Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2001 mengatakan satu dari
empat orang di dunia terkena gangguan jiwa dalam setiap tahap kehidupannya. Sekitar
450 juta orang kini telah mengalami gangguan jiwa, sehingga menempatkan penyakit
jiwa sebagai penyakit tertinggi di dunia. Berdasarkan RISKESDAS (Riset Kesehatan
Dasar) tahun 2007 di Indonesia bahwa prevalensi gangguan jiwa berat sebesar 4,6
permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000 penduduk Indonesia
menderita gangguan jiwa berat. Angka gangguan jiwa di Indonesia telah mencapai 10%
dari populasi penduduknya.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa
Skizofrenia paranoid “Isolasi Sosial”sesuai dengan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian analisa data, merumuskan masalah keperawatan,
membuat pohon masalah, menetapkan pohon masalah, menetapkan diagnosa
keperawatan pada Ny. N dengan Isolasi Sosial di ruang Melur RSJ Medan.
b. Dapat menyusun rencana tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan
klien dan mengatasi masalah klien.
c. Dapat mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan yang nyata sesuai
dengan diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan.
d. Dapat menilai hasil (mengevaluasi) tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
e. Dapat melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan
f.
BAB II
TINJAUAN TEORI

1.1 Definisi Isolasi Sosial

Isolasi sosial adalah keadaan dimana ketika seseorang mengalami penurunan


bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Jenny dkk, 2012).

Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau
merasakan kebutuhan, keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang
lain tetapi tidak membuat kontak. Isolasi sosial merupakan proses pertahanan diri
seseorang terhadap orang lain maupun lingkungan yang menyebabkan kecemasan
pada diri sendiri dengan cara menarik diri secara fsik dan psikis (Dalami dkk,
2009).

Isolasi sosial adalah penurunan interaksi atau ketidakmampuan untuk berinteraksi


dengan orang lain di sekitarnya (Keliat dkk, 2011).

1.2 Proses Terjadinya Isolasi Sosial


Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya isolasi sosial yang disebabkan
perasaan tidak berharga yang bisa dialami klien dengan latar belakang yang penuh
dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan dan kecemasan. Perasaan tidak
berharga menyebabkan klien makin sulit mengembangkan berhubungan dengan
orang lain. Akibatnya klien menjadi regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam
aktivitas dan kurangnya terhadap penampilan dan kebersihan diri. Klien semakin
tenggelam dalam perjalinan dan tingkah masa lalu serta tingkah laku yang tidak sesuai
dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut dengan halusinasi (Dalami dkk, 2009).
1.3 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Isolasi Sosial
1.3.1 Faktor Predisposisi
Menurut purba dkk, 2008 terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan
isolasi sosial adalah :
a. Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan
menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama
yang memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan
orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari
ibu/pengasuh pada bayi bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut dapat
mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di
kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak
tidak mersaa diperlakukan sebagai objek
Tahap-tahap perkembangan individu dalam berhubungan terdiri dari:
a. Masa Bayi
Bayi sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan
biologis maupun psikologisnya. Konsistensi hubungan antara ibu dan anak,
akan menghasilkan rasa aman dan rasa percaya yang mendasar. Hal ini sangat
penting karena akan mempengaruhi hubungannya dengan lingkungan di
kemudian hari. Bayi yang mengalami hambatan dalam mengembangkan rasa
percaya pada masa ini akan mengalami kesulitan untuk berhubungan dengan
orang lain pada masa berikutnya.
b. Masa Kanak-Kanak
Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri,
mulai mengenal lingkungannya lebih luas, anak mulai membina hubungan
dengan teman-temannya. Konflik terjadi apabila tingkah lakunya dibatasi atau
terlalu dikontrol, hal ini dapat membuat anak frustasi. Kasih sayang yang tulus,
aturan yang konsisten dan adanya komunikasi terbuka dalam keluarga dapat
menstimulus anak tumbuh menjadi individu yang interdependen, Orang tua
harus dapat memberikan pengarahan terhadap tingkah laku yang diadopsi dari
dirinya, maupun sistem nilai yang harus diterapkan pada anak, karena pada saat
ini anak mulai masuk sekolah dimana ia harus belajar cara berhubungan,
berkompetensi dan berkompromi dengan orang lain.
c. Masa praremaja dan remaja
Pada masa praremaja dan remaja individu mengembangkan hubungan
yang intim dengan teman sejenis, yang mana hubungan ini akan mempengaruhi
individu untuk mengenal dan mempelajari perbedaan nilai-nilai yang ada di
masyarakat. Selanjutnya hubungan intim dengan teman sejenis akan
berkembang menjadi hubungan dengan lawan jenis. Pada masa ini hubungan
individu dengan kelompok maupun teman lebih berarti daripada hubungannya
dengan orang tua. Konflik akan terjadi apabila remaja tidak dapat
mempertahankan keseimbangan hubungan tersebut, yang seringkali
menimbulkan perasaan tertekan maupun tergantung pada remaja
d. Masa dewasa muda
Individu meningkatkan kemandiriannya serta mempertahankan hubungan
interdependen antara teman sebaya maupun orang tua. Kematangan ditandai
dengan kemampuan mengekspresikan perasaan pada orang lain dan menerima
perasaan orang lain serta peka terhadap kebutuhan orang lain. Individu siap
untuk membentuk suatu kehidupan baru dengan menikah dan mempunyai
pekerjaan. Karakteristik hubungan interpersonal pada dewasa muda adalah
saling memberi dan menerima (mutuality)
e. Masa Dewasa Tengah
Individu mulai terpisah dengan anak-anaknya, ketergantungan anak-anak
terhadap dirinya menurun. Kesempatan ini dapat digunakan individu untuk
mengembangkan aktivitas baru yang dapat meningkatkan pertumbuhan diri.
Kebahagiaan akan dapat diperoleh dengan tetap mempertahankan hubungan
yang interdependen antara orang tua dengan anak. Individu akan mengalami
berbagai kehilangan baik kehilangan keadaan fisik, kehilangan orang tua,
pasangan hidup, teman, maupun pekerjaan atau peran.
Dengan adanya Individu mulai terpisah dengan anak-anaknya,
ketergantungan anak-anak terhadap dirinya menurun. Kesempatan ini dapat
digunakan individu untuk mengembangkan aktivitas baru yang dapat
meningkatkan pertumbuhan diri. Kebahagiaan akan dapat diperoleh dengan
tetap mempertahankan hubungan yang interdependen antara orang tua dengan
anak. Individu akan mengalami berbagai kehilangan baik kehilangan keadaan
fisik, kehilangan orang tua, pasangan hidup, teman, maupun pekerjaan atau
peran. Dengan adanya kehilangan tersebut ketergantungan pada orang lain akan
meningkat, namun kemandirian yang masih dimiliki harus dapat dipertahankan
f. Masa dewasa akhir
Pada masa ini individu akan mengalami kehilangan, baik kehilangan
fisik, kehilangan orang tua, pasangan hidup, teman, maupun pekerjaan atupun
peran. Dengan adanya kehilangan tersebut ketergantungan pada orang lain akan
meningkat, namun kemandirian yang dimiliki harus dapat dipertahankan.

b. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga


Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk
mengembangkan gangguan tingkah laku.
- Sikap bermusuhan/hostilitas
- Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak
- Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya.
- Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada pembicaraan
anak, hubungan yang kaku antara anggota keluarga, kurang tegur sapa,
komunikasi kurang terbuka, terutama dalam pemecahan masalah tidak
diselesaikan secara terbuka dengan musyawarah.
- Ekspresi emosi yang tinggi
- Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan yang
membuat bingung dan kecemasannya meningkat).

c. Faktor Sosial Budaya


Isosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena norma-norma
yang salah yang dianut oleh satu keluarga.seperti anggota tidak produktif
diasingkan dari lingkungan sosial.

d. Faktor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden
tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarga yang
menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian pada kembar monozigot apabila
salah diantaranya menderita skizofrenia adalah 58%, sedangkan bagi kembar dizigot
persentasenya 8%. Kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel,
penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur limbik, diduga dapat
menyebabkan skizofrenia.

1.3.2 Faktor Presipitasi


Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor internal
maupun eksternal, meliputi:
a. Stresor Sosial Budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan,
terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan
orang yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena
ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau dipenjara. Semua ini dapat
menimbulkan isolasi sosial.
b. Stresor Biokimia
- Teori dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik
serta tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
- Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan
meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan MAO
adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin, maka menurunnya
MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
- Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada pasien
skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan karena
dihambat oleh dopamin. Hypertiroidisme, adanya peningkatan maupun
penurunan hormon adrenocortical seringkali dikaitkan dengan tingkah laku
psikotik.
- Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala
psikotik diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah stuktur sel- sel
otak.

c. Stresor Biologik dan Lingkungan Sosial


Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi
akibat interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis.

d. Stresor Psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intesitas kecemasan yang
ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk
mengatasi masalah akan menimbulkan berbagai masalah gangguan
berhubungan pada tipe psikotik.

1.4 Rentang Respons Isolasi Sosial


Respon adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Merasa Sendiri Manipulasi


Otonomi Menarik diri Impulsif
Bekerjasama Tergantung pada orang lain Membagakan
diri
Saling tergantung

1.5 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala isolasi sosial dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
a. Tanda dan Gejala Subjektif.
Gejala yang ditemukan dengan wawancara memperoleh hasil data
subjektif meliputi klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh
orang lain, klien merasa tidak aman berada dengan orang lain, klien
mengatakan tidak ada hubungan yang berarti dengan orang lain, klien merasa
bosan dan lambat menghabiskan waktu, klien tidak mampu berkonsentrasi dan
membuat keputusan, klien merasa tidak berguna, klien tidak yakin dapat
melangsungkan hidup (Keliat,2010).
b. Tanda dan Gejala Objektif.
Observasi yang dilakukan pada klien dengan isolasi sosial akan
ditemukan data objektif meliputi tidak memiliki teman dekat, menarik diri,
tidak komunikatif, tindakan berulang dan tidak bermakna, asyik dengan
pikirannya sendiri, tidak ada kontak mata, tampak sedih dan afek tumpul
(Keliat,2010). Selain itu terdapat beberapa tanda dan gejala objektif dari
isolasi sosial menurut (Dalami dkk, 2008) yaitu apatis, ekspresi wajah sedih,
afek tumpul, menghindar dari orang lain, klien tampak memisahkan diri dari
orang lain, komunikasi kurang, klien tampak bercakap-cakap sendiri, tidak ada
kontak mata atau kontak mata kurang, klien lebih sering menunduk, berdiam
diri di kamar. Menolak berhubungan dengan orang lain, mengisolasi diri, tidak
melakukan kegiatan sehari-hari, meniru posisi janin pada saat lahir, retensi
urine dan feses, masukan makanan dan minuman terganggu, tidak atau kurang
sadar tehadap lingkungan sekitarnya.

1.6 Penatalaksanaan Medis Pada Isolasi Sosial


Penatalaksanaan klien skizofrenia adalah dengan pemberian obat-obatan dan
tindakan lain, yaitu:
a. Psikofarmakologis Obat-obatan yang lazim digunakan pada gejala isolasi sosial
yang merupakan gejala psikosis pada klien skizofrenia adalah obat-obatan anti-
psikosis. Adapun kelompok umum yang digunakan adalah :

Tabel 2.2 Jenis obat yang umum digunakan pada pasien isolasi sosial

Kelas kimia Nama generik(dagang) Dosis harian


Fenotiazin Asetofenazin (Tidal) 60-120 mg
Klopromazin (Thorazin) 30-800 mg
Flufenazin (Prolixine,permiti) 1-40 mg
Mesoridazin (serentil) 12-64 mg
Perfenazin (Trilafon) 12-64 mg
Proklorperazin (compazin) 15-150 mg
Promazin (sparine) 40-1200 mg
Tiodazin (mellaril) 150-800 mg
Trifluopertazin (stelazine) 2-40 mg
Trifluopromazine (vesprin) 60-150 mg
Tiokssanten Kloprotiksen (tarctan) 75-600 mg
Tiotiksen(navane) 8-30 mg
Butirofenon Haloperidol (haldol) 1-100 mg
Dibenzodiazepin Klozapin (clorazil) 300-900 mg
Dibenzokasazepin Loksapin (loxitane) 20-150 mg
Dihidroindolon Molindone (moban) 15-225

b. Terapi kejang listrik/electro compulsive therapy (ECT).


c. Terapi aktivitas kelompok (TAK).

1.7 Penatalaksanaan Keperawatan Kepada Keluarga


Penatalaksanaan keperawatan kepada keluarga yaitu :
1. Tujuan keperawatan .
Setelah tindakan keperawatan, keluarga dapat merawat klien isolasi sosial.
2. Penatalaksanaan keperawatan
Keluarga merupakan sistem pendukung utama bagi pasien untuk dapat
membantu pasien mengatasi masalah isolasi sosial ini karena keluargalah yang
selalu bersama-sama dengan klien. Tindakan keperawatan agar keluarga dapat
merawat klien dengan isolasi sosial di rumah meliputi hal-hal berikut :
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
isolasi sosial.
b. Menjelaskan tentang masalah isolasi sosial, dampaknya pada klien,
penyebab, cara-cara merawat klien isolasi sosial.
c. Memperagakan cara merawat klien dengan isolasi sosial.
d. Membantu keluarga mempraktikkan cara merawat yang telah dipelajari.
e. Menyusun perencanaan pulang bersama keluarga (Keliat, 2010).
BAB III

TINJAUAN KASUS

RUANG RAWAT : MELUR


TANGGAL RAWAT : 02 November 2016

A. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial/ nama : Ny. N
Tanggal Pengkajian : 08 Desember 2016
Umur : 53 Tahun
RM. No : 02.05.70
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Batak
Pendidikan : Pendidikan

II. ALASAN MASUK


Klien masuk ke RS Prof.Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara Medan
karena klien sering marah-marah, bicara sendiri, gelisah, merasakan sedih, dan kurang
tidur.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


a. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu.
Klien sebelumnya sudah pernah mengalami gangguan jiwa dan sering dirawat
berulang dirawat di RS Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provsu dan pengobatan
sebelumnya klien kurang berhasil. Klien jadi korban aniaya fisik oleh suaminya
6 tahun yang lalu saat berantem dan melakukan kekerasan dalam rumah tangga
yaitu marah terhadap suaminya. trauma karena klien dianiaya oleh suaminya
penganiayaan fisik oleh suaminya ini dengan alasan susah tidur dan suka marah-
marah. Kemudian klien masuk lagi ke RSJ PROVSU Medan pada tanggal 20
Juni 2015 dengan alasan masuk klien sering marah-marah, mengamuk tanpa
alasan yang jelas, melempar kendaraan orang lain. Pada saat dirumah klien tidak
pernah dibawa kontrol oleh keluarga dan jarang minum obat.
- Masalah Keperawatan : Respon Pasca Trauma
b. Riwayat penyakit keluarga
klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.
- Masalah keperawatan : Faktor genetic (-)
c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan pasrah kepada Tuhan untuk hadapi keluarganya dan perasaan
klien saat ini trauma dan sedih apabila suaminya selingkuh lagi kepada
perempuan lain.
- Masalah keperawatan : Harga diri rendah
IV. FISIK
1. Tanda vital : TD: 120/80 mmHg, N :82x/I, S : 360c, P : 20x/i
2. Ukur : TB : 150 cm, BB : 70 kg
3. Keluhan fisik : Tidak ada masalah pada fisik klien
Jelaskan: Keadaan fisik klien baik.
- Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah pada fisik pasien.
V. PSIKOSOSIAL
1. Konsep Diri
a. Gambaran diri
Klien tidak menyukai dari anggota tubuhnya yaitu rambutnya berwarna
putih dan klien menyukai bola mata karena jarak pandang klien masih
terang.
b. Identitas
Klien sebagai Ibu Rumah Tangga, klien mengatakan tidak puas dengan
suaminya karena kurang bertanggung jawab dalam rumah tangganya dan
klien puas sebagai perempuan.
c. Peran
Klien sebagai penanggung jawab di keluarga dan klien mampu mengerjakan
pekerjaan dirumah.
d. Ideal diri
Harapan klien keluarga besarnya memperdulikan keadaan kesehatan yang
dialami dan klien ingin sembuh dan cepat pulang kerumah
e. Harga diri
Klien merasa hidupnya tidak berarti lagi di keluarga dan lingkungan
semenjak klien dirawat di rumah sakit. Klien juga merasa malu karena sudah
keluar masuk rumah sakit jiwa.
- Masalah keperawatan : Harga diri rendah
2. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : Anak laki-lakinya.
b. Klien mengikuti kegiatan kelompok di lingkungan rumah yaitu STM
(Serikat Tolong Menolong) karena kegiatan ini sosialnya sangat baik
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien sering tertutup dengan lingkunganya karena tidak mau terbuka
dengan keadaanya yang dialmi pasien
- Masalah keperawatan : Harga diri rendah

3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien beragama Katolik dan klien menyakini adanya Tuhan Yang maha Esa
b. Kegiatan ibadah
Klien jarang beribadah selama di RSJ .
- Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan
Baju klien tidak diganti yang dipakai baju tidur setiap hari.
2. Pembicaraan
Pembicaraan dengan klien lambat dimana klien setiap berbicara memikirkan apa
yang mau dikatakan ke pasien
3. Aktivitas motorik
Klien tampak tremor pada jari-jari dan kaki klien.
4. Alam perasaan
Klien merasa suntuk dan bosan berada di RSJ
5. Afek
Ekpresi klien labil saat diamati karena emosi klien cepat berubah-ubah
6. Interaksi selama wawancara
Klien tampak Defensif selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran
dirinya.
7. Proses pikir
Saat berinteraksi klien berulang kali mengulang kalimat yang disebutkanya.
8. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien baik, klien dapat mengingat tempat, waktu dan tanggal
dia masuk rumah sakit jiwa dan klien sadar bahwa dirinya sedang dirawat di
rumah sakit jiwa
9. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Perhatian Klien mudah beralih ke objek lain seperti ingin menelpon keluarganya.
10. Daya tilik diri
Klien sadar akan penyakitnya dan tahu bahwa klien sedang dirawat di rumah sakit
dan klien mengatakan klien sakit disebabkan oleh karena suami dan anak-
ankanya.
- Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan diri dan Harga diri rendah

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Klien mampu makan dengan mandiri dengan cara yang baik seperti biasanya
klien makan 3x sehari, pagi,siang dan malam.
2. BAB/BAK
Klien BAB 1x sehari dan BAK kurang lebih 5x sehari, dan mampu melakukan
eliminasi dengan baik, menjaga kebersihan setelah BAB dan BAK dengan baik.
3. Mandi
Klien mandi 1x sehari, cuci rambut seminggu 3 kali. Terdapat kuku klien
panjang-panjang dan gigi klien kotor.
4. Bepakaian
Pakaian klien hanya 2 warna, Pakaian klien diganti 1 x sehari.
5. Istirahat dan tidur
Klien istirahat jam 9 malam-jam 5 pagi, siangnya pasien sulit untuk tidur.
Sebelum tidur klien berdoa.
6. Penggunaan obat
Obat diberikan perawat yang bertugas setiap harinya.
- Masalah Keperawatan: Defisit perawatan diri

VIII. MEKANISME KOPING

Klien tidak mampu berbicara secara kooperatif dengan orang lain dan tidak mampu
menyelesaikan masalah. Klien meluangkan waktu berdoa kepada Tuhan saat Ny. N
mengingat masalahnya.
- Masalah keperawatan : Isolasi sosial.

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Klien mengatakan tidak pernah bergaul dengan orang lain karena saat dirumah klien
lebih sering dirumah dan menutup diri dengan keadaaanya. Klien memiliki masalah
dalam berhubungan dengan rumah tangganya karena suaminya telah selingkuh dari
dirinya dan suaminya telah menghina dia dalam sebutan kata yang menyakitkkan
dan perhatian keluarga dalam kesehatan tidak diketahui oleh keluarganya.

- Masalah keperawatan : Isolasi Sosial dan Harga Diri Rendah

X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG


Klien mengerti tentang keberadaanya di RSJ dank lien dapat menjawab setiap
pertanyaan dengan baik tanpa perlu memperjelas pertanyaan yang diberikan
- Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
XI. ASPEK MEDIK
Diagnosis Medik : Skizofrenia paranoid episode berulang
Therapy Medik :
- Clozapine 25 mg 2x1
- Inj. Diazepam 1amp/hari
- Inj. Lodomer 1 amp/hari
- Resperidon 2mg 2x1
-
B. ANALISA DATA

No Analisa Data Masalah

1. DS : Gangguan Konsep Diri: Harga Diri


- Klien mengatakan malu Rendah
karena suaminya telah
selingkuh terhadap
perempuan lain.
- Klien mengatakan
rambutnya sudah berwarna
putih/ beruban
DO :
- klien tampak sedih
- pandangan klien mudah
beralih
2. DS : Isolasi Sosial
- klien tidak mampu
kooperatif dengan orang
lain
- klien mengatakan tidak
pernah bergaul dengan
sekelilingnya dan klien
menutup diri
DO :
- menolak berhubungan
dengan orang lain
- diam saja
3. DS : Klien mengatakan mandi 1 x Defisit perawatan diri
sehari.
DO :
- Gigi klien karies
- Kuku pasien kotor
- Pakaian pasien jarang
diganti

C. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Defisit perawatan diri
2. Isolasi Sosial
3. Harga diri rendah

D. POHON MASALAH
Defisit perawatan diri

Isolasi Sosial : Menarik diri

Gangguan Konsep diri : Harga Diri Rendah


E. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi Sosial
F. ASUHAN KEPERAWATAN
WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI
Jumat Data : S : klien merasa senang saat mau diajak
09-12-2016 - klien tidak mampu berkenanlan dengan orang lain.
Pukul kooperatif dengan orang lain
10.00 WIB - klien mengatakan tidak O : Klien mampu melakukan cara
pernah bergaul dengan berkenanlan dengan satu orang
sekelilingnya dan klien
menutup diri A : Isolasi sosial (+)

Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial P : klien


Intervensi Keperawatan berkenalan
SP 1 dengan satu
a. Mengidentifikasi penyebab ruangan
isolasi sosial dikamarnya.
b. Berdiskuksi tentang
keuntungan dan kerugian
dalam berinteraksi dengan
orang lain
c. Mengajarkan klien cara
berkenanlan dengan satu orang
Tindakan Keperawatan
a. Mengidentifikasi penyebab
Isolasi soial yaitu menutup diri
tehadap orang lain
b. Mengidentifikasi isolasi sosial
yang
d. Membantu klien berkenanlan
dengan satu orang
RTL (Rencana Tindak Lanjut) : SP 2
(memberikan kesempatan kepada
klien mempraktekkan cara berkenalan
dengan satu orang).
Sabtu Data : S : klien mengatakan mau berkenalan
10-12-2016 - klien tidak mampu dengan perawat M dan teman yang lain.
Pukul 12:00 kooperatif dengan orang lain
wib - klien mengatakan tidak O : Klien mampu melakukan cara
pernah bergaul dengan berkenanlan dengan satu dan dua orang
sekelilingnya dan klien
menutup diri A : Isolasi sosial (+)

Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial P : klien berkenalan dengan satu ruangan


Intervensi Keperawatan dikamarnya dan memasukkan dalam
SP 2 jadwal kegiatan harian.
a. mempraktekkan cara
berkenalan dengan
satu orang
b. membantu klien untuk
memaksukkan
kegiatan berbincang-
bincang dengan orang
lain sebagai salah satu
kegiatan harian.
RTL (Rencana Tindak Lanjut) : SP 3
(memberikan kesempatan untuk
berkenalan dengan dua orang aau
lebih).
Selasa Data : S : klien mengatakan mau berkenalan
13-12-2016 - klien tidak mampu dengan teman yang lain.
Pukul 12:00 kooperatif dengan orang lain
wib - klien mengatakan tidak O : Klien mampu melakukan cara
pernah bergaul dengan berkenanlan dengan dua orang atau lebih
sekelilingnya dan klien
menutup diri A : Isolasi sosial (+)

Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial P : klien berkenalan dengan satu ruangan


Intervensi Keperawatan dikamarnya dan memasukkan dalam
SP 3 jadwal kegiatan harian.
a. memberikan
kesempatan untuk
berkenanlan dengan
dua orang atau lebih
b. menganjurkan klien
untuk memaksukkan
kegiatan sebagai salah
satu kegiatan harian.
RTL (Rencana Tindak Lanjut) : SP 4
(menjelaskan kegunaan obat).
Rabu Data : S : klien merasa senang.
14-12-2016 - klien tidak mampu
Pukul 13:00 kooperatif dengan orang lain O : Klien menggunakan obat dengan patuh
wib - klien mengatakan tidak
pernah bergaul dengan A : Isolasi sosial (+)
sekelilingnya dan klien
menutup diri P : melatih cara minum obat secara teratur,

Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial


Intervensi Keperawatan
SP 4
a. Menjelaskan
kegunaan obat
b. Melatih pasien
minum obat dengan
prinsip 5 benar.
c. menganjurkan klien
untuk
memaksukkan
kegiatan sebagai
salah satu kegiatan
harian.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan apa yang telah penulis dapatkan dalam laporan kasus dan pembahasan
pada asuhan keperawatan jiwa pada Ny.N dengan isolasi sosial di Rumah Sakit
Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem PROVSU Medan, maka penulis mengambil
kesimpulan : pengkajian yang didapat pada Ny. N pada tanggal 08 Desember 2016,
karena klien sering marah-marah, bicara sendiri, gelisah, merasakan sedih, dan
kurang tidur. Maka penulis mengambil diagnosa isolasi Sosial.

a) Dalam melakukan asuhan keperawatan pada Ny.N dengan kasus Isolasi Sosial
dilakukan meliputi aspek psikososial, spiritual dan melibatkan keluarga
didalamnya
b) Dalam melakukan asuhan keperawatan maka antara perawat dan Ny. N harus
membina hubungann saling percaya
c) Bagi mahasiswa/mahasiswi agar lebih memperdalam ilmu pengetahuan
khususnya tentang keperawatan isolasi sosial.
d) Bagi Ny. N agar mengenal dan bergaul/berinteraksi dengan perawat dan orang
lain disekitarnya.
e) Peran serta keluarga sangat penting dalam menyembuhkan klien karena dengan
dukungan keluarga penyembuhan Ny. N dapat tercapai sesuai dengan yang
diharapkan.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis menyampaikan saran antara lain :
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan untuk lebih membimbing mahasiswa/i dan memperdalam ilmu
khusunya tentang Keperawatan Jiwa.
2. Bagi Tenaga Kesehatan (perawat)
Diharapkam selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya dalam
memberikan asuhan keperawatan jiwa pada pasien agar lebih maksimal
khususnya pada pasien dengan isolasi sosial agar melakukan observasi
maksimal.

3. Bagi Keluarga
Diharapkan pada keluarga agar sering mengunjungi Ny. M selama perawatan
karena dengan seringnya keluarga berkunjung, maka klien merasa seperti berarti
bagi klien dan juga setelah pulang keluarga harus membawa klien kontrol secara
teratur ke pelayanan kesehatan jiwa terdekat agar kekambuhan dapat dicegah.
DAFTAR PUSTAKA

Dalami. E., Suliswati, Rochimah, Suryati, K.r, Lestari, W. (2009). Asuhan


Keperawatan dengan Gngguan Jiwa. Jakarta : TransInfo Media.

Keliat, B. A. & Akemat. (2009). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa


Jakarta : EGC

Keliat, B. A. & Akemat. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa


Jakarta : EGC

Purba, dkk. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial Dan
Gangguan Jiwa.Cetakan KETIGA. Medan : USU Press.

Rasmun. (2004). Stress, Koping, dan Adaptasi. Jakarta. Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai