Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

DI PANTI SOSIAL BINA LARAS HARAPAN SENTOSA 1 CENGKARENG

TAHUN 2023

Disusun Oleh :

Neng Dina

Npm : 22.156.03.11.062

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA

BEKASI TAHUN 2022/2023


A. KASUS Isolasi Sosial
1. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain (Damayanti, 2012).
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme
individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari
interaksi dengan orang lain dan lingkungan (Keliat, 2015).
Isolasi sosial atau menarik diri merupakan keadaan seorang individu yang
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan
tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat & Akemat,
2015).
Isolasi sosial atau menarik diri adalah suatu pengalaman menyendiri dari
seseorang dan perasaan segan terhadap orang lain sebagai sesuatu yang negatif atau
keadaan yang mengancam (Nurhaeni H.dkk, 2011).
2. Tanda dan Gejala
Menurut Towsend.M.C dan Carpenito L.J Isolasi sosial : menarik diri sering
ditemukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut: kurang spontan, apatis, ekspresi
wajah tidak berseri, tidak memperhatikan kebersihan diri, komunikasi verbal kurang,
menyendiri, tidak peduli lingkungan, asupan makanan terganggu, retensi uriendan
feses, aktivitas menurun, posisi baring seperti feses, menolak berhubungan dengan
orang lain. (Yusuf, dkk. 2015).

RENTANG RESPON

Adaptif Maladaptif

- Menyendiri (solitude) - Merasa sendiri


- Otonomi (loneliness)
- Bekerja sama - Menarik diri - Manipulasi
(mutualisme) (withdrawal) - Impulsif
- Saling bergantung - Bergantung - Narsisme
(interdependence) (dependent)
POHON MASALAH

Risiko perubahan sensori persepsi:


halusinasi

Isolasi sosial

Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah


Kronik

3. Etiologi Faktor predisposisi


Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku isolasi sosial
(Yosep,I., & Sutini, T. 2014).
a. Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi
sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseorang sehingga mempunyai
masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat
mempengaruhi terjadinya menarik diri. Organisasi anggota keluarga bekerja sama
dengan tenaga profesional untuk mengembangkan gambaran yng lebih tepat
tentang hubungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan
kolaboratif dapat mengurangi masalah respon sosial menarik diri.
b. Faktor biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif.
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan
struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume
otak serta perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
c. Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini
merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang
lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti
lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat dapat terjadi karena
mengadopsi norma, perilaku dan sitem nilai yang berbeda dari yang dimiliki
budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap hubungn merupakan
faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.
4. Faktor presipitasi
Ada beberapa faktor presipitasi yang dapat menyebabkan seseorang menarik diri.
Faktor-faktor tersebut dapat berasal dario berbagai stressor antara lain:
a. Stressor sosiokultural
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gaangguan dalam membina
hubungan dengan orang lain, misalnya menurunnya stabilitas unit keluarga,
berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat di
rumah sakit.
b. Stressor psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan keterbatasan kemampuan
untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau
kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya hal ini dapat menimbulkan
ansietas tinggi bahkan dapat menimbulkan seseorang mengalami gangguan
hubungan (menarik diri).
c. Stressor intelektual
Kurangnya pemahaman diri dalam ketidakmampuan untuk berbagai pikiran dan
perasaan yang mengganggu pengembangan hubungan dengan orang lain.
5. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
1) Data subjektif
a. Pasien menjawab dengan singkat “ya”, “tidak”, dan “tidak tahu”
b. Pasien tidak menjawab sama sekali
2) Data objektif
a. Apatis, ekspresi sedih dan afek tumpul
b. Menghindari orang lain, tampak menyendiri dan memisahkan diri dari orang
lain
c. Komunikasi kurang/ tidak ada dan pasien tidak tampak bercakap-cakap
dengan orang lain
d. Tidak ada kontak mata dan sering menunduk
e. Berdiam diri di kamar
f. Menolak berhubungan dengan orang lain, sering memutuskan pembicaraan
dan pergi saat diajak bercakap-cakap
g. Tidak tampak melakukan kegiatan sehari-hari, perawat diri kurang dan
kegiatan rumah tangga tidak dilakukan
h. Posisi tidur seperti janin
STRATEGI PELAKSANAAN PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Subjektif : Klien mengatakan orang-orang jahat dengan dirinya dan klien merasa malu
dengan dirinya sendiri
Objektif : Klien tampak menyendiri, klien terlihat mengurung diri, klien tidak mau
bercakap-cakap dengan orang lain
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial
3. Tujuan Keperawatan
 Membina hubungan saling percaya dengan klien
 Mengidentifikasi penyebab isolasi klien
4. Tindakan Keperawatan
a. Identifikasi penyebab isolasi sosial : siapa yang tinggal serumah, siapa yang dekat
dengan klien, yang tidak dekat, dan apa sebabnya
b. Keuntungan punya teman bercakap-cakap
c. Kerugian tidak punya teman dan tidak bercakap-cakap
d. Latih cara berkenalan dengan anggota keluarga
e. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan berkenalan
B. PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN
1. Oritentasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum.. Selamat Pagi Ibu, Perkenalkan nama saya Perawat Mohamad
Rafli. Saya Mahasiswa STIKes Medistra Indonesia, saya akan melaksanakan
praktek diruangan ini selama 3 minggu ke depan. Hari ini saya dinas pagi, dari jam
7 pagi sampai jam 2 siang. Saya yang akan merawat ibu, nama ibu siapa?
Senang nya dipanggil apa?”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini?”
c. Kontrak :
- Topik :
“Senang bisa berkenalan dengan ibu hari ini, bagaimana kalau kita berbincang-
bnang untuk lebih saling mengenal sekalius agar ibu dapat mengetahui
keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain”
- Waktu :
“Berapa lama ibu mau mengobrol dengan saya? Bagaimana kalau kita lakukan
sesi ngobrol ini selama 15 menit?”
- Tempat :
“Ibu maunya kita ngobrol dimana?, Bagaimana kalau di halaman belakang?”
2. Fase Kerja (Langkah-Langkah Tindakan Keperawatan)
 “Ibu kalau boleh saya tahu orang yang paling dekat dengan ibu siapa ya ibu?“
 “menurut ibu apa keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain?”
 “kalau ibu tidak tahu saya akan memberitahukan keuntungan dari berinteraksi
dengan orang lain, yaitu ibu punya banyak teman, saling menolong, saling
bercerita dan tidak selalu sendirian”
 “Sekarang saya akan mengajarkan ibu berkenalan. Bagus ibu dapat
mempraktekkan apa yang saya ajarkan tadi. Bagaimana kalau kegiatan
berbincang dengan orang lain dimasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
ibu?”
3. Fase Terminasi
1. Evaluasi Respon Klien Terhadap Tindakan Keperawatan
 Evaluasi Klien (Subjektif) : “bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-
bincang tadi?”
 Evaluasi Klien (Objektif) : “Coba ibu ceritakan kembali keuntungan dan kerugian
tidak berinteraksi dengan orang lain?”
2. Rencana Tindak Lanjut
“Tadi saya sudah menjelaskan keuntungan dan kerugiannya jika kita tidak
berinteraksi dengan orang lain dan cara berkenalan yang benar. Saya harap ibu dapat
mencobanya bagaimana caranya untuk berinteraksi dengan orang lain”
3. Kontrak Yang Akan Datang
- Topik : “Baiklah pertemuan kita cukup sampai sini. Besok kita akan berbincang-
binang lai tentang jadwal yang telah kita buat dan mempraktekkan cara berkenalan
dengan orang lain, apakah ibu bersedia?”
- Waktu :“Ibu mau jam berapa dan berapa lama? bagaimana kalau jam 10?
Baik bu kita akan berbincang selama 15 menit yaa”
- Tempat : “Ibu maunya kita berbincang dimana? bagaimana kalau di rauang tamu?
baiklah bu, besok saya akan kesini jam 10 ya. Sampai Jumpa besok ya ibu, Saya
permisi.”
DAFTAR PUSTAKA

Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET.


Sutejo. (2017). Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.
Yusuf, Fitryasari, R., & Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Jakarta Selatan: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai