Anda di halaman 1dari 66

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sehat menurut WHO adalah suatu kondisi fisik, mental, dan
kesejahteraan social yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya bebas dari
penyakit atau kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan
hanya sekedar bebas dari gangguan tetapi lebih kepada perasan sehat, sejahtera
dan bahagia (well being), ada keserasian antara pikiran, perasaan, perilaku,
dapat merasakan kebahagiaan dalam sebagian besar kehidupannya serta
mampu mengatasi tantangan hidup sehari-hari. Kesehatan jiwa menurut
undang-undang no. 3 tahun 1966 adalah suatu kondisi yang memungkinkan
perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang
dan perkembangan itu selaras dengan keadasan orang lain. Makna kesehatan
jiwa mempunyai sifat yang harmonis dan memperhatikan segi kehidupan
manusia dan cara berhubungan denan orang lain.
Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara
klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan
menimbulkan gangguan pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia (Keliat,
2011). Gangguan jiwa adalah suatu sindroma atau pola psikologis atau
perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan
dengan adanya distress (misalnya, gejala nyeri) atau disabilitas (yaitu
kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting) atau disertai
peningkatan risiko kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat
kehilangan kebebasan (American Psychiatric Association,1994).
Menurut DEPKES RI (1989: 117) penarikan diri atau isolasi sosial
merupakan suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya
terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat bersifat sementara atau
menetap. Dari beberapa kasus gangguan jiwa yang ada di Ruang Sadewa
(Shinta) Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi selama 6 hari dari tanggal 22
September 2015 sampai 28 september 2015 terdapat 9 pasien laki-laki yaitu 3

1
2

pasien atau 37% halusinasi (Tn. H, Tn. D, Tn. P), ada 3 pasien atau 37% isolasi
sosial (Tn. A, Tn. B, Tn. D), ada 1 pasien atau 11% harga diri rendah (Tn. I),
ada 2 pasien atau 22% resiko perilaku kekerasan (Tn. Y, Tn. S) dan ada 7
pasien atau 77% defisit perawatan diri (Tn. P, Tn. Y, Tn. S, Tn. A, Tn. B, Tn.
D, Tn. D). Untuk mencegah dampak lanjut dari isolasi sosial maka dibutuhkan
peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan yaitu sebagai pelaksana
asuhan keperawatan dimana perawat memberikan pelayanan keperawatan jiwa
dengan memperhatikan aspek bio-psiko-sosial-spiritual, sebagai pendidik yaitu
perawat mengajarkan klien teknik untuk berinteraksi dengan orang lain yaitu
dengan cara berkenalan dengan 1 orang (Klien- perawat), berkenalan dengan 2
orang (klien- perawat lain), berkenalan dengan 2 orang atau lebih (Klien- klien
lain/kelompok/masyarakat).
Berdasarkan uraian di atas kelompok membahas kasus tentang
“Asuhan Keperawatan pada Tn. D dengan Isolasi Sosial di Ruang Sadewa
(Shinta) Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor”.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan secara langsung pada
pasien dengan isolasi social di Ruang Sadewa (Shinta) Rumah Sakit dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian analisa data, merumuskan masalah
keperawatan dan membuat pohon masalah.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan.
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan.
e. Mampu mengevaluasi hasil asuhan keperawatan.
f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan sesuai dengan standar
pendokumentasian.
3

C. METODA PENULISAN
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu:
1. Metode Kepustakaan
Metode penulisan dengan menggunakan beberapa literatur cetak
sebagai sumber.
2. Metode Wawancara
Data diperoleh dengan wawancara langsung kepada klien, keluarga
klien dan perawat ruangan.
3. Metode Observasi
Dengan mengobservasi langsung kepada klien dengan masalah utama
isolasi sosial.

D. SISTEMATIKA PENULISAN
1. BAB I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, tujuan
penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
2. BAB II tentang landasan teori yang memuat pengertian, psikodinamika
(penyebab, tanda dan gejala, rentang respon), pengkajian (faktor
predisposisi, faktor presipitasi, sumber dan mekanisme koping, perilaku,
aspek medik), diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi.
3. BAB III berisi tentang tinjauan kasus isolasi sosial.
4. BAB IV membahas tentang kesenjangan antara teori dan kasus.
5. BAB V berupa penutup yang memuat kesimpulan dan saran.
4

BAB II
TINJAUAN TEORI : ISOLASI SOSIAL

A. PENGERTIAN
Isolasi sosial merupakan kondisi sendirian yang di alami oleh individu
dan diterima sebagai ketentuan orang lain sebagai suatu keadaan yang negative
atau mengancam ( Towsend alih bahasa, Delima,1998 ) Menurut Townsend,
M.C (1998:152) isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif dan
mengancam bagi dirinya. Sedangkan menurut DEPKES RI (1989: 117)
penarikan diri atau withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri,
baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung
yang dapat bersifat sementara atau menetap.
Isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau kelompok
mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan
keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak
(Carpenito ,L.J, 1998: 381). Menurut Rawlins, R.P & Heacock, P.E (1988 :
423) isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindar dari interaksi dan
berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab,
tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan, berprestasi, atau
selalu dalam kegagalan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa isolasi sosial adalah keadaan dimana
individu berusaha menghindar dari interaksi dengan orang lainkarena orang
lain dianggap menyatakan sikap negatif dan mengancam bagi dirinya.

B. PSIKODINAMIKA
1. Penyebab
Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan
negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
mencapai keinginan yang ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap
diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial,

4
5

merendahkan martabat, percaya diri kurang dan juga dapat mencederai diri,
(Carpenito,L.J, 1998)

2. Tanda dan Gejala


a. Data Subjektif:
1) Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang
lain.
2) Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain.
3) Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang
lain.
4) Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
5) Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.
6) Pasien merasa tidak berguna.
7) Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup.
b. Data Objektif:
1) Tidak memilki teman dekat.
2) Menarik diri.
3) Tidak komunikatif.
4) Tindakan berulang dan tidak bermakna.
5) Asyik dengan pikirannya sendiri.
6) Tidak ada kontak mata.
7) Tampak sedih, afek tumpul.

3. Rentang Respon
Rentang Respon Sosial

Respon adaptif Responmaladaptif

Solitut kesepian maipulasi


Otonomi menarik diri impulsif
Kebersamaan ketergantungan narkisme
6

Saling keterbantungan
Gambar.1.1 Rentang respon social, (Stuart and Sundeen, 1998).
Keterangan dari rentang respon sosial :
a. Solitut (Menyendiri)
Solitut atau menyendiri merupakan respon yang dibutuhkan seorang
untuk merenung apa yang telah dilakukan dilingkungan sosialanya dan
suatu cara untuk nmenentukan langkahnya.
b. Otonomi
Kemapuan individu untuk mentukan dan maenyampaikan ide, pikiran,
perasaan dalam hubungan sosial.
c. Kebersamaan (Mutualisme)
Perilaku saling ketergantungan dalam membina hubungan
interpersonal.
d. Saling ketergantungan (Interdependent)
Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana hubungan
tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
e. Kesepian
Kondisi dimana seseorang merasa sendiri, sepi, tidak danya perhatian
dengan orang lain atau lingkunganya.
f. Menarik diri
Kondisi dimana seseorang tidak dapat mempertahankan hubungan
dengan orang lain atau lingkunganya.
g. Ketergantungan (Dependent)
Suatu keadaan individu yang tidak menyendiri, tergantung pada orang
lain.
h. Manipulasi
Individu berinteraksi dengan pada diri sendiri atau pada tujuan bukan
berorientasi pada orang lain. Tidak dapat dekat dengan orang lain.
i. Impulsive
Keadaan dimana individu tidak mampu merencanakan sesuatu.
Mempunyaipenilaian yang buruk dan tidak dapat diandalkan.
j. Narkisme
7

Secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian.


Individu akan marah jika orang lain tidak mendukungnya.
(Townsend M.C,1998)

C. PENGKAJIAN
1. Faktor Predisposisi
Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku
menarik diri.
1) Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa
bayi sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseoarang sehingga
mempunyai masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang
terganggu juga dapat mempengaruhi terjadinya menarik diri. Organisasi
anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga profisional untuk
mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan antara
kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaburatif sewajarnya
dapat mengurangi masalah respon social menarik diri.
2) Faktor Biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial
maladaptive. Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan
jiwa. Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel,
penurunan berat dan volume otak serta perubahan limbik diduga dapat
menyebabkan skizofrenia.
3) Faktor Sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini
merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan
terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang
tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi
dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan system nilai yang
berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realitis
terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan
gangguan ini, (Stuart and sudden, 1998).
8

2. Faktor Presipitasi
Ada beberapa faktor persipitasi yang dapat menyebabkan seseorang
menarik diri. Faktor- faktor tersebut dapat berasal dari berbagai stressor
antara lain:
1) Stressor sosiokultural
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan
dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya menurunya
stabilitas unit keluarga, berpisah dari orang yang berarti dalam
kehidupanya, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
2) Stressor psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang
terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhanya hal ini
dapat menimbulkan ansietas tinggi bahkan dapat menimbulkan seseorang
mengalami gangguan hubungan (menarik diri). (Stuart & Sundeen, 1998)
3) Stressor intelektual
a) Kurangnya pemahaman diri dalam ketidak mampuan untuk berbagai
pikiran dan perasaan yang mengganggu pengembangan hubungan
dengan orang lain.
b) Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan kesulitan
dalam menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit berkomunikasi
dengan orang lain.
c) Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan orang
lain akan persepsi yang menyimpang dan akan berakibat pada
gangguan berhubungan dengan orang lain
4) Stressor fisik
a) Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang
menarik diri dari orang lain.
b) Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau malu
sehingga mengakibatkan menarik diri dari orang lain (Rawlins,
Heacock,1993)
9

3. Sumber dan Mekanisme Koping


Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi
kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya.
Kecemasan koping yang sering digunakan adalah regresi, represi dan
isolasi. Sedangkan contoh sumber koping yang dapat digunakan misalnya
keterlibatan dalam hubungan yang luas dalam keluarga dan teman,
hubungan dengan hewan peliharaan, menggunakan kreativitas untuk
mengekspresikan stress interpersonal seperti kesenian, musik, atau tulisan,
(Stuart and sundeen,1998:349)

4. Perilaku
a. Menarik diri: kurang spontan, apatis, ekspresi wajah kurang berseri,
defisit perawatan diri, komunikasi kurang, isolasi diri, aktivitas
menurun, kurang berenergi, rendah diri, postur tubuh sikap fetus.
b. Curiga: tidak percaya orang lain, bermusuhan, isolasi sosial, paranoia.
c. Manipulasi: kurang asertif, isolasi sosial, harga diri rendah, tergantung
pada orang lain, ekspresi perasaan tidak langsung pada tujuan.

5. Aspek Medik
a. Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat
norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi
mental: faham, halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh
atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari,
tidak mampu bekerja, berhubungan sosial dan melakukan kegiatan
rutin. Mempunyai efek samping gangguan otonomi (hypotensi)
antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi,
hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan
irama jantung. Gangguan ekstra pyramidal (distonia akut, akathsia
sindrom parkinson). Gangguan endoktrin (amenorhe). Metabolic
(Soundiee). Hematologik, agranulosis. Biasanya untuk pemakaian
10

jangka panjang. Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah,


epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).
b. Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi
mental serta dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek
samping seperti gangguan miksi dan parasimpatik, defeksi, hidung
tersumbat mata kabur , tekanan infra meninggi, gangguan irama
jantung. Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah,
epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).
c. Trihexyphenidil ( THP )
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan
idiopatik, sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan
fenotiazine. Memiliki efek samping diantaranya mulut kering,
penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi, konstipasi,
takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine. Kontraindikasi terhadap
hypersensitive Trihexyphenidil (THP), glaukoma sudut sempit, psikosis
berat psikoneurosis (Andrey, 2010).

D. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Selanjutnya, setelah pengkajian dilakukan dan didokumentasikan,
masalah keperawatan dirumuskan dan diagnosis keperawatan ditegakkan.
Berdasarkan pengkajian tersebut, masalah keperawatan yang dirumuskan ialah
Isolasi Sosial.
Masalah lain yang mungkin muncul yaitu:
1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
3. Kekerasan, resiko tinggi
4. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
5. Motivasi perawatan diri kurang
6. Defisit perawatan diri
7. Koping keluarga inefektif : ketidak mampuan keluarga untuk merawat klien
di rumah (Keliat,B.A,2005:201)
11
12

E. PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


13

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. D DENGAN MASALAH
ISOLASI SOSIAL DI RUANG SADEWA/SHINTA RUMAH SAKIT DR. H.
MARZOEKI MAHDI BOGOR TAHUN 2015

Ruang Rawat : Sadewa (Shinta)


Tanggal dirawat : 20 Agustus 2015
Masuk keruang Sadewa : 24 Agustus 2015
Tanggal Pengkajian : 22 September 2015

A. IDENTITAS
1. Identitas Klien
Nama : Tn. D
Umur : 24thn
Jeniskelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pembuat Sepatu
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum nikah
Alamat : Ciapus nambo bogor
Sukubangsa : Sunda
No. RM : 306563
Ruang : Sadewa/shinta
Tanggalpengkajian : 22 September 2015
Diagnose medis : Skizofrenia, unspesifick

2. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn.J
Umur : -
Jeniskelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Ciapus nambo bogor

21
14

Hubungan dengan klien : Ayah Tiri

B. ALASAN MASUK
Klien masuk rumah sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor melalui IGD
tanggal 20 Agustus 2015 diantar oleh ibunya karena keluyuran, menendang
pintu, merusak pintu tetangga, komat kamit,sering bengong, tidak bisa tidur.
Masalah keperawatan : Resiko perilaku kekerasan, Gangguan sensori persepsi :
Halusinasi lihat

C. FAKTOR PREDISPOSISI
Klien pernah mengalami gangguan jiwa 4 bulan yang lalu karena
gangguan sensori persepsi : halusinasi yang mengakibatkan perilaku kekerasan.
Klien masuk kerumah sakit Dr. H Marzoeki Mahdi pada tanggal 20 agustus
2015 melalui IGD kemudian masuk ruang Kresna tanggal 20 agustus 2015 dan
pindah ruang Sadewa tanggal 24 agustus 2015. Klien mengatakan bahwa ia
dirawat di RSMM bogor karena putus obat karena klien merasa sudah sembuh
ibu klien juga mengatakan bahwa klien putus minum obat karena telat membeli
obat dengan alasan ekonomi, pada hari kamis tanggal 24 september ibu klien
mengatakan bahwa klien sempat berkelahi dengan temannya karena
memperebutkan wanita terdapat jejas pada daerah kepala, hingga pada
akhirnya Tn.D ditolak oleh si wanita, dari situ klien sering menyendiri dan
timbul halusinasi, ibu klien mengatakan dirumah Tn.D sering ngomel-ngomel
sendiri (marah-marah tanpa sebab), mondar-mandir tanpa arah, klien sering
menyendiri, sampai klien merusak pintu tetangga
Masalah keperawatan :, resiko perilaku kekerasan, gangguan sensori persepsi:
halusinasi, respon berduka situasional, harga diri rendah, penatalaksanaan
regimen terapeutik tidak efektif.

D. PEMERIKSAAN FISIK
1. TD : 90/70mmHg
2. N : 75x/mnt
3. RR : 16 x
15

4. BB : 56kg
5. TB : 166cm
6. Keluhan fisik : Klien mengatakan mulutnya kering, badannya terasa gatal,
tumbuh jerawat pada daerah kumis dan janggut
Masalah Keperawatan : Defisit perawatan diri

E. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

24

Keterangan :
: Meninggal

: Laki-laki
: Perempuan

24 : Klien
: Tinggal serumah

Klien merupakan anak ke 3 dari 4 bersaudara dari pasangan Tn.S


dan Ny.R, setelah Tn.S meninggal saat Tn.D dalam kandungan 4 bulan, ibu
klien menikah kembali dengan Tn.J. dirumah Tn.D hidup bersama dengan
16

ibu, adik dan ayah tirinya. Hubungan keluarga kurang baik pengambil
keputusan adalah ayahnya dengan cara otoriter dahulu sebelum ibu Tn.D
hamil kembali Tn.D merupakan anak bungsu klien sangat dimanja oleh
ibunya dan sering dituruti oleh ibunya. Komunikasi dalam keluarga satu
arah.
Masalah keperawatan : koping keluarga tidak efektif
2. Konsep diri
a. Citra tubuh
Saat ditanya bagian tubuh mana yang paling disukai klien, klien
mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya, klien mengatakan
menyukai semua yang diberi oleh Tuhan.
b. Identitas diri
Klien mampu menyebutkan nama lengkap, nama panggilan
kesukaannya didalam keluarga, hobbynya dan alamat rumahnya. Klien
merasa puas sebagai seorang laki-laki terbukti dari pekerjaannya sebagai
pembuat sandal dan sepatu, klien juga merasa puas diperlakukan oleh
keluarga sebagai laki-laki.
c. Fungsi peran
Klien mampu menjalankan peran sebagai anak, klien bekerja
sebagai buruh pembuat sepatu dan sandal, Selama sakit dan dirawat klien
merasa sedih karena tidak dapat lagi berperan membantu perekonomian
keluarganya.
d. Ideal diri
Klien mengatakan bahwa klien dahulu saat klien masih SD klien
sangat pintar selalu juara pertama tetapi saat klien ingin melanjutkan
SMP bapak tiri klien tidak menganjurkan klien untuk sekolah sehingga
klien tidak melanjutkannya, klien merasa sedih dan merasa selamanya
cita-citanya tidak akan tercapai.
Klien mengatakan bahwa perasaan klien tidak nyaman dirawat di
RSMM Bogor, klien mengatakan bahwa bila klien pulang, klien akan
bersosialisasi dan bergaul dengan teman-temannya, klien akan
17

menjalankan hidupnya kembali dengan bekerja membuat sepatu dan


sandal.

e. Harga diri
Klien mengatakan merasa malu karena hanya lulusan SD dank lien
merasa malu karena menjadi pasien jiwa.
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

3. Hubungan Sosial
Klien mengatakan orang yang paling dekat dengan klien adalah
ibunya, klien sering membantu ibunya ketika memasak, tetapi klien jarang
bercerita tentang kesehariannya kepada orang lain termasuk ibunya, klien
mempunyai hambatan dalam berinteraksi dengan orang lain, yakni klien
tidak bisa memulai pembicaraan dan takut dianggap rendah oleh teman-
temannya.
Masalah keperawatan : Isolasi social
4. Spiritual
Klien merupakan seorang muslim, klien mengatakan bahwa klien jarang
shalat, klien tidak bisa mengaji, di rumah sakit klien tidak pernah shalat,
tetapi pada saat ditanya bagaimana perasaan klien, klien mengatakan biasa
saja.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah
5. Status mental
a. Penampilan
Klien memakai baju cukup rapih tetapi jarang ganti baju,
penggunaan pakaian sesuai, cara berpakaian sesuai dengan waktu,
tempat, identitas, situasi dan kondisi, gigi klien kuning, kuku kaki dan
tangan terlihat panjang, kumis dan janggut belum dicukur, terdapat
jerawat pada bagian muka.
Masalah Keperawatan : Defisit perawatan Diri
b. Pembicaraan
18

Saat berinteraksi, klien tidak mampu memulai pembicaraan, klien


hanya menjadi pendengar ketika berada dalam suatu kelompok (terlihat
pasif).
Masalfah keperawatan : isolasi social

c. Aktivitas motoric
Klien tampak lesu terbukti dari tidak pernah melakukan aktivitas,
klien terlihat menyendiri dikamar, tidak melakukan interaksi dengan
orang lain.
Masalah keperawatan : isolasi social
d. Alam perasaan
Klien mengatakan khawatir bila ditolak cewe lagi, klien juga
merasa takut bila halusinasi yang sudah lama tidak terjadi akan datang
kembali
Maslaah keperawatan : harga diri rendah, gangguan sensori persepsi :
halusinasi
e. Afek
Afek klien tumpul (hanya bereaksi bila ada stimulus)
Masalah keperawatan : isolasi social
f. Interaksi
Klien hanya menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan
perawat tidak ada feed back dari klien, kontak mata klien kurang.
Masalah keperawatan : isolasi social
g. Persepsi
Klien mengatakan pernah melihat bayangan 1 minggu sebelum
masuk RS bayangan muncul pada saat klien sendiri, pada siang hari 1x
dalam sehari, respon klien : klien mengatakan takut, pada saat dirumah
klien mengatakan halusinasinya menyuruh untuk merusak pintu dan
menyuruh untuk masuk rumah tetangga, tetapi pada saat dilakukan
pengkajian tanggal 22 september 2015 klien mengatakan sudah tidak
ada lagi halusinasi.
19

Masalah keperawatan : Gangguan sensori persepsi : halusinasi lihat dan


dengar.
h. Proses fikir
Tidak ada kesenjangan dalam proses fikir klien, pembicaraan
klien mampu dipahami dan tidak berbelit-belit.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
i. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran tenang, tidak mengalami disorientasi waktu
tempat dan orang
Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah
j. Memori
1. Memori jangka panjang : klien mampu menceritakan peristiwa 6
bulan yang lalu seperti klien bekerja membuat sepatu dari pagi
sampai makan, menceritakn penyebab dan alasan masuk pertama
kali kerumah sakit, mengatakan pernah dirawat selama 9 hari
karena tidak makan dan tidak minum
2. Memori jangka pendek : klien dapat mengulangi kembali apa
yang telah diajarkan perawat, seperti cara berkenalan dengan
orang lain menyebutkan keuntungan dari berinteraksi dengan
orang lain, menyebutkan kerugian tidak berinteraksi dengan orang
lain dan menyebutkan penyebab klien mengisolasi social.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah
3. Tingkat kosentrasi
Tingkat kosentrasi klien cukup baik, klien menjawab pertanyaan
yang ditanyakan perawat, konsentrasi behitung klien juga baik terbukti
saat disuruh berhitung saat hendak lari pagi
Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah
4. Daya tilik diri
Klien menyadari bahwa klien sedang mengalami gangguan jiwa
dan membutuhkan perawatan.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. Kemampuan penilaian
20

Saat diberikan sebuah pertanyaan plihan klien ragu untuk


menjawab dan menjawab tidak tahu karena takut salah.
Masalah keperawatan : Harga diri rendah

F. Kebutuhan persiapan pulang


1. Makan
Klien mampu makan dengan baik 3 kali sehari (pagi, siang, malam)
dihabiskan, tidak berantakan, dapat membereskan makanan ( mencuci piring
setelah klien makan dengan sendiri)
2. BAK / BAB
Klien dapat BAK dan BAB tanpa dibantu oleh perawat, klien pergi ke
WC mandiri tanpa dibantu oleh perawat
3. Mandi
Klien mandi 2 x sehari, pagi dan sore, klien mandi sendiri, tidak
dibantu oleh perawat, klien masih jarang untuk menyikat giginya, kuku
klien juga terlihat panjang, klien jarang mencukur kumis dan janggutnya,
rambut klien tampak jarang dishampoo, tubuh klien cukup bersih tetapi agak
bau
4. Berpakaian / berhias
Klien mampu mengambil, memilih dan mengenakan pakaian dengan
mandiri, klien mengganti pakaian 1 hari sekali, kadang-kadang klien
juga tidak mengganti pakaiannya walaupun klien sudah mandi.
5. Istirahat dan Tidur
Tidur siang : 13.30 s.d 16.00
Tidur malam : 20.00 s.d 06.30
Sebelum tidur klien tidak mengggosok giginya dank lien juga mengatakan
jarang berdo’a sebelum tidur
Setelah tidur klien merapihkan tempat tidurnya kemudian mandi, kadang-
kadang klien mandi harus dimotivasi oleh ibunya.
6. Penggunaan obat
Setelah makan, klien langsung minta obat kepada perawat, klien hafal
macam obat yang harus dia minum, klien tahu dan mengerti fungsi dari obat
21

yang klien minum/makan, klien tahu jadwal untuk minum obat, klien tahu
akibat bila klien putus obat tanpa konsultasi dengan dokter, klien
mengatakan akibat dari minum obat klien sering mengunyah-ngunyah
mulutnya dan mulutnya terasa kering.
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
7. Pemeliharaan Kesehatan
Klien mengatakan bahwa setelah pulang nanti klien akan berobat jalan ke
rumah sakit marzuki mahdi dengan menggunakan system pendukung BPJS.
8. Aktivitas di dalam rumah
Klien mengatakan jika sudah pulang nanti klien akan menyajikan
makanan dengan sendiri, akan merapihkan kamar tidur sendiri, akan
mencuci pakaian sendiri dan akan mengatur kebutuhan biaya sehari-hari
dengan sendiri.
9. Aktivitas di luar rumah
a. Klien mengatakan akan berbelanja kebutuhan pribadinya dengan sendiri.
b. Akan melakukan perjlanan sendiri bila ada keperluan atau kebutuhan
c. Klien mengatakan bahwa klien akan bekerja kembali di pabrik sepatu,
dan membuat sepatu dan sandal perempuan.

G. Pola dan Mekanisme Koping


Pola dan mekanisme koping klien maladaptif terbukti dengan klien
sering minum alkohol dan mengkonsumsi narkoba tahun 2013, klien selalu
memendam amarahnya, klien selalu menghindar dan menyendiri tidak pernah
bergaul dengan tetangga atau kelompok masyarakat, klien juga tidak pernah
cerita kepada keluarga bila ada masalah.
Masalah keperawatan : Isolasi social.

H. Aspek Medik
1. Diagnosa Medis : Schizophienia, Unspecifick
2. Terapi Obat :
- Risperidone : 2x2mg (pagi dan sore setelah makan)
- Hexymer : 3x2mg (pagi, siang, sore setelah makan)
22

- Haloperidol : 3x2,5mg (pagi, siang sore setelah makan)


- Clozapine : 1x 25mg (sore hari)
I. Daftar Masalah
1. Isolasi soasial
2. Harga diri rendah
3. Defisit perawatan diri
4. Halusinasi
5. Resiko perilaku kekerasan

J. Pohon Masalah

Resiko perilaku kekerasan

Gangguan sensori persepsi


halusinasi

Isolasi sosial Defisit perawatan diri

Harga diri rendah

Penatalaksanaan Regimen Respon berduka situasional


terapeutik tidak efektif
23

K. Analisa Data
No. Data Masalah
1. DS : Isolasi sosial
1) Klien mengatakan malas berinteraksi
2) Klien mengatakan merasa malu untuk
berbicara dengan orang lain
3) Klien mengatakan bahwa klien jarang
bercerita tentang kesehariannya kepada
orang lain termasuk ibunya,
4) Klien mengatakan takut dianggap
rendah oleh teman-temannya.

DO :
1) Klien tidak mampu memulai
pembicaraan
2) Klien hanya menjadi pendengar ketika
berada dalam suatu kelompok
3) kontak mata kurang
4) 5) Afek klien tumpul
24

2. DS : Harga diri rendah


1) Klien mengatakan sedih tidak bisa
melanjutkan SMP
2) Klien mengatakan pernah ditolak cewek

DO :
1) Kontak mata kurang
2) Tampak bermalas-malasan (sering tidur)
3) Tidak ada inisiatif berinteraksi dengan
orang lain.
4) Saat diberikan sebuah pertanyaan plihan
klien ragu untuk menjawab dan menjawab
tidak tahu karena takut salah.
3. DS : Defisit perawatan diri
Klien mengatakan mulutnya kering, badannya
terasa gatal
DO :
1) Jarang ganti baju
2) Kuku kaki dan tangan terlihat panjang.
3) Kumis dan janggut belum dicukur,
terdapat jerawat pada bagian muka.
4) Rambut klien tampak jarang
dishampoo

4. DS : Gangguan sensori
Klien mengatakan pernah melihat persepsi : halusinasi lihat
bayangan 1 minggu sebelum masuk
RS bayangan muncul pada saat
klien sendiri, pada siang hari 1x
dalam sehari, respon klien : klien
mengatakan takut, pada saat
dirumah klien mengatakan
halusinasinya menyuruh untuk
25

merusak pintu dan menyuruh untuk


masuk rumah tetangga, tetapi pada
saat dilakukan pengkajian tanggal
22 september 2015 klien
mengatakan sudah tidak ada lagi
halusinasi.
DO :
Menurut buku rekam medic dirumah klien
sering bengong, terlihat komat-kamit, bicara
sendiri, mondar-mandir tanpa arah, marah-
marah tanpa sebab.
5. DS : Resiko Perilaku
Klien mengatakan pernah merusak dan Kekerasan
menedang pintu orang
DO :
Menurut buku rekam medis klien pernah
merusak pintu orang, terdapat tanda jejas pada
daerah kepala
6. DS : Koping keluarga tidak
1) pengambil keputusan adalah ayahnya efektif
dengan cara otoriter
2) Komunikasi dalam keluarga satu arah.
DO : -
7. DS : Penatalaksanaan regimen
Klien mengatakan bahwa ia dirawat di terapeutik tidak efektif
RSMM bogor karena putus obat
sebelumnya, karena menganggap bahwa
klien sudah sembuh dan bosan minum obat
ditambah dengan keluarga telat untuk
membeli obat dengan alasan ekonomi.
DO : menurut buku rekam medis klien
masuk RSJ karena putus obat
26

L. Daftar Diagnosa Keperawatan


1) Isolasi sosial
2) Gangguan sensori persepsi : halusinasi
3) Harga diri rendah
4) Defisit perawatan diri
5) Resiko perilaku kekerasan
6) Koping keluarga tidak efektif
7) Penatalaksanaan regimen terapeutik tidak efektif
8) Respon berduka situasional
27

M. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Isolasi social
2. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
3. Harga diri rendah
4. Defisit perawatan diri
5. Resiko perilaku kekerasan
28
29

CATATAN PERKEMBANGAN (IMPLEMENTASI DAN EVALUASI)


Hari, Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal,
Waktu
Selasa, 22 Data : S:
september DS : - Klien mengatakan senang
2015 5) Klien mengatakan malas berkenalan dengan perawat
Pukul:09.45 berinteraksi justi, klien mengatakan senang
-10.00 6) Klien mengatakan merasa bisa sharing dan punya teman
malu untuk berbicara dengan baru Justita
orang lain - Klien mengatakan bahwa Intan
7) Klien mengatakan bahwa banyak keuntungngan bila
klien jarang bercerita tentang berinteraksi dengan orang lain
kesehariannya kepada orang yaitu bisa sharing, menambah
lain termasuk ibunya, wawasan, tau bagaimana cara
8) Klien mengatakan takut memecahkan masalah dan bisa
dianggap rendah oleh teman- berbagi cerita
temannya. - Klien mengatakan bahwa
banyak kerugian bila tidak
DO :
berinteraksi dengan orang yaitu
5) Klien tidak mampu memulai
tidak memiliki teman, tidah ada
pembicaraan
teman cerita, sedih, dan selalu
6) Klien hanya menjadi
menyendiri
pendengar ketika berada
dalam suatu kelompok O:
7) kontak mata kurang - Klien mampu mempraktekan
Afek klien tumpul cara berkenalan dengan orang
Diagnosa Keperawatan :
lain
Isolasi Sosial SP1
- Klien mampu menyebutkan
kembali nama, alamat dan
Tindakan Keperawatan :
hobby dari perawat justi.
1. Menanyakan penyebab tidak
A:
berinteraksi dengan orang lain.
Klien mampu berkenalan
2. Menanyakan keuntungan
30

hubungan dengan orang lain dengan orang lain


3. Menanyakan kerugian tidak P:
berinteraksi dengan orang lain. - latihan berkenalan
4. Mengajarkan cara berkenalan dengan orang lain 2 x
dengan satu orang (perawat) sehari.
5. Memasukkan kedalam jadwal - Masukan kedalam
kegiatan harian. jadwal kegiatan
harian.
RTL :
1. Evaluasi tentang cara berkenalan
dengan satu orang
2. latih klien untuk berkenalan
secara mandiri dengan 1 orang.
3. Masukan dalam jadwal kegiatan
harian
Selasa, 22 Data : S:
September DS: - Klien mengatakan
2015 Alasan masuk klien karena untuk sekarang
Pukul: 11.00 mendengar suara dan bayangan yang halusinasinya tidak
– 11.15 menuyuruh dia untuk merusak pintu muncul lagi
orang lain, masuk rumah orang lain - Terakhir
tanpa izin. halusinasinya 1
DO: klien sering terlihat menyendiri minggu sebelum
masuk RS jenis
Diagnosa Keperawatan: halusinasinya adalah
Halusinasi SP1 halusinasi
penglihatan, isinya
Tindakan Keperawatan: adalah
1. Mengidentifikasi hantu/bayangan
jenis halusinasi klien berwarna putih, waktu
2. Mengidentifikasi isi muncul halusinasi
halusinasi klien pada siang hari,
3. Mengidentifikasi frekuensinya 1x dalam
31

waktu halusinasi kien sehari, pada situasi


4. Mengidentifikasi yang sepi, respon
frekuensi halusinasi klien ketakutan.
klien - Klien mengatakan
5. Mengidentifikasi klien mampu
situasi yang mengontrol halusinasi
menimbulkan dengan cara
halusinasi pada klien menghardik
6. Mengidentifikasi O:
respon klien terhadap - Klien dapat
halusinasi klien mempraktekan cara
7. Melatih klien untuk mengontrol halusinasi
mampu menghardik dengan cara
halusinasinya menghardik
8. Memasukkan cara A:
menghardik
- Klien mampu
halusinasi dalam
mengontrol halusinasi
jadawal kegiatan
dengan cara
harian klien
menghardik
RTL:
P:
1. Evaluasi jadwal Latihan cara menghardik 2 kali
kegiatan harian klien sehari
2. Dorong klien untuk
minum obat secara
teratur
3. Memasukkan
kegiatan obat ecara
teratur kedalam
jadwal kegiatan
harian klien.
Rabu, 23 Data : S:
September DS: - Klien mengatakan
32

2015 - Klien mengatakan malas untuk tadi malam berkenalan


Pukul 09.00- berinteraksi dengan satu orang
09.30 - Klien mengatakan malu - Klien mengatakan
berinteraksi dengan orang lain senang berkenalan
DO: dengan perawat lain
- Klien terlihat tidak bisa memulai
(suster lusi)
pembicaraan
O:
- Kurang adanya kontak mata
- Klien paham cara berkenalan
- Afek tumpul
dengan orang lain dan dapat
- Klien sering tidur
mempraktekannya
- Klien dapat mengulangi
Diagnosa Keperawatan :
kembali nama, alamat dan
Isolaso Sosial SP2
hobby dari suster lusi.
- Klien memasukkan kegiatan
Tindakan Keperawatan :
harian berbincang-bincang
1. Mengevaluasi kegiatan harian
dengan orang lain kedalam
klien berkenalan dengan satu
JKH.
orang
2. Memotivasi klien untuk A:
mempraktekkan cara Klien mampu berkenalan dengan
berkenalan dengan satu orang perawat lain.
(perawat lain).
3. Memasukkan kegiatan P:
berbincang-bincag dengan - latih berkenalan
orang lain sebagai salah satu dengan perawat lain 2
kegiatan harian x sehari.
RTL : - masukkan kedalam
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian jadwal kegiatan
klien harian.
2. latih klien untuk berkenalan
dengan 2 orang atau lebih
3. Masukkan kegiatan berbincang-
bincang dengan 2 orang atau
33

lebih ke dalam jadwal kegiatan


harian.
Rabu, 23 Data: S:
September DS: - Klien mengatakan
2015 Klien mengtakan bahwa halusinasi masih mampu
Pukul 12.15- sudah tidak muncul lagi, terakhir mengontrol halusinasi
12.30 muncul hari kamis tanggal 17 dengan cara
september 2015. menghardik.
DO : - Klien mengatakan
Klien tampak sering menyendiri bahwa klien akan
patuh minum obat
agar halusinasinya
Diagnosa Keperawatan: tidak muncul kembali
Halusinasi SP 2 O:
- Klien mampu
Tindakan Keperawatan: mempraktekkan
1. Mengevaluasi jadwal kembali cara untuk
kegiatan harian klien mengontrol halusinasi
2. Memotivasi klien dengan cara
untuk menggunakan menghardik
obat secara teratur - Klien menyebutkan
3. Memasukkan kegiatn nama obat, fungsi,
menggunakan obat dosis, cara pemakaian
secara teratur obat, waktu, dank lien
kedalam jadwal dapat memasukkan
kegiatan harian klien. patuh minum obat
RTL: kedalam jadwal
kegiatan harin klien
1. Evaluasi jadwal
A:
kegiatan harian klien
Klien mampu mengontrol
2. Latih klien
halusinasi dengan cara patuh
mengendalikan
minum obat
halusinasi dengan
34

P:
cara bercakap-cakap
dengan orang lain. - Harus patuh minum
3. Masukkan bercakap- obat
cakap dengan orang - Masukkan minum
lain kedalam jadwal obat kedalam jadwal
kegiatan harian klien. kegiatan harian klien
Rabu, 23 Data : S:
sep 2015 DS: Klien mengatakan akan bercakap-
Pukul 12.30- Klien mengtakan bahwa halusinasi cakap dengan orang lain (teman
12.45 sudah tidak muncul lagi, terakhir sekamar dan pasien lain) untuk
muncul hari kamis tanggal 17 mengontrol halusinansinya
september 2015. O:
Klien dapat mempraktekan cara
DO: bercakap-cakap untuk mengontrol
Klien terlihat sering menyendiri halusinasinya.
A:
Diagnosa Keperawatan :
Klien mampu mengontrol
Halusinasi SP 3
halusinasi dengan cara bercakap-
cakap
Tindakan Keperawatan :
P:
1. Mengevaluasi jadwal
1. latihan bercakap-
kegiatan harian klen
cakap sebanyak 2
2. Melatih klien untuk
kali sehari
mengendalikan
2. masukan kegiatan
halusinasi dengan
bercakap-cakap
cara bercakap-cakap
kedalam jadwal
dengan orang lain
kegiatan harian
3. Memasukkan latihan
bercakap-cakap
dengan orang lain
kedalam jadwal
kegiatan haria klien
35

RTL :

1. Evaluasi jadwal
kegiatan harian klien
2. Latih mengendalikan
halusinasi dengan
melakukan kegiatan
di RSJ yang sesuai
dengan kegiatan yang
biasa dilakukan
3. Anjurkan
memasukkan
kegiatan yang biasa
dilakukan kedalam
jadwal kegiatan
harian klien
Kamis, 24 Data : S:
September DS: - Klien belum mau
2015 - Klien mengatakan untuk berinteraksi dan
Pukul 08.00- malas untuk memulai pembicaraan
08.20 berinteraksi dengan teman-
- klien mengatakan temannya.
bingung mau berbicara
apa ketika interaksi O:
dengan orang lain,. - Klien dapat
DO: mengulangi cara
- klien tidak bisa
berinteraksi dengan
memulai pembicaraan,
orang lain saat
- klien melakukan kontak
dilakukan evaluasi
mata bila hanya
- Klien dapat
diingatkan oleh
mengulangi nama,
perawat,
alamat, hobby dari
36

- Afek tumpul orang yang diajak


berkenalan (pak adet
Diagnosa Keperawatan : dan pak budi)
Isolasi Sosial SP3
A:
Tindakan Keperawatan : Klien mampu berkenalan dengan
lebih dari 2 orang
1. Mengevaluasi
kegiatan harian klien
P:
mengenai
berbincang-bincang - Bincang-bincang
dengan orang lain dengan orang lain
2. Melatih klien untuk 2kali sehari
mempraktekkan cara - Masukan latihan
berkenalan dengan 2 berinteraksi dengan
orang/lebih (Klien orang lain kedalam
lain) jadwal kegiatan harian
3. Menganjurkan klien klien
untuk memasukan
latihan berkenalan
dengan lebih dari dua
orang kedalam jadwal
kegiatan harian
RTL :

1. Evaluasi jadwal
kegiatan harian klien
2. Motivasi dan
tingkatkan kembali
agar klien selalu
dilibatkan dalam
kegiatan kelompok

Kamis, 24 Data : S:
37

September DS: - Klien mengatakan


2015 Klien mengatakan bahwa halusinasi sudah tidak lagi
Pukul 12.30- sudah tidak muncul lagi, terakhir melihat bayangan
12.45 muncul hari kamis tanggal 17 - Klien mengatakan
september 2015. bahwa klien akan
DO: melatih cara
Klien sering tampak menyendiri mengontrol halusinasi
dengan cara aktivitas.
Diagnosa Keperawatan :
Halusinasi SP 4 O:

- Klien dapat membuat


Tindakan Keperawatan :
jadwal kegiatan yang
1. mengevaluasi jadwal akan dilakukan di
kegiatan harian klien rumah sakit jiwa.
2. Melatih
mengendalikan A:
halusinasi dengan Klien mampu mengontrol
melakukan kegiatan halusinasi dengan cara aktivitas.
di RSJ yang sesuai P:
dengan kegiatan yang
- Buat jadwal kegiatan
bisa dilakukan
harian klien di RSJ
3. Menganjurkan klien
- Lakukan kegiatan
untuk memasukan
sesuai jadwal yang
cara mengotrol
telah dibuat.
halusinasi dengan
beraktivitas kedalam
jadwal kegiatan
harian klien

RTL :
Motivasi dan tingkatkan klien untuk
mengontrol halusinasi denagn cara :
38

menghardik, patuh minum obat,


bercakap-cakap dan beraktivitas.
Kamis, 24 Data : S:
DS :
september - Ibu klien mengatakan
- Ibu klien mengatakan
2015 bahwa kesulitan
belum tahu tentang
Pukul 11.00- merawat Tn. D adalah
penyakit yang diderita
11.15 ketika Tn. D selalu
anaknya
menyendiri, tidak
- Ibu klien mengatakan
pernah mau diajak
belum mengerti cara
untuk bersosialisasi
untuk merawat klien
dengan teman-
dengan isolasi sosial
temanya.
DO: - Ibu klien mengatakan
- Ibu klien banyak
mengerti tentang
bertanya tentang
masalah klien, tanda
penyakit anaknya dan
dan gejala dan proses
cara merawat anaknya.
terjadinya

Diagnosa Keeprawatan : O:
Isolasi sosial sp 1 keluarga - Ibu klien mampu
menyebutkan kembali
Tindakan Keperawatan: pengertian, tanda dan
- Mendiskusikan masalah gejala serta proses
yang dirasakan keluarga terjadinya .
dalam merawat pasien A:
- Menjelaskan - Ibu klien mampu
pengertian, tanda dan menyebutkan kembali
gejala, serta proses cara merawat pasien
terjadinya. isolasi sosial
- Menjelaskan cara-cara P:
merawat pasien isolasi
- Lakukan kegiatan
sosial
39

sesuai dengan jadwal


RTL:
- Latih dan praktikan kegiatan harian
cara merawat pasien - Ajak klien untuk
dengan isolasi sosial. beriteraksi dengan
- Latih keluarga orang lain
melakukan perawatan
langsung pada pasien.
Kamis, 24 Data : S:
september DS : - Ibu klien mengatakan
2015 - Ibu klien mengatakan mengerti dan tahu
Pukul 11.15- Tn. D sering komat- mengenai pengertian,
11.30 kamit sendiri saat tanda dan gejala,
dirumah proses terjadinya dan
- Ibu klien mengatakan cara merawat pasien
Tn. D sering melamun halusinasi
seperti melihat - Ibu klien mengetahui
bayangan saat klien cara mengontrol
dirumah halusinasi dengan cara
menghardik.
DO : O:

- Ibu klien bertanya - Ibu klien dapat


tentang proses penyakit mengulangi kembali
anaknya mengenai tanda dan
gejala, jenis, serta
Diagnosa keperawatan: proses terjadinya.
Gangguan sensori persepsi - Ibu klien dapat
Halusinasi : SP 1 Keluarga mengulangi kembali
cara merawat Tn.D
Tindakan Keperawatan : dan mengingatkan
Tn.D untuk
- Mendiskusikan masalah
melakukan cara
yang dirasakan keluarga
mengontrol halusinasi
40

dalam merawat klien dengan cara


- Menjelaskan menghardik
pengertian, tanda dan
gejala, jenis, serta A:
proses terjadinya Ibu klien mampu merawat klien
- Menjelaskan cara-cara dengan halusinasi
merawat pasien
halusinasi P : lakukan perawatan pada pasien
dengan halusinasi
RTL : -
1. latih dan praktekan
cara merawat pasien
dengan halusinasi
latih keluarga melakukan perawatan
langsung pada pasien.
Jumat, 25 Data : S:
september DS: - klien mengatakan
2015 - Klien mengatakan mempunyai hobi
Pukul: sedih karena tidak yang dapat
09.00-09.20 bisa melanjutkan dilakukan sebagai
sekolah aktivitas sehari-hari
- Klien mengatakan O:
pernah ditolak oleh - Klien dapat
perempuan mengidentifikasi
- Klien mengatakan kemampuan dan
tidak bisa bila aspek poitif yang
diminta melakukan dimiliki dan dapat
sesuatu mendaftarkan
DO: kemampuannya
- Kontak mata kurang
melalui menulis
- Tidak berinisiatif
(kemampuan yang
berinteraksi dengan
41

orang lain. dapat dilakukan :


main bola, main
Diagnosa Keperawatan :
gitar, nyuci piring,
Harga diri rendah SP1
beresin tempat
Tindakan Keperawatan :
tidur, bikin sepatu
1. Mengindentifikasi dan sandal, nyuci
kemampuan dan baju). Dan dapat
aspek positif yang mendaftarkan mana
dimiliki. saja yang dapat
2. Menilai kemampuan dilakukan di RSJ
yang masih dapat dan mana yang
dilakukan dapat dilakukan
3. Menentukan kegiatan dirumah.
yang akan dilatih
sesuai dengan A:
kemampuan klien
- Klien mampu
4. Melatih kemampuan
mengidentifikasi
klien (yang telah
kemampuan dan
dipilih)
aspek positif yang
5. Mendapatkan pujian
dimiliki
yang wajar dari
P:
perawat untuk
- Latih kemampuan
kegiatan yang dapat
yang dipilih
dilakukannya
- Masukkan
6. Memasukan kegiatan
kemampuan klien
yang dilatih kedalam
kedalam jadwal
jadwal kegiatan
kegiatan harian
RTL :
klien.
1. Evaluasi jadwal kegiatan
harian
2. Latih kemampuan kedua klien
yang dapat dilakukan
42

3. Anjurkan klien untuk


memasukkan latihan kedua kedalam
jadwal kegiatan harian
Jumat, 25 Data : S:
september DS : Klien mengatakan akan menjaga
2015 Klien mengatakan badannya terasa kebersihan dirinya dengan cara
Pukul 11.00- gatal, terasa tidak nyaman karena ada mandi 2x sehari, gososk gigi 2 kali
11.20 jerawat pada daerah muka (kumis sehari, shampoo 2hari sekali
dan jenggot) bercukur 1minggu sekali,
DO : O:
5) jarang ganti baju Klien dapat mandi dengan mandiri,
6) kuku kaki dan tangan terlihat sikat gigi 2xsehari.
panjang.
7) kumis dan janggut belum A :
dicukur, terdapat jerawat pada - Klien mampu
bagian muka. menjaga kebersihan
8) Rambut klien tampak jarang diri dengan mandiri
dishampoo P:

Diagnosa keperawatan : Defisit - Buat jadwal harian


perawatan diri sp 1 untuk menjaga
kebersihan diri.
Tindakan Keperawatan :

1. Menjelaskan
pentingnya
kebersihan diri
2. Menjelaskan cara
menjaga kebersihan
diri
3. Membantu pasien
mempraktekan cara
menjaga kebersihan
diri
43

RTL :

1. Engevaluasi jadwal
kegiatan harian klien
2. Jelaskan cara
berdandan
3. Bantu pasien
mempraktekan cara
berdandan
4. Anjurkan klien
memasukan dalam
jadwal kegiatan
harian klien.
Sabtu, 26 Data : S:
september Klien mengatakan masih malu untuk Klien mengatakan akan melatih
2015-09-30 menunjukan kemampuannya kemampuan keduanya
pukul: (bermain gitar) O:
09.00-09.20 Diagnosa Keperawatan : Klien dapat melatih kemampuan
Harga diri rendah sp 2 keduanya
Tindakan Keperawatan : A:
Klien belum mampu melatih
1. Mengevaluasi jadwal
kemampuan kedua secara mandiri.
kegiatan harian klien
P:
oleh perawat
2. Melatih kemampuan 1. Latihan kemampuan
kedua klien yang kedua 2x dalam
dapat dilakukan sehari
3. Menganjurkan klien 2. Masukan
utnuk memasukn kemampuan kedua
letihankedua klien kedalam jadwal
kedalam jadwal kegiatan harian.
kegiatan harian
RTL :
44

1. Evaluasi jadwal
kegiatan harian klien
oleh perawat
2. Latih kemampuan
ketiga klien yang
dapat dilakukan
3. Anjurkan klien utnuk
memasukn letihan
ketiga klien kedalam
jadwal kegiatan
harian
Sabtu, 26 DS : S:
september Tanggal 20 Agustus 2015 diantar Klien mengatakan tau cara
2015 oleh ibunya karena merusak pintu, mengontrol marah dengan cara tarik
Pukul : mendorong pintu nafas dalam dan dengan cara latihan
11.00-11.15 DO : - fisik I (memukul benda yang tidak
berbahaya seperti bantal)
Diagnosa Keperawatan : O:
Resiko perilaku Kekerasan sp 1 Klien dapat mengucapkan ulang
dan dapat mempraktekan ulang cara
Tindakan Keperawatan : untuk mengontrol marah dengan
cara latihan tarik nafas dalam dan
1. Mengidentifikasi
cara latihan fisik I (memukul benda
penyebab perilaku
yang tidak berbahaya seperti bantal)
kekerasan
A:
2. Mengidentifikasi
Klien mampu mengontrol rasa
tanda & gejala
marah dengan cara tarik nafas
perilaku kekerasan
dalam dan latihan fisik I
klien
P:
3. Mengidentifikasi
perilaku kekerasan 1. Latih cara tarik
yang dilakukan nafas dalam, dan
4. Mengidentifikasi pukul bantal
45

akibat perilaku 2xsehari


kekerasan yang telah
dilakukan klien
5. Mendorong klien
untuk menyebutkan
cara mengontrol
perilaku kekerasan
6. Mendorong klien
untuk mempraktekan
latihan mengontrol
perilaku kekerasan
dengan cara fisik
(tarik napas dalam &
pukul bantal)
7. Menganjurkan klien
untuk memasukkan
latihan cara fisik
kedalam jadwal
harian
RTL:

1. Dorong klien untuk


mengevluasi latihan
mengontrol perilaku
kekerasan dengan
cara tarik nafas dalam
dan latihan fisik
kedalam jadwal
kegiatan harian
2. Latih klien utnuk
mengontrol perilaku
kekerasan dengan
cara minum obat
46

(6benar)
3. Dorong klien untuk
memasukan latihan
mengontrol perilaku
kekerasan dengan
cara minum obat
kedalam jadwal
kegiatan harian.
Sabtu 26 Data: S:
september DS : Klien mengatakan tau cara
2015 Tanggal 20 Agustus 2015 diantar mengontrol marah dengan patuh
Pukul : oleh ibunya karena merusak pintu, minum obat
11.15-11.25 mendorong pintu O:
DO : - - Klien menyebutkan
Diagnosa Keperawatan: nama obat, fungsi,
Resiko Perilaku Kekerasan sp 2 dosis, cara pemakaian
obat, waktu, dank lien
Tindakan Keperawatan: dapat memasukkan
1. Mendorong atau patuh minum obat
memotivasi klien kedalam jadwal
utnuk mengevaluasi kegiatan harin klien
latihan mengontrol A:
perilaku kekerasan Klien mampu mengontrol rasa
dengan cara tarik marah dengan patuh minum obat
nafas dalam dan cara P:
fisik - Masukkan jadwal
2. Melatih klien minum obat kedlam
mengontrol perilaku jadwal kegitan harian.
kekerasan dengan
cara minum obat
(6benar)
3. Mendorong klien
47

untuk memasukan
latihan mengontrol
perilaku kekerasan
dengan cara minum
obat kedalam jadwal
kegiatan harian klien
RTL :
1. Egevaluasi latihan
mengontrol perilaku
kekerasan dan cara minum
obat dalam jadwal kegiatan
harian
2. Latih mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara
verbal
3. Anjurkan klien untuk
memasukan latihan
mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara
verbal ke dalam jadwal
kegiatan harian
Senin 28 Data : S:
september DS : - Klien mengatakan tahu
2015 Tanggal 20 Agustus 2015 diantar dan mengerti mengenai
Pukul : oleh ibunya karena merusak pintu, cara mengontrol marah
09.00 mendorong pintu dengan cara yang
DO : - asertif
Diagnosa Keperawatan : O:
Resiko Perilaku Kekerasan (SP 3)
- Klien mampu menyebutkan
kembali cara mengontrol
Tindakan Keperawatan :
marah (latihan tarik nafas,
4. Mengevaluasi latihan
latihan pukul bantal, minum
48

mengontrol perilaku obat dan cara asertif)


kekerasan dan cara minum - Klien mampu mengucapkan
obat dalam jadwal kegiatan bagaimana cara meminta
harian tolong yang baik : bu tolong
5. Melatih mengontrol ambilkan air minum untuk
perilaku kekerasan dengan saya, menolak dengan cara
cara verbal yang baik : maaf saya tidak
6. Menganjurkan klien untuk bisa melakukan itu dan cara
memasukan latihan mengungkapkan marah yang
mengontrol perilaku baik seperti : saya tidak suka
kekerasan dengan cara kalau kamu seperti itu
verbal ke dalam jadwal A:
kegiatan harian
- Klien mampu
RTL :
mengontrol marah
1. Evaluasi jadwal kegiatan
dengan cara yang
harian klien yaitu latihan
asertif
mengontrol perilaku
P:
kekerasan dengan cara
verbal ke dalam jadwal - Latih mengontrol marah
kegiatan harian dengan cara yang asertif 2x
2. Latih klien untuk sehari
mengontrol perilaku - Masukkan kedalam jadwal
kekerasan dengan cara kegiatan harian.
spiritual
3. Masukan kedalam jadwal
harian untuk mengevaluasi
latihan cara mengontrol
perilaku kekerasan
Senin, 28 DS : S:
september Tanggal 20 Agustus 2015 diantar klien mengatakan akan
2015 oleh ibunya karena merusak pintu, mengguanakan cara spiritual untuk
Pukul : mendorong pintu mengontrol rasa marahnya.
09.30 DO : - O : klien dapat mengontrol rasa
49

marahnya dapat mempraktekkan


Diagnosa Keperawatan :
ulang
Resiko perilaku kekerasan SP4
1. Cara latihan tarik nafas
dalam, pukul benda yang
Tindakan Keperawatan :
tidak membahayakan seperti
1. Mendorong klien untuk
bantal
mengevaluasi latihan mengontrol
2. Dengan patuh minum obat
perilaku kekerasan dengan cara
3. Dengan cara marah yang
verbal kedalam jadwal kegiatan
asertif.
harian
Dengan cara spiritual
2. Melatih klien untuk mengotrol
A:
perilaku kekerasan dengan cara
klien dapat mengontrol rasa
spiritual.
marahya dengan cara spiritual
3. Mendorong klien untuk
P:
mengevaluasi latihan mengontrol
1. Anjurkan klien untuk
perilaku kekerasan dengan cara
melatih caramengontrol rasa
spiritual kedalam jadwal kegiatan
marah denga cara spiritual
harian
(dzikir, sholat).
2. Anjurkan klien untuk
RTL :
memasukkan kegiatan
1. Evaluasi jadwal kegiatan
spiritual kedalam jadwal
harian klien yaitu latihan
kegiatan harian klien
mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara
spiritual ke dalam jadwal
kegiatan harian
2. Motivasi dan kontrol
klien untuk melatih cara
mengontrol rasa marah
dengan cara fisik: tarik
nafas dala/memukul-
mukul bantal atau kasur,
minum obat, cara verbal,
50

dan cara spiritual.

Selasa, Data : S:
29september Klien terlihat pasif ketika dalam Klien mengatakan jika pulang nanti
2015 sebuah kelompok, masih tidak bisa akan melakukan kegiatan bersama
memulai pembicaraan, masih sering dengan teman-temannya, akan
menyendiri menceritakan masalahnya kepada
Diagnosa Keperawatan : teman dan ibunya
Isolasi social O:
Tindakan Keperawatan : Klien masih terlihat pasif, tidak
mampu memulai pembicaraan
1. Melakukan Terapi
A:
aktivitas kelompok
Klien belum mampu untuk
2. Menganjurkan untuk
berinteraksi dengan orang lain
memperbanyak
P:
teman
3. Menganjurkan untuk 1. Anjurkan untuk
mengungkapkan isi membuat jadwal
hti dan menceritakan kegiatan harian
masalah kepada 2. Anjurkan klien
teman dan untuk
keluarganya memperbanyak
RTL : teman
Acc pulang 3. Anjurkan klien
untuk menceritakan
masalah kepada ibu
dan teman-
temannya.
Selasa, Data : S:
29september Klien sering menyendiri Klien mengatakan mengerti cara
2015 mengontrol halusianasi
Diagnosa Keperawatan : O:
Halusinasi Klien dapat menyebutkan ulang
51

cara mengontrol halusianasi


Tindakan Keperawatan : 1. Dengan cara
Evaluasi cara untuk mengontrol menghardik
halusinasi 2. Patuh minum obat
3. Dengan cara
RTL : bercakap-cakap
Klien pulang dengn orang lain
4. Dengan melakukan
kegiatan atau
aktivitas
A:
Klien mampu mengontrol
halusinasi
P:
Latih mengontrol halusinasi
dirumah.
Selasa, Data : S:
29september DS : - Klien mengatakan nanti dirumah
2015 DO : Kien terlihat masih banyak akan menjaga kebersihannya seperti
Pukul : jerawat pada daerah kumis dan mandi 2kali sehari, gosok gigi 2
09.00 janggut kali sehari membersihkan
rambutnya dengan shampoo 2 hari
Diagnosa Keperawatan : sekali, akan berdandan dengan baik
Defisit perawatan diri seperti mencukur kumis dan janggut
1minggu sekali, akan makan
Tindakan Keperawatan : dengan baik seperti makan tidak
Mengevaluasi klien mengenai cara berceceran, setelah makan
menjaga kebersihan, cara berdandan, membereskan dan mencuci alat-alat
cara makan yang baik, cara BAB dan makannya, akan BAB dan BAK
BAK pada tempatnya.
O:
RTL : 1. Klien dapat
Klien ACC pulang membuat list untuk
menjaga kebersihan
52

dirinya dirumah
2. Jerawat pada muka
klien masih ada
A:

Klien masih belum mampu menjaga


kebersihan secara optimal
P:
Buat jadwal untuk menjaga
kebersihan diri.
Selasa, DS : S:
29september Tanggal 20 Agustus 2015 diantar Klien mengatakan sudah mengerti
2015 oleh ibunya karena merusak pintu, mengenai cara mengontrol marah
Pukul : mendorong pintu O:
09.30 DO : - Klien dapat menyebutkan kembali
Diagnosa Keperawatan : cara mengontrol marahya dengan
Resiko perilaku kekerasan cara :
Tindakan Keperawatan : 1. Tarik nafas dalam,
Evaluasi cara mengontrol marah latihan pukul bantal
RTL : 2. Patuh minum obat
Klien Acc pulang 3. Mengungkapkan
marah dengan cara
yang asertif
Dengan cara spiritual
A : Klien mampu mengontrol
marah
P:

1. Anjurkan klien
untuk membuat
jadwal kegiatan
harian dirumah
Anjurkan klien tetap melatih cara
53

mengontrol marah saat sudah


pulang kerumah

BAB IV
PEMBAHASAN

A. PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini, kelompok akan menjelaskan mengenai
kesenjangan antara teori dengan tinjauan kasus asuhan keperawatan
dengan klien Tn.D dengan isolasi social
Selama kelompok melakukan asuhan keperawatan pada Tn.D
dengan isolasi social diruang sadewa (shinta) rumah sakit Dr. H Mardzuki
Mahdi Bogor, mahasiswa menerapkan asuhan keperawatan secara
54

komphrehensif yaitu melakukan pengkajian, menentukan diagnose


keperawatan, menyusun perencanaan, mengintervensi, mengimplementasi,
membuat evaluasi keperawatan dan menerapkan strategi pelaksanaan
isolasi social dari SP 1-3. Oleh karena itu pada bab ini mahasiswa akan
membahas berbagai kesenjangan antara teori dan aplikasinya dilapangan
(diruang sadewa shinta RS. Dr. H Mardzuki Mahdi bogor), mengenai
“Asuhan keperawatan Tn.D dengan isolasi social diruang sadewa rumah
sakit Dr. H. Mardzuki Mahdi Bogor”.

B. PENGKAJIAN
Mahasiswa melakukan pengkajian dengan berpedoman pada
format pengkajian yang berdasarkan pada teori keperawatan jiwa. Dalam
melaksanakan asuhan keperawatan selama 7 hari pada Tn.D kelompok
menemukan kesamaan antara teori dan kenyataan dilapangan (diruang
sadewa shinta RS. Dr. H Mardzuki Mahdi bogor), mengenai “Asuhan
keperawatan Tn.D dengan isolasi social diruang sadewa rumah sakit Dr.
H. Mardzuki Mahdi Bogor) tentang klien dengan isolasi social, dalam teori
dijelaskan bahwa Isolasi social adalah suatu pengalaman kesendirian atau
menyendiri dari seseorang dan perasaan segan terhadap orang lain sebagai
sesuatu yang negative atau keadaan yang mengancam (NANDA-I 2009-
2011) dan menurut DEPKES RI (1989: 117) penarikan diri atau
withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian
maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat
bersifat sementara atau menetap pada kenyataannya dilapangan kelompok
menemukan hal tersebut juga dialami oleh tuan D dengan data subjecktif
dari keluarga ibu klien mengatakan Tn.D selalu menyendiri dirumah dan
klien mengatakan malas untuk berinteraksi, klien juga tampak tidak
mampu memulai pembicaraan, klien hanya menjadi pendengar ketika
berada dalam suatu, kurang kontak mata dan afek tumpul. Klien
mengatakan penyebab tidak mau berinteraksi dengan orang lain karena
malas berinteraksi dengan orang lain dan tidak menyukai berinteraksi atau
55

berhubungan dengan orang lain, merasa malu untuk berbicara dengan


orang lain, klien mengatakan senang menyendiri di tempat tidur.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Mahasiswa mengumpulkan data hasil pengkajian, yang kemudian
dirumuskan dalam analisa data sehingga muncul beberapa masalah
keperawatan. Dari masalah keperawatan yang ada kemudian dibuat pohon
masalah dengan tujuan untuk menetapkan diagnose keperawatan. Dari
pengelompokan data yang sudah dimasukkan kedalam analisa data
kemudian dibuat diagnose keperawatan sesuai dengan criteria yang
dominan, here and now. Dalam kasus Tn. D diagnosa keperawatan yang
muncul ada 5 yaitu : Isolasi social, Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
penglihatan, Harga diri rendah, Defisit perawatan diri dan Resiko perilaku
kekerasan

D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Rencana tindakan keperawatan terdiri dari 5 aspek yaitu tujuan
umum, tujuan khusus, criteria evaluasi, intervensi dan rasional. Penulis
membuat rencana tindakan keperawatan berdasarkan kondisi dan
kebutuhan klien saat itu. Dengan acuan teori sebagai berikut :
56

No Dx Perencanaan
Tgl Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Dx Keperawatan
Isolasi Sosial TUM: Setelah dilakukan intervensi
Klien dapat selama 7 Hari :
berinteraksi 1. Klien menunjukkan tanda-tanda
dengan orang percaya kepada / terhadap 1.1 Bina hubungan saling Memudahkan
lain perawat: percaya dengan: perawat dan klien
o Wajah cerah, tersenyum  Beri salam setiap membangun
TUK: o Mau berkenalan berinteraksi. komunikasi lebih
1. Klien dapat o Ada kontak mata  Perkenalkan nama, lanjut dan terjalin
membina o Bersedia menceritakan nama panggilan komunikasi
hubungan perasaan perawat dan tujuan terbuka
saling o Bersedia mengungkapkan perawat berkenalan
percaya  Tanyakan dan panggil
masalahnya
nama kesukaan klien
o Bersedia mengungkapkan
 Tunjukkan sikap jujur
masalahnya
dan menepati janji
setiap kali berinteraksi
 Tanyakan perasaan
klien dan masalah
yang dihadapi kllien
57

 Buat kontrak interaksi


yang jelas
 Dengarkan dengan
penuh perhatian
ekspresi perasaan
klien
2. Klien mampu 2.Setelah … x pertemuan klien 2.1 Tanyakan pada klien Agar mengetahui
menyebutkan dapat menyebutkan satu tentang: sebab manfaat
penyebab penyebab menarik diri dari:  Orang yang tinggal tanda-tanda dan
menarik diri o diri sendiri serumah / teman penyakit, apabila
o orang lain sekamar klien perawatan diri
o lingkungan  Orang yang paling dilakukan atau
dekat dengan klien di tidak secara kuat.
rumah/ di RS
 Apa yang membuat
klien dekat dengan
orang tersebut
 Orang yang tidak
dekat dengan klien di
rumah/di RS
58

 Apa yang membuat


klien tidak dekat
dengan orang tersebut
 Upaya yang harus
dilakukan agar dekat
dengan orang lain

2.2 Beri kesempatan pada Diketahui


klien untuk penyebab dan
mengungkapkan dapat dihubungkan
penyebab menarik diri dengan faktor
atau tidak mau bergaul presipitasi yang
dialami klien.

2.3 Beri pujian terhadap Dengan memberi


kemampuan klien pujian dapat
mengungkapkan menambah rasa
perasaannya percaya diri dan
bangga dalam diri
klien.
3. Klien 2. Setelah … x pertemuan klien 3.1. Tanyakan pada klien Mengevaluasi
59

mampu dapat menyebutkan keuntungan tentang : manfaat yang


menyebutkan berhubungan denga orang lain,  Manfaat jika dirasakan sehingga
keuntungan misalnya berhubungan dengan timbul motivasi
berhubungan o banyak teman orang lain. untuk berinteraksi.
dengan orang o tidak kesepian  Kerugian jika tidak
lain dan o bisa diskusi berhubungan dengan
kerugian o saling menolong, orang lain.
tidak dan kerugian tidak berhubungan 3.2. Beri kesempatan pada
berhubungan klien untuk
dengan orang lain, misalnya:
dengan orang mengungkapkan perasaan
o sendiri
lain tentang keuntungan
o kesepian
berhubungan dengan
o tidak bisa diskusi
orang lain dan kerugian
tidak berhubungan dengan
orang lain.
3.3. Diskusikan bersama
klien tentang manfaat
berhubungan dengan
orang lain dan kerugian
tidak berhubungan dengan
60

orang lain.
Beri pujian terhadap Dengan memberi
3.4.
kemempuan klien pujian, dapat
menambah rasa
mengungkapkan
percaya diri dan
perasaannya
bangga pada diri
klien.
4. Klien dapat 4. Klien dapat melakukan 4.1 Observasi perilaku klien Mengingatkan
melaksanak hubungan sosial secara bertahap dengan berhubungan hubungan sosial
an antara: dengan orang lain klien dengan
hubungan o K–P 4.2 Motivasi dan bantu klien semua orang.
social secara o K – Perawat lain untuk berkenalan /
bertahap o K – klien lain berkomunikasi dengan :

o K – kelp/masy  Perawat
 Perawat lain
 Klien lain
 Kelompok masyarakat

4.3 Libatkan klien dalam


Terapi Aktivitas
Kelompok Sosialisasi
61

4.4 Motivasi klien untuk


mengikuti kegiatan
ruangan
4.5 Beri pujian terhadap
kemampuan klien
memperluas
pergaulannya
4.6 Diskusikan jadwal harian
yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan
kemampuan klien
bersosialisasi
5. Klien 5. Setelah … x pertemuan Klien Beri kesempatan klien
mampu dapat mengungkapkan untuk mengungkapkan
mengungka perasaanya setelah perasaannya setelah
pan berhubungan dengan orang lain berhubungan dengan orang
perasaanya untuk : lain
setelah o diri sendiri Diskusikan dengan klien
berhubunga o orang lain tentang perasaannya setelah
n dengan o lingkungan berhubungan dengan orang
orang lain lain
62

Beri pujian terhadap


kemampuan klien
mengungkapkan perasaannya.
6. Klien dapat 5. Keluarga dapat: 6.1. Diskusikan pentingnya
dukungan o menjelaskan cara merawat peran serta keluarga
keluarga klien menarik diri sebagai pendukung untuk
dalam o mengungkapkan rasa puas mengatasi prilaku
memperluas dalam merawat klien menarik diri.
hubungan 6.2. Diskusikan potensi
dengan orang keluarga untuk
lain dan membantu klien
lingkungan mengatasi perilaku
menarik diri
6.3. Jelaskan cara merawat
klien menarik diri yang
dapat dilaksanakan oleh
keluarga.
6.4. Motivasi keluarga agar
membantu klien untuk
bersosialisasi.
6.5. Beri pujian kepada
63

keluarga atas keterlibatan


merawat klien di rumah
sakit
6.7. Tanyakan perasaan
keluarga setelah
mencoba cara yang
dilatihkan
64

E. IMPLEMENTASI
Menurut teori, implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan dengan memperhatikan dan mengutamakan masalah
utama yang actual. Pada kasus, implementasi keperawatan yang telah
dilakukan pada Tn.D sudah pada strategi pelaksanaan yang ke 3, dimana klien
dapat menyebutkan penyebab isolasi social, menyebutkan keuntungan
berinteraksi dengan oranglain, menyebutkan kerugian tidak berinteraksi
dengan orang lain mampu melakukan cara berkenalan dengan orang lain.
Hambatan yang ditemui dalam implementasi adalah klien harus diingatkan
untuk melakukan kontak mata, harus diingatkan untuk diulang-ulang dan
harus dimotivasi untuk melakukan interaksi dengan orang lain, sehingga
didapatkan data yang akurat. Solusi, perawat membina hubungan saling
percaya dengan klien secara terus menerus menepati janji atau kontrak yang
telah disepakati dan selalu melakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan
yang telah dilakukan.

F. EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN


Menurut teori, evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk
menilai efek dari tindakan keperawatan kepada klien. Evaluasi dilakukan terus
menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan.
Pada kasus, penulis menggunakan evaluasi hasil sumatif dan formatif
Evaluasi sumatif (dilakukan selama 7 hari) :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab isolasi social
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan dari berinteraksi dengan orang lain
4. Klien dapat menyebutkan kerugian tidak berinteraksi dengan orang
5. Klien mampu berkenalan dan berinteraksi dengan 1 maupun atau dengan
kelompok
6. Klien mampu melakukan kegiatan sehari-hari yang telah dijadwalkan pada
jadwal kegiatan harin secara mandiri.
65

Hambatan yang didapat oleh kelompok saat klien dievaluasi adalah :


Klien masih menyendiri, tidak dilakukan secara terus menerus dan kerana
karakteristik klien yang introvert klien masih malu untuk memulai interaksi.
66

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada tn D dengan masalah
utama isolasi sosial tn. D mengalami isolasi sosial ditandai dengan perilaku
menarik diri dan sulit memulai berinteraksi dengan orang lain. Penyebab
isolasi soasial pada tn. D adalah harga diri rendah karena pasien pernag
mengalami kegagalan berulang (ditolak cinta). Dari isolasi sosial
mengakibatkan tn. D mengalami gangguan sensori persepsi: halusinasi yang
mendorong untuk melakukan perilaku kekerasan yaitu mendobrak pintu
rumah orang. Berdasarkan masalah yang dialami tn. D sesuai dengan teori
pohon masalah isolasi sosial yaitu dari harga diri rendah mengakibatkan
isolasi sosial kemudian mengakibatkan gangguan sensori persepsi yang
berujung resiko perilaku kekerasan.

B. Saran
Untuk perawatan lanjutan dirumah keluarga berperan penting dalam
memantau dan memfasilitasi tn. D agar masalah yang dialami oleh tn. D tidak
terjadi lagi seperti masalah resiko perilaku kekerasan, halusinasi, isolasi
sosial, harga diri rendah, dan dpd. Selain keluarga peran lingkungan juga
sangat penting agar tidak mengucilkan tn. D. Diharapkan keluarga dan tn. D
melakukan apa yang telah diajarkan oleh perawat .

Anda mungkin juga menyukai