Anda di halaman 1dari 108

PENGARUH PEER GROUP EDUCATION TERHADAP

EFIKASI DIRI PASIEN HIPERTENSI Di DESA


WONOREJO KECAMATAN MARON
KABUPATEN PROBOLINGGO

SKRIPSI

Oleh :
Ahmad Nurul Fahrusi
NIM : 14201.09.17002

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2021
PENGARUH PEER GROUP EDUCATION TERHADAP
EFIKASI DIRI PASIEN HIPERTENSI DI DESA
WONOREJO KECAMATAN MARON
KABUPATEN PROBOLINGGO

Skripsi

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan

Oleh :
Ahmad Nurul Fahrusi
NIM : 14201.09.17002

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2021

i
HALAMAN PERSETUJUAN

SKRIPSI

PENGARUH PEER GROUP EDUCATION TERHADAP


EFIKASI DIRI PASIEN HIPERTENSI DI DESA
WONOREJO KECAMATAN MARON
KABUPATEN PROBOLINGGO

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan

Oleh:
Ahmad Nurul Fahrusi
14201.09.17002

Menyetujui Untuk Diuji :

Pembimbing I Pembimbing II

Ainul Yakin Salam, S.Kep.Ns.,M.Kep Achmad Kusyairi, S.Kep.Ns.,M.Kep


NIDN. 0711108803 NIDN.0710068208

ii
HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

PENGARUH PEER GROUP EDUCATION TERHADAP


EFIKASI DIRI PASIEN HIPERTENSI DI DESA
WONOREJO KECAMATAN MARON
KABUPATEN PROBOLINGGO

Untuk memenuhi persyaratan


Memperoleh gelar sarjana ilmu keperawatan

Oleh:
Ahmad Nurul Fahrusi
14201.09.17002

Telah diuji pada


Hari : Senin
Tanggal : 23 Agustus 2021
Dan dinyatakan lulus oleh:

Ketua Penguji : Rizka Yunita, S.Kep.Ns.,M.Kep (.......................)


NIDN : 0710069004

Penguji I : Ainul Yakin Salam, S.Kep.Ns.,M.Kep (.......................)


NIDN : 0711108803

Penguji II : Achmad Kusyairi, S.Kep., Ns., M.Kep (.......................)


NIDN : 0726097802

Mengetahui:
Ketua STIKES Hafshawaty Pesantren Zaainul Hasan Probolinggo

Dr. H. Nur Hamim, S.KM., S.Kep.Ns.,M.Kes


NIDN.0706037103

iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ahmad Nurul Fahrusi

NIM : 14201.09.17002

Jurusan : Sarjana Keperawatan

Prodi : Sarjana Keperawatan STIKES Hafshawaty Zainul Hasan

Genggong Probolinggo

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Skripsi yang saya tulis ini benar-benar

hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran

orang lain. Apabila di kemudian hari dapat dibuktikan bahwa hasil skripsi ini

adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut.

Probolinggo, 2021
Yang membuat pernyataan

Ahmad Nurul Fahrusi


NIM : 14201.09.17002

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT

atas rahmat taufik serta hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan Skripsi

yang berjudul “Pengaruh Peer Group Education terhadap Efikasi diri pasien

hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo

Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan

program Sarjana Keperawatan di STIKES Hafshawaty Zainul Hasan Genggong

Probolinggo.

Pada penyusunan Skripsi ini, tidak lepas dari kesulitan dan hambatan

namun berkat bimbingan pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga

Skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu dengan segala hormat peneliti

sampaikan terima kasih kepada :

1. KH. Moh Hasan Mutawakkil Allalah, SH.,MM Selaku ketua Yayasan

Hafshawaty Zainul Hasan Genggong probolinggo

2. Dr. H. Nur Hamim, S.KM., S.Kep.Ns., M.Kes. selaku ketua STIKES

Hafshawaty Zainul Hasan Genggong Probolinggo sekaligus Pembimbing II

yang sudah meluagkan waktu, pikiran serta petunjuk demi memperbaiki dan

membimbing Skripsi ini.

3. Shinta Wahyusari, S.Kep.Ns., M.Kep., Sp.Kep.Mat Selaku Ka. Prodi S1

Keperawatan STIKES Hafshawaty Zainul Hasan Genggong probolinggo.

4. Ainul Yakin Salam, S.Kep.,Ns., M.Kep Selaku Pembimbing I yang banyak

meluangkan waktu, pikiran serta petunjuk demi memperbaiki dan

membimbing Skripsi ini

v
5. Achmad Kusyairi, S.Kep.,Ns., M.Kep Selaku Pembimbing II yang banyak

meluangkan waktu, pikiran serta petunjuk demi memperbaiki dan

membimbing Skripsi ini.

6. Ayah dan Ibu yang saya cintai dan yang saya sayangi yang selalu memberi

motivasi untuk menyelesaikan Skripsi ini.

7. Semua teman seperjuangan dalam suka dan duka yang membantu demii

terselesaikannya Skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberi balasan dan pahala atas segala amal

kebaikan yang telah diberikan yang telah diberikan dan semoga Skripsi ini

berguna baik bagi peneliti maupun pihak lain yang memanfaatkan.

Probolinggo, Maret 2021

Peneliti

Ahmad Nurul Fahrusi


NIM : 14201.09.17002

vi
aABSTRAK

Fahrusi Ahmad Nurul. 2021. Pengaruh Peer Group Education


Terhadap Efikasi Diri Pasien Hipertensi Di Desa Wonorejo
Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo. Skripsi, Sekolah
Tinge Ilmu Kesehatan Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan
Probolinggo. Pembimbing (1) Ainul Yakin salam,
S.Kep.Ns.,M.Kep(2) Achmad Kusyairi, S. Kep,Ns.,M.Kep

Hipertensi merupakan suatu kondisi tekanan darah seseorang


berada diatas tekanan normal yaitu 120/80 mmhg. Hipertensi disebabkan
oleh berbagai macam faktor, salah satunya adalah dampak fisik dan
psikis. Adapun dampak fisik yang dapat terjadi pada penderita hipertensi
yaitu penyakit jantung, stoke, bahkan mengakibatkan kematian sedangkan
dampak psikologis yang dapat terjadi pada penderita hipertensi yaitu
mengalami kecemasan, stres, dan penurunan efikasi diri. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui adanya pengaruh Peer Group education
terhadap efikasi diri pasien hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan
Maron Kabupaten Probolinggo.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
praeksperimen,dengan desain studione-group pre-post test design. Peer
group ini dilakukan selama 2 minggu 6 kali pertemuan, dimana dalam 1
minggu pertama dilakukan sebanyak 3 kali dilakukan kepada peer,
sedangkan pada minggu ke 2 dilakukan oleh peer kepada group yang
didampingi oleh peneliti. dalam seminggu, Sampel sebanyak 44
responden yang mengalami hipertensi di Desa Wonorejo Kecatamatan
Maron Kabupaten Probolinggo dan memenuh ikriteria inklusi yang diambil
dengan cara Random Sampling. Instrumen penelitian menggunakan
lembar kuisioner. Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis
menggunakan analisis Wilcoxon.
Hasil penelitian didapatkan sebelum dilakukan peer group
education diadaptkan efikasi diri rendah yaitu 23 responden (52,2%) dan
setelah dilakukan peer group education diadaptkan efikasi diri tinge yaitu
26 responden (59%). Hasil analisa wilcoxon didapatkan p= 0,000
sehingga sehingga p < 0,05 artinya ada pengaruh Peer Group education
terhadap efikasi diri pasien hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan
Maron Kabupaten Probolinggo.
Efikasi diri pada pasien hipertenssi dapat mengubah keyakinan
dan perilaku tehadap tehadap kemampuan untuk menghasilkan tindakan
yang ingin dicapai dan mempunyai dapat meningkatkan kesembuhan
tehadap penyakitnya.

Kata kunci : Peer Group Education, Efikasi diri, hipertensi

vii
ABSTRACT

Fahrusi Ahmad Nurul. 2021. Effect of Peer Group Education on Self-


Efficacy of Hypertension Patients in Wonorejo Village, Maron
District, Probolinggo Regency.Thesis, Tinge School of Health
Sciences Hafshawaty Islamic Boarding School Zainul Hasan
Probolinggo. Supervisors (1) Ainul Yakin salam, S.Kep.Ns.,M.Kep(2)
Achmad Kusyairi, S. Kep,Ns.,M.Kep

Hypertension is a condition where a person's blood pressure is above


the normal pressure of 120/80 mmHg. Hypertension is caused by various factors,
one of which is the physical and psychological impact. The physical impact that
can occur in patients with hypertension is heart disease, stroke, even resulting in
death, while the psychological impact that can occur in patients with hypertension
is experiencing anxiety, stress, and decreased self-efficacy. The purpose of this
study was to determine the effect of peer group education on the self-efficacy of
hypertension patients in Wonorejo Village, Maron District, Probolinggo Regency.
The research design used in this study was pre-experimental, with a
studio-group pre-post test design. This peer group was conducted for 2 weeks 6
times, where in the first 1 week it was conducted 3 times to the peer, while in the
second week it was conducted by the peer to the group accompanied by the
researcher. In a week, a sample of 44 respondents who experienced
hypertension in Wonorejo Village, Maron District, Probolinggo Regency and met
the inclusion criteria were taken by random sampling. The research instrument
used a questionnaire sheet. The data obtained from this study were analyzed
using Wilcoxon analysis.
The results obtained that before peer group education was conducted,
23 respondents (52.2%) had low self-efficacy, and after peer group education, 26
respondents (59%). The results of the Wilcoxon analysis obtained p = 0.000 so
that p <0.05 means that there is an influence of Peer Group education on the
self-efficacy of hypertension patients in Wonorejo Village, Maron District,
Probolinggo Regency.
Self-efficacy in hypertension patients can change beliefs and behavior
towards the ability to produce the actions they want to achieve and have the
ability to improve healing for their disease.

Keywords: Peer Group Education, Self-efficacy, hypertension

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .............................................................. iv
KATA PENGANTAR.......................................................................................... v
DAFTAR ISI....................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL................................................................................................ ix
DAFTAR BAGAN.............................................................................................. x
DAFTAR SIMBOL, SINGKATAN, DAN ISTILAH.............................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................ 3
1.3.1 Tujuan Umum........................................................................ 3
1.3.2 Tujuan Khusus....................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................... 4
1.4.1 Bagi Profesi Keperawatan...................................................... 4
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan........................................................ 4
1.4.3 Bagi Lahan Penelitian............................................................ 4
1.4.4 Bagi Responden.................................................................... 4
1.4.5 Bagi Peneliti........................................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Hipertensi..................................................................... 6
2.1.1 Pengertian Hipertensi........................................................... 6
2.1.2 Jenis-jenis Hipertensi............................................................ 7
2.1.3 Klasifikasi Hipertensi dan gejala Hipertensi.......................... 8
2.1.4 Manifestasi Klinis Hipertensi................................................. 9
2.1.5 Faktor-Faktor Resiko Hipertensi........................................... 11
2.1.6 Komplikasi Hipertensi .......................................................... 15
2.2 Konsep Efikasi Diri ......................................................................... 16
2.2.1 Definisi Efikasi Diri................................................................ 16
2.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Efikasi Diri...................... 17
2.1.3 Komponen Pembentukan Efikasi Diri.................................... 19
2.1.4 Training Self Efficacy............................................................ 20
2.2.5 Self Eficacy Training Dengan Metode Perr (Teman Sebaya) 22
2.2.6 Tehnik Pelaksanaan Self Efficacy Training........................... 25
2.3 Konsep Peer Group....................................................................... 25
2.3.1 Pengertian Peer Group......................................................... 25
2.3.2 Fungsi Peer Group................................................................ 28
2.3.3 Keuntungan Pendidikan Sebaya (Peer Education)............... 30
2.3.4 Pengaruh Peer Group........................................................... 31
2.3.5 Kreteria Fasilitator Peer Group ............................................ 33

ix
BAB 3 Kerangka Konsep
3.1 Kerangka Konsep........................................................................... 34
3.2 Hipotesis Penelitian........................................................................ 35

BAB 4 Metode Penelitian


4.1 Desain Penelitian............................................................................ 36
4.2 Kerangka Kerja Penelitian.............................................................. 37
4.3 Populasi, Sample, dan Sampling.................................................... 38
4.3.1 Populasi ............................................................................... 38
4.3.2 Sampel................................................................................. 38
4.3.3 Teknik Sampling................................................................... 40
4.4 Variabel Penelitian.......................................................................... 41
4.4.1 Variabel Independen (Bebas)............................................... 41
4.4.2 Variabel Dependen (Terikat)................................................. 41
4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................... 42
4.5.1 Lokasi................................................................................... 42
4.5.2 Waktu................................................................................... 42
4.6 Definisi Operasional........................................................................ 42
4.7 Prosedur Penelitian........................................................................ 44
4.7.1 Prosedur Administratif........................................................... 44
4.7.2 Prosedur Teknis.................................................................... 45
4.8Pengumpulan Data.......................................................................... 46
4.8.1 Instrumen Pengumpulan Data.............................................. 46
4.8.2 Uji Validitas dan Realibitas.................................................... 46
4.8.3 Teknik Pengumpulan Data.................................................... 47
4.9 Analisa Data................................................................................... 50
4.9.1 Analisa Deskriptif.................................................................. 51
4.9.2 Analisa Inferensial................................................................. 51
4.10 Etika Penelitian............................................................................. 52
4.10.1 Nilai sosial....................................................................... 52
4.10.2 Nilai Ilmiah....................................................................... 53
4.10.3 Pemerataan Beban Dan Manfaat.................................... 53
4.10.4 Potensi Resiko Dan Manfaat........................................... 54
4.10.5 Kerahasian atau privasi................................................... 54
4.10.6 Informed Consent (Lembar Persetujuan Menjadi
Responden...................................................................... 55
4.10.7 Bujukan........................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 56
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.3 Klasifikasi Hipertensi Pada orang Dewasa.........................................9


Tabel 4.1 Krangka Desain Penelitian..................................................................36
Tabel 4.6 Definisi Operasional ...........................................................................43

xi
DAFTAR BAGAN

3.1 Bagan Kerangka Konsep.............................................................................. 34


4.2 Kerangka Kerja Penelitian............................................................................ 37

xii
DAFTAR SIMBOL, SINGKATAN, DAN ISTILAH

1. Daftar symbol
α : Alpha
H1 : Hipotesa Diterima
H0 : Hipotesa Ditolak
ρ : Value
% : Persentase
< : Kurang dari
> : Lebih dari

2. Daftar Singkatan
WHO : World Health Organization
AHA : American Heart Association
ME : Mastery Experience
VE : Vacarius Experience
SP : Social Persuasions
SES : Somatic and Emotional States
SET : Self Efficasi Training
RM : Role Modelling
VP : Verbal Persuations
PAS : Phycological and Affective States
RO : Refflective Observation
AC : Abstract Conseptualization
AE : Active Experimentation

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan suatu kondisi tekanan darah seseorang berada

diatas tekanan normal yaitu 120/80 mmhg (wulandari, 2019). Hipertensi

disebabkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya adalah dampak fisik

dan psikis. Adapun dampak fisik yang dapat terjadi pada penderita hipertensi

yaitu penyakit jantung, stoke, bahkan mengakibatkan kematian sedangkan

dampak psikologis yang dapat terjadi pada penderita hipertensi yaitu

mengalami kecemasan, stres, dan penurunan efikasi diri (Yuliaji, 2020).

Menurut hasil survey di Negara Inggis pada tahun 2019 didapatkan

sebanyak 937 orang atau 35,36% penderita hipertensi yang mengalami

efikasi diri yang buruk (Geni, 2020)

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2020, Prevalensi

hipertensi menyerang 43% atau sebanyak 4.256 juta penduduk dunia.

Sedangkan di Asia Tenggara angka kejadian hipertensi sebesar 34.1%.

Prevalensi hipertensi di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup

signifikan sejumlah 63.309.620 jiwa terkena serangan hipertensi, sedangkan

angka kematian di Indoneia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian.

Sementara itu di wilayah Jawa Timur tercatat sejumlah 2.005.393 jiwa

terkena serangan hipertensi (RISKESDAS, 2018). Menurut dinas kesehatan

Probolinggo pada tahun 2018 mencapai 20.665 penderita sedangkan

diwilayah kerja puskesmas maron terdapat 2.535 kasus.

1
2

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 15 maret

2021 Peneliti di Desa Wonorejo Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo

terdapat 12 orang yang mengalami hipertensi, 3 orang mengalami efikasi diri

ringan, 5 orang mengalami efikasi diri sedang, dan 2 orang mengalami efikasi

diri berat, sedangkan 2 orang tidak mengalami efikasi diri. Hipertensi

menyebabkan individu merasakan kecemasan, individu yang mengalami

penyakit hipertensi memiliki kualitas hidup yang rendah terkait kesehatannya

alam fungsi fiik an kesehatan umum (Trivisol et al, 2019). Penyakit hipertensi

menjadi faktor yang berkontribusi untukmengurangi kualitas hidup terhadap

kesehatan pasien (Kurnian, 2017)

Efikasi diri secara umum mengacu pada kepercayaan dalam mengatasi

berbagai situasi yang menuntut dan mencerminkan kemampuan pemecahan

masalah umum ari individu.Efikasi diri diartikan sebagai konsep psikologis

yang telah diakui sebagi persyaratan penting dari perawatan yg efektif dari

penyakit kronis (Mersal et al, 2019).

Dampak dari efikasi yang buruk yaitu akan merusak motivasi yang ada

dalam diri seseorang tersebut dan berdampak pada kemampuan kognitif

yang akan berpengaruh terhadap kondisi kesehatanya (Putra dan Susilawati,

2018). Pentingnya efikasi diri akan mempengaruhi faktor kualitas hidup

seseorang, efikasi yang tergolong buruk akan berpengaruh terhadap kualitas

hidup individu, apabila individu dalam manajemen efikasi diri tidak berjalan

dengan baik, maka akan mempengaruhi kualitas hidupnya (Gufron dan rini,

2018). Dalam melakukan perubahan gaya hidup, penderita hipertensi

membutuhkan self efficacy yang kuat (Rizka, 2012)


3

Efikasi diri terjadi terhadap keyakinan dan kemampuan dalam

menghasilkan tindakan sesuai tujuan dan memiliki pengaruh pada kehidupan

penderita hipertensi. Adapun cara peningkatan efikasi diri yaitu dengan cara

health Coaching, konseling kesehatan, dan peer group education.

Peer Group Education adalah suatu proses komunikasi, informasi dan

edukasi yang dilakukan oleh sekelompok sebaya yaitu satu kelompok

diantaranya kelompok sebaya palajar, ataupun disesuaikan berdasarkan

jenis kelamin dan fasilitator (Andayani, 2018). Upaya dalam meningkatkan

kualitas hidup lansia dapat melalui Peer Group Education. Peer group

education merupakan salah satu media untuk memberikan arahan dan

bimbingan kepada lansia yang menderita penyakit yang sama. Penderita

akan lebih terbuka mengungkapkan permasalahannya dalam peer group ini.

Edukasi yang diberikan oleh teman sebaya akan meningkatkan pemahaman

responden tentang instruksi dan lebih dapat meningkatkan kualitas hidup

dengan adanya berbagi pengalamandanpengetahuan (Tresna el all, 2020).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti

tentang “Pengaruh latihan Peer group Education terhadap Self efficacy di

Desa Wonorejo kecamatan maron kabupaten Probolinggo”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan penelitian ini maka

rumusan masalah yang akan diteliti adalah apakah ada Pengaruh latihan

Peer group Education terhadap Self efficacy di Desa Wonorejo kecamatan

maron kabupaten Probolinggo?


4

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Peer group

Education terhadap Self efficacy di di Desa Wonorejo kecamatan maron

kabupaten Probolinggo”.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi efikasi diri sebelum dilakukan Peer group Education

pada pasien hipertensi di Desa Wonorejo kecamatan maron Kabupaten

Probolinggo.

2. Mengidentifikasi efikasi diri sesudah dilakukan Peer group Education di

Desa Wonorejo kecamatan maron Kabupaten Probolinggo

3. Menganalisis Pengaruh latihan Peer group Education terhadap Self

efficacy di di Desa Wonorejo kecamatan maron kabupaten Probolinggo.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Profesi Keperawatan

Sebagai masukan bagi perawat terutama untuk meningkatkan

perannya dalam memberikan pendidikan kepada masyarakat untuk

meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Selain itu dapat di jadikan

Evidance Based (praktik berdasarkan bukti) bagi praktik keperawatan di

semua tatanan pelayanan kesehatan baik di rumah sakit maupun

masyarakat..

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

ilmu yang menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang


5

keperawatan mengenai latihan peer group Dan sebagai salah satu terapi

non farmakologi dalam menanganani efikasi diri terhadap pasien hipertensi

1.4.3 Bagi Lahan Penelitian

Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi baru bagi lahan penelitian

tentang Pengaruh latihan Peer group Education terhadap Self efficacy di

wilayah kerja puskesmas maron kabupaten Probolinggo.

1.4.4 Bagi Responden

Untuk respondens sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi

tenaga kesehatan dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien

hipertensi dan diharapkan agar dapat menerapkan

1.4.5 Bagi Peneliti

Sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan, pengalaman

serta untuk mengembangkan ilmu yang di dapat dan menjadikan

pengalaman terhadap pengetahuan.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Hipertensi

2.1.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi

merupakan peningkatan tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu

lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg

(WHO, 2013; Ferri, 2017). Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi

adalah salah satu jenis penyakit yang mematikan di dunia dan faktor risiko

paling utama terjadinya hipertensi yaitu faktor usia sehingga tidak heran

penyakit hipertensi sering dijumpai pada usia senja/ usia lanjut (Fauzi,

2014)

menurut Setiati 2015 hipertensi merupakan tanda klinis

ketidakseimbangan hemodinamik suatu sistem kardiovaskular, di mana

penyebab terjadinya disebabkan oleh beberapa faktor/ multi faktor

sehingga tidak bisa terdiagnosis dengan hanya satu faktor tunggal

Menurut Price (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016),

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya

140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak

hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita

penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin

tinggi tekanan darah, makin besar resikonya.

6
7

Menurut American Heart Association (AHA) dalam Kemenkes

(2018), hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya sangat

bermacam-macam pada setiap individu dan hampir sama dengan penyakit

lain. Gejala-gejala tersebut adalah sakit kepala atau rasa berat ditengkuk.

Vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga

berdenging atau tinnitus dan mimisan.

2.1.2 Jenis- jenis hipertensi

Hipertensi terbagi menjadi 2 jenis yakni hipertensi primer

(esensial ) dan hipertensi sekunder. Adapun perbedaannya adalah

(Ramdhani, 2014):

a. Hipertensi primer

Hipertensi primer disebut juga sebagai hipertensi idiopatik karena

hipertensi ini memiliki penyebab yang belum diketahui. Penyebab yang

belum jelas atau belum diketahui tersebut sering dihubungkan dengan

faktor gaya hidup yang kurang sehat. Hipertensi primer merupakan

hipertensi yang paling banyak terjadi yaitu sekitar 90 % dari kejadian

hipertensi (Bumi, 2017).

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh

penyakit lain seperti penyakit ginjal, kelainan hormonal, atau penggunaan

obat tertentu (Bumi, 2017). Kondisi lain yang mempengaruhi ginjal,

arteri ,jantung, atau system endokrin menyebabkan 5-10 % kasus lainnya

(hipertensi sekunder). Beberapa tanda dan gejala tambahan dapat

menunjukkan hipertensi sekunder, yaitu hipertensi akibat penyebab yang

jelas seperti penyakit ginjal atau penyakit endokrin. Contohnya obesitas


8

pada dada dan perut , intoleransi glukosa , wajah bulat seperti bulan,

punuk kerbau. Penyakit tiroid dan akromegali juga dapat menyebabkan

hipertensi dan mempunyai gejala dan tanda yang khas. Besar perut

mungkin mengidikasikan stenosis arteri renalis (Penyempitan arteri yang

mengedarkan darah ke ginjal) (Ramdhani, 2014).

2.1.3 Klasifikasi hipertensi dan gejala hipertensi

Klasifikasi Hipertensi dibagi menjadi 4 kategori dimana ada

normal, pre- hipertensi, hipertensi stadium 1 dan hipertensi stadium 2.

Hipertensi ringan atau sedang umumnya tidak menimbulkan gejala yang

terlihat apabila tekanan darah tinggi dirasakan semakin berat atau suatu

keadaan yang krisis dari tekanan darah itu sendiri.

Gejala hipertensi yang semakin berat dan kian lama dirasakan

akan menampakkan gejala seperti : sakit kepala, nyeri perut, muntah,

anoreksia, gelisah, berat badan turun, sering merasa pusing yang

terkadang dirasakan sangat berat. Adapun pada gejala hipertensi yang

semakin kronis akan muncul gejala-gejala seperti: Ensefalopati

hipertensif, Hemiplegic, Gangguan penglihatan dan pendengaran.

Tabel 2.1
Klasifikasi Hipertensi Pada Orang Dewasa

Kategorik Tekanan darah sistolik Tekana darah

diastolik
Normal < 120 mmHg < 80 mmHg

Pre-hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg

Stadium 1 140 -159 mmHg 90-99 mmHg

Stadium 2 ≥160 mmHg ≥100 mmHg

(Sumber : Ramdhani, Ramuan Ajaib Berkhasiat Dahsyat ,2014)


9

Menurut World Health Organization dalam Noorhidayah, S.A.

2016) klasifikasi hipertensi adalah :

a) Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan

140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.

b) Tekanan darah perbatasan (border line) yaitu bila sistolik 141-149

mmHg da n diastolik 91-94 mmHg.

c) Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau

sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama

dengan 95 mmHg.

2.1.4 Manifestasi Klinis Hipertensi

Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016), tanda dan

gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

1) Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh

dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan

pernah terdiagnosa jika tekanan darah tidak teratur.

2) Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi

meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini

merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang

mencari pertolongan medis.

Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :

a) Mengeluh sakit kepala, pusing


10

b) Lemas, kelelahan

c) Sesak nafas

d) Gelisah

e) Mual

f) Muntah

g) Epistaksis

h) Kesadaran menurun

2.1.5 Faktor-Faktor Risiko Hipertensi

Menurut Aulia, R. (2017), faktor risiko hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu

1) Faktor yang tidak dapat diubah

Faktor yang tidak dapat dirubah adalah :

a) Riwayat Keluarga

Seseorang yang memiliki keluarga seperti, ayah, ibu, kakak

kandung/saudara kandung, kakek dan nenek dengan hipertensi lebih

berisiko untuk terkena hipertensi.

b) Usia

Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia.

Pada laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan

pada wanita meningkat pada usia lebih dari 55 tahun.

c) Jenis Kelamin

Dewasa ini hipertensi banyak ditemukan pada pria daripada wanita.

d) Ras/etnik

Hipertensi menyerang segala ras dan etnik namun di luar negeri

hipertensi banyak ditemukan pada ras Afrika Amerika daripada

Kaukasia atau Amerika Hispanik.


11

2) Faktor yang dapat diubah

Kebiasaan gaya hidup tidak sehat dapat meningkatkan hipertensi

antara lain yaitu :

a) Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi

karena dalam rokok terdapat kandungan nikotin. Nikotin terserap oleh

pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan ke otak. Di

dalam otak, nikotin memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk

melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyemptkan pembuluh

darah dan memaksa jantung bekerja lebih berat karena tekanan darah

yang lebih tinggi (Murni dalam Andrea, G.Y., 2013).

b) Kurang aktifitas fisik

Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh

otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Kurangnya aktifitas

fisik merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kronis dan

secara keseluruhan diperkirakan dapat menyebabkan kematian secara

global (Iswahyuni, S., 2017)

c) Konsumsi Alkohol

Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan karbon

monoksida, yaitu dapat meningkatkan keasaman darah. Darah

menjadi lebih kental dan jantung dipaksa memompadarah lebih kuat

lagi agar darah sampai ke jaringan mencukupi (Komaling, J.K., Suba,

B., Wongkar, D., 2013). Maka dapat disimpulkan bahwa konsumsi

alkohol dapat meningkatkan tekanan darah.


12

d) Kebiasaan minum kopi

Kopi seringkali dikaitkan dengan penyakit jantung koroner,

termasuk peningkatan tekanan darah dan kadar kolesterol darah

karena kopi mempunyai kandungan polifenol, kalium, dan kafein.

Salah satu zat yang dikatakan meningkatkan tekanan darah adalah

kafein. Kafein didalam tubuh manusia bekerja dengan cara memicu

produksi hormon adrenalin yang berasal dari reseptor adinosa didalam

sel saraf yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah, pengaruh

dari konsumsi kafein dapat dirasakan dalam 5-30 menit dan bertahan

hingga 12 jam (Indriyani dalam Bistara D.N., & Kartini Y., 2018).

e) Kebiasaan konsumsi makanan banyak mengandung garam

Garam merupakan bumbu dapur yang biasa digunakan untuk

memasak. Konsumsi garam secara berlebih dapat meningkatkan

tekanan darah. Menurut Sarlina, Palimbong, S., Kurniasari, M.D., Kiha,

R.R. (2018), natrium merupakan kation utama dalam cairan

ekstraseluler tubuh yang berfungsi menjaga keseimbangan cairan.

Natrium yangberlebih dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh

sehingga menyebabkan edema atau asites, dan hipertensi.

f) Kebiasaan konsumsi makanan lemak

Menurut Jauhari (dalam Manawan A.A., Rattu A.J.M., Punuh

M.I, 2016), lemak didalam makanan atau hidangan memberikan

kecenderungan meningkatkan kholesterol darah, terutama lemak

hewani yang mengandung lemak jenuh. Kolesterol yang tinggi

bertalian dengan peningkatan prevalensi penyakit hipertensi.


13

2.1.6 Komplikasi Hipertensi

Menurut Ardiansyah, M. (2012) komplikasi dari hipertensi adalah :

1) Stoke

Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak

atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh nonotak. Stroke bisa

terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri-arteri yang memperdarahi

otak mengalami hipertrofi dan penebalan pembuluh darah sehingga

aliran darah pada area tersebut berkurang. Arteri yang mengalami

aterosklerosis dapat melemah dan meningkatkan terbentuknya

aneurisma.

2) Infark Miokardium

Infark miokardium terjadi saat arteri koroner mengalami

arterosklerotik tidak pada menyuplai cukup oksigen ke miokardium

apabila terbentuk thrombus yang dapat menghambataliran darah

melalui pembuluh tersebut. Karena terjadi hipertensi kronik dan

hipertrofi ventrikel maka kebutuhan okigen miokardioum tidak dapat

terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.

3) Gagal Ginjal

Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan

pada kapiler-kapiler glomerulus. Rusaknya glomerulus membuat

darah mengalir ke unti fungsionla ginjal, neuron terganggu, dan

berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya glomerulus

menyebabkan protein keluar melalui urine dan terjadilah tekanan


14

osmotic koloid plasma berkurang sehingga terjadi edema pada

penderita hipertensi kronik.

4) Ensefalopati

Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi

maligna (hipertensi yang mengalami kenaikan darah dengan

cepat). Tekanan yang tinggi disebabkan oleh kelainan yang

membuat peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke

dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Akibatnya

neuro-neuro disekitarnya terjadi koma dan kematian.

2.2 Konsep Efikasi Diri

2.2.1 Definisi Efikasi Diri

Efikasi Diri atau kepercayaan diri merupakan hal yang paling

berharga pada diri individu dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini

disebabkan karena dengan kepercayaan diri, seseorang mampu

mengaktualisasikan segala potensi dirinya. Kepercayaan diri

seseorang adalah sebuah ekspresi atau ungkapan didasari dengan

rasa semangat dan mengesankan pada diri individu untuk

menunjukkan adanya harga diri, penghargaan terhadap diri, serta

bagaimana seseorang memahami dirinya sendiri (Pangestu C, 2020).

Menurut Fauzi, et al., (2018) Self-Efficacy merupakan

keyakinan yang ada pada individu tentang kemampuan dirinya untuk

melakukan suatu perilaku dalam rangka agar berhasil dalam mencapai

tujuan tertentu. Perilaku yang ditekankan dalam teori ini adalah

perilaku sehat yang dilakukan individu dalam hal kepatuhan

pengobatannya.
15

2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Efikasi Diri

Menurut Pangestu, et al., (2017) Ada banyak faktor yang

mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, yakni faktor yang berasal dari

diri individu (internal) dan faktor diluar individu tesebut (eksternal).

1. Faktor Internal, meliputi:

a. Konsep diri

Terbentuknya kepercayaan diri pada seseorang diawali

dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam pergaulan

suatu kelompok. Konsep diri merupakan gagasan tentang dirinya

sendiri. Seseorang yang mempunyai rasa rendah diri biasanya

mempunyai konsep diri negatif, sebaliknya orang yang mempunyai

rasa percaya diri akan memiliki konsep diri positif.

b. Harga diri

Penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri. Orang yang

memiliki harga diri tinggi akan menilai pribadi secara rasional dan

benar bagi dirinya serta mudah mengadakan hubungan dengan

individu lain. Orang yang mempunyai harga diri tinggi cenderung

melihat dirinya sebagai individu yang berhasil percaya bahwa

usahanya mudah menerima orang lain sebagaimana menerima

dirinya sendiri. Akan tetapi orang yang mempuyai harga diri rendah

bersifat tergantung, kurang percaya diri dan biasanya terbentur pada

kesulitan sosial serta pesimis dalam pergaulan.

c. Kondisi fisik
16

Perubahan kondisi fisik juga berpengaruh pada kepercayaan

diri. Menurut Anthony, penampilan fisik merupakan penyebab utama

rendahnya harga diri dan percaya diri seseorang. Pengalaman

hidup, yakni kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman yang

mengecewakan adalah paling sering menjadi sumber timbulnya rasa

rendah diri. Lebih lebih jika pada dasarnya seseorang memiliki rasa

tidak aman, kurang kasih sayang dan kurang perhatian.

2. Faktor eksternal, terdapat juga faktor eksternal yang mempengaruhi,

meliputi: Pendidikan, mempengaruhi kepercayaan diri seseorang,

tingkat pendidikan yang rendah cenderung membuat individu merasa

dibawah kekuasaan yang lebih pandai, sebaliknya individu yang

pendidikannya lebih tinggi cenderung akan menjadi mandiri dan tidak

perlu bergantung pada individu lain. Individu tersebut akan mampu

memenuhi keperluan hidup dengan rasa percaya diri dan

kekuatannya dengan memperhatikan situasi dari sudut kenyataan.

Efikasi Diri yang tinggi dapat membentuk emosi atau

perasaan yang tenang dalam melakukan hal yang sulit. Sebaliknya,

ketika seseorang memiliki self-efficacy yang rendah maka dia akan

membentuk perasaan depresi, kecemasan, stres, dan berpandangan

sempit dalam menghadapi permasalahan yang dialaminya, terutama

masalah kesehatan dan pengobatan (Fauzi R, et al., 2018)

2.2.3 Komponen pembentukan Efikasi Diri

Menurut buku oleh (Fauzy R, et al., 2018) self efficacy seseorang

dibentuk oleh 4 komponen diantaranya yaitu:

1. Mastery Experience (One’s Previous Performance)


17

Keberhasilan seseorang dalam melakukan sesuatu akan

memotivasi orang tersebut untuk melakukan hal itu kembali ataupun

untuk hal yang baru yang sejenis dengan pengalaman yang dia miliki.

Namun, ada poin yang perlu diperhatikan dalam pengalaman ini untuk

menumbuhkan self-efficacy seseorang. Tingkat kesulitan dan frekuensi

latihan atau praktik yang berbeda akan mempengaruhi seberapa kuat

self-efficacy yang dibangun.

2. Vacarius experience (VE)

Faktor kedua yang mempengaruhi tumbuhnya self efficacy pada

seseorang adalah pengamatan terhadap keberhasilan ataupun

kegagalan orang lain yang memiliki permasalahan yang sama.

Pengamatan dan penilaian terhadap diri sendiri menjadi poin penting

dalam faktor ini. Ketika kita mengamati seseorang yang berhasil

melakukan perubahan perilaku terkait kesehatan maupun

pengobatannya, kita akan termotivasi untuk melakukan hal yang

serupa. Begitu juga sebaliknya, ketika kegagalan dialami oleh teman

pasien dengan permasalahan pengobatan yang sama, orang tersebut

akan bersikap pesimistis akan keberhasilan terapi yang dia jalankan.

Sehingga, kepatuhan dalam pengobatanpun akan menurun.

3. Social Persuasions (SP)

Dukungan secara verbal baik dari keluarga maupun dari

lingkungan sosial akan menumbuhkan keyakinan dalam diri seseorang

untuk melakukan suatu perilaku dan meningkatkan self-efficacy.

4. Somatic and emotional states (SES)


18

Adanya kemungkinan berhasil atau gagal dalam tindakan

seseorang akan menimbulkan keadaan emosi yang berbeda.

Keberhasilan akan menimbulkan tumbuhnya emosi positif seperti rasa

percaya diri dan sikap optimistis untuk melakukan hal yang sama

secara berulang. Namun, ketika kemungkinan kegagalan lebih besar,

emosi negatif seperti stress, kecemasan, khawatir, dan rasa takut akan

menurunkan self-efficacy seseorang yang mengakibatkan penurunan

kemampuan diri atau ketidakmampuan dalam melakukan sesuatu dan

perubahan perilaku.

2.2.4 Training Self Efficacy

Menurut Yakin salam, et al., (2017) Self efficacy training merupakan

kegiatan pelatihan yang digunakan untuk meningkatkan keyakinan diri

seseorang yang diharapkan dapat mempengaruhi perubahan perilaku ke

arah yang lebih baik. Self efficacy training merupakan suatu kegiatan atau

pelatihan yang dilakukan oleh seorang trainer (pelatih) kepada seseorang

atau kelompok sehingga seseorang atau kelompok tersebut mampu

memiliki keyakinan (belief) terhadap kemampuannya dalam mencapai

suatu tujuan (Combs & Luthans, 2007). Peningkatan Self Efficacy terhadap

Self Efficacy Training (SET) terbukti efektif dalam meningkatkan kepatuhan

pada berbagai subjek penelitian sebelumnya, seperti Self Efficacy Training

dapat meningkatkan kepatuhan diet pasien DM melalui peningkatan Self

Efficacy (Salam AY, Kusumaning, ND dan Dharmana E, 2017)

Menurut Zinken KM, Cradock S, & Skinner TC (2008). Self-efficacy

training secara teknis adalah suatu pelatihan yang menggunakan empat

sumber self-efficacy sebagai panduan dalam usaha peningkatan self-


19

efficacy seseorang atau kelompok (experimental learning). Empat sumber

self-efficacy yaitu:

1. Mastery experience (penguasaan pengalaman).

2. Role modelling (panutan/teladan dari orang lain).

3. Verbal persuation (ajakan secara verbal dari orang lain).

4. Physcological and affective state (eksplorasi kondisi psikologi dan

afeksi).

Menurut Noe, 2010, suatu pendekatan proses pembelajaran

melalui pengalaman untuk mengubah tingkah laku individu secara

sistemattan ekperimental learning yaitu:

1. Concrete Experience (CE)

Suatu proses pemberian kegiatan yang dapat secara langsung

memberikan pengalaman yang nyata peserta pelatihan untuk

merasakan apa yang terjadi ketika mengikuti kegiatan tersebut.

Pengalaman di dalam kegiatan adalah bersifat individual sehingga

diperlukan suatu kegiatan yang relevan dengan sasaran

pembelajaran.

2. Reflective Observation (RO)

Proses kegiatan untuk mengamati dan merefleksikan kembali apa

yang telah dialami dalam peristiwa sebelumnya. Hal ini diperlukan

untuk menggali pengalaman peserta yang spesifik. Tujuan dari

kegiatan ini adalah peserta dapat mengenali dan memanfaatkan

peristiwa penting dalam hidupnya sehingga dapat dijadikan sebagai

acuan atau pedoman dalam berbuat sesuatu.


20

3. Abstract Conceptualization (AC)

Suatu kegiatan yang mewajibkan peserta pelatihan untuk

merumuskan dan menyimpulkan sesuatu tentang dirinya atau

tentang konsep yang relevan dengan sasaran pembelajaran. Hal

tersebut dapat berupa kesimpulan mengenai kelebihan dan

kekurangan diri, dari sisi negatif dan positif.

4. Active Experimentation (AE)

Proses mencoba tingkah laku baru yang merupakan tujuan

pembelajaran (outcomes). Peserta diwajibkan untuk bertingkah laku

yang diajarkan yang sesuai dengan konsep pembelajaran dan

mengurangi atau menghilangkan sama sekali kebiasaan (perilaku)

lama yang tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran. Perubahan

tingkah laku yang terjadi diharapkan dimulai dari kesadaran peserta

sendiri dan bukan karena sengaja atau paksaan dari pihak siapapun

termasuk trainer.

2.2.5 Self-efficacy training dengan metode peer (teman sebaya)

Salah satu pilar pengelolaan penyakit Gout Arthritis adalah

pendidikan kesehatan. Informasi kesehatan merupakan pilar pertama dan

menjadi tanggung jawab tenaga kesehatan untuk dapat

mentransformasikan informasi tersebut dengan baik sehingga dapat

meningkatkan kognitif, afektif dan psikomotor pasien. Pendekatan edukasi

dan pelatihan dengan metode peer (teman sebaya) dianggap sebagai

metode yang efektif dalam menyalurkan sebuah informasi termasuk

informasi kesehatan (Srivastava, 2013).


21

Menurut Ruben, K (2016), Beberapa jenis metode pembelajaran peer

telah banyak digunakan dan diteliti sebagai usaha untuk menenukan

evidence (bukti) keefektifan metode peer yang dipakai. Berikut macam-

macam metode peer:

a. Peer Educator (PE)

Peer educator (support sebaya) adalah bentuk bimbingan yang

biasanya terjadi antara orang yang telah memiliki pengalaman

tertentu (peer support) dan orang yang belum memiliki pengalaman

(peer mentee). Peer educator juga digunakan untuk merubah perilaku

kesehatan dan gaya hidup. Misalnya pasien dengan kasus penyakit

tertentu bertemu secara teratur untuk membantu memulihkan atau

merehabilitasi.

b. Peer Support

Peer support group (dukungan kelompok sebaya) diartikan

sebagai sistem memberi dan menerima bantuan yang didasarkan

pada prinsip-prinsip dari saling hormat, tanggung jawab bersama, dan

kesepakatan bersama dari apa yang bermanfaat untuknya. Peer

support group adalah tentang memahami ini diri dari sisi orang lain

melalui pengalaman bersama karena memiliki kondisi dan rasa

emosional yang hampir sama.

Peer support group secara garis besar memiliki hubungan

dengan konsep self-efficacy training. Self-efficacy training dengan

metode peer support group memiliki beberapa keunggulan untuk

mentransformasikan pengetahuan dan keterampilan setiap

anggotanya, yaitu
22

a. Setiap anggota memiliki peran yang sama (sederajat) dalam

proses kegiatan pembelajaran.

b. Proses kegiatan pembelajaran dalam peer support group

mengedepankan prinsip saling membagi pengalaman, saling

hormat, saling bertanggung jawab dan memutuskan kesepakatan

berdasarkan kelompok.

c. Proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif karena

setiap anggota memberikan pendapat terhadap pengalamannya

tentang suatu yang menjadi masalah bersama

d. Metode peer support group merupakan metode pembelajaran

yang mudah dan murah untuk dilakukan.

e. Metode peer support groups angat relevan dengan konsep dan

empat sumber self-efficacytraining, yaitu mastery experience, role

modelling, verbal persuation dan pshycological and affective state.

Peer support group memiliki prinsip yang wajib diketahui oleh

setiap anggotanya. Pelaksanaan peer support group harus

memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Setiap anggota kelompok harus berperan aktif untuk berbagi

pengetahuan dan harapan terhadap pemecahan masalah (problem

solving) bagi kelompoknya.

b. Saling memahami, mengetahui dan membantu berdasarkan

kesetaraan, menghargai pendapat antara satu dengan yang lain

dan hubungan timbal balik (feedback) sesama anggota kelompok.

c. Peer support group merupakan kelompok self supporting. anggota

self help group berbagi pengetahuan dan harapan terhadap


23

pemecahan masalah serta menemukan solusi melalui kelompok.

Pembiayaan untuk pelaksanaan kegiatan ditanggung bersama

kelompok

d. Kelompok harus menghargai privacy dan kerahasiaan dari

setiap anggota kelompoknya.

e. Pengambilan keputusan dengan melibatkan kelompok dan

kelompok harus bertanggung jawab dalam pengambilan

keputusan.

2.2.5 Tehnik Pelaksanaan Self Efficacy Training

        Menurut Salam AY (2017), Self efficacy training diberikan sebanyak

6 kali selama 12 hari dengan durasi 60-100 menit setiap kali pertemuan

dengan metode peer support. Metode peer (teman sebaya) merupakan

metode yang menekankan pada proses pembelajaran dan

mengutamakan sharing knowledge (berbagi pengetahuan), sharing ideas

(berbagi pendapat) dan sharing experience (berbagi pengalaman) dari

teman sebaya sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif,

menyenangkan dan tidak membosankan. (Rubin, Bukowski& Parker,

1998).

2.3 Konsep Peer Group

2.3.1 Pengertian Peer Group

Teman sebaya (peers) adalah teman yang amat akrab dengan kita

karena jenis kelamin yang sama, usia berdekatan, rumah bersebelahan,

bersekolah di tempat yang sama, seminat, dan seterusnya. Dengan

demikian, di antara teman sebaya hampir tidak ada rahasia lagi. Teman

sebaya menjadi teman senasib sepenanggungan. Karena


24

keterdekatannya, teman sebaya bisa saling mempengaruhi sesuatu

menuju kebaikan. Sebaliknya, kesetiakawanan di antara teman sebaya

bisa pula saling menjerumuskan ke dalam hal-hal yang berisiko

merugikan.

Dalam kerangka pengertian tersebut, dalam keluarga sebenarnya

remaja memerlukan ”teman sebaya”, baik antara remaja dan kakak yang

sudah dewasa maupun antara remaja dan kedua orang tua. Dari pihak

remaja, yang terpenting adalah sikap menjadi “friend in need” dalam

keluarga. Seyogianya, kedua orang tua dan saudara lain juga siap

menjadi teman sebaya bagi remaja dalam keluarga (PMI, 2008).

Kelompok sebaya atau peer group merupakan suatu proses

komunikasi, informasi dan edukasi yang dilakukan oleh dan untuk

kalangan yang sebaya yaitu kalangan satu kelompok, dapat berarti satu

kelompok sebaya pelajar, kelompok mahasiswa, sesama rekan kerja,

sesama profesi dan jenis kelamin ( Lutfiani, 2011 ).

Dalam kelompok teman sebaya (peer group) akan memungkinkan

individu untuk saling berinteraksi, bergaul dan memberikan semangat

dan motivasi terhadap teman sebaya yang lain secara emosional.

Adanya ikatan secara emosional dalam kehidupan peer group akan

mendatangkan berbagai manfaat dan pegaruh yang besar bagi individu

yang berada dalam kelompok tersebut. Sehingga dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa peer group adalah kelompok teman sebaya

yang mempunyai ikatan emosional yang kuat dan mereka dapat

berinteraksi, bergaul, bertukar pikiran dan pengalaman dalam

memberikan perubahan dan pengembangan dalam kehidupan sosial


25

dan pribadinya.

Adapun pelaksanaan Peer Group Education sebagai berikut.

1. Kegiatan Peer groub education dilaksanakan selama 3 kali

pertemuan dengan jadwal seminggu 2 kali pertemuan dengan

durasi 60 menit. Pertemuan pertama dilakukan pre test terlebih

dahulu terkait pengetahuan tentang hipertensi, pertemuan kedua

dilakukan penyampaian materi tentang efikasi diri dengan metode

role play, pertemuan yang ketiga diberikan post test dan role play

sehingga fasilitator dianggap mampu untuk menyampaikan.

Berdasarkan hasi penelitian dari 20 responden jenis kelamin

laki-laki dan perempuan dengan metode pelaksanaan 3 kali

pertemuan dalam seminggu sebelum dilakukan Peer group

education terhadap efikasi diri sebanyak 50% dan setelah dilakukan

Peer Group Education terjadi peningkatan yang sangat segnifikan

sebanyak 87% (Nove, 2016).

2. Kegiatan Peer groub education dilaksanakan selama 1 bulan 8 kali

pertemuan atau 1 minggu dalam 2 kali pertemuan dengan durasi 30

menit Pertemuan pertama dilakukan pre test terlebih dahulu terkait

pengetahuan tentang hipertensi, pertemuan kedua dilakukan

penyampaian materi tentang efikasi diri dengan metode role play

(Tesfaye, 2019).

Berdasarkan hasil penelitian dari 24 responden laki-laki dan

perempuan pada penderita hipertensi dengan metode pelaksanaan


26

1 bulan 8 kali sebelum dan setelah dilakukan peer groud education

terjadi peningkatan kemampuan efikasi diri yang sangat signifikan

pada responden perempuan dengan prosentase sebesar 45,5%

(Habbit, 2017).

3. Kegiatan Peer groub education dilaksanakan selama 1 minggu

dalam 1 kali pertemuan dengan durasi 20 menit Pertemuan pertama

dilakukan pre test terlebih dahulu terkait pengetahuan tentang

hipertensi, dan penyampaian materi efikasi diri dengan metode role

play (Brufer, 2017).

Berdasarkan hasil penelitian dari 75 responden laki-laki dan

perempuan pada penderita hipertensi dengan metode pelaksanaan

1 minggu 1 kali pertemuan sebelum dan setelah dilakukan peer

groud education terjadi peningkatan kemampuan efikasi diri yang

sangat signifikan pada responden perempuan dengan prosentase

sebesar 56,5% sampai 79,8% (Gordon, 2019)

2.3.2 Fungsi Peer Group

Sebagai kelompok sosial yang lain, maka peer group juga

mempunyai fungsi. Menurut Santoso ( 2009 ) Fungsi-fungsi peer group

tersebut adalah sebagai berikut: Mengajarkan kebudayaan (mengajarkan

kebudayaan yang ada di tempat tinggal).

1. Mengajarkan kebudayaan. Dalam peer group in diajarkan kebudayaan

yang berada di tempat itu.

2. Mengajarkan mobilitas sosial adalah perubahan status yang lain.

Misalnya ada kelas menengah dan kelas rendah (tingkat sosial).

Dengan adanya kelas rendah pindah ke kelas menengah ini dinamakan


27

mobilitas sosial.

3. Membantu peranan sosial yang baru. Peer group memberikan

kesempatan lagi anggotanya untuk mengisi peranan sosial yang baru.

Misalnya anak yang belajar bagaimana menjadi pemimpin kelompok

yang baik.

4. Peer group sebagai sumber informasi bagi orang tua dan guru bahkan

untuk masyarakat. Kelompok teman sebaya di sekolah bisa sebagai

sumber informasi bagi guru dan orang tua tentang hubungan sosial

individu dan seorang yang berprestasi baik dapat dapat dibandingkan

dalam kelompok.

5. Dalam peer group, individu dapat mencapai ketergantungan satu saa

lain.Karna dalam peer group ini mereka dapat merasakan kebersamaan

dalam kelompok, mereka saling tergantungan satu sama lainnya.

6. Peer group ini mengajarkan moral orang dewasa, untuk mempersiapkan

diri menjadi orang dewasa mereka belajar memperoleh kemantapan

sosial.

7. Dalam peer group, individu dapat mencapai kebebasan sendiri.

Kebebasan di sini diartkan sebagai kebebasan untuk mendapat,

bertindak atau menemukan identitas diri. Karena dalam kelompok itu,

anggota-anggota yang lainnya juga mempunyai tujuan dan keinginan

yang sama.

8. Di dalam peer group, anak-anak mempunyai organisasi sosial yang

baru.
28

2.3.3 Keuntungan Pendidikan Sebaya (Peer Education)

Metode ini telah diterapkan sejak lama dalam bidang kesehatan

masyarakat dan kesehatan keluarga seperti pada pendidikan gizi, keluarga

berencana, pencegahan kekerasan dalam rumah tangga, dan masalah

kenakalan remaja. ( UNAIDS, 2007 ) menjelaskan bahwa umumnya

metode peer group dipilih karena :

1. Cocok Secara Budaya (Culturally Appropripate)

Peer Group merupakan sarana yang tepat untuk menyampaikan

pesan-pesan yang secara kultural bersifat peka atau sensitif, dimana

kemungkinan benturan norma dan nilai-nilai dapat dikurangi karena

dilakukan melalui orang dalan kelompok seseorang itu sendiri.

2. Berbasis Komunitas (Community Based)

Pendidikan sebaya merupakan intervensi pada level komunitas

yang mendukung dan melengkapi program-program lain. Peer Group

ini memiliki keterkaitan erat dengan strategi-strategi (pengembangan

sosial) lainnya yang berbasis komunitas.

3. Mudah diterima oleh khalayak yang menjadi sasaran sebagian besar

orang merasa lebih nyaman mengadukan persoalan mereka kepada

kelompok sebaya, terutama masalah-masalah pribadi seperti

seksualitas.

4. Ekomomis

Metode pendidikan sebaya memungkinkan tersedianya layanan

sosial yang luas dengan biaya lebih kecil, dan layanan tersebut dapat

tersedia secara efektif.


29

2.3.4 Pengaruh Peer Group

Menurut Santoso ( 2009 ) pengaruh dari perkembangan peer

group terhadap individu dan kelompok ada yang positif dan negatif, yaitu:

1. Pengaruh positif :

a. Apabila individu di dalam kehidupannya memiliki peer group maka

individu akan lebih siap menghadapi kehidupan yang akan datang.

b. Individu dapat mengembangkan rasa solidaritas antara kawan.

c. Bila individu masuk dalam peer group, maka tiap anggota akan

dapat membentuk masyarakat yang akan direncanakan sesuai

dengan kebudayaan yang mereka anggap baik.

d. Setiap anggota dapat berlatih memperoleh pengetahuan,

kecakapan dan melatih bakatnya.

e. Mendorong individu untuk bersikap mandiri.

f. Menyalurkan perasaan dan pendapat demi kemajuan kelompok.

2. Pengaruh negatif :

a. Sulit menerima seseorang yang tidak memiliki kesamaan.

b. Tertutup bagi individu lain yang tidak termasuk anggota.

c. Menimbulkan rasa iri pada anggota satu dengan yang lain yang

tidak memiliki kesamaan dengan dirinya.

2.3.5 Kriteria Fasilitator Peer Group

Peer educator/ fasilitator sebaya adalah orang yang menjadi

narasumber bagi kelompok sebayanya ( Pusat Kajian dan Perlindugan

Anak, 2008 ). Syarat- syarat menjadi peer group antara lain :

1. Aktif dalam kegiatan sosial dan populer di lingkungannya.

2. Berminat pribadi menyebarluaskan informasi kesehatan.


30

3. Lancar membaca dan menulis.

4. Memiliki ciri-ciri kepribadian antara lain : ramah, lancar dalam

mengemukakan pendapat, luwes dalam pergaulan, berinisiatif dan

kreatif, tidak tersinggung, terbuka untuk hal-hal baru, mau belajar serta

senang menolong.

Peran Peer group/ fasilitator sebaya dilakukan dengan

merangkum, mengkomunikasikan kembali dan membangun komitmen

dan dialog. Fasilitator dalam melakukan fasilitas meletakkan dirinya

sebagai sumber informasi yang setara dengan peserta pendidikan,

berkontribusi untuk memberikan informasi, menarik kesimpulan,

memberikan feedback dan respon sesuai dengan proses pendidikan

sebaya.
BAB 3
KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konseptual merupakan gambaran dan arahan asumsi

mengenai variable-variabel yang akan diteliti, atau memiliki arti hasil

sebuah sintesis dari sebuah proses berfikir deduktif (Aziz Alimul, 2018).

Faktor-faktor Resiko Pasien Sangat tidak


Hipertensi: Hipertensi Yakin Skor :
1. Faktor yang 1-15
dapat di rubah
a. Merokok
b. Kurang Tidak Yakin
aktifitas fisik. Efikasi diri
11 Skor : 16-30
c. Konsumsi
Alkohol
d. Kebiasaan Yakin
minum kopi Skor : 31-45
2. Faktor yang tidak Peer Group
dapat dirubah Edukation
a. Riwayat
keluarga Sangat
b. Usia Yakin Skor :
c. Jenis kelamin 46-60
d. Ras/etnik Penatalaksanaan :
1. Farmakologi
2. Non Farmakologi

Keterangan :

Variabel yang diteliti :

Variabel yang tidak diteliti :

Pengaruh

Bagan 3.1 : Kerangka konseptual penelitian pengaruh peer group


education
32

Terhadap efikasi diri penderita hipertensi di wilayah kerja


Puskesmas Maron Kabupaten Probolinggo

Berdasarkan bagan 3.1 : dapat dijelaskan bahwa faktor resiko pada

pasien hipertensi terdiri dari faktor yang dapat dirubah yaitu merokok,

kurang aktifitas fisik, Konsumsi Alkohol Kebiasaan minum kopi Sedangkan

faktor yang tidak dapat dirubah yaitu Riwayat keluarga Usia Jenis kelamin

Ras/etnik, sedangkan penalaksanaan pada pasien hipertensi dapat

dibedakan menjadi farmakologi dan non farmakologi salah satunya adalah

peer group education, adapun efikasi diri dapat dikategorikan menjadi 4

yaitu Sangat tidak yakin dengan Skor : 1-15, Tidak Yakin Skor : 16-30,

Yakin Skor: 31-45, Sangat Yakin Skor : 46-60.

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis berasal dari kata (hypo yang berarti bawah, dan thesis

berarti dalil, kaidah atau hukum) jadi hipotesis dapat di artikan sebagai

jawaban yang sementara terhadap masalah yang di ajukan, dan jawaban

itu akan di dapat dengan melakukan penelitian. Hipotesis ini berperan

sebagai penjelas fenomena problematika atau persoalan penelitian yang di

hadapi (Arif, 2011).

H1 : Ada Pengaruh Peer group education Terhadap efikasi diri Penderita di

wilayah kerja Puskesmas Maron Kabupaten Probolinggo


33
BAB 4

METODELOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk

menjawab pertanyaan penelitian dan memprediksi beberapa kesulitan

yang mungkin timbul selama proses penelitian (Nursalam, 2017).

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pra

Eksperimen, dengan desain studi One-group pre-post test design.

Pendekatan One-grup pre-post design adalah design yang

mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu

kelompok subjek (Nursalam, 2017).

Pada Penelitian Ini Dilakukan Pengaruh Peer Group Education

Terhadap Efikasi Diri Pasien Hipertensi Di Desa Wonorejo Kecamatan

Maron Kabupaten Probolinggo.

Subjek Pra simulasi Pasca-tes


K O X1 OI
Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3
Tabel 4.1 Kerangaka Desain Penelitian

Keterangan:

K : Subjek
O : Observasi perubahan Peer Group Education Terhadap Efikasi Diri
Pasien Hipertensi
I : Intervensi Peer Group Education Terhadap Efikasi Diri Pasien Hipertensi
OI : Observasi perubahan Peer Group Education Terhadap Efikasi Diri
Pasien Hipertensi
35

4.2 Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka kerja adalah suatu hal yang abstrak, logical secara arti harfiah

dan akan membantu dalam penelitian untuk menghubungkan hasil

penemuan dengan body of knowledge (Nursalam, 2017)


Pengaruh Peer Group Education Terhadap Efikasi Diri Pasien
Hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan maron Kabupaten
Probolinggo.

Populasi
Seluruh keluarga yang memiliki penderita Hipertensi di Desa Wonerojo
Kecamatan Maron Kebupaten Probolinggo

Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan adalah Simple Random sampling

Sampel
Sebagian
=== penderita hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan Maron
Kebupaten Probolinggo 44 responden

Desain penelitian
Pra Eksperimen (One-Group Pre-Post Design)

Pengumpulan Data
Kuesioner

Pengolahan Data
Editing, Coding, scoring, Tabulating

Analisa Data
Uji wilcoxon

Kesimpulan
H1 diterima jika Pvalue ≤ α dengan α=0.05
H0 diterima jika Pvalue >α dengan α=0.05

Bagan 4.2 Kerangka Kerja Pengaruh Pengaruh Peer Group Education


Terhadap Efikasi Diri Pasien Hipertensi di Desa Wonorejo
Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo
36

4.2 Populasi, Sampel dan Sampling

4.2.1 Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan

karakteristik tertentu yang akan diteliti, bukan hanya objek atau subjek

yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki

subjek atau objek tersebut, atau kumpulan orang, individu, atau objek

yang akan diteliti sifat – sifat atau karakteristiknya (Alimul Hidayat, Aziz,

2018). Seluruh keluarga yang memiliki penderita Hipertensi Desa Maron,

Kecamatan Maron, Kebupaten Probolinggo, yang memiliki penderita

Hipertensi sejumlah 50 Responden

4.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang akan di teliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang di miliki oleh populasi. Dalam penelitian

keperawatan, kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi,

di mana kriteria tersebut menentukan dapat dan tidaknya sampel yang di

gunakan (Nursalam, 2017).

Penentuan besar sampel menggunakan rumus slovin dalam Nursalam

(2017):

N
n=
1 + N (d)2

Keterangan:
n: Besar Sample
N: Besar populasi
d: Tingkat segnifikan 5% (0,05)

50
n=
1 + 50(0,05) 2
37

50
n=
1 + 50(0,0025)

50
n=
1 + 0,125

50
n=
1,125

n = 44

Berdasarkan perhitungan sampel diatas, jumlah sampel dalam

penelitian ini sebanyak Hipertensi, Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel secara (Simple

Random Sampling). Sampel dalam penelitian ini adalah Seluruh penderita

Hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan Maron kebupaten Probolinggo

sejumlah responden

Agar karakteristik sampling tidak menyimpang dari populasinya,

maka sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria

inklusi, maupun kriteria eklusi. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum

subjek penelitian untuk subjek penelitian dari suatu populasi target yang

terjangkau dan akan diteliti. Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau

mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena

berbagai sebab (Nursalam, 2017).

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah subjek penelitian dapat mewakili dalam sampel

penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Hidayat, Alimul

Aziz, 2018).

Kriteria inklusi pada sampel ini adalah:


38

a. Bersedia menjadi responden

b. Penduduk tetap di desa Wonorejo

c. Penderita Hipertensi yang memiliki efikasi diri.

d. Lamapasien menderita Hipertensi

e. Mampu berkoordinasi dengan baik dalam memahami dan

mengikuti instruksi

f. Baik laki laki dan perempuan

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dengan subjek penelitian yang

tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai

sampel penelitian (Hidayat, Alimul Aziz, 2018). Kriteria eksklusi pada

penelitian ini adalah:

a. Responden yang tidak hadir saat penelitian.

b. Memiliki gangguan .Hipontensi.

c. Tidak mampu berdiri.

d. Pasien yang tidak mengikuti keseluruhan kegiatan penelitian

4.2.3 Teknik Sampling

Teknik Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi sampel

penelitian yang akan digunakan dalam penelitian dari populasi yang

tersedia. Berdasarkan jenis pengambilan sampel terdapat dua jenis

pengambilan sampel yakni probability sampling yang bertujuan untuk

generalisasi atau memberikan peluang yang sama dalam pengambilan

sampel dan nonprobability sampling yang bertujuan tidak untuk

generalisasi atau tidak memberikan peluang yang sama dalam

pengambilan sampel (Hidayat, 2018).


39

Penelitian ini dilakukan dengan teknik Simple random

sampling. Pada teknik sampling secara simple random sampling,

setiap individu dalam populasi memiliki peluang yang sama untuk

dijadikan sampel. Teknik sampling acak sederhana merupakan

teknik yang populer dibandingkan teknik lainnya dalam penelitian

sains. Teknik ini biasanya menggunakan metode undian.

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk teknik pengambilan sampel

acak secara sederhana adalah anggota populasi dianggap homogen.

Teknik sampling ini memiliki bias terkecil dan generalisasi tinggi

(Masturoh, 2018).

4.3 Variabel Penelitian

Variabel merupakan karakteristik subjek penelitian yang

berubah dari satu subjek ke subjek lainnya, sebuah konsep yang dapat

dibedakan menjadi dua yakni yang bersifat kuantitatif dan kualitatif

(Alimul Hidayat, Aziz, 2018).

.4.1 Variabel Independen (Bebas)

Variabel independen merupakan variabel yang menjadi sebab

perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Hidayat, Alimul

Aziz, 2018). Variabel dalam penelitian ini adalah Peer Group Education

.4.1 Variabel Dependen (Terikat)

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau

menjadi akibat karena variabel bebas (Hidayat, Alimul Aziz, 2018).

Variabel dalam penelitian ini adalah Perilaku keluarga dalam manajemen

diet pada efikasi diri pasien hipertensi.


40

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.4.1 Lokasi

Penelitian ini akan dilakukan di Desa Wonorejo Kecamatan Maron

Kabupaten Probolinggo

4.4.2 Waktu

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada April - Mei 2021.

4.5 Definisi Oprasional

Definisi operasional merupakan mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan

peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara sermat

terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat, Alimul Aziz, 2018).


41

Tabel 4.6: Definisi Operasional Pengaruh Peer Group Education terhadap


Efikasi diri pasien Hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan Maron
Kebupaten Probolinggo.
Definisi
Variabel Indikator Alat ukur Skala Skor
operasional
Dependen Peer Grub Penyuluhan SAP -
Peer Group Education tentang;
Education merupakan pengertian
salah satu efikasi diri
media untuk Tujuan:
memberikan pelaksanaa
araham dan efikasi diri
bimbingan Dampak
kepada yang timbul
penderita pada
hipertensi. masalah
Penderita akan
lebih terbuka Peretemuan
mengungkapk pertama
an dilakukan
permasalahan pretest
dalam peer efikasi dir
grub ini Pertemuan
ke dua
tentang
maetri
Hipertensi
dan Efikasi
diri
Pertemuan
ke tiga
melakukan
postes
tentang
Efikasi diri

Independen Efikasi Diri 1. Kognitif Kuesioner Ordinal Kategori


atau 2. Motifasi Skor :
Efikasi diri kepercayaan 3. Afektif Sangat Tidak
pasien diri merupakan 4. Selektif yakin : 1-15
Hipertensi hal yang paling
berharga pada Tidak yakin :
diri individu 16-30
dalam
kehidupan Yakin : 31-45
bermasyarakat
. Sangat yakin
: 46-60
42

4.6 Prosedur penelitian

4.6.1 Prosedur Administrasi

1. Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengurus

surat perizinan penelitian dari ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Hafshawaty Program Sarjana Keperawatan

Pesantren Zainul Hasan Probolinggo, lalu peneliti mengajukan

permohonan izin penelitian kepada pihak yang berkaitan dengan

lahan penelitian

2. Mendapatkan surat izin penelitian dari Ketua STIKES

Hafshawaty Zainul Hasan Program Study S1 Keperawatan

Genggong Probolinggo, kemudian peneliti mengajukan

permohonan izin penelitian kepada kepala camat Kecamatan

Maron untuk memperoleh izin melakukan penelitian.

3. Peneliti mengurus perizinan penelitian kepada Badan Kesatuan

Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) untuk meminta surat

penelitian di Desa Kebupaten Probolinggo

4. Peneliti mengedarkan surat tembusan dari bakesbangpol kepada

Direktur Institusi, Kepala Camat Maron, Kepala Desa Maron ,

DinKes, Polsek Kecamatan Maron, Koramil Kecamatan Maron,

Polres Maron, Komandan Kodim Maron, Puskesmas Maron.

5. Peneliti mengurus perizinan penelitian ke Dinas Kesehatan

Kabupaten Probolinggo untuk meminta izin penelitian ke wilayah

kerja maron.
43

4.6.2 Prosedur Teknis

1. Peneliti melakukan Peer sebanyak 1 minggu 3 kali pertemuan

dengan melakukan pre test efikasi diri, penyampaian materi

efikasi diri, dan post test efikasi diri

2. Peneliti mendampingi peer untuk melakukan pertemuan dengan

Group sebanyak 1 minggu 3 kali pertemuan

3. Setiap pertemuan harus mematuhi protokol kesehatan dengan

cara memakai masker, mencuci tangan sebelum melakukan

absensi, dan menjaga

4. Peneliti meminta izin dan ,mendapatkan izin dari Bankes bangpol

Kabupaten Probolinggo

5. Peneliti meminta izin kepada kepala desa

6. Peneliti meminta izin pada kepala Dinas Kesehatan dan kepala

Puskesmas maron untuk mengadakan penelitian di wilayah tersebut

7. Peneliti datang ke Puskesmas Maron untuk mendapatkan data

penderita Hipertensi

8. peneliti datang dan melakukan pemeriksaan tekanan darah di desa

yak dengan kelompok dengan pengumpulan skal kecil

9. Peneliti memberikan Inform Consent pada penderita Hipertensi yang

setuju menjadi responden

10. Peneliti melakukan pengambilan data dengan memberikan

kuisioner pada responden untuk di isi oleh responden

11. Peneliti mendampingi responden pada saat mengisi kuisioner dan

memberikan penjelasan pada responden jika ada point dari kusioner

yang tidak di mengerti


44

12. Peneliti melakukan Peer Group tentang Efikasi diri selama 45-60

menit. Dengan sesi Peer Group hipertensi selama 30 menit dan 30

menit tentang Efikasi diri dilakukan selama 1 minggu 3 kali

4.7 Pengumpulan Data

4.7.1 Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang

digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar

penelitiannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih

cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah

(Hidayat, Alimul Aziz, 2018).

Dalam penelitian ini menggunakan instrumen penelitian

dengan lembar Observasi sebelum dan setelah edukasi. Observasi

dalam penelitian ini adalah teknik terstruktur. Pada pengukuran

observasi ini peneliti secara spontan mengobservasi dan mencatat

apa yang dilihat untuk mengetahui adanya perubahan pengaruh

peer group eduacation terhadap efikasi diri pada pasien hipertensi.

4.7.2 Uji Validitas dan Reabilitas

1 Uji Validitas

Uji validitas merupakan derajat dimana instrumen

mengukur apa yang seharusnya diukur, yang dapat di

kategorikan menjadi logika (face validity), content Validity,

Criterion dan construct validty (I Ketut swarjana, 2015).

Uji validitas di lakukan untuk mengetahui sejauh mana

ketepatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data. Untuk


45

mengetahui validitas suatu istrumen dilakukan dengan cara

melakukan kolerasi antar skor masing masing variabel dengan

skor totalnya. Suatu variabel ( perintah ) di nyatakan valid bila

skor variabel tersebut berkolerasi secara signifikan dengan skor

totalnya dengan cara membandingkan nilai r tabel dengan nilai r

hitung. Bila r hasil (hitung) > r tabel, maka pertanyaan tersebut

valid. (I Ketut swarjana, 2015).

Pada uji Validitas kusioner efikasi diri terhadap pasien

hipertensi 20 Maret 2021 dari 15 pertanyaan didapatkan hasil

15 pertanyaa falid dengan nilai berkisar antara 0,714 sampai

0,841 lebih besar dari r tabel pada niali signifikan 5% yaitu

(0,632)

2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah kemampuan alat ukur untuk

menghasilkan hasil pengukuran yang sama ketika dilakukan

pengukuran secara berulang (I Ketut Swarjana, 2015).

Uji Reliabilitas pada kusioner efikasi diri di dapatkan

cronbbach’s Alpa sebesar 0,774 lebih besar dari 0,632 maka di

nyatakan reliabel

4.7.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada

subjek dan proses pengumpulan karakteritik subjek yang

diperlukan dalam suatu penelitian. Langkah-langkah dalam


46

pengumpulan data tergantung pada rancangan penelitian dan

tekhnik instrumen yang digunakan. Selama proses pengumpulan

data, peneliti memfokuskan pada penyediaan subjek, melatih

tenaga pengumpulan data, memperhatikan prinsip-prinsip validitas

dan reabilitas, serta menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi

agar data dapat terkumpul sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan (Nursalam, 2017).

1. Editing

Editing merupakan kegiatan untuk memeriksa kembali

kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan yang

dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data

terkumpul (Hidayat, 2018). Proses editing dalam penelitian ini

dilakukan dengan memeriksa kelengkapan tiap item penilaian

pada lembar observasi dan memeriksa sesuai hasil observasi

klien

2. Coding

Coding adalah kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori (Hidayat,

2018). Pemberian kode pada penelitian ini adalah sebagai

berikut

a. Data umum

1) Jenis kelamin

a) Laki laki : kode 1


47

b) Perempuan : kode 2

2) Usia

a) 40-55 tahun : kode 1

b) 56-70 tahun : kode 2

3) Pekerjaan

1) Tidak bekerja : kode 1

2) Petani : kode 2

3) Wiraswasta : kode 3

4) Pns : kode 4

4) Pendidikan terahir

1) Tidak sekolah : kode 1

2) SD : kode 2

3) SMP : kode 3

4) SMA : kode 4

5) Perguruan Tinggi : kode 5

b. Data khusus

1) Pengaruh edukasi berbasis simulasi tentang perubahan

perilaku keluarga

a) Sebelum dilakukan edukasi berbasis simulasi

tentang perubahan perilaku keluarga: kode 1

b) Setelah dilaukan edukasi berbasis simulasi tentang

perubahan perilaku kelarga: kode 2


48

2) Keluarga mampu memanajemen diet penderita gout

atrhitis

a) Keluarga mampu memanajemen diet: kode 1

b) Keluarga tidak mampu memanajemen diet: kode 2

3. Scoring

Scoring merupakan pemberian penilaian terhadap item-item

yang perlu diberikan penilaian atau scor (Nursalam, 2017).

Pernyataan Negatif :

1. Sangat Setuju :4

2. setuju :3

3. tidak Setuju :2

4. Sangat tidak Setuju :1

Pertanyaan Positif

1. Sangat Setuju :1

2. Setuju :2

3. Tidak Setuju :3

4. Sangat tidak Setuju : 4

5. Tabulating

Tabulating adalah proses pengolahan data yang bertujuan

untuk membuat tabel-tabel yang dapat memberikan gambaran

statistik (Nursalam, 2016). Proses ini merupakan tahapan akhir

pengolahan data yang sangat berguna untuk kegiatan

selanjutnya yaitu teknik penyajian data.


49

4.8 Analisa data

Analisa data adalah proses mengolah data dari hasil penelitian

untuk mendapatkan makna atau arti dari data tersebut agar dapat

disimpulkan atau diinterpretasikan menjadi informasi sehingga hasil

analisa data dapat dijadikan bahan sebagai pengambilan keputusan

(Hidayat, 2018).

4.8.1 Analisa deskriptif

Analisa deskriptif dilakukan untuk mendiskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Tujuan

dari analisa deskriptif adalah untuk meringkas, mengklarifikasi, dan

menyajikan data dalam bentuk mean, median, modus, simpangan

baku dan varians (Hidayat, 2018)

4.8.2 Analisa inferensial

Analisa data merupakan suatu proses atau analisa yang

dilakukan secara sistematis terhadap data yang dikumpulkan

dengan tujuan supaya trend dan relationship bisa dideteksi

(Nursalam, 2017). Menggunakan perangkat lunak SPSS for

Windows menggunakan Uji Non Parametric test dengan uji

McNemar untuk menguji hipotesa. untuk mengukur sebelum dan

sesudah diberikan edukasi berbasis simulasi tentang resiko jatuh

lansia. Peneliti hasil probabilitas atau signifikan lebih kecil dari 0,05.

Hal itu berarti H1 diterima dan H0 ditolak atau dengan kata

lain ada Pengaruh edukasi berbasis simulasi tentang perubahan


50

perilaku keluarga dalam manajmen diet pada penderita Hipertensi

di desa wonerejo kecamatan maron Kabupaten Probolinggo.

Pengambilan keputusan hipotesa didasarkan pada:

H1 diterima jika ρ ≤α dengan α=0,05

H0 diterima jika ρ >α dengan α=0,05

4.9 Etika penelitian

Dalam penelitian kesehatan yang menjadikan manusia sebagai

objek yang diteliti harus memperhatikan hubungan antara peneliti dan

yang diteliti, yang diteliti masing-masing memiliki hak dan kewajiban

yang sama harus di akui dan dihargai oleh masing-masing pihak

(Notoatmodjo,2012).

Untuk menentukan standart atau kriteria pengambilan

keputusan persetujuan kelayakan etik atas usulan protokol penelitian

yang melibatkan manusia sebagai subjek penelitian maka Komisi Etik

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Nasional (KEPPKN)

menetapkan 7 standart universal yang harus terpenuhi dalam sebuah

protokol penelitian, berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam

melakukan penelitian (KEPPKN,2017)

4.9.1 Nilai sosial

Parameter nilai sosial adalah adanya kebaruan fenomena

(novelty) dan upaya mendiseminasikan hasil (KEPPKN, 2017).

Penelitian memiliki nilai keterbaruan karena informasi yang

didapatkan valid dari jurnal dan buku terbaru, relevansi dengan


51

masalah yang sedang menjadi fenomena kesehatan, serta berguna

dalam mempromosikan peer group terhadap efikasi diri pada

penderita hipertensi

4.10.2 Nilai Ilmiah

Suatu penelitian dapat diterima secara etis apabila berdasar pada

metode ilmiah yang valid (KEPPKN, 2017). Penelitian ini dilengkapi

dengan desain penelitian yang jelas, memberikan informasi yang valid

dan dapat berkontribusi dalam penciptaan atau evaluasi intervensi karena

di dasarkan pada penelitian-penelitian terbaru sebelumnya, Peneliti

melakukan Peer group education terhadap efikasi diri pada hipertensi

selama 1 minggu 3 kali pertemuan dengan durasi waktu 45-60 menit.

4.10.3 Pemerataan Beban Dan Manfaat

Penelitian dapat diterima secara etik apabila telah meminimalisir

dampak negatif yang mungkin terjadi dan manfaat dari penelitian lebih

besar dibandingkan risiko yang ditimbulkan (KEPPKN, 2017). Dalam

penentuan subjek penenlitian harus di dasarkan oleh pertimbangan

ilmiah, kekhususan subjek dengan menggunakan kriteria inklusi dan

eksklusi.

Dalam penentuan subjek penelitian harus di dasarkan oleh

pertimbangan ilmiah, kekhususan subjek dengan menggunakan kriteria

inklusi dan eksklusi. Prinsip keadilan menjamin bahwa semua subjek

penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama tanpa

membedakan gender, agama, etnis, dan sebagainya (Notoatmodjo,

2012).
52

Peneliti tidak membeda-bedakan antara responden satu dengan

yang lainnya, dimana semua responden akan dilakukan intervensi peer

grup education terhadap efikasi diri pasien hipertensi.

4.10.4 Potensi Resiko Dan Manfaat

Hampir semua penelitian mengikut sertakan subjek manusia yang

akan memberikan beberapa konsekuensi misalnya risiko

ketidaknyamanan, pengorbanan waktu atau biaya maka diperlukan

beberapa manfaat untuk keseimbangan penelitian (KEPPKN, 2017).

Sebuah penelitian harus memberikan manfaat yang maksimal

bagi masyarakat terutama bagi responden penelitian, maka peneliti

hendaknya mengurangi risiko atau dampak negatif yang merugikan

responden seperti cedera, stres dan lain sebagainya (Notoatmodjo,

2012).

Penelitian ini memiliki manfaat untuk responden dengan tujuan

mengetahui apakah ada pengaruh Peer group education terhadap efikasi

diri pada hipertensi. Apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan,

antisipasi jika ada komplikasi lanjutan dari edukasi berbasis simulasi

tentang perubahan perilaku efikasi diri, Maka peneliti berusaha

meminimalkan dampak negatif yang dapat terjadi dengan melakukan

penelitian sesuai dengan aturan dan standar operasional prosedur yang

berlaku.

4.10.5 Kerahasiaan Atau Privasi

Kerahasiaan adalah hak responden untuk tetap terjaga privasi

terkait informasi dirinya yang didapat selama peneletian berlangsung.

(Notoatmodjo, 2012).
53

peneliti tidak dibenarkan untuk menyampaikan informasi kepada

pihak lain diluar kepentingan pencapaian tujuan penelitian. Peneliti juga

menggunakan anonym (tanpa nama) untuk merahasiakan identitas

responden dan digati dengan tanda atau kode pada lembar pengumpulan

data.

4.10.6 Informed Consent (Lembar Persetujuan Menjadi Responden)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan

diteliti peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset yang dilakukan serta

dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah mengumpulkan data

(Nursalam 2017).

Pada keluarga yang memiliki penderita Hipertensi yang memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi mendapatkan lembar informed consent yang

berisi tentang tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh Peer group

Education terhadap efikasi diri pada penderita hipertensii. Selain itu,

peneliti juga menjelaskan kontrak waktu dengan responden lalu

responden dipersilahkan untuk menandatangani concent dan peneliti

tidak memaksakan responden untuk bersedia menjadi responden dalam

penelitian.

4.10.7 Bujukan

Penelitian harus dihindari dari kecurigaan atas klaim adanya

“eksploitatif” terhadap subjek yang berkaitan dengan aspek manfaat dan

bahaya (benefit and harm) kerentanan (vulnerability) dan persetujuan

(consent). Secara etis penelitian dapat diterima apabila peneliti mengganti

biaya apapun untuk individu yang berhubungan dengan keikutsertaan

dalam penelitian, termasuk biaya transport, pengasuhan anak (child


54

care), kehilangan penghasilan saat mengikuti penelitian dan mengganti

waktu yang dipakai saat mengikuti penelitian (KEPPKN, 2017).

Pada penelitian ini responden akan diberikan komsumsi yang

akan diberikan setiap pertemuan dalam 1 minggu ketika efikasi diri, di ahir

pertemuan akan di berikan berupa souvenir.

.
BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian dengan judul “Pengaruh

Peer group education terhadap efikasi diri pasien hipertensi di Desa

Wonerejo Kecamatan Maron Kabupaten probolinggo”. Penellitian ini di mulai

27 juni -11 juli 2021. Unutuk mendapatkan kan data penelitian di desa

wonorejo kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo. Unutuk mendata pasien

yang memililiki Hipertensi dan penurunan efikasi diri pada tanggal 26 juni

dengan meggunakan accidental sampling dengan berjumlah 44 responden.

Sebelum responden di beri penjelasan akan maksud dantujuan dari

peneliti kemudian peneliti memberikan lembar persetujan menjadi responden

untuk di tanda tangani. Jika responden meyetujui dalam pengumpulan data

peneliti melakukan observasi pada efikasi diri pasien hipertensi. selanjutnya

terkumpul di tabulasi dan selanjutnya di presentasi sehingga menghasikan

suatu kesimpulan.

5.1.1 Gambaran Umum Hasil Lokasi Penelitian

Tempat penelitian di Desa Wonorejo Kecamatan Maron

Kabupaten Probolinggo.
56

5.1.2 Data Umum

1. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin

Tabel 5.1 Distribusi responden penelitian berdasarkan jenis


kelaminpada pasien hipertensi yng mengalami efikasi diri
di Desa Wonorejo Kecamatan Maron Kabupaten
Probolinngo pada bulan juni-juli 2021
Jenis Kelamin Frekuesi(f) Presentasi(%)
Laki-laki 15 34%
Perempuan 29 66%
Total 44 100%
Berdasarkan tabel 5.1.1 Berdasarkan tabel 5.1 diatas didapatkan

bahwa jenis kelamin laki-laki sebanyak 15 responden (34%), sedangkan

jenis kelamin perempuan sebanyak 29 responden (66%).

2. Karakteristik responden berdasarkan usia

Tabel 5.2 Distribusi responden penelitian berdasarkan usia pada


pasien hipertensi yang memiliki efikasi diri di Desa
Wonorejo Kecamatan Maron Kabuapaten Probolinggo
Usia Frekuensi(f) Presentase(%)
32-36 8 18,1%
37-41 10 22,7%
42-46 4 9,0%
47-51 10 22,7%
52-56 12 27,2%
Total 44 100%

Berdasarkan tabel 5.2 di atas di dapatkan bahwa usia 32 – 36

tahun sebanyak 8 responden (18,1%), usia 37 – 41 tahun sebanyak 10

responden (22,7%), usia 42-46 tahun sebanyak 12 responden (27,2%),

usia 47-51 tahun sebanyak 10 responden (22,7%),usia 52-56 tahun

sebanyak 4 responden (9,0%)


57

3. Karakteristik berdasarakan pendidikan terakhir

Tabel 5.3 Distribusi responden penelitian berdasarkan


pendidikan terakhir pasien hipertensi yng memiliki efikasi
diri di Desa Wonorejo Kecamatan Maron Kabupaten
Probolinggo
Tingkat Pendidikan Frekuensi (F) Prosentase (%)
Tidak sekolah 11 25%
SD 16 36,3%
SMP 10 22,7%
SMA 5 11,3%
Perguruan tinggi 2 4,5%
Total 44 100%

Berdasarkan tabel 5.3 diatas di dapatkan bahwa tingkat

pendidikan tidak sekolah sebanyak 11 responden (25%). SD sebanyak 16

responden (36,3%), SMP sebanyak 10 responden (22,7%), SMA 5

responden (11,3%), perguruan tinggi sebanyak 2 responden (4,5%).

5.1.3 Data khusus

1. Nilai fikasi diri sebelum dilakukan Peer group education terhadap

efikasi diri pasien hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan Maron

Kabupaten Probolinggo.

Tabel 5.4 Distribusiresponden penelitian berdasarkan nilai efikasi


diri pasien hipertensi sebelum dilakukan Pengaruh peer
group education terhadap pasien hipertensi di Desa
Wonorejo Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo
pada bulan juni-juli
Nilai efikasi diri Frekuensi(f) Persentase(%)
Tinggi 8 18,1%
Sedang 12 27,2%
Rendah 24 54,5%
Total 44 100%

Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan nilai efikasi diri pasien

hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo

sebelum dilakukan pengaruh peer group eduaction terhadap efikasi diri

pasien hipertensi. Didapatkan nilai efikasi diri tinggi sebanyak 8


58

responden (18,1%), nilai efikasi diri sedang sebanyak 12 responden

(27,2%), nilai efikasi diri rendah sebanyak 23 responden (52,2%).

2. Nilai Efikasi diri sesudah dilakukan peer group eduactioan

terhadap efikasi pasien hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan

Maron Kabupaten Probolinggo.

Tabel 5.5 Distribusi responden penelitian berdasarkan nilai


efikasi diri pasien hipertensi setelah dilakukan
pengaruh peer group education terhadap pasien
hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan Maron
Kabupaten Probolinggo pada bulan Juni-Juli 2021

Nilai efikasi diri Frekuensi(f) Persentase%


Tinggi 26 59,%
Sedang 12 27,2%
Rendah 6 13,6%
Total 44 100%
T

Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan nilai efikasi diri pasien

hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo

sesudah dilakukan pengaruh peer group eduaction terhadap efikasi diri

pasie hipertensi. Didapatkan nilai efikasi diri tinggi sebanyak 26

responden (59%). Nilai efikasi diri sedang sebanyak 12 responden

(27,2%), nilai efikasi diri rendah sebanyak 6 (13,6%).


59

5.2 Analisa data

Pengaruh peer group educatiaon terhadap efikasi diri pasien hipertensi

di Desa Wonorejo Kecamatan Maraon Kabupaten Probolinggo

Tabel 5.6 Distrbusi uji wilcoxon dari observasi nilai efikasi pasien
hipertensi sebelum dilakukan pengaruh pengaruh Peer
group education terhadap pasien hipertensi di Desa
Wonorejo Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo pada
bulan juni-juli 2021
Pre * Post Crosstabulation
Count
Post Total
Tinggi Sedang Rendah
tinggi 8 0 0 8
Pre sedang 6 3 3 12
rendah 12 9 3 24
Total 26 12 6 44

Berdasarkan tabel 5.6. didapatkan nilai efikasi diri sebelum dialkukan

peer group education didapatkan efikasi diri rendah sebanyak 24

responden,.sedangkan setelah dilakukan peer group education didapatkan

efikasi diri dengan kategori efikasi diri tinggi menjadi sebanyak 12 reponden,

kategori efikasi diri sedang 9 responden, kategori efikasi diri rendah 3

responden. Nilai efikasi diri sebelum dilakukan peer group education dengan

kategori efikasi diri sedang sebanyak 12 responden, setelah dilakukan peer

group education nilai efikasi diri sedang menjadi tinggi sebanyak 6

responden, kategori efikasi sedang menjadi 3 responden, kategori efikasi diri

rendah 3 responden. Nilai efikasi diri sebelum dilakukan peer group

education kategori tinggi sebanyak 8 responden, sedangkan setelah

dilakukan peer group education, nilai efikasi diri kategori tinggi menjadi 8

responden, kategori efikasi diri sedang 0 responden, kategori efikasi diri

rendah 0 responden.
60

Test Statisticsb

Postes – Pretes
Z -4.343a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Berdasarkan hasil diatas menunjukkan bahwa hasil pengukuranhasil

uji statistic yang dilakukan oleh penelitidenagn menggunakan uji wilcoxon

pada perderita hipertensi yang memiliki penurunan efikasi diri Desa

Wonorejo Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo dengan jumlah 44

responden,menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki nilai

efikasi diri lebih tinggi dari sebelumnya dan nilai sig. (2 tailed) adalah 0,000.

Hasil analisa data didapatkan p = 0,000 sehingga p = 0.000 < α = 0,05. Dari

hasil analisa tersebut dapat disimpulkan H1 diterima artinya ada pengaruh

peer group education terhadap efikasi diri pasien hipertensi di Desa

Wonorejo Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo.


BAB 6

PEMBAHASAN

6.1 Interpretasi Dan Diskusi Hasil

Pada bab ini akan menguraikan pembahasan mengenai hasil

penelitian tentang Pengaruh peer group education terhadap efikasi diri pasien

hipertensi di Desa Wonerejo Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo.

Hal-hal yang akan dibahas meliputi pengukuran efikasi diri sebelum

di berikan, peer group education terhadap efikasi diri pasien hipertensi di

Desa Wonerejo Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo. pengukuran

efikasi diri sesudahdi berikan, peer group education terhadap efikasi diri

pasien hipertensi di Desa Wonerejo Kecamatan Maron Kabupaten

Probolinggo. dan menganalisis Pengaruh peer group education terhadap

efikasi diri pasien hipertensi di Desa Wonerejo Kecamatan Maron Kabupaten

Probolinggo

6.1.1 Pengukuran efikasi diri sebelum di berikan, peer group education

terhadap efikasi diri pasien hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan

Maron Kabupaten Probolinggo

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan setiap 3 kali dalam 1

minggu selama 2 minggu yaitu dari tanggal 27 juni – 11 juli 2021

didapatkan data yang bersedia menjadi responden adalah 44 responden.

Dari hasil analisis tabel 5.5, didapatkan nilai efikasi diri di desa

wonorejo kecamatan maron kabupaten Probolinggo sebelum dilakukan

peer grup education di dapatkan nilai efikasi diri tergolong tinggi yaitu 18
62

responden (18,1%), sedangkan efikasi tergolong sedang yaitu 12

responden (27,2%).

Sedangkan efikasi tergolong rendah yaitu 23 responden (52,2%).

Efikasi Diri atau kepercayaan diri merupakan hal yang paling berharga

pada diri individu dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini disebabkan

karena dengan kepercayaan diri, seseorang mampu mengaktualisasikan

segala potensi dirinya Kepercayaan diri seseorang adalah sebuah

didasari dengan rasa semangat dan mengesankan pada diri individu

untuk menunjukkan adanya harga diri, penghargaan terhadap diri, serta

bagaimana seseorang memahami dirinya sendiri (Pangestu, 2020).

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden

memiliki tingkat Pendidikan tidak sekolah, hal ini dapat mempengaruhi

efikasi diri responden.

Pada penderita hipertensi dengan Pengetahuan atau Pendidikan

rendah terkadang kemauan untuk menggali informasi terkait penyakitnya

berkurang, sehingga penderita kurang memahami tentang penyakit yang

sedang dideritanya. Kurangnya pengetahuan dapat menyebabkan muncul

efikasi diri yang rendah terhadap individu.

Hal ini juga di dukung oleh teori Bandura dalam sanjaya (2015)

yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan sangat berpengaruh

terhadap efikasi diri yang tinggi sehingga dapat proses berfikir yang dapat

meningkatkan atau mempengaruhi performance untuk menciptakan

kontrol terhadap hal hal yang mempengaruhi hidupnya dan meningkatkan

kesembuhan terhadap penyakitnya.


63

Menurut pendapat peneliti menyatakan bahwa efikasi diri pada

pasien hipertensi dapat mengubah keyakinan dan perilaku terhadap

kemampuannya untuk menghasilkan tindakan yang ingin dicapai dan

mempunyai pengaruh pada kehidupan mereka dalam meningkat

kesembuhan terhadap penyakitnya

6.1.2 Pengukuran efikasi diri setelah di berikan, peer group education

terhadap efikasi diri pasien hipertensi di Desa Wonerejo Kecamatan

Maron Kabupaten Probolinggo

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.7 diatas, menunjukkan

bahwa sesudah diberikan peeer group education dengan nilai efikasi diri

tergolong tinggi yaitu 26 responden (59%),nilai efikasi diri tergolong

sedang yaitu 12 responden (27,2%), dan nilai efikasi diri tergolong rendah

yaitu 6 responden (13,6%).

Peer group merupakan suatu proses komunikasi, informasi dan

edukasi yang dilakukan oleh dan untuk kalangan yang sebaya yaitu

kalangan satu kelompok, dapat berarti satu kelompok sebaya pelajar,

kelompok mahasiswa, sesama rekan kerja, sesama profesi dan jenis

kelamin (Lutfiani, 2011).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Andika

(2019) yang menyatakan bahwa dalam kelompok teman sebaya (peer

group) akan memungkinkan individu untuk saling berinteraksi, bergaul

dan memberikan semangat dan motivasi terhadap teman sebaya yang

lain secara emosional. Adanya ikatan secara emosional dalam kehidupan

peer group akan mendatangkan berbagai manfaat dan pegaruh yang

besar bagi individu yang berada dalam kelompok tersebut.


64

Berdasarkan karakteristik responden menurut jenis kelamin pada

tabel 5.1 menunjukkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin

perempuan yaitu 29 responden (66%) yang merupakan faktor resiko

terjadinya efikasi diri.

Peneliti mengungkapkan bahwa efikasi diri yang terjadi

pada penderita hipertensi dengan jenis kelamin perempuan ini

dikarenakan pada perempuan cenderung mempunyai poala makan yang

tidak teratur dan juga di pengaruhi oleh hormon estrogent yang mampu

menigkatkan produksi anti oksidani, sehingga dapat menyebabkan

terjadinya hipertensi Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Lingga (2018) yang berpendapat bahwa lakilaki biasanya

cenderung memiliki efikasi diri yang rendah daripada perempuan hal

tersebut karena kebanyakan responden merupakan pasien lama yang

sudah lama terpapar penyuluhan tentang hiprtensi karena untuk

menentukan tindakan atau keyakinan pasien di dasari oleh pengetahuan.

6.1.3 Analisis Pengaruh peer group education terhadap efikasi diri pasien

hipertensi di Desa Wonerejo Kecamatan Maron Kabupaten

Probolinggo

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh

peer group education terhadap efikasi diri pasien hipertensi di Desa

Wonerejo Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggodari hasil uji statistik

dengan menggunakan uji analisis wilcoxon Test SPSS dengan jumlah

44 responden, menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki

nilai efikasi diri tinggi dari sebelumnya dan nilai Sig.(2 tailed) adalah

0.000. Hasil analisa didapatkan = 0,000 sehingga  = 0,000 < α = 0,05.


65

Hasil penelitian ini menguatkan pendapat Bandura (2019) yang

mengatakan bahwa orang yang memiliki efikasi diri tinggi mempunyai

keyakinan mampu berperilaku tertentu untuk mencapai hasil yang

diinginkan. Orang-orang yang mempunyai efikasi diri tinggi juga lebih giat

dan lebih tekun dalam berusaha dan mengatasi kesulitan, serta

mengerahkan tenaga yang lebih besar untuk mengatasi tantangan.

Sedangkan orang yang mempunyai efikasi diri rendah cenderung

mengurangi usahanya atau menyerah ketika dihadapkan pada suatu

permasalahan, namun berdasarkan tabel 5.6 setelah diberikan peer

group ada 6 responden yang masih mengalami efikasi diri yang rendah

antara lain 3 responden disebabkan karena faktor usia, 3 responden

karena faktor tingkat pendidikan.

Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Tantri (2019) yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara faktor usia

dengan terkontrolnya tekanan darah pasien hipertensi. Faktor usia

berpengaruh pada efikasi diri pada pasien hipertensi, terutama yang lebih

tua cenderung memiliki rentang waktu dan pengalaman yang lebih

banyak dalam mengatasi suatu hal yang terjadi jika dibanding dengan

individu yang lebih muda, pada pasien yang lebih tua akan lebih mampu

dalam mengatasi persoalan-persoalan tentang masalah kesehatan, dan

biasanya usia lebih tua memiliki efikasi diri yang tinggi. Selain itu, Hal ini

juga di dukung oleh teori Bandura dalam sanjaya (2015) yang

menyatakan bahwa tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap

efikasi diri yang sehingga dapat proses berfikir yang dapat meningkatkan
66

atau mempengaruhi performance untuk menciptakan kontrol terhadap hal

hal yang mempengaruhi hidupnya dan meningkatkan kesembuhan

6.2 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian merupakan bagian riset keperawatan yang

menjelaskan keterbatasan dalam penulisan riset, dalam setiap penulisan

pasti mempunyai kelemahan-kelemahan yang ada, kelemahan tersebut

ditulis dalam keterbatasan (Hidayat, Alimul Aziz, 2018).

Keterbatasan peneliti yang didapat pada saat penelitian yaitu:

1. Responden kebanyakan datang terlambat dari waktu yang ditentukan

sehingga dapat menghambat proses penelitian

2. Bagi pasien yang tidak sekolah, pasien butuh bantuan untuk dijelaskan

mengenai kuisioner.

6.3 Implikasi Terhadap Pelayanan, Pendidikan Dan Kesehatan

6.3.1 Pelayanan

Pemberian peer group education merupakan pemberian

pendidikan kesehatan dengan pengembangan sesuai trend issue saat ini.

Peer group education ini dapat digunakan dalam pelayanan kesehatan

khususnya pada pasien hipertensi dalam mengurangi efikasi diri yang

dialami oleh pasien. Peer group ini bisa diterapkan sebagai intervensi

keperawatan mandiri yang dapat dilakukan oleh perawat. Peer group ini

dapat memberikan dampak positif pada pasien hipertensi dalam

mengatasi efikasi diri, sehingga dapat memberikan manfaat kepada

pasien untuk meningkatkan efikasi pasien hipertensi.


67

6.3.2 Pendidikan

Intervensi peer group yang dilakukan secara mandiri, termasuk

pemberian pendidikan kesehatan dapat dilakukan dan dikembangkan

dalam pendidikan keperawatan guna memperoleh kualitas pelayanan

keperawatan secara komprehensif. Peer group dapat diberikan kepada

mahasiswa keperawatan dalam bentuk teori maupun praktik sehingga

mendukung pemberian asuhan keperawatan khususnya pada pasien

hipertensi secara komprehensif. Pemberian peer group memberikan

kesempatan kepada mahasiswa keperawatan untuk berlatih

menyampaikan informasi secara komunikatif terkait peer group pada

pasien hipertensi.

6.3.3 Kesehatan

Peer group merupakan hal utama dalam menningkatkan

pengetahuan dalam menjalani kehidupan pasien hipertensi untuk

mendukung pencapaian peran peningkatan kesehatan. Pasien hipertensi

dapat menyiapkan diri dalam mengelola efikasi diri yang dialaminya

dengan baik, sehingga tidak menimbulkan masalah atau komplikasi

penyakit yang dapat memperparah keadaan pasien tersebut dan

membantu meningkatkan derajat kesehatan pasien yang mengalami

penyakit hipertensi.
BAB 7

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa

pengaruh peer group education terhadap efikasi diri pasien hipertensi di

Desa Wonerejo Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo didapatkan

kesimpulan sebagai berikut.

1. Nilai efikasi diri pasien hipertensi di desa wonorejo kecamatan maron

kabupaten probolinggo sebelum dilakukan peer group education di

dapatkan nilai efikasi diri yaitu rendah sebanyak 23 responden (52,2%)

2. Nilai efikasi diri pasien hipertensi di desa wonorejo kecamatan maron

kabupaten probolinggo sesudah dilakukan peer group education di

dapatkan nilai efikasi diri yaitu tinggi sebanyak 26 responden (59%).

3. Ada Pengaruh peer group education terhadap efikasi diri pasien hipertesi

di Desa Wonorejo Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo ρ = 0,000 <

α = 0,05.

7.2 Saran

7.2.1 Bagi Institusi Pendidikan

Bagi institusi pendidikan terkait, diharapkan hasil penelitian ini

dapat menjadi bahan atau materi pembelajaran baik kalangan

mahasiswa, pendidikan sarjana maupun profesi, agar dapat juga

diterapkannya Pengaruh peergroup education terhadap efikasi diri pasien

hipertesi di Desa Wonorejo Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo.


69

7.2.2 Bagi Profesi Perawat

Bagi profesi keperawatan diharapkan untuk mengaplikasikan

penatalaksnaan menangani. Pengaruh peergroup education terhadap

efikasi diri pasien hipertesi di Desa Wonorejo Kecamatan Maron

Kabupaten Probolinggo. Supaya kepercayaan pasien untuk sembuh

menjadi meningkat

7.2.3 Bagi Lahan Penelitian

Diharapkan mampu menerapkan penatalaksanaan peningkatan

efikasi diri dengan baik tidak hanya komitmen pribadi supaya peer group

ini bisa diterapkan kepada pasien hipertensi yang mengalami efikasi diri

seperti puskesmas dan perawat desa membuat program untuk melatih

keyakinan pasien.

7.2.4 Bagi Responden

Diharapkan pasien hipertensi dapat mengikuti program-program

yang diberikan puskesmas dan perawat desa. Aktif dalam mengetahui

informasi mengenai perkembangan kesehatannya, saling terbuka,

mengikuti arahan yang diberikan untuk menangani efikasi diri yang

dirasakan, dan konsultasikan kepada pihak puskesmas atau perawat

desa jika ada hal yang aneh pada diri sendiri, ataupun keluarga yang

lain.

7.2.5 Bagi Peneliti

1. Menambah pemahaman tentang Pengaruh peer group education

terhadap efikasi diri pasien hipertesi di Desa Wonorejo Kecamatan

Maron Kabupaten Probolinggo.


70

2. Merupakan kegiatan belajar untuk menuangkan pengetahuan serta

mempraktikkan ilmu yang telah didapat di bangku perkuliahan.

3. Memperoleh pengalaman dan pengetahuan praktis yang mendukung

pengetahuan teoritis yang didapat melalui penelitian serta melatih

keterampilan dalam menulis karya ilmiah.

7.2.6 Bagi Peneliti Selanjutnya

Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan memperhatikan faktor

lain efikasi diri pasien hipertensi seperti memiliki penyakit kronik lainnya,

dan peneliti hanya memberikan waktu 30 menit, dalam satu kali

pertemuan, untuk penelitian selanjutnya agar menambah durasi waktu

yang lebih lama. Karena hal tersebut sangat mempengaruhi dalam ke

efektifan peer group education.


DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah R., Marettih A., Wahyudi H. 2012. Validitas Konstruk Instrumen


General Self Efficacy Scale Versi Indonesia. Riau. Jurnal Psikologi, Volume
15 Nomor 1

Aulia 2017. Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice. 7th ed.
Jakarta: EGC; 2010.

Aziz 2016 P., Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. 7.Volume 3. Renata
Komalasari D, editor. Jakarta: EGC; 2010.

Bumi 2017 BS, Collins K, dkk. 2016. Day time sleep iness and night time sleep
quality across the full spectrum of cognitive presentation sines sential
tremor. Elsevier http://dx.doi.org/10.1016/j.jns.2016.10.006

Geni de Trujillo E, Seepold R, dkk. 2018. classification set applied in sleep


tracking Position recognition algorithm using a two-stage pattern
classification set applied in sleep tracking. Procedia Computer Science.

Gufron 2018 Rizema P. Tips sehat dengan pola tidur tepat dan cerdas.
Yogyakarta: buku biru; 2011.

Fauzi 2018, A.C;Hall J. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 12th ed. Jakarta: EGC;
2014. Depok. J Keperawatan Indones. 2015;18:149–56.
Wartonah;Tarwoto. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan.
5th ed. Jakarta: Salemba Medika; 2015
Ferri, F. F. 2017. Ferri's Clinical Advisor 2017: 5 Books in 1. Philadelphia:
Elsevier, Inc.

Lutfiani. 2017. Hubungan efikasi diri Lansia Dengan Tingkat Kekambuhan Pada
Pasien Hipertensi. Di Klinik Dhanang Husada Sukoharjo
Notoatmodjo, Sukidjo. 2011. Metodologi Riset Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam. 2017. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

Nuranif, S. dkk, 2016, Asuhan Keperawatan pada Pasien Hipertensi,


Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Raamadhani dkk. 2019. The effect of meditative movement on sleep quality:A


systematic review. Sleep Medicine Reviews 30(2016)43e52.
http://dx.doi.org/10.1016/j.smrv.2015.12.001

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2018. Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan Kementrian RI.
72

Riska 2012 C. 2012. Several Factors Related To Quality Of Sleep On The


Students Of The Faculty Of Public Health University Of Diponegoro In
Semarang. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT.
http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Rubin Anildhah. 2016. Hubungan Kualitas Tidur dengan Migren pada Mahasiswa
Angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
www.balesio.com

Setiati C., Sujati H., Herwin. 2015. Pengaruh self efficacy dan pengasuhan
orangtua terhadap kepercayaan diri siswa. Yogyakarta. FOUNDASIA,
11(1), 35-42.

Tresna 2020 Chilyatiz, Faiza Kartika. 2018. Pengaruh Kompres Hangat


Terhadap Penurunan Nyeri Pada Penderita Penyakit Artritis Gout.
Surabaya. jurnal ners dan kebidanan.

Hidayat A, Aziz A. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan


Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2013.

Hidayat, Alimul, Aziz. 2018 Metodologi Penelitian Keperawatan Dan


Kesehatan.Jakarta : Salemba Medika.

Yuliati M., G., 2020. Hubungan self efficacy siswa SMP dengan kemampuan
pemecahan masalah matematis. Majalengka. Jurnal THEOREMS.

World Health Organization. A Global Brief on Hypertension: Silent Killer, Global


Public Health Crises. Geneva: WHO; 2018

Wulandari 2019 R. Karakteristik Subjektif Tidur Klien Rawat Inap Dewasa Di


Rumah Sakit X
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
PENGANTAR KUISIONER

Judul Penelitian : Pengaruh Peer Group Education terhadap


Efikasi diri pasien Hipertensi di Desa Wonorejo
Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo
Peneliti : Ahmad Nurul Fahrusi
Pembimbing : 1) Ainul Yakin Salam, S.Kep.Ns.,M.Kep
2) Achmad Kusyairi, S.Kep.Ns.,M.Kep
Responden yang terhormat,
Saya adalah mahasiswa semester akhir pada Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKES Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong
Probolinggo. Dalam rangka menyelesaikan tugas skripsi saya bermaksud
mengadakan penelitian dengan judul ” Pengaruh Peer Group Education
Terhadap Efikasi Diri Pasien Hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan
Maron Kabupaten probolinggo” Saya berkeyakinan bahwa penelitian ini
memberi manfaat yang luas, baik bagi institusi, mahasiswa maupun
masyarakat pada umumnya.
Apabila saudara bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian
saya, silahkan menandatangani persetujuan untuk menjadi obyek
penelitian.
Atas kesediaan dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

Probolinggo, 03 April 2021


Mengetahui,

Pembimbing I Peneliti

Ainul Yakin salam, S,Kep.Ns.M.Kep Ahmad Nurul Fahrusi


NIDN. 0711108083 NIM: 14201.09.17002
Lampiran 6

PERNYATAAN TELAH MELAKSANAKAN

INFORMED CONSENT

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Ahmad Nurul Fahrusi


NIM : 14201.09.17002
Prodi : Sarjana Keperawatan

Menyatakan bahwa saya telah melaksanakan proses pengambilan data


penelitian sesuai dengan yang disetujui pembimbing dan telah
memperoleh pernyataan kesedian dan persetujuan responden sebagai
sumber data.

Probolinggo, 03 April 2021

Mengetahui,

Tim Etika Penelitian Yang membuat Pernyataan

( ) Ahmad Nurul Fahrusi


NIM.14201.09.17002
Lampiran 7

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Saya telah mendapatkan penjelasan dengan baik mengenai tujuan


dan manfaat penelitian yang berjudul ” Pengaruh Peer Group Education
Terhadap Efikasi Diri Pasien Hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan
Maron Kabupaten probolinggo” Saya mengerti bahwa catatan mengenai
data penelitian akan dirahasiakan, dan kerahasiaan ini akan dijamin.
Informasi mengenai identitas saya tidak akan ditulis pada instrumen
penelitian dan akan disimpan dengan sebaik-baiknya.
Saya mengerti bahwa saya berhak menolak untuk berperan serta
dalam penelitian ini atau mengundurkan diri dari penelitian ini setiap saat
tanpa adanya sanksi atau kehilangan hak-hak saya.
Saya telah diberi kesempatan untuk bertanya mengenai penelitian ini
atau mengenai peran serta saya dalam penelitian dan telah mendapatkan
keterangan dari peneliti dengan memuaskan. Saya secara sukarela dan
sadar bersedia menjadi responden penelitian dengan mendatangani.

Probolinggo, 03 April 2021


Peneliti Responden

( ) ( )

Saksi I Saksi II

( ) ( )
Lampiran 8

KISI-KISI KUISIONER
1. Kisi-kisi Soal
Variabel Jumlah
Indikator Nomor Soal
Independent Soal
Efikasi Diri 1. Kognitif
2. Motivasi
15 1-15
3. Afektif
4. Selektif

Sangat tidak yakin : 1-15


Tidak yakin : 16-30
Yakin : 31-45
Sangat Yakin :46-60
Lampiran 9
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

A. IDENTITAS PEMBELAJARAN
Pokok Bahasan : Penderita Hipertensi
Hari, tanggal : Juni 2021
Waktu : 08.00 WIB – 09.00 WIB
Pertemuan : ke-1
Sasaran : Pasien hipertensi
Penyuluh : Ahmad Nurul Fahrusi

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah menyelesaikan penyuluhan, Responden mampu memahami
hipertensi.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan, Responden diharapkan mampu :
a. Memahami pengertian hipertensi
b. Memahami tanda dan gejala hipertensi
c. Mengerti cara pencegahan hipertensi
d. Memahami cara pengaturan makanan sehat untuk penderita hipertensi
C. POKOK BAHASAN
Penanganan Untuk Penderita Hipertensi

D. SUB POKOK BAHASAN


1. Menjelaskan pengertian hipertensi
2. Menjelaskan penyebab hipertensi
3. Menjelaskan tanda dan gejala hipertensi
4. Menjelaskan cara pencegahan hipertensi
5. Menjelaskan pengaturan makanan untuk penderita hipertensi
6. Mendemonstrasikan cara membuat jus mentimun secara tradisional
E. METODE
Ceramah

F. MEDIA
Flipchart

G. SETTING TEMPAT
Flipchart

Keterangan :
: Penyaji
: Audiens

H. KEGIATAN PENYULUHAN
MEDIA
KEGIATAN KEGIATAN
TAHAP DAN METODE
PENGAJAR MAHASISWA
ALAT
Pendahuluan 1. Memberi salam Menjawab salam Ceramah
(5 menit) 2. Mengenalkan diri Memperhatikan Ceramah
3. Menjelaskan maksud Memperhatikan Ceramah
dan tujuan
4. Kontrak waktu Memperhatikan Ceramah
5. Menanyakan pendapat Memperhatikan Ceramah
responden tentang Menjawab dan Tanya
Hipertensi memberikan jawab
sumbang saran
Penyajian 1. Menjelaskan kepada Memperhatikan Flipchart Ceramah
(15 menit) tentang responden
pengertian hipertensi
2. Menjelaskan tentang Memperhatikan Flipchart Ceramah
penyebab hipertensi
3. Menjelaskan tanda Memperhatikan Flipchart Ceramah
gejala hipertensi
4. Menjelaskan Flipchart Ceramah
pencegahan hipertensi
5. Menjelaskan cara
pengaturan makanan Flipchart Ceramah
untuk penderita
hipertensi
6. Mendemonstrasikan
cara membuat jus Mendemo
mentimun secara nstrasikan
tradisional
Penutup 1. Memberi kesempatan Bertanya 1. Ceramah
(2 menit) kepada keluarga
responden untuk
bertanya Memperhatikan
2. Memberi motivasi
kepada keluarga
responden untuk 2. Ceramah
selalu taat dengan diet
untuk penderita
hipertensi yang Memperhatikan 3. Ceramah
dianjurkan
3. Menyampaikan terima
kasih kepada Menjawab salam
responden
4. Menutup pertemuan
dengan salam.

I. EVALUASI
1. Struktur
- Membuat satuan acara pembelajaran
- Menyiapkan media
2. Proses
- Responden memperhatian saat penkes.
- Responden aktif bertanya.
- Responden mampu mengulangi materi yang disampaikan.
3. Hasil
Responden dapat menjelaskan kembali tentang hipertensi dan cara
pengaturan makanan untuk penderita hipertensi

Lampiran 10
LEMBAR KUISIONER
Pengaruh Peer Education terhadap Efikasi diri pasien Hipertensi

1. Petunjuk Pengisian
a. Isilah kuisioner ini dengan lengkap sesuai pertanyaan dalam
kuisioner
b. Jawablah dan berilah tanda centang (√) pada kolom yang tersedia
dan pilihlah satu jawaban sesuai dengan keadaan sebenarnya
c. Apabila ada kesulitan atau hal yang kurang jelas, anda
diperbolehkan bertanya kepada peneliti
d. Diharapkan untuk menjawab seluruh pertanyaan yang ada dengan
jujur dan sesuai dengan kondisi sebenarnya
2. Identitas Responden
a. Nama Responden :
b. Usia :
c. Jenis Kelamin :
d. Pekerjaan :
e. Status Perkawinan :
f. Riwayat Keturunan HT dalam Keluarga :
g. Lama menderita HT :

Kuesioner self efficacy


Berikut tanda check list (v) pada kolom sesuai tanggapan anda.
1. Petunjuk pengisian :
SS : bila anda sangat setuju
S : bila anda setuju
TS : bila anda tidak setuju
STS : bila anda sangat tidak setuju
2. Karena jawaban diharapkan sesuai dengan pendapat anda sendiri
maka tidak ada jawaban yang dianggap salah
3. Mohon diteliti ulang agar tidak ada salahan dalam memilih
4. Apabila pertanyaan kurang dimengerti harap ditanyakan pada peneliti

NO PERTANYAAN SIKAP

SS S TS STS
Kognitif
1 Penyakit yang saya derita
adalah cobaan yang bisa
saya lalui
2 Gaya hidup yang buruk
rentan terhadap penyakit
hipertensi
3 Saya mampu melakukan
sesuatu untuk mencegah
hipertensi supaya tidak
lebih parah
4 Saya kurang mampu
mengenali tanda dan gejala
hipertensi sebagai penyakit
yang menular
Motivasi
5 Penyakit hipertensi tidak
dapat disembuhkan
6 Jika seseorang
menghambat pengobatan
saya, saya akan mencari
cara dan jalan untuk
melakukannya
7 Dukungan keluarga pada
penderita hipertensi tidak
mampu meningkatkan
semangat untuk sembuh

Afektif
8 Untuk menghilangkan
kejenuhan selama sakit
selalu berusaha
mendekatkan diri kepada
tuhan YME
9 dengan keluarga, atau
orang terdekat tidak
menjadi langkah yang baik
selama menderita sakit
hipertensi untuk Selalu
berbagai rasa
10 Saya mempunyai
pemecahan dalam setiap
masalah

11 Dalam kejadian tak terduga


saya kira saya daapat
menanganinya dengan baik
Selektif
12 Mengkonsumsi makanan
yang mengandung lemak,
seperti gorengan, dan
makanan yang bersantan
perlu dilakukan oleh
penderita hipertensi
13 Menjalankan terapi secara
maksimal sesuai dengan
perintah tenaga medis
14 Melakukan Kontrol tekanan
darah secara rutin
sehingga berpengaruh
terhadap hipertensi
15 untuk melakukan tindakan
sesuai dengan kemampuan
saya saat ini Berusaha

Lampiran 11

MASTER TABEL

Skor sebelum efikasi diri


tnd 41 sd 3 1
ny h 32 sd 2 1
tn d 45 sma 1 1
ny b 46 sd 3 2
tnk 50 tidak sekolah 3 1
ny s 45 sd 3 1
ny a 33 smp 2 2
ny d 37 smp 2 2
tn b 47 sd 3 1
ny t 39 smp 2 1
ny m 52 tidak sekolah 3 2
ny g 34 smp 2 2
tn r 53 sd 3 2
ny s 46 pt 1 1
tnf 54 tidak sekolah 3 2
tnh 36 sma 1 1
ny m 44 sd 3 2
ny d 40 sd 2 1
tnh 52 tidak sekolah 3 2
ny s 32 smp 3 1
ny y 51 tidak sekolah 3 3
nyd 39 sma 1 1
tn r 44 sd 2 3
ny e 45 sd 3 1
tnb 48 tidak sekolah 3 3
ny d 35 smp 2 1
ny j 47 tidak sekolah 3 2
ny h 44 sd 2 1
tn y 42 sd 3 2
ny a 41 pt 1 1
ny e 50 tidak sekolah 3 1
nyr 43 sd 3 1
ny d 38 smp 1 1
tnk 49 tidak sekolah 3 2
ny i 39 sma 1 1
tn c 42 sd 3 3
ny n 38 sma 3 1
nyr 48 tidak sekolah 3 1
tn b 40 smp 2 3
ny s 36 smp 2 1
ny t 47 sd 1 1
ny b 32 smp 2 3
tn k 51 tidak sekolah 3 1
ny f 45 sd 3 1

Lampiran 12
Lampiran 13

DOKUMENTASI
Lampiran 13

KEGIATAN KONSULTASI OLEH


PROOF READER

1. Nama : Ahmad Nurul Fahrusi


2. NIM : 14201.09.17002
3. Program Studi : S1 Keperawatan
4. Judul SKRIPSI : Pengaruh Peer Group Education Terhadap
Efikasi diri Pasien Hipertensi di desa Wonorejo
Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo
5. Nama Proof Reader : Eva Sulistiana, M.Pd
6. Konsultasi : Abstract English

PARAF PROOF
No TANGGAL KETERANGAN
READER

1 20 Agustus 2021 REVISI

2 22 Agustus 2021 ACC

Genggong, 21Agustus 2021


Ketua Pusat Bahasa Proof Reader,

Eva Sulistiana, M.Pd Eva Sulistiana, M.Pd

Kaprodi S 1 Keperawatan,

Shinta Wahyusari, S.Kep. Ners. M.Kep, Sp.Kep. Mat


LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Ahmad Nurul Fahrusi


NIM : 14201.09.17002
Judul Skripsi : Penagaruh Peer Group Education Terhadap Efikasi
Diri Pasien Hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan
Maron Kabupaten Probolinggo
Nama Pembimbing I : Ainul Yakin salam S.Kep.Ns.M.Kep

Hari/Tanggal BAB Konsul Saran Ttd


14 agustus 2021 5 dan 6 1. Perbaiki tabel
2. Perbaiki pembahasan
3. Perbaiki FTO

19 Agustus 2021 5, 6 7 dan 1. Perbaiki Tabel silang


abstrak
dan keterangan tabel
2. Pembahasan FTO
3. Perbaiki Abstrak
4. Kesimpulan

20 Agustus 2021 5, 6 7 dan 1. Perbaikan BAB 5


abstrak
2. acc

LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Ahmad Nurul Fahrusi


NIM : 14201.09.17002
Judul Skripsi : Penagaruh Peer Group Education Terhadap Efikasi
Diri Pasien Hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan
Maron Kabupaten Probolinggo
Nama Pembimbing II : Acmad Kusyairi, S.Kep.Ns.M.Kep

Hari/Tanggal BAB Konsul Saran Ttd


14 agustus 2021 5 dan 6 1. Perbaiki tabel
2. Perbaiki
pembahasan
3. Perbaiki FTO

19 Agustus 2021 5, 6 7 dan


abstrak
1. Perbaiki Tabel
silang dan
keterangan tabel
2. Pembahasan FTO
3. Perbaiki Abstrak
4. Kesimpulan

20 Agustus 2021 5, 6 7 dan 1. Perbaikan BAB 5


abstrak
2. acc

Anda mungkin juga menyukai