Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN

ISOLASI SOSIAL
DI PUSKESMAS BOJONGMANIK

Disusun Oleh :

SUKIRNO

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA

JAKARTA

2022
2
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KASUS ISOLASI SOSIAL


A. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa
ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain (Damayanti, 2012).
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang
merupakan mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam
dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain dan
lingkungan (Keliat, 2015).
Isolasi sosial atau menarik diri merupakan keadaan seorang
individu yang mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak
mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat & Akemat, 2015).
Isolasi sosial atau menarik diri adalah suatu pengalaman
menyendiri dari seseorang dan perasaan segan terhadap orang lain
sebagai sesuatu yang negatif atau keadaan yang mengancam (Nurhaeni
H.dkk, 2011)

B. Tanda dan Gejala


Menurut Towsend.M.C dan Carpenito L.J Isolasi sosial : menarik diri
sering ditemukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut: kurang
spontan, apatis, ekspresi wajah tidak berseri, tidak memperhatikan
kebersihan diri, komunikasi verbal kurang, menyendiri, tidak peduli
lingkungan, asupan makanan terganggu, retensi uriendan feses,
aktivitas menurun, posisi baring seperti feses, menolak berhubungan
dengan orang lain. (Yusuf, dkk. 2015)
1) Data Subyektif

3
Sukar didapati jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa data
subyektif adalah menjawab pertanyaan dengan singkat, seperti kata-
kata “tidak”, “iya”, “tidak tahu”.
2) Data obyektif
Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan:
a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
b. Menghindar dari orang lain (menyindir), klien tampak dari orang
lain, misalnya pada saat makan.
c. Komunikasi kurang/ tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-
cakap dengan klien lain/ perawat
d. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
e. Berdiam diri di kamar/ tempat terpisah. Klien kurang
mobilitasnya.
f. Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan
percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
g. Tidak melakukan kegatan sehari-hari. Artinya perawatn diri dan
kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.
h. Posisi janin pada saat tidur.

C. Rentang Respon

Berikut ini akan dijelaskan tentang respon yang terjadi pada isolasi sosial:
1) Respon adaptif
a. Adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial
dan kebudayaan secara umum berlaku. Dengan kata lain individu

4
tersebut masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah.
Berikut ini adalah sikap termasuk respon adaptif.
b. Menyendiri, respon yang dibutuh kan seseorang untuk merenungkan
apa yang terjadi di lingkungannya.
c. Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan
ide, pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
d. Bekerja sama, kemmapuan individu yang saling membutuhkan satu
sama lain.
e. Interdependen, saling ketergantungan  antara individu dengan orang
lain dalam membina hubungan interpersonal.
2) Respon maladaptif
a. Adalah respon yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan di
suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon
maladaptif.
b. Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina
hubungan secara terbuka dengan orang lain.
c. Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri
sehingga tergantung dengan orang lain.
d. Manipulasi seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek
individu sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara
mendalam.
e. Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang
lain.

6. Etiologi Faktor predisposisi


Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku isolasi
sosial (Yosep,I., & Sutini, T. 2014)
a. Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi
sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseorang sehingga
mempunyai masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang
terganggu juga dapat mempengaruhi terjadinya menarik diri.

5
Organisasi anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga profesional
untuk mengembangkan gambaran yng lebih tepat tentang hubungan
antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif dapat
mengurangi masalah respon sosial menarik diri.
b. Faktor biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif.
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan
berat dan volume otak serta perubahan limbik diduga dapat
menyebabkan skizofrenia.
c. Faktor sosiolkultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini
merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan
terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang
tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik.
Isolasi dapat dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku dan
sitem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan
yang tidak realistis terhadap hubungn merupakan faktor lain yang
berkaitan dengan gangguan ini.

7. Faktor presipitasi
Ada beberapa faktor presipitasi yang dapat menyebabkan seseorang
menarik diri. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dario berbagai stressor
antara lain:
a. Stressor sosiokultural
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gaangguan
dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya menurunnya
stabilitas unit keluarga, berpisah dari orang yang berarti dalam
kehidupannya, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
b. Stressor psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan

6
orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi
kebutuhannya hal ini dapat menimbulkan ansietas tinggi bahkan dapat
menimbulkan seseorang mengalami gangguan hubungan (menarik
diri).
c. Stressor intelektual
1) Kurangnya pemahaman diri dalam ketidakmampuan untuk
berbagai pikiran dan perasaan yang mengganggu pengembangan
hubungan dengan orang lain.
2) Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan
kesulitan dalam menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit
berkomunikasi dengan orang lain.
3) Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan
orang lain akan persepsi yang menyimpang dan akan berakibat
pada gangguan berhubungan dengan orang lain.
d. Stressor fisik
1) Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang
menarik diri dari orang lain
2) Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau malu
sehingga mengakibatkan menarik diri dari orang lain.

8. Mekanisme Koping
a. Perilaku curiga : regresi, proyeksi, represi.
b. Perilaku Dependen : regresic.
c. Perilaku Manipulatif : regresi, represid.
d. Isolasi atau menarik diri : regresi, repsesi. Isolasi
(Eko prabowo:2014:113)

B. Proses Terjadinya Masalah


Salah satu gangguan berhubungan social diantanranya perilaku menarik
diri atau isolasi social yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bias
dialamipasien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan,
ketegangan, kekecewaan dan kecemasan.Perasaan tidak berharga menyebabkan

7
pasien makin sulit dalam mengembangkan berhubungan dengan orang lain.
Akibatnya pasien menjadi regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam
aktifitas dan kurangnya perhatian dan kebersihan diri. Pasien semakin
tenggelam dalam perjalinan terhadap penampilan dan tingkah laki masa lalu
serta tingkah laku yang tidak sesuai dalam kenyataan, sehingga berakibat lanjut
halusinasi (Eko prabowo, 2014).

C. Pohon masalah
Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

Isolasi Sosial

Koping

D. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


Adapun Pengkajian Keperawatan (O’Brien, dkk. 2014)
1. Data yang perlu dikaji
a. Data Mayor
Data Subjektif
1) Mengatakan malas berinteraksi
2) Mengatakan orang lain tidak mau menerima dirinya
Data Objektif
1) Menyendiri
2) Tidak ada kontak mata
3) Mengurung diri
4) Tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain

8
5) Tegang gelisah
b. Data Minor
Data Subjektif :
1) Curiga dengan orang lain
2) Mendengar suara/melihat bayangan
3) Merasa kesepian
4) Merasa tidak berguna
5) Merasa tidak aman berada dengan orang lain
Data Objektif
1) Mematung
2) Mondar-mandir tanpa arah
3) Tidak berinisiatif berhubungan dengan orang lain

E. Diagnosa Keperawatan
Adapun masalah keperawatan yang muncul adalah (Nanda, 2018)
1. Isolasi sosial : Menarik diri
2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
3. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi.

9
F. Rencana Tindakan Keperawatan Jiwa

Hari/Tgl Diagnosa Perencanaan


keperawatan
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi Rasional

Isolasi sosial TUM: Setelah 4 x Setelah 2 x 1 menit pertemuan


15 menit klien klien mampu membina
1. Bina hubungan saling percaya Hubungan saling
dapat berinteraksi hubungan saling percaya
dengan menggunakan prinsip percaya merupakan
dengan orang lain dengan perawat
komunikasi terapeutik langkah awal untuk
TUK 1: klien 1. Klien dapat
a. Sapa klien dengan ramah, baik menentukan
dapat membina mengungkapkan perasaan
verbal maupun norverbal keberhasilan
hubungan saling dan keberadaannya secara
b. Perkenalkan diri dengan sopan rencana selanjutnya
percaya (BHSP) verbal
c. Tanyakan nama lengkap dan
a. Klien mau menjawab
nama panggilan yang disukai
salam
pasien
b. Klien mau berjabat
d. Jelaskan tujuan pertemuan
tangan

10
c. Mau menjawab e. Jujur dan tepati janji
pertanyaan f. Tunjukan sikap empati dan
d. Ada kontak mata menerima klien apa adanya
e. Klien mau duduk g. Beri perhatian pada klien dan
berdampingan dengan perhatikan kebutuhan klien
perawat
TUK 2 Klien dapat menyebutkan 1. Berikan kesempatan kepada Dengan
Klien dapat penyebab isolasi sosial yang klien untuk mengungkapkan mengungkapkan
menyebutkan berasal dari: perasaan penyebab isolasi sosial perasaan, bisa
penyebab isolasi a. Diri sendiri atau tidak mau bergaul. mengetahui
sosial b. Orang lain 2. Diskusikan bersama klien penyebab isolasi
c. Lingkungan tentang perilaku menarik diri, sosial
tanda dan gejala.
3. Berikan pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan perasaannya
TUK 3 klien Klien dapat menyebutkan 1. Kaji pengetahuan klien tentang Reinforment dapat
dapat keuntungan berhubungan keuntungan dan manfaat meningkatkan
menyebutkan dengan orang lain, misalnya bergaul dengan orang lain harga diri

11
keuntungan banyak teman, tidak sendiri 2. Beri kesempatan kepada klien
berhubungan dan bisa diskusi untuk mengungkapkan
dengan orang lain perasaannya tentang
dan kerugian keuntungan berhubungan
tidak dengan orang lain
berhubungan 3. Diskusikan bersama klien
dengan orang lain tentang manfaat berhubungan
dengan orang lain
4. Kaji pengetahuan klien tentang
kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang lain
a. Beri kesempatan klien
untuk mengungkapkan
perasaan tentang kerugian
bila tidak berhubungan
dengan orang lain
b. Diskusikan bersama klien
tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang

12
lain
c. Beri reinforcment positif
terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang
lain
TUK 4 klien Klien dapat menyebutkan 1. Kaji kemampuan klien membina Mengetahui sejauh
dapat kerugian tidak berhubungan hubungan denga orang lain mana pengetahuan
melaksanakan dengan orang lain misalnya 2. Dorong dan bantu klien untuk klien tentang
hubungan sosial sendiri, tidak punya teman dan berhubungan dengan orang lain berhubungan
secara bertahap sepi melalui: dengan orang lain.
3. Bantu klien mengevaluasi
manfaat berhubungan dengan
orang lain
4. Diskusikan jadwal harian yang
dapat dilakukan bersama klien
dalam mengisi waktu
5. Motivasi klien untuk mengikuti

13
kegiatan terapi aktivitas
kelompok sosialisasi
6. Beri reinforcement atas
kegiatan klien dalam kegiatan
ruangan
TUK 5 klien Klien dapat 1. Dorong klien untuk Agar klien lebih
dapat mendemonstrasikan hubungan mengungkapkan perasaannya percaya diri untuk
bila berhubungan dengan orang berhubungan
mengungkapkan dengan orang lain
lain dengan orang lain.
perasaannya a. klien-perawat 2. Diskusikan dengan klien Mengetahui sejauh
setelah b. klien-perawat-perawat lain manfaat berhubungan dengan mana pengetahuan
orang lain klien tentang
berhubungan c. klien-perawat-perawat lain-
3. Beri reinforCment positif atas kerugian bila tidak
dengan orang lain klien lain kemampuan klien berhubungan
d. klien-kelompok kecil mengungkapkan perasaan dengan orang lain
manfaat berhubungan dengan
orang lain

TUK 6
Klien Klien dapat mengungkapkan 1. BHSP dengan keluarga Agar klien lebih
dapat perasaan setelah berhubungan a. Salam, perkenalkan diri percaya diri dan
b. Sampaikan tujuan tahu akibat tidak
memberdayakan dengan orang lain untuk:
c. Membuat kontrak berhubungan

14
sistem pendukung a. Diri sendiri d. Explorasi perasaan keluarga dengan orang lain.
atahu keluarga b. Orang lain 2. Diskusikan dengan anggota
keluarga tentang: Mengetahui sejauh
atahu keluarga
a. Perilaku menarik diri mana pengetahuan
mampu Keluarga dapat: b. Penyebab perilaku menarik tentang membina
mengembangkan a. Menjelaskan diri hubungan dengan
c. Cara keluarga menghadapi orang lain.
kemampuan klien perasaannya
klien yang sedang menarik
untuk b. Menjelaskan cara diri. Klien mungkin
berhubungan merawat klien menarik 3. Dorong anggota keluarga untuk dapat mengoobati
memberikan dukungan kepada perasaan tidak
dengan orang diri
klien berkomunikasi dengan nyaman, bimbang
lain. c. Mendemonstrasikan klien berkomunikasi dengan karena memulai
cara perawatan klien orang lain. hubungan dengan
menarik diri 4. Anjurkan anggota keluarga untuk orang lain.
secara rutin dan bergantian Reinforceiment
d. Berpartisipasi dalam mengunjungi klien secara dapat
perawatan klien bergantian minimal 1x meningkatkan
menarik diri. seminggu. kepercayaan diri
5. Beri reinforceiment atas hal-hal klien.
yang telah dicapai oleh keluarga.
Dengan dukungan
keluarga, klien
akan merasa

15
diperhatikan.

16
Strategi Pelaksanaan
Adapun strategi pelaksanaan Isolasi Sosial, yaitu (O’Brien, 2014) :
Sp pasien Sp Keluarga
Strategi Pelaksanaan 1 Strategi Pelaksanaan 1
1. Mengidentikasi penyebab isolasi 1. Diskusikan masalah yang
pasien : siapa yang serumah, siapa dirasakan keluarga dalam
yang dekat, yang tidak dekat, dan merawat pasien
apa sebabnya. 2. Jelaskan pengertian isolasi
2. Mendiskusikan dengan pasien sosial, tanda dan gejala serta
tentang keuntungan punya teman proses terjadinya isolasi sosial
dan bercakap-cakap (gunakan booklet)
3. Mendiskusikan dengan pasien 3. Jelaskan cara merawat pasien
tentang kerugian tidak punya dengan isolasi sosial
teman dan tidak bercakap-cakap. 4. Latih dua cara merawat : cara
4. Latih cara berkenalan dengan berkenalan, berbicara saat
pasien dan perawat atau tamu. melakukan kegiatan harian.
5. Masukan pada jadwal kegiatan 5. Ajurkan membantu pasien
untuk latihan berkenalan. sesuai jadwal dan memberikan
pujian saat besuk.
Strategi Pelaksanaan 2 Strategi Pelaksanaan 2
1. Evaluasi kegiatan berkenalan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
(berapa orang beri pujian) dalam merawat / melatih pasien
2. Latih cara berbicara saat berkenalan dan berbicara saat
melakukan kegiatan harian (latih 2 melakukan kegiatan harian.
kegiatan) Beri pujian
3. Masukkan pada jadwal kegiatan 2. Jelaskan kegiatan rumah tangga
untuk latihan berkenalan 2-3 orang yang dapat melibatkan pasien
pasien, perawat dan tamu, berbicara (makan, sholat
berbicara saat melakukan kegiatan bersama) di rumah
harian. 3. Latih cara membimbing pasien
berbicara dan memberi pujian
4. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal saat besuk.
Strategi Pelaksanaan 3 Strategi Pelaksanaan 3
1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
berkenalan (berapa orang) dan dalam merawat / melatih
bicara saat melakukan dua berkenalan, berbicara pasien
kegiatan harian. Beri pujian. saat melakukan kegiatan harian.
2. Latih cara berbicara saat Beri pujian.
melakukan kegiatan harian (2 2. Jelaskan cara melatih pasien
kegiatan baru) melakukan termasuk minum

17
3. Masukan pada jadwal kegiatan obat ( discharge planning)
untuk latihan berkenalan 4-5 3. Menjelaskan follow up pasien
orang, berbicara saat melakukan 4 setelah pulang
kegiatan harian.
Strategi Pelaksanaan 4 Strategi Pelaksanaan 4
1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
berkenalan, bicara saat melakukan dalam merawat / melatih pasien
empat kegiatan harian. Beri pujian berkenalan, berbicara saat
2. Latih cara bicara sosial : meminta melakukan kegiatan harian /
sesuatu, menjawab pertanyaan. RT, berbelanja. Beri pujian.
3. Masukan pada jadwal kegiatan 2. Jelaskan follow up ke RSJ/
untuk latihan berkenalan >5 oang, PKM, tanda kambuh dan
orang baru, berbicara saat rujukan.
melakukan kegiatan harian dan 3. Anjurkan membantu pasien
sosialisasi. sesuai jadwal kegiatan dan
memberikan pujian.
Strategi Pelaksanaan 5 Strategi Pelaksanaan 5
1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
berkenalan, bicara saat melakukan dalam merawat / melatih pasien
kegiatan harian dan sosialisasi. berkenalan, berbicara saat
Beri pujian melakukan kegiatan harian. RT,
2. Latih kegiatan harian berbelanja dan kegiatan lan dan
3. Nilai kemampuan yang telah follow up. Beri pujian.
mandiri 2. Nilai kemampuan keluarga
4. Nilai apakah isolasi sosial teratasi. merawat pasien
3. Nilai kemampuan keluarga
melakukan kontrol ke RSJ /
PKM

18
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, M., & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika
Aditama.
Keliat, B. A. 2015. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta : EGC
Keliat, B. A., Akemat, Helena, N., & Nurhaeni, H. 2012. Keperawatan Kesehatan
Jiwa Komunitas: CHMN (Basic Course). Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Munith, A. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Andi.
Nurarif, A.H., & Kusuma, H. 2018. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA (North Amercan Nursing Diagnosis
Association) NIC-NOC Jilid2. Jogjakarta : Medication.
Nurhaeni H.dkk, 2011.Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas.Jakarta:EGC
O’Brien, dkk. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Pskiatrik Teori dan Praktik.
Jakarta : EGC.
Yosep,I., & Sutini, T. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika
Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika

19

Anda mungkin juga menyukai