Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ADK) DENGAN


DIAGNOSIS MEDIS RETARDASI MENTAL

OLEH :
KELOMPOK 8
RIKI SEPDIANTARA
RUNACA
SELI MUTIA HANDRIANI
YOLANDA PUTRI ASWANI
INA….
ULIANTI
YOSHUA

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAMSTUDI PROFESI NERS
2019
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian Retardasi Mental


RM menurut American Association on Mental Retardation (AAMR) 1992 :
Kelemahan/ketidakmampuan kognitif muncul pada masa kanak-kanak (sbl 18 tahun)
ditandai dengan fs. kecerdasan dibawah normal ( IQ 70-75 atau kurang), dan disertai
keterbatasan lain pada sedikitnya dua area berikut : berbicara dan berbahasa; ketrampilan
merawat diri, ADL; ketrampilan sosial; penggunaan sarana masyarakat; kesehatan dan
keamanan; akademik fungsional; bekerja dan rileks, dll.
Sedangkan menurut WHO,retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak
mencukupi. Retradasi mental adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fs. Intelektual
berada dibawah normal, timbul pada masa perkembangan/dibawah usia 18 tahun,
berakibat lemahnya proses belajar dan adaptasi social.
Menurut Crocker AC 2011, retardasi mental adalah apabila jelas terdapat fungsi
iritelegensi yang rendah, yang disertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku, dan
gejalanya timbul pada masa perkembangan. Sedangkan menurut Melly Budhiman,
seseorang dikatakan retardasi mental, bila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Fungsi intelektual umum dibawah normal
2. Terdapat kendala dalam perilaku adaptif social
3. Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu dibawah usia 18 tahun.

Retardasi Mental sering disepadankan dengan istilah-istilah, sebagai berikut:


1. Lemah Pikiran ( feeble-minded)
2. Terbelakang Mental (Mentally Retarded)
3. Bodoh atau Dungu (Idiot)
4. Pandir (Imbecile)
5. Tolol (moron)
6. Oligofrenia (Oligophrenia)
7. Mampu Didik (Educable)
8. Mampu Latih (Trainable)
9. Ketergantungan Penuh (Totally Dependent) atau Butuh Rawat
10. Mental Subnormal
11. Defisit Mental
12. Defisit Kognitif
13. Cacat Mental
14. Defisiensi Mental
15. Gangguan Intelektual
Jadi, Retradasi mental adalah suatu gangguan heterogen yang terdiri dari gangguan
fungsi intelektual dibawah rata-rata dan dan gangguan dalam keterampilan
adaptif yang ditemukan sebelum orang berusia 18 tahun.

B. Etiologi
Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari retardasi mental. Untuk mengetahui
adanya retardasi mental perlu anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik dan
laboratorium. Penyebab dari retardasi mental sangat kompleks dan multifaktorial.
Walaupun begitu terdapat beberapa faktor yang potensial berperanan dalam
terjadinya retardasi mental seperti :
1. Organik
a. Faktor prekonsepsi : kelainan kromosom (trisomi 21/Down syndrome dan
Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolik, kelainan neuro-
cutaneos, dll.)
b. Faktor prenatal : kelainan petumbuhan otak selama kehamilan (infeksi, zat
teratogen dan toxin, disfungsi plasenta)
c. Faktor perinatal : prematuritas, perdarahan intrakranial, asphyxia neonatorum,
Meningitis, Kelainan metabolik:hipoglikemia, hiperbilirubinemia, dll
d. Faktor postnatal : infeksi, trauma, gangguan metabolik/hipoglikemia,
malnutrisi, CVA (Cerebrovascularaccident) - Anoksia, misalnya tenggelam
2. Non organic
a. Kemiskinan dan klg tidak harmonis
b. Sosial kultural
c. Interaksi anak kurang
d. Penelantaran anak
3. Faktor lain : Keturunan; pengaruh lingkungan dan kelainan mental

A. Klasifikasi
Menurut nilai IQ-nya, maka intelegensi seseorang dapat digolongkan sebagai
berikut :
Nilai IQ :
1. Sangat superior 130 atau lebih
2. Superior 120-129
3. Diatas rata-rata 110-119
4. Rata-rata 90-110
5. Dibawah rata-rata 80-89
6. Retardasi mental borderline 70-79
7. Retardasi mental ringan (mampu didik) 52-69
8. Retardasi mental sedang (mampu latih ) 36-51
9. Retardasi mental berat 20-35
10. Retardasi mental sangat berat dibawah 20
Yang disebut retardasi mental apabila IQ dibawah 70, retardasi mental tipe
ringan masih mampu didik, retardasi mental tipe sedang mampu latih, sedangkan
retardasi mental tipe berat dan sangat berat memerlukan pengawasan dan bimbingan
seumur hidupnya. Bila ditinjau dari gejalanya, maka Melly Budhiman membagi:
1. Tipe klinik
Pada retardasi mental tipe klinik ini mudah dideteksi sejak dini, karena kelainan
fisis maupun mentalnya cukup berat. Penyebabnya sering kelainan organik.
Kebanyakan anak ini perlu perawatan yang terus menerus dan kelainan ini dapat
terjadi pada kelas sosial tinggi ataupun yang rendah. Orang tua dari anak yang
menderita retardasi mental tipe klinik ini cepat mencari pertolongan oleh karena
mereka melihat sendiri kelainan pada anaknya
2. Tipe sosio budaya
Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat
mengikuti pelajaran. Penampilannya seperti anak normal, sehingga disebut juga
retardasi enam jam. Karena begitu rnereka keluar sekolah, mereka dapat bermain
seperti anakanak yang normal lainnya. Tipe ini kebanyakan berasal dari golongan
sosial ekonomi rendah. Para orang tua dari anak tipe ini tidak melihat adanya
ketainan pada anaknya, mereka mengetahui kalau anaknya retardasi dari gurunya
atau dari psikolog, karena anaknya gagal beberapa kali tidak naik kelas. Pada
urnumnya anak tipe ini mempunyai taraf IQ golongan borderline dan retardasi
mental ringan.

Klasifikasi Menurut Page :


1. Idiot (IQ dibawah 20; umur mental dibawah 3 tahun)
2. Imbisil (IQ antara 20-50, umur mental 3-7,5 tahun)
3. Moron ( IQ 50-70, umur mental 7,5-10,5 tahun)
Tabel Derajat Retradasi Mental
Derajat RM IQ Usia Prasekolah Usia Sekolah Usia Dewasa
(0-5 tahun) (0-21 tahun) (>21 tahun)
Sangat berat <20 Retradasi jelas Beberapa Perkembangan
Perkembangan motorik dan bicara
motorik dapat sangat terbatas
berespon
namun terbatas

Berat 20- Perkembangan Dapat bicara Dapat berperan


23 motorik yang atau sebagian dalam
miskin berkomunikasi pemeliharaan diri
namun latuhan sendiri dibawah
kejujuran tidak pengawasan ketat
bermanfaat

Sedang 35- Dapat berbicara Latihan dalam Dapat bekerja


49 atau belajar keterampilan sendiri tanpa dilatih
berkomunikasi, social dan namun perlu
ditangani pekerjaan dapat pengawasan
dengan bermanfaat, terutama jika
pengawasan dapat pergi berada dalam stress
sedang sendiri
ketempat yang
telah dikenal

Ringan 50- Dapat Dapat belajar Biasanya dapat


69 mengembangkan keterampilan mencapai
keterampilan akademik keterampilan social
social dan sampai ± kelas dan kejujuran
komunikasi, 6 SD namun perlu
retradasi bantuan terutama
minimal bila stres

B. Patofisiologi
Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari.
Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul
pada masa kanak-kanak ( sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi
kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai
keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaftif : berbicara dan
berbahasa , kemampuan/ketrampilan merawat diri, kerumahtanggaan, ketrampilan
sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri , kesehatan dan
keamanan , akademik fungsional, bersantai dan bekerja. Penyebab retardasi mental
bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca natal. Diagnosis retardasi
mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak.
C. Manifestasi Klinik
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa
kelainan fisik yang merupakan stigmata kongenital, yang kadang-kadang gambaran
stigmata mengarah kesuatu sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelainan
fisik dan gejala yang sering disertai retardasi mental, yaitu (Swaiman, 1989):
1. Kelainan pada mata
2. Kejang
3. Kelainan kulit
4. Kelainan rambut
5. Kepala
6. Perawakan pendek
7. Distonia
Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai
berikut:
1. Retradasi Mental Ringan
Keterampilan social dan komunikasinya mungkin adekuat dalam tahun-tahun
prasekolah. Tetapi saat anak menjadi lebih besar, deficit koognitif tertentu seperti
kemampuan yang buruk untuk berpikir abstrak dan egosentrik mungkin
membedakan dirinya dari anak lain seusianya.
2. Retradasi Mental Sedang
Keterampilan komunikasi berkembang lebih lambat. Isolasi social dirinya
mungkin dimulai pada usia sekolah dasar. Dapat dideteksi lebih dini jika
dibandingkan retradasi mental ringan.
3. Retradasi Mental Berat
Bicara anak terbatas dan perkembangan motoriknya buruk. Pada usia prasekolah
sudah nyata ada gangguan. Pada usia sekolah mungkin kemampuan bahasanya
berkembang. Jika perkembangan bahasanya buruk, bentuk komunikasi nonverbal
dapat berkembang.
4. Retradasi Mental Sangat Berat
Keterampilan komunikasi dan motoriknya sangat terbatas. Pada masa dewasa
dapat terjadi perkembangan bicara dan mampu menolong diri sendiri secara
sederhana. Tetapi seringkali masih membutuhkan perawatan orang lain.Terdapat
ciri klinis lain yang dapat terjadi sendiri atau menjadi bagian dari gangguan
retradasi mental , yaitu hiperakivitas, toleransi frustasi yang rendah, agresi,
ketidakstabilan efektif , perilaku motorik stereotipik berulang, dan perilaku
melukai diri sendiri.
F. WOC

G. Penatalaksanaan Medis
Terapi terbaik adalah pencegahan primer, sekunder dan tersier.
1. Pencegahan primer adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan atau
menurunkan kondisi yang menyebabkan gangguan. Tindakan tersebut termasuk
pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum,
usaha terus menerus dari profesional bidang kesehatan untuk menjaga dan
memperbaharui kebijakan kesehatan masyarakat , aturan untuk memberikan
pelayanan kesehatan maternal dan anak yang optimal, dan eredekasi gangguan
yang diketahui disertai kerusakan system saraf pusat. Konseling keluarga dan
genetic dapat membantu.
2. pencegahan sekunder adalah untuk mempersingkat perjalanan penyakit.
3. pencegahan tersier bertujuan untuk menekan kecacatan yang terjadi. Dalam
pelaksanaanya kedua jenis pencegahan ini dilakuakn bersamaan, yang meliputi
pendidikan untuk anak : terapi perilaku, kognitif dan psikodinamika ; pendidikan
keluarga; dan intervensi farmakologi. Pendidikan untuk anak harus merupakan
program yang lengkap dan mencakup latihan keterampilan adaptif, sosialn, dan
kejuruan. Satu hal yang penting dalam mendidik keluarga tentang cara
meningkatkan kopetensi dan harga diri sambil mempertahankan harapan yang
realistic.
Untuk mengatasi perilaku agresif dan melukai diri sendiri dapat digunakan
naltrekson. Untuk gerakan motorik stereotopik dapat dipakai antipsikotik seperti
haloperidol dan klorpromazin. Perilaku kemarahan eksplosif dapat diatasi dengan
penghambat beta seperti propranolol dan buspiron. Adapun untuk gangguan
deficit atensi atau hiperktivitas dapat digunakan metilpenidat.
H. Komplikasi
Menurut Betz, Cecily R (2012) komplikasi retardasi mental adalah :
1. Serebral palsi
2. Gangguan kejang
3. Gangguan kejiwaan
4. Gangguan konsentrasi / hiperaktif
5. Defisit komunikasi
6. Konstipasi (karena penurunan motilitas usus akibat obat -obatan,
kurang mengkonsumsi makanan berserat dan cairan).
I. Insiden
Prevalensi retardasi mental sekitar 1 % dalam satu populasi. Di indonesia
1-3 persen penduduknya menderita kelainan ini.4 Insidennya sulit di ketahui
karena retardasi metal kadang-kadang tidak dikenali sampai anak-anak usia
pertengahan dimana retardasinya masih dalam taraf ringan. Insiden tertinggi
pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai 14 tahun. Retardasi
mental mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan
dengan perempuan
J. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan kromosom
2. Pemeriksaan urin, serum atau titer virus
3. Test diagnostik spt : EEG, CT Scan untuk identifikasi abnormalitas
perkembangan jaringan otak, injury jaringan otak atau trauma yang
mengakibatkan perubahan.
K. Pencegahan
1. Imunisasi bagi anak dan ibu sebelum kehamilan
2. Konseling perkawinan
3. Pemeriksaan kehamilan rutin
4. Nutrisi yang baik
5. Persalinan oleh tenaga kesehatan
6. Memperbaiki sanitasi dan gizi keluarga
7. Pendidikan kesehatan mengenai pola hidup sehat
8. Program mengentaskan kemiskinan, dll
A. Asuhan keperawatan
1. Data demografi
a. Identitas Klien
b. Identitas Orang tua
2. Riwayat Kesehatan
Tanda dan gejala :
a. Mengenali sindrom seperti adanya mikrosepali
b. Adanya kegagalan perkembangan yang merupakan indicator RM
seperti anak RM berat biasanya mengalami kegagalan perkembangan
pada tahun pertama kehidupannya, terutama psikomotor; RM sedang
memperlihatkan penundaan pada kemampuan bahasa dan bicara,
dengan kemampuan motorik normal-lambat, biasanya terjadi pada usia
2-3 tahun; RM ringan biasanya terjadi pada usia sekolah dengan
memperlihatkan kegagalan anak untuk mencapai kinerja yang
diharapkan.
3. Gangguan neurologis yang progresif
4. Tingkatan/klasifikasi RM
a. Ringan ( IQ 52-69; umur mental 8-12 tahun)
Karakteristik :
 Usia presekolah tidak tampak sebagai anak RM, ttp terlambat dalam
kemampuan berjalan, bicara , makan sendiri, dll
 Usia sekolah, dpt melakukan ketrampilan, membaca dan aritmatik,
diarahkan pada kemampuan aktivitas sosial.
 Usia dewasa, melakukan ketrampilan sosial dan vokasional,
diperbolehkan menikah tidak dianjurkan memiliki anak. Ketrampilan
psikomotor tidak berpengaruh kecuali koordinasi.
b. Sedang ( IQ 35- 40 hingga 50 - 55; umur mental 3 - 7 tahun)
Karakteristik :
 Usia presekolah, kelambatan terlihat pada perkembangan motorik,
terutama bicara, respon saat belajar dan perawatan diri.
 Usia sekolah, dapat mempelajari komunikasi sederhana, dasar
kesehatan, perilaku aman, serta ketrampilan mulai sederhana, Tidak
ada kemampuan membaca dan berhitung.
 Usia dewasa, melakukan aktivitas latihan tertentu, berpartisipasi
dalam rekreasi, dapat melakukan perjalanan sendiri ke tempat yg
dikenal, tidak bisa membiayai sendiri.
c. Berat ( IQ 20-25 s.d. 35-40; umur mental < 3 tahun) Karakteristik :
 Usia prasekolah kelambatan nyata pada perkembangan motorik,
kemampuan komunikasi sedikit bahkan tidak ada, bisa berespon dalam
perawatan diri tingkat dasar sepeti makan.
 Usia sekolah, gangguan spesifik dlm kemampuan berjalan, memahami
sejumlah komunikasi/berespon, membantu bila dilatih sistematis.
 Usia dewasa, melakukan kegiatan rutin dan aktivitas berulang, perlu
arahan berkelanjutan dan protektif lingkungan, kemampuan bicara
minimal, meggunakan gerak tubuh.
d. Sangat Berat ( IQ dibawah 20-25; umur mental seperti bayi)
Karakteristik :
 Usia prasekolah retardasi mencolok, fungsi. Sensorimotor minimal,
butuh perawatan total.
 Usia sekolah, kelambatan nyata di semua area perkembangan,
memperlihatkan respon emosional dasar, ketrampilan latihan kaki,
tangan dan rahang. Butuh pengawas pribadi. Usia mental bayi muda.
 Usia dewasa, mungkin bisa berjalan, butuh perawatan total, biasanya
diikuti dengan kelainan fisik.
4. Pemeriksaan fisik :
a. Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (bentuk kepala tidak simetris)
b. Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/ tidak ada, halus, mudah putus dan cepat
berubah
c. Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
d. Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping
melengkung keatas, dll
e. Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit lebar/
melengkung tinggi
f. Geligi : odontogenesis yang tidak normal
g. Telinga : keduanya letak rendah; dll
h. Muka : panjang filtrum yang bertambah, hypoplasia
i. Leher : pendek; tidak mempunyai kemampuan gerak sempurna
j. Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibu jari gemuk
dan lebar, klinodaktil, dll
k. Dada & Abdomen : terdapat beberapa putting, buncit, dll
l. Genitalia : mikropenis, testis tidak turun, dll
m. Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/ panjang kecil
meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan kromosom
b. Pemeriksaan urin, serum atau titer virus
c. Test diagnostic sepetti : EEG, CT Scan untuk identifikasi abnormalitas
perkembangan jaringan otak, injury jaringan otak atau trauma yang
mengakibatkan perubahan.
B. Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d kelainan fungsi Kognitif
2. Kerusakan komunikasi verbal b/d lambatnya keterampilan ekspresi dan
resepsi bahasa.
3. Risiko cedera b/d perilaku agresif/ koordinasi gerak tidak terkontrol
4. Gangguan interaksi sosial b/d kesulitan bicara /kesulitan adaptasi social
5. Gangguan proses keluarga b/d memiliki anak RM
6. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian/ berhias, toileting b/d
ketidakmampuan fisik dan mental/ kurangnya kematangan perkembangan.
C. Rencana Intervensi :
1. Dx : Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d kelainan fungsi Kognitif
Tujuan : pertumbuhan dan perkembangan berjalan sesuai tahapan
Intervensi :
a. Kaji faktor penyebab gangguan perkembangan anak
b. Identifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk memfasilitasi
perkembangan anak yang optimal.
c. Berikan aktivitas stimulasi yang sesuai dengan usia
d. Pantau pola pertumbuhan (tinggi badan, berat badan, lingkar kepala dan
rujuk ke ahli gizi untuk mendapatkan intervensi nutrisi)
2. Dx : kerusakan komunikasi verbal b/d lambatnya keterampilan ekspresi dan
resepsi bahasa.
Tujuan : komunikasi terpenuhi sesuai tahap perkembangan anak.
Intervensi :
a. Tingkatkan komunikasi verbal dan stimulasi taktil
b. Berikan intruksi berulang dan sederhana
c. Beri waktu yang cukup untuk berkomunikasi.
d. Dorong komunikasi terus menerus dengan dunia luar contoh Koran,
televises, radio, kalender, jam.
3. Dx : Risiko cedera b/d perilaku agresif/ koordinasi gerak tidak terkontrol
Tujuan : menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan
faktor risiko dan untuk melindungi diri dari cedera.
Intervensi :
a. Berikan posisi yang aman dan nyaman.
b. Manajemen perilaku anak yang sulit
c. Batasi aktifitas yang berlebihan.
d. Ambulasi dengan bantuan ; berikan kamar mandi khusus.
4. Dx : Gangguan interaksi sosial b/d kesulitan bicara /kesulitan adaptasi social
Tujuan : meminimalkan gangguan interaksi social
Intervensi :
a. Bantu anak dalam mengidentifikasi kekuatan pribadi
b. Beri pengetahuan terhadap orang terdekat anak mengenai Retardasi
Mental
c. Dorong anak untuk berpartisipasi dalam aktivitas bersama anak-anak
dan keluarga lain
d. Dorong anak mempertahankan hubungan dengan teman-teman
e. Berikan reinforcement positif atas hasil yang dicapai anak
5. Dx : Gangguan proses keluarga b/d memiliki anak RM
Tujuan : keluarga menunjukkan pemahaman tentang penyakit anak dan
terapinya
Intervensi :
a. Kaji pemahaman keluarga tentang penyakit anak dan rencana perawatan
b. Tekankan dan jelaskan penjelasan tim kesehatan lain tentang kondisi
anak, prosedur dan terapi yang dianjurkan
c. Gunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan pemahaman keluarga
tentang penyakit dan terapinya
d. Ulangi informasi sesering mungkin
6. Dx : Defisit perawatan diri b/d ketidakmampuan fisik dan mental/ kurangnya
kematangan perkembangan.
Tujuan : melakukan perawatan diri sesuai tingkat usia dan perkembangan
anak.
Intervensi :
a. Identifikasi kebutuhan akan kebersihan diri dan berikan bantuan sesuai
kebutuhan.
b. Identifikasi kesulitan dalam perawatan diri, seperti keterbatasan gerak
fisik, penurunan kognitif.
c. Dorong anak melakukan perawatan sendiri
Pendidikan pada orangtua :
1. Perkembangan anak untuk tiap tahap usia
2. Dukung keterlibatan orangtua dalam perawatan anak
3. Bimbingan antisipasi dan manajemen menghadapi perilaku anak yang sulit
4. Informasikan sarana pendidikan yang ada dan kelompok, dll

Anda mungkin juga menyukai