Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GAWAT DARURAT DM HIPERGLIKEMIA

Oleh :

M. IBNOE FERDIANSYAH

(NIM. 14401.17.18021)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN

PROBOLINGGO

2021
1. Pengertian
Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia
(Smeltzer, 2002).Diabetes militus merupakan sekelompok kelainan heterogen
yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi.
Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah.
Glukosa dibentuk dihati dari makanan yang dikonsumsi (Brunner dan
Suddarth, 2002).
Definisi lain menyebutkan bahwa Diabetes Mellitus adalah suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena
adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin
baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
2. Etiologi

Faktor – faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren diabetik


dibagi menjadi faktor endogen dan faktor eksogen.
a. Faktor endogen:
1) Genetik
2) Metabolik
3) Angiopati diabetic
4) Neuropati diabetik
b. Faktor eksogen:
1) Trauma;
2) Infeksi;
3) Obat.
Berbagai faktor resiko yang dapat mempengaruhi timbulnya gangren
diabetik adalah neuropati, iskemia, dan infeksi (Sutjahyo, 1998). Iskemia
disebabkan karena adanya penurunan aliran darah ke tungkai akibat
makroangiopati (aterosklerosis) dari pembuluh darah besar di tungkai
terutama pembuluh darah di daerah betis. Hal ini disebabkan karena beberapa
faktor resiko lebih banyak dijumpai pada diabetes mellitus sehingga
memperburuk fungsi endotel yang berperan terhadap terjadinya proses
atherosklerosis. Kerusakan endotel ini merangsang agregasi platelet dan
timbul trombosis, selanjutnya akan terjadi penyempitan pembuluh darah dan
timbul hipoksia. Iskemia atau gangren diabetik dapat terjadi akibat dari
atherosklerosis yang disertai trombosis, pembentukan mikrotrombin akibat
infeksi, kolesterol emboli yang berasal dari plak atheromatous dan obat-obat
vasopressor.

3. Klasifikasi

Wagner ( 2019 ) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan


yaitu :
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Derajat III: Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau
tanpa selulitis.
Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki
menjadi dua golongan :
1. Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )
Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya makroangiopati
( arterosklerosis ) dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama di daerah
betis.
Gambaran klinis KDI :
a. Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.
b. Pada perabaan terasa dingin.
c. Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.
D. Didapatkan ulkus sampai gangren.
2. Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN )
Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan dari
sirkulasi. Klinis di jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa,
oedem kaki, dengan pulsasi pembuluh darah kaki teraba baik.
4. Patofisiologi
a. Diabetes Militus

Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan


dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
a) Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang
mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200
mg/dl.
b) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang
menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai
dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
c) Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau
toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yng parah yang melebihi
ambang ginjal normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180
mg/100 ml), akan timbul glikosuria karena tubulus-tubulus renalis
tidak dapat menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan
mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai
kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri
menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang
keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan
protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi
polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi
sehingga pasien menjadi cepat lelah dan mengantuk yang disebabkan
oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga
berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.
Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis,
penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan
memudahkan terjadinya gangren.
b. Gangren Kaki Diabetik
Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik
DM akibat hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.
1. Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa
pada sel dan jaringan tertentu dan dapat mentransport glukosa
tanpa insulin. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan
termetabolisasi habis secara normal melalui glikolisis, tetapi
sebagian dengan perantaraan enzim aldose reduktase akan diubah
menjadi sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk dalam sel / jaringan
tersebut dan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi.
2. Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya
glikosilasi pada semua protein, terutama yang mengandung
senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi pada protein
membran basal dapat menjelaskan semua komplikasi baik makro
maupun mikro vaskular.
Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh
faktor – faktor disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang
berperan timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan infeksi.
Neuropati merupakan faktor penting untuk terjadinya KD.
Adanya neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya gangguan
sensorik maupun motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan
hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan
mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya
ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan
terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang
menyebabkan ulsetrasi pada kaki pasien. Angiopati akan
menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki. Apabila
sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar
maka penderita akan merasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan
pada jarak tertentu. Manifestasi gangguan pembuluh darah yang
lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam
hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan.
Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya
penurunan asupan nutrisi, oksigen ( zat asam ) serta antibiotika
sehingga menyebabkan luka sulit sembuh. Infeksi sering
merupakan komplikasi yang menyertai KD akibat berkurangnya
aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi
berpengaruh terhdap penyembuhan atau pengobatan dari KD.
5. Pohon masalah
Pengambilan HIPERGLIKEMI (DM)
glukosa
- Kelainan Defisiensi insulin
sel B pankreas Pe↑ asam amino
- Gangguan dan
Pe↑ metabolisme
sistem imunitas glukoheogenesis
(auto-imun) protein
- Kelainan
insulin Gangguan Pe↑ lipolisis Pe↑ gliserol
(penurunan res- pemenuhan nutrisi
pon insulin)
- Faktor ling- Terbentuk benda Pe↑ katabolisme
kungan (infeksi, keton gliserol
diet tinggi KH,
obesitas dan
Pe↓ tingkat Ketoasidosis
kesadaran
Risiko tinggi cidera

- Klien Pe↑ viskositas darah


Risti gangguan eliminasi Nefropati
mempunyai
riwayat amputasi urine
- Kurangnya
informasi yang Ketoasidosis Risti gangguan
dimiliki oleh eliminasi urine Penumpukan
klien dan glukosa sel &
keluarga jaringan
Gangguan sensorik Neuropati Glikosilasi Protein

Sorbitol
Kurang Pengetahuan Angiopati
Gangguan aliran
Sensasi nyeri pada kaki me↓ Gangguan motorik darah ke kaki
Kerusakan
&
Cemas
perubahan
Trauma tidak terasa Atrofi otot kaki Pe↓ nutrisi dan O2 fungsi sel &
Luka sulit sembuh
sel & jaringan jaringan
Ulkus Perubahan titik tumpu Infeksi Kematian jaringan

Ulserasi Kematian jaringan

GANGREN

Sel Kelaparan
Risiko Tinggi Kerusakan
Penyebaran Infeksi Neurovaskuler
Prod. Energi
metabolisme
Gangguan Perfusi
Resiko kerusakan Jaringan
Kelelahan integritas kulit

Keletihan / Fatigue
6. Tanda dan Gejala

Gangren diabetik akibat mikroangiopatik disebut juga gangren panas karena walaupun
nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan, dan biasanya
teraba pulsasi arteri di bagian distal. Biasanya terdapat ulkus diabetik pada telapak kaki.
Proses makroangiopati menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut
emboli akan memberikan gejala klinis 5 P, yaitu :
a.    Pain (nyeri).
b.    Paleness (kepucatan).
c.    Paresthesia (parestesia dan kesemutan).
d.   Pulselessness (denyut nadi hilang).
e.    Paralysis (lumpuh).
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari Fontaine,
yaitu 4 :
a.    Stadium I ; asimptomatis atau gejala tidak khas( kesemutan )
b.    Stadium II ; terjadi klaudikasio intermiten.
c.    Stadium III ; timbul nyeri saat istirahat.
d.   Stadium IV ; berupa manifestasi kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus).
(Smeltzer, 2001)
7. Pemeriksaan penunjanga
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan
dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan
cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine :
hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ )
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan
jenis kuman.
8. Penatalaksanaan
a. Medis
penatalaksanaan Medis pada pasien dengan Diabetes Mellitus meliputi:
a) Obat hiperglikemik oral (OHO).
Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan :
b) Pemicu sekresi insulin.
c) Penambah sensitivitas terhadap insulin.
d) Penghambat glukoneogenesis.
e) Penghambat glukosidase alfa.
b. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
a) Penurunan berat badan yang cepat.
b) Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.
c) Ketoasidosis diabetik.
d) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
c. Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk
kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa darah.
d. Keperawatanan
1) Memperbaiki keadaan umum penderita dengan nutrisi yang memadai
2) Pemberian anti agregasi trombosit jika diperlukan, hipolipidemik dan anti
hopertensi
3) Bila dicurigai suatu gangren, segera diberikan antibiotik spektrum luas,
meskipun untuk menghancurkan klostridia hanya diperlukan penisilin.
4) Dilakukan pengangkatan jaringan yang rusak. Kadang-kadang jika sirkulasi
sangat jelek, sebagian atau seluruh anggota tubuh harus diamputasi untuk
mencegah penyebaran infeksi.
5) Terapi oksigen bertekanan tinggi (oksigen hiperbarik) bisa juga digunakan
untuk mengobati gangren kulit yang luas. Penderita ditempatkan dalam
ruangan yang mengandung oksigen bertekanan tinggi, yang akan membantu
membunuh klostridia.
6) Bersihkan luka di kulit dengan seksama.
7) Waspada akan tanda-tanda terjadinya infeksi (kemerahan, nyeri, keluarnya
cairan, pembengkakan).

9. Komplikasi
Komplikasi akibat gangrene yakni:
a. Osteomyelitis
b. Sepsis
c. kematian
A. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji

Data Penyebab Masalah

DS: Klien mengatakan kakinya Gangguan perfusi jaringan


terasa berdenyut, kulit di
daerah lukanya pucat, dan ada
Kematian jaringan
bengkak disekitar luka juga
luka bertambah parah
DO: GANGREN
a) Klien tampak gelisah
b) Klien terus menerus Kerusakan
memegang kakinya Neurovaskuler

c) Kaki klien odem


d) Luka gangren pucat Gangguan Perfusi
Jaringan Perifer

Penumpukan
DS:Klien mengatakan ada
glukosa sel & Resiko kerusakan integritas kulit
nanah disekitar lukanya, bau jaringan
dari lukanya sedikit busuk
DO: Sorbitol

a) Oedema sekitar luka


b) Adanya pus pada jaringan Kerusakan &
c) Adanya jaringan granulasi perubahan fungsi
d) Bau busuk pada luka sel & jaringan

GANGREN

Resiko kerusakan
integritas kulit
Nyeri
DS : Klien mengatakan kakinya
Kerusakan &
yang luka terasa sakit perubahan fungsi
DS : sel & jaringan

a) Klien nampak meringis


sakit
b) Skala nyeri 2 termasuk
nyeri ringan Iskemik Jaringan

Nyeri

DS:Keluarga klien mengatakan Potensi terjadinya penyebaran


kadar gula klien setelah infeksi
diperiksa di UGD yaitu GANGREN
50mmHg, keluarga takut luka
klien semakin parah infeksinya
Adanya nanah pada
DO: daerah luka

a) GDA klien rendah Risiko Tinggi


b) TTV tidak stabil Penyebaran Infeksi

c) Adanya tanda-tanda
infeksi disekitar luka
gangren klien seperti
nanah
DS: Keluarga klien Keletihan
Hiperglikemia
mengatakan klien lemas
seluruh tubuhnya
Sel Kelaparan
DO:

a) Lesu Prod. Energi


metabolisme
b) Konsentrasi turun Kelelahan
Keletihan / Fatigue
2. Diagnosis keperawatan (minimal 5 diagnosa keperawatan)
a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya aliran darah ke
daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah
b. Risiko kerusakan integritas jaringan kulit berhubungan dengan adanya cidera yang dialami pada
ekstrimitas
c. Nyeri berhubungan dengan iskemik jaringan
d. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan pengobatan yang tidak adekuat

e. Keletihan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, perubahan kimia darah,
insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi, status hipermetabolisme/infeksi.

3. Rencana tindakan keperawatan (masing-masing diagnosa minimal 5 rencana tindakan)


a. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan melemahnya/menurunnya
aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
Tujuan: Mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal.

Kriteria Hasil:

- Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler

- Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis

- Kulit sekitar luka teraba hangat.

- Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.

- Sensorik dan motorik membaik

No. Tindakan Rasional

1. Ajarkan pasien untuk melakukan Mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah


mobilisasi

2. Ajarkan tentang faktor-faktor yang Meningkatkan melancarkan aliran darah


dapat meningkatkan aliran darah: balik sehingga tidak terjadi oedema.
Tinggikan kaki sedikit lebih rendah
dari jantung ( posisi elevasi pada
waktu istirahat ), hindari penyilangkan
kaki, hindari balutan ketat, hindari
penggunaan bantal, di belakang lutut
dan sebagainya

3. Ajarkan tentang modifikasi faktor- Kolestrol tinggi dapat mempercepat


faktor resiko berupa: Hindari diet terjadinya arterosklerosis, merokok
tinggi kolestrol, teknik relaksasi, dapat menyebabkan terjadinya
menghentikan kebiasaan merokok, dan vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi
penggunaan obat vasokontriksi untuk mengurangi efek dari stress.

4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain Pemberian vasodilator akan


dalam pemberian vasodilator, meningkatkan dilatasi pembuluh darah
pemeriksaan gula darah secara rutin sehingga perfusi jaringan dapat
dan terapi oksigen ( HBO ). diperbaiki, sedangkan pemeriksaan gula
darah secara rutin dapat mengetahui
perkembangan dan keadaan pasien,
HBO untuk memperbaiki oksigenasi
daerah ulkus/gangren

5 Kolaborasikan pemberian analgetik Untuk mengurangi sensasi tidak


nyaman pada daerah luka

b. Ganguan integritas jaringan kulit berhubungan dengan adanya gangren pada


ekstrimitas.
Tujuan: Tercapainya proses penyembuhan luka.

Kriteria hasil :

- Berkurangnya oedema sekitar luka.

- Pus dan jaringan nekrosis berkurang

- Adanya jaringan granulasi.

- Bau khas gangren berkurang.

No. Tindakan Rasional

1. Kaji luas dan keadaan luka serta Pengkajian yang tepat terhadap luka dan
proses penyembuhan proses penyembuhan akan membantu
dalam menentukan tindakan selanjutnya

2. Rawat luka dengan baik dan benar : merawat luka dengan teknik aseptik,
membersihkan luka secara abseptik dapat menjaga kontaminasi luka dan
menggunakan larutan yang tidak larutan yang iritatif akan merusak
iritatif, angkat sisa balutan yang jaringan granulasi yang timbul, sisa
menempel pada luka dan nekrotomi balutan jaringan nekrosis dapat
jaringan yang mati menghambat proses granulasi

3. Kolaborasi dengan dokter untuk Insulin akan menurunkan kadar gula


pemberian insulin, pemeriksaan kultur darah, pemeriksaan kultur pus untuk
pus pemeriksaan gula darah mengetahui jenis kuman dan anti biotik
pemberian anti biotik yang tepat untuk pengobatan,
pemeriksaan kadar gula darahuntuk
mengetahui perkembangan penyakit

4. Berikan posisi yang mengurangi Mengurangi keparahan luka karna


tekanan pada luka tekanan-tekanan yang terjadi saat klien
mobilisasi

5. Monitor status nutrisi klien Untuk mengetahui faktor nutrisi yang


mempengaruhi luka klien

c. Potensial terjadinya penyebaran infeksi (sepsis) berhubungan dengan diskontinuitas


jaringan.
Tujuan : Tidak terjadi penyebaran infeksi (sepsis).

Kriteria Hasil : - Tanda-tanda infeksi tidak ada.

- Tanda-tanda vital dalam batas normal ( S : 36 – 37,5 0C )

- Keadaan luka baik dan kadar gula darah normal.

No. Tindakan Rasional

1. Kaji adanya tanda-tanda penyebaran Pengkajian yang tepat tentang tanda-


infeksi pada luka. tanda penyebaran infeksi dapat
membantu menentukan tindakan
selanjutnya.

2. Anjurkan kepada pasien dan keluarga Kebersihan diri yang baik merupakan
untuk selalu menjaga kebersihan diri salah satu cara untuk mencegah infeksi
kuman.
selama perawatan.

3. Lakukan perawatan luka secara untuk mencegah kontaminasi luka dan


aseptik. penyebaran infeksi.

4. Anjurkan pada pasien agar menaati Diet yang tepat, latihan fisik yang cukup
diet, latihan fisik, pengobatan yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh,
pengobatan yang tepat, mempercepat
ditetapkan.
penyembuhan sehingga memperkecil
kemungkinan terjadi penyebaran
infeksi.

5. Kolaborasi dengan dokter untuk Antibiotika dapat menbunuh kuman,


pemberian antibiotika dan insulin. pemberian insulin akan menurunkan
kadar gula dalam darah sehingga proses
penyembuhan.

d. Nyeri berhubungan dengan iskemik jaringan


Tujuan: Rasa nyeri hilang/berkurang

Kriteria hasil :

- Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang .

- Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau mengurangi
nyeri .

- Pergerakan penderita bertambah luas.

- Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.(S: 36 – 37,50 C, N: 60 –
80 x /menit, T : 100 – 130 mmHg, RR : 18 – 20 x /menit).

No. Tindakan Rasional

1. Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi Untuk mengetahui berapa berat nyeri
nyeri yang dialami pasien yang dialami pasien

2. Jelaskan pada pasien tentang sebab- pemahaman pasien tentang penyebab


sebab timbulnya nyeri nyeri yang terjadi akan mengurangi
ketegangan pasien dan memudahkan
pasien untuk diajak bekerjasama dalam
melakukan tindakan

3. Ciptakan lingkungan yang tenang Rangasangan yang berlebihan dari


lingkungan akan memperberat rasa
nyeri

4. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi Teknik distraksi dan relaksasi dapat
mengurangi rasa nyeri yang dirasakan
pasien

5. Atur posisi pasien senyaman mungkin Posisi yang nyaman akan membantu
sesuai keinginan pasien memberikan kesempatan pada otot
untuk relaksasi seoptimal mungkin

6. Lakukan massage dan kompres luka Massage dapat meningkatkan


dengan BWC saat rawat luka vaskulerisasi dan pengeluaran pus
sedangkan BWC sebagai desinfektan
yang dapat memberikan rasa nyaman

7. Kolaborasi dengan dokter untuk Obat –obat analgesik dapat membantu


pemberian analgesik mengurangi nyeri pasien
e. Keletihan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, perubahan
kimia darah, insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi, status
hipermetabolisme/infeksi.

Tujuan : Rasa lelah berkurang / Penurunan rasa lelah

Kriteria Hasil :

- menyatakan mapu untuk beristirahat dan peningkatan tenaga.

- mampu menunjukan faktor yang berpengaruh terhadap kelelahan.

- Menunjukan peningkatan kemampuan dan berpartisipasi dalam aktivitas.

No. Tindakan Rasional

1. Diskusikan dengan pasien kebutuhan pendidikan dapat memberikan motivasi


aktivitas. Buat jadwal perencanaan untuk meningkatkan aktivitas meskipun
dengan pasien dan identifikasi pasien mungkin sangat lemah
aktivitas yang menimbulkan
kelelahan.

2. Berikan aktivitas alternatif dengan mencegah kelelahan yang berlebihan.


periode istirahat yang cukup / tanpa
terganggu.

3. Pantau tanda-tanda vital sebelum atau mengidentifikasi tingkat aktivitas yang


sesudah melakukan aktivitas. ditoleransi secara fisiologi.

4 Diskusikan cara menghemat kalori dengan penghematan energi pasien


selama melakukan mobilisasi dapat melakukan lebih banyak kegiatan.

5 Tingkatkan partisipasi pasien dalam meningkatkan kepercayaan diri / harga


melakukan aktivitas sehari-hari sesuai diri yang positif sesuai tingkat aktivitas
kemampuan / toleransi pasien. yang dapat ditoleransi pasien.
Daftar Pustaka
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Buku Kedokteran EGC..
Guyton, Arthur C. 2000. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 9. Jakarta: EGC.
Lynda juall, Carpenito. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Editor Edisi Bahasa Indonesia,
Monica Ester (Edisi 8). Jakarta: EGC.
NANDA NIC-NOC. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA. Yogyakarta:
Media Hardy.
Wong, Dona L, dkk. 2003. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis: Mosby Inc.

Anda mungkin juga menyukai