yang dapat bersifat sementara atau menetap.
Isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau kelompok
mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan
keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak
(Carpenito ,L.J, 1998: 381). Menurut Rawlins, R.P & Heacock, P.E (1988 :
423) isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindar dari interaksi dan
berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab,
tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan, berprestasi, atau
selalu dalam kegagalan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa isolasi sosial adalah keadaan dimana
individu berusaha menghindar dari interaksi dengan orang lainkarena orang
lain dianggap menyatakan sikap negatif dan mengancam bagi dirinya.
B. PSIKODINAMIKA
1. Penyebab
Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan
negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
mencapai keinginan yang ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap
diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial,
4
5
merendahkan martabat, percaya diri kurang dan juga dapat mencederai diri,
(Carpenito,L.J, 1998)
3. Rentang Respon
Rentang Respon Sosial
Saling keterbantungan
Gambar.1.1 Rentang respon social, (Stuart and Sundeen, 1998).
Keterangan dari rentang respon sosial :
a. Solitut (Menyendiri)
Solitut atau menyendiri merupakan respon yang dibutuhkan seorang
untuk merenung apa yang telah dilakukan dilingkungan sosialanya dan
suatu cara untuk nmenentukan langkahnya.
b. Otonomi
Kemapuan individu untuk mentukan dan maenyampaikan ide, pikiran,
perasaan dalam hubungan sosial.
c. Kebersamaan (Mutualisme)
Perilaku saling ketergantungan dalam membina hubungan
interpersonal.
d. Saling ketergantungan (Interdependent)
Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana hubungan
tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
e. Kesepian
Kondisi dimana seseorang merasa sendiri, sepi, tidak danya perhatian
dengan orang lain atau lingkunganya.
f. Menarik diri
Kondisi dimana seseorang tidak dapat mempertahankan hubungan
dengan orang lain atau lingkunganya.
g. Ketergantungan (Dependent)
Suatu keadaan individu yang tidak menyendiri, tergantung pada orang
lain.
h. Manipulasi
Individu berinteraksi dengan pada diri sendiri atau pada tujuan bukan
berorientasi pada orang lain. Tidak dapat dekat dengan orang lain.
i. Impulsive
Keadaan dimana individu tidak mampu merencanakan sesuatu.
Mempunyaipenilaian yang buruk dan tidak dapat diandalkan.
j. Narkisme
7
C. PENGKAJIAN
1. Faktor Predisposisi
Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku
menarik diri.
1) Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa
bayi sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseoarang sehingga
mempunyai masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang
terganggu juga dapat mempengaruhi terjadinya menarik diri. Organisasi
anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga profisional untuk
mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan antara
kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaburatif sewajarnya
dapat mengurangi masalah respon social menarik diri.
2) Faktor Biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial
maladaptive. Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan
jiwa. Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel,
penurunan berat dan volume otak serta perubahan limbik diduga dapat
menyebabkan skizofrenia.
3) Faktor Sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini
merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan
terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang
tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi
dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan system nilai yang
berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realitis
terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan
gangguan ini, (Stuart and sudden, 1998).
8
2. Faktor Presipitasi
Ada beberapa faktor persipitasi yang dapat menyebabkan seseorang
menarik diri. Faktor- faktor tersebut dapat berasal dari berbagai stressor
antara lain:
1) Stressor sosiokultural
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan
dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya menurunya
stabilitas unit keluarga, berpisah dari orang yang berarti dalam
kehidupanya, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
2) Stressor psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang
terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhanya hal ini
dapat menimbulkan ansietas tinggi bahkan dapat menimbulkan seseorang
mengalami gangguan hubungan (menarik diri). (Stuart & Sundeen, 1998)
3) Stressor intelektual
a) Kurangnya pemahaman diri dalam ketidak mampuan untuk berbagai
pikiran dan perasaan yang mengganggu pengembangan hubungan
dengan orang lain.
b) Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan kesulitan
dalam menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit berkomunikasi
dengan orang lain.
c) Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan orang
lain akan persepsi yang menyimpang dan akan berakibat pada
gangguan berhubungan dengan orang lain
4) Stressor fisik
a) Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang
menarik diri dari orang lain.
b) Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau malu
sehingga mengakibatkan menarik diri dari orang lain (Rawlins,
Heacock,1993)
9
4. Perilaku
a. Menarik diri: kurang spontan, apatis, ekspresi wajah kurang berseri,
defisit perawatan diri, komunikasi kurang, isolasi diri, aktivitas
menurun, kurang berenergi, rendah diri, postur tubuh sikap fetus.
b. Curiga: tidak percaya orang lain, bermusuhan, isolasi sosial, paranoia.
c. Manipulasi: kurang asertif, isolasi sosial, harga diri rendah, tergantung
pada orang lain, ekspresi perasaan tidak langsung pada tujuan.
5. Aspek Medik
a. Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat
norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi
mental: faham, halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh
atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari,
tidak mampu bekerja, berhubungan sosial dan melakukan kegiatan
rutin. Mempunyai efek samping gangguan otonomi (hypotensi)
antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi,
hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan
irama jantung. Gangguan ekstra pyramidal (distonia akut, akathsia
sindrom parkinson). Gangguan endoktrin (amenorhe). Metabolic
(Soundiee). Hematologik, agranulosis. Biasanya untuk pemakaian
10
D. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Selanjutnya, setelah pengkajian dilakukan dan didokumentasikan,
masalah keperawatan dirumuskan dan diagnosis keperawatan ditegakkan.
Berdasarkan pengkajian tersebut, masalah keperawatan yang dirumuskan ialah
Isolasi Sosial.
Masalah lain yang mungkin muncul yaitu:
1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
3. Kekerasan, resiko tinggi
4. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
5. Motivasi perawatan diri kurang
6. Defisit perawatan diri
7. Koping keluarga inefektif : ketidak mampuan keluarga untuk merawat klien
di rumah (Keliat,B.A,2005:201)
11
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. D DENGAN MASALAH
ISOLASI SOSIAL DI RUANG SADEWA/SHINTA RUMAH SAKIT DR. H.
MARZOEKI MAHDI BOGOR TAHUN 2015
A. IDENTITAS
1. Identitas Klien
Nama : Tn. D
Umur : 24thn
Jeniskelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pembuat Sepatu
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum nikah
Alamat : Ciapus nambo bogor
Sukubangsa : Sunda
No. RM : 306563
Ruang : Sadewa/shinta
Tanggalpengkajian : 22 September 2015
Diagnose medis : Skizofrenia, unspesifick
2. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn.J
Umur : -
Jeniskelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Ciapus nambo bogor
21
14
B. ALASAN MASUK
Klien masuk rumah sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor melalui IGD
tanggal 20 Agustus 2015 diantar oleh ibunya karena keluyuran, menendang
pintu, merusak pintu tetangga, komat kamit,sering bengong, tidak bisa tidur.
Masalah keperawatan : Resiko perilaku kekerasan, Gangguan sensori persepsi :
Halusinasi lihat
C. FAKTOR PREDISPOSISI
Klien pernah mengalami gangguan jiwa 4 bulan yang lalu karena
gangguan sensori persepsi : halusinasi yang mengakibatkan perilaku kekerasan.
Klien masuk kerumah sakit Dr. H Marzoeki Mahdi pada tanggal 20 agustus
2015 melalui IGD kemudian masuk ruang Kresna tanggal 20 agustus 2015 dan
pindah ruang Sadewa tanggal 24 agustus 2015. Klien mengatakan bahwa ia
dirawat di RSMM bogor karena putus obat karena klien merasa sudah sembuh
ibu klien juga mengatakan bahwa klien putus minum obat karena telat membeli
obat dengan alasan ekonomi, pada hari kamis tanggal 24 september ibu klien
mengatakan bahwa klien sempat berkelahi dengan temannya karena
memperebutkan wanita terdapat jejas pada daerah kepala, hingga pada
akhirnya Tn.D ditolak oleh si wanita, dari situ klien sering menyendiri dan
timbul halusinasi, ibu klien mengatakan dirumah Tn.D sering ngomel-ngomel
sendiri (marah-marah tanpa sebab), mondar-mandir tanpa arah, klien sering
menyendiri, sampai klien merusak pintu tetangga
Masalah keperawatan :, resiko perilaku kekerasan, gangguan sensori persepsi:
halusinasi, respon berduka situasional, harga diri rendah, penatalaksanaan
regimen terapeutik tidak efektif.
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. TD : 90/70mmHg
2. N : 75x/mnt
3. RR : 16 x
15
4. BB : 56kg
5. TB : 166cm
6. Keluhan fisik : Klien mengatakan mulutnya kering, badannya terasa gatal,
tumbuh jerawat pada daerah kumis dan janggut
Masalah Keperawatan : Defisit perawatan diri
E. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
24
Keterangan :
: Meninggal
: Laki-laki
: Perempuan
24 : Klien
: Tinggal serumah
ibu, adik dan ayah tirinya. Hubungan keluarga kurang baik pengambil
keputusan adalah ayahnya dengan cara otoriter dahulu sebelum ibu Tn.D
hamil kembali Tn.D merupakan anak bungsu klien sangat dimanja oleh
ibunya dan sering dituruti oleh ibunya. Komunikasi dalam keluarga satu
arah.
Masalah keperawatan : koping keluarga tidak efektif
2. Konsep diri
a. Citra tubuh
Saat ditanya bagian tubuh mana yang paling disukai klien, klien
mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya, klien mengatakan
menyukai semua yang diberi oleh Tuhan.
b. Identitas diri
Klien mampu menyebutkan nama lengkap, nama panggilan
kesukaannya didalam keluarga, hobbynya dan alamat rumahnya. Klien
merasa puas sebagai seorang laki-laki terbukti dari pekerjaannya sebagai
pembuat sandal dan sepatu, klien juga merasa puas diperlakukan oleh
keluarga sebagai laki-laki.
c. Fungsi peran
Klien mampu menjalankan peran sebagai anak, klien bekerja
sebagai buruh pembuat sepatu dan sandal, Selama sakit dan dirawat klien
merasa sedih karena tidak dapat lagi berperan membantu perekonomian
keluarganya.
d. Ideal diri
Klien mengatakan bahwa klien dahulu saat klien masih SD klien
sangat pintar selalu juara pertama tetapi saat klien ingin melanjutkan
SMP bapak tiri klien tidak menganjurkan klien untuk sekolah sehingga
klien tidak melanjutkannya, klien merasa sedih dan merasa selamanya
cita-citanya tidak akan tercapai.
Klien mengatakan bahwa perasaan klien tidak nyaman dirawat di
RSMM Bogor, klien mengatakan bahwa bila klien pulang, klien akan
bersosialisasi dan bergaul dengan teman-temannya, klien akan
17
e. Harga diri
Klien mengatakan merasa malu karena hanya lulusan SD dank lien
merasa malu karena menjadi pasien jiwa.
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Hubungan Sosial
Klien mengatakan orang yang paling dekat dengan klien adalah
ibunya, klien sering membantu ibunya ketika memasak, tetapi klien jarang
bercerita tentang kesehariannya kepada orang lain termasuk ibunya, klien
mempunyai hambatan dalam berinteraksi dengan orang lain, yakni klien
tidak bisa memulai pembicaraan dan takut dianggap rendah oleh teman-
temannya.
Masalah keperawatan : Isolasi social
4. Spiritual
Klien merupakan seorang muslim, klien mengatakan bahwa klien jarang
shalat, klien tidak bisa mengaji, di rumah sakit klien tidak pernah shalat,
tetapi pada saat ditanya bagaimana perasaan klien, klien mengatakan biasa
saja.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah
5. Status mental
a. Penampilan
Klien memakai baju cukup rapih tetapi jarang ganti baju,
penggunaan pakaian sesuai, cara berpakaian sesuai dengan waktu,
tempat, identitas, situasi dan kondisi, gigi klien kuning, kuku kaki dan
tangan terlihat panjang, kumis dan janggut belum dicukur, terdapat
jerawat pada bagian muka.
Masalah Keperawatan : Defisit perawatan Diri
b. Pembicaraan
18
c. Aktivitas motoric
Klien tampak lesu terbukti dari tidak pernah melakukan aktivitas,
klien terlihat menyendiri dikamar, tidak melakukan interaksi dengan
orang lain.
Masalah keperawatan : isolasi social
d. Alam perasaan
Klien mengatakan khawatir bila ditolak cewe lagi, klien juga
merasa takut bila halusinasi yang sudah lama tidak terjadi akan datang
kembali
Maslaah keperawatan : harga diri rendah, gangguan sensori persepsi :
halusinasi
e. Afek
Afek klien tumpul (hanya bereaksi bila ada stimulus)
Masalah keperawatan : isolasi social
f. Interaksi
Klien hanya menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan
perawat tidak ada feed back dari klien, kontak mata klien kurang.
Masalah keperawatan : isolasi social
g. Persepsi
Klien mengatakan pernah melihat bayangan 1 minggu sebelum
masuk RS bayangan muncul pada saat klien sendiri, pada siang hari 1x
dalam sehari, respon klien : klien mengatakan takut, pada saat dirumah
klien mengatakan halusinasinya menyuruh untuk merusak pintu dan
menyuruh untuk masuk rumah tetangga, tetapi pada saat dilakukan
pengkajian tanggal 22 september 2015 klien mengatakan sudah tidak
ada lagi halusinasi.
19
yang klien minum/makan, klien tahu jadwal untuk minum obat, klien tahu
akibat bila klien putus obat tanpa konsultasi dengan dokter, klien
mengatakan akibat dari minum obat klien sering mengunyah-ngunyah
mulutnya dan mulutnya terasa kering.
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
7. Pemeliharaan Kesehatan
Klien mengatakan bahwa setelah pulang nanti klien akan berobat jalan ke
rumah sakit marzuki mahdi dengan menggunakan system pendukung BPJS.
8. Aktivitas di dalam rumah
Klien mengatakan jika sudah pulang nanti klien akan menyajikan
makanan dengan sendiri, akan merapihkan kamar tidur sendiri, akan
mencuci pakaian sendiri dan akan mengatur kebutuhan biaya sehari-hari
dengan sendiri.
9. Aktivitas di luar rumah
a. Klien mengatakan akan berbelanja kebutuhan pribadinya dengan sendiri.
b. Akan melakukan perjlanan sendiri bila ada keperluan atau kebutuhan
c. Klien mengatakan bahwa klien akan bekerja kembali di pabrik sepatu,
dan membuat sepatu dan sandal perempuan.
H. Aspek Medik
1. Diagnosa Medis : Schizophienia, Unspecifick
2. Terapi Obat :
- Risperidone : 2x2mg (pagi dan sore setelah makan)
- Hexymer : 3x2mg (pagi, siang, sore setelah makan)
22
J. Pohon Masalah
K. Analisa Data
No. Data Masalah
1. DS : Isolasi sosial
1) Klien mengatakan malas berinteraksi
2) Klien mengatakan merasa malu untuk
berbicara dengan orang lain
3) Klien mengatakan bahwa klien jarang
bercerita tentang kesehariannya kepada
orang lain termasuk ibunya,
4) Klien mengatakan takut dianggap
rendah oleh teman-temannya.
DO :
1) Klien tidak mampu memulai
pembicaraan
2) Klien hanya menjadi pendengar ketika
berada dalam suatu kelompok
3) kontak mata kurang
4) 5) Afek klien tumpul
24
DO :
1) Kontak mata kurang
2) Tampak bermalas-malasan (sering tidur)
3) Tidak ada inisiatif berinteraksi dengan
orang lain.
4) Saat diberikan sebuah pertanyaan plihan
klien ragu untuk menjawab dan menjawab
tidak tahu karena takut salah.
3. DS : Defisit perawatan diri
Klien mengatakan mulutnya kering, badannya
terasa gatal
DO :
1) Jarang ganti baju
2) Kuku kaki dan tangan terlihat panjang.
3) Kumis dan janggut belum dicukur,
terdapat jerawat pada bagian muka.
4) Rambut klien tampak jarang
dishampoo
4. DS : Gangguan sensori
Klien mengatakan pernah melihat persepsi : halusinasi lihat
bayangan 1 minggu sebelum masuk
RS bayangan muncul pada saat
klien sendiri, pada siang hari 1x
dalam sehari, respon klien : klien
mengatakan takut, pada saat
dirumah klien mengatakan
halusinasinya menyuruh untuk
25
P:
cara bercakap-cakap
dengan orang lain. - Harus patuh minum
3. Masukkan bercakap- obat
cakap dengan orang - Masukkan minum
lain kedalam jadwal obat kedalam jadwal
kegiatan harian klien. kegiatan harian klien
Rabu, 23 Data : S:
sep 2015 DS: Klien mengatakan akan bercakap-
Pukul 12.30- Klien mengtakan bahwa halusinasi cakap dengan orang lain (teman
12.45 sudah tidak muncul lagi, terakhir sekamar dan pasien lain) untuk
muncul hari kamis tanggal 17 mengontrol halusinansinya
september 2015. O:
Klien dapat mempraktekan cara
DO: bercakap-cakap untuk mengontrol
Klien terlihat sering menyendiri halusinasinya.
A:
Diagnosa Keperawatan :
Klien mampu mengontrol
Halusinasi SP 3
halusinasi dengan cara bercakap-
cakap
Tindakan Keperawatan :
P:
1. Mengevaluasi jadwal
1. latihan bercakap-
kegiatan harian klen
cakap sebanyak 2
2. Melatih klien untuk
kali sehari
mengendalikan
2. masukan kegiatan
halusinasi dengan
bercakap-cakap
cara bercakap-cakap
kedalam jadwal
dengan orang lain
kegiatan harian
3. Memasukkan latihan
bercakap-cakap
dengan orang lain
kedalam jadwal
kegiatan haria klien
35
RTL :
1. Evaluasi jadwal
kegiatan harian klien
2. Latih mengendalikan
halusinasi dengan
melakukan kegiatan
di RSJ yang sesuai
dengan kegiatan yang
biasa dilakukan
3. Anjurkan
memasukkan
kegiatan yang biasa
dilakukan kedalam
jadwal kegiatan
harian klien
Kamis, 24 Data : S:
September DS: - Klien belum mau
2015 - Klien mengatakan untuk berinteraksi dan
Pukul 08.00- malas untuk memulai pembicaraan
08.20 berinteraksi dengan teman-
- klien mengatakan temannya.
bingung mau berbicara
apa ketika interaksi O:
dengan orang lain,. - Klien dapat
DO: mengulangi cara
- klien tidak bisa
berinteraksi dengan
memulai pembicaraan,
orang lain saat
- klien melakukan kontak
dilakukan evaluasi
mata bila hanya
- Klien dapat
diingatkan oleh
mengulangi nama,
perawat,
alamat, hobby dari
36
1. Evaluasi jadwal
kegiatan harian klien
2. Motivasi dan
tingkatkan kembali
agar klien selalu
dilibatkan dalam
kegiatan kelompok
Kamis, 24 Data : S:
37
RTL :
Motivasi dan tingkatkan klien untuk
mengontrol halusinasi denagn cara :
38
Diagnosa Keeprawatan : O:
Isolasi sosial sp 1 keluarga - Ibu klien mampu
menyebutkan kembali
Tindakan Keperawatan: pengertian, tanda dan
- Mendiskusikan masalah gejala serta proses
yang dirasakan keluarga terjadinya .
dalam merawat pasien A:
- Menjelaskan - Ibu klien mampu
pengertian, tanda dan menyebutkan kembali
gejala, serta proses cara merawat pasien
terjadinya. isolasi sosial
- Menjelaskan cara-cara P:
merawat pasien isolasi
- Lakukan kegiatan
sosial
39
1. Menjelaskan
pentingnya
kebersihan diri
2. Menjelaskan cara
menjaga kebersihan
diri
3. Membantu pasien
mempraktekan cara
menjaga kebersihan
diri
43
RTL :
1. Engevaluasi jadwal
kegiatan harian klien
2. Jelaskan cara
berdandan
3. Bantu pasien
mempraktekan cara
berdandan
4. Anjurkan klien
memasukan dalam
jadwal kegiatan
harian klien.
Sabtu, 26 Data : S:
september Klien mengatakan masih malu untuk Klien mengatakan akan melatih
2015-09-30 menunjukan kemampuannya kemampuan keduanya
pukul: (bermain gitar) O:
09.00-09.20 Diagnosa Keperawatan : Klien dapat melatih kemampuan
Harga diri rendah sp 2 keduanya
Tindakan Keperawatan : A:
Klien belum mampu melatih
1. Mengevaluasi jadwal
kemampuan kedua secara mandiri.
kegiatan harian klien
P:
oleh perawat
2. Melatih kemampuan 1. Latihan kemampuan
kedua klien yang kedua 2x dalam
dapat dilakukan sehari
3. Menganjurkan klien 2. Masukan
utnuk memasukn kemampuan kedua
letihankedua klien kedalam jadwal
kedalam jadwal kegiatan harian.
kegiatan harian
RTL :
44
1. Evaluasi jadwal
kegiatan harian klien
oleh perawat
2. Latih kemampuan
ketiga klien yang
dapat dilakukan
3. Anjurkan klien utnuk
memasukn letihan
ketiga klien kedalam
jadwal kegiatan
harian
Sabtu, 26 DS : S:
september Tanggal 20 Agustus 2015 diantar Klien mengatakan tau cara
2015 oleh ibunya karena merusak pintu, mengontrol marah dengan cara tarik
Pukul : mendorong pintu nafas dalam dan dengan cara latihan
11.00-11.15 DO : - fisik I (memukul benda yang tidak
berbahaya seperti bantal)
Diagnosa Keperawatan : O:
Resiko perilaku Kekerasan sp 1 Klien dapat mengucapkan ulang
dan dapat mempraktekan ulang cara
Tindakan Keperawatan : untuk mengontrol marah dengan
cara latihan tarik nafas dalam dan
1. Mengidentifikasi
cara latihan fisik I (memukul benda
penyebab perilaku
yang tidak berbahaya seperti bantal)
kekerasan
A:
2. Mengidentifikasi
Klien mampu mengontrol rasa
tanda & gejala
marah dengan cara tarik nafas
perilaku kekerasan
dalam dan latihan fisik I
klien
P:
3. Mengidentifikasi
perilaku kekerasan 1. Latih cara tarik
yang dilakukan nafas dalam, dan
4. Mengidentifikasi pukul bantal
45
(6benar)
3. Dorong klien untuk
memasukan latihan
mengontrol perilaku
kekerasan dengan
cara minum obat
kedalam jadwal
kegiatan harian.
Sabtu 26 Data: S:
september DS : Klien mengatakan tau cara
2015 Tanggal 20 Agustus 2015 diantar mengontrol marah dengan patuh
Pukul : oleh ibunya karena merusak pintu, minum obat
11.15-11.25 mendorong pintu O:
DO : - - Klien menyebutkan
Diagnosa Keperawatan: nama obat, fungsi,
Resiko Perilaku Kekerasan sp 2 dosis, cara pemakaian
obat, waktu, dank lien
Tindakan Keperawatan: dapat memasukkan
1. Mendorong atau patuh minum obat
memotivasi klien kedalam jadwal
utnuk mengevaluasi kegiatan harin klien
latihan mengontrol A:
perilaku kekerasan Klien mampu mengontrol rasa
dengan cara tarik marah dengan patuh minum obat
nafas dalam dan cara P:
fisik - Masukkan jadwal
2. Melatih klien minum obat kedlam
mengontrol perilaku jadwal kegitan harian.
kekerasan dengan
cara minum obat
(6benar)
3. Mendorong klien
47
untuk memasukan
latihan mengontrol
perilaku kekerasan
dengan cara minum
obat kedalam jadwal
kegiatan harian klien
RTL :
1. Egevaluasi latihan
mengontrol perilaku
kekerasan dan cara minum
obat dalam jadwal kegiatan
harian
2. Latih mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara
verbal
3. Anjurkan klien untuk
memasukan latihan
mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara
verbal ke dalam jadwal
kegiatan harian
Senin 28 Data : S:
september DS : - Klien mengatakan tahu
2015 Tanggal 20 Agustus 2015 diantar dan mengerti mengenai
Pukul : oleh ibunya karena merusak pintu, cara mengontrol marah
09.00 mendorong pintu dengan cara yang
DO : - asertif
Diagnosa Keperawatan : O:
Resiko Perilaku Kekerasan (SP 3)
- Klien mampu menyebutkan
kembali cara mengontrol
Tindakan Keperawatan :
marah (latihan tarik nafas,
4. Mengevaluasi latihan
latihan pukul bantal, minum
48
Selasa, Data : S:
29september Klien terlihat pasif ketika dalam Klien mengatakan jika pulang nanti
2015 sebuah kelompok, masih tidak bisa akan melakukan kegiatan bersama
memulai pembicaraan, masih sering dengan teman-temannya, akan
menyendiri menceritakan masalahnya kepada
Diagnosa Keperawatan : teman dan ibunya
Isolasi social O:
Tindakan Keperawatan : Klien masih terlihat pasif, tidak
mampu memulai pembicaraan
1. Melakukan Terapi
A:
aktivitas kelompok
Klien belum mampu untuk
2. Menganjurkan untuk
berinteraksi dengan orang lain
memperbanyak
P:
teman
3. Menganjurkan untuk 1. Anjurkan untuk
mengungkapkan isi membuat jadwal
hti dan menceritakan kegiatan harian
masalah kepada 2. Anjurkan klien
teman dan untuk
keluarganya memperbanyak
RTL : teman
Acc pulang 3. Anjurkan klien
untuk menceritakan
masalah kepada ibu
dan teman-
temannya.
Selasa, Data : S:
29september Klien sering menyendiri Klien mengatakan mengerti cara
2015 mengontrol halusianasi
Diagnosa Keperawatan : O:
Halusinasi Klien dapat menyebutkan ulang
51
dirinya dirumah
2. Jerawat pada muka
klien masih ada
A:
1. Anjurkan klien
untuk membuat
jadwal kegiatan
harian dirumah
Anjurkan klien tetap melatih cara
53
BAB IV
PEMBAHASAN
A. PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini, kelompok akan menjelaskan mengenai
kesenjangan antara teori dengan tinjauan kasus asuhan keperawatan
dengan klien Tn.D dengan isolasi social
Selama kelompok melakukan asuhan keperawatan pada Tn.D
dengan isolasi social diruang sadewa (shinta) rumah sakit Dr. H Mardzuki
Mahdi Bogor, mahasiswa menerapkan asuhan keperawatan secara
54
B. PENGKAJIAN
Mahasiswa melakukan pengkajian dengan berpedoman pada
format pengkajian yang berdasarkan pada teori keperawatan jiwa. Dalam
melaksanakan asuhan keperawatan selama 7 hari pada Tn.D kelompok
menemukan kesamaan antara teori dan kenyataan dilapangan (diruang
sadewa shinta RS. Dr. H Mardzuki Mahdi bogor), mengenai “Asuhan
keperawatan Tn.D dengan isolasi social diruang sadewa rumah sakit Dr.
H. Mardzuki Mahdi Bogor) tentang klien dengan isolasi social, dalam teori
dijelaskan bahwa Isolasi social adalah suatu pengalaman kesendirian atau
menyendiri dari seseorang dan perasaan segan terhadap orang lain sebagai
sesuatu yang negative atau keadaan yang mengancam (NANDA-I 2009-
2011) dan menurut DEPKES RI (1989: 117) penarikan diri atau
withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian
maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat
bersifat sementara atau menetap pada kenyataannya dilapangan kelompok
menemukan hal tersebut juga dialami oleh tuan D dengan data subjecktif
dari keluarga ibu klien mengatakan Tn.D selalu menyendiri dirumah dan
klien mengatakan malas untuk berinteraksi, klien juga tampak tidak
mampu memulai pembicaraan, klien hanya menjadi pendengar ketika
berada dalam suatu, kurang kontak mata dan afek tumpul. Klien
mengatakan penyebab tidak mau berinteraksi dengan orang lain karena
malas berinteraksi dengan orang lain dan tidak menyukai berinteraksi atau
55
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Mahasiswa mengumpulkan data hasil pengkajian, yang kemudian
dirumuskan dalam analisa data sehingga muncul beberapa masalah
keperawatan. Dari masalah keperawatan yang ada kemudian dibuat pohon
masalah dengan tujuan untuk menetapkan diagnose keperawatan. Dari
pengelompokan data yang sudah dimasukkan kedalam analisa data
kemudian dibuat diagnose keperawatan sesuai dengan criteria yang
dominan, here and now. Dalam kasus Tn. D diagnosa keperawatan yang
muncul ada 5 yaitu : Isolasi social, Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
penglihatan, Harga diri rendah, Defisit perawatan diri dan Resiko perilaku
kekerasan
No Dx Perencanaan
Tgl Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Dx Keperawatan
Isolasi Sosial TUM: Setelah dilakukan intervensi
Klien dapat selama 7 Hari :
berinteraksi 1. Klien menunjukkan tanda-tanda
dengan orang percaya kepada / terhadap 1.1 Bina hubungan saling Memudahkan
lain perawat: percaya dengan: perawat dan klien
o Wajah cerah, tersenyum Beri salam setiap membangun
TUK: o Mau berkenalan berinteraksi. komunikasi lebih
1. Klien dapat o Ada kontak mata Perkenalkan nama, lanjut dan terjalin
membina o Bersedia menceritakan nama panggilan komunikasi
hubungan perasaan perawat dan tujuan terbuka
saling o Bersedia mengungkapkan perawat berkenalan
percaya Tanyakan dan panggil
masalahnya
nama kesukaan klien
o Bersedia mengungkapkan
Tunjukkan sikap jujur
masalahnya
dan menepati janji
setiap kali berinteraksi
Tanyakan perasaan
klien dan masalah
yang dihadapi kllien
57
orang lain.
Beri pujian terhadap Dengan memberi
3.4.
kemempuan klien pujian, dapat
menambah rasa
mengungkapkan
percaya diri dan
perasaannya
bangga pada diri
klien.
4. Klien dapat 4. Klien dapat melakukan 4.1 Observasi perilaku klien Mengingatkan
melaksanak hubungan sosial secara bertahap dengan berhubungan hubungan sosial
an antara: dengan orang lain klien dengan
hubungan o K–P 4.2 Motivasi dan bantu klien semua orang.
social secara o K – Perawat lain untuk berkenalan /
bertahap o K – klien lain berkomunikasi dengan :
o K – kelp/masy Perawat
Perawat lain
Klien lain
Kelompok masyarakat
E. IMPLEMENTASI
Menurut teori, implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan dengan memperhatikan dan mengutamakan masalah
utama yang actual. Pada kasus, implementasi keperawatan yang telah
dilakukan pada Tn.D sudah pada strategi pelaksanaan yang ke 3, dimana klien
dapat menyebutkan penyebab isolasi social, menyebutkan keuntungan
berinteraksi dengan oranglain, menyebutkan kerugian tidak berinteraksi
dengan orang lain mampu melakukan cara berkenalan dengan orang lain.
Hambatan yang ditemui dalam implementasi adalah klien harus diingatkan
untuk melakukan kontak mata, harus diingatkan untuk diulang-ulang dan
harus dimotivasi untuk melakukan interaksi dengan orang lain, sehingga
didapatkan data yang akurat. Solusi, perawat membina hubungan saling
percaya dengan klien secara terus menerus menepati janji atau kontrak yang
telah disepakati dan selalu melakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan
yang telah dilakukan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada tn D dengan masalah
utama isolasi sosial tn. D mengalami isolasi sosial ditandai dengan perilaku
menarik diri dan sulit memulai berinteraksi dengan orang lain. Penyebab
isolasi soasial pada tn. D adalah harga diri rendah karena pasien pernag
mengalami kegagalan berulang (ditolak cinta). Dari isolasi sosial
mengakibatkan tn. D mengalami gangguan sensori persepsi: halusinasi yang
mendorong untuk melakukan perilaku kekerasan yaitu mendobrak pintu
rumah orang. Berdasarkan masalah yang dialami tn. D sesuai dengan teori
pohon masalah isolasi sosial yaitu dari harga diri rendah mengakibatkan
isolasi sosial kemudian mengakibatkan gangguan sensori persepsi yang
berujung resiko perilaku kekerasan.
B. Saran
Untuk perawatan lanjutan dirumah keluarga berperan penting dalam
memantau dan memfasilitasi tn. D agar masalah yang dialami oleh tn. D tidak
terjadi lagi seperti masalah resiko perilaku kekerasan, halusinasi, isolasi
sosial, harga diri rendah, dan dpd. Selain keluarga peran lingkungan juga
sangat penting agar tidak mengucilkan tn. D. Diharapkan keluarga dan tn. D
melakukan apa yang telah diajarkan oleh perawat .