Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

DENGAN PASIEN ISOLASI SOSIAL

DISUSUN

OLEH :

ELISABETH REDEGONDA LETO


2018610068

PROGRMA STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2021
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG

LAPORAN PENDAHULUAN
(Hari Pertama Praktek)

A. Kasus(masalah utama)
Gangguan isolasi sosial (menarik diri)

B. Proses terjadinya masalah


1. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak terima kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain (Damayanti, 2012).
Isolasi sosial adalah gangguan dalam hubungan yang merupakan mekanisme individu
terhadap suatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang
lain dan lingkungan (Keliat, 2015).
Isolasi sisial atau menarik diri merupakan keadaan seseorang individu yang mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain ( Keliat & Akemat, 2015)
Isolasi sosial atau menarik diri adalah suatu pengalaman menyendiri dari seseorang dan
perasaan segan terhadap orang lain sebagai sesuatu yang negatif atau keadaan yang
mengancam ( Nurhaeni H. dkk , 2011).
2. Tanda dan gejala
Menarik diri sering ditemukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut: kurang spontan
apatis, ekspresi, wajah tidak berseri, tidak memperhatikan kebersihan diri, komunikasi
verbal kurang, menyendiri, tidak peduli lingkungan asupan makanan terganggu, retensi
urendan feses, aktifitas menurun posisi baring seperti feses, menolak berhubungan
dengan orang lain (Yusuf, dkk. 2015)
a. Data subyektif
Sukar didapati jika klien menolak berkomunikasi.
b. Data obyektif
Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan
- Apatis ekspresi sedih efek tumpul
- Menghindari dari orang lain (menyendiri) klien tampak dari orang lain misalnya
pada saat makan
- Komunikasi kurang /tidak ada . klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien
lain/perawat.
- Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menduduk
- Berdiam diri dikamar/ tempat terpisah klien kurang moblitasnya
- Menolak berhubungan dengan orang lain klien memutuskan percakapan atau pergi
jika diajak bercakap-cakap
- Tidak melakukan kegiatan sehari-hari artinya perawatan diri dan kegiatan rumah
tangga sehari-hari tidak dilakukan.
- Posisi janin pada saat tidur.

3. Rentang respon

Respon adaptif Respon maladaptif

Menyendiri mersasa sendiri manipulasi


Otonomi menarik diri implusif
Bekerja sama tergantung narcissime
Saling tergantung
a) Respon adaptif
- Adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
kebudayaan secara umum berlaku. Dengan kata lain individu tersebut masih
dalam batas normal kerika menyelesaikan masalah.
- Menyendiri respon yang dibutuhkan seseorang untuk mengurangkan apa yang
terjadi dilingkungan
- Otonomi kemampuan individu untuk menetukan dan menyampaikan ide, pikiran
dan perasaan dalam hubungan sosial.
- Bekerja sama kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama lain
- Interdependen saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam
membina hubungan interpersonal.
b) Respon maladaptif
- Adalah respon yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan disatu tempat.
Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon maladaptif
- Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan
secara terbuka dengan orang lain.
- Ketergantungan seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri sehingga
tergantung dengan orang lain.
- Manipulasi seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu
sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
- Curiga seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain.
4. Etiologi
Faktor –faktor yang mempengrauhi isolasi sosial:
a. Faktor predisposisi
- Faktor perkembangan: tiap gangguan dalam pencapain tugas perkembangan dari
masa bayi sampai dewasa itu akan menjadi pencetus seseorang sehingga mempunyai
masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat
mempengarhi terjadinya menarik diri. Organisasi anggota keluarga bekerja sama
dengan tenaga profesional untuk mengembangkan yang lebih tentang hubungan
antara kelainan jiwa dan stress keluarga.pendekatan kolaboratif dapat mengurangi
masalah respon sosial menari diri.
- Faktor biologik: faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif
genetik merupakan sala satu faktor pendukung gangguan jiwa kelainan struktur otak
seperti atropi pembesaran ventrikel penurunan berat dan volume otak serta perubahan
limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
- Faktor sosiokultural: isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan.
Ini merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang
lain, atau tidak menghargai anggota asyarakat yang kurang produktif seperti lansi,
orang cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma
perilaku dan sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan
yang tidak realitis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan
gangguan ini.
b. Faktor prespitasi
1) Stress sosiokultural: stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan
dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya menurunya stabilitas unit
keluarga berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupanya mislanya karena
dirawat dirumah sakit.
2) Stressor psikologik: asietas berat yang berkepanjanganterjadi berssama keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat
atau kegagalan orang lain untuk memenuhui kebutuhanya hal ini dapat menimbulkan
seseorang mengalami gangguan hubungan (menarik diri)
3) Stressor intelektual
- Kurangnya pemahaman diri dalam ketidakmampuan untuk berbagai pikiran
dengan perasaan yang mengganggu pengembangan hubungan dengan orang lain.
- Kelien dengan kegagalan adalah orang yang kesepian dan kesulitan dalam
menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit berkomunikasi dengan orang lain.
- Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan orang lain akan
presepsi yang menyimpang dan akan berakibat pada gangguan berhubungan
dengan orang lain.
4) Stressor fisik
- Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang menarik diri dari
orang lain.
- Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau malu sehingga
mengakibatkan menarik diri dari orang lain.
5. Proses terjadinya masalah
Sala satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi
yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang biasa dialami pasien dengan latar
belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan, kecemasan.
Perasaan tidak berharga menyebabkan pasien makin sulit dalam mengembangkan
berhubungan dengan orang lain. Akibatnya pasien menjadi regresi atau mundur
mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya perhatian dan kebersihan diri.
Pasien semakin tengelam dalam perjalinan terhadap penampilan dan tingka laku masa
lalu dan tingka laku yang tidak sesuai dalaam kenyataan sehingga berakibat lanjut
halusinasi ( Eko prabowo, 2014)

C. Pohon masalah

Resiko gangguan sensori presepsi :halusinasi

Isolasi sosial defisit perawatan diri

Mekanisme koping tidak efektif

Gangguan konsep diri : harga diri rendah


D. Data perlu dikaji
a. Data mayor :
Data subjektif
1) Mengatakan malas berinteraksi
2) Mengatakan orang lain tidak mau menerima dirinya
Data objektif
1) Menyendiri
2) Tidak ada kontak mata
3) Mengurung diri
4) Tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain
5) Tengang gelisah
b. Data minor
Data subjektif
1) Curiga dengan orang lain
2) Mendegar suara/ melihat bayangan
3) Merasa kesepian
4) Merasa tidak berguna
5) Merasa tidak aman berada dengan orang lain
Data objektif
1) Mematung
2) Mondar-mandir tanpa arah
3) Tidak berinisiatif berhubungan dengan orang lain.

E. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi sosial : menarik diri
b. Gangguan konsep : harga diri rendah
c. Gangguan presepsi sensori : halusinasi
F. Rencana tindakan keperawatan
1. Diagnose keperawatan isolasi social: menarik diri
Tujuan umum: pasien dapat berinteraksi dengan orang lain
Tujuan khusus: klien dapat membina hubungan saling percaya (BHSP)
Tindakan:
- Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
a. Sapa klien dengan rama baik verbal maupun nonverbal
b. perkena;kan diri dengan sopan
c. tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai pasien
d. jelaskan tujuan pertemuan
e. jujur dan tepat janji
f. tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
g. Beri perhatian pada klien dan pertahanlan kebutuhan klien
- Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
- Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
- Berdiskusikan dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain
- Mengajarkan pasien cara berkenanlan dengan satu orang
- Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan
orang lain dalam kegiatan harian.

2. Diagnosa keperawatan gangguan konsep : harga diri rendah


Tujuan umum: pasien tidak malu dan dapat berinteraksi dengan orang lain
Tujuan khusus: klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
- Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
- Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit
- Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
- Beri kesempatan kepada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan

3. Diagnosa keperawatan: gangguan persepsi sensori: halusinasi


Tujuan: pasien dapat mengontrol halusinasi, pasien mengenali halusinasi yang
dialaminya.
Tindakan:
- Membantu pasien mengenali halusinasi
- Membantu pasien mengontrol halusinasi
- Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas terjadwal
- Melatih pasien menggunakan obat secara teratur
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, M., & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama
Keliat, B. A. 2015. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta : EGC
Keliat, B. A., Akemat, Helena, N., & Nurhaeni, H. 2012. Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas: CHMN (Basic Course). Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Munith, A. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Andi.
Nurhaeni H.dkk, 2011.Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas.Jakarta:EGC
O’Brien,dkk. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Pskiatrik Teori dan Praktik. Jakarta : EGC.
Yosep,I., & Sutini, T. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika
Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medik
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG

LAPORAN PENDAHULUAN
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KE -

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien:
Pasien mengatakan malu mengatakan masalah yang terjadi padanya. Pasien mengatakan
jarang mengikuti kegiatan di masayarakat seperti gotong royong, karang taruna, dan
musyawarah. Pasien mengatakan pernah mengalami hal yang tidak menyenangkan yaitu
kematian kakeknya pada tahun 2004, pasien merasa sedih karena hanya kakeknya orang
yang di percaya. Pasien mengatakan sulit berkomunikasi dengan orang lain malu untuk
membuka diri. Pasien juga takut berinteraksi dengan orang lain karena takut berantam
dengan temannya.

2. Diagnosa keperawatan
Isolasi sosial: menarik diri

3. Tujuan khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial
c. Klien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungan dengan orang lain
d. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
e. Klien mampu menjelaskan perasaan setlah berhubungan dengan orang lain
f. Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial
g. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik

4. Tindakan keperawatan:
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
c. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksai dengan orang lain
d. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain
e. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
f. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan
orang lain dalam kegiatan harian.

A. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
ORIENTASI
1. Salam Terapeutik:
Selamat pagi pak. Perkenalkan saya perawatan elisabeth yang akan merawat bapak
selama disini. Bapak bisa memanggil saya dengan lisa, saya bertugas pagi dari jam
07.00-14-00. Nama bapak siapa? Senangnya dipanggil apa?

2. Evaluasi/ Validasi: bagaimana keadaan bapak hari ini? Apa yang bapak rasakan saat
ini?
3. Kontrak: Topik, waktu, dan tempat
Baiklah Bu, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan Bu dan
kemampuanyang Bu miliki? Apakah bersedia? Tujuananya Agar ibu dengan saya
dapat saling mengenalsekaligus ibu dapat mengetahui keuntungan berinteraksi dengan
orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain. Berapa lama Bu mau
berbincang-bincang? Bagaimana kalau20 menit? Ibu mau berbincang-bincang
dimana?

KERJA: Langkah-Langkah Tindakan keperawatan:


Tindakan Keperawatan dengan pendekatan strategi pelaksanaan (SP) 1
Dengan siapa ibu tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan ibu? apa yang menyebabkan
ibu dekat dengan orang tersebut? Siapa anggota keluarga dan teman ibu yangtidak dekat dengan
ibu? apa yang membuat ibu tidak dekat dengan orang lain? Apa saja kegiatan yang biasa ibu
lakukan saat bersama keluarga? Bagaimana dengan teman-temanyang lain? Apakah ada
pengalaman yang tidak menyenangkan ketika bergaul dengan oranglain? Apa yang menghambat
ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan orang lain? Menurut ibu apa keuntungan kita
kalau mempunyai teman? Wah benar, kita mempunyaiteman untuk bercakap-bercakap. Apa lagi
ibu? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah kalau kerugian kita tidak mempunyai
teman apa ibu? ya apa lagi? (sampai menyebutkan beberapa) jadi banyak juga ruginya tidak
punya teman ya. Kalau begitu ingin ibu belajar berteman dengan orang lain? Nah untuk
memulainya sekrang ibu latihan berkenalan dengansaya terlebih dahulu. Begini ibu, untuk
berkenalan dengan orang lain dengan orang lain kita ebutkan dahulu nama kita dan nama
panggilan yang kita sukai. Contohnya: nama saya Desrila Indra Sari, senang dipanggil Rila.
Selanjutnya ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya nama ibu siapa ?
senangnya dipanggil apa? Ayo bu coba dipraktekkan! Misalnya saya belum kenal dengan ibu.
coba ibu berkenalan dengan saya.Ya bagus sekali ibu!! coba sekali lagi ibu..!!! bagus sekali ibu!!
setelah berkenalan dengan ibu orang tersebut ibu bisa melanjutkan percakapan tentang hal-hal
yang menyenangkan ibu bicara. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga,
pekerjaan dan sebagainya,nah bagaimana kalau sekarang kita latihan bercakap-cakap dengan
teman ibu.( didampingi pasien bercakap-cakap).

TERMINASI:
Respon klien terhadap tindakan keperawatan:
- Subyektif: bagaimana perasaan bapak A sekarang setelah kita berbincang?
- Obyektif: nah sekarang coba ulangi dan peragakan kembali cara berkenalan dengan orang
lain.

Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil tindakan yang telah
dilakukan):
Kontrak yang akan datang (Topik, waktu, dan tempat):
- Topik: bapak selanjutnya kita akan bertemu lagi untuk latihan bercakap-cakap saat
melakukan kegaiatan harian bapak. Bagaimana setuju?
- Waktu: besok kita bertemu lagi jam 10.00 bagaimana bapak?
- Tempat: baik sekali, mau dimana? Bagaimana jika di taman saja? Saya akan menjemput
bapak disini. Baiklah bapak karena sekarang saya harus ke tempat klien yang lain, saya
pamit dulu ya bapak. Terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai