Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN PENYAKIT ISOLASI SOSIAL


RUMAH SINGGAH AL HIDAYAH MOJOKERTO

OLEH :
AHMAD HANAFI KOSWARA
201904085

PRODI D3 KEPERAWATAN
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2021-2022
LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

I.1 Pengertian

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami


penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain(Efendi,
Rahayuningsih, & Muharyati, 2002).
Isolasi sosial tidak hanya berdampak secara individu pada klien yang
mengalami, tetapi juga pada sistim klien secara keseluruhan yaitu keluarga dan
lingkungan sosialnya. Isolasi sosial dapat menurunkan produktifitas atau
berdampak buruk pada fungsi di tempat kerja, karena kecenderungan klien
menarik diri dari peran dan fungsi sebelum sakit, membatasi hubungan sosial
dengan orang lain dengan berbagai macam alasan(Merawat & Isolasi, 2010).

I.2 Tanda dan Gejala

I.2.1 Gejala Subjektif

a) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain

b) Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain

c) Respons verbal kurang dan sangat singkat

d) Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain

e) Klien lambat menghabiskan waktu

f) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan

g) Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup


h) Klien merasa ditolak

I.2.2 Gejala Objektif

a) Klien banyak diam dan tidak mau berbicara

b) Tidak mengikuti kegiatan

c) Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang

terdekat

d) Klien tampak sedih, ekspresi datar, dan dangkal

e) Kontak mata kurang

f) Kurang spontan

g) Apatis (Acuh terhadap lingkungan)

h) Ekspresi wajah kurang berseri

i) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri

j) Tidak atau bahkan kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya

k) Masukan makanan dan minuman terganggu

l) Aktivitas menurun

m) Postur tubuh berubah

I.3 Proses Terjadinya Masalah

I.3.1 Etiologi

Penyebab isolasi sosial menarik diri adalah disebabkan oleh faktor

internal yaitu tipe kepribadian tiap individu. Kejadian isolasi sosial menarik

diri yang terjadi juga pada lansia, yang dapat memicu terjadinya masalah
sosial seperti rasa malu untuk berinteraksi, kecemasan, hingga dapat memicu

terjadinya depresi pada lansia(Yunalia, 2015).

Serta isolasi sosial disebabkan oleh kurangnya rasa percaya pada

orang lain, perasaan panik, regresi ketahap sebelumnya, waham, sukar

berinteraksi dimasa lampau, perkembangan ego yang lemah serta represi rasa

takut. (Pustaka Indomedika, 2016).. Selain dari penyebab diatas, isolasi sosial

juga dipengaruhi bebrapa faktor lain, yaitu :

1) Faktor Predisposisi
a. Faktor Perkembangan = Kemampuan membina hubungan

yang sehat tergantung dari pengalaman proses tumbuh

kembang.

b. Faktor Biologi = Genetik adalah salah satu faktor

pendukung gangguan jiwa, dimana faktor genetik dapat

menunjang terhadap respon sosial maladaptive seseorang.

c. Faktor Sosial Budaya = Faktor yang dapat menjadi

pendukung terjadinya gangguan dalam membina

hubungan dengan orang lain

d. Faktor Komunikasi dalam Keluarga = Faktor yang dapat

mengantarkan seseorang kedalam gangguan, jika terbiasa

mengkomunikasikan hal hal yang negative akan

mempengaruhi harga diri rendah pada anak (Pustaka

Indomedika, 2016).

2) Faktor Precipitasi
Stressor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan

yang penuh stress seperti, kehilangan yang mempengaruhi

kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan

menyebabkan ansietas (Pustaka Indomedika, 2016).

a. Faktor Nature (Alamiah)

Karena manusia merupakan makhluk holistic. Meskipun

stressor precipitasi yang sama tetapi berdampak pada

gangguan jiwa atau kondisi psikososial tertentu yang

maladaptive dari indvidu, sangat bergantung pada holistic

individu.

b. Faktor Origin (Sumber Precipitasi)

Sumber precipitasi bak internal maupun eksternal

berdampak pada psikososial seseorang. Hal ini karena

manusia bersifat unik

c. Faktor Timing

Stressor yang berdampak pada trauma psikologis yang

ditentukan oleh kapan terjadinya stressor, berapa lama

frekruensi stressor

d. Faktor Number

Berimplikasi pada kondisi gangguan jiwa sangat

ditentukan oleh banyaknya stressor pada kurun waktu

tertentu
e. Appraisal Of StressorCara menilai predisposisi dan

precipitasi

 Faktor kognitif berhubungan dengan tingkat

pendidikan, luasnya pengetahuan dan pengalaman

 Faktor afektif berhubungan dengan tipe

kepribadian seseorang, tipe introven dan ekstroven

f. Faktor Physiological

Kondisi fisik sepertistatus nutrisi, status kesehatan

fisik,faktor kecandaan berpengaruh bagi penilaian

seseorang terhadap stressor

g. Faktor Behaviour

Faktor perilaku turut berperan pada seseorang dalam

menilai faktor predisposisi dan precipitasi yang

dihadapinya
h. Faktor sosial

Makhluk sosial hidupnya saling ketergantungan antara

satu dengan lainnya.Dengan demikian dapat diamsusikan

bahwa faktor kebersamaan berpengaruh terhadap cara

menilai stressor predisposisi maupun precipitasi

I.3.2 Rentang Respon

Terdapat dua respon yang dapat terjadi pada isolasi sosial, yakni :

a. Respon Adaptif

Merupakan suatu respons yang masih dapat diterima oleh norma-

norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku dalam batas

normal ketika menyelesaikan masalah (Pustaka Indomedika, 2016).

Perilaku respon adaptif, meliputi :

 Menyendiri (Solitude)

Merupakan respons seseorang untuk merenungkan apa yang

telah terjadi di lingkungan sosial (intropeksi)

 Otonomi

Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan

menyampaikan ide, pikiran, dan perasaan dalam hubungan

sosial.

 Bekerja Sama

Merupakan kemampuan individu yang saling membutuhkan

satu sama lain serta mampu untuk member dan menerima


 Interdependen

Merupakan saling ketergantungan antara individu dengan

orang lain dalam membina hubungan interpersonal.

b. Respon Maladaptif

Merupakan suatu respon yang menyimpang dari norma sosial dan

kehidupan disuatu tempat (Pustaka Indomedika, 2016). Perilaku

respon maladaptive, meliputi :

 Menarik Diri

Merupakan keadaan dimana seseorang yang mengalami

kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan

orang lain.

 Ketergantungan

Merupakan keadaan diman mena seseorang gagal

mengembangkan rasa percaya dirinya sehingga tergantung

dengan orang lain.

 Manipulasi

Merupakan hubungan sosial yang terdapat pada individu

dengan menganggap orang lain sebagai objek dan berorientasi

pada diri sendiri ataupun orang lain.

 Curiga

Merupakan keadaan dimana seseorang gagal mengembangkan

rasa percaya diri terhadap orang lain.


 Impulsif

Merupakan ketidak mampuan merencanakan sesuatu, tidak

dapat diandalkan serta mempunyai penilaian yang buruk dan

cenderung memaksakan kehendak.

 Narkisisme

Merupakan harga diri yang rapuh, secara terus menerus

berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, memiliki

sikap egosentris, dan marah jika orang lain tidak mendukung.

I.3.3 Pathway / Patofisiologi

Menurut (Pustaka Indomedika, 2016).

Penolakan dari orang lain

Ketidak percayaan diri

Kecemasan dan ketakutan

Putus asa terhadap hubungan dengan


orng lain

Sulit mengembangkan hubungan


dengan orang lain

Menarik diri dari lingkungan


(Regresi)

Tidak mampu berinteraksi dengan


orang lain Isolasi Sosial
konsep asuhan keperawatan PADA KASUS ISOLASI SOSIAL

I.4 Pengkajian

Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan data pasien isolasi sosial yang
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain. Untuk
mengkaji pasien isolasi social dapat menggunakan wawancara dan observasi
kepada pasien dan keluarga. Pertanyaan berikut dapat ditanyakan pada waktu
wawancara untuk mendapatkan data subjektif :
a) Bagaimana pendapat pasien terhadap orang-orang disekitar (keluarga atau
tetangga)?
b) Apakah pasien punya teman dekat? Bila punya siapa teman dekat itu?
c) Apa yang membuat pasien tidak memiliki orang terdekat dengannya?
d) Apa yang pasien inginkan dari orang-orang disekitarnya?
e) Apakah ada perasaan tidak aman yang dialami oleh pasien?
f) Apa yang menghambat hubungan harmonis antara pasien dengan orang-
orang di sekitarnya?
g) Apakah pasien merasa bahwa waktu begitu lama berlalu?
h) Apakah pernah ada perasaan ragu untuk melanjutkan kehidupan?
Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah :
a) Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama
mahasiswa,nama panggilan, nama klien, nama panggilan klien, tujuan,
waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan. Tanyakan dan
catat usia klien dan No RM, tanggal pengkajian dan sumber data yang
didapat.
b) Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di
rumah sakit, biasanya berupa menyendiri (menghindar dari orang lain),
komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam diri di kamar, menolak
interaksi dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari-hari,
dependen, perasaan kesepian, merasa tidak aman berada dengan orang
lain, merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu, tidak mampu
berkonsentrasi, merasa tidak berguna dan merasa tidak yakin dapat
melangsungkan hidup. Apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang
sudah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah ini.
c) Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa,
bagaimana hasil pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau
mengalami kehilangan,perpisahan, penolakan orang tua, harapan orang tua
yang tidak realistis, kegagalan atau frustrasi berulang, tekanan dari
kelompok sebaya, perubahan struktur social, terjadi trauma yang tiba-tiba
misalnya harus di operasi, kecelakaan, perceraian, putus sekolah, PHK,
perasaan malu karena sesuatu yang terjadi (korban perkosaan, dituduh
KKN, dipenjara tiba-tiba), mengalami kegagalan dalam pendidikan
maupun karier, perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien atau
perasaan negative terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
d) Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan
tanyakan apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien.
e) Psikososial
1. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari
pola komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh
yang disukai,reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai
dan bagian yang disukai.Pada klien dengan isolasi social, klien
menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau
tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan
terjadi, menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negative
tentang tubuh, preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang,
mengungkapkan perasaan keputusasaan, mengungkapkan
ketakutan.
b. Identitas diri
Klien dengan isolasi social mengalami ketidakpastian
memandang diri,sukar menetapkan keinginan dan tidak mempu
mengambil keputusan.
c. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga/pekerjaan/kelompok
masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau
perannya, dan bagaimana perasaan klien akibat perubahan tersebut.
Pada klien dengan isolasi social bisa berubah atau berhenti fungsi
peran yang disebabkan penyakit, proses menuah, putus sekolah,
PHK, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat.
d. Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi,
tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien
terhadap lingkungan,harapan klien terhadap penyakitnya,
bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya. Pada
klien dengan isolasi social cenderung mengungkapkan
keputusasaan karena penyakitnya, mengungkapkan keinginan yang
terlalu tinggi.
e. Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap
diri sendiri,gangguan hubungan social, merendahkan martabat,
mencederai diri, dan kurang percaya diri.
3. Hubungan sosial
Dalam setiap interaksi dengan klien, perawat harus menyadari
luasnya dunia kehidupan klien. Siapa orang yang berarti dalam
kehidupan klien, tempat mengadu, bicara, minta bantuan atau
dukungan baik secara material maupun non-material. Peran serta
dalam kegiatan kelompok/masyarkat sosial apa saja yang diikuti
dilingkungannya. Pada penderita ISOS perilaku sosial terisolasi atau
sering menyendiri, cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan,
suka melamun, dan berdiam diri. Hambatan klien dalam menjalin
hubungan sosial oleh karena malu atau merasa adanya penolakan oleh
orang lain.
4. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan,
kepuasan dalam menjalankan keyakinan.
f) Status mental
1. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Pada klien dengan isolasi social megalami defisit perawatan diri
(penampilan tidak rapi.penggunaan pakaian tidak sesuai, cara
berpakaian tidak seperti biasanya, rambut kotor, rambut seperti tidak
pernah disisr, gigi kotor dan kuning, kuku panjang dan hitam).
2. Pembicaraan
Tidak mampu memulai pembicaraan, berbicara hanya jika
ditanya. Cara berbicara digambarkan dalm frekuensi (kecepatan,
cepat/lambat) volume (keras/lembut) jumlah (sedikit, membisu,
ditekan) dan karakteristiknya (gugup,kata-kata bersambung, aksen
tidak wajar). Pada pasien isolasi sosial bisa ditemukan cara berbicara
yang pelan (lambat, lembut, sedikit/membisu, dan menggunakan kata-
kata simbolik).
3. Aktivitas motorik
Klien dengan isolasi social cenderung lesu dan lebih sering
duduk menyendiri, berjalan pelan dan lemah. Aktifitas motorik
menurun, kadang ditemukan hipokinesia dan katalepsi.
4. Afek dan Emosi
Klien dengan isolasi social cenderung datar (tidak ada
perubahan roman muka pada saat ada stimulus yang menyenangkan
atau menyedihkan) dan tumpul (hanya bereaksi bila ada stimulus
emosi yang sangat kuat)
5. Interaksi selama wawancara
Klien dengan isolasi social kontak mata kurang (tidak mau
menatap lawan bicara), merasa bosan dan cenderung tidak kooperatif
(tidak konsentrasi menjawab pertanyaan pewawancara dengan
spontan). Emosi ekspresi sedih dan mengekspresikan penolakan atau
kesepian kepada orang lain.
6. Persepsi–Sensori
Klien dengan isolasi social berisiko mengalami gangguan
sensori/persepsi halusinasi.
7. Proses Pikir
a. Proses pikir
Arus : bloking (pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa
gangguan dari luar kemudian dilanjutkan kembali).
Bentuk pikir : Otistik (autisme) yaitu bentuk pemikiran
yang berupa fantasi atau lamunan untuk memuaskan keinginan
yang tidak dapat dicapainya.Hidup dalam pikirannya sendiri, hanya
memuaskan keinginannya tanpa perduli sekitarnya, menandakan
ada distorsi arus assosiasi dalam diri klien yang dimanifestasikan
dengan lamunan yang cenderung menyenangkan dirinya.
b. Isi fikir
Social isolation (pikiran isolasi sosial) yaitu isi pikiran yang
berupa rasa terisolasi, tersekat, terkucil, terpencil dari lingkungan
sekitarnya/ masyarakat, merasa ditolak, tidak disukai orang lain,
dan tidak enak berkumpul dengan orang lain sehingga sering
menyendiri.
8. Tingkat Kesadaran
Pada klien dengan isolasi social cenderung bingung, kacau
(perilaku yang tidak mengarah pada tujuan), dan apatis (acuh tak
acuh).
9. Memori
Klien tidak mengalami gangguan memori, dimana klien sulit
mengingat hal-hal yang telah terjadi oleh karena menurunnya
konsentrasi.
10. Tingkat Konsentrasi dan berhitung
Pada klien dengan isolasi social tidak mampu berkonsentrasi :
klien selalu minta agar pertanyaan diulang karena tidak menangkap
apa yang ditanyakan atau tidak dapat menjelaskan kembali
pembicaraan.
11. Daya Tilik
Pada klien dengan isolasi social cenderung mengingkari
penyakit yang diderita : klien tidak menyadari gejala penyakit
(perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu minta
pertolongan/klien menyangkal keadaan penyakitnya, klien tidak mau
bercerita tentang penyakitnya.
12. Koping penyelesaian masalah
Mekanisme yang sering digunakan pada isolasi sosial adalah
regresi,represi, dan isolasi.
1) Regresi adalah mundur kemasa perkembangan yang telah lain.
2) Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang
tidak dapat diterima,secara sadar dibendung supaya jangan tiba
di kesadaran.
3) Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang
mengakibatkan timbulnya kegagalan defensif dalam
menghubungkan perilaku dengan motivasi atau pertentangan
antara sikap dan perilaku.
Pohon masalah
Resiko Halusinasi → (efek)
Isolasi social → (core probem)
Harga diri rendah → (causa)

I.5 Diagnosis

1) Isolasi Sosial
2) Harga Diri Rendah Kronis
3) Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
4) Koping Individu Tidak Efektif
5) Intoleran Aktivitas
6) Defisit Perawatan Diri

I.6 Nursing Care Plane (NCP)

Perencanaan
Tujuasn kriteria hasil Intervensi Rasional
Tujuan Umum:
Klien dapat
berinteraksi dengan
orang lain.
TUK I: kriteria evaluasi: 1.1 Bina hubungan Hubungan
Klien dapat Klien dapat saling percaya saling percaya
membina  Klien mau dengan merupakan
hubungan saling menjawab salam menggunakan langkah awal
percaya  Klien mau prinsip komunikasi untuk
berjabat tangan terapeutik menentukan
 Klien mau a. Sapa klien keberhasilan
menjawab dengan rencana
pertanyaan ramah ,baik selanjutnya

 Ada kontak mata verbal maupun

 Klien mau duduk non verbal

berdampingan b. Perkenalkan

dengan perawat diri dengan


sopan
c. Tanya nama
lengkap klien
dan nama
pangilan yang
disukai Klien
d. Jelaskan tujuan
pertemuan
e. Jujur dan
menepati janji
f. Tunjukan sikap
empati dan
menerima klien
apa adanya
g. Beri perhatian
pada klien
TUK 2: Kriteria evaluasi: a. Kaji pengetahuan Dengan
Klien dapat Klien dapat klien tentang mengetahui
menyebutkan menyebutkan perilaku menarik diri tanda-tanda dan
penyebab perilaku penyebab perilaku dan tanda-tandanya gejala menarik
menarik diri menarik diri yang b. Beri kesempatan diri akan
berasal dari : klien untuk menentukan
a.Diri sendiri mengungkapkan langkah
b.Orang lain perasaan penyebab intervensi
c.Lingkungan menarik diri atau selanjutnya.
tidak mau bergaul
c .Diskusikan bersama
klien tentang
perilaku menarik
diri, tanda dan
gejala.
d. Berikan pujian
terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaanya,
Perencanaan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
TUK 3: kriteria evaluasi: 3.1 Kaji pergetahuan Reinforcement
klien tentang dapat
Klien dapat  Klien dapat
keuntungan dan meningkatkan
menyebutkan menyebutkan
manfaat bergaul harga diri
tentang tentang keuntungan
dengan orang lain
keuntungan berhubungan
3.2 Beri kesempetan
berhubungan dengan orang
klien untuk
dengan orang lain.misal banyak
mengungkapkan
lain dan teman ,tidak
perasaannya
kerugian tidak sendiri ,bisa
tentang
berhubungan diskusi,dll.
keuntungan
dengan orang  Klien dapat
berhubungan
lain menyebutkan
dengan dengan
tentang kerugian
orang lain
tidak berhubungan
3.3 Diskusikan
dengan orang lain
bersama klien
misal: sendiri
tentang manfaat
tidak k punya
berhubungan
teman, sepi,dll.
berhubungan
dengan orang lain
3.4 Kaji pengetahuan
klien tentang ke
rugian bila tidak
berhubungan
dengan orang lain.
3.5 Beri kesempatan
kepada klien untuk
mengungkapkan
perasaan tentang
kerugian bila tidak
berhubungan dngan
orang lain
3.6 Diskusikan
bersama klien
tentang kerugian
tidak berhubungan
dengan orang lain
3.7 Ben reinforcement
positif terhadap
kemampuan
mengungkapkan
perasaan tentang
kerugian tidak
berhubungan
dengan orang lain
TUK 4: Kriteria evaluasi : 4.1 Kaji kemampuan Mengetahui
klien membina sejauh mana
Klien dapat Klien dapat
hubungan dengan pengetahuan
Melaksanakan Mendemonstrasikan
orang lain Klien
hubungan sosia l hubungan sosia l
berhubungan
secara secara secara secara 4.2 Doreng dan bantu
dengan orang
bertahap. bertahap. klien untuk
lain
berhubungan
a) Klien-perawat
dengan orang lain
b) Klien-perawat-
melalui
perawat lain .
c) Klien- perawat-  Klien-perawat
perawat lain-  Klien-perawat-
klien lain perawat lain .
d) Klien-kelompok  Klien- perawat-
kecil perawat lain-klien
Klien-keluarga/ lain
kelompok  Klien-kelompok
/masyarakat kecil
 Klien-keluarga/
kelompok
/masyarakat
4.3 Beri reinforcement
terhadap
keberhasilan yang
yang telah dicapai
di rumah nanti.

4.4 Bantu klien untuk


merevaluasi
manfaat
berhubungan
dengan orang lain

4 5 Diskusikan jadwal
harian yang dapat
dilakukan bersama
klien dalam
mengisi waktu

4.6 Motivasi klien


untuk mengikuti
kegiatan terapi
Aktivitas kelompok
sosialisasi.

4.7 Beri reinforcement


atas kegiatan klien
dalam kegiatan
ruangan

Perencanaan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
TUK 5: Kriteria evaluasi : 5.1 Dorong klien Agar klien lebih
mengungkapkan percaya diri
Klien dapat Klien dapat
perasaannya bila berhubungan
mengungkapkan mengungkapkan
berhubungan dengan orang
perasaannya perasaannya setelah
dengan orang lain lain
setelah berhubungan
5.2 Diskusikan dengan mengetahui
berhubungan dengan orang lain
klen manfaat sejauh mana
dengan orang lain untuk :
berhubungan pengetahuan
 Diri sendiri dengan orang lain klien tentang
 Orang lain 5.3 Beri reinforcement kerugian bila
positif atas tidak
kemampuan klien berhubungan
mengungkapkan dengan orang
perasaan manfaat lain
berhubungan
dengan orang lain
TUK 6: Kriteria evaluasi : 6.1 BHSP dengan Agar klien lebih
keluarga percaya diri dan
Klien dapat Keluarga dapat:
tahu akibat
memberdayakan  Salam, perkenalan
a) Menjelaskan berhubungan
sistem pendukung  Sampaikan tujuan
Perasaannya dengan orang
atau keluarga atau  Membuat kontrak
b) Menjelaskan lain Mengetahui
keluarga mampu  Eksplorasi perasaan
cara. merawat sejauh mana
mengembangkan keluarga
klien menarik pengetahuan
kemampuan klien 6..2 Diskusikan dengan
diri klien tentang
untuk berhubungan anggota keluarga
membina
dengan orang lain . c)Mendemonstrasi tentang:
hubungan
kan cara
a Perilaku menarik diri dengan orang
perawatan
b Penyebab perilaku lain
menarik diri
menarik diri.

d) .Berpartisipasi c.Cara keluarga

dalam menghadapi klien

perawatan yang sedang menarik


6.3 Dorong anggota
keluarga untuk
menarik diri
memberikan
dukungan kepada
klien
berkomunikasi
dengan orang lain

6.4 Anjurkan anggota


keluarga untuk
secara rutin dan
bergantian
mengunjungi klien
minimal 1x
seminggu

6.5 Beri reinforcement


atas hal-hal yang
telah dicapai oleh
keluarga

I.7 Implementasi

Implementasi dilakukan berdasarkan intervensi yang telah dibuat

I.8 Evaluasi

Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut


pengumpulan data subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah
tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai apa belum, evaluasi
membandingkan keadaan yang ada pada pasien dengan kriteria hasil pada
perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, S., Rahayuningsih, A., & Muharyati, W. (2002). Pengaruh Pemberian

Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Perubahan Perilaku Klien

Isolasi Sosial.

Merawat, D., & Isolasi, K. (2010). Jurnal Keperawatan Soedirman (The

Soedirman Journal of Nursing), Volume 5, No.2, Juli 2010, 5(2), 85–94.

Perilaku, D. A. N., Penerapan, M., & Perilaku, T. (n.d.). Peningkatan kemampuan

interaksi sosial (kognitif, afektif dan perilaku) melalui penerapan terapi

perilaku kognitif di rsj dr amino gondohutomo semarang, 121–128.

Yunalia, E. M. (2015). HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN

DENGAN KEJADIAN ISOLASI SOSIAL MENARIK DIRI PADA

LANSIA, 3(3), 30–35.

Zainuri, Imam., Azizah Lilik M., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan

Jiwa - Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Edisi Pertama

Anda mungkin juga menyukai