KEPERAWATAN JIWA
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan asuhan keperawatan jiwa ini secara teoritis adalah Mampu mendeskripsikan
pengkajian asuhan keperawatan jiwa secara teoritis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Isolai Sosial
Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin
merasa tidak diterima dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain
(Purba, dkk. 2008). Isolasi sosial adalah keadaan ketika individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain dan sekitarnya. Pasien mungkin
merasa ditolak,dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.
( Keliat,dkk.2009) Isolasi sosial merupakan pertahanan diri seseorang terhadap orang lain
maupun lingkungan yang menyebabkan kecemasan pada diri sendiri dengan cara menarik diri
secara fisik maupun psikis. Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan
mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari
interaksi dengan orang lain dan lingkungan. Isolasi sosial merupakan upaya mengindari
komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan (Rusdi,2013).
B. Respon maladiptif adalah respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang dari norma-norma sosial dan kebudayaan suatu tempat. Karakteristik
dari perilaku maladiptif tersebut adalah
a. Menarik diri Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak
berhubungan dengan orang lain untuk mencari ketenangan sementara
b. Manipulasi Adalah hubungan sosial yang terdapat pada individu yang
menganggap orang lain sebagai objek dan berorientasi pada diri sendiri atau
pada tujuan, bukan berorientasi pada orang lain. Individu tidak dapat membina
hubungan sosial secara mendalam.
c. Ketergantungan Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri dan
kemampuan yang dimiliki.
d. Impulsif Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari
pengalaman, tidak dapat diandalkan, mempunyai penilaian yang buruk dan
cenderung memaksakan kehendak.
e. Narkisisme Harga diri yang rapuh,secara terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan pujian, memiliki sikap egosentris, pencemburu dan marah jika
orang lain tidak mendukung.
E.Tanda dan gejala Menurut Pusdiklatnakes (2012) tanda dan gejala isolasi sosial dapat dinilai
dari ungkapan klien yang menunjukkan penilaian negatif tentang hubungan sosial dan didukung
dengan data observasi :
Data subjektif
Pasien mengungkapkan tentang :
o Perasaan sepi
o Perasaan tidak aman
o Perasaan bosan dan waktu terasa lambat
o Ketidakmampuan berkonsentrasi
o Perasan ditolak Poltekkes Kemenkes Padang
Data objektif
o Banyak diam
o Tidak mau bicara
o Menyendiri
o Tidak mau berinteraksi
o Tampak sedih
o Kontak mata kurang
o Muka datar
F.Mekanisme koping
Individu yang mengalami respon sosial maladiptif menggunakan berbagai mekanisme
dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah
hubungan yang spesifik (gall,W Stuart 2006). Koping yang berhubungan dengan gangguan
kepribadian antisosial antara lain proyeksi, spliting dan merendahkan orang lain, koping yang
berhubungan dengan gangguan kepribadian ambang spliting, formasi reaksi, proyeksi, isolasi,
idealisasi orang lain, merendahkan orang lain dan identifikasi proyektif. Menurut Gall W. Stuart
(2006), sumber koping yaang berhubungan dengan respon sosial maladaptif meliputi keterlibatan
dalam hubungan keluarga yang luasan teman, hubungan dengan hewan peliharaan dan
penggunaan kreatifitas untuk mengekspresikan stress interpersonal misalnya kesenian, musik atau
tulisan.
G.Sumber Koping
Contoh sumber koping yang berhungan dengan respon maladaptif menurut Stuart, (2006)
meliputi :
H. Komplikasi
Klien dengan isolasi sosial semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku yang
tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi resiko gangguan sensori
persepsi: halusinasi, mencederai diri sendiri, orang lain serta lingkungan dan penurunan aktifitas
sehingga dapat menyebabkan defisit perawatan diri (Dalami,2009)
I.Penataklaksanaan.
Terapi Medis
Berupa Therapy farmakologi (
o Clorpromazine (CPZ)
Indikasi: Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma
sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi - fungsi
mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang aneh
atau, tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari -hari,
tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
Efek samping: Sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/
parasimpatik,mulut kering, kesulitan dalam miksi, dan defikasi, hidung
tersumbat,mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama
jantung),gangguan ekstra piramidal (distonia akut, akatshia,
sindromaparkinson/tremor, bradikinesia rigiditas), gangguan endokrin,
metabolik, hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka
panjang.
o Haloperidol (HLD)
Indikasi : Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi
netral serta dalam fungsi kehidupan sehari –hari. Poltekkes Kemenkes
Padang
Efek samping : Sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan otonomik
(hipotensi, antikolinergik /parasimpatik, mulut kering, kesulitan miksi
dan defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler
meninggi, gangguan irama jantung).
o Trihexy phenidyl (THP)
Indikasi:Segala jenis penyakit parkinson,termasuk paska ensepalitis dan
idiopatik,sindrom parkinson akibat obat misalnya reserpin dan
fenotiazine.
Efek samping: Sedasi dan inhibisi psikomotor Gangguan otonomik
(hypertensi, anti kolinergik/ parasimpatik, mulut kering, hidung
tersumbat, mata kabur,gangguan irama jantung).
Therapy kelompok
Therapy kelompok merupakan suatu psikotherapy yang dilakukan sekelompok pasien
bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh
seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa. Therapy ini bertujuan memberi stimulus
bagi klien dengan gangguan interpersonal. Terapi aktivitas kelompok yang dapat
dilakukan untuk pasien dengan isolasi sosial adalah :
o Sesi 1 : kemampuan memperkenalkan diri
o Sesi 2 : kemampuan berkenalan
o Sesi 3 : kemampuan bercakap-cakap
o Sesi 4 : kemampuan bercakap-cakap topik tertentu
o Sesi 5 : kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi
o Sesi 6 : kemampuan bekerjasama
o Sesi 7 : evaluasi kemampuan sosialisasi
Therapy Individu
Menurut Pusdiklatnakes (2012)tindakan keperawatan dengan pendekatan strategi
pelaksanaan (SP) pada pasien dapat dilakukan sebagai berikut :
o Strategi pelaksanaan pertemuan 1 pada pasien :
Pengkajian Isolasi sosial, dan melatih bercakap-cakap antara pasien dan
keluarga.
Membina hubungan saling percaya
Membantu pasien menyadari masalah isolasi sosial
Melatih bercakap-cakap secara bertahap antara pasien dan anggota
keluarga
o Strategi pelaksanaan pertemuan 2 pada pasien :
Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan 2 orang lain), latihan
bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan harian.
Mengevaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
Memvalidasi kemampuan berkenalan (berapa orang)
Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian
(latih 2 kegiatan)
o Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 2-3 orang Strategi
pelaksanaan pertemuan 3 pada pasien :
Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan 4-5 orang), latihan
bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan harian baru.
Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
Validasi kemampuan berkenalan (berapa orang) dan bicara saat
melakukan dua kegiatan harian
Tanyakan perasaan setelah melakukan kegiatan
Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian
(latih 2 kegiatan baru)
Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan 4-5 orang
o Strategi pelaksanaan pertemuan 4 pada pasien : Mengevaluasi kemampuan
berinteraksi, melatih cara bicara saat melakukan kegiatan sosial
Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
Validasi kemampuan berkenalan (beberapa orang) dan bicara saat
melakukan empat kegiatan harian
Tanyakan perasaan setelah melakukan kegiatan
beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan kegiatan sosial
Therapy Lingkungan
Menurut Rusdi (2013), manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sehingga aspek
lingkungan harus mendapatkan perhatian khusus dalam kaitannya untuk menjaga dan
memelihara kesehatan manusia. Lingkungan berkaitan erat dengan stimulus psikologi
seseorang yang akan berdampak pada kesembuhan,karena lingkungan tersebut akan
memberikan dampak baik pada kondisi fisik maupun kondisi psikologis seseorang.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahapan ketika perawat mengaplikasikan ke dalam bentuk
intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah di tetapkan.
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan.
Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi
dengan singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oleh klien saat ini
(Keliat dkk, 2005).
E. Evaluasi Keperawatan
Menurut Rusdi (2013), dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap
proses keperawatan yang meliputi dokumentasi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi tindakan keperawatan dan evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yusuf Zainal. (2015). Manajemen Komunikasi: Filosofi, Konsep, dan Aplikasi.
Bandung: Pustaka Setia Badar.(2016).Asuhan Keperawatan Profesional Jiwa Pada
Pasien Isolasi Sosial : Samarinda Dalami, Ermawati dkk. (2009). Asuhan Keperawatan
Dengan Gangguan Jiwa.Jakarta Dermawan, Deden dan Rusdi. (2013). Konsep dan
Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing Direja, Ade
Herman Surya.2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika. Dinas
Kesehatan Kota Padang. (2013). Profil Kesehatan. Padang: Dinas Hidayat, Aziz Alimul.
2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Edisi kedua. Jakarta: Salemba
Medika. Keliat, et al. 2016. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic
Course). Jakarta: EGC. Keliat, Budi Anna, dkk. (2009). Proses Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Edisi 2. Jakarta:EGC Kuntjojo. 2009. Metode Penelitian. Jakarta Muhith A. 2015.
Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika Purba,dkk (2008). Asuhan Keperawatan Dengan Masalah
Psikosial Dan Gangguan Jiwa. Medan Pusdiklatnakes. 2015. Modul Pelatihan
Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat. Jakarta: Badan PPSDM Kesehatan. Riset
Kesehatan Dasar (2007). Laporan Nasional. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen RI Riset Kesehatan Dasar (2013). Laporan
Nasional. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen RI
Riyadi, Sujono, 2009, Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1,Yogyakarta : Graha Ilmu.
Stuart, Gail W. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC Poltekkes
Kemenkes Padang Sulistyono, dkk. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Ketidakpatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di Rsjd Surakarta.
http://repository.unri.ac.id. Diakses tanggal 10 Januari 2017, Pukul 20.05 Videbeck,
Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC Yosep, Iyus., Sutini, Titin.
(2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa (dan Advance mental healyh nursing). Bandung:
Refika Aditama. Yusuf, AH, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.