Anda di halaman 1dari 10

1

LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI

1.1 KASUS (MASALAH UTAMA):


Perubahan persepsi sensori: Halusinasi
1.2 PROSES TERJADINYA MASALAH:
1.2.1 Pengertian
Menurut Cook dan Fontaine (1987) perubahan persepsi sensori: halusinasi
adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan
persepsi sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduan. Klien meresakan stimulus yang
sebetulnya tidak ada. Selain itu, perubahan persepsi sensori: halusinasi juga
diartikan sebagai persepsi sensori tentang suatu objek, gambaran, dan pikiran
yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar mliputi semua sistem
penginderaan (pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan, atau pengecapan).
Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang
ditandai dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu atau
merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada (Anna Budi Keliat, 2009: 109).
Individu menginteraksikan stressor yang tidak ada stimulus dari lingkungan
(Depkes RI, 2000).
1.2.2 Etiologi
1.2.2.1 Halusinasi dapat terjadi pada pada (DepKes, 1983:123)
1) Gangguan mental organic
Merupakan gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit/gangguan
sistemik atau otak dengan gambaran utama meliputi gangguan fungsi kognitif
misalnya, daya ingat (memory), daya pikir (intellect), dan daya belajar (learning),
gangguan sensirium mislanya gangguan kesadaran dan perhatian serta syndrome
dengan manifestasi yang menonjol meliputi persepsi (halusinasi), dan isi pikir
(waham), dan suasana perasaan (depresi, gembira, cemas) (PPDGJ_III, 2001: 21).

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Febri Saputra
2014.C.06a.0544
2

2) Skizofrenia
Suatu syndrome dengan variasi penyebab dan perjalan penyakit yang
ditandai dengan adanya penyimpangan dari pikiran dan persepsi serta afek yang
tidak wajar atau tumpul (PPDGJ_III, 2001: 46).
3) Sindroma putus obat
Merupakan suatu keadaan yang menimbulkan terjadinya gejala fisik yang
bervariasi sesuai dengan sat yang digunakan, gangguan psikologis (ansietas,
depresi, dan gangguan tidur), yang khas pasien melaorkan bahwa gejala tersebut
akan mereda dengan meneruskan penggunaan sat tersebut (PPDGJ_III, 2001: 37).
4) Keracunan obat
Merupakan suatu kondisi peralihan yang timbul akibat penggunaan
alcohol atau sat psikoaktif lainnya sehingga terjadi gangguan kesadaran, fungsi
kognitif atau persepsi, afek atau perilaku, atau fungsi dan respon psikofisiologis
(PPDGJ_III, 2001: 37).
1.2.3 Tanda gejala
1.2.3.1 Kognitif
1) Sulit berkonsentrasi
2) Tidak mampu mengambil keputusan
3) Sukar membedakan nyata dan tidak nyata
4) Gangguan asosiasi (pikiran yang tidak mempunyai hubungan yang logis satu
sama lain)
1.2.3.2 Afektif
1) Afek tidak sesuai dengan isi pembicaraan
2) Kurangnya respon yang emosional terhadap pikiran dan pengalaman orang lain
1.2.3.3 Perilaku dan hubungan sosial
1) Cenderung menarik diri
2) Duduk terpaku dengan pandangan satu arah, tersenyum atau berbicara sendiri
3) Aktivitas kurang terkontrol tiba-tiba marah dan menyerang orang lain
4) Gelisah
5) Inkoheren
1.2.3.4 Fisik
1) Muka pucat

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Febri Saputra
2014.C.06a.0544
3

2) Sulit tidur
3) Berat badan menurun
4) Nafsu mkan menurun
5) Individu sering menguap
6) kebersihan kurang
7) Penampilan kurang rapi
1.2.4 Jenis –jenis halusinasi (DepKes, 1983:123-124)
1.2.4.1 Halusinasi dengar (akustik, auditorik)
Individu itu mendengar suara yang membicarakan, mengejek,
menertawakan, atau mengancam padahal tidak ada suara disekitarnya.
1.2.4.2 Halusinasi lihat (Visual)
Individu itu melihat pemandangan orang, binatang atau sesuatu yang tidak ada.
1.2.4.3 Halusinasi bau/hirup (olfaktorik)
Biasanya terjadi bersamaan dengan halusinasi kecap. Individu yang
mengalami, mengatakan mencium bau-bauan seperti bau kemenyan, bau bunga,
bau mayat yang tidak ada sumbernya.
1.2.4.4 Halusinasi kecap (gustatorik)
Biasanya terjadi bersamaan dengan halusinasi bau/hirup. Individu merasa
mengecap sesuatu di mulutnya.
1.2.4.5 Halusinasi singgung (taktil/ kinaesthetik)
Individu yang bersangkutan merasa ada seseorang yang meraba atau
memukul. Bila rabaan ini berupa rangsangan seksual maka halusinasi ini disebut
halusinasi haptik.
1.2.4.6 Halusinasi Kirestetik
Klien merasakan badannya bergerak dalam suatu ruangan atau anggota
badannya bergerak.
1.2.4.7 Halusinasi Visceral
Perasaan tertentu timbul dalam tubuhnya.
1.2.5 Proses Terjadinya Halusinasi
Halusinasi berkembang menjadi 4 fase (Haber, dkk, 1982:602-608)

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Febri Saputra
2014.C.06a.0544
4

1.2.5.1 Fase pertama (conforting)


Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan yang terpisah,
dan kesepian. Klien mungkin memfokuskan pikiran pada hal yang menyenangkan
untuk menghilangkan kecemasan dan stress. Cara ini menolong sementara klien
masih dapat mengontrol kesadaranya dan mengenal pikirannya namun intensitas
persepsi meningkat.
1.2.5.2 Fase kedua (codeming)
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan
eksternal. Pemikiran internal menjadi menonjol seperti gambaran suara dan
sensasi. Halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas. Klien takut apabila
oranglain mendengar, klien merasa tidak mampu mengontrolnya, klien membuat
jarak antara dirinya dan halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah
halusinasi datang dari orang lain atau tempat lain.
1.2.5.2 Fase ketiga (controlong)
Halusinasi lebih menonjol, menguasai, dan mengontrol. Klien menjadi
terbiasa dan tidak berdaya pada halusinasinya. Halusinasi memberinya
kesenangan dan rasa aman sementara.
1.2.5.3 Fase keempat (conquiring)
Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri dari kontrol
halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi
mengancam, memerintah, dan memarahi. Klien tidak dapat berhubungan dengan
orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya. Proses ini menjadi kronik
bila tidak dilakukan intervensi.
1.2.6 Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan
jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.
Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya. Faktor predisposisi dapat meliputi:
1.2.6.1 Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan
interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress dan kecemasan.
1.2.6.2 Faktor Sosiokultural

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Febri Saputra
2014.C.06a.0544
5

Berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seorang merasa


disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian dilingkungan yang
membesarkannya.
1.2.6.3 Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda
bertentangan yang sering diterima oleh seorang akan mengakibatkan stres dan
kecemasan yang tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi realitas
1.2.6.4 Faktor Genetik
Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil
studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini.
1.2.7 Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai
tantangan, ancaman, atau tuntunan yang memerlukan energi ekstra untuk
menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan, seperti partisipasi klien
dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak berkomunikasi, objek yang ada
dilingkungan, dan juga suasana sepi atau terisolisasi sering terjadinya pencetus
terjadinya halusinasi.
1.2.8 Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa rasa curiga, takut, tidak
aman, gelisah dan bingung, berperilaku yang merusak diri, kurang perhatian, tidak
mampu mengenal keputusan, serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan
tidak nyata.
1.2.9 Sumber Koping
Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan
strategi seseorang. Individu dapat mengatasi stress dan ansietas dengan
menggunakan sumber koping yang ada dilingkungannya. Sumber koping tersebut
dijadikan modal untuk menyelesaikan masalah.
1.2.10 Mekanisme koping
Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada
pengendalian stress, termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung dan
mekanisme pertahanan lain yang digunakan untuk melindungi diri.

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Febri Saputra
2014.C.06a.0544
6

1.3 POHON MASALAH

Gangguan dalam
Resiko Mencederai diri sendiri, orang lain, pemeliharaan
effect dan lingkungan kesehatan

Perubahan sensori- perceptual : Gangguan


Core Problem pemenuhan ADL
Halusinasi pendengaran

Kerusakan interaksi sosial:


Causa Menari diri

Waham/PK

Causa Harga diri rendah

Koping individu tidak efektif


Causa

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Febri Saputra
2014.C.06a.0544
7

3.1.2 Masalah Keperawatan dan Data yang di Kaji


Masalah keperawatan yang mungkin muncul
3.1.2.1 Resiko tinggi perilaku kekerasan
3.1.2.2 Perubahan persepsi sensori: halusinasi
3.1.2.3 Isolasi sosial
3.1.2.4 Harga diri rendah
3.1.2.5 Koping individu tidak efektif
Data yang perlu dikaji
Masalah Keperawatan Data yang Perlu Dikaji
Perubahan persepsi sensori: Subjektif:
halusinasi - Klien mengatakan mendengarkan
sesuatu.
- Klien mengatakan melihat bayangan
putih
- Klien mengatakan dirinya seperti
disengat listrik
- Klien mencium bau-bauan yang tidak
sedap, seperti feses
- Klien mengatakan kepalanya melayang
diudara
- Klien mengat
Objektif:
- akan dirinya merasakan ada sesuatu yang
berbeda pada dirinyaKlien terlihat bicara
atau tertawa sendiri saat dikaji
- Bersikap seperti mendengar sesuatu
- Berhenti bicara di tengah-tengah kalimat
untuk mendengarkan sesuatu
- Disorientasi
- Konsentrasi rendah
- Pikiran cepat berubah-ubah
- Kekacauan alur pikiran.

1.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN


Perubahan persepsi sensori: halusinasi
1.5 RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1.5.1 Tindakan Keperawatan
Tujuan tindakan untuk klien adalah sebagai berikut:
1. Bina hubungan saling percaya
2. Klien mengenali halusinasi yang dialaminya
STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners
Febri Saputra
2014.C.06a.0544
8

3. Klien dapat mengontrol halusinasinya


4. Klien mendapatkan dukungan keluarga untuk mengendalikan halusinasinya
5. Klien mengikuti program pengobatan secara optimal
Tindakan keperawatan:
1) TUK 1 Membina hubungan saling percaya
Hubungan perawat pasien yang saling terbuka memberi rasa aman bagi
pasien untuk berinteraksi.
- Adakan kontak sering dan singkat
- Ciptakan lingkungan yang hangat dan bersahabat
- Dorong dan beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
- Ajar klien untuk membicarakan hal-hal yang nyata di lingkungan.
2) TUK 2 Membantu klien mengenali halusinasinya
- Dengan mengenal persepsi dan perilaku, kesadaran klien akan meningkat.
- Observasi perilaku (verbal dan non verbal) berhubungan dengan
halusinasi
- Terima halusinasi sebagai hal yang nyata bagi klien dan hal yang tidak
nyata bagi perawat.
- Identifikasi bersama klien tentang waktu munculnya halusinasi, isi
halusinasi, dan frekwensi timbulnya halusinasi.
- Dorong klien untuk mengungkapkan perasaanya ketika halusinasi muncul.
3) TUK 3 Melatih klien mengontrol halusinasinya
Dengan mengontrol halusinasi, dapat mencegah terjadinya cedera.
- Identifikasi bersama klien tindakan yang biasa dilakukan bila suara-suara
tersebut muncul
- Beri penguatan dan pujian terhadap tindakan klien yang positif
- Diskusikan cara mencegah timbulnya halusinasi dan cara mengendalikan
halusinasi
- Dorong klien untuk memilih cara yang digunakannya dalam menghadapi
halusinasi.
- penguatan dan pujian terhadap pilihan klien yang benar
- Dorong klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan cara yang telah
dipilih dalam menghadapi halusinasi.

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Febri Saputra
2014.C.06a.0544
9

- Diskusikan dengan klien upaya hasil yang telah dilakukan


- Beri penguatan terhadap upaya yang barhasil, dan beri jalan keluar
terhadap upaya yang belum berhasil.
4) TUK 4 Klien mendapat dukungan keluarga untuk mengendalikan
halusinasinya
Klien dapat dukungan keluarga dalam mengendalikan halusinasinya
- Bina hubungan saling percaya dengan keluarga
- Kaji pengetahuan tentang halusinasi dan tindakan yang dilakukan dalam
merawat klien
- Beri penguatan dan pujian terhadap tindakan yang positif
- Diskusikan dengan keluarga tentang halusinasi, tanda dan cara merawat
klien dirumah
- Anjurkan keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien dirumah
5) Mendorong klien mengikuti program pengobatan secara optimal
Keteraturan pengobatan dapat mencegah timbulnya halusinasi
- Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat untuk mengendalikan
halusinasi
- Bantu klien untuk memastikan bahwa klien minum obat sesuai dengan
program dokter
- Observasi tanda dan gejala terkait efek samping obat dan efek obat
- Diskusikan dengan dokter tentang efek dan efek samping obat.

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Febri Saputra
2014.C.06a.0544
10

DAFTAR PUSTAKA

Budi, Anna Keliat. 2009. Model Praktek keperawatan Profesional Jiwa.Jakarta:


EGC
Budi, Anna Keliat. 1998. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Direktorat Kesehatan Jiwa.1983.Pedoman perawatan Psikiatrik. Jakarta: DepKes
RI
Fitria, Nita. 2010. Prinsip Dasar dan aplikasi penulisan laporan pendahuluan dan
strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (LP dan SP) untuk 7
diagnosa keperawatan jiwa berat bagi program S-1 keperawatan.
Maslim, Rusli. 2001. Diagnosa Gangguan Jiwa. Jakarta: PT. Nuh Jaya

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners


Febri Saputra
2014.C.06a.0544

Anda mungkin juga menyukai