Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ISOLASI SOSIAL

Dosen Pembimbing : I Gede Widjanegara, SKM. M. Kes

OLEH :

Nama : Ni Putu Intan Octa Dewi

Nim/Absen : P07120121110/ 30

Kelas : 2.3

Prodi/Jurusan : D-III Keperawatan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Isolasi Sosial merupakan keadaan dimana seorang individu mengalami peniurunan
atau bahkan sama asekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain atau
sekitarnya. Isolasi Sosial merupakan keadaan ketika individu atau kelompok
memeiliki kebutuhan atau hasrat memiliki keterlibatan kontak dengan orang, tetapi
tidak mampu membuat kontak tersebut (Carpenito-Moyet, 2009). Isolasi soaial adalah
ketidakmampuan untuk membina hubungan yang erat, hangat terbuka, dan
interpenden dengan orang lain (SDKI, 2016)
2. Rentang Respon
Respon Respon
Adaptif Maladaptif
Menyendiri Kesepian Manipulasi
Otonomi Menarik diri Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan Narsisime
Saling
keetrgantungan
(Sumber: Stuart, 2013)
Keterangan:
a. Respon Adaptif
Respon adaptif adalh respons individu menyelesaikan suatu hal denagn cara yang
dapat diterima olh norma-norma masyarakat. Respons ini meliputi:
1) Menyendiri (solitude)
Respons yang dilakukan individu dalam merenungkan hal yang telah terjadi
atau dilakukan dengan tujuan mengevaluasi diri unyuk kemudian menntukan
rencana-rencana.
2) Otonomi
Kemampuan individu dalam menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam
hubungan sosial. Individu mampu untuk saling memberi dan menerima dalam
hubungan sosial.
3) Kebersamaan (Mutualisme)
Kemampuan atau kondisi individu dalam hubungan interpersonal diaman
individu mampu untuk saling memberi dan menerima dalam hubungan sosial.
4) Saling ketergantungan (Interdependen)
Suatu hubungan saling saling bergantung antara satu individu dengan individu
lain dalam hubungan sosial.
b. Respon Maladaptif
Respon maladaptive adalh respons individu dalam menyelesaikan masalah dengan
cara yang bertentangan dengan norma agama dan masyarakat. Respons
maladaptive tersebut anatara lain:
1) Manipulasi
Gangguuan sosial yangmenyebabkan individu memperlakukan sebagai objek,
di mana huubungan terpusat pada pengendalian masalah orang lain dan
individu cenderung berorientasi pada diri sendiri. Sikap mengontrol
digunakan sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau frustasi yang dapat
digunakan sebagai alat berkuasa atas orang lain.
2) Impulsif
Respons sosial yang ditandai dengan individu sebagai subjek yang tidak
daapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan, tidak
mampu untuk belajar dari pengalaman, dan tidak dapat melakukan penilaian
secara objektif.
3) Narsisime
Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku egosentris,
harga diri rapuh, berusaha mendapatkan penghargaan, dan mudah marah jika
kita mendapata dukungan dari orang lain.
3. Etiologi
a. Keterlambatan perkembangan
b. Ketidakmapuan menjalin hubungan yang memuaskan
c. Ketidaksesuaian minat deengan tahap perkembangan
d. Ketidaksesuaian nilai-nilai dengan norma
e. Ketidaksesuaian perilaku sosial dengan norma
f. Perubahan penampian fisik
g. Perubahan status mental
h. Ketidaksesuaian sumber daya personal (mis. Disfungsi berduka, pengendalian diri
buruk).
4. Pohon Masalah
Risiko Perubahan Sensori Persepsi: Halusinasi (Effect)

Isolasi Sosial: Menarik diri (Core Problem)

Gangguan konep diri: Harga Diri Rendah (Cause)

5. Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala (SDKI,2016) yang diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu:
Gejala dan Tanda Mayor
a. Subjektif
 Merasa ingin sendirian
 Merasa tidak aman di tempat umum
b. Objektif
 Menarik diri
 Tidak berminat/menlak berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan
Gejala dan Tanda Minor
a. Subjektif
 Merasa berbeda dengan orang lain
 Merasa asik dengan pikiran sendiri
 Merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas
b. Objektif
 Afek datar
 Afek sedih
 Riwayat ditolak
 Menunjukkan permusuhan
 Tidak mampu memenuhi harapan orang lain
 Kondisi difabel
 Tindakan tidak berarti
 Tidak ada kontak mata
 Perkembanagan terlambat
 Tidak bergairah/lesu
6. Penatalaksanaan
a. Terapi Farmakoologi
 Chlorpromazine (CPZ)
Indikasi: Untuk syndrome psikosis yaitu beradaya berat dalam kemampuan
menilai realitas, kesadaran diri terganggu, day nilai norma sosial dan titik diru
terganggu. Berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: waham, halusinasi,
gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya
berat dalam fungsi kehidupan sehai-hari, tidak mampu bekerja, hubunngan
sosial dan melakukan kegiatan rutin.
Efek samping: sedasi, gangguan otonomil (hipotensi,
antikoligernik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defikasi,
hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama
jantung), gangguan endokrin, metabolic, biasanya untuk pemakaiann jangka
panjang.
 Haloperidol (HLP)
Indikasi: berdaya berat dalam kemampuan meilai realita dalam fungsi netral
serta dalam kehidupan sehari-hari.
Efek samping: sedasi dan inhibasi psikomotor, gangguan otonomik.
 Trihexy Phenidyl (THP)
Indikasi; segala jenis penyakit Parkinson, termasuk paksa ersepalitis dan
idiopatik, sindrom Parkinson, akibat obat misalnya reserpine dan fenotiazine.
Efek samping: sedasi dan inhibasi psikomotor gangguan otonomik.
b. Terapi Psikososial
Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan bagian penting dalam
proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberiakn rasa aman
dan tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima
pasien apa adanya, memotivasi pasien untuk dapat mengungkapka perasaannya
secara verbal, bersikap ramah, sopan, dan jujur kepada pasien (videbecj, 2012)
c. Terapi Individu
Terapi individual adalah metode yang menimbulkan perunahan pada individu
dengan cara mengkaji perasaan, sikap, cara pikir, dan perilaku-perilakunya. Terapi
individu merupakkan salah satu bentuk terapi yang dilakukan eara individu oleh
perawat kepada klien secara tatap muka perawat-klien dengan cara yang testruktur
dan durasi waktu tertentu sesuia dengan tujuan yang ingin dicapai (Zakiyah, 2018).
Salah satu bentuk terapi individu yang bisa diberikan oleh perawat kepada klien
dengan isolasi sosial adalah pemberian Strategi Pelaksanaan (SP). Dalam
pemberian stratgi pelaksanaan klien dengan isolasi sosial hal yang paling penting
perawat lakukaan adalah berkomunikassi dengan teknik terapeutik
d. Terapi Aktivitas Kelompok
Menurut keliat (2015) terapi aktivitas kelompopk sosialisasi merupakan suatu
rangkaian kegiatan kelompok diamana klien dengan maslah isoasi sosial akan
dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada di sekitarnya.
Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal, kelompok, dan
akan dilakukan dalam 7 sesi dengan tujuan.
Sesi 1 : Klien mampu memperkenaalkan diri
Sesi 2 : Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
Sesi 3 : Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
Sesi 4 : Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topic percakapan
Sesi 5 : Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi
pada orang lain
Sesi 6 : Klien mampu bekerja smma dalam permainan sosialisasi kelompok
Sesi 7 : Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan
TAKS yang lebih dilakukan
e. Terapi Okupasi
Terapi okupassi yaitu suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipassi
seseorang dalam melaksanakan aktifitas atau tugas yang sengaja dipilih
dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat, meningkatkan harga diri
seseorang, dan penyesuain diri dengan lingkungan.
f. Rehabilitasi
Program rehabilitasi biasanya diberikan di bagian lain rumah sakit yang
dikhususkan untuk rehabilitasi. Terdapat banyak kegiatan, antaranya terapi
okupasional yangmeliputi kegiatan membuat kkerajianan tangan, melukis,
menyanyi, dan lain-lain. Pada umumnya program rehabilitasi ini berlaangsung
3-6 bulan (Yusuf, 2019).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari
informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang
dihadapi klien. Selanjutnya data dasar itu digunakan untuk menentukan diagnosis
keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk
mengatasi masalah-masalah klien.
a. Identitas
Identitas dijabarkan dengan lengkap yang berisikan nama, usia, alamat,
pendidikan, agama, staus perkawinan, pekerjaan, jenis kelamin, nomor rekam
medis dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Menanyakan kepada Klien/keluarga/pihak yang berkaitan mengenai apa
penyebab Klien datang kerumah sakit, apa yang sudah dilakukan oleh
Klien/keluarga sebelum atau di rumah untuk mengatasi masalah dan bagaimana
hasilnya. Klien dengan halusinasi pendengaran sering melamun, menyendiri dan
tertawa sendiri.
c. Faktor Predisposisi
Faaktor predisposisi penyebab isolasi sosial meliputi faktor perkembangan,
faktor biologis, dan faktor sosiokultural. Berikut ini merupakan penjelasan dari
faktor predisposisi.
1) Faktor Perkembangan
Tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam
menjalain hubungan denagn orang lain adalah keluarga. Kurangnya
stimulasi maupun kasih saying dai ibu/pengasuh pada bayi akan
mmberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa
percaya diri. Ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan tingkah
laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari. Jika
terdapat hambatan dalam mengembangkan rasa percaya pada masa ini,
maka anaka akan mengalami kesulitan untuk berhubungan dengan orang
lain pada masa berikutnya.
2) Faktor Biologis
Faktor genetic dapat menunjang terhadap respons sosial maladaptive.
Genetic merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden
tertinggi skizofrenia, misalnya ditemukan pada keluarga dengan riwayat
anggota keluarga yang menderita skizofrenia. Selain itu, kelainan pada
struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan
volume otak serta perubahan struktur limbic, diduga dapat menyebabkan
skizofrenia.
3) Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan atau isolasi sosial.
Gangguan ini juga bisa disebabkan oleh adanya norma-norma yang salah
yang dainut oleh satu keluarga, seperti amggota tidak produktif yang
diasingkan dari lingkungan sosial. Selain itu norma yang tidak mendukung
pendekatan terhadap orang lain, atau tiak menghargai anggota masyarakat
yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat, dan berpenyakit kronik
juag turut menjadi faktor predisposisi isolasi sosial.
e. Faktor Presipitasi
1) Stresor Sosiokultural
Stresor sosial budaya, misalnya menurunnya stabilitas unit keluarga,
berpisahdari orang yang berarti dalam kehidupannya.
2) Stresor Psikologik
Intensitass ansietas yang ekstrim akibat berpiah dengan orang lain,
misalnya, dan memanjang disertai dengan terbatasnya kemampuan
individu masalah untuk mengatassi masalah akan menimbulkan berbagai
msaalah gangguan berhubungan pada tipe psikotik
3) Stresor Intelektual
 Kurangnya pemahaman diri dalam ketidakmampuan untuk berbagi
pikiran dan perasaan yang mengganggu penegmbangan hubungan
dengan orang lain
 Klien dengan kegagalan adalah orang yang kesepian dan kesulitan
daalm menghadapi hidup. Mereka juga akan cenderung sulit unuk
berkomunikasi dengan orang lain.
 Ketidakmampuan seseorang membangunkepercayaaan dengan orang
lain akan memicu persepsi yang menyimpang dan berakibat pada
gangguan berhubungan dengan orang lain
4) Stresor Fisik
Stresor fisik yang memicu isolasi sosial menark diri dapat meliputi
penyakit kronik dan keguguran.
f. Patofisiologi
Berhubungan dengan ketakutan atau penolakan, bersifatsekunder atas:
1) Obesitas
2) Kanker (Operasi kepala atau leher yang bersifat merusak tampilan, dll)
3) Cacat fisik, seperti cacat akibat amputasi radang sendi, dll.
4) Cacat emosional, seperti dperesi, paranoaia, depresi, fobia, ansietas
ekstrem
5) Penyakit komunikabel, seperti AIDS, hepatitis.
6) Sakit jiwa, seperti skizofrenia, gangguan afektif bipolar, gangguan
identitas.
g. Situasional
1) Meninggalnya orang yang penting atau bermakna bagi klien
2) Perceraian
3) Tampilan wajah yang rusak (disfigurineg appearance)
4) Ketakutan akan penolakan, bersifat
h. Maturasional
1) Pada anak, terdapat isolasi protektif atau adanya penyakit komunikabel
(AIDS, hepatitis, dll)
2) Pada orang dewasa, hal iniberhubungan dengan hilangnya kontak sosial
yang normal.
i. Mekanisme Koping
Mekanisme koping digunakn klien sebagai usaha mengatasi ansietas yang
merupakan suatu kesepian nyata yang mngancam dirinya. Mekanisme koping
yang sering digunakan adalah proyeksi, splitting (memisah), dan isolasi.
Proyeksi merupakan keinginan yang tidak mampu ditoleransidan klien
mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan sendiri. Splitting
merupakan kegagalan individu dalam menginterpretasikan dirinya dalam
menilai baik dan buruk.Sementara itu, isolasi merupakan perilaku
mengasingkan diri dari orang lain maupun lingkungan.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan dasar pemilihan intervensi dalam mencapai
tujuan yang telah di tetapkan oleh perawat yang bertanggung jawab (Muhith, 2015).
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2017), diagnosis keperawatan yang mungkin muncul adalah:
Isolasi sosial b.d ketidakmampuan menjain hubungan yang memuaskan d.d klien
merasa senang sendirian di kamar, tidak mau berinteraksi atau berbicara dengan
ornag lain, Klien berbicsra dengan lambat, klien tampak selalu menunduk dan klien
tidak mau beraktivitas
3. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosis Perencanaan
keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
(Tuk/Tum)
Isolasi Sosial TUM : Setelah dilakukan Bina hubungan saling percaya Membina hubungan saling percaya
Klien dapat komunikasi terapeutik dengan mengemukakan prinsip dengan klien. Kontak yang jujur,
berinteaksi selama 20 menit dengan komunikasi terapeutik: singkat, dan konsisten dengan
dengan orang frekuensi pertemuan 1x, a. Mengucapakan salam perawat dapat membantu klien
lain. diharapakan klien terapeutik pa klien dengan membina kembali interaksi penuh
menunjukkkan tanda-tanda ramah, baik verbal maupun peercaya dengan orang lain.
TUK 1 percaya, yaitu: nonverbal
Klien dapat a. Ekspresi wajah cerah b. Berjabat tangan dengan
membina b. Mau berkenalan klien
hubungan c. Ada kontak mata c. Perkenalkan diri dengan
saling percaya d. Bersedia menceritakan sopan
perasaan d. Tanyakan nama lengkap
e. Bersedia klien dan nama panggilan
mengungkapkan yang disukai klien
masalah e. Jealskan tujuan pertemuan
f. Membuat kontrak, topi,
waktu, dan tempat setiap
kalibertemu klien.
g. Tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya
h. Beratian kepada klien dan
perhatian kebutuhan dasar
klien.
TUK 2: Kriteria Evaluasi Tanyakan pada klien tentang: Dengan mengetahui tanda dan gejala
Klien mmapu a. Klien dapat a. Orang yang tinggal isolasi sosial yang muncul, perwat
menyeburtkan menyebutkan minimal serumah atau sekamar dapat menentukan langkah ntervensi
penyebab atu penyebab isolasi denga klien selanjutnya
isolasi sosial sosial. Penyebab b. Orang yang paling dekat
munculnya isolasi denga klien di rumah atau
sosial: diri sendiri, di ruang perawatan
orang lain, dan c. Hal yang membuat klien
lingkungan. dekat denagan orang
tersebut.
d. Orang yang tidak dekat
dengan klien baik di rumah
atau di ruang perawatan
e. Apa yang membuat klien
tidak dekat dengan orang
terssebut
f. Upaya yang sudah
dialkuakan agar dekat
dengan orang lain

Diskusikan dengan klien


penyebab tidak mau bergaul
dengan orang lain

Beri pujjian terhadap


kemampuan klien dala
mengungkap perasaan
TUK 3: Kriteria evaluasi: Tanyakan kepada klien tentang: Perbedaan sputar manfaat hubungan
Klien mampu a. Klien dapt a. Manfaat hubungan sosial sosial da kerugian isolasi sosial
menyebutkan menyebutkan b. Kerugian isolasi sosial membantu klien mengidentifikasi
keuntungan keuntungan dalam apa yang terjadi pada dirinya,
berhubungan hubungan sosial Diskusikan bersama klien sehingga dapat diambil langkah
sosial dan seperti: manfaat berhubungan sosial dan untuck mengatasi masalah ini
kerugian dari  Banyak teman kerugian isolasi sosial
isolasi sosial.  Tidak kesepian Penguatan (reinforcement) dapat
Beri pujian terhadap membantu meningkatkan harga diri
 Bisa diskusi
kemampuan klien dalam klien.
 Saling menolong
mengungkapkan masalah.
b. Klien dapat
menyebutkan kerugian
menarik diri, seperti:
 Sendiri
 Kesepian
 Tidak bisa dikusi
TUK 4: Kriteria Evaluasi: Observasi perilaku klien ketika
Klien dapat a. Klien dapat berhubungan sosial
melaksanakan melaksanakan
hubungan hubungan sosial Jelaskan kepada klien cara
sosial secara secara bertahap berinteraksi dengan orang lain
bertahap. dengan:
 Perawat Berikan contoh cara berbicara

 Klien lain dengan orang lain

 Keluarga
Beri kesempatan klien
 Kelompok
mempraktikkan cara
berinteraksi dengan orang lain
yang dilakukan dihadapan
perawat

Bantu klien berinteraksi dengan


satu orang, tema, atau keluarga.

Bila klien sudah menunjukan


kemajuan, tingkatkan jumlah
interaksi yang telah dilakukan
oleh klien

Latih klien bercakapa-cakap


saat melakuakn kegiatan sosial

Siap mndengarkan ekspresi


klien setelah berinteraksi
dengan orang lain. Mungkin
klien akan mengungkapakan
keberhasilan atau kegagalannya.
Beri dorongan terus-menerus
agar klien tetap smangat
meingkatkan ineraksinya.
TUK 5: Kriteria evaluasi: Dskusikan dengan klien tentang Ketika klien merasa dirinya lebih
Klien mampu a. Klien dapat perasaannya setelah baik dan mempunyai makna,
menjelasskan menjelaskan berhubungan sosial dengan: interaksi sosisal dengan orang lai
perasaannya perasaannya setelah  Orang lain dapat ditingkatkan.
setelah berhubungan sosial  Kelompok
berhubungan dengan:
sosial.  Orang lain Beri pujian terhadap
 Kelompok kemmapuan klien
mengungkapkan perasaannya.
4. Implementasi
Menurut Keliat (2012) implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan dengan memperhatikan dan mengutamakan masalah utama yang aktual dan
mengancam integritas klien beserta lingkungannya. Sebelum melaksanakan tindakan
keperawatan yang sudah direncanakan, perawat perlu menvalidasi apakah rencana
tindakan keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien pada saat ini.
Hubungan saling percaya antara perawat dengan klien merupakan dasar utama dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan
pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respons klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi proses atau formatif dilakukan setiap
selesai melakukan tindakan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan SOAP
sebagai pola pikirnya (Keliat dan Akemat, 2010).
 S : Respon subjektif klien terhadap intervensi keperawatan yang telah
dilaksanakan.
 O : Respon objektif keluarga terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
 A : Analisa ulang data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiktif
dengan masalah yang ada.
 P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon
keluarga.
STRATEGI PELAKSANAAN

Pertemuan ke-1

1. KONDISI PASIEN
Ds :
- Klien merasa senang menyendiri di kamar
- Klien berbicsra dengan lambat
Do :
- Tidak mau berinteraksi atau berbicara dengan orang lain
- Klien tampak selalu menunduk
- Klien tidak mau beraktivitas
2. DIAGNOSE KEPERAWATAN
Isolasi sosial
3. TUJUAN KEPERAWATAN
Tujuan Umum:
Klien dapat berinteaksi dengan orang lain.
Tujuan Khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien mmapu menyeburtkan penyebab isolasi sosial
c. Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian dari isolasi
sosial.
d. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.
e. Klien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial.
4. FASE HUBUNGAN TERAPEUTIK
SP 1: Bantu pasien mengenal penyebab Isolasi Sosial dan ajarkan pasien
berkenalan dengan orang lain.
a. Orientasi
Selamat pagi Ibu, perkenalkan nama saya Intan Octa, Ibu bisa memanggil saya
dengan perawat Intan. Saya perawat yang bertugas di ruangan ini dan hari ini saya
memiliki shift pagi dari pukul 08.00 sampai 15.30 WITA. Nama Ibu siapa?
Biasanya senang dipanggil apa? Bagaimana kabar Ibu pada pagi hari ini, apa Ibu
memiliki keluhan? Bagaimana kalau kita hari ini membicarakan tentang keluarga
dan teman-teman Ibu? Berapa lama kita diskusi? Bagaiamana jika 20 menit?
Tempatnya disini saja Ibu?
b. Kerja
Siapa saja yang tinggal satu rumah dengan, Ibu? Diantara anggota keluaraga Ibu,
siapa yang paling dekat dengan Ibu? Apa yang membuat Ibu jarang untuk
berbicara dengan yang lain? Apa saja kegiatan yang bisa Ibu lakukan dengan
teman-teman yang Ibu kenal? Apa yang menjadi penghalang untuk Ibu
berkomunikasi dengan yang lain? Menurut Ibu apa saja keuntungan semisal kita
mempunyai teman atau orang terdekat? Benar sekali. Apa lagi Ibu? (sampai
pasien menyebutkan beberapa?) Nah kalau begitu kerugian jika tidak punya
teman apa ya Ibu? Jadi banyak juga ya ruginya kalau kita tidak punya teman.
Kalau begitu apakah Ibu ingin berlatih untuk berinteraksi dengan orang lain?
Bagus, Bagaimana kalau kita berlatih berkenalannya hari ini?
Jadi begini ya Ibu, untuk berkenalan dengan orang lain kita harus sebutkan
identitas terlebih dahulu seperti nama dan nama panggilan yang kita suka, daerah
asal, dan hobi. Saya beri contoh ya Ibu, perkenalkan nama saya Intan Octa,
senang dipanggil Intan , asal saya dari Klungkung, hobi saya berenang.
Selanjutnya Ibu bisa tanyakan hal yang sama pada orang yang diajak berkenalan.
Saya beri contoh lagi ya Ibu, Nama Ibu siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya
darimana? Hobi Ibu apa? Ayo Ibu dicoba. Anggap kita belum mengenal satu
sama lainya Ibu, sekarang coba Ibu berkenalan dengan saya.
Ya bagus sekali. Kita coba sekali lagi ya Ibu, iya bagus sekali Ibu. Nah setelah
Ibu berkenalan dengan orang tersebut Ibu dapat melanjutkan berbincang-bincang
dengan hal-hal yang menyenangkan untuk dibicarakan. Semisal tentang cuaca,
hobi, tentang keluarga, tentang pekerjaan, dan sebagainya.
c. Terminasi
Bagaimana perasaan ibu setelah kita melakukan latihan berkenalan? Tadi Ibu
sudah melakukan cara berkenalan dengan baik sekali. Kedepannya, Ibu dapat
mengingat-ingat kembali hal yang kira pelajari sebelumnya ya, sehingga nantinya
Ibu jadi lebih siap untuk mempraktikkannya di depan orang lain. Baiklah Ibu,
sekian untuk sesi hari ini untuk pertemuan berikutnya apakah Ibu sudah siap
untuk berkenalan dengan orang lain? Untuk waktunya, Ibu ingin mencobanya
pada jam berapa,? Apakah Ibu memiliki pertanyaan? Selamat pagi, Ibu.
Pertemuan ke-2

FASE HUBUNGAN TERAPEUTIK


SP 2: Ajarkan pasien berinteraksi secara bertahap dengan seorang pasien lainnya.
a. Orientasi
Selamat pagi Ibu, Bagaimana kabar Ibu hari ini? Apakah sudah mengingat-ingat
kembali apa yang kita pelajari sebelumnya tentang cara berkenalan? Nah coba Ibu
sebutkan kembali sambil bersalaman. Bagus sekali, Ibu masih mengingatnya
dengan baik. Nah sesuai dengan janji kita Kegiatan berbincang ini tidaak lama
kok, hanya memakan waktu sekitar 10 menit lamanya. Bagaimana Ibu apakah Ibu
bersedia melakukannya dengan orang lain? Baik, mari kita temui dan cari teman
baru untuk menemani Ibu mengobrol.
b. Kerja
(Bersama-sama dengan Ibu, anda mendekati pasien lainnya). Selamat pagi, maaf
sebelumnya ini ada pasien saya yang ingin berkenalan dengan anda. Baiklah Ibu,
Ibu sekarang dapat berkenalan dengan beliau seperti yang telah Ibu lakukan
sebelumnya.
(Pasien mendemonstrasikan cara berkenalan mulai dari tahapan memberi salam,
memperkenalkan diri seperti menyebutkan nama dan nama panggilan, asal
daerah, hobi, dan menanyakan hal yang sama.)
Ada lagi yang Ibu ingin tanyakan kepada beliau? Kalau tidak ada lagi yang ingin
dibicarakan, Ibu dapat sudahi perkenalan ini. Lalu Ibu dapat membuat janji
bertemu dilain waktu sesuai dengan kesepakatan bersama, semisal jam 3 sore
nanti.
c. Terminasi
Bagaimana perasaan Ibu setelah berkenalan dengan pasien tadi? Baik, Ibu sudah
melakukannya dengan baik, pertahankan apa yang sudah Ibu lakukan tadi. Jangan
lupa untuk memenuhi janji bertemu dengan pasien tadi pada pukul 3 sore nanti.
Nah untuk di hari selanjutnya kita akan lanjutkan lagi sesi bercakap-cakap seperti
sebelumnya, apa Ibu setuju? Baiklah, untuk besok kita akan bertemu di pukul dan
tempat yang sama seperti tadi. Selamat pagi Ibu.
Pertemuan ke-3

FASE HUBUNGAN TERAPEUTIK


SP 3: Latih pasien terlibat dalam kegiatan kelompok seperti Terapi Aktifitas
Kelompok (TAK)
a. Orientasi
Selamat pagi Ibu, bagaimana kabarnya hari ini? Apakah Ibu masih ingat cara
berkenalan dengan orang lain? Apakah Ibu sudah mempraktikkannya dengan
kepada teman ataupun perawat lain yang dating kemari? Baik bagus sekali. Nah,
sekarang kegiatan hari ini kita akan berlatih berknalan dengan 2 orang lainnya
atau lebih kepada teman-teman Ibu dan juga nantinya Ibu bisa bercakap-cakap
setelah sesi berkenalan. Jadi Ibu sudah siap untuk pertemuan hari ini? Untuk lama
waktunya nanti Ibu ingin berapa lama? Tempatnya apakah Ibu ingin disini saja?
Baik, setelah ini kita akan bertemu dengan teman-teman ibu nanti.
b. Kerja
Selamat pagi Ibu-ibu semua, pada kesempatan pagi hari ini Ibu P ingin berkenalan
dengan Ibu-Ibu disini. Baiklah Ibu silahkan duduk di bangku yang telah
disediakan dan berkenalan dengan Ibu-ibu yang berada disini. Untuk sesi
berkenalannya sudah bisa dimulai, Ibu bisa melakukannya seperti yang sudah kita
lakukan pada hari sebelum-sebelumnya., ya bagus sekali Ibu. Apa ada yang ingin
Ibu tanyakan lagi kepada teman-teman Ibu? Coba Ibu tanyakan mengenai
hobinya? Kalau sudah tidak ada lagi yang ingin ditanyakan, Ibu bisa menyudahi
sesi perkenalan ini, nantinya Ibu bisa membuat jani ulang dengan teman-teman
Ibu, semisal pada saat nanti sore. Baiklah karena sesi perkenalan sudah berakhir,
kepada Ibu-ibu sekalian saya ucapkan terima kasih atas waktu yang diberikan
kepada Ibu P, Ibu P izin pamit terlebih dahulu. Selamat pagi.
c. Terminasi
Bagaimana perasaan Ibu setelah sesi perkenalan dengan teman-teman tadi? Terasa
menyenangkan? Jangan lupa ya Ibu untuk dipratekkan lagi ya untuk melatih
progresif ibu dalam bersosialisasi untuk memiliki teman baru. Agar perkenalan
ibu dapat berjalan lancar, ibu bisa menanyakan hobi atau makanan favorit kepada
teman-teman Ibu. Baik Ibu, hari ini adalah hari terakhir saya dalam melatih Ibu
cara berkenalan, sebelum benar-benar kita akhiri, apakah Ibu memilki
pertanyaan? Jika Ibu memiliki kesulitan nantinya Ibu bisa menemui saya di ruang
jaga. Terima kasih Ibu atas kerja samanya selama sesi berlatihnya berlangsung.
Selamat pagi.

Anda mungkin juga menyukai