Anda di halaman 1dari 8

STROKE ISKEMIK

A.

Anatomi dan Fisiologi Otak


1. Otak
Otak merupakan pusat kendali fungsi tubuh yang rumit dengan berat otak normal
1400 gr dan sekitar 100 millar sel saraf. walaupun berat total otak hanya sekitar 2,5
% dari berat tubuh, 70 % oksigen dan nutrisi yang diperlukan tubuh ternyata
digunakan oleh otak. Berbeda dengan otak dan jaringan lainya. Otak tidak mampu
menyimpan nutrisi agar bisa berfungsi, otak tergantung dari pasokan aliran darah,
yang secara kontinyu membawa oksigen dan nutrisi . Otak terdiri dari empat bagian

besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainsterm (batang
otak), dan diensefalon (Betty Sonatha, 2012)

a. Otak besar (serebrum)

Otak besar terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan korteks
serebri. Masing-masing hemisfer serebri terdiri dari lobus frontalis yang
merupakan area motorik primer yang bertanggung jawab untuk gerakangerakan voluntar, lobus parietalis yang berperanan pada kegiatan memproses
dan mengintegrasi informasi sensorik yang lebih tinggi tingkatnya, lobus
temporalis yang merupakan area sensorik untuk impuls pendengaran dan
lobus oksipitalis yang mengandung korteks penglihatan primer, menerima
informasi penglihatan dan menyadari sensasi warna.
b. Otak kecil (serebellum)

Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh duramater
yang menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang memisahkannya dari
bagian posterior serebrum. Fungsi utamanya adalah sebagai pusat refleks
yang mengkoordinasi dan memperhalus gerakan otot, serta mengubah tonus
dan kekuatan kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan sikap tubuh.
c. Batang otak

Bagian-bagian batang otak dari bawak ke atas adalah medula oblongata, pons
dan mesensefalon (otak tengah)
1. Medula oblongata merupakan pusat refleks yang penting untuk jantung,
vasokonstriktor, pernafasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur dan
muntah.
2. Pons merupakan

mata

rantai

penghubung yang

penting pada

jaras

kortikosereberalis yang menyatukan hemisfer serebri dan serebelum.


3. Mesensefalon merupakan bagian pendek dari batang otak yang berisi aquedikus
sylvius, beberapa traktus serabut saraf asenden dan desenden dan pusat stimulus
saraf pendengaran dan penglihatan.
a. Diensefalon

Dibagi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus, epitalamus dan


hipotalamus.
1. Talamus merupakan stasiun penerima dan pengintegrasi subkortikal yang
penting.
2. Subtalamus fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada
subtalamus akan menimbulkan hemibalismus yang ditandai dengan gerakan
kaki atau tangan yang terhempas kuat pada satu sisi tubuh.
3. Epitalamus berperanan pada beberapa dorongan emosi dasar seseorang.
4. Hipotalamus berkaitan dengan pengaturan rangsangan dari sistem susunan
saraf otonom perifer yang menyertai ekspresi tingkah dan emosi.
2. Nervus Kranialis

Nervus kranialis dibagi dua belas yaitu:


a. Nervus olvaktorius (N.I)

Saraf pembau yang keluar dari otak dibawa oleh dahi, membawa rangsangan aroma
(bau-bauan) dari rongga hidung ke otak.
b. Nervus optikus (N.II)
Mensarafi bola mata, membawa rangsangan penglihatan ke otak.
c. Nervus okulomotoris (N.III)
Bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital (otot pengerak bola mata),
menghantarkan serabut-serabut saraf para simpati untuk melayani otot siliaris dan
otot iris.
d. Nervus troklearis (N.IV)
Bersifat motoris, mensarafi otot- otot orbital. Saraf pemutar mata yang pusatnya
terletak dibelakang pusat saraf penggerak mata.
e. Nervus trigeminus (N.V)
Bersifat majemuk (sensoris motoris) saraf ini mempunyai tiga buah cabang,
fungsinya sebagai saraf kembar tiga, saraf ini merupakan saraf otak besar.sarafnya
yaitu:
1) Nervus oltamikus: sifatnya sensorik, mensarafi kulit kepala bagian depan kelopak
mata atas, selaput lendir kelopak mata dan bola mata.
2) Nervus maksilaris: sifatnya sensoris, mensarafi gigi atas, bibir atas, palatum,
batang hidung, ronga hidung dan sinus maksilaris.
3) Nervus mandibula: sifatnya majemuk ( sensori dan motoris ) mensarafi otot-otot
pengunyah. Serabut-serabut sensorisnya mensarafi gigi bawah, kulit daerah
temporal dan dagu.
f. Nervus abdusen (N.VI)
Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot orbital. Fungsinyasebagai saraf penggoyang
sisi mata.
g. Nervus fasialis (N.VII)
Sifatnya majemuk (sensori dan motori) serabut-serabut motorisnya mensarafi otototot lidah dan selaput lendir ronga mulut. Di dalam saraf ini terdapat serabut-serabut
saraf otonom (parasimpatis) untuk wajah dan kulit kepala fungsinya sebagai mimik
wajah untuk menghantarkan rasa pengecap.
h. Nervus auditoris (N.VIII)
Sifatnya sensori, mensarafi alat pendengar, membawa rangsangan dari pendengaran
dan dari telinga ke otak. Fungsinya sebagai saraf pendengar.
i. Nervus glosofaringeus (N.IX)
Sifatnya majemuk (sensori dan motoris) mensarafi faring, tonsil dan lidah, saraf ini
dapat membawa rangsangan cita rasa ke otak.
j. Nervus vagus (N.X)

Sifatnya majemuk ( sensoris dan motoris) mengandung saraf-saraf motorik, sensorik


dan para simpatis faring, laring, paru-paru, esofagus, gaster intestinum minor,
kelenjar-kelenjar pencernaan dalam abdomen. Fungsinya sebagai saraf perasa.
k. Nervus asesorius (N.XI)
Saraf ini mensarafi muskulus sternokleidomastoid dan muskulus trapezium,
fungsinya sebagai saraf tambahan.
l. Nervus hipoglosus (N.XII)
Saraf ini mensarafi otot-otot lidah, fungsinya sebagai saraf lidah. Saraf ini terdapat
di dalam sumsum penyambung.

B.

Pengertian Stroke Iskemik


Gangguan peredaran darah diotak atau dikenal dengan CVA ( Cerebro Vaskuar
Accident) adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gangguan aliran
darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak ( dalam beberapa detik) atau
secara cepat ( dalam beberapa jam ) dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan
daerah yang terganggu (Harsono,1996)
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah
diakibatkan

kehilangan fungsi otak yang

oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah

kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne,


2002)
Stroke adalah infark dari sebagian otak karena kekurangan aliran darah ke
otak (Junaidi, 2004)
Stroke iskemik adalah stroke yang disebabkan karena sumbatan pada arteri
sehingga suplai glukosa dan oksigen ke otak berkurang dan terjadi kematian sel
atau jaringan otak yang disuplai (Long. C, Barbara;1996).
Stroke Iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang
disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan darah
dan oksigen ke jaringan otak (Smeltzer C. Suzanne, 2002) .
C.

Etiologi
Penyebab-penyebabnya antara lain:
a.

Trombosis ( bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak )

b.

Embolisme cerebral ( bekuan darah atau material lain )

c.

Iskemia ( Penurunan aliran darah ke area otak)

(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)


D.

Faktor resiko pada stroke

Faktor resiko untuk terjadinya stroke yang pertama dapat diklasifikasikan


berdasarkan

pada

kemungkinannya

untuk

dimodifikasi

(nonmodifiable,

modifiable, or potentially modifiable) dan bukti yang kuat (well documented or


less well documented) (Goldstein, 2006)
1. factor resiko yang tidak dapat di modifikasi (non-modifiable):

usia

jenis kelamin

berat badan lahir rendah

etnis

genetik

2. faktor resiko yang dapat dimodifikasi

Hipertensi

Merokok

Diabetes

Kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium,


penyakit jantung kongestif)

Dislipidemia

Penyakit sel sabit

Obesitas dan distribusi lemak tubuh

Penyalahgunaan Alkohol

Kolesterol tinggi

Peningkatan hematokrit ( resiko infark serebral)

Diabetes Melitus

Kontrasepasi oral( khususnya dengan disertai hipertensi, merkok, dan


kadar estrogen tinggi)

Konsumsi alkohol

(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)


E.

Manifestasi klinis
Manifestasi Klinis
Gambaran klinik utama dapat dihubungkan dengan tanda dan gejala dibawah ini
(Betty Sonatha, 2012):
1. Defisit lapang pandang
a.

Hominimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang pandang)

Tidak menyadari objek di tampat kehilangan penglihatan

Mengabaikan salah satu sisi tubuh

Kesulitan menilai jarak

b.

Diplopia : penglihatan ganda

c.

Kehilangan penglihatan perifer

Kesulitan melihat pada malam hari

Tidak menyadari batas objek

2. Defisit motorik
a.

Hemipharesis : kelemahan wajah, lengan dan tungkai pada


sisi yang sama.

b.

Hemiplegia : paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi


yang sama

c.

Ataksia
Berjalan tidak tegap atau mantap
Tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar berdiri yang luas

d.

Disartria : kesukaran membentuk kata

e.

Disfagia : kesukaran menelan

3. Defisit sensori
Parastasia : terjadi pada sisi berlawanan dari lesi
a.

Kebas dan kesemutan pada bagian tubuh

b.

Kesulitan dalam propriosepsi

4. Defisit verbal
a.

Afasia ekspresif : ketidakmampuan untuk membentuk kata


yang dapat dimengerti, mungkin mampu berbicara dalam respon kata
tunggal

b.

Afasia reseptif

: ketidakmampuan memahami kata yang

dibicarakan, mampu bicara tapi tidak masuk akal


c.

Afasia global : kombinasi afasia ekspresif dan reseptif

5. Defisit kognitif

6.

a.

Kehilangan memori jangka panjang dan jangka pendek

b.

Penurunan lapang pandang

c.

Alasan abstrak buruk

d.

Perubahan penilaian

Defisit emosional
a.

Kehilangan kontrol diri

b.

Labilitas emosional

c.

Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stres

d.

Depresi

e.

Menarik diri

f.

Rasa takut, bermusuhan, marah

g.

Perasaan isolasi

F.

Patways

G. Pemeriksaan Penunjang
a.

CT Scan

Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark


b.

Angiografi serebral

membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan


atau obstruksi arteri
c.

Pungsi Lumbal

menunjukan adanya tekanan normal

tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan


adanya perdarahan

d.

MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.

e.

EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik

f.

Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena

g.

Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng


pineal

(DoengesE, Marilynn,2000 hal 292)


G. Penatalaksanaan
1. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral .
2. Anti koagulan: Mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi.
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)
H.KOMPLIKASI
Hipoksia Serebral
Penurunan darah serebral
Luasnya area cedera
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)

DAFTAR PUSTAKA

Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2, Bandung, Yayasan Ikatan


Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, 1996
Tuti Pahria, dkk, Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan Sistem
Persyarafan, Jakarta, EGC, 1993
Pusat

pendidikan

Tenaga

Kesehatan

Departemen

Kesehatan,

Asuhan

Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan , Jakarta, Depkes,


1996
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Jakarta, EGC ,2002
Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta,
EGC, 2000
Harsono, Buku Ajar : Neurologi Klinis,Yogyakarta, Gajah Mada university
press, 1996
Sonatha, B. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Keluarga dalam pemberian
perawatan pada pasien pasca stroke iskemik. Universitas Indonesia. Depok. 2012
diakses tanggal 5 Maret 2015

Anda mungkin juga menyukai