Anda di halaman 1dari 15

1.

Pengertian

Stroke adalah terputusnya aliran darah ke otak, karena tersumbat


atau pecahnya pembuluh darah ke otak sehingga pasokan darah dan
oksigen ke otak berkurang yang dapat menyebabkan gangguan fisik atau
diasabilitas (Ghani dkk, 2016).
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak
terganggu atau berkurang akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya
pembuluh darah (stroke hemoragik). Tanpa darah, otak tidak akan
mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi, sehingga sel-sel pada sebagian area
otak akan mati. Stroke adalah keadaan darurat medis karena sel otak dapat
mati hanya dalam hitungan menit (Alodokter, 2018)

Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak


terganggu atau berkurang akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau
pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik) (Halodoc, 2018).

2. Anatomi dan Fisiologi


a. Anatomi
Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang
lebih 100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu
serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainsterm (batang otak),
dan diensefalon (Satyanegara, 1998).
Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan
korteks serebri. Masing-masing hemisfer serebri terdiri dari lobus frontalis
yang merupakan area motorik primer yang bertanggung jawab untuk
gerakangerakan voluntar, lobur parietalis yang berperanan pada kegiatan
memproses dan mengintegrasi informasi sensorik yang lebih tinggi
tingkatnya, lobus temporalis yang merupakan area sensorik untuk impuls
pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung korteks penglihatan
primer, menerima informasi penglihatan dan menyadari sensasi warna.
Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh
duramater yang menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang
memisahkannya dari bagian posterior serebrum. Fungsi utamanya adalah
sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi dan memperhalus gerakan otot,
serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk mempertahankan
keseimbangan sikap tubuh.
Bagian-bagian batang otak dari bawak ke atas adalah medula
oblongata, pons dan mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata
merupakan pusat refleks yang penting untuk jantung, vasokonstriktor,
pernafasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur dan muntah. Pons
merupakan mata rantai penghubung yang penting pada jaras
kortikosereberalis yang 3 menyatukan hemisfer serebri dan serebelum.
Mesensefalon merupakan bagian pendek dari batang otak yang berisi
aquedikus sylvius, beberapa traktus serabut saraf asenden dan desenden
dan pusat stimulus saraf pendengaran dan penglihatan.
Diensefalon di bagi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus,
epitalamus dan hipotalamus. Talamus merupakan stasiun penerima dan
pengintegrasi subkortikal yang penting. Subtalamus fungsinya belum
dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus akan
menimbulkan hemibalismus yang ditandai dengan gerakan kaki atau
tangan yang terhempas kuat pada satu sisi tubuh. Epitalamus berperanan
pada beberapa dorongan emosi dasar seseorang. Hipotalamus berkaitan
dengan pengaturan rangsangan dari sistem susunan saraf otonom perifer
yang menyertai ekspresi tingkah dan emosi.
2. Nervus Cranialis
a. Nervus olvaktorius
Saraf pembau yang keluar dari otak dibawa oleh dahi,
membawa rangsangan aroma (bau-bauan) dari rongga hidung ke
otak.
b. Nervus optikus
Mensarafi bola mata, membawa rangsangan penglihatan ke
otak.
c. Nervus okulomotoris
Bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital (otot pengerak
bola mata) menghantarkan serabut-serabut saraf para simpati untuk
melayani otot siliaris dan otot iris.
d. Nervus troklearis
Bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital. Saraf pemutar
mata yang pusatnya terletak dibelakang pusat saraf penggerak
mata.
e. Nervus trigeminus Bersifat majemuk (sensoris motoris) saraf ini
mempunyai tiga buah cabang. Fungsinya sebagai saraf kembar tiga,
saraf ini merupakan saraf otak besar, sarafnya yaitu:
1) Nervus oltamikus: sifatnya sensorik, mensarafi kulit kepala
bagian depan kelopak mata atas, selaput lendir kelopak
mata dan bola mata.
2) Nervus maksilaris: sifatnya sensoris, mensarafi gigi atas,
bibir atas, palatum, batang hidung, ronga hidung dan sinus
maksilaris.
3) Nervus mandibula: sifatnya majemuk (sensori dan motoris)
mensarafi otot-otot pengunyah. Serabut-serabut sensorisnya
mensarafi gigi bawah, kulit daerah temporal dan dagu.
f. Nervus abdusen
Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot orbital. Fungsinya
sebagai saraf penggoyang sisi mata.
g. Nervus fasialis
Sifatnya majemuk (sensori dan motori) serabut-serabut
motorisnya mensarafi otot-otot lidah dan selaput lendir ronga
mulut. Di dalam saraf ini terdapat serabut-serabut saraf otonom
(parasimpatis) untuk 5 wajah dan kulit kepala fungsinya sebagai
mimik wajah untuk menghantarkan rasa pengecap.
h. Nervus auditoris
Sifatnya sensori, mensarafi alat pendengar, membawa
rangsangan dari pendengaran dan dari telinga ke otak. Fungsinya
sebagai saraf pendengar.
i. Nervus glosofaringeus
Sifatnya majemuk (sensori dan motoris) mensarafi faring,
tonsil dan lidah, saraf ini dapat membawa rangsangan cita rasa ke
otak.

j. Nervus vagus
Sifatnya majemuk (sensoris dan motoris) mengandung
saraf-saraf motorik, sensorik dan parasimpatis faring, laring, paru-
paru, esofagus, gaster intestinum minor, kelenjar-kelenjar
pencernaan dalam abdomen. Fungsinya sebagai saraf perasa.
k. Nervus asesorius
Saraf ini mensarafi muskulus sternokleidomastoid dan
muskulus trapezium, fungsinya sebagai saraf tambahan.
l. Nervus hipoglosus
Saraf ini mensarafi otot-otot lidah, fungsinya sebagai saraf
lidah. Saraf ini terdapat di dalam sumsum penyambung.Merupakan
serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan
kanan. Selain itu, menghubungkan otak besar dan sumsum tulang
belakang
b. Sirkulasi peredaran darah
Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20
% konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme
aerobiknya. Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri
karotis interna dan arteri vertebralis. Dalam rongga kranium,
keempat arteri ini saling berhubungan dan membentuk sistem
anastomosis, yaitu sirkulus Willisi (Satyanegara, 1998).
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteria
karotis komunis kira-kira setinggi rawan tiroidea. Arteri karotis
interna masuk ke dalam tengkorak dan bercabang kira-kira setinggi
kiasma optikum, menjadi arteri serebri anterior dan media. Arteri
serebri anterior memberi suplai darah pada struktur-struktur seperti
nukleus kaudatus dan putamen basal ganglia, kapsula interna,
korpus kolosum dan bagian-bagian (terutama medial) lobus
frontalis dan parietalis serebri, termasuk korteks somestetik dan
korteks motorik. Arteri serebri media mensuplai darah untuk lobus
temporalis, parietalis dan frontalis korteks serebri.
Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria
subklavia sisi yang sama. Arteri vertebralis memasuki tengkorak
melalui foramen magnum, setinggi perbatasan pons dan medula
oblongata. Kedua arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris,
terus berjalan sampai setinggi otak tengah, dan di sini bercabang
menjadi dua membentuk sepasang arteri serebri posterior. Cabang-
cabang sistem vertebrobasilaris ini memperdarahi medula
oblongata, pons, serebelum, otak tengah dan sebagian diensefalon.
Arteri serebri posterior dan cabang-cabangnya memperdarahi
sebagian diensefalon, sebagian lobus oksipitalis dan temporalis,
aparatus koklearis dan organ-organ vestibular.
Darah di dalam jaringan kapiler otak akan dialirkan melalui
venula-venula (yang tidak mempunyai nama) ke vena serta di
drainase ke sinus duramatris. Dari sinus, melalui vena emisaria
akan dialirkan ke vena-vena ekstrakranial.

3. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis dari stroke menurut Soeharto (2002)


menyebutkan adalah sebagian berikut:

- Nyeri kepala yang sangat hebat menjalar ke leher dan wajah


- Mual dan muntah
- Kaku
- Penurunan kesadaran
- Hilangnya kekuatan (atau timbulnya gerakan canggung) di salah satu
bagian tubuh terutama di salah satu sisi, termasuk wajah, lengan atau
tungkai
- Rasa baal (hilangnya sensasi) atau sensasi tidak lazim di suatu bagian
tubuh, terutama jika hanya salah satu sisi
- Hilangnya penglihatan total atau parsial di salah satu sisi
- Kerusakan motorik dan kehilangan kontrol volunteer terhadap gerakan
motorik
- Gangguan komunikasi seperti: disatria (kesulitan bicara), disfasia atau
afasia (kerusakan komunikasi/ hilangnya fungsi bicaea), apraksia
(ketidakmampuan melakukan tindakan)
- Gangguan persepsi
- Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis
- Disfungsi kandung kemih

4. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan stroke (Nurarif & Kusuma,
2015):
1. Faktor yang tidak dapat dirubah (Non Reversible)
a. Jenis kelamin : Pria lebih sering ditemukan menderita stroke
dibanding wanita.
b. Umur : makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke.
c. Keturunan : adanya riwayat keluarga yang terkena stroke.
2. Faktor yang dapat dirubah (Reversible)
a. Hipertensi,
b. Penyakit jantung,
c. Kolestrol tinggi,
d. Obesitas,
e. Diabetes Melitus.
f. Polisetemia,
g. Stress emosional.
3. Kebiasaan hidup.
a. Merokok,
b. Peminum alkohol,
c. Obat-obatan terlarang,
d. Aktivitas yang tidak sehat: kurang olahraga, makanan berkolestrol.

5. Patofisiologi dan Pathway


a. Patofisiologi
Setiap kondisi yang meyebabkan perubahan perfusi darah pada
otak yang menyebabkan keadaan hipoksia. Hipoksia yang berlangsung
lama dapat menyebakan iskemik otak. Iskemik yang terjadi dalam waktu
yang singkat kurang dari 10-15 menit dapat menyebabkan defisit
sementara dan bukan defisit permanen. Sedangkan iskemik yang terjadi
dalam waktu lama dapat menyebabkan sel mati permanen dan
mengakibatkan infark pada otak.
Setiap defisit fokal permanen akan bergantung pada daerah otak
mana yang terkena. Daerah otak yang terkena akan menggambarkan
pembuluh darah otak yang terkena. Pembuluh darah yang paling sering
mengalami iskemik adalah arteri serebral tengah dan arteri karotis interna.
Defisit fokal permanen dapat diketahui jika klien pertama kali mengalami
iskemik otak total yang dapat teratasi.
Jika aliran darah ke tiap bagian otak terhambat karena trombus atau
emboli, maka mulai terjadi kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak.
Kekurangan okigen dalam satu menit dapat menunjukan gejala yang dapat
pulih seperti kehilangan kesadaran. Sedangkan kekurangan oksigen dalam
waktu yang lebih lama menyebabkan nekrosis mikroskopik neuron-
neuron. Area yang mengalami nekrosis disebut infark.
Gangguan peredaran darah otak akan menimbulkan gangguan pada
metabolisme sel-sel neuron, dimana sel-sel neuron tidak mampu
menyimpan glikogen sehingga kebutuhan metabolisme tergantung dari
glukosa dan oksigen yang terdapat pada arteri-arteri menuju otak.
Perdarahan intrakranial termasuk perdarahan ke dalam ruang
subaraknoid atau ke dalam jaringan otak sendiri. Hipertensi
mengakibatkan timbulnya penebalan dan degeneratif pembuluh darah
yang menyebabkan rupturnya arteri serebral sehingga perdarahan
menyebar dengan cepat dan menimbulkan perubahan setempat serta iritasi
pada pembuluh darah otak.
Perdarahan biasanya berhenti karena pembentukan trombus oleh
fibrin trombosit dan oleh tekanan jaringan. Setelah 3 minggu, darah mulai
direabsorbsi. Ruptur ulangan merupakan resiko serius yang terjadi
sekitar 7-10 hari setelah perdarahan pertama.
Ruptur ulangan mengakibatkan terhentinya aliran darah kebagian
tertentu, menimbulkan gegar otak dan kehilagan kesadaran, peningkatan
tekanan cairan serebrospinal (CSS), dan menyebabkan gesekan otak (otak
terbelah sepanjang serabut). Perdarahan mengisi ventrikel atau hematoma
yang merusak jaringan otak.
Perubahan sirkulasi CSS, obstruksi vena, adanya edema dapat
meningkatkan tekanan intrakranial yang membahayakan jiwa dengan
cepat. Peningkatan tekanan intrakranial yang tidak diobati mengakibatkan
herniasi unkus atau serebellum. Disamping itu, terjadi bradikardia,
hipertensi sistemik, dan gangguan pernafasan.
Darah merupakan bagian yang merusak dan bila terjadi
hemodialisa, darah dapat mengiritasi pembuluh darah, menigen, dan otak.
Darah dan vasoaktif yang dilepas mendorong spasme arteri yang berakibat
menurunnya perfusi serebral. Spasme serebri atau vasospasme biasa
terjadi pada hari ke-4 sampai ke-10 setelah terjadinya perdarahan dan
menyebabkan vasokonstriksi arteri otak. Vasospasme merupakan
kompikasi yang mengakibatkan terjadinya penurunan fokal neurologis,
iskmik otak dan infark.
b. Pathway
6. Komplikasi
- Kecacatan fisik
- Kelumpuhan
- Mata tidak tertutup rapat
- Sering tersedak saat makan
- Bicara cadel
- Kematian (Sulansi, 2015).

7. Pemeriksaan Diagnostik
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOMATOLOGI
Hematologi Rutin
- Hemaglobin 12.6 10.7-14.7 gr/dl
- Leukosit 84 4000.12000 /uL
- Trombosit 283 120-400 ribu/uL
- Eritrosit 4.12 4.5-5.0 juta/L
- Hematokrit 34.1 37-54 %
- MCV 82.6 73-101 IL
- MCH 30.6 23-31 pg
- MCHC 37 High 26-34 g/dL
- RDW-CV 13.7 11-16 %

FASE GINJAL

- Ureum 14.5 15-38 mg/dL


- Kreatin 1.02 0,8-1.3 mg/dL
KIMIA KLINIK
Elektrolit
- Natrium (Na) 118.6 - 138-145 mmol/L
- Kalium (K) 1.38 - 3.6-5.0 mmol/L
- Klorida (Cl) 75.2 Low 95-105 mmol/L
Sakala Darah
- Glukosa Darah 113 High 60-100 mg/L
Sewaktu

8. Pengobatan
- NaCL 0,9%
- CPG tab 75 gram 1x1 tab
- Pemeriksaan darah lengkap, elektrolit

9. Rencana Asuhan
A. Pengkajian

1. Anamnesa

a. Identitas pasien : terdiri dari nama (inisial),

1) Usia / tanggal lahir: memang semua usia dapat terkena stroke.

2) Jenis kelamin: pengkajian pada jenis kelamin dapat terjadi pada


perempuan maupun laki-laki.

3) Alamat suku / bangsa: penting kita ketahui, karena alamat juga


mendukung untuk dijadikan data.

4) Agama/keyakinan: Disini perlu juga kita ketahui, karena masih


banyak masyarakat yang menganut kepercayaan-kepercayaan.

5) Pekerjaan/sumber penghasilan: penting juga kita ketahui, untuk


mengetahui sumber penghasilannya dari mana dan seberapa
banyak, karena berpengaruh juga terhadap pola hidup.

6) Diagnosa medik: setelah mendapatkan pemeriksaan maka


diagnosa mediknya: stroke

7) No. Rm, tanggal masuk: penting juga kita kethui, supaya perawat
tidak salah pasien, dan tanggal masuk masuk juga berperan untuk
menadapatakan data apakah sudah ada perubahan atau semakin
parah.

b. Identitas Penanggung Jawab :

1) Terdiri dari Nama: penting kita ketahui untuk memudahkan


perawat membeikan infomasi terhadap klien.

2) Usia: penting juga kita ketahui, untuk kita mampu beradaptasi


dengan keluarga klien.

3) Jenis kelamin: juga perlu kita ketahui, untuk memudahkan perawat


berkomunikasi dalam memberikan informasi kepada keluarga klien.

4) Pekerjaan / sumber penghasilan: perlu juga kita ketahui dari mana


sumber penghasilan yang didapatkan oleh keluarga klien untuk
membiayai klien itu sendiri.

5) Hubungan dengan klien: penting juga kita ketahui untuk


mengetahui hubungan klien dengan penanggung jawab, apakah
saudara, orang tua, suami/istri, anak/cucu.

2. Riwayat Kesehatan :

a. Keluhan Utama

Keluhan yang paling dirasakan oleh klien diantara keluhan


yang dirasakan yang didapatkan secara langsung dari pasien/
keluarga. yang dimana keluhan yang paling dirasakan oleh klien itu
sendiri adalah mulut mencong ke kiri.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan sekarang adalah mulut mencong ke kiri sejak 3 hari


yang lalu, muncul secara tiba-tiba disertai lemah anggota gerak, ada
riwayat jatuh dari motor 5 hari yang lalu
c. Riwayat Penyakit Dahulu

---

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat penyakit hipertensi

3. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas dan istirahat

Gejala : keletihan, kelemahan, malaise

Tanda : Kelemahan otot, kehilanggan tonus

2) Sirkulasi

Tanda : Hipotensi/hipertensi, disritmia jantung, nadi lemah/halus,


hipotensi orthostatik (hipovolemia), hipervolemia (nadi kuat),
oedema jaringgan umum, pucat, kecenderungan perdarahan

3) Eliminasi

Gejala : Perubahan pola kemih : peningkatan frekuensi, poliuria


(kegagalan dini) atau penurunan frekuensi/oliguria (fase akhir),
disuria, ragu-ragu berkemih, dorongan kurang, kemih tidak
lampias, retensi (inflamasi/obstruksi, infeksi), abdomen kembung,
diare atau konstipasi, Riwayat Hipertropi prostat, batu/kalkuli

Tanda : Perubahan warna urine menjadi lebih pekat/gelap, merah,


coklat, berawan, Oliguria (bisanya 12-21 hari); poliuria (2-6 l/hari)

4) Makanan/cairan
Gejala : Peningkatan berat badan (edema), penurunan berat badan
(dehidrasi), mual, muntah, anoreksia, nyeri ulu hati, riwayat
penggunaan diuretik

Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban, edema

5) Neurosensorik

Tanda : Gangguan status mental, penurunan lapang perhatian,


ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilanggan memori, kacau,
penurunan tingkat kesadaran (azotemia, ketidakseimbanggan
elektrolit/asam/basa); kejang, aktivitas kejang

6) Nyeri/Kenyamanan

Gejala : nyeri tubuh, sakit kepala

Tanda : Prilaku berhati-hati, distraksi, gelisah

7) Pernafasan

Gejala : Nafas pendek

Tanda : Tachipnea, dispnea, peninggkatan frekuensi dan


kedalaman pernafasan (kussmaul), nafas amonia, batuk produktif
dengan sputum kental merah muda (edema paru)

8) Keamanan

Gejala : ada reakti tranfusi

Tanda : Demam (sepsis, dehidrasi), ptechie, echimosis kulit,


pruritus, kulit kering.

9) Head to toe
No. Jenis Inspeksi Palpasi Auskultasi Perkusi
1. Kepala
2. Wajah
Hidung
Mata
Telinga
3. Leher
4. Dada
- Paru-paru
- Jantung
5. Abdomen
6. Ektremitas
- Atas
- Bawah

b, Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular


2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan hemiparese/hemiplegic
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan informasi tidak adekuat
10. Daftar Pustaka

https://www.alodokter.com/stroke

https://www.halodoc.com/kesehatan/stroke

Ghani, Lannywati, Laurentia K. Mihardja, Delima. (2016). Faktor Risiko


Dominan Penderita Stroke di Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 44
No. 1, Maret 2016 : 49 – 58.

Sulansi, 2015. Stroke Menurut Pasien di RSUD Ende. Vol. 07 No. 03 : 22-30

Nurarif, A.HK., & Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis &NANDA NIC-NOC, Edisi Revisi, jilid 3.
Yogyakarta: MediaAction Publishing

Anda mungkin juga menyukai