PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Syarat utama berkehidupan dalam bermasyarakat adalah sehat fisik
maupun sehat jiwa merupakan modal utama kita untuk berhubungan ataupun
berinteraksi dengan orang lain di masyarakat. Menurut UU No18 tahun 2014
pengertian sehat jiwa adalah kondisi seseorang yang mampu berkembang secara
fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat berkerja secara produktif dan
mampu memberikan kontribusi terhadap komunitasnya. Kita tidak bisa
bermasyarakat dengan baik, jika kita mengalami gangguan jiwa. Sedangkan
menurut Yosep (2007) ada atau tidaknya gangguan jiwa tidak mencerminkan
kesehatan jiwa, melainkan ada atau tidaknya berbagai karakteristik yang positif
yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan jiwa yang mencerminkan
kedewasaan kepribadianya.
Menurut WHO tahun 2013 kondisi dimana kejiwaan dan gangguan
perilaku yang berkaitan dengan masalah kesehatan termasuk didalamnya
gangguan yang di sebabkan oleh tingginya beban dari penyakit seperti depresi ,
gangguan afektif bipolar, skizofrenia, gangguan kecemasan, penyalah gunaaan zat,
retardasi mental gangguan perkembangan yang pada umumnya terjadi pada masa
kanak kanak ,dewasa dan autismen ini merupakan istilah gangguan jiwa.
untuk meningkatkan derajat sosialisasi pada pasien isolasi sosial agar dapat
berinteraksi dengan orang lain di dalam masyarakat dan menghindarkan agar tidak
terjadi dampak negatif yang berkepanjangan oleh karena itu berdasarkan hal diatas
Penulis tertarik untuk mengangkat masalah isolasi sosial dengan masalah
keperawatan utama yaitu : kerusakan interaksi sosial : menarik diri pada Ny.L
dengan Menarik diri : Isolasi Sosial di Jl.Suka Karya Gg.Sadar RT.01 Rw.02.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah
Isolasi Sosial
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuannya adalah sebagai berikut :
a) Tujuan Umum
- Menerapkan teori dan lebih menekankan dalam mempraktekan proses
keperawatan yang terdiri dari pengkajian, perencanaan, tindakan dan evaluasi
1
- Dapat mengetahui cara merawat klien dengan isolasi sosial
b) Tujuan khusus
- Mahasiswa dapat melakukan pengkajian, analisa data, merumuskan masalah
keperawatan, membuat pohon masalah pada klien gangguan jiwa dengan
isolasi sosial : menarik diri.
a) Menerapkan diagnosa keperawatan pada klien gangguan jiwa dengan isolasi
sosial : menarik diri.
b) Mahasiswa dapat menyusun perencanaan tindakan keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan klien dan mengatasi masalah klien.
c) Mahasiswa dapat mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan yang
nyata sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditegakkan.
d) Mahasiswa dapat membuat Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan pada
klien dan mengevaluasi perkembangan klien setiap hari.
D. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan laporan ini adalah
a. Wawancara : Dilakukan pada pada klien, keluarga klien dan perawat
ruangan
b. Observasi : Pengamatan pasien selama proses keperawatan
c. Perpustakaan : Catatan medis dan mata kuliah keperawatan jiwa
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Masalah Utama
Isolasi Sosial
2. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
1) Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui
individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat
dipenuhi, akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga
3
adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam
menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang,
perhatian dan kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan
rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri.
Rasa ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan tingkah laku curiga
pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang
hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak merasa diperlakukan
sebagai objek.
Menurut Purba, dkk. (2008) tahap-tahap perkembangan individu dalam
berhubungan terdiri dari:
a) Masa Bayi
Bayi sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk memenuhi
kebutuhan biologis maupun psikologisnya. Konsistensi hubungan antara
ibu dan anak, akan menghasilkan rasa aman dan rasa percaya yang
mendasar. Hal ini sangat penting karena akan mempengaruhi
hubungannya dengan lingkungan di kemudian hari. Bayi yang
mengalami hambatan dalam mengembangkan rasa percaya pada masa ini
akan mengalami kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain pada
masa berikutnya.
b) Masa Kanak-kanak
Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri,
mulai mengenal lingkungannya lebih luas, anak mulai membina
hubungan dengan teman-temannya. Konflik terjadi apabila tingkah
lakunya dibatasi atau terlalu dikontrol, hal ini dapat membuat anak
frustasi. Kasih sayang yang tulus, aturan yang konsisten dan adanya
komunikasi terbuka dalam keluarga dapat menstimulus anak tumbuh
menjadi individu yang interdependen, Orang tua harus dapat
memberikan pengarahan terhadap tingkah laku yang diadopsi dari
dirinya, maupun sistem nilai yang harus diterapkan pada anak, karena
pada saat ini anak mulai masuk sekolah dimana ia harus belajar cara
berhubungan, berkompetensi dan berkompromi dengan orang lain.
c) Masa Praremaja dan Remaja
Pada praremaja individu mengembangkan hubungan yang intim
dengan teman sejenis, yang mana hubungan ini akan mempengaruhi
individu untuk mengenal dan mempelajari perbedaan nilai-nilai yang ada
di masyarakat. Selanjutnya hubungan intim dengan teman sejenis akan
4
berkembang menjadi hubungan intim dengan lawan jenis. Pada masa ini
hubungan individu dengan kelompok maupun teman lebih berarti dari
pada hubungannya dengan orang tua. Konflik akan terjadi apabila remaja
tidak dapat mempertahankan keseimbangan hubungan tersebut, yang
seringkali menimbulkan perasaan tertekan maupun tergantung pada
remaja.
d) Masa Dewasa Muda
Individu meningkatkan kemandiriannya serta mempertahankan
hubungan interdependen antara teman sebaya maupun orang tua.
Kematangan ditandai dengan kemampuan mengekspresikan perasaan
pada orang lain dan menerima perasaan orang lain serta peka terhadap
kebutuhan orang lain. Individu siap untuk membentuk suatu kehidupan
baru dengan menikah dan mempunyai pekerjaan. Karakteristik hubungan
interpersonal pada dewasa muda adalah saling memberi dan menerima
(mutuality).
e) Masa Dewasa Tengah
Individu mulai terpisah dengan anak-anaknya, ketergantungan
anak-anak terhadap dirinya menurun. Kesempatan ini dapat digunakan
individu untuk mengembangkan aktivitas baru yang dapat meningkatkan
pertumbuhan diri. Kebahagiaan akan dapat diperoleh dengan tetap
mempertahankan hubungan yang interdependen antara orang tua dengan
anak.
f) Masa Dewasa Akhir
Individu akan mengalami berbagai kehilangan baik kehilangan
keadaan fisik, kehilangan orang tua, pasangan hidup, teman, maupun
pekerjaan atau peran. Dengan adanya kehilangan tersebut
ketergantungan pada orang lain akan meningkat, namun kemandirian
yang masih dimiliki harus dapat dipertahankan.
2) Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk
mengembangkan gangguan tingkah laku.
a) Sikap bermusuhan/hostilitas
b) Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak
c) Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya.
5
d) Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada pembicaan
anak, hubungan yang kaku antara anggota keluarga, kurang tegur sapa,
komunikasi kurang terbuka, terutama dalam pemecahan masalah tidak
diselesaikan secara terbuka dengan musyawarah.
e) Ekspresi emosi yang tinggi
f) Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan
yang membuat bingung dan kecemasannya meningkat)
3) Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh
karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga, seperti
anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
4) Faktor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarga
yang menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian pada kembar
monozigot apabila salah diantaranya menderita skizofrenia adalah 58%,
sedangkan bagi kembar dizigot persentasenya 8%. Kelainan pada struktur
otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak
serta perubahan struktur limbik, diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
b. Faktor PresYanaasi
Stresor presYanaasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor
internal maupun eksternal, meliputi:
1) Stressor Sosial Budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya
penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang yang
dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh,
dirawat dirumah sakit atau dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi
sosial.
2) Stressor Biokimia
a) Teori dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik
serta tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
b) Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan
meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan MAO
adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin, maka menurunnya
MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
6
c) Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada
pasien skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan
karena dihambat oleh dopamin. Hypertiroidisme, adanya peningkatan
maupun penurunan hormon adrenocortical seringkali dikaitkan dengan
tingkah laku psikotik.
d) Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala
psikotik diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah stuktur sel-
sel otak.
3) Stressor Biologik dan Lingkungan Sosial
Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi
akibat interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis.
4) Stressor Psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intesitas kecemasan yang
ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk
mengatasi masalah akan menimbulkan berbagai masalah gangguan
berhubungan pada tipe psikotik.
Menurut teori psikoanalisa; perilaku skizofrenia disebabkan karena ego tidak
dapat menahan tekanan yang berasal dari ide maupun realitas yang berasal
dari luar. Ego pada klien psikotik mempunyai kemampuan terbatas untuk
mengatasi stress. Hal ini berkaitan dengan adanya masalah serius antara
hubungan ibu dan anak pada fase simbiotik sehingga perkembangan
psikologis individu terhambat.
Menurut Purba, dkk. (2008) strategi koping digunakan pasien sebagai usaha
mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang
mengancam dirinya. Strategi koping yang sering digunakan pada masing-
masing tingkah laku adalah sebagai berikut:
a) Tingkah laku curiga: proyeksi
b) Dependency: reaksi formasi
c) Menarik diri: regrasi, depresi, dan isolasi
d) Curiga, waham, halusinasi: proyeksi, denial
e) Manipulatif: regrasi, represi, isolasi
f) Skizoprenia: displacement, projeksi, intrijeksi, kondensasi, isolasi,
represi dan regrasi.
7
3. Tanda dan Gejala
Menurut Purba, dkk. (2008) tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan
dengan wawancara, adalah:
a. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Pasien mengatakan tidak ada hubungan yang berarti dengan orang lain
d. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
e. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
f. Pasien merasa tidak berguna
g. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
4. Rentang Respon
5. Penatalaksanaan
a. Terapi Psikofarmaka
1) Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan tilik diri
terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: faham, halusinasi.
Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya
berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja,
berhubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin. Mempunyai efek samping
gangguan otonomi (hypotensi) antikolinergik/parasimpatik, mulut kering,
kesulitan dalam miksi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler
8
meninggi, gangguan irama jantung. Gangguan ekstra pyramidal (distonia
akut, akathsia sindrom parkinson). Gangguan endoktrin (amenorhe).
Metabolic (Soundiee). Hematologik, agranulosis. Biasanya untuk pemakaian
jangka panjang. Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah,
epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).
2) Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental serta
dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek samping seperti
gangguan miksi dan parasimpatik, defeksi, hidung tersumbat mata kabur ,
tekanan infra meninggi, gangguan irama jantung. Kontraindikasi terhadap
penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).
3) Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan idiopatik,
sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan fenotiazine. Memiliki
efek samping diantaranya mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual,
muntah, bingung, agitasi, konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine.
Kontraindikasi terhadap hypersensitive Trihexyphenidil (THP), glaukoma
sudut sempit, psikosis berat psikoneurosis (Andrey, 2010).
b. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat diberikan
strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-masing strategi
pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP satu, perawat mengidentifikasi
penyebab isolasi sosial, berdiskusi dengan pasien mengenai keuntungan dan
kerugian apabila berinteraksi dan tidak berinteraksi dengan orang lain,
mengajarkan cara berkenalan, dan memasukkan kegiatan latihan berbincang-
bincang dengan orang lain ke dalam kegiatan harian. Pada SP dua, perawat
mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan pada pasien
mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang, dan membantu pasien
memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu
kegiatan harian. Pada SP tiga, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien, memberi kesempatan untuk berkenalan dengan dua orang atau lebih dan
menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya (Purba,
dkk. 2008).
c. Terapi kelompok
9
Menurut (Purba, 2008), aktivitas pasien yang mengalami ketidakmampuan
bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
1) Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
sehari-hari yang meliputi:
a) Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien sewaktu
bangun tidur.
b) Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua bentuk
tingkah laku/perbuatan yang berhubungan dengan BAB dan BAK.
c) Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam kegiatan
mandi dan sesudah mandi.
d) Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan keperluan
berganti pakaian.
e) Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu,
sedang dan setelah makan dan minum.
f) Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan
kebutuhan kebersihan diri, baik yang berhubungan dengan kebersihan
pakaian, badan, rambut, kuku dan lain-lain.
g) Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan dapat
menjaga keselamatan dirinya sendiri seperti, tidak
menggunakan/menaruh benda tajam sembarangan, tidak merokok sambil
tiduran, memanjat ditempat yang berbahaya tanpa tujuan yang positif.
h) Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien untuk pergi
tidur. Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku pergi tidur ini perlu
diperhatikan karena sering merupakan gejala primer yang muncul pada
gangguan jiwa. Dalam hal ini yang dinilai bukan gejala insomnia
(gangguan tidur) tetapi bagaimana pasien mau mengawali tidurnya.
2) Tingkah laku sosial
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial pasien
dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi:
a) Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien untuk
melakukan hubungan sosial dengan sesama pasien, misalnya menegur
kawannya, berbicara dengan kawannya dan sebagainya.
b) Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk
melakukan hubungan sosial dengan petugas seperti tegur sapa, menjawab
pertanyaan waktu ditanya, bertanya jika ada kesulitan dan sebagainya.
10
c) Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu berbicara
dengan orang lain seperti memperhatikan dan saling menatap sebagai
tanda adanya kesungguhan dalam berkomunikasi.
d) Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kemampuan
bergaul dengan orang lain secara kelompok (lebih dari dua orang).
e) Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
ketertiban yang harus dipatuhi dalam perawatan rumah sakit.
f) Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata krama
atau sopan santun terhadap kawannya dan petugas maupun orang lain.
g) Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien yang bersifat
mengendalikan diri untuk tidak mengotori lingkungannya, seperti tidak
meludah sembarangan, tidak membuang puntung rokok sembarangan
dan sebagainya.
C. Pohon Masalah
Core Problem
Isolasi Sosial
Causa
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
D. Masalah Keperawatan
1. Isolasi sosial
2. Gangguan Konsep diri : Harga Diri Rendah
3. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
11
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor
presYanaasi, penilaian stressor , sumber koping yang dimiliki klien. Setiap
melakukan pengajian ,tulis isi pengkajian meliputi:
1. Identitas klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama,
informan, tangggal pengkajian dan alamat klien.
2. Keluhan utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain)
komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi
dengan orang lain ,tidak melakukan kegiatan sehari – hari , dependen.
3. Faktor predisposisi
kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang
tidak realistis ,kegagalan / frustasi berulang , tekanan dari kelompok sebaya;
perubahan struktur sosial.
Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan dicerai
suami , putus sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban
perkosaan , dituduh kkn, dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak
menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
4. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tanda vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan
keluhan fisik yang dialami oleh klien.
5. Aspek Psikososial
a. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b. Konsep diri
1) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
Menolak penjelasan perubahan tubuh , persepsi negatip tentang tubuh .
Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang , mengungkapkan keputus
asaan, mengungkapkan ketakutan.
2) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan .
3) Peran
12
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses
menua , putus sekolah, PHK.
4) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya: mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi
5) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri ,
gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri,
dan kurang percaya diri.
a) Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga
sosial dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang
diikuti dalam masyarakat.
b) Keyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk ibadah (spritual)
6) Status mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata ,
kurang dapat memulai pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang
mampu berhubungan dengan orang lain , Adanya perasaan keputusasaan
dan kurang berharga dalam hidup.
7) Mekanisme koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakannya
pada orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri).
8) Aspek medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT,
Psikomotor, therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.
13
- Anjurkan kepada Klien untuk memasukan kegiatan berkenalan dengan orang
lain dalam jadwal kegiatan harian dirumah
SP 3
- Evaluasi pelaksanaan dari jadwal kegiatan harian Klien
- Beri kesempatan pada Klien mempraktekan cara berkenalan dengan dua orang
- Ajarkan Klien berbincang-bincang dengan dua orang tetang topik tertentu
- Anjurkan kepada Klien untuk memasukan kegiatan berbincang-bincang dengan
orang lain dalam jadwal kegiatan harian dirumah
SP 4
- Evaluasi pelaksanaan dari jadwal kegiatan harian Klien
- Jelaskan tentang obat yang diberikan (Jenis, dosis, waktu, manfaat dan efek
samping obat)
- Anjurkan Klien memasukan kegiatan bersosialisasi dalam jadwal kegiatan
harian dirumah
- Anjurkan Klien untuk bersosialisasi dengan orang lain
b. Keluraga
- Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat Klien
- Jelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami Klien dan
proses terjadinya
- Jelaskan dan latih keluarga cara-cara merawat Klien
TINDAKAN PSIKOFARMAKA
- Beri obat-obatan sesuai program
- Pantau keefektifan dan efek sampig obat yang diminum
- Ukur vital sign secara periodik
TINDAKAN MANIPULASI LINGKUNGAN
- Libatkan dalam makan bersama
- Perlihatkan sikap menerima dengan cara melakukan kontak singkat tapi sering
- Berikan reinforcement positif setiap Klien berhasil melakukan suatu tindakan
- Orientasikan Klien pada waktu, tempat, dan orang sesuai kebutuhannya
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya
koping individu : koping defensif
TINDAKAN PSIKOTERAPEUTIK
1. Klien
- Bina hubungan saling percaya
14
- Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien (individu,
keluarga, dan masyarakat)
- Bantu klien menilai kemampuan klien yang dapat digunakan
- Bantu klien memilih kegiatan dan melatih sesuai dengan kemampuan klien
- Melatih kemampuan kedua
- Anjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
2. Keluarga:
- Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
- Jelaskan pengertian, tanda, dan gejala harga diri rendah yang dialami klien
beserta proses terjadinya
- Jelaskan cara-cara merawat klien harga diri rendah
- Latih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien harga diri
rendah dirumah
- Bantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat
- Jelaskan follow up klien
TINDAKAN PSIKOFARMAKA
- Berikan obat-obatan sesuai program pengobatan klien
- Pantau keefektifan dan efek samping obat yang diminum
- Ukur VS secara periodic
TINDAKAN MANIPULASI LINGKUNGAN
- Bersikap menerima klien dan negativismenya
- Libatkan klien dalam setiap aktivitas dirumah dan di lingkungan
- Beri kesempatan pada klien untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya
sendiri misalnya merapikan tempat tidur, membersihkan alat makan, dan minum
obat
- Berikan umpan balik positif untuk tugas-tugas yang dilakukan secara mandiri.
15
BAB III
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. L DENGAN
GANGGUAN ISOLASI SOSIAL
I. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
IV. PEMERIKSAAN FISIK
A. Tanda – tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,3 ºC
Pernafasan : 26 x/menit
B. Ukuran :
Tinggi badan : 158 cm
Berat badan : 48 Kg
16
C. Kondisi Fisik :
Klien tidak mengeluh sakit apa – apa, tidak ada kelainan fisik.
V. PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit)
1. Genogram:
Keterangan :
X X X
X : Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
X : Meninggal
---- : Tinggal Serumah
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh :
Ny. L mengatakan tidak ada bagian tubuhnya yang tidak disukai dan merasa
tidak masalah dengan penampilan fisiknya.
b. Identitas :
Pasien mengatakan namanya Tn. L berusia 28 tahun berjenis kelamin perempuan
anak pertama dari 2 bersaudara, Ny. L mempunyai keinginan untuk menikah.
c. Peran :
Ny. L mengatakan berperan sebagai anak, pasien tidak diizinkan oleh orang
tuanya untuk bekerja.
d. Ideal diri :
e. Harga diri :
Ny. L mengatakan kurang percaya diri dan malu dengan orang disekitarnya
17
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti/terdekat
Ny. L mengatakan tidak punya orang yang terdekat, baik orang tua, adik ,
tetangga, dan teman-temanya dirumah karena menganggap dirinya dijauhi oleh
orang disekitarnya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat dan hubungan sosial
Ny. L mengatakan bahwa dirinya tidak pernah bersosalisasi dengan masyarakat
karena menganggap dirinya ditolak.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Ny. L mengatakan tidak mau bergaul dengan temannya karena malas.
Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial
4. Spiritual
a. Agama
Ny. L mengatakan bahwa dirinya beragama Islam dan yakin bahwa Tuhan akan
membalas setiap perbuatan orang-orang yang menganiaya dan menolak dirinya.
b. Pandangan terhadap gangguan jiwa
Ny. L mengatakan bahwa gangguan jiwa adalah hal yang dialami oleh orang-
orang yang tidak waras.
Diagnosa Keperawatan: -
Pasien mengenakan pakaian dengan rapi, pasien tampak bersih, baju rapi, pasien
sangat peduli terhadap kebersihannya, kulit bersih.
Diagnosa Keperawatan: -
2. Pembicaraan (Frekuensi, Volume, Jumlah, Karakter) :
Pasien menjawab pertanyaan seperlunya, dengan kata yang singkat tetapi
masih bisa dipahami. Suara agak kecil.
Diagnosa Keperawatan: -
18
3. Aktifitas motorik/Psikomotor
Kelambatan :
19
Grimace
Pasien tampak mengerutkan otot dahi dan berubah-ubah yang tidak terkontrol.
Diagnosa Keperawatan :
4. Mood dan Afek
a. Mood
Kesepian
Pasien mengatakan dirinya kesepian dan terlihat menyendiri.
b. Afek
Labil
Pasien tampak tersenyum dan dengan segera terlihat mengerutkan dahi
seperti orang yang ingin marah
Diagnosa Keperawatan : -
7. Proses Pikir
a. Arus Pikir:
Perseverasi
Saat diwawancara, pasien menjawab dirinya tidak gila jawaban tersebut selalu
diulang-ulang.
20
b. Isi Pikir
Pikiran isolasi sosial
Ny. L mengatakan bahwa dirinya ditolak oleh keluarga dan tetangganya
sehingga terlihat menyendiri.
8. Kesadaran
Tingkat kesadaran : Ny. L sadar hari, tanggal dan waktu saat pengkajian
Diagnosa Keperawatan: -
9. Memori
Memori : Daya ingat jangka panjang Ny. L masih ingat masa lalunya.
10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Tingkat konsentrasi dan berhitung : Ny. L berhitung lancar, contoh 30 – 20= 10
11. Kemampuan Penilaian
Gangguan ringan
Gangguan bermakna
Diagnosa Keperawatan: -
12. Daya Tilik Diri
Mengingkari penyakit yang diderita
Ny. L mengatakan bahwa dirinya sudah sembuh dan ia tidak gila.
Diagnosa Keperawatan: -
VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan
Ny. L makan 3x sehari, pagi, siang, sore, minum ± 7 gelas / hari, mandiri.
2. BAB / BAK
Ny. L BAB 1x sehari, BAK ± 4x sehari, mandiri.
3. Mandi
Ny. L mandi 2x sehari, pagi dan sore, gosok gigi setiap kali mandi, mandiri.
4. Berpakaian / berhias
Ny. L mampu berpakaian sendiri tanpa bantuan orang lain.
5. Istirahat dan Tidur
Ny. L lebih banyak tiduran, tidur siang 12.30 WIB15.00 WIB, tidur malam jam
21.00WIB 06.00 WIB.
21
6. Penggunaan obat
Ny. L minum obat 3x sehari setelah makan. Seroquel 1x400 mg, Depakote 2x250
mg, Klobazam 1x10 mg.
7. Pemeliharaan Kesehatan
Ny. L sudah pernah periksa diRSJ tetapi rawat jalan.
8. Kegiatan di Dalam Rumah
Ny. L dirumah membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah
VIII. MEKANISME KOPING
A. Ny. L mampu berbicara dengan orang lain,terlihat malu
B. Ny. L mampu menjaga kebersihan diri sendiri
C. Ny. L mampu jika ada masalah tidak menceritakan kepada orang lain,lebih suka
diam.
Diagnosa Keperawatan: Koping Individu Tidak Efektif
X. ASPEK PENGETAHUAN
Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang
tentang suatu hal?
22
Ny. L mengatakan bahwa penyakit gangguan jiwa adalah yang biasa diderita
orang tidak waras dan harus berobat.
Diagnosa Keperawatan: -
2. Terapi Medis
Tab Seroquel 1x400mg (0-0-1-0)
Tab Depakote 2x250mg (1-0-1)
Tab Klobazam 1x10mg (0-0-0-1)
DIAGNOSA
NO DATA
KEPERAWATAN
1. DS:
Pasien mengatakan tidak mau bergaul dengan
temannya malas. Pasien juga mengatakan
tidak punya orang yang terdekat, baik orang
tua, adik , tetangga, dan teman-temanya
dirumah karena menganggap dirinya dijauhi
oleh orang disekitarnya. Ny. L mengatakan
bahwa dirinya tidak pernah bersosalisasi
Isolasi Sosial
dengan masyarakat karena menganggap
dirinya ditolak. Ny. L terlihat menyendiri dan
jarang berinteraksi dengan teman-temannya.
DO:
- Ekspresi wajah kurang berseri
- Pasien menunduk saat diwawancarai
- Pasien bicara seperlunya
- Pasien terlihat menyendiri
23
2. DS:
Pasien mengatakan kurang percaya diri dan
malu dengan orang sekitarnya
Effect
Core Problem
Isolasi Sosial
24
KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI
Dx. Perencanaan
Tgl
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
18/04/22 Isolasi Sosial TUM:
Klien mampu
berinteraksi
dengan orang
lain
TUK 1: Setelah 1x 1.1 BHSP dengan:
pertemuan, pasien
Klien dapat a. Sapa klien denhan
dapat menerima
membina ramah, baik verbal
kehadiran perawat.
hubungan saling maupun nonverbal
Klien dapat
percaya b. Perkenalkan diri
mengungkapkan
dengan sopan
perasaannya dan
c. Tanyakan nama
keberadaannya saat
lengkap dan nama
ini secara verbal :
panggilan yang
- Klien mau disukai klien
menjawab salam d. Jelaskan tujuan
- Ada kontak mata pertemuan
- Klien mau berjabat e. Buat kontrak
tangan interaksi yang
- Klien mau jelas
berkenalan f. Jujur dan tepati
- Klien mau janji
menjawab g. Tunjukkan sikap
pertanyaan empati dan
- Klien mau duduk menerima klien
berhadapan dengan apa adanya
perawat h. Beri perhatian
- Mau pada klien dan
mengungkapkan perthatikan
perasaannya kebutuhan dasar
klien
TUK 2:
Klien mampu
menyebutkan
Setelah 1x interaksi 2.1 Tanyakan pada
penyebab
dengan perawat, klien tentang:
menarik diri
klien dapat
a. Orang yang tinggal
menyebutkan
serumah/sekamar
minimal satu
dengan klien
penyebab menarik
b. Orang yang paling
diri yang berasal
dekat dengan klien
dari:
di rumah/ di ruang
1. Diri sendiri perawatan
25
2. Orang lain c. Apa yang
membuat klien
3. Lingkungan
dekat dengan
orang tersebut
d. Orang yangtidak
dekat dengan klien
di rumah/ di ruang
perawatan
e. Apa yang
membuat klien
tidak dekat dengan
orang tersebut
f. Upaya yang sudah
dilakukan
dilakukan agar
dekat dengan
orang lain
2.2 Kaji pengetahuan
klien tentang
perilaku menarik
diri dan tanda
tandanya
2.3 Diskusikan
dengan klien
penyebab menarik
diri atau tidak mau
bergaul dengan
orang lain
2.4 Beri pujian
terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya.
TUK 3:
Klien dapat Setelah 1x interaksi, 3.1 Kaji pengetahuan
menyebutkan klien dapat klien tentang
keuntungan menyebutkan manfaat dan
berhubungan keuntungan keuntungan
dengan orang berhubungan dengan bergaul dengan
lain dan orang lain dan orang lain.
kerugian tidak kerugian tidak
3.2 Beri kesempatan
berhubungan berhubungan dengan
pada klien untuk
dengan orang orang lain.
mengungkapkan
lain.
perasaannya
tentang
keuntungsn
berhubungan
dengan orang lain.
3.3 Diskusikan
bersama klien
26
tentang manfaat
berhubungan
dengan orang lain.
3.4 Beri
reinforcement
positif terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaan tentang
keuntungan
berhubungan
dengan orang lain.
3.5 Kaji pengetahuan
klien tentang
kerugian bila
tidak
berhubungan
dengan orang lain
3.6 Beri kesempatan
pada klien untuk
mengungkapkan
perasaan tentang
kerugian bila
tidak
berhubungan
dengan orang lain
3.7 Diskusikan
bersama klien
tentang kerugian
bila tidak
berhubungan
dengan orang
lain.
3.8 Beri
reinforcement
positif terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaan tentang
kerugian tidak
berhubungan
dengan orang
lain.
TUK 4:
Klien dapat Setelah 1x interaksi, 4.1 Observasi perilaku
melaksanakan klien dapat klien saat
hubungan social melaksanakan berhubungan
secara bertahap. hubungan social dengan orang lain
secara bertahap
4.2 Beri motivasi dan
dengan :
27
- Klien – perawat bantu klien untuk
- Klien – perawat – berkomunikasi
perawat lain dengan
- Klien – perawat – oranhglain
perawat lain – melalui :
klien lain
- Klien – perawat
- Klien – kelompok
- Klien – perawat –
kecil
perawat lain
- Klien – keluarga /
- Klien – perawat –
kelompok /
perawat lain – klien
masyarakat
lain
- Klien – kelompok
kecil
- Klien – keluarga /
kelompok /
masyarakat
4.3 Beri
reinforcement atas
keberhasilan yang
telah dicapai
4.4 Bantu klien
mengevaluasi
manfaat
berhubungan
dengan orang lain
4.5 Motivasi dan
libatkan klien
untuk mengikuti
Terapi Aktivitas
Kelompok
Sosialisasi
4.6 Diskusikan jadwal
kegiatan hatrian
yang dapat
dilakukan untuk
meningkatkan
kemampuan klien
bersosialisasi
4.7 Beri motivasi
klien untuk
melakukan
kegiatan sesuai
jadwal
4.8 beri pujian
terhadap
kemampuan klien
memperluas
pergaulannya
melalui aktivitas
yang
dilaksanakan
28
TUK 5:
Klien mampu Setelah 1x interaksi, 5.1 Dorong klien
mengungkapkan klien mampu untuk
perasaan setelah mengungkapkan mengungkapkan
berhubungan perasaan setelah perasaannya
dengan orang berhubungan dengan setelah
lain. orang lain untuk : berhubungan
dengan orang
- Diri sendiri
lain.
- Orang lain
- Kelompok 5.2 Diskusikan
dengan klien
manfaat
berhubungan
denagn orang lain
5.3 Beri
reinforcement
positif atas
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaan tentang
manfaat
berhubungan
dengan orang
lain.
TUK 6:
Klien mendapat Setelah 1x 6.1 Diskusikan
dukungan pertemuan, keluarga pentingnya peran
keluarga dalam dapat menjelaskan serta keluiarga
memperluas tentang: sebagai
hubungan sosial pendukung untuk
- Pengertian
mengatasi
menarik diri
perilaku menarik
- Tanda gejala
diri
menarik diri
- Penyebab dan 6.2 Diskusikan
akibat menarik dengan anggota
diri keluarga tentang:
- Cara merawat
a. Perilaku
klien menarik diri
menarik diri
b. Tanda gejala
menarik diri
Setelah 1x
c. Penyebab
pertemuan keluarga
perilaku
dapat
menarik diri
mempraktekkan cara
d. Cara keluarga
merawat klien
menghadapi
manarik diri.
klien yang
sedang menarik
diri
6.3 Diskusikan
potensi keluarga
untuk membantu
29
klien mengatasi
perilaku menarik
diri
6.4 Latih keluarga
cara merawat
klien menarik diri
6.5 Tanyakan
perasaan keluarga
setelah mwncoba
cara yang
dilatihkan
6.6 Dorong anggota
keluarga untuk
memberikan
dukungan kepada
klien
berkomunikasi
dengan orang
lain.
6.7 Anjurkan anggota
keluarga untuk
secara rutin dan
bergantian
mengunjungi
klien minimal 1x
seminggu
6.8 Beri
reinforcement
atas hal-hal yang
telah dicapai dan
keterlibatannya
keluarga merawat
klien di rumah
sakit.
TUK 7:
Klien dapat Setelah 1x interaksi, 7.1 Diskusikan
memanfaatkan klien menyebutkan dengan klien
obat dengan tentang manfaat
a. Manfaat minum
baik dan kerugiantidak
obat
minum obat,
b. Kerugian tidak
nama, warna,
minum obat
dosis, cara, efek
c. Nama, warna,
terapi dan efek
dosis, efek terapi
samping
dan efek samping
penggunaan obat
obat
7.2 Pantau klien saat
penggunaan obat
7.3 Anjurkan klien
minta sendiri obat
pada perawat
30
agar dapat
merasakan
manfaatnya
7.4 Beri pujian jika
klien
menggunakan
obat dengan
benar
7.5 Diskusikan akibat
berhenti minum
obat tanpa
konsultasi dengan
dokter
7.6 Anjurkan klien
untuk konsultasi
kepada
dokter/perawat
jika terjadi hal-
hal yang tidak
diinginkan.
31
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama : Ny. L
P=
Perawat: Dekati pasien
untuk sering-sering
berkomunikasi
32
Pasien: menganjurkan
pasien untuk mau diajak
berkomunikasi
2 25 April 1. Menanyakan tentang S = pasien mengatakan
2022 kerugian tidak berhubungan akan kesepian bila tidak
dengan orang lain punya teman dan teman
2. Menanyakan tentang yang diajaka biacara bila
keuntungan berhubungan punya teman
dengan orang lain
3. Mengajarkan cara O = pasien tidak
berkenalan kooperatif, kontak mata
4. Menganjurkan pasien kurang, tampak
memasukkan ke dalam menunduk, tampak
jadwal kegiatan harian menyendiri, ekspresi
tidak berseri, pasien lupa
nama perawat
A = pasien mampu
mempraktekkan cara
berkenalan dengan
perawat, pasien tidak mau
menambah pertanyaan
hobi dan alamat saat
berkenalan karena malas
P=
Perawat: Dekati pasien
untuk sering-sering
berkomunikasi
Pasien: menganjurkan
pasien untuk mau diajak
berkomunikasi
33
A = pasien mampu
memperagakan cara
berkenalan dengan
perawat, dan
menambahkan
pertanyaan hobi dan
alamat, pasien tidak mau
berkenalan lagi karena
malas.
P=
Perawat: Dekati pasien
untuk sering-sering
berkomunikasi
Pasien: menganjurkan
pasien untuk mau diajak
berkomunikasi
34
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan
tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk.
2008). Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan
mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara
menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan (Dalami, dkk. 2009).
Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik
diri atau isolasi yang tidak disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bias
dialami klien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan,
kekecewaan dan kecemasan.
Tanda gejala yang ditemukan pada pasien dengan isolasi sosial seperti
tidak memiliki teman dekat, menarik diri, tidak komunikatif, tindakan berulang,
dan tidak bermakna, asik dengan pikirannya sendiri, tidak ada kontak mata,
tampak sedih dan afek tumpul (Keliat,2010). Selain itu terdapat gejala objektif
dari isolasi sosial menurut (Dalami dkk, 2008) yaitu apatis, ekspresi wajah
sedih, afek tumpul, menghindar dari orang lain, klien tampak memisahkan diri
dari orang lain, komunikasi kurang, klien tampak bercakap-cakap sendiri, tidak
ada kontak mata atau kontak mata kurang, lebih sering menunduk, berdiam diri
di kamar. Menolak berhubungan dengan orang lain, mengisolasi diri, tidak
melakukan kegiatan sehari-hari, meniru posisi janin pada sast lahir, retensi
urine dan feses, masukan makanan dan minuman terganggu, tidak atau kurang
sadar terhadap lingkungan sekitarnya.
Pada kasus diatas faktor presYanaasi dari klien yaitu Pasien berobat
jalan, dirumah pasien mau minum obat, pasien malas bergaul, pasien makan
dan mandi teratur, tidak ada keinginan atau percobaan untuk bunuh diri.
35
4.2 Saran
Untuk pengembangan dari laporan asuhan keperawatan ini, masih jauh
dari sempurna maka dari itu saran dan kritik dari pembaca sangat dibutuhkan
untuk membuat laporan ini menjadi lebih baik. Adapun manfaat laporan ini
dapat dijadikan masukan untuk :
1. Bagi Mahasiswa
Saran bagi mahasiswa supaya dapat memberikan asuhan keperawatan jiwa
khususnya pada pasien dengan isolasi sosial agar lebih mempelajari dan
menguasai teori maupun keterampilan, baik mulai dari pengkajian sampai
evaluasi, agar dalam pelaksanaan asuhan keperawatan jiwa dapat berjalan
dengan lancar.
2. Bagi Perawat
Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan jiwa perlu memberikan
asuhan keperawatan TAK stimulasi sensori menggambar untuk
meningkatkan kemampuan mengekspresikan perasaan pada pasien
dengan isolasi sosial dan harga diri rendah.
Pemberian TAK stimulasi sensori menggambar pada pasien isolasi sosial
dan harga diri rendah yang selama ini telah dijalankan agar terus
dikembangkan sesuai dengan tahap TAK di RSJ.
TAK stimulasi sensori menggambar hanya dilakukan pada pasien harga
diri rendah dan isolasi sosial.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat memberi bimbingan kepada mahasiswa dalam menyusun
laporan hasil makalah asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan isolasi
sosial. Selain itu sebagai sumber informasi dan bahan bacaan pada
kepustakaan institusi dalam meningkatkan mutu pendidikan yang akan
datang di bidang keperawatan khususnya dalam keperawatan jiwa.
36
4. Bagi Klien dan Keluarga
Sebagai bahan masukan bagi klien dalam mengatasi permasalahan yang
dihadapinya, dan juga dapat memberikan kepuasan bagi keluarga klien atas
asuhan keperawatan jiwa yang dilakukan oleh mahasiswa.
5. Bagi Rumah Sakit Jiwa dapat mengembangkan proses asuhan keperawatan
pada klien dengan masalah isolasi sosial: menarik diri, menambah teori
baru dalam bidang keperawatan yang muncul dan diharapkan juga dapat
menjadi informasi dalam saran dan evaluasi dari para mahasiswa
praktikkan. untuk peningkatan mutu pelayanan yang lebih baik kepada
pasien yang akan datang.
37
DAFTAR PUSTAKA
Desember 2013
Pikalov, a, Schooler, N., Hsu, J., Cucchiaro, J., Goldman, R., & Loebel, A. (2014).
Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
keluarga dan kader kesehatan jiwa dengan diagnosa keperawatan isolasi sosial
Wakhid, A., Hamid, A. Y. S., Keperawatan, F. I., Indonesia, U., Keperawatan, F. I., &
38
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(Dibuat setiap kali sebelum interaksi / pertemuan dengan klien)
Hari Sabtu tgl 18 April 2022
A. PROSES KEPERAWATAN.
1. Kondisi Klien:
DS: Pasien mengatakan tidak mau bergaul dengan teman-temannya karena malas
DO:
Ekspresi wajah kurang berseri,
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial
3. Tujuan
a. Klien mampu membinahubungan saling percaya
b. Klien mampu mengungkapkan hal – hal yang melatarbelakangi terjadinya isolasi
sosial
c. Klien mampu mengungkapkan keuntungan berinteraksi
d. Klien mampu mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain
e. Klien mampu berkenalan
4. Tindakan Keperawatan
a. Mendiskusikan faktor – faktor yang melatarbelakangi terjadinya isolasi sosial
b. Mendiskusikan keuntungan berinteraksi
c. Mendiskusikan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
d. Mendiskusikan cara berkenalan dengan satu orang secara bertahap
39
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
a. FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
“Selamat pagi “
“Saya Sasmida Royana, Saya senang dipanggil Yana.”
“Siapa nama kakak? Senang dipanggil siapa?”
2. Evaluasi / validasi
“Apa keluhan kakak hari ini?”
3. Kontrak
Topik : Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan
teman-teman kakak ?
b. FASE KERJA
”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan kakak ?
Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan kakak ? Apa yang membuat kakak
jarang bercakap-cakap dengannya?”
”Apa yang kakak rasakan selama kakak di rumah ? O.. kakak merasa kesepian?
Siapa saja yang kakak kenal di rumah”
”Menurut kakak apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah
benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat
menyebutkan beberapa) Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya
40
akk ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak
juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu inginkah kakak bergaul dengan
orang lain ?
“Begini lho kak ?, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama
kita dan nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya
L, senang dipanggil L. Asal saya dari pekanbaru, hobi nyanyi”
“Ayo kak dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan kakak. Coba berkenalan
dengan saya!”
c. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif (Klien)
”Bagaimana perasaan kakak setelah kita latihan berkenalan?”
Tempat : ”Kita jumpa di rumah kakak aja ya. Baiklah, sampai jumpa.”
42
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(Dibuat setiap kali sebelum interaksi / pertemuan dengan klien)
Hari Sabtu tgl 13 Juni 2020
A. PROSES KEPERAWATAN.
1. Kondisi Klien:
DS: Pasien mengatakan tidak mau bergaul dengan teman-temannya karena malas
DO:
Ekspresi wajah kurang berseri,
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial
3. Tujuan
a. Klien mampu membinahubungan saling percaya
b. Klien mampu mengungkapkan hal – hal yang melatarbelakangi terjadinya isolasi
sosial
4. Tindakan Keperawatan
a. Mendiskusikan faktor – faktor yang melatarbelakangi terjadinya isolasi sosial
b. Mendiskusikan keuntungan berinteraksi
c. Mendiskusikan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
d. Mendiskusikan cara berkenalan dengan satu orang secara bertahap
43
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
a. FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
“Selamat Siang “
“Saya Sasmida Royana, Saya senang dipanggil Yana.”
“Siapa nama kakak? Senang dipanggil siapa?”
2. Evaluasi / validasi
“Apa keluhan kakak hari ini?”
3. Kontrak
Topik : Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan
teman-teman kakak?
b. FASE KERJA
”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan kakak?
Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan kakak? Apa yang membuat kakak
jarang bercakap-cakap dengan keluarga dan teman-teman kakak ?”
”Apa yang kakak rasakan selama kakak dirumah? O.. kakak merasa kesepian?
Siapa saja yang kakak kenal di lingkungan rumah ini”
“Apa saja kegiatan yang biasa kakak lakukan dengan teman yang kakak kenal?”
”Menurut kakak apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah
benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat
menyebutkan beberapa) Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya
44
kak ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak
juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu inginkah kakak bergaul dengan
orang lain ?
“Begini lho kak ?, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama
kita dan nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya
L, senang dipanggil L. Asal saya dari pekanbaru, hobi nyanyi”
“Ayo kak dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan kakak. Coba berkenalan
dengan saya!”
c. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif (Klien)
”Bagaimana perasaan kakak setelah kita latihan berkenalan?”
Tempat : ” Kita jumpa di rumah kakak aja ya. Baiklah, sampai jumpa.”
46
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(Dibuat setiap kali sebelum interaksi / pertemuan dengan klien)
Hari Sabtu tgl 20 Juni 2020
A. PROSES KEPERAWATAN.
1. Kondisi Klien:
DS: Pasien mengatakan tidak mau bergaul dengan teman-temannya karena malas
DO:
Ekspresi wajah kurang berseri,
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial
3. Tujuan
a. Klien mampu membinahubungan saling percaya
b. Klien mampu mengungkapkan hal – hal yang melatarbelakangi terjadinya isolasi
sosial
c. Klien mampu mengungkapkan keuntungan berinteraksi
d. Klien mampu mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain
e. Klien mampu berkenalan
4. Tindakan Keperawatan
a. Mendiskusikan faktor – faktor yang melatarbelakangi terjadinya isolasi sosial
b. Mendiskusikan keuntungan berinteraksi
c. Mendiskusikan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
d. Mendiskusikan cara berkenalan dengan satu orang secara bertahap
47
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
a. FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
“Selamat pagi “
“Saya Sasmida Royana, Saya senang dipanggil Yana.”
“Siapa nama kakak? Senang dipanggil siapa?”
2. Evaluasi / validasi
“Apa keluhan kakak hari ini?”
3. Kontrak
Topik : Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan
teman-teman kakak ?
b. FASE KERJA
”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan kakak?
Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan kakak? Apa yang membuat kakak
jarang bercakap-cakap dengan keluarga dan teman-teman kakak?”
”Apa yang kakak rasakan selama kakak di rumah? O.. kakak merasa kesepian?
Siapa saja yang kakak kenal di lingkungan rumah ini”
“Apa saja kegiatan yang biasa kakak lakukan dengan teman yang kakak kenal?”
”Menurut kakak apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah
benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat
menyebutkan beberapa) Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya
kak ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak
48
juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu inginkah kakak bergaul dengan
orang lain ?
“Begini lho kak ?, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama
kita dan nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya
L, senang dipanggil L. Asal saya dari Pekanbaru, hobi nyanyi”
“Ayo kak dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan kakak. Coba berkenalan
dengan saya!”
c. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif (Klien)
”Bagaimana perasaan kakak setelah kita latihan berkenalan?”
50