Anda di halaman 1dari 132

PENGARUH PELATIHAN SISWA PEMANTAU JENTIK TERHADAP

PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETERAMPILANNYA DI SEKOLAH

DASAR KECAMATAN PAMULANG TAHUN 2017

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat (S.K.M)

Oleh :

Ainia Nurul Aqida

NIM : 1112101000099

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H / 2017 M
i
ii
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESEHATAN LINGKUNGAN
Skripsi, Maret 2017

Ainia Nurul Aqida, NIM : 111210100009

Pengaruh Pelatihan Siswa Pemantau Jentik terhadap Pengetahuan, Sikap,


dan Keterampilannya Di Sekolah Dasar Kecamatan Pamulang Tahun 2017

xvii + 83 halaman, 4 bagan, 11 tabel, 12 lampiran

ABSTRAK

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan


lingkungan di Indonesia. Upaya yang paling tepat untuk memberantas penyakit ini
adalah dengan melakukan pemberantasan jentik nyamuk DBD dengan melibatkan
seluruh lapisan masyarakat, termasuk siswa Sekolah Dasar (SD). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan siswa pemantau jentik terhadap
pengetahuan, sikap, dan keterampilannya di SD Kecamatan Pamulang Tahun
2017. Jenis penelitian ini adalah Pre-Experimental dengan desain one group
pretest and posttest. Penelitian dilakukan pada bulan Januari dengan jumlah
sampel 4 SD yang diperoleh dengan cara purposive dan 86 orang siswa pemantau
jentik yang diperoleh dengan cara simple random sampling. Analisis dilakukan
dengan mengunakan Uji Wilcoxon.
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat peningkatan rata-rata skor
pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa pemantau jentik dengan rata-rata
sebelum pelatihan adalah 9,07; 34,23; dan 1,86; sedangkan rata-rata setelah
pelatihan menjadi 11,21; 35,1 dan 3,27. Daya serap individu dan klasikal pada
pelatihan adalah 100%. Berdasarkan uji wilcoxon diperoleh hasil yang signifikan
dengan p-value masing masing sama yaitu 0,000.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara
pelatihan siswa pemantau jentik terhadap pengetahuan, sikap, dan
keterampilannya di SD Kecamatan Pamulang tahun 2017. Dinas Kesehatan dapat
memberikan pelatihan kepada guru yang bertugas sebagai pengawas di sekolah
masing-masing dan melakukan monitoring kegiatan pemantauan jentik secara
berkala. Selajutnya, guru sebaiknya memberikan bimbingan dan pengawasan
kepada siswanya untuk melakukan pemantauan jentik seminggu sekali.

Kata Kunci : Demam Berdarah Dengue, Pemantau Jentik, Pemberantasan


DBD, Siswa SD
Daftar Bacaan : 67 (1966-2016)

iv
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH MAJOR
ENVIRONMENTAL HEALTH
Undergraduate Thesis, March 2017

Name : Ainia Nurul Aqida, NIM: 1112101000099

The Effect of Training Program on Knowledge, Attitude, and Skill of the


Monitor Larvae Students in Elementary School, Pamulang 2017

xvii + 83 pages, 4 schemes, 11 tables, 12 attachment

ABSTRACT

Dengue Hemorraghic Fever (DHF) is one of the environmental health


problems in Indonesia. The most appropriate to eradicate this disease is by
eradicate DHF mosquito larva involving the entire community, including
elementary school students. The goals of this research is knowing effect of
training program on knowledge, attitude, and skill of the monitor larvae studends
in elementary school, Pamulang 2017. Type of this research is Pre-experimental
with one group pretest and posttest. From the 23 elementary schools, there were 4
schools, who were selected by purposive sampling. Meanwhile, 86 students who
were selected by simple random sampling. Data was analysis by Wilcoxon Test.

We found that there is an increase of average score of knowledge, attitude,


and skill before their training was 9,07; 34,23; and 1,86; and after their training
was 11,21; 35,1 and 3,27. Absorption capacity of individual student and classical
on training programs was 100%. By Wilcoxon test, there was significant result
with p-value = 0,000

Therefore, it can be concluded that there is influence of training monitor


larvae student on knowledge, attitudes, and skills in elementary school, Pamulang
2017. Health Office or Primary Health Care can train teachers who served as the
school’s supervisor to supervising activities of the larva monitoring regularly.
Furthermore, teachers should provide guidance and supervision to their students
for monitoring larvae once a week

Keywords : Dengue hemorraghic fever, larva monitoring, DHF


eradication, elementary students
Refference : 67 (1966-2016)

v
RIWAYAT HIDUP

Identitas Personal
Nama : Ainia Nurul Aqida
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Jepara, 10 Februari 1993
Alamat Asal : Jambu Timur RT 33 RW 07 Mlonggo Jepara
Jawa Tengah
Nomor Telepon : 085740978220
Alamat email : ainianurulaqida@gmail.com
Program Studi : Kesehatan Masyarakat (Kesehatan Lingkungan)

Pendidikan Formal
SD : MI Raudlatut Thalibin Jambu Sari Mlonggo
Jepara Jawa Tengah Tahun Ajaran 1999 – 2005
SMP : Mts. Raudlatul Ulum Guyangan Trangkil Pati
Jawa Tengah Tahun Ajaran 2006 – 2009
SMA : MA. Raudlatul Ulum Guyangan Trangkil Pati
Jawa Tengah Tahun Ajaran 2009 – 2012
Perguruan Tinggi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 –
2017

vi
KATA PENGANTAR

‫السالم عليكن ورحمة هللا وبركاتة‬

Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin, segala puji bagi Allah SWT yang selalu

memberikan rahmat dan ridho sehingga melancarkan proses penyelesaian skripsi

ini. Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan studi strata I Kesehatan Masyarakat

dengan judul “Pengaruh Pelatihan Siswa Pemantau Jentik terhadap

Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilannya di Sekolah Dasar Kecamatan

Pamulang Tahun 2017”.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Keluarga besar, khususnya Ibunda yang tidak lelah memberikan semanat

dan dukungannya kepada penulis.

2. Ibu Dewi Utami Iriani, Ph.D dan Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku dosen

pembimbing, dimana keduanya telah bersedia membimbing dan

mengarahkan penulis hingga tersusunnya skrpsi ini.

3. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, Kepala Dinas

Pendidikan Kota Tangerang Selatan, Kepala UPT Pendidikan Kecamatan

Pamulang dan Kepala Puskesmas Benda Baru yang sudah memberikan

izin kepada penulis untuk melakukan pengambilan data di wilayah

kerjanya.

4. Kepala Sekolah SDN 01 Benda Baru, SDN 03 Benda Baru, SD Al Zahra

Indonesia, dan SD Taruna Mandiri yang sudah memberikan izin untuk

melakukan pelatihan di sekolahnya.

vii
5. Ibu Sri dari SDN 01 Benda Baru, Ibu Fitri dari SDN 03 Benda Baru, Ibu

Syifa dari SD Al Zahra Indonesia, dan Miss Dian dari SD Taruna Mandiri

yang telah membantu penulis dalam melakukan pelatihan di sekolahnya.

6. Burhanuddin Tryatmodjo, yang telah memberikan semangat untuk

menyelesaikan skripsi dan mendampingi penulis selama proses perizinan

hingga selesai

7. Keluarga Besar Pondok Pesantren Raudlaul Ulum Pati Jawa Tengah atas

dukungan dan doa yang diberikan.

8. Keluarga Besar CSSMoRA UIN Jakarta, teman seperjuangan di Program

Studi Kesehatan Masyarakat, khususnya di Peminatan Kesehatan

Lingkungan, dan Sahabat Pelangi yang selalu memberikan dukungannya.

9. Nadhira dan Yola yang telah membantu proses pengumpulan data

10. My sisters from another mother: Kak Faizatul Islamiyah, Luthfi Rofiana,

Aufa Ayuningrum, dan Zahrotul Fitri Mashudah

Permohonan maaf penulis sampaikan jika terdapat kesalahan, baik pada

tata bahasa dan penulisan pada skripsi ini. Segala kritik dan saran yang bersifat

membangun diharapakan dapat meningkatkan kualitas skripsi ini serta untuk

pembelajaran di waktu yang akan datang. Terima kasih. Semoga Allah SWT

selalu membimbing kita semua. Amiin

‫والسالم عليكن ورحمة هللا وبركاتة‬

Jakarta, Maret 2017

Penulis

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN................................... Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PENGESAHAN ................................... Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PERNYATAAN ................................... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ............................................................................................................. iv

ABSTRACT ............................................................................................................ v

RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR BAGAN................................................................................................ xv

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5

C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 5

D. Tujuan .......................................................................................................... 6

1. Tujuan Umum........................................................................................... 6

ix
2. Tujuan Khusus .......................................................................................... 6

E. Manfaat ........................................................................................................ 7

1. Manfaat Bagi Sekolah Dasar .................................................................... 7

2. Manfaat Bagi Pemerintah ......................................................................... 7

3. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya ........................................................... 7

F. Ruang Lingkup ............................................................................................. 7

BAB II ..................................................................................................................... 9

TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 9

A. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) ................................................. 9

1. Definisi ......................................................................................................... 9

2. Penyebab Penyakit Demam Berdarah .......................................................... 9

3. Siklus Penularan Demam Berdarah ........................................................... 10

B. Nyamuk Aedes Aegypti ............................................................................. 11

1. Siklus Hidup Nyamuk ............................................................................ 11

2. Ciri Ciri Nyamuk Aedes ......................................................................... 11

3. Tempat Perkembangbiakan Jentik Nyamuk ........................................... 13

4. Perilaku Nyamuk .................................................................................... 14

C. Pemberantasan Demam Berdarah Dengue ................................................. 15

1. Pemeriksaan Jentik Berkala .................................................................... 15

2. Pemberantasan Vektor Intensif............................................................... 17

3. Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD.................................................... 18

x
D. Faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Jentik Nyamuk ...................... 19

E. Pelatihan ..................................................................................................... 21

1. Pengertian Pelatihan ............................................................................... 21

2. Tujuan Pelatihan ..................................................................................... 21

3. Langkah-langkah Pelatihan .................................................................... 22

4. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Keberhasilan Pelatihan ...... 23

F. Metode Pelatihan........................................................................................ 23

G. Alat Bantu dan Media Pelatihan ................................................................ 24

H. Siswa Pemantau Jentik (wamantik) ........................................................... 25

1. Definisi Siswa Pemantau Jentik (wamantik) .......................................... 25

2. Peran dan Tanggung Jawab Wamantik .................................................. 26

3. Kegiatan Pemantauan Jentik................................................................... 27

4. Pencatatan dan Pelaporan ....................................................................... 28

I. Pengetahuan ............................................................................................... 28

J. Sikap........................................................................................................... 29

K. Keterampilan .............................................................................................. 29

L. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan

30

M. Daya Serap.............................................................................................. 32

N. Kerangka Teori........................................................................................... 35

BAB III.................................................................................................................. 38

xi
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL................................ 38

A. Kerangka Konsep ....................................................................................... 38

B. Definisi Operasional................................................................................... 38

C. Hipotesis Penelitian.................................................................................... 40

BAB IV ................................................................................................................. 41

METODE PENELITIAN ...................................................................................... 41

A. Desain Penelitian........................................................................................ 41

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 42

C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 42

1. Populasi Penelitian ................................................................................. 42

2. Besar Sampel .......................................................................................... 42

3. Sampel Penelitian ................................................................................... 45

D. Media Pelatihan.......................................................................................... 46

E. Pengumpulan Data ..................................................................................... 46

1. Sumber Data ........................................................................................... 46

2. Metode Pengambilan Data ..................................................................... 46

3. Instrumen Penelitian ............................................................................... 47

4. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ............................... 48

F. Prosedur Penelitian..................................................................................... 51

1. Pra Penelitian .......................................................................................... 51

2. Penelitian ................................................................................................ 52

xii
3. Pasca Penelitian ...................................................................................... 53

G. Pengolahan dan Analisis Data .................................................................... 53

1. Pengolahan Data ..................................................................................... 53

2. Analisis Data .......................................................................................... 54

BAB V ................................................................................................................... 56

HASIL PENELITIAN ........................................................................................... 56

A. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Wamantik Sebelum dan

Sesudah Pelatihan Wamantik di SD Kecamatan Pamulang Tahun 2017 .......... 56

B. Gambaran Daya Serap Siswa Pemantau Jentik pada Pelatihan di SD

Kecamatan Pamulang Tahun 2017 .................................................................... 57

C. Daya Serap Klasikal pada Pelatihan Siswa Pemantau Jentik di SD

Kecamatan Pamulang Tahun 2017 .................................................................... 57

D. Pengaruh Pelatihan Siswa Pemantau Jentik Terhadap Pengetahuan, Sikap

dan Keterampilannya di SD Kecamatan Pamulang Tahun 2017 ...................... 58

BAB VI ................................................................................................................. 61

PEMBAHASAN ................................................................................................... 61

A. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 61

B. Pengaruh Pelatihan terhadap Pengetahuan Siswa Pemantau Jentik di

Sekolah Dasar Kecamatan Pamulang Tahun 2017 ............................................ 61

C. Pengaruh Pelatihan terhadap Sikap Siswa Pemantau Jentik di SD

Kecamatan Pamulang Tahun 2017 .................................................................... 68

xiii
D. Pengaruh Pelatihan terhadap Keterampilan Siswa Pemantau Jentik di

Sekolah Dasar Kecamatan Pamulang Tahun 2017 ............................................ 73

BAB VII ................................................................................................................ 82

SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 82

A. SIMPULAN ............................................................................................... 82

B. SARAN ...................................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 84

LAMPIRAN .......................................................................................................... 92

xiv
DAFTAR BAGAN

Bagan 2. 1 Teori S-O-R ........................................................................................ 31

Bagan 2. 2 Kerangka Teori ................................................................................... 37

Bagan 3. 1 Kerangka Konsep Penelitian................................................................38

Bagan 4. 1 Skema penelitian one group pretest posttest design ................................41

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Daftar Sekolah di Kelurahan Benda Baru ................................................. 43

Tabel 4. 2 Daftar Sekolah Sampel Penelitian............................................................. 44

Tabel 4. 3 Tabel Jumlah Responden Tiap Sekolah .................................................... 45

Tabel 4. 4 Hasil Uji Validitas Pengetahuan PSN DBD ............................................. 49

Tabel 4. 5 Uji Validitas Sikap Siswa ......................................................................... 50

Tabel 4. 6 Uji Validitas Keterampilan Pemantauan Jentik ........................................ 50

Tabel 4. 7 Uji Reliabilitas Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa ............................ 51

Tabel 5. 1 Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan Wamantik di SD

Kecamatan Pamulang Sebelum dan Sesudah Pelatihan Tahun 2017........................56

Tabel 5. 2 Daya Serap pada Siswa Pemantau Jentik di SD Kecamatan Pamulang

Tahun 2017................................................................................................................. 57

Tabel 5. 3 Hasil Uji Normalitas Data Pada Skor Pengetahuan, Sikap, dan Praktik

Wamantik Sebelum dan Sesudah Pelatihan di SD Kecamatan Pamulang Tahun 2017

.................................................................................................................................... 59

Tabel 5. 4 Hasil Uji Wilcoxon Skor Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan

Wamantik Sebelum dan Sesudah Pelatihan di SD Kecamatan Pamulang Tahun 2017

.................................................................................................................................... 60

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ............................................................................... 92

Lampiran 2 Surat Pemberian Izin Penelitian Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan ........................................................................................................................ 96

Lampiran 3 Surat Pemberian Izin Penelitian Dinas Pendidikan Kota Tangerang

Selatan ........................................................................................................................ 97

Lampiran 4 Izin Penelitian UPT Pendidikan Pamulang ............................................ 98

Lampiran 5 Kerangka Sampel Penelitian ................................................................... 99

Lampiran 6 Slide Presentasi Pelatihan Siswa Pemantau Jentik ............................... 104

Lampiran 7 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian ................. 107

Lampiran 8 Hasil Analisis Univariat........................................................................ 110

Lampiran 9 Output Uji Normalitas Data Penelitian................................................. 112

Lampiran 10 Output Analisis Bivaiat Uji Wilcoxon ............................................... 112

Lampiran 11 Perhitungan Daya Serap Individu ....................................................... 113

Lampiran 12 Dokumentasi Kegiatan ....................................................................... 114

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kondisi lingkungan hidup di Indonesia saat ini sangat

memprihatinkan. Berbagai masalah lingkungan seperti ketersediaan air

bersih, perubahan iklim, pencemaran air, tanah, udara, banyaknya timbulan

sampah, sanitasi yang buruk, dan permukiman padat penduduk hampir terjadi

di seluruh wilayah Indonesia (KEMENLHK, 2015).

Banyaknya masalah lingkungan tersebut juga berdampak pada

masalah kesehatan masyarakat. Salah satunya adalah penyakit demam

berdarah dengue (DBD). DBD merupakan penyakit yang menular melalui

gigitan nyamuk Aedes aegypti, yang menjadi masalah kesehatan masyarakat

akibat buruknya kondisi lingkungan dan berdampak serius karena tingginya

endemisitas penyakit dan beban penyakitnya yang sangat tinggi. Tingginya

endemisitas penyakit ini membuat Indonesia menjadi negara dengan kasus

DBD tertinggi di Asia Tenggara pada tahun 2013. Beban penyakit akibat

DBD di Indonesia juga termasuk yang tertinggi di Asia Tenggara yaitu

mencapai lebih dari US$323 juta (Shepard et al., 2013).

Provinsi Banten merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan

kasus DBD yang tinggi. Incidence Rate (IR) DBD Provinsi Banten pada

tahun 2015 adalah 25,19 per 100.000 penduduk dengan Case Fatality Rate

(CFR) sebesar 1,43%. Sedangkan target IR DBD nasional adalah <49 per

100.000 penduduk dan target CFR adalah <1%. Dibandingkan dengan IR

1
DBD nasional maka IR DBD Banten memang telah melebihi target namun

CFR nya masih sangat tinggi (Kemenkes RI, 2016). Salah satu kota di

Provinsi Banten yang kejadian DBD nya sangat tinggi adalah Kota

Tangerang Selatan. Bahkan, pada tahun 2015 Kota Tangerang Selatan

menjadi kabupaten/kota dengan kejadian tertinggi di Provinsi Banten dengan

702 kasus (BPS Provinsi Banten, 2016).

Puskesmas Benda Baru merupakan salah satu Puskesmas di Kota

Tangerang Selatan yang endemis DBD dan kejadian DBD-nya tinggi. Pada

tahun 2015, kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Benda Baru adalah 40

kasus, dan naik menjadi 52 kasus pada tahun 2016 (Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan, 2016).

DBD merupakan masalah kesehatan lingkungan yang seringkali

terjadi di daerah permukiman padat penduduk, dan menular di tempat-tempat

umum. Salah satu tempat umum yang dapat menularkan DBD adalah

sekolah. Hal ini juga yang menjadi penyebab sebagian penderita DBD di

Puskesmas Benda Baru adalah anak usia sekolah dasar (SD) (Puskesmas

Benda Baru, 2016). Banyaknya siswa SD yang menjadi penderita DBD

karena sekolah merupakan tempat berkumpulnya orang yang datang dari

berbagai wilayah sehingga memungkinkan untuk terjadinya pertukaran virus

dengue (Kemenkes RI, 2010). Selain itu, waktu menggigit nyamuk Aedes

aegypti juga bertepatan dengan jam belajar mengajar di SD yaitu pada pagi

hari pukul 07.00 sampai dengan 10.00 pagi (Achmadi, 2012). Pada jam

tersebut anak-anak cenderung duduk di dalam ruang kelas dan kaki mereka

2
tersembunyi di bawah meja sehingga menjadi sasaran empuk nyamuk DBD

(Ginanjar, 2007).

Untuk mencegah penularan penyakit DBD, diperlukan suatu upaya

pencegahan yang menyeluruh untuk membentuk lingkungan yang kondusif

dan bersih dari sarang nyamuk DBD dengan melibatkan seluruh instansi

pemerintah dan semua kalangan masyarakat termasuk anak-anak. Hal ini

bukanlah hal yang mudah, sehingga perlu adanya suatu bentuk pendidikan

kesehatan kepada masyarakat agar pengetahuan, sikap, dan praktik

masyarakat terhadap upaya pencegahan penularan penyakit DBD menjadi

baik (Kemenkes RI, 2010). Hal ini diperkuat oleh sebuah studi yang

menyatakan bahwa metode promosi kesehatan merupakan cara yang paling

efektif untuk mengurangi DBD (Siregar et al., 2015).

Pelaksanaan program pencegahan penyakit DBD di daerah endemis

sangat direkomendasikan dengan upaya promosi dan pendidikan kesehatan

melalui anak sekolah pada bulan-bulan sebelum terjadinya KLB. Upaya

promosi dan pendidikan kesehatan ini dapat meningkatkan pengetahuan,

sikap, dan praktik anak sekolah sehingga anak dapat berperan aktif dalam

meningkatkan pengetahuan keluarga. Dalam sebuah studi disebutkan bahwa

keluarga yang memiliki anak usia sekolah ternyata melakukan pencegahan

2,02 kali lebih baik daripada keluarga yang tidak memiliki anak usia sekolah

(Pujiyanti et al., 2011).

Puskesmas Benda Baru mencanangkan suatu program yaitu siswa

pemantau jentik (wamantik) yang berperan sebagai juru pemantau jentik di

3
sekolah. Pembentukan dan pelatihan wamantik diharapkan dapat

meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik wamantik dalam pemantauan

jentik nyamuk. Hal ini sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa

pelatihan pencegahan DBD dapat meningkatkan pengetahuan siswa terhadap

pemantauan jentik di Surabaya (Sustini et al., 2012).

Dalam sebuah pelatihan diperlukan suatu indikator untuk mengetahui

sejauh mana pemahaman peserta terhadap materi yang disampaikan.

Indikator tersebut dinamakan daya serap, yang diukur secara individu

maupun klasikal. Pengukuran daya serap ini penting karena untuk

mengetahui siswa tersebut memiliki daya serap yang baik atau tidak. Dengan

daya serap yang baik, wamantik akan lebih mudah memahami materi yang

disampaikan dan peluang keberhasilan kegiatan pemantauan jentik di sekolah

dengan melibatkan wamantik juga semakin besar (Udhmah, 2015).

Keikutsertaan wamantik juga diharapkan dapat meningkatkan angka

bebas jentik (ABJ) di SD karena ABJ di SD yang ada di wilayah kerja

Puskesmas Benda Baru berdasarkan studi pendahuluan hanya 34,7%, masih

jauh dari target nasional yaitu ≥95%. Hal ini sesuai dengan sebuah studi yang

menyatakan bahwa keberadaan wamantik aktif berpengaruh terhadap

keberadaan jentik nyamuk di SD dan dapat meningkatkan ABJ di SD tersebut

(Andini, 2013).

Berdasarkan latar belakang endemisitas dan tingginya angka kejadian

DBD pada anak SD di Puskesmas Benda Baru, serta rendahnya ABJ di SD di

wilayah kerja Puskesmas Benda Baru, maka peneliti ingin mengetahui

4
pengaruh pelatihan siswa pemantau jentik terhadap pengetahuan, sikap, dan

keterampilannya di SD Kecamatan Pamulang tahun 2017.

B. Rumusan Masalah

Penyakit DBD merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan

yang utama di Indonesia, termasuk di Kota Tangerang Selatan. Pada tahun

2015 kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Benda Baru adalah 40 kasus

dan naik menjadi 52 kasus pada tahun 2016. Sebagian besar pasien DBD di

Puskesmas Benda Baru merupakan anak SD. Hal ini dapat dikarenakan jam

menggigit nyamuk yang bersamaan dengan jam belajar mengajar pada anak

SD. Untuk menurunkan angka kejadian tersebut, diperlukan upaya

pemberantasan vektor DBD yaitu dengan memberantas jentik nyamuk karena

kepadatan jentik nyamuk menjadi indikator kepadatan nyamuk di wilayah

tersebut.

Pemberantasan jentik nyamuk dapat dilakukan dengan pemberdayaan

siswa SD sebagai wamantik. Wamantik merupakan siswa yang dilatih untuk

melakukan pemantauan jentik di SD. Keberadaan wamantik ini diharapkan

dapat meningkatkan ABJ di SD. Dalam penelitian ini, peneliti ingin

mengetahui pengaruh pelatihan wamantik dengan pengetahuan, sikap, dan

keterampilannya di Sekolah Dasar Kecamatan Pamulang tahun 2017.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran pengetahuan, sikap dan keterampilan wamantik

sebelum dan sesudah adanya kegiatan pelatihan wamantik di SD

Kecamatan Pamulang tahun 2017?

5
2. Bagaimana gambaran daya serap individu pada pelatihan yang dilakukan

di SD Kecamatan Pamulang tahun 2017?

3. Bagaimana gambaran daya serap klasikal pada pelatihan yang dilakukan

di SD Kecamatan Pamulang tahun 2017?

4. Bagaimana pengaruh pelatihan wamantik terhadap pengetahuan, sikap,

dan keterampilannya di SD Kecamatan Pamulang tahun 2017?

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diketahuinya pengaruh pelatihan Wamantik terhadap

pengetahuan, sikap, dan keterampilannya di SD Kecamatan Pamulang

tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran pengetahuan, sikap dan keterampilan

Wamantik sebelum dan sesudah adanya kegiatan pelatihan wamantik

di SD Kecamatan Pamulang tahun 2017

b. Diketahuinya gambaran daya serap individu pada pelatihan yang

dilakukan di SD Kecamatan Pamulang tahun 2017

c. Dketahuinya gambaran daya serap klasikal pada pelatihan yang

dilakukan di SD Kecamatan Pamulang tahun 2017

d. Diketahuinya pengaruh pelatihan wamantik terhadap pengetahuan,

sikap, dan keterampilannya di SD Kecamatan Pamulang tahun 2017

6
E. Manfaat

1. Manfaat Bagi Sekolah Dasar

Kegiatan pelatihan jumantik ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan, sikap, dan keterampilan pemantauan jentik pada siswa

sehingga dapat memotivasi siswa dalam melakukan kegiatan

pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di lingkungan SD. Hal ini juga

dapat meningkatkan kerja sama tim, meningkatkan pengetahuan terhadap

penyakit DBD dan vektor penyebabnya, serta meningkatkan kepedulian

anak sekolah terhadap lingkungannya.

2. Manfaat Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pendorong dalam

pelaksanaan kegiatan jumantik pada anak sekolah dan dapat dijadikan

referensi pemegang kebijakan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut

3. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya

Manfaat bagi peneliti selanjutnya adalah sebagai pengetahuan

tentang pengaruh pelatihan jumantik terhadap pengetahuan, sikap, dan

keterampilan wamantik, dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi

untuk penelitian selanjutnya.

F. Ruang Lingkup

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain

eksperimen one group pretest posttest yang dilakukan oleh mahasiswa

jurusan Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Jakarta untuk melihat pengaruh

pelatihan jumantik siswa terhadap pengetahuan, sikap, dan keterampilan

7
wamantik di Kecamatan Pamulang pada tahun 2017. Penelitian ini

dilaksanakan karena tingginya kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Benda

Baru. Populasi penelitian adalah seluruh SD dan siswa kelas IV dan V SD di

wilayah kerja Puskesmas Benda Baru. Pengambilan data dilakukan pada

November 2016 – Februari 2017 dengan cara penyebaran angket kepada

responden menggunakan kuesioner.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

1. Definisi

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang

disebabkan oleh virus dengue dan menular melalui gigitan nyamuk yang

ditandai dengan panas (demam) dan disertai dengan perdarahan

(Kemenkes RI, 2014). Dalam referensi lain disebutkan bahwa demam

berdarah atau DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh salah satu dari

empat serotipe virus dari genus Flavivirus yang dikenal dengan virus

dengue. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan disebarkan kepada

manusia melalui nyamuk Aedes aegypti (Novel, 2011)

Dalam modul pengendalian DBD, disebutkan bahwa penyakit

DBD merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam

mendadak 2 sampai 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah,

nyeri ulu hati disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan

(petechiae, lebam, atau ruam (purpura). Kadang disertai mimisan, berak

darah, muntah darah dan kesadaran menurun (Ditjen P2PL, 2011).

2. Penyebab Penyakit Demam Berdarah

Penyebab penyakit DBD adalah virus famili Flaviviridae

dengan genus flavivirus. Terdapat empat serotipe virus yang disebut

9
dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempat serotipe virus

ini telah ditemukan diberbagai wilayah Indonesia. Hasil penelitian di

Indonesia menunjukkan bahwa dengue-3 sangat erat kaitannya dengan

kasus DBD berat dan merupakan serotipe paling luas distribusinya

disusul dengan dengue-2, dengue-1, dan dengue-4. Terinfeksinya

seseorang dengan salah satu serotipe tersebut di atas, akan

menyebabkan kekebalan seumur hidup terhadap serotipe virus yang

bersangkutan (Ditjen P2PL, 2011).

3. Siklus Penularan Demam Berdarah

Penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti

dan Aedes albopictus yang hidup di dalam dan di sekitar rumah atau

tempat-tempat umum. Proses penularan DBD sebagai berikut (Kemenkes

RI, 2014):

a. DBD ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus

betina.

b. Nyamuk ini mendapatkan virus dengue sewaktu menggigit/

menghisap darah orang yang sakit DBD atau di dalam darahnya

terdapat virus dengue, tapi tidak menunjukkan gejala sakit.

c. Virus dengue yang terhisap akan berkembang biak dan menyebar ke

seluruh tubuh nyamuk, termasuk kelenjar liurnya.

d. Bila nyamuk tersebut menggigit/menghisap darah orang lain, virus itu

akan dipindahkan bersama air liur nyamuk

e. Virus dengue akan menyerang sel pembeku darah dan merusak

dinding pembuluh darah kecil (kapiler), akibatnya terjadi perdarahan

10
dan kekurangan cairan bahkan bisa sampai mengakibatkan renjatan

(syok).

B. Nyamuk Aedes Aegypti

Penyakit DBD ditularkan oleh nyamuk Aedes, yaitu nyamuk Aedes

aegypti dan nyamuk Aedes albopictus. Nyamuk jenis ini lebih banyak hidup

di air bersih dan menghisap darah pada pagi dan sore hari (Kemenkes RI,

2014).

1. Siklus Hidup Nyamuk

Nyamuk Aedes aegypti memiliki siklus hidup yang sempurna,

yaitu telur, jentik, kepompong (pupa), dan nyamuk. Masa pertumbuhan

dari telur, jentik, kepompong (pupa), hingga menjadi nyamuk dewasa

adalah sekitar 8 – 12 hari, tergantung dari suhu dan kelembaban. Semakin

tinggi suhu, dan kelembaban semakin cepat masa pertumbuhan nyamuk

(Kemenkes RI, 2014).

2. Ciri Ciri Nyamuk Aedes

a. Telur

Telur nyamuk Aedes aegypti diletakkan satu persatu di atas

permukaan air, biasanya pada dinding bagian dalam kontainer

dipermukaan air. Jumlah telur nyamuk untuk sekali bertelur dapat

mencapai 300 butir dengan ukuran ± 5 mm. Telur tersebut berbentuk

elips berwarna hitam dan terpisah satu dengan yang lainnya. Pada

kondisi yang buruk, misalnya pada musim kemarau yang panjang,

telur nyamuk tersebut dapat bertahan hingga lebih dari satu tahun.

11
Telur tersebut akan menetas setelah 2 – 3 hari terendam air

(Kemenkes RI, 2014).

b. Jentik

Setelah telur terendam air 2 – 3 hari, selanjutnya menetas menjadi

jentik. Jentik mengalami 4 tingkatan atau stadium yang disebut

dengan instar, yaitu instar I, II, III, dan IV. Waktu pertumbuhan dari

masing-masing stadium adalah jentik instar I selama 1 hari, jentik

instar II selama 1- 2 hari, jentik instar III selama 2 hari, jentik instar

IV selama 2-3 hari. Jentik Aede aegypti di dalam air dapat dikenali

dengan ciri-ciri berukuran 0,5 – 1 cm dan selalu bergerak aktif dalam

air. Pada waktu istirahat posisinya hampir tegak lurus dengan

permukan air untuk bernapas. Setelah melewati keempat stadium

tersebut jentik berkembang menjadi kepompong (Kemenkes RI,

2014).

c. Kepompong (Pupa)

Kepompong merupakan periode puasa yang membutuhkan 1 -

2 hari. Kepompong berbentuk seperti koma dan lebih pendek

dibandingkan jentik, aktif bergerak dalam air terutama bila terganggu.

Pada tingkat kepompong ini tidak memerlukan makanan, tetapi

memerlukan udara. Dalam waktu 1 - 2 hari perkembangan

kepompong sudah sempurna, maka kulit kepompong pecah dan

nyamuk dewasa muda keluar dan terbang. Pada umumnya nyamuk

12
jantan menetas lebih dahulu dibandingkan nyamuk betina (Kemenkes

RI, 2014).

d. Nyamuk Dewasa

Secara umum, nyamuk Aedes terdiri dari tiga bagian yaitu

kepala, thorax, dan abdomen. Mempunyai dua pasang sayap dan tiga

pasang kaki. Nyamuk Aedes dewasa memiliki ukuran sedang dengan

tubuh berwarna hitam bercak putih. Tubuh dan tungkainya ditutupi

sisik dengan bercak putih. Aedes aegypti di bagian punggung

tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan

kanan berwarna putih, sedangkan Aedes albopictus di bagian

punggung tubuhnya tampak satu garis lurus tebal berwarna putih

(Kemenkes RI, 2014).

Kemampuan terbang nyamuk betina rata – rata 40 meter

maksimal 100 meter namun secara pasif karena faktor angin atau

terbawa kendaraan dapat berpindah lebih jauh. Nyamuk ini dapat

hidup dan berkembang biak sampai ketinggian daerah sekitar 1.000

meter dari permukaan laut, di atas ketinggian 1.000 meter dengan

suhu udara terlalu rendah nyamuk tidak dapat berkembang biak

sehingga tidak memungkinkan bagi kehidupan nyamuk (Kemenkes

RI, 2014).

3. Tempat Perkembangbiakan Jentik Nyamuk

Ada dua jenis tempat perkemangbiakan nyamuk, yaitu:

13
a. Alamiah

Tempat perkembangbiakan alamiah adalah segala sesuatu

yang telah tersedia di lingkungan pemukiman berupa tanaman yang

dapat menampung air jernih sebagai tempat perindukan nyamuk

seperti ketiak daun, tempurung kelapa, lubang bambu, ataupun

pelepah daun (Kemenkes RI, 2014).

b. Buatan

Tempat perkembangbiakan jentik buatan adalah segala sesuatu

yang dibuat oleh manusia dan berfungsi menampung air dan jernih,

yang kemudian digunakan oleh nyamuk Aedes untuk tempat

berkembang biak, seperti bak mandi, ember, dispenser, kulkas, ban

bekas, pot atau vas bunga, kaleng, plastik, dan lain – lain. Tempat

penampungan air tersebut berada di sekitar pemukiman penduduk.

Tempat nyamuk berkembangbiak yang dibuat/disediakan oleh

manusia, seperti tempat penampungan air bersih (bak mandi, ember,

dispenser, kulkas, dan lain – lain), maupun tempat air lainnya yang

ada di sekitar pemukiman penduduk (Kemenkes RI, 2014).

4. Perilaku Nyamuk

a. Perilaku Menghisap Darah

Nyamuk Aedes betina menghisap darah manusia pada waktu

siang hari, dengan puncak kepadatan nyamuk pada jam 08.00 – 10.00

dan jam 15.00-17.00. Nyamuk betina menghisap darah untuk

pematangan telurnya (Kemenkes RI, 2014).

14
b. Perilaku Istirahat

Nyamuk Aedes setelah menghisap darah akan beristirahat

untuk proses pematangan telur, setelah bertelur nyamuk istirahat

untuk kemudian menghisap darah kembali. Nyamuk Aedes aegypti

lebih menyukai beristirahat di tempat yang gelap, lembab, tempat

bersembunyi di dalam rumah atau bangunan. Termasuk kolong tempat

tidur, kloset, kamar mandi, dan dapur. Selain itu, juga bersembunyi

pada benda benda yang ditemukan di luar rumah, di tanaman atau

tempat berlindung lainnya. Sedangkan nyamuk Aedes albopictus

jarang ditemukan ditemukan beristirahat di dalam rumah. Kebiasaan

istirahat nyamuk Aedes albopictus adalah di luar rumah, seperti di

tanaman, rerumputan, tanaman kering, dan lain-lain (Kemenkes RI,

2014).

C. Pemberantasan Demam Berdarah Dengue

1. Pemeriksaan Jentik Berkala

Pemeriksaan jentik berkala dilakukan oleh masyarakat yang

menjadi kader yang ditunjuk oleh Puskesmas atau mengajukan diri yang

bertujuan untuk memantau jentik nyamuk penular DBD serta memberikan

penyuluhan dan motivasi untuk melaksanakan PSN-DBD. Kader tersebut

memeriksa tempat-tempat penampungan air yang memungkinkan untuk

menjadi tempat perkembangan jentik nyamuk, kemudian mencatat apakah

terdapat jentik di tempat penampungan air tersebut. Jika ditemukan jentik,

pemilik rumah tersebut diminta untuk melihatnya sendiri, kemudian

15
diberikan motivasi dan penyuluhan terkait gerakan 3M. Kader kemudian

melapor pada pihak Puskesmas dan kemudian pihak Puskesmas

melakukan analisa dengan menghitung kepadatan jentik nyamuk

(Kemenkes RI, 2010).

Ukuran –ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik

nyamuk adalah sebagai berikut (Ditjen P2PL, 2011):

a. Angka Bebas Jentik (ABJ)

Semakin tinggi ABJ di suatu daerah, maka faktor risiko penularannya

semakin rendah. Target nasional untuk ABJ ini adalah ≥95%. Rumus

yang digunakan untuk perhitungan ABJ yaitu:

ABJ= X 100%

b. House Index (HI)

Rumus untuk menghitung House index adalah sebagai berikut:

HI= X 100%

Dari rumus tersebut, dapat diketahui bahwa semakin tinggi nilai HI di

suatu daerah, maka risiko penularan penyakit DBD di daerah tersebut

semakin besar. Untuk mengetahui risiko berdasarkan nilai HI dapat

dilihat dari Density Figure. Berikut ini merupakan karegorisasi risiko

dari house index:

1) Risiko penularan rendah jika nilai Density Figure 1 yaitu HI 1-3%

16
2) Risiko penularan sedang jika nilai Density Figure 2 yaitu HI 4-

7%, Density Figure 3 yaitu HI 8-17%, Density Figure 4 yaitu HI

18-28%

3) Risiko penularan tinggi jika nilai Density Figure 5 yaitu HI 29-

37%, Density Figure 6 yaitu HI 38-49%, Density Figure 7 yaitu

HI 50-59%, Density Figure 8 yaitu HI 60-76%, Density Figure 9

yaitu HI >77%.

c. Container Index (CI)

Rumus untuk menghitung container index adalah sebagai berikut:

CI= X 100%

Semakin besar angka CI di suatu daerah, maka risiko penularan penyakit

DBD di daerah tersebut juga semakin besar.

2. Pemberantasan Vektor Intensif

Untuk menanggulangi penyakit DBD, juga perlu dilakukan

pemberantasan vektor secara intensif. Berikut ini adalah beberapa cara

dalam pemberantasan vektor intensif (Suroso, 2004):

a. Fogging focus

Fogging merupakan penyemprotan dengan insektisida terutama di

daerah rawan terjadi wabah DBD di musim penghujan. Dengan

keterbatasan dana, kegiatan fogging hanya dilakukan bila hasil

penyelidikan epidemiologis betul-betul memenuhi kriteria yaitu di

daerah tersebut telah ada 3 penderita DBD.

17
b. Abatisasi

Abatisasi adalah membunuh jentik-jentik nyamuk dengan bubuk

abate atau penaburan bubuk abate di tempat-tempat penampungan

air. Kegiatan ini dilaksanakan di desa/kelurahan endemis terutama

di sekolah dan tempat-tempat umum. Semua tempat penampungan

air di rumah dan bangunan yang ditemukan jentik nyamuk Aedes

aegypti ditaburi bubuk abate sesuai dengan dosis 1 sendok makan

(10 gram) abate untuk 100 liter air.

c. Penyuluhan dan pergerakan masyarakat dalam PSN DBD

(Gerakan 3M)

Pergerakan masyarakat dalam PSN DBD dilakukan dengan kerja

sama lintas sektor yang dikoordinasikan oleh Kepala

Wilayah/Daerah setempat melalui wabah Pokjanal/Pokja DBD.

Kegiatan ini dilakukan selama 1 bulan, pada saat sebelum

perkiraan peningkatan jumlah kasus yang ditentukan berdasarkan

data kasus bulanan demam berdarah (DBD) dalam 3-5 tahun

terakhir

3. Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD

Pemberantasan DBD dapat dilakukan dengan pemberantasan

sarang nyamuk. Pemberantasan sarang nyamuk dilakukan dengan 3 cara

(Kemenkes RI, 2010), yaitu:

a. Cara Fisik

Pemberantasan sarang nyamuk dengan cara fisik dikenal

dengan istilah 3M plus. Kegiatan 3M plus merupakan singkatan

18
dari menguras, menutup, mengubur, dan mengindari gigitan

nyamuk, menggunakan obat anti nyamuk dan menggunakan

kelambu berinsektisida. Kegiatan menguras dilakukan dengan cara

menguras dan menyikat kamar mandi, bak wc, dan tempat –

tempat penampungan air sekurang – kurangnya dilakukan

seminggu sekali. Kegiatan menutup dilakukan dengan cara

menutup tempat penampungan air seperti tempayan, drum, dan

lain – lain. Sedangkan kegiatan mengubur dilakukan dengan

mengubur, menyingkirkan, atau memusnahkan barang – barang

bekas seperti kaleng, ban, dan lain – lain.

b. Cara Kimia

Pemberantasan jentik nyamuk dengan cara kimia dikenal

dengan istilah larvasidasi, yaitu dilakukan dengan menggunakan

insektisida pembasmi jentik.

c. Cara Biologi

Cara biologi untuk membasmi jentik nyamuk adalah

dengan memelihara ikan pemakan jentik di tempat penampungan

air. Misalnya ikan kepala timah, ikan gupi, dan ikan cupang.

Selain itu dapat pula menggunakan bakteri seperti Bacillus

thuringiensis var. Israeliensis (Bti).

D. Faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Jentik Nyamuk

1. Faktor Lingkungan

Kondisi lingkungan mempengaruhi keberadaan jentik nyamuk Aedes

aegypti sehingga dapat meningkatkan risiko penularan penyakit DBD.

19
Salah satu kondisi lingkungan yang berpengaruh adalah kelembaban

udara (Yudhastuti & Vidiyani, 2005). Sugito menjelaskan bahwa

kelembaban yang optimal untuk proses pertumbuhan embrio dan

ketahanan tubuh embrio nyamuk adalah 81,5-89,5% (Rahayu et al.,

2013). Faktor lingkungan lain yang berpengaruh adalah keberadaan

saluran air hujan, keberadaan kontainer, keberadaan pot tanaman hias,

mobilitas penduduk, serta kepadatan penduduk (Suyasa et al., 2008).

2. Faktor Perilaku

Perilaku masyarakat berpengaruh terhadap keberadaan jentik nyamuk

Aedes aegypti. Perilaku tersebut berupa pengetahuan dan tindakan dalam

mengurangi atau menekan kepadatan jentik (Yudhastuti & Vidiyani,

2005). Tindakan yang dapat mencegah keberadaan jentik secara

signifikan adalah kegiatan PSN yang dilakukan secara berkala. Kegiatan

PSN dilakukan dengan cara 3M plus pada tempat-tempat yang dapat

menjadi tempat perkembangbiakan jentik nyamuk (Widagdo et al., 2008).

Selain itu sikap terhadap pencegahan penyakit juga berpengaruh terhadap

keberadaan jentik nyamuk DBD (Nugrahaningsih et al., 2010).

3. Penyuluhan Kelompok tentang DBD

Penyuluhan kesehatan merupakan salah satu bentuk kegiatan promosi

kesehatan. Promosi kesehatan adalah proses memberdayakan atau

memandirikan masyarakat agar dapat memelihara dan meningkatkan

kesehatannya (Maulana, 2007). Penyuluhan terkait penyakit DBD dan

cara pemcegahannya yang dilakukan terhadap sekelompok masyarakat

20
berpengaruh terhadap meningkatnya ABJ di wilayah tersebut (Rosidi &

Adisasmita, 2009).

E. Pelatihan

1. Pengertian Pelatihan

Pelatihan adalah suatu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan

pengetahuan umum atau keterampilan yang dibutuhkan untuk

melaksanakan pekerjaan (Sirait, 2006). Dalam pengertian lain disebutkan

bahwa pelatihan merupakan bagian dari pendidikan yang menyangkut

proses belajar, berguna untuk memperoleh dan meningkatkan

keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang

relatif singkat denan menekankan pada praktik daripada teori, yang

akhirnya diharapkan dapat mengubah pola perilaku (Sukiarko, 2007).

Pelatihan jumantik merupakan salah satu bentuk pendidikan

kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan sebuah kombinasi desain

pengalaman belajar yang dapat membantu individu maupun kelompok

untuk meningkatkan kesehatannya, dengan cara memberikan pengetahuan

atau memengaruhi perilaku mereka (WHO, 2016).

2. Tujuan Pelatihan

Tujuan pelatihan secara umum adalah untuk meningkatkan

pengetahuan, keterampilan, kinerja, dan perilaku individu, kelompok,

maupun organisasi. Selain itu, juga bertujuan agar peserta pelatihan dapat

menguasai pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dilatihkan

dalam program pelatihan sehingga dapat diaplikasikan baik dalam jangka

21
waktu pendek maupun jangka waktu yang lama (Santoso, 2010).

Sedangkan tujuan khususnya adalah peserta mampu memahami

penyebab, cara penularan, tanda-tanda, pertolongan pertama dan cara-cara

pencegahan penyakit DBD, cara-cara melakukan pemeriksaan jentik,

penyuluhan, dan motivasi kepada keluarga dan kelompok masyarakat

(Kemenkes RI, 2014).

3. Langkah-langkah Pelatihan

Pelatihan adalah sebuah aktifitas yang cukup kompleks dan harus

direncanakan dengan matang sehingga dapat menjawab kebutuhan dan

membeikan hasil yang tepat Terdapat 3 tahapan dalam pelaksanaan proses

pelatihan (Santoso, 2010), yaitu :

a. Pra Pelatihan (Pre Training)

Hal-hal yang harus dilakukan saat pra pelatihan adalah melakukan

identifikasi dan analisis kebutuhan pelatihan, merumuskan sasaran

atau tujuan pelatihan, sumber daya yang tersedia, waktu pelatihan,

peserta pelatihan, metode dan media pelatihan, mempersiapkan

materi, serta ketersediaan pemateri

b. Pelaksanaan Pelatihan (On Going Training)

Tahapan ini merupakan waktu pelaksanaan kegiatan pelatihan

sesuai dengan apa yang telah direncanakan pada tahapan pertama.

Penyimpangan yang terjadi terhadap apa yang sudah direncanakan

dapat berakibat pada tidak tercapainya kompetensi yang diharapkan.

c. Pasca Pelatihan (Post Training)

22
Tahapan ini merupakan kegiatan penilaian terhadap pelaksanaan

pelatihan yang mencakup penilaian terhadap peserta, pelatih,

pelaksanaan pelatihan, dan pencapaian tujuan pelatihan.

4. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Keberhasilan Pelatihan

Pelatihan merupakan suatu proses belajar. Menurut Notoatmodjo

(2007), di dalam proses belajar ini terdapat tiga hal yang dapat

mempengaruhi yaitu :

a. Masukan (Input) mencakup sarana dan prasarana, rancangan

proses belajar, peserta pelatihan, pelatih, penyelenggara pelatihan

b. Proses adalah proses pembelajaran yang berjalan selama pelatihan

dilakukan. Pada proses ini terjadi pengaruh timbal balik antara

faktor peserta pelatihan, pelatih, metode, teknik pelatihan, media,

alat bantu, dan materi yang digunakan dalam pelatihan.

c. Keluaran (Output) adalah hasil belajar itu sendiri atau perubahan

perilaku subjek belajar.

F. Metode Pelatihan

Pelatihan termasuk dalam pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan

merupakan upaya unruk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat,

kelompok, atau individu. Selain itu, pendidikan kesehatan juga merupakan

suatu proses yang memiliki masukan dan keluaran. Faktor yang memengaruhi

suatu proses pendidikan kesehatan antara lain, materi yang disampaikan,

pendidik atau petugas yang menyampaikan, metode penyampaiannya dan alat

bantu peraga. Beberapa metode pendidikan yang dapat dilakukan untuk

23
melakukan pendidikan kelompok besar. Yang dimaksud dengan kelompok

besar adalah apabila peserta lebih dari 15 orang. Metode yang dapat

digunakan menurut Notoatmodjo (2007) adalah:

a) Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun

rendah.

b) Seminar

Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan

pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah proses penyajian dari

satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting

dan dianggap hangat di masyarakat

G. Alat Bantu dan Media Pelatihan

Alat bantu pelatihan adalah alat yang digunakan oleh pelatih dalam

menyampaikan bahan pelatihan. Alat bantu ini lebih sering disebut sebagai

alat peraga karena berfungsi membantu memeragakan sesuatu dalam proses

pelatihan. Penyusunan alat peraga didasarkan pada prinsip pengetahuan yang

ada pada manusia diterima oleh alat indera. Jadi, semakin banyak alat indera

yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin jelas pula

pengetahuan yang diperoleh. Alat peraga inilah yang berfungsi untuk

mengerahkan indera sebanyak mungkin untuk menerima informasi. Panca

indera yang berperan paling banyak dalam menyalurkan informasi ke otak

adalah mata yaitu (75-87%) sedangkan indera lainnya menyalurkan 13-25%

informasi (Maulana, 2007).

24
Terdapat 3 jenis alat bantu (Notoatmodjo, 2007) yaitu:

1. Alat bantu lihat, misalnya gambar, peta, bagan, boneka.

2. Alat bantu dengar, misalnya radio, piringan hitam, dan pita suara.

3. Alat bantu lihat-dengar, misalnya televisi.

Berdasarkan fungsinya, alat bantu dibagi menjadi 3, (Notoatmodjo,

2007) yaitu:

1. Media cetak, misalnya booklet, leaflet, flyer, flip chart, rubrik, dan foto

2. Media elektronik, misalnya televisi, radio, video, slide, dan film stripe

3. Media papan (bill board) adala media yang dipasang di tempat-tempat

umum yang diisi dengan pesan-pesan atau informasi kesehatan. Media ini

juga termasuk pesan yang ditulis di kendaraan umum

H. Siswa Pemantau Jentik (wamantik)

1. Definisi Siswa Pemantau Jentik (wamantik)

Juru pemantau jentik adalah anggota masyarakat yang dilatih oleh

Puskesmas setempat untuk memantau keberadaan dan perkembangan

jentik nyamuk. Sedangkan wamantik adalah siswa sekolah dari berbagai

jenjang pendidikan dasar dan menengah yang telah dibina dan dilatih

sebagai juru pemantau jentik di sekolahnya (Kemenkes RI, 2014).

Sebagian besar wamantik adalah anak SD yang artinya usia

mereka antara 6 -12 tahun. Periode ini dianggap sebagai periode ketika

anak dianggap mulai bertanggungjawab atas perilakunya sendiri dalam

hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya dan orang lain. Usia

sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan

25
untuk keberhasilan penyesuaian diri kehidupan dewasa dan memperoleh

ketrampilan tertentu (Nuryanti, 2008).

Dalam bidang kesehatan, anak usia sekolah merupakan kelompok

yang sangat rentan terhadap masalah kesehatan. Akan tetapi mereka

merupakan kelompok yang sangat peka terhadap perubahan. Usia anak

sekolah merupakan kelompok yang paling tepat untuk memperoleh

pendidikan kesehatan. Masa tersebut adalah masa dimana anak senang

mempelajari apapun yang ada di sekelilingnya. Oleh karena itu,

melibatkan anak SD dalam kegiatan pemantauan jentik adalah tindakan

yang tepat (Kemenkes RI, 2014). .

2. Peran dan Tanggung Jawab Wamantik

Peran dan tanggung jawab wamantik menurut (Kemenkes RI, 2014)

adalah sebagai berikut:

a. Melakukan kegiatan pemantauan jentik dan PSN di lingkungan

sekolah secara rutin seminggu sekali

b. Melakukan kegiatan pemantauan jentik dan PSN di lingkungan

tempat tinggalnya secara rutin seminggu sekali

c. Membuat catatan/laporan hasil pemantauan jentik dan PSN di

sekolah dan tempat tinggalnya

d. Melaporkan hasil pemantauan jentik kepada guru penanggung

jawab Jumantik-PSN sekolah seminggu sekali menggunakan

formulir hasil pemantauan jentik

e. Melakukan sosialisasi PSN 3M dan pengenalan DBD kepada

rekan-rekan siswa-siswi lainnya

26
f. Berperan sebagai penggerak dan motivator siswa-siswi lainnya

agar mau melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk terutama

di lingkungan sekolah dan tempat tinggalnya

g. Berperan sebagai penggerak dan motivator bagi keluarga dan

masyarakat agar mau melaksanakan pemberantasan sarang

nyamuk terutama di lingkungan tempat tinggalnya.

3. Kegiatan Pemantauan Jentik

Kegiatan pemantauan jentik merupakan bagian penting dalam

kegatan PSN karena kegiatan tersebut dapat mengetahui kepadatan jentik

nyamuk. Pengamatan jentik dapat dilakukan sebagai berikut (Kemenkes

RI, 2014) :

a. Mencari semua tempat perkembangbiakan jentik nyamuk yang

ada di dalam maupun di lingkungan sekolah. Tempat

perkembangbiakan nyamuk di dalam sekolah antara lain tatakan

pot bunga, tatakan dispenser, tatakan kulkas, bak mandi/WC, vas

bunga, dan lain-lain. Sedangkan tempat perkembangan nyamuk di

luar sekolah misalnya tempayan, drum, talang air, tempat

penampungan air hujan/air AC, kaleng bekas, botol plastik, ban

bekas, pelepah talas, pelepah pisang, potongan bambu, plastik, dan

lain-lain.

b. Setelah didapatkan, maka dilakukan penyenteran untuk

mengetahui ada tidaknya jentik.

c. Mencatat ada tidaknya jentik dan jenis kontainer yang diperiksa

pada formulir hasil pemantauan jentik mingguan di sekolah.

27
4. Pencatatan dan Pelaporan

Kegiatan pencatatan dan pelaporan berfungsi untuk menilai

keberhasilan PSN 3M oleh anak sekolah, serta sebagai informasi penting

dalam rangka menghadapi terjadinya serangan DBD. Kegiatan pencatatan

dan pelaporan dilakukan dengan tahapan berikut (Kemenkes RI, 2014):

a. Seminggu sekali siswa melakukan pemantauan jentik dan PSN di

lingkungan sekolah, kemudian melakukan pencatatan hasil

pemantauan jentik jenis ruangan yang dipantau, jenis tempat

perkembangbiakan nyamuk/ penampungan air (kontainer), ada

tidaknya jentik dan kegiatan PSN 3M yang dilakukan pada

formulir hasil pemantauan mingguan di sekolah.

b. Formulir hasil pemantauan jentik mingguan kemudian dilaporkan

setiap minggu ke guru penanggung jawab dan diparaf oleh guru

yang bertanggungjawab.

c. Guru penanggung jawab memeriksa formulir pemantauan

mingguan dan apabila ditemukan jentik nyamuk maka guru wajib

memberikan arahan kepada siswa untuk meningkatkan kegiatan

PSN 3M, kemudian menugaskan petugas kebersihan sekolah

untuk membersihkan lingkungan sekolah, serta diharapkan dapat

melaporkan ke Puskesmas untuk mendapatkan tindakan lebih

lanjut.

I. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan juga merupakan apa

28
yang diketahui oleh seseorang tentang sesuatu hal yang didapat secara formal

maupun informal. Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku

sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan

kesehatan. Perilaku kesehatan ini akan berpengaruh pada meningkatnya

indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran pendidikan kesehatan.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari responden

(Notoatmodjo, 2007).

J. Sikap

Sikap adalah kesiapan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku

atau merespon sesuatu baik terhadap rangsangan positif maupun rangsangan

negatif dari suatu objek rangsangan. Sikap belum merupakan suatu tindakan

atau aktivitas, akan tetapi merupakan faktor predisposisi bagi seseorang untuk

berperilaku. Sikap merupakan respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek (Sarwono, 2003). Perasaan positif yang

dimiliki individu terhadap suatu objek psikologis dapat dikatakan sikap

favorable terhadap objek, sedangkan perasaan negatif terhadap suatu objek

psikologis dapat dikatakan unfavorable terhadap objek tersebut (Azwar,

2013).

K. Keterampilan

Keterampilan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas (Kemendikbud, 2016).

Keterampilan adalah kemampuan melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan

menggunakan anggota badan dan peralatan yang tersedia. Sementara itu,

29
pelatihan keterampilan merupakan aktivitas utama selama fase implementasi

suatu program kesehatan yang bertujuan untuk membangun dan memelihara

perilaku-perilaku yang sanga penting dalam kelangsungan program

(Sukiarko, 2007). Sedangkan keterampilan wamantik lebih kepada

keterampilan teknis dalam kegiatan pemantauan jentik.

L. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan, Sikap dan

Keterampilan

Penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung pada kualitas

rangsangan (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme (Notoatmodjo,

2007). Menurut Hovland et al. (1966), keberhasilan suatu komunikasi dalam

mempengaruhi perubahan perilaku terdiri atas 3 elemen, yaitu sumber

komunikasi (pembicara), kekuatan pesan yang disampaikan, dan respon

audiens. Artinya kualitas dari sumber komunikasi seperti kredibilitas,

kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan

perilaku seseoarang, kelompok atau masyarakat. Selain itu, kemampuan

audiens dalam menangkap dan mengolah pengetahuan yang diperoleh juga

mempengaruhi sikap yang dihasilkan (Wood, 2000). Proses perubahan

perilaku digambarkan sebagai berikut:

1. Stimulus (rangsangan) yang diberikan pada organisme dapat diterima

atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak

berarti stimulus tersebut tidak efektif memengaruhi perhatian individu

dan berhenti di sini. Akan tetapi, bila stimulus diterima oleh

organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut

efektif

30
2. Apabila stimulus tersebut telah mendapat perhatian dari organisme

(diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan ke pada

proses berikutnya

3. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi

kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya

(bersikap).

4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan

maka stimulus tersebut mempunyai edek tindakan dari individu

tersebut (perubahan perilaku).

Proses perubahan perilaku dalam teori Stimulus-Organisme-Respon

(S-O-R) dapat digambarkan sebagai berikut:

-Perhatian
Stimulus
-Pegetahuan
-Penerimaan

Reaksi tertutup
(perubahan sikap)

Reaksi Terbuka
(perubahan praktik)

Bagan 2. 1 Teori S-O-R

(Hovland et al., 1966) dan (Wood, 2000)

Sementara itu, pengetahuan seseorang sangat dipengaruhi oleh

pendidikan, informasi atau media massa, sosial, budaya, dan ekonomi,

31
lingkungan, pengalaman, dan usia (Budiman, 2013). Sedankan sikap

seseorang dapat dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, pengaruh orang lain

yang dianggap penting, kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan, dan

lembaga agama (Azwar, 2013).

Terdapat 5 faktor yang dapat diidentifikasi berpengaruh positif

terhadap tindakan seseorang dalam bentuk keterampilan (Glanz & Rimer,

2005):

1. Faktor intrapersonal yaitu pengetahuan, sikap, dan keyakinan.

2. Faktor interpersonal yaitu proses hubungan antar manusia dan kelompok

utama yang berpengaruh seperti keluarga dan teman.

3. Faktor institusional seperti peraturan dan kebijakan

4. Faktor kelompok masyarakat seperti norma, standar formal maupun

informal dan organisasi masyarakat

5. Faktor kebijakan publik yaitu adanya kebijakan yang dikeluarkan

pemerintah yang berhubungan dengan kesehatan untuk mendukung

program kesehatan.

M. Daya Serap

Indikator yang dipergunakan untuk mengetahui keberhasilan belajar

atau prestasi belajar adalah daya serap baik individu atau klasikal. Daya serap

adalah kemampuan untuk menangkap dan memahami sebuah materi sehingga

peserta didik dapat menjabarkan kembali materi yang diterima dengan benar

dan menjadi tolak ukur untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta

didik terhadap mata pelajaran yang diajarkan oleh seorang guru dalam proses

kegiatan belajar mengajar (Udhmah, 2015). Dalam penelitian ini, proses

32
belajar mengajar yang dimaksud adalah kegiatan pelatihan siswa pemantau

jentik.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi daya serap peserta didik

dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal adalah faktor yang timbul dari individu peserta didik seperti

faktor jasmaniah, faktor psikologis, bakat, sikap, kebiasaan, minat, perhatian,

motivasi, dan pengalaman dasar. Sedangkan faktor eksternal terdapat 3 faktor

yaitu faktor keluarga seperti cara orang tua mendidik, relasi antar anggota

keluarga, suasana rumah, dan keadaan ekonomi. Faktor kedua adalah sekolah

seperti metode mengajar, relasi antar peserta didik, suasana belajar, rasa aman

dalam belajar, dan situasi lingkungan belajar. Faktor yan ketiga adalah

masyarakat seperti teman bergaul (Udhmah, 2015).

Daya serap merupakan faktor yang mempengaruhi usaha yang

dilakukan seseorang. Jika seorang siswa memiliki daya serap yang tinggi

terhadap mata pelajaran tertentu maka ia akan cepat mengerti apa yang

disampaikan oleh guru. Adapun fungsi daya serap (Udhmah, 2015) adalah:

1. Daya serap dapat meningkatkan wawasan dan pola pikir anak

2. Daya serap yang tingi mempengaruhi prestasi anak

3. Daya serap dapat meningkatkan minat belajar

4. Untuk meningkatkan kualitas belajar siswa

Daya serap juga dapat diartikan sebagai ketuntasan belajar.

Ketuntasan belajar dapat dianalisis dari dua segi yaitu ketuntasan belajar pada

siswa dan ketuntasan belajar pada materi pelajaran atau tujuan pembelajaran,

33
keduanya dapat dianalisis secara perorangan maupun perkelas (Trianto,

2010). Untuk menentukan ketuntasan belajar siswa (individual) dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

( ) ( )

Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) apabila

proporsi jawaban benar siswa ≥65% dan suatu suatu kelas dinyatakan tuntas

belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥85%

siswa yang telah tuntas belajarnya (Trianto, 2010). Dengan demikian,

persamaan yang digunakan untuk menghitung daya serap klasikal adalah

(Hanafi, 2012) adalah :

( )

Hanafi (2012) mengkategorikan ketuntasan belajar klasikal menjadi 3

kategori yaitu:

a. 85%-100% = Baik

b. 70%-84% = Cukup

c. ≤69% = Kurang

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat kita tarik kesimpulan bahwa

daya serap individu merupakan taraf minimal nilai (dalam persentase) yang

harus diperoleh siswa (individu) sehingga siswa dapat dikatakan tuntas pada

saat pelatihan jumantik. Nilai minimal yang harus diperoleh siswa adalah

65%. Sedangkan daya serap klasikal adalah persentase ketuntasan belajar

dalam satu kelas. Hasil dari perhitungan daya serap ini adalah persentase

34
ketuntasan satu kelas, dan selanjutnya dilihat persentase hasil tersebut

termasuk dalam kategori baik, cukup, atau kurang. Jadi, perbedaan antara

daya serap individu dengan daya serap klasikal terletak pada jumlah

subyeknya. Hasil dari daya serap individu adalah diketahuinya persentase

siswa yang tuntas dan tidak tuntas, sedangkan daya serap klasikal adalah

diketahuinya kelas tersebut termasuk kategori baik, cukup, sedang. Jika kelas

tersebut termasuk kategori baik maka kelas tersebut telah tuntas, jika

termasuk kategori cukup dan kurang maka kelas tersebut tidak tuntas.

Manfaat diketahuinya daya serap individu maupun klasikal adalah

untuk tolak ukur proses belajar mengajar. Daya serap yang tinggi akan dapat

membuahkan prestasi individual maupun kelas yang meningkat secara

signifikan. Dalam pelatihan wamantik ini, semakin banyak siswa yang telah

tuntas secara individu, akan menyebabkan semakin baik pula ketuntasan

klasikalnya. Siswa yang secara individu telah tuntas maka dapat diperkirakan

peluang siswa untuk melaksanakan tugas wamantik dengan baik semakin

besar. Demikian juga dengan kelas yang termasuk kategori daya serap baik,

maka kemungkinan pelaksanaan kegiatan jumantik akan baik dan

dilaksanakan dengan tepat (Harsanto, 2007).

N. Kerangka Teori

Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk penular penyakit DBD.

Nyamuk ini memiliki siklus hidup yang sempurna yaitu dimulai dari telur,

jentik, kepompong (pupa) dan nyamuk dewasa. Perkembangan dari telur

menjadi jentik memerlukan waktu yang singkat sedangkan waktu dari jentik

menjadi nyamuk dewasa memerlukan waktu 8-12 hari. Keberadaan jentik

35
nyamuk ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban,

keberadaan saluran air, dan tempat penampungan air yang dapat berfungsi

sebagai tempat perkembangbiakan jentik nyamuk. Faktor lainnya adalah

pengetahuan, sikap, penyuluhan kelompok terkait pencegahan penyakit DBD,

dan tindakan pencegahan seperti pemantauan jentik berkala, kegiatan 3M

plus, abatisasi dan keberadaan ikan pemakan jentik.

Keberadaan jentik nyamuk di lingkungan sangat erat kaitannya

dengan perilaku masyarakat. Menurut teori S-O-R perubahan perilaku dapat

dikarenakan adanya stimulus dari luar yang mempengaruhi individu.

Pendidikan kesehatan sebagai salah satu pendekatan terhadap faktor perilaku

kesehatan, maka kegiatan yang dilakukan tidak terlepas dari faktor yang

menentukan perilaku tersebut. Oleh dasar itulah, peneliti pembuat kerangka

teori sesuai bagan 2.1 sebagai berikut:

36
Pendidikan kesehatan /
Pelatihan

Faktor Faktor eksternal


Faktor yang mempengaruhi internal Sarana
Daya Serap
pengetahuan prasaranan,
Jasmaniah,
pelatih, peserta
Pendidikan psikologis,
pelatihan,
Media massa bakat, minat, media, alat
Sosial budaya & ekonomi Pengetahuan perhatian, bantu, metode
Lingkungan motivasi pelatihan
Pengalaman
Usia Faktor Lingkungan

Faktor yang Suhu


mempengaruhi sikap Kelembaban
Sikap Pencahayaan
Pengalaman pribadi Curah Hujan
Pengaruh orang lain Kontainer
Media massa Saluran Air
Lembaga pendidikan, Penampungan air
lembaga agama
Praktik
Faktor yang mempengaruhi
perilaku/praktik Keberadaan Jentik
Pemantauan jentik
Pengetahuan berkala
Sikap 3M Plus Kepadatan Nyamuk
Keyakinan Abatisasi
Norma Memelihara Ikan
Kebijakan pemakan jentik Demam Berdarah
Dengue
Bagan 2. 2 Kerangka Teori
Azwar (2013), Budiman (2013), Glanz & Rimer (2005), Hovland et al. (1966),

Kemenkes (2010), Nugrahaningsih et al (2010), Trianto (2010), Wood (2000), dan

Yudhastuti & Vidiyani (2005)

37
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori yang telah dipaparkan sebelumnya,

diketahui bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi keberadaan

jentik nyamuk DBD. Namun, peneliti tidak meneliti semua faktor tersebut.

Faktor lingkungan tidak diteliti karena faktor lingkungan lebih erat kaitannya

dengan keberadaan jentik nyamuk. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi

pengetahuan, sikap, dan keterampilan tidak diteliti karena penelitian ini fokus

pada pengaruh yang ditimbulkan oleh pelatihan terhadap pengetahuan, sikap

dan keterampilan pemantauan jentik pada wamantik.

Berikut kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Pengetahuan

Pelatihan Sikap

Keterampilan

Bagan 3. 1 Kerangka Konsep Penelitian

B. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Pelatihan Perlakuan yang - - - -
jumantik diberikan sebagai upaya
pendidikan tentang
DBD, karakteristik

38
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
nyamuk DBD, cara
pencegahan DBD, PSN
DBD, pemantauan jentik
berkala dengan
menggunakan alat bantu
berupa film dan power
point.
2 Pengetahuan Segala sesuatu yang Kuesioner Soal pre- Skor nilai Rasio
diketahui responden post
tentang DBD, cara
penularan, nyamuk
DBD, kegiatan PSN,
dan tugas wamantik
yang dihitung dengan
menggunakan skoring
3 Sikap Tanggapan atau reaksi Kuesioner Soal pre- Skor nilai Rasio
responden tentang post
kegiatan PSN dan
tugasnya sebagai
wamantik
4 Keterampilan Kecakapan siswa Kuesioner Soal pre- Skor nilai Rasio
pemantau jentik dalam post
melakukan tugasnya
sebagai jumantik
meliputi memeriksa
tempat
perkembanbiakan jentik,
mencatat dan membuat
laporan
5 Daya serap Seberapa besar Kuesioner Soal Post 1. Tuntas Interval
individu kemampuan siswa test jika daya
(individu) dalam serap
menyerap informasi individu
pada proses pelatihan ≥65%

39
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
secara keseluruhan yang 2. Tidak
dihitung berdasarkan tuntas jika
jumlah skor total yang daya serap
diperoleh siswa dibagi individu
dengan jumlah skor <65%.
maksimal dikali 100%
(Trianto, 2010)
6 Daya serap Seberapa besar Kuesioner Soal Post- 1.85% - Interval
klasikal kemampuan suatu kelas test 100% = baik
dalam menyerap 2. 70%-84%
informasi pada proses = cukup
pelatihan secara 3. ≤69% =
keseluruhan yang kurang
dihitung dengan cara
membagi jumlah siswa
yang mempunyai nilai
lebih dari 65 dengan
total siswa dikali 100%
(Hanafi, 2012)

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh pelatihan siswa

pemantau jentik terhadap pengetahuan, sikap, dan keterampilannya di

Sekolah Dasar Kecamatan Pamulang Tahun 2017.

40
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat kuantitatif dan dilaksanakan dengan

menggunakan desain penelitian one group pretest posttest. Pada desain ini,

hanya terdapat satu kelompok yang akan dilihat pengaruhnya. Rancangan

penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Pretest Perlakuan Posttest

01 X 02

Bagan 4. 1 Skema penelitian one group pretest posttest design

(Notoatmodjo, 2012)

Keterangan

01 : Pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebelum adanya pelatihan

jumantik

02 : Pengetahuan, sikap, dan keterampilan setelah adanya pelatihan

jumantik

X : Pelatihan jumantik

41
B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD di wilayah kerja Puskesmas

Benda Baru selama bulan November 2016 – Februari 2017. Pemilihan

wilayah ini didasarkan pada tingginya kasus DBD di wilayah kerja

Puskesmas Benda Baru dengan angka kesakitan yang cenderung naik.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SD di wilayah kerja

Puskesmas Benda Baru baik SD Negeri maupun SD Swasta yang

berjumlah 23 sekolah, yaitu SDN Benda Baru I, SDN Benda Baru II,

SDN Benda Baru III, SD Al Zahra Indonesia, SDIT At Taqwa, SD

Taruna Mandiri, MI Mathlaul Anwar, SDN Ciledug Barat, SDN

Bambu Apus I, SDN Bambu Apus II, SD Ciledug Timur, SD Al

Inayah, Teladan School, MI Al Ikhsan, SD Kedaung, SD KP Bulak I,

SD KP Bulak II, SD KP Bulak III, SD Al Fajar, SD Asia Afrika, SD

Yasiska, SD YPMS.

2. Besar Sampel

Sampel dalam penelitan ini adalah siswa SD kelas 4 dan 5. Teknik

pengambilan sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

pengambilan sampel klaster dua tahap. Tahap pertama adalah

penentuan sekolah. Sekolah yang akan dijadikan sampel dipilih dengan

cara purposive yaitu berdasarkan pertimbangan bahwa sekolah tersebut

dipilih sebagai sekolah percobaan oleh Puskesmas Benda Baru.

42
Pemilihan sekolah berdasarkan pada banyaknya kasus DBD yang

terjadi di wilayah tersebut. Dari ketiga kelurahan yang termasuk

wilayah kerja Puskesmas Benda Baru, 59,09% kasus DBD terjadi di

Kelurahan Benda Baru, 31,82% kasus terjadi di Kelurahan Kedaung,

dan 9,09% kasus terjadi di Kelurahan Bambu Apus. Penderita DBD

yang termasuk usia SD sebagian besar berasal dari Kelurahan Benda

Baru, bahkan untuk Kelurahan Bambu Apus, tidak terdapat penderita

DBD dari usia SD.

Di Kelurahan Benda Baru terdapat 8 SD yang masuk dalam

wilayah kerja Puskesmas Benda Baru, antara lain:

Tabel 4. 1 Daftar Sekolah di Kelurahan Benda Baru

No Nama Sekolah (Klaster) Status Ada/ Tidak Ada Kasus


1 SDN Benda Baru 01 Negeri Tidak Ada Kasus
2 SDN Benda Baru 03 Negeri Ada Kasus
3 SD AL –Zahra Indonesia Swasta Ada Kasus
5 SD Taruna Mandiri Swasta Ada Kasus
6 SDN Ciledug Barat Negeri Tidak Ada Kasus
7 SD Mathlaul Anwar Swasta Tidak Ada Kasus
8 SDN Benda Baru 02 Negeri Tidak Ada Kasus

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa di SDN Benda Baru 01,

SDN Benda Baru 02, SDN Ciledug Barat, SD Mathlaul Anwar tidak

terdapat siswa yang pernah menderita DBD, sedangkan SD Benda

Baru 03, SD Taruna Mandiri, dan SD Al Zahra Indonesia terdapat

siswa yang pernah menderita DBD. Oleh karena itu, dalam penelitian

ini dipilihlah 4 sekolah yang dijadikan sampel penelitian, yaitu:

43
Tabel 4. 2 Daftar Sekolah Sampel Penelitian

No Nama Sekolah (Klaster) Status Jumlah Siswa


1 SDN Benda Baru 01 Negeri 92
2 SDN Benda Baru 03 Negeri 180
3 SD AL –Zahra Swasta 164
5 SD Taruna Mandiri Swasta 31

Berdasarkan tabel 4.2 terdapat 4 sekolah yang menjadi sampel

penelitian, yaitu SDN Benda Baru 01, SDN Benda Baru 03, SD Al

Zahra, dan SD Taruna Mandiri. SDN Benda Baru 01 juga dijadikan

sampel penelitian meskipun tidak ada siswa SD yang menderita DBD.

Hal ini dikarenakan SDN Benda Baru 01 masuk dalam wilayah RW 09

yang menjadi RW dengan kasus DBD tertinggi di Kelurahan Benda

Baru.

Setelah menentukan SD yang akan dilatih, langkah selajutnya

adalah menentukan besar sampel siswa SD yang akan dilatih menjadi

wamantik. Rumus besar sampel yang dipergunakan adalah rumus uji

hipotesis untuk dua rata rata populasi (Lemeshow et al., 1997), yaitu :

[ ] [ ]
( ) ( )

n : Besar sampel
µ0 : Rata-rata pengetahuan sebelum pelatihan pada penelitian sebelumnya
µ1 : Rata-rata pengetahuan sesudah pelatihan pada penelitian sebelumnya
σ : Standar deviasi
α : Tingkat kemaknaan
β : Kekuatan uji

44
Penelitian sebelumnya yang menjadi acuan adalah penelitian

yang dilakukan oleh (Al-Zufri et al., 2015). Dari hasil tersebut

ditambah 10% sehingga menjadi 43 siswa. Kemudian dikalikan 2

design effect sehingga totalnya menjadi 86 siswa.

3. Sampel Penelitian

Sampel merupakan siswa SD kelas 4 dan 5 di wilayah kerja

Puskesmas Benda Baru yang terpilih secara acak (simple random

sampling). Berdasarkan perhitungan sampel diketahui responden

dalam penelitian ini adalah 86 siswa kelas 4 dan kelas 5 dari 4 SD.

Oleh karena itu, dilakukan perhitungan agar jumlah responden menjadi

proporsional dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4. 3 Tabel Jumlah Responden Tiap Sekolah

No Nama Sekolah (Klaster) Total Siswa Siswa Responden


1 SDN BENDA BARU I 92 14
2 SDN BENDA BARU III 180 32
3 SD AL –ZAHRA 164 30
5 SD TARUNA MANDIRI 31 10
Total 467 86

Berdasarkan tabel 4.3, diketahui jumlah responden untuk siswa

SDN Benda Baru 01 adalah 14 siswa, SDN Benda Baru 03 adalah 32

siswa, SD Al Zahra adalah 30 siswa, dan SD Taruna Mandiri adalah 10

siswa. Siswa yang menjadi responden dipilih dengan cara acak. Frame

sampling dibuat berdasarkan nomor urut absen siswa kemudian pemilihan

responden dilakukan secara acak sampai mendapat 86 siswa.

45
D. Media Pelatihan

Dalam penelitian ini, media pelatihan yang digunakan adalah media

elektronik dengan alat bantu proyektor. Konten yang dipresentasikan

terdiri dari video pendek berdurasi 15 menit yang berisi tentang gejala

DBD, dan cara pencegahannya. Selain itu, juga terdapat slide yang berisi

informasi tentang karakteristik nyamuk, daur hidupnya, cara

pencegahannya, dan tugas wamantik.

E. Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini adalah sumber data primer,

yaitu sumber data yang diperoleh dari hasil survei di lapangan untuk

memperoleh data pengetahuan, sikap, dan keterampilan wamantik

sebelum dan sesudah adanya kegiatan pelatihan jumantik.

2. Metode Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan sebelum dan sesudah pelatihan

yaitu dengan memberikan kuesioner yang berisi beberapa pertanyaan

terkait pengetahuan, sikap dan ketrampilan wamantik di sekolah yang

menjadi objek penelitian. Pretest dan posttest ini dilakukan untuk

mengetahui perbedaan pengetahuan, sikap dan ketrampilan sebelum

dan setelah adanya pelatihan. wamantik juga melakukan praktik

pemantauan jentik secara langsung.

46
3. Instrumen Penelitian

a) Kuesioner Penelitian

Kuesioner ini merupakan prestest dan posttest yang

dipergunakan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan dan sikap

wamantik setelah adanya pelatihan jumantik. Kuesioner

pengetahuan terdiri dari 13 pernyataan dan untuk variabel sikap

terdapat 8 pertanyaan. Sedangkan untuk mengukur

keterampilannya, terdapat 3 aspek utama yang akan diukur sesuai

dengan tugas seorang wamantik, yaitu melakukan pemantauan atau

pemeriksaan jentik, mencatat hasil pemantauan dan membuat

format pelaporan.

Berikut rubrik dalam mengukur keterampilan wamantik:

1. Rubrik penilaian pemantauan atau pemeriksaan jentik terdiri

atas satu aspek yaitu siswa melakukan pemeriksaan atau

pemantauan semua tempat-tempat penampungan air yang ada

di dalam ruangan maupun lingkungan sekolah. Jika siswa

mampu melaksanakan pemeriksaan ini maka akan

mendapatkan 1 poin

2. Rubrik pencatatan hasil pemantauan terdiri atas 3 aspek dan

apabila dilaksanakan maka masing masing aspek mendapatkan

1 poin. Aspek tersebut adalah:

a. Siswa melakukan pencatatan setiap jenis tempat

penampungan air atau kontainer yang ditemukan di ruangan

maupun di lingkungan sekolah.

47
b. Siswa melakukan pencatatan jumlah kontainer yang

ditemukan pada tiap jenis ruangan.

c. Siswa melakukan pencatatan kontainer yang ada jentiknya

dan kontainer yang tidak ada jentiknya.

3. Rubrik pelaporan terdiri atas satu aspek yaitu membuat format

pelaporan berdasarkan hasil pemeriksaan. Format pelaporan

merupakan kesimpulan dari hasil pemeriksaan dan pencatatan

yang terdiri dari jumlah kontainer yang diperiksa dan jumlah

kontainer yang terdapat jentik maupun bebas jentik. Jika siswa

melakukan ini maka mendapatkan 1 poin

Total poin yang ada pada rubrik keterampilan ini jika

dapat dilakukan semua adalah 5 poin. Poin minimal jika tidak

dilakukan semua adalah 0 poin.

4. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk

mengukur nilai variabel yang diteliti. Instrumen yang valid adalah

instrumen dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya

diukur. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan

beberapa kali untuk mengukur objek yang sama maka akan

menghasilkan data yang sama. Dalam penelitian ini, instrumen yang

dimaksud adalah kuesioner untuk mengukur pengetahuan, sikap dan

keterampilan wamantik. Kuesioner tersebut disusun sendiri oleh

peneliti sehingga perlu diuji cobakan untuk mengetahui validitas dan

48
reliabilitasnya. Pengujian ini dilakukan kepada 30 siswa SD di luar

sampel penelitian yaitu SDN Cireundeu 02.

a. Uji Validitas

Untuk menguji validitas suatu instrumen, peneliti

melakukan 3 tahapan, yaitu membuat pertanyaan yang disesuaikan

dengan isi materi yang dipaparkan pada saat pelatihan, kemudian

dengan judgment expert atau pendapat para ahli. Setelah itu,

kuesioner diuji cobakan kepada 30 siswa, dan data yang diperoleh

dianalisis. Analisis yang dilakukan adalah dengan mengkorelasikan

antar skor item instrumen dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan

skor faktor dengan skor total (Sugiyono, 2016). Instrumen

dianggap valid apabila nilai uji memenuhi taraf signifikansi yaitu

lebih besar dari pada nilai r-tabel (Notoatmodjo, 2012). Nilai r

tabel untuk n = 30 adalah 0,361. Pertanyaan dan pernyataan dalam

kuesioner ini dianggap valid apabila nilainya lebih besar dari

0,361.

Tabel 4. 4 Hasil Uji Validitas Pengetahuan PSN DBD

No Pertanyaan Nilai Uji r Tabel n=30 Status


1 P1 0,715 0,361 Valid
2 P2 0,476 0,361 Valid
3 P3 0,476 0,361 Valid
4 P4 0,590 0,361 Valid
5 P5 0,367 0,361 Valid
6 P6 0,530 0,361 Valid
7 P7 0,592 0,361 Valid
8 P8 0,387 0,361 Valid
9 P9 0,380 0,361 Valid
10 P10 0,423 0,361 Valid
11 P11 0,535 0,361 Valid

49
No Pertanyaan Nilai Uji r Tabel n=30 Status
12 P12 0,633 0,361 Valid
13 P13 0,381 0,361 Valid

Berdasarkan tabel 4.4, diketahui bahwa semua

pertanyaan untuk variabel pengetahuan memiliki nilai uji lebih

dari nilai r tabel. Oleh karena itu semua pertanyaan adalah valid.

Tabel 4. 5 Uji Validitas Sikap Siswa

No Pernyataan Nilai Uji r Tabel n=30 Status


1 S1 0,445 0,361 Valid
2 S2 0,442 0,361 Valid
3 S3 0,374 0,361 Valid
4 S4 0,438 0,361 Valid
5 S5 0,557 0,361 Valid
6 S6 0,436 0,361 Valid
7 S7 0,698 0,361 Valid
8 S8 0,472 0,361 Valid

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa semua pernyataan

untuk variabel sikap memiliki nilai uji lebih dari nilai r tabel

sehingga semua pernyataan dinyatakan valid.

Tabel 4. 6 Uji Validitas Keterampilan Pemantauan Jentik

No Pernyataan Nilai Uji r Tabel n=30 Status


1 T1 0,495 0,361 Valid
2 T2 0,543 0,361 Valid
3 T3 0,810 0,361 Valid
4 T4 0,717 0,361 Valid
5 T5 0,616 0,361 Valid

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa semua butir untuk

keterampilan pemantauan jentik adalah valid karena nilai uji

lebih besar dari nilai r tabel.

50
b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur apakah alat

ukur yang digunakan cukup akurat, stabil, atau konsisten dalam

mengukur apa yang ingin diukur. Koefisien reliabilitas berkisar

antara 0,0 sampai 1,0. Semakin kecil reliabilitas maka semakin

besar error. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan indeks

>0,60 (Bahri & Zamzam, 2014). Tabel berikut merupakan hasil uji

reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini :

Tabel 4. 7 Uji Reliabilitas Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa

No Variabel Alpha Cronbach Alpha minimal Status


1 Pengetahuan 0,777 0,6 Reliabel
2 Sikap 0,774 0,6 Reliabel
3 Keterampilan 0,639 0,6 Reliabel

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa semua variabel yang


diuji memiliki alpha lebih dari 0,6 maka dapat kuesioner tersebut
reliabel.

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari 3 tahap yaitu tahap pra

penelitian, penelitian, dan pasca penelitian. Masing-masing tahap akan

diuraikan sebagai berikut

1. Pra Penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pra penelitian adalah

a. Perizinan

Kegiatan perizinan dilakukan kepada Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan, Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangerang

51
Selatan, Kepala UPT Pendidikan Kecamatan Pamulang, Kepala

UPT Puskesmas Benda Baru, dan Kepala Sekolah masing-masing

SD.

b. Koordinasi

Koordinasi terkait waktu dan tempat pelatihan jumantik dilakukan

langsung oleh peneliti kepada kepala sekolah dan pihak terkait

seperti guru usaha kesehatan sekolah (UKS).

c. Persiapan

Persiapan sebelum penelitian adalah menyiapkan kuesioner

penelitian, dan media pelatihan wamantik yang berupa film dan

power point.

2. Penelitian

Kegiatan yang dilakukan adalah:

1) Pretest terkait gambaran pengetahuan, sikap, dan keterampilan

siswa sebelum adanya pelatihan. Di sini siswa diberi beberapa

pertanyaan terkait penyakit DBD, pencegahanya dan kegiatan

pemeriksaan jentik. Kemudian dilanjutkan kegiatan praktik

sebagai jumantik untuk mengukur ketrampilannya.

2) Pelatihan jumantik dilakukan untuk membekali wamantik

dengan pengetahuan mengenai DBD dan tugas seorang

wamantik yang terdiri dari memantau, mencatat, melaporkan

hasil pemantauan kepada guru penanggung jawab.

3) Post-test terkait gambaran pengetahuan, sikap, dan

keterampilan siswa sebelum adanya pelatihan. Di sini siswa

52
diberi beberapa pertanyaan terkait penyakit DBD,

pencegahanya dan kegiatan pemeriksaan jentik. Kemudian

dilanjutkan dengan praktik pemantauan jentik nyamuk di

sekolah.

3. Pasca Penelitian

Setelah kegiatan penelitian selesai, maka dilakukan analisis data yang

telah diperoleh

G. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara:

a) Data Coding yaitu pemberian tanda atau kode-kode tertentu pada

kuesioner untuk memudahkan pengolahan selanjutnya. Untuk

variabel pengetahuan dan keterampilan jika jawaban yang dberikan

responden benar maka kode yang diberikan adalah 1, dan jika salah

adalah 0. Untuk variabel sikap pemberian skor adalah dalam

rentang 5-1. Semakin baik respon yang diberikan maka skor

semakin tinggi.

b) Data Editing yaitu melakukan pemeriksaan data yang sudah

dikumpulkan (kuesioner).

c) Data Structure dan Data File yaitu membuat template untuk

kuesioner.

d) Data Entry yaitu memasukkan atau menyimpan data dengan

bantuan program komputer.

53
e) Data Cleaning yaitu data yang sudah dimasukkan diperiksa

kembali

2. Analisis Data

Data yang telah diolah tersebut dianalisis dengan menggunakan

software statistik di komputer. Kegiatan analisis data tersebut

dilakukan secara univariat dan bivariat.

a) Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan

karakteristik masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel

independen maupun variabel dependen. Variabel independen

terdiri atas variabel pelatihan jumantik. Sedangkan variabel

dependen adalah pengetahuan, sikap, keterampilan, daya serap

individu dan klasikal pada pelatihan wamantik.

Hasil dari analisis univariat adalah mengetahui mean,

median, nilai maksimal, nilai minimal, standar deviasi pada

variabel pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Sedangkan daya

serap individu dihitung dengan mengunakan rumus skor siswa per

skor total dikali 100%. Hasil dari perhitungan daya serap individu

adalah persentase siswa yang tuntas dan siswa yang tidak tuntas.

Sementara, untuk daya serap klasikal dihitung dengan

menggunakan rumus jumlah siswa yang nilainya ≥65% per jumlah

siswa dikali 100%. Hasil perhitungan daya serap klasikal adalah

54
kelas tersebut masuk dalam kategori baik, cukup atau kurang. Jika

termasuk kategori baik maka kelas tersebut telah tuntas.

b) Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat perbedaan

pengetahuan, sikap, dan keterampilan antara sebelum dan sesudah

adanya pelatihan. Data dianalisis dengan bantuan komputer

menggunakan uji statistik Paired Sample t-test jika data

terdistribusi normal atau uji Wilcoxon jika data tidak terdistribusi

normal. Pada penelitian ini skor pengetahuan dan sikap tidak

terdistribusi normal sehingga analisis bivariat menggunakan uji

Wilcoxon.

Uji Wilcoxon digunakan untuk memperoleh perbandingan

skor pengetahuan, sikap dan keterampilan wamantik antara

sebelum dan sesudah pelatihan wamantik. Analisis dilakukan

dengan memperhatikan nilai mean, standar deviasi, nilai median,

minimum, maksimum, serta nilai probabilitas.

55
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Wamantik

Sebelum dan Sesudah Pelatihan Wamantik di SD Kecamatan

Pamulang Tahun 2017

Pengetahuan, sikap, dan keterampilan wamantik mengenai Demam

Berdarah Dengue (DBD) sebelum dan setelah adanya pelatihan dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. 1 Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan Wamantik di


SD Kecamatan Pamulang Sebelum dan Sesudah Pelatihan Tahun 2017

Variabel Mean SD Min-Max N


Pretest 9,07 2,034 4-13
Pengetahuan 86
Post test 11,21 1,595 5-13
Pretest 34,23 3,639 22-40
Sikap 86
Posttest 35,17 3,777 26-40
Pretest 1,86 1,086 0-5
Keterampilan 86
Posttest 3,27 1,111 1-5

Berdasarkan tabel 5.1, diketahui bahwa rata-rata skor pretest

pengetahuan adalah 9,07 dan rata-rata skor posttestnya adalah 11,21

Sedangkan rata-rata skor pretest sikap adalah 34,23 dengan rata-rata

skor posttest 35,17. Sementara untuk rata-rata skor keterampilan saat

pretest adalah 1,86 dan saat posttest adalah 3,27.

56
B. Gambaran Daya Serap Individu pada Pelatihan Siswa Pemantau

Jentik di SD Kecamatan Pamulang Tahun 2017

Daya serap siswa pemantau jentik dihitung dengan cara membagi

jumlah skor total siswa dengan jumlah skor maksimal yang diperoleh

dikalikan dengan 100%. Standar minimal daya serap yang harus diperoleh

per individu adalah 65%. Siswa yang memiliki daya serap ≥65% dikatakan

tuntas, dan <65% dikatakan tidak tuntas. Daya serap siswa pada pelatihan

ditunjukkan dengan tabel sebagai berikut:

Tabel 5. 2 Daya Serap pada Siswa Pemantau Jentik di SD Kecamatan


Pamulang Tahun 2017

Keterangan N %
Tuntas 86 100
Tidak Tuntas 0 0
Total 86 100

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa semua siswa memiliki daya

serap yang baik terhadap pelatihan yang dilakukan. Hal ini dibuktikan

dengan ketuntasan yang mencapai 100%.

C. Daya Serap Klasikal pada Pelatihan Siswa Pemantau Jentik di SD

Kecamatan Pamulang Tahun 2017

Daya serap klasikal pada pelatihan ini adalah jumlah siswa yang

mendapat nilai minimal 65 per total jumlah siswa, sehingga dihitung

dengan mengunakan persamaan berikut:

57
Berdasarkan perhitungan tersebut, diketahui bahwa daya serap

klasikal pada pelatihan wamantik adalah 100%. Berdasarkan standar

minimal yang telah ditentukan, daya serap klasikal dikatakan baik dan

tuntas jika hasilnya ≥85%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

daya serap klasikal dalam penelitian ini adalah baik dan telah tuntas.

D. Pengaruh Pelatihan Siswa Pemantau Jentik Terhadap Pengetahuan,

Sikap dan Keterampilannya di SD Kecamatan Pamulang Tahun 2017

Untuk mengetahui perubahan pengetahuan, sikap, dan

keterampilan wamantik digunakan analisis bivariat, yaitu analisis untuk

mengetahui hubungan antara dua variabel. Pada penelitian ini, variabel

yang dianalisis adalah pengetahuan, sikap dan keterampilan wamantik

antara sebelum dan sesudah pelatihan. Jenis uji atau test yang digunakan

tergantung pada hasil uji normalitas datanya. Jika data berdistribusi normal

maka jenis uji yang digunakan adalah Paired Sample T-test, jika data tidak

berdistribusi normal maka jenis uji yang digunakan adalah uji Wilcoxon.

Peneliti melakukan uji normalitas dengan menggunakan

Kolmogorov-Smirnov yaitu uji normalitas untuk sampel lebih dari 50

(Dahlan, 2008). Data dikatakan normal jika nilai probabilitasnya lebih dari

0,05 (p-value > α). Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut:

58
Tabel 5. 3 Hasil Uji Normalitas Data Pada Skor Pengetahuan, Sikap, dan Praktik
Wamantik Sebelum dan Sesudah Pelatihan di SD Kecamatan Pamulang Tahun
2017

Variabel Uji Normalitas Keterangan


Pengetahuan Pretest 0,001 Tidak Terdistribusi Normal
Posttest 0,000 Tidak Terdistribusi Normal
Sikap Pretest 0,094 Terdistribusi Normal
Posttest 0,004 Tidak Terdistribusi Normal
Keterampilan Pretest 0,000 Tidak Terdistribusi Normal
Posttest 0,000 Tidak Terdistribusi Normal

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa hanya skor pretest

sikap yang terdistribusi normal dengan p-value 0,094 (>0,05), namun skor

sikap posttest tidak terdistribusi normal sehingga dapat diambil

kesimpulan bahwa data sikap tidak terdistribusi normal. Skor pengetahuan

(pretest dan posttest) skor praktik (prestest dan posttest) tidak terdistribusi

normal karena nilai p-value kurang dari 0,05. Dengan demikian, analisis

bivariat pada penelitian ini menggunakan uji wilcoxon

Uji wilcoxon digunakan untuk memperoleh perbandingan skor

pengetahuan, sikap dan keterampilan wamantik antara sebelum dan

sesudah adanya pelatihan. Analisis dilakukan dengan memperhatikan nilai

mean, median, nilai minimum dan maksimum serta nilai probabilitas (p-

value). Adapun nilai rerata dan simpangan baku tidak dapat mewakili data

karena data tidak terdistribusi normal sehingga nilai tersebut tidak

ditampilkan (Dahlan, 2008). Hasil uji Wilcoxon pada penelitian ini dapat

dilihat pada tabel berikut

59
Tabel 5. 4 Hasil Uji Wilcoxon Skor Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan
Wamantik Sebelum dan Sesudah Pelatihan di SD Kecamatan Pamulang Tahun
2017

Variabel Mean SD Min-Max Pvalue


Pretest 9,07 2,034 4-13
Pengetahuan 0,000
Post test 11,21 1,595 5-13
Pretest 34,23 3,639 22-40
Sikap 0,000
Posttest 35,17 3,777 26-40
Pretest 1,86 1,086 0-5
Keterampilan 0,000
Posttest 3,27 1,111 1-5

Berdasarkan tabel 5.5, dapat diketahui bahwa berdasarkan uji

statistik Wilcoxon, baik pada pengetahuan, sikap, dan praktik diperoleh

pvalue sebesar 0,000. Dengan demikian, pada alpha 5% terdapat pengaruh

adanya pelatihan terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa di

SD Kecamatan Pamulang tahun 2017.

60
BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Selama proses penelitian, terdapat keterbatasan yang dialami oleh

peneliti, yaitu:

1. Pada penelitian ini, peneliti tidak melihat perilaku wamantik,

sehingga setelah adanya pelatihan peneliti tidak dapat memastikan

bahwa wamantik yang telah dilatih akan melakukan tugasnya

dengan rutin setiap seminggu sekali.

2. Peneliti tidak mengontrol variabel yang dapat mempengaruhi

hubungan pelatihan dengan pengetahuan, sikap, dan keterampilan

siswa pemantau jentik.

B. Pengaruh Pelatihan terhadap Pengetahuan Siswa Pemantau

Jentik di Sekolah Dasar Kecamatan Pamulang Tahun 2017

Salah satu strategi untuk merubah perilaku adalah dengan

pemberian informasi untuk meningkatkan pengetahuan sehingga

menimbulkan kesadaran dan pada akhirnya seseorang akan berperilaku

sesuai dengan pengetahuan tersebut (Notoatmodjo, 2003). Upaya

pemberian informasi dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan.

Pelatihan merupakan serangkaian aktivitas yang dirancang untuk

61
meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun

perubahan sikap seseorang (Santoso, 2010).

Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2007).

Pada penelitian ini pengetahuan wamantik adalah segala sesuatu yang

diketahui wamantik terkait penyakit DBD, penyebab DBD, gejala

DBD, tempat perkembangbiakan DBD, cara penularan DBD, cara

pencegahan DBD, dan tugas seorang wamantik.

Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pelatihan

terhadap pengetahuan, peneliti melakukan pengambilan data sebelum

dan sesudah adanya pelatihan. Pelatihan ini dilaksanakan pada hari

yang sama yaitu selama 2 jam atau 120 menit. Pretest dilaksanakan

selama 30 menit sebelum pelatihan, kemudian pelaksanaan pelatihan

selama 60 menit, dan 30 menit berikutnya dipergunakan untuk

posttest. Hal ini untuk menghindari adanya informasi lain selain dari

pelatihan yang dilakukan.

Dari hasil penelitian diketahui terdapat kenaikan rata-rata

pengetahuan antara pretest dan posttest. Peningkatan pengetahuan

tersebut dapat dikarenakan materi yang disampaikan saat pelatihan

dapat dipahami oleh wamantik sehingga saat mendapatkan pertanyaan

terkait materi tersebut, wamantik dapat menjawabnya dengan tepat

sesuai dengan apa yang mereka ketahui. Hal ini dapat terjadi karena

pertanyaan yang dibuat memang sesuai dengan apa yang disampaikan

saat pelatihan.

62
Dari 13 pertanyaan untuk mengukur pengetahuan wamantik,

ketika pretest terdapat 4 pertanyaan yang dapat dijawab dengan benar

oleh >90% wamantik yaitu pertanyan terkait cara penularan penyakit,

jenis nyamuk penular DBD, ciri-ciri nyamuk DBD, dan cara PSN

menguras yang tepat agar telur dan jentik nyamuk terbuang (lampiran

8). Hal ini menunjukkan bahwa materi dasar terkait DBD telah

diketahui oleh wamantik. Pengetahuan dasar terkait DBD ini dapat

diperoleh dari materi pelajaran yang ada di sekolah, informasi dari

orang tua, guru, maupun dari media massa seperti televisi maupun

informasi dari internet. Seperti yang telah kita ketahui, saat ini akses

informasi sangat luas dan siapapun dapat mengaksesnya termasuk

anak-anak.

Materi lain yang diberikan saat pelatihan seperti waktu

mengigit, upaya pencegahan dan pelaksanaan tugas wamantik belum

dapat dijawab dengan tepat oleh wamantik. Bahkan, sebanyak 70,9%

wamantik menjawab salah pada pertanyaan tentang jam menggigit

nyamuk dan 67,4% salah menjawab tentang cara pencegahan. Hal ini

dapat dikarenakan, informasi yang diperoleh wamantik sebelum

pelatihan hanyalah informasi yang paling mendasar tentang nyamuk

DBD.

Sementara itu, pada soal posttest, lebih dari 70% wamantik

telah menjawab dengan benar pada 13 pertanyaan yang diberikan.

Bahkan pada pertanyaan terkait jam mengigit nyamuk, terdapat

63
peningkatan jawaban benar sebesar 48% dan pertanyaan terkait cara

pencegahan terdapat peningkatan jawaban sebesar 40%.

Dari pemaparan tersebut, dapat kita kita simpulkan bahwa

ketika pretest pengetahuan antar wamantik berbeda-beda. Hal tersebut

dapat dikarenakan adanya perbedaan informasi antar wamantik yang

diperoleh sebelum adanya pelatihan. Perbedaan tersebut sesuai dengan

teori yang menyatakan bahwa informasi dapat mempengaruhi

pengetahuan seseorang (Budiman, 2013). Perbedaan informasi ini

dapat dikarenakan wamantik berasal dari tingkatan kelas yang berbeda

yaitu kelas 4 dan 5. Kemungkinan besar, wamantik yang berasal dari

kelas 5 lebih mengetahui informasi tentang DBD dibandingkan

wamantik yang berasal dari kelas 4. Informasi dasar terkait nyamuk

DBD kemungkinan besar diperoleh wamantik dari pelajaran di kelas,

dan mungkin juga dari media massa, internet, orang tua, dan guru.

Peningkatan pengetahuan pada wamantik ini juga dikarenakan

pelatihan merupakan suatu bentuk pendidikan kesehatan yang dapat

menyalurkan informasi terkait penyakit DBD kepada wamantik

sehingga dapat meningkatkan pengetahuan mereka. Hal ini sesuai

dengan teori yang menyatakan bahwa promosi kesehatan merupakan

salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

Peningkatan pengetahuan juga didukung oleh sifat anak usia

SD yang sangat peka terhadap perubahan. Mereka senang mempelajari

apapun yang ada di sekelilingnya (Nuryanti, 2008). Dengan adanya

64
rasa keingintahuan yang tinggi, maka pemberian pelatihan atau

pendidikan kesehatan kepada siswa SD dan melibatkan mereka dalam

kegiatan pemantauan jentik merupakan suatu hal yang sangat tepat.

Dengan melibatkan mereka dalam kegiatan ini diharapkan mereka

dapat terbiasa hidup sehat sejak dini dan dapat langgeng hingga

dewasa.

Dengan meningkatnya pengetahuan wamantik, diharapkan

dapat meningkatkan kewaspadaan wamantik terhadap penularan

penyakit DBD. Pengetahuan yang rendah menyebabkan kewaspadaan

terdapat penyakit juga rendah yang dapat menyebabkan keberadaan

nyamuk DBD tidak dianggap sebagai ancaman yang serius oleh

wamantik (Pujiyanti & Pratamawati, 2014).

Peningkatan pengetahuan juga dapat disebabkan oleh media

dan alat peraga yang dipergunakan saat pelatihan. Media dan alat

peraga yang digunakan dalam penelitian ini adalah slide dan film yang

dapat memberikan informasi sehingga dapat merubah pengetahuan

wamantik. Media dan alat peraga memiliki andil yang cukup besar

dalam mempengaruhi pengetahuan seseorang. Berdasarkan teori yang

dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007) disebutkan bahwa penggunaan

media dapat mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan.

Sedangkan alat peraga dimaksudkan untuk mengerahkan indera

sebanyak mungkin kepada suatu objek sehingga pesan dapat

disampaikan lebih jelas, dan masyarakat sasaran dapat menerima pesan

tersebut dengan jelas dan tepat.

65
Media yang dipergunakan adalah alat bantu elektonik berupa

slide dan film. Pemilihan ini dilakukan karena siswa SD cenderung

menyukai film karena memiliki tampilan yang bagus dan memiliki

suara sehinga membuat siswa menjadi tertarik. Alat bantu dengan

media audio visual sangat cocok diterapkan karena 75%-87%

pengetahuan manusia diperoleh atau disalurkan melalui mata, dan

13%-25% lainnya disalurkan melalui indra yang lain (Maulana, 2007).

Dari sini, dapat disimpulkan bahwa alat-alat visual lebih

mempermudah cara penyampaian dan peneriman informasi atau bahan

pendidikan.

Pemilihan metode ceramah dengan media slide dan film pada

penelitian ini kemungkinan besar dapat berpengaruh juga terhadap

perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa. Jika dijabarkan

maka pelatihan terlaksana selama 60 menit dengan rincian 15 menit

(25%) pemutaran film, 30 menit (50%) penyampaian materi (ceramah)

dengan slide presentasi, dan 15 menit (25%) sisanya dipergunakan

untuk tanya jawab. Media film ditampilkan di awal dengan harapan

dapat menarik perhatian dan minat wamantik untuk dapat mengikuti

pelatihan Setelah pemutaran film selesai dilakukan presentasi dengan

menggunakan slide presentasi yang berisi tentang gambaran umum

DBD, dan pencegahannya. Terdapat pula informasi mengenai cara-

cara melakukan pemantauan jentik dan cara pengisian formulir.

Kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab.

66
Ceramah dengan menggunakan media slide sangat cocok untuk

sasaran kelompok dan efektif untuk membahas suatu topik tertentu dan

peserta dapat mencermati materi dengan seksama karena slide dapat

diulang-ulang. Sedangkan film bersifat menghibur namun tetap

edukatif. Perpaduan metode ceramah dan film memberikan pengaruh

yang lebih signifikan jika dibandingkan dengan hanya menggunakan

salah satu metode (Pandiangan, 2005).

Penggunaan metode ceramah dan film ini senada dengan

penelitian yang dilakukan oleh Pulungan (2008) yang menyatakan

bahwa penyuluhan yang dilakukan dengan metode ceramah dan film

memiliki pengaruh yang siginifikan terhadap perubahan pengetahuan

dan sikap siswa dalam upaya pemberantasan sarang nyamuk DBD di

Helvetia. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Santoso et al. (2014) yang menyatakan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara pengetahuan, sikap dan perilaku

masyarakat dalam pencegahan filariasis antara sebelum dan sesudah

adanya promosi kesehatan.

Penelitian ini relevan dengan penelitian Sustini et al (2012)

yang menyatakan adanya perubahan nilai rata-rata pada pengetahuan

siswa antara sebelum dan sesudah adanya pelatihan di SD Surabaya.

Demikian pula dengan hasil penelitian Sugiono (2012) yang

menyatakan adanya peningkatan pengetahuan antara sebelum dan

sesudah pelatihan pencegahan DBD di Kartasura. Hasil penelitian

yang sama juga diperoleh Azhar & Zuhriyah (2015) yang menyatakan

67
bahwa terdapat peningkatan pengetahuan siswa SD di Malang.

Berdasarkan hasil tersebut dapat kita simpulkan bahwa terdapat

pengaruh antara pelatihan dengan pengetahuan siswa.

Berdasarkan analisis hubungan, diketahui terdapat pengaruh

yang siginifikan antara pelatihan dengan pengetahuan wamantik. Hal

ini sesuai dengan teori yang dikemukanan oleh Notoatmodjo (2007)

yang menyatakan bahwa dampak jangka pendek pendidikan kesehatan

adalah dapat merubah atau meningkatkan pengetahuan. Pengetahuan

inilah yang akan berpengaruh terhadap perilaku kesehatan dalam

jangka panjang.

Pengetahuan yang baik diharapkan dapat mempengaruhi

perilaku pencegahan DBD oleh wamantik. Perilaku yang dilandasi

oleh pengetahuan yang baik dapat lebih langgeng dibandingkan

dengan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Berbekal

pengetahuan yang sudah baik setelah adanya pelatihan, diharapkan

wamantik mampu melakukan upaya pencegahan DBD sejak dini dan

konsisten hingga dewasa nanti (Nuryanti, 2013).

C. Pengaruh Pelatihan terhadap Sikap Siswa Pemantau Jentik di SD

Kecamatan Pamulang Tahun 2017

Sama halnya dengan pengetahuan wamantik, sikap wamantik

juga mengalami peningkatan meskipun tidak terlalu signifikan.

Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau respon

yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek.

68
Dalam penelitian ini, sikap wamantik yang menjadi objek

pengukuran mencakup reaksi atau respon terhadap kegiatan PSN dan

tugas wamantik di sekolah. Pengukuran sikap dilaksanakan sebanyak

dua kali yaitu sebelum pelatihan dan sesudah pelatihan. Terdapat 8 hal

yang diukur yaitu sikap terhadap pernyataan bahwa DBD itu

berbahaya, siswa melakukan pemeriksaan jentik secara mandiri, bak

kamar mandi yang tidak digunakan tidak perlu ditutup, tidak

melaporkan kepada guru ketika menemukan jentik, siswa tidak peduli

jika ada jentik di sekolah, siswa menganjurkan kepada teman-

temannya untuk melakukan PSN di sekolah, tidak wajib menjaga

kebersihan sekolah, dan memakai lotion ketika ke sekolah.

Saat pre test, 26,7% wamantik memiliki sikap yang netral atau

tidak memilih antara setuju dan tidak setuju saat diberi pernyataan

terkait pelaksanaan kegiatan pemeriksaan tempat penampungan air

yang ada di sekolah yang dapat menjadi tempat berkembangnya jentik

(lampiran 8). Hal ini dapat dikarenakan wamantik tidak mengetahui

yang dimaksud dengan tempat penampungan air dan cara melakukan

pemeriksaan jentik, atau wamantik sebenarnya mengetahuinya, namun

mereka mencari cara aman dalam menjawab. Jika demikian, mungkin

saja mereka masih belum yakin dengan apa yang mereka ketahui.

Setelah diadakan pelatihan sikap siswa terhadap pernyataan

yang diajukan sebagian besar sudah positif atau sesuai yang

diharapkan. Sikap wamantik terhadap pernyataan siswa melakukan

pemeriksaan jentik secara mandiri juga mengalami peningkatan.

69
Peningkatan ini akan berdampak pada pelaksanaan tugas wamantik

karena melakukan pemeriksaan tempat yang mungkin terdapat

jentiknya merupakan salah satu tugas pokok seorang wamantik.

Adanya sikap setuju terhadap pelaksanaan pemeriksaan jentik secara

mandiri diharapkan wamantik dapat berperilaku sesuai dengan sikap

tersebut, yaitu mau untuk melakukan pemeriksaan jentik di sekolahnya

masing-masing.

Adanya peningkatan sikap dapat dikarenakan informasi yang

disampaikan saat pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan pada

wamantik. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo

(2007) diketahui bahwa pengetahuan memiliki peranan yang sangat

penting dalam penentuan sikap seseorang. Sebagian besar wamantik

telah mengetahui bahaya dan cara penanggulangan DBD sehingga hal

ini membuat sikap wamantik dalam pelaksanaan PSN DBD di sekolah

juga meningkat.

Berdasarkan hasil, diketahui bahwa sebagian besar wamantik

sudah memiliki sikap yang baik. Sikap wamantik yang sudah baik

tersebut dapat dikarenakan adanya pengalaman pribadi, adanya

pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh media massa,

dan pengaruh lembaga pendidikan (Azwar, 2013). Pengalaman pribadi

wamantik dapat berupa pengalaman menderita penyakit DBD, atau

terdapat keluarga, teman, dan tetangga yang pernah menderita DBD.

Pengalaman terkena penyakit dapat menimbulkan suatu bentuk

kesadaran bahwa penyakit DBD berbahaya dan harus diberantas.

70
Kesadaran akan hal tersebut dapat menimbulkan sikap yang positif

terhadap upaya pencegahan DBD.

Pengaruh orang yang dianggap penting oleh wamantik juga

dapat mempengaruhi sikap, dan biasanya orang penting tersebut adalah

orang tua dan guru. Saat menyampaikan materi pelajaran biasanya

guru menyelipkan pesan tertentu seperti harus menjaga kebersihan

sekolah. Hal ini juga dapat mempengaruhi sikap wamantik. Pengaruh

media massa dapat diperoleh wamantik, salah satunya ketika mereka

menonton televisi. Seringkali di televisi terdapat iklan layanan

masyarakat yang dibuat oleh Departemen Kesehatan. Iklan tersebut

berdurasi cukup singkat namun diputar secara berulang-ulang. Iklan

yang biasanya diputar adalah terkait PSN DBD. Iklan tersebut

disampaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh semua

kalangan umur dan mengandung pesan agar kita melakukan kegiatan

PSN DBD agar terhindar dari DBD sehingga wamantik yang melihat

iklan tersebut dapat bersikap positif terhadap kegiatan PSN DBD.

Sedangkan, pengaruh lembaga pendidikan terhadap sikap wamantik

dapat terjadi jika sekolah juga secara rutin memberikan pengumuman

atau melakukan kegiatan yang mendukung PSN DBD di sekolah.

Dari pemaparan tersebut, jelas terlihat bahwa sikap tidak

muncul secara tiba-tiba. Sikap muncul setelah adanya suatu informasi

yang diterima oleh wamantik. Sikap merupakan kesiapan atau

kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan suatu

motif, namun sikap belum termasuk tindakan (Notoatmodjo, 2007).

71
Seperti contoh wamantik menyatakan sikap bahwa mereka akan

melakukan kegiatan pemeriksaan jentik secara mandiri. Dari

pernyatakan sikap tersebut, belum tentu wamantik tersebut akan

melakukan pemeriksaan jentik secara mandiri. Namun, dengan adanya

sikap setuju terhadap pelaksanaan pemantauan jentik, dapat kita

perkirakan bahwa jika diminta melaksanakan pemantauan jentik secara

mandiri siswa tersebut kemungkinan besar bersedia untuk

melaksanakannya. Ketika sikap wamantik memperlihatkan

kecenderungan positif, maka diharapkan dapat diaktualisasikan

terhadap perilaku PSN yang baik pula (Nuryanti, 2013).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh Yudianto, et al (2012) yang menyatakan bahwa ada

perbedaan antara sikap mengenai penyakit DBD pada siswa sebelum

adanya stimulasi permainan dengan setelah adanya stimulasi

permainan. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Pulungan

(2008) yang menyatakan bahwa ada peningkatan sikap dokter cilik di

Kota Medan dalam upaya PSN DBD sebelum diberikan penyuluhan

dengan metode ceramah dan media film. Dari sini, dapat kita

simpulkan bahwa pemberian pelatihan dapat meningkatkan sikap

positif siswa terhadap upaya pencegahan DBD.

Peningkatan sikap ini merupakan suatu yang penting karena

dengan adanya sikap seseorang yang cenderung baik terhadap sesuatu

diharapkan dapat menciptakan perilaku yang baik pula. Sesuai dengan

teori yang menyatakan bahwa sikap memiliki kecenderungan

72
hubungan yang kuat dengan perilaku (Robbins & Judge, 2008). Sikap

yang baik dapat meningkatkan praktik siswa dalam kegiatan

pemantauan jentik di sekolah. Hasil penelitian juga menyatakan bahwa

adanya pengaruh antara sikap dengan perilaku PSN di sekolah

(Nuryanti, 2013).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Sugiono (2012) yang menyatakan bahwa terdapat peningkatan

sikap siswa SDN Wirogunan Kartasura setelah adanya pelatihan

pencegahan DBD. Dalam penelitian lain juga disebutkan terdapat

peningkatan sikap setelah adanya penerapan promosi kesehatan dalam

pencegahan penanggulangan penyakit DBD di Kota Pekanbaru

(Suyanto et al., 2009). Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat

peningkatan sikap antara sebelum dan sesudah pelatihan Wamantik.

Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan media ceramah dan film

dapat meningkatkan sikap seseorang. Selain itu, seperti yang kita

ketahui film adalah komunikasi yang bersifat hiburan sehingga

informasi yang disampaikan dapat meningkatkan respon penontonnya

D. Pengaruh Pelatihan terhadap Keterampilan Siswa Pemantau

Jentik di Sekolah Dasar Kecamatan Pamulang Tahun 2017

Selain mengukur pengetahuan dan sikap, juga dilakukan

pengukuran keterampilan pemantauan jentik pada siswa dengan cara

praktik saat pelatihan. Dengan dilakukannya praktik pada saat

pelatihan, dapat diketahui sejauh mana pemahaman siswa tentang

tempat-tempat perkembangbiakan jentik nyamuk, cara melakukan

73
observasi jentik, dan kemampuan siswa dalam membuat laporan secara

singkat. Dalam penelitian ini, praktik wamantik dilakukan sebanyak

dua kali yaitu sebelum dan sesudah pelatihan. Objek yang diobservasi

adalah pemeriksaan jentik, pencatatan dan pembuatan format

pelaporan. Objek observasi tersebut merupakan tugas pokok seorang

wamantik.

Pada saat pre test, sebagian besar siswa salah dalam melakukan

pencatatan tempat perkembang biak jentik nyamuk, dan pembuatan

format laporan. Beberapa siswa masih menganggap air yang kotor

merupakan tempat perkembang biakan jentik nyamuk DBD. Pada saat

post test, sebagian besar sudah benar dalam melakukan pencatatan.

Namun, untuk penulisan format pelaporan masih banyak yang tidak

tepat penulisannya. Hal ini dapat dikarenakan, pada saat post test

wamantik telah jenuh dalam melakukan mengisi formulir yang

disediakan, dan dapat pula dikarenakan kurangnya pemahaman materi

yang disampaikan pada saat pelatihan.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan

keterampilan pemantauan jentik pada wamantik. Peningkatan

keterampilan tersebut dapat dikarenakan adanya peningkatan

pengetahuan dan sikap wamantik setelah dilaksanakannya pelatihan

(Notoatmodjo, 2007).

Perubahan perilaku yang terjadi ini dapat dikarenakan adanya

proses belajar yang dilakukan dengan pelatihan wamantik. Pelatihan

74
ini meningkatkan pengetahuan, yang dapat menimbulkan kesadaran

dan menyebabkan wamantik berperilaku sesuai dengan pengetahuan

yang dimilikinya. Hal ini didukung oleh penelitian Sari & Kurniawan

(2012) yang menyatakan adanya pengaruh antara pengetahuan dengan

perilaku PSN di Boyolali. Dengan adanya perubahan keterampilan ini

diharapkan praktik PSN di sekolah dapat dilakukan dengan rutin setiap

seminggu sekali.

Praktik PSN yang baik dan dilaksanakan secara rutin dapat

meningkatkan kebersihan lingkungan sekolah dan meningkatkan ABJ

yang ada di sekolah dan lingkungan tersebut (Nugrahaningsih et al.,

2010). Seperti yang telah kita ketahui, ABJ merupakan indikator

keberhasilan kegiatan PSN di suatu lingkungan. ABJ yang tinggi

diharapkan dapat berpengaruh terhadap penurunan kasus DBD di

wilayah tersebut.

Hasil pada penelitian ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sandi (2012) yang menyatakan bahwa terdapat

kenaikan rata-rata keterampilan antara sebelum dan sesudah

penyuluhan. Keterampilan yang dimiliki diharapkan dapat

menciptakan perilaku wamantik yang baik sehingga dapat

menciptakan lingkungan sekolah yang bebas dari jentik nyamuk

sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian DBD. Hal

ini sesuai dengan tujuan dibentuknya wamantik yaitu untuk

meningkatkan peran serta anak sekolah dalam mendukung upaya

penurunan kasus DBD di Indonesia (Kemenkes RI, 2014).

75
Penyebab lain yang mungkin mempengaruhi pengetahuan,

sikap, dan keterampilan siswa dalam pelatihan ini adalah daya serap

siswa. Daya serap adalah kemampuan untuk menangkap dan

memahami sebuah materi sehingga peserta didik dapat menjabarkan

kembali materi yang diterima dengan benar dan menjadi tolak ukur

untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap

mata pelajaran yang diajarkan oleh seorang guru dalam proses

kegiatan belajar mengajar. Daya serap ini dipergunakan sebagai

indikator keberhasilan belajar atau prestasi belajar (Udhmah, 2015).

Daya serap juga menggambarkan seberapa cepat dan seberapa besar

kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan proses pembelajaran

secara keseluruhan (Anas, 2014).

Berdasarkan perhitungan, diketahui bahwa semua siswa

pemantau jentik telah memenuhi standar yang telah ditentukan..

Meskipun demikian, nilai yang diperoleh tetap berbeda-beda, terdapat

wamantik yang memiliki nilai mendekati sempurna dan juga ada

wamantik yang nilainya mendekati batas minimum. Perbedaan tersebut

dapat dikarenakan adanya perbedaan fisiologis, motivasi, keaktifan

siswa, lingkungan belajar, media pembelajaran, dan metode pengajaran

(Yanuari, 2012). Kondisi fisiologis di sini berarti kondisi kesehatan

dan stamina siswa. Siswa yang mengalami kelelahan mungkin akan

memiliki hasil pelatihan yang berbeda jika dibandingkan dengan siswa

yang tidak mengalami kelelahan.

76
Sementara itu, motivasi dalam menerima pelatihan juga

menjadi faktor penentu daya serap. Siswa yang motivasi atau

keinginan belajarnya tinggi akan lebih tertarik menerima pelatihan.

Demikian juga keaktifan siswa menjadi penentu daya serap siwa

karena keaktifan siswa di kelas menunjukkan bahwa siswa tersebut

memperhatikan dan mencoba untuk memahami apa yang disampaikan.

Dengan daya serap individu yang baik maka dapat mendorong

wamantik untuk terus belajar dan ingin tahu lebih dalam mengenai

jumantik (Udhmah, 2015).

Sementara itu, kita juga dapat mengukur daya serap siswa

dalam satu kelas selama pelatihan, yang disebut dengan daya serap

klasikal. Daya serap klasikal dapat diartikan sebagai kemampuan siswa

dalam satu kelas untuk dapat menerima materi yang disampaikan

(Udhmah, 2015). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada

penelitian ini, kelas pelatihan telah memenuhi standar daya serap

klasikal.

Sama halnya seperti daya serap individu, daya serap klasikal

juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya adalah faktor

kondisi kelas (Yanuari, 2012). Kelas yang tenang lebih mudah

dipergunakan untuk belajar daripada kelas yang gaduh karena siswa

akan lebih mudah menerima informasi yang disampaikan. Saat

pelatihan kondisi kelas dibuat senyaman mungkin sehingga

memudahkan siswa untuk menerima informasi yang disampaikan.

77
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Astawan et al.(2015) yang menyatakan bahwa metode demontrasi

dapat meningkatkan daya serap klasikal untuk mata ajar prakarya dan

kewirausahaan. Dengan adanya penyerapan ilmu yang baik dalam

pelatihan tersebut, maka diharapkan siswa tersebut mampu untuk dapat

mempelajari jumantik lebih dalam lagi dan dapat melakukan praktik

sesuai dengan ilmu yang telah diserapnya. Selain itu, dengan daya

serap yang baik, peluang keberhasilan kegiatan pemantauan jentik

yang dilakukan oleh wamantik juga semakin besar (Udhmah, 2015).

Meskipun hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh

yang signifikan, namun dalam penelitian ini dimungkinkan adanya

kejenuhan yang dapat berdampak pada hasil kegiatan pelatihan. Untuk

menghindari adanya kejenuhan yang dialami oleh responden, mungkin

sebaiknya perlu diberikan jeda satu minggu antara kegiatan pelatihan

dan pengambilan data posttest. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Afianto (2014) yang memberikan jeda antara

penyuluhan dan pengambilan data posttest. Pemberian jangka waktu

antara pre – post test juga didukung dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Lubis et al. (2013) yang menunjukkan bahwa tidak ada

pengaruh antara pelatihan dengan keterampilan praktik siswa karena

jarak antara praktik dan penyuluhan terlalu dekat.

Penyampai materi pada penelitian ini, merupakan peneliti

sendiri dengan materi yang dibuat berdasarkan teori yang telah ada,

berdasarkan materi dalam penelitian sebelumnya, dan ditambah

78
dengan materi yang dibuat oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan. Hal tersebut juga dapat mempengaruhi penangkapan materi

oleh karena setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan

pemateri bukanlah penyuluh profesional meskipun sudah pernah

mendapatkan pelatihan sebelumnya (Notoatmodjo, 2007).

Kegiatan pelatihan wamantik ini merupakan salah satu bentuk

evaluasi yang dilakukan oleh peneliti untuk mengevaluasi program

yang telah dilakukan oleh Puskesmas Benda Baru. Evaluasi ini

dilakukan untuk mengetahui kemajuan program, dan untuk

memperbaiki efesiensi dan efektivitas pelaksanaan program

(Muninjaya, 2004).

Berdasarkan fakta yang didapatkan dilapangan, tidak semua

sekolah yang telah diberi pelatihan melakukan pelaporan bulanan dan

melakukan pemeriksaan jentik. Bahkan, berdasarkan keterangan guru

UKS pada salah satu sekolah, siswa yang telah dilatih belum pernah

melakukan pemantauan jentik karena baik guru maupun siswa belum

mengetahui cara melakukan pemantauan dan membuat pelaporannya.

Oleh karena itu, agar kegiatan ini dapat berjalan lebih optimal pada

semua sekolah yang telah diberikan pelatihan, perlu adanya

keterlibatan guru dan siswa dalam pemantauan jentik. Selain itu, Dinas

Kesehatan dan UPT Puskesmas juga perlu melakukan kegiatan

pemantauan secara berkala, tidak hanya menunggu laporan dari UKS

namun juga memastikan bahwa wamantik berperan dalam

79
meningkatnya ABJ di sekolah sehingga kegiatan ini dapat

berkesinambungan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Salah satu cara untuk meningkatkan peran guru UKS kegiatan

ini adalah dengan memberikan pelatihan kepada guru sebagai

pemantau dan pembimbing wamantik. Pemberian pelatihan ini sesuai

dengan penelitian Pujiyanti & Pratamawati (2014) yang menyatakan

bahwa guru juga perlu mendapatkan pelatihan untuk meningkatkan

upaya pengendalian DBD di sekolah. Guru UKS berkewajiban untuk

mengarahkan kegiatan jumantik di sekolahnya minimal seminggu

sekali sesuai dengan daur hidup nyamuk, memberikan bimbingan

teknis kepada wamantik agar wamantik memahami dan melaksanakan

tugasnya dengan baik, serta melakukan rekapitulasi hasil pemantauan

yang dilakukan wamantik kemudian melaporkannya kepada kepala

Puskesmas (Kemenkes RI, 2014).

Dengan demikian, kegiatan seperti ini akan bermanfaat sekali

jika dilaksanakan di setiap sekolah dan dilakukan secara berkala. Hal

ini selain dapat berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan

keterampilan wamantik juga dapat bermanfaat bagi kesehatan

lingkungan sekolah. Selain adanya pelatihan, peran guru sebagai

pemantau dan pembimbing juga diperlukan untuk mendorong siswa

melakukan kegiatan pemantauan jentik minimal semingu sekali karena

kegiatan ini tidak dilaksanakan oleh sekolah meskipun sudah

mendapatkan pelatihan sebelumnya.

80
Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa

terdapat peningkatan kapasitas pengetahuan, sikap dan keterampilan

wamantik antara sebelum dan sesudah pelatihan. Peningkatan

kapasitas ini dapat berpengaruh terhadap peningkatan ABJ dan

penurunan angka kesakitan DBD. Untuk mewujudkannya dibutuhkan

komitmen dari wamantik maupun guru untuk melakukan upaya

pencegahan secara berkesinambungan (Suwanbamrung et al., 2012).

81
BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

1. Terdapat peningkatan rata-rata skor pengetahuan, sikap, dan

keterampilan pada siswa pemantau jentik sebelum dan sesudah

pelatihan.

2. Daya serap individu setelah pelatihan adalah 100%

3. Daya serap klasikal setelah pelatihan adalah 100%

4. Terdapat pengaruh adanya pelatihan siswa pemantau jentik

terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilannya dengan nilai p-

value masing masing sama yaitu 0,000.

B. SARAN

1. Bagi Sekolah Dasar

Guru disarankan untuk memberikan bimbingan dan pengawasan

kepada siswanya untuk melakukan pemantauan jentik di rumah dan

di sekolah serta melaporkannya setiap seminggu sekali

2. Bagi Dinas Kesehatan

Perlu adanya program pelatihan seperti ini di sekolah dasar lainnya

di Kecamatan Pamulang karena pelatihan ini terbukti berpengaruh

terhadap pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa.

82
3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan tentang

pengaruh pelatihan siswa pemantau jentik dengan keberadaan

jentik nyamuk di SD sebagai upaya pencegahan DBD.

b. Jika melakukan penelitian dengan one group prestest posttest

disarankan untuk melakukan pengambilan data tidak sekaligus

dalam satu hari untuk menghindari adanya kejenuhan dan

kelelahan pada responden.

c. Disarankan untuk melakukan penelitian komparatif, yaitu

penelitian yang dilakukan untuk membandingkan dua

kelompok dengan membedakan metode atau media

intervensinya, sehingga didapatkan metode atau media

pelatihan yang paling efektif dalam aspek pelatihan Wamantik

di SD.

83
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U.F., 2012. Dasar Dasar Penyakit Berbasis Lingkungan. Jakarta:


Rajawali Press.

Afrianto, D., 2014. Pengaruh Penyuluhan terhadap Penetahuan, Sikap dan


Tindakan Petani Paprika di Desa Kumbo - Pasuruan terkait Pengunaan
Alat Pelindung Diri (APD) Dari Bahaya Pestisidatahun 2014. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Al-Zufri, B.M.N. et al., 2015. Knowledge. Attitite and Practice f Dengue Fever
and Healh Education Programme Among Syudents of Alam Shah
Science School, Cheras, Malaysia. Malaysian Journal of Public Health
Medicine , 15(2), pp.69-74.

Anas, M., 2014. Mengenal Metode Pembelajaran. Pasuruan: CV Pustaka Hulwa.

Andini, A., 2013. Pengaruh Keberadaan Siswa Pemantau Jentik Aktif Dengan
Keberadaan Jentik Nyamuk di SD Kecamatan Gajahmungkur SEmarang.
Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Astawan, G., Santiyadnya, N. & Gitakarma, M.S., 2015. Penerapan Metode


Demonstrasi Untuk Meninkatkan Hasil Belaar Prakarya dan
Kewirausahaan Siswa Kelas X BB1 SMA Negeri 4 Singaraja Tahun
Ajaran 2014/2015. e-Journal Jurnal Pendidikan Teknik Elektro
Universitas Pendidikan Ganesha, 4(1), pp.34-43.

Azhar, N.H. & Zuhriyah, L., 2015. Pemberdayaan Siswa Pemantau Jentik dengan
Metode Manga Zone Sebagai Salah Satu Pencegahan Kasus Demam
Berdarah Dengue di Derah Kelurahan Sawo Jajar Kota Malang. Majalah
Kesehatan FKUB Vol 2 No 1 Maret 2015.

84
Azwar, S., 2013. Sikap Manusia ; Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Bahri, S. & Zamzam, F., 2014. Model Penelitian Kuantitatif Berbasis SEM -
Amos. Yogyakarta: Deepublish.

BPS Provinsi Banten, 2016. Banten Dalam Angka 2016. Annual Report. Banten:
Badan Pusat Statistik Provinsi Banten Bidang Integrasi Pengolahan dan
Diseminasi Statistik BPS Provinsi Banten.

Budiman, A.R., 2013. Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan.


Jakarta: Salemba Medika.

Dahlan, S., 2008. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan : Deskriptif, Bivariat,
dan Multivariat Dilengkapi dengan Penggunaan SPSS Edisi 3. Jakarta:
Salemba Medika.

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2016. Data Kegiatan Pengendalian


Demam Berdarah Dengue di Kota Tangerang Selatan. Annual Report.
Tangerang Selatan: Sub Bidang Pengendalian Penyakit Menular Dinas
Kesehatan Kota Tangerang Selatan.

Ditjen P2PL, 2011. Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue. Jakarta:


Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Ginanjar, G., 2007. Demam Berdarah; A Survival Giude. Yogyakarta: B-first.

Glanz, K. & Rimer, B.K., 2005. Theory at A Glance; A Guide For Health
Promotion Practice. 2nd ed. United States: U. S Department of Heath
and Human Services : Public Health Services : National Institute of
Health.

Hanafi, P., 2012. Penerapan Model Cooperative LearningTipe Make A Match


Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
Matematika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Universitas
Pendidikan Indonesia.

85
Harsanto, R., 2007. Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Yogyakarta: Kanisius.

Hovland, C.I., Janis, I.L. & Kelley, H.H., 1966. Communication and Persuasion;
Psychological Studies of Opinion Change. New Haven : Yale University
Press.

Kemendikbud, 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online] Badan


Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud (1.9) Available at:
http://kbbi.web.id/terampil [Accessed 22 Maret 2017].

Kemenkes RI, 2010. Pemberantasan Nyamuk Penular Demam Berdarah Dengue.


In Kemkes Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. p.3.

Kemenkes RI, 2014. Petunjuk Teknis Jumantik - PSN Anak Sekolah. Jakarta:
Dirjen P2PL Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI, 2016. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Annual Report. Jakarta:
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

KEMENLHK, 2015. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Indonesia Tahun 2014.


Annual Report. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Lemeshow, S., Hosmer Jr, D.W. & Klar, J., 1997. Besar Sampel dalam Penelitian
Kesehatan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.

Lubis, D.S. et al., 2013. Pemberdayaan Siswa SD II Sesetan Dalam Mengurangi


Kasus Penyakit Demam Berdarah di Kelurahan Sesetan Denpasar 2012.
Udayana Mengabdi Volume 12 No 1 Tahun 2013 ISSN 1412-0925,
pp.41-44.

Maulana, H.D.J., 2007. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.

Muninjaya, A.A.G., 2004. Manajemen Kesehatan Edisi 2. Jakarta: EGC.

86
Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Adsi
Mahasaty.

Notoatmodjo, S., 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka
Cipta.

Notoatmodjo, S., 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Novel, S.S., 2011. Ensiklopedia Penyakit Menular dan Infeksi. Yogyakarta:


Familia.

Nugrahaningsih, M., Putra, A. & Aryanti, I.w.R., 2010. Hubungan Faktor


Lingkungan dan Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Jentik Nyamuk
Penular DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Utara. Ecotrophic
Volume 5 Nomor 02 , pp.93-97.

Nuryanti, L., 2008. Psikologi Anak. Jakarta: Penerbit Indeks.

Nuryanti, E., 2013. Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamu di Masyarakat. Jurnal


Kesehatan Masyarakat Vol 9 No 1 , pp.15-23.

Pandiangan, T., 2005. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Melalui


Ceramah, Media Audio Visual, Ceramah Plus Audio Visual, pada
Pengetahuan dan Sikap Remaja SLTP di Tapanuli Utara. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.

Pujiyanti, A. & Pratamawati, D.A., 2014. Pengendalian Vektor Demam Berdarah


Dengue Pada Komunitas Sekolah Dasar Di Kecamatan Tembalang Kota
Semarang. Vektora Volume 6 No 2 OKtober 2014 , pp.46-51.

Pujiyanti, A., Trapsilowati, W., Suwasono, H. & Darwin, A., 2011. Model
Pengendalian Vektor DBD melalui Program Ekstrakulikuler Sekolah
Dasar. Jakarta: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan
Reservoir Penyakit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI.

87
Pulungan, R., 2008. Pengaruh Metode Penyuluhan terhadap Peningkatan
Pengetahuan dan Sikap Dokter Kecil dalam Pemberantasan Saran
Nyamuk Deman Berdarah (PSN-DBD) di Kecmatan Helvetia Tahun
2007. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Puskesmas Benda Baru, 2016. Data DBD Puskesmas Benda Baru. Benda Baru:
Puskesmas Benda Baru.

Rahayu, Rosvita & Setyaningtyas, 2013. Hubungan Kondisi Lingkungan dan


KOntainer dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aeypti di Daerah
Endemis Demam Berdarah Dengue di Banjarbaju. Jurnal Buski Volume 4
No 3, pp.133-37.

Robbins, S.P. & Judge, T.A., 2008. Perilaku Organisasi Edisi 12. Jakarta:
Salemba Empat.

Rosidi, A.R. & Adisasmita, W., 2009. Hubungan Faktor Penggerakan


Peberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan
Angka Bebas Jentik di Kecamatan Sumber Jaya Kab Majalengka Jawa
Barat. Bandung Medical Jourval Vol 41 No 2 , pp.1-7.

Said, M., Septiharti, D. & Palimbong, d.A., 2015. Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran PKn dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif STAD DI Kelas IV SDN 2 Siney. Jurnal
Kreatif Tadulako Online ISSN 2354-614X, 4(3), pp.30-42.

Santoso, B., 2010. Skema dan Mekanisme Pelatihan ; Panduan Penyelenggaraan


Pelatihan. Jakarta: TERANGI.

Santoso, Taviv, Y., Yahya & Mayasari, R., 2014. Pengaruh Promosi Kesehatan
Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat tentang Filariasis.
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 17 No 2 April 2014, pp.167-76.

Sari, W. & Kurniawan, T.P., 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Perilaku
PSN dengan Keberadaan Jentik Aedes Aegypti di Desa Ngresep Kec.

88
Ngemplak Kab. Boyolali. Jurnal Kesehatan Vol. 5 No 1 Juni 2012 ISSN
1979-7621, pp.66-73.

Sarwono, 2003. Sosiologi Kesehatan: Beberapa Konsep dan Aplikasinya.


Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Shepard, D.S., Undurraga, E. & Halasa, Y.A., 2013. Economic and Disease
Burden of Dengue in Southeast Asia. PLOS Neglegted Tropical Disease
Vol 7 Issue 2 e2055. doi:10.1371/journal.pntd.0002055, pp.1-12.

Sirait, J.T., 2006. Memahami Aspek-Aspek Pengelolaan Sumber Daya Manusia


dalam Organisasi. Jakarta: PT Grasindo.

Siregar, F.A. et al., 2015. Social and Environmental Determinants of Dengue


Infection Risk in North Sumatera Province, Indonesia. Asian Journal of
Epidemioloy 8 (2) DOI : 10.3923/aje.2015.23.35, 8(2), pp.23-35.

Sugiono, 2012. Pengaruh Pelatihan Pencegahan Demam Berdarah Dengue


terhadap Tingkat pengetahuan dan sikap siswa di SDN Wirogunan I
Kartasuro Kabupaten Sukoharjo. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R& D. Bandung: CV


Alfabeta.

Sukiarko, E., 2007. Pengaruh Pelatihan dengan Metode Belajar Berdasarkan


Masalah terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Kader Gizi dalam
Kegiatan Posyandu. Semarang: Program Pasca Sarjana Universitas
Diponegoro.

Suroso, U.A., 2004. Epidemiologi dan Penanggulanan Penyakit Demam


Berdarah Dengue (DBD) Saat Ini. Jakarta: FK UI.

Sustini, F., Andajani, S. & Atika, 2012. The Training of Wiggler Monitoring of
Primary School Teacher and Student In Surabaya to Improve Eradication
of Dengue Hemorraghic Fever. Folia Medica Indonesia Vol 48 No 1,
pp.28-31.

89
Suwanbamrung, C. et al., 2012. Student Capacity Building of Dengue Prevention
And Control, A Study of an Islamic School, Soutern Thailand. Journal
Health Vol 4 No 7 DOI : 10.4236/health 2012. 47059, pp.366-76.\

Suyanto et al., 2009. Evaluasi Penerapa Promosi Kesehatan Dalam Pencegahan


Penangulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue Melalui erakan 3M
Plus di Kota Pekanbaru. Journal of Environmental Science Volume 3 No
1 Tahun 2009 ISSN 1978-5283, pp.37-45.

Suyasa, I.N.G., Putra, N.A. & Aryanta, I.W.R., 2008. Hubungan Faktor
Lingkungan dan Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Vektor DBD
di Wilayah Kerja PKM 1 Denpasar. Echotropic Vol 3 No 1 , pp.1-6.

Trianto, 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,


Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Udhmah, A.S., 2015. Studi Komparasi Tentang Daya Serap Belajar PAI Siswa
Lulusn Sekolah Dasar Negeri (SDN) dan Siswa Lulusan Sekolah Dasar
Islam (SDI) di SMP Islam Maryam. Surabaya: Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

WHO, 2016. Health Education. [Online] Available at:


www.who.int/topics/health_education/en/ [Accessed 23 November
2016].

Widagdo, L., Husodo, B.T. & Bhiruni, 2008. Kepadatan Jentik Aedes Aegypti
sebagai Indikator Keberhasilan Pemberantasan Sarang Nyamuk )PSN)
3M Plus di Kelurahan Srondol Wetan Semarang. Makara Kesehatan
Volume 12 No 1 Juni 2008, pp.13-19.

Wood, W., 2000. Attitude Change : Persuasion and Social Influence. Texas :
Departement of Psychology, Texas A&M University.

Yanuari, A., 2012. Faktor yang Mempengaruhi Daya Serap Belajar Siswa dalam
Mata Pelajaran Menggambar Bangunan Gedung di SMK N 1 Seyegan.

90
Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

Yudhastuti, R. & Vidiyani, A., 2005. Hubungan Kondisi Lingkungan, Kontainer,


dan Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes
Aegypti DI Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue Surabaya. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Volume 1 No 2 , pp.170-82.

Yudianto, A., Mukarromah, I. & Yani, A.L., 2012. Pengaruh Stimulasi Permainan
Ular Tangga Terhadap Perubahan Sikap Siswa Tentang Demam
Berdarah. Prosiding Seminas Competitive Advantage Vol 1 No 2 ISBN
978-602-99020-3-7, pp.1-6.

91
LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian


KUESIONER PENGARUH PELATIHAN SISWA PEMANTAU JENTIK
TERHADAP PENGETAHUAN SIKAP DAN KETERAMPILANNYA DI
SEKOLAH DASAR KECAMATAN PAMULANG TAHUN 2016
LEMBAR KESEDIAAN RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Salam Sejahterah Bagi Kita Semua.
Kepada Adik-adik dan Ibu Guru, saya mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya atas kesediaannya meluangkan waktu untuk mengisi surat persetujuan
dalam kuesioner ini.
Pertama-tama, izinkan kami memperkenalkan diri. Saya, Ainia Nurul
Aqida, mahasiswa semester IX Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Saat ini saya sedang melakukan penelitian terkait pengaruh pelatihan
siswa pemantau jentik terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilannya di
Sekolah Dasar Kecamatan Pamulang tahun 2016 sebagai skripsi saya.
Untuk itu saya mohon kesediaan Adik-adik untuk ikut serta dalam survei
ini, yaitu sebagai responden. Kami akan menanyakan beberapa hal seputar
identitas adik, pengetahuan adik sehubungan dengan jentik dan penyakit Demam
Berdarah (DBD), dan sikap terhadap pencegahan penyakit. Informasi yang adik
berikan akan bermanfaat sebagai data dalam penelitian saya dan akan kami jaga
kerahasiaanya. Jika adik bersedia, dimohon untuk menandatangani lembar
persetujuan yang telah disediakan.
Saya, yang bertanda tangan di bawah ini. menyatakan bersedia untuk menjadi
responden dalam survei ini, tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Saya akan
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti dengan jujur dan apa adanya.

Tangsel, ................................................

Responden Pengumpul Data

(.....................................) (.....................................)

92
A. IDENTITAS RESPONDEN

Nama :
Umur : tahun. L/P
Kelas :
Nama sekolah :
B. PENGETAHUAN
Petunjuk : Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang kamu anggap
benar.

No Pertanyaan Kode
1 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit
yang disebabkan oleh:
a. Virus
b. Bakteri
c. Cacing
2 Cara penularan penyakit DBD adalah melalui:
a. Sentuhan tangan
b. Gigitan nyamuk
c. Gigitan cacing
3 Nyamuk yang menyebabkan DBD adalah:
a. Culex
b. Anopheles
c. Aedes Aegypti
4 Tubuh nyamuk yang menyebabkan DBD berwarna :
a. Belang coklat putih
b. Belang hitam coklat
c. Belang hitam putih
5 Nyamuk DBD menggigit manusia pada
a. siang hari (pukul 12.00-15.00)
b. pagi hari (pukul 07.00-10.00)
c. malam hari (18.00-24.00)
6 Gejala khas pada DBD adalah
a. demam mendadak naik turun dan muncul bintik kemerahan
b. demam biasa dan muncul bintik kemerahan
c. demam disertai flu dan batuk
7 Apakah pencegahan yang paling sederhana dan tepat dalam
pemberantasan jentik-jentik nyamuk adalah dengan PSN DBD
di lingkungan sekolah seminggu sekali?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
8 3M plus merupakan pemberantasan sarang nyamuk dengan
cara:
a. Fisik
b. Kimia
c. Biologi

93
No Pertanyaan Kode
9 Tanda-tanda jentik tersebut merupakan jentik nyamuk DBD
adalah:
aselalu bergerak aktif dan berdiri hampir tegak lurus ketika
istirahat
b. selalu diam di atas permukaan air
c. selalu diam di dasar tempat penampungan air
10 PSN adalah kepanjangan dari ..
a. Pemberantasan Sarang Nyamuk
b. Pembasmi Sarang Nyamuk
c. Pembersihan Sarang Nyamuk
11 Bagaimana cara menguras bak kamar mandi yang benar?
a. Membuang airnya dan diberi sabun
b. Membuang airnya dan disikat
c. Membuang air, kemudian diberi sabun dan disikat
12 Apakah bubuk abate diberikan pada tempat penampungan air
yang sulit dikuras
a. ya
b, tidak
c. tidak tahu
13 Apakah tugas seorang siswa pemantau jentik?
a. memeriksa tempat yang kemungkinan terdapat jentik
b. mencatat dan melaporkan hasil pemantauan jentik
c.Melakukan pemantauan jentik, mencatatnya dan
melaporkannya ke guru

C. SIKAP
PETUJUK :
Pada bagian ini, adik kami minta untuk memberi tanda silang (x)
atau centang (v) pada bagian yang paling sesuai dengan adik.
Keterangan:
SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
R : Ragu

No Pertanyaan SS S R TS STS
1 DBD merupakan penyakit yang
berbahaya
2 Saya melakukan pemeriksaan dan
pemantauan jentik secara mandiri
di sekolah
3 Bak air di kamar mandi yang tidak
dipergunakan tidak perlu ditutup
4 Saya tidak melapor ke guru jika
menemukan jentik nyamuk
5 Saya tidak perlu takut jika ada
jentik nyamuk di sekolah

94
No Pertanyaan SS S R TS STS
6 Saya mengajak teman untuk
melakukan kegiatan pemberantasan
sarang nyamuk di sekolah
7 Saya tidak berkewajiban untuk
menjaga kebersihan lingkungan
sekolah
8 Saya memakai lotion anti nyamuk
saat pergi ke sekolah

D. KETERAMPILAN

Formulir ini di isi ketika melakukan pemeriksaan jentik di sekolah. Jika di


ada ruangan selain yang tercantum di kolom, harap menambahkan pada kertas
kosong di balik ini. Jika ruangan yang ada pada kolom tidak terdapat di sekolah di
kosongi saja.

FORMULIR PRAKTIK PEMANTAUAN JENTIK

Nama/Jenis Jumlah Kontainer Jumlah Total Kontainer


No Ruang
Kontainer JML (+) JML (-) JML (+) JML (-)
1 Kepala Sekolah
2 Ruang Guru
3 Ruang Kelas
4 Toilet/WC siswa
5 Perpustakaan
6 Ruang UKS
7 Laboratorium Mengetahui,
8 Kantin
9 Mushola/Ruang Ibadah (Supervisor Wamantik)
10 Halaman

Keterangan
JML (+) : Jumlah kontainer yang diperiksa dan terdapat jentik
JML (-) : Jumlah kontainer yang diperiksa dan tidak terdapat jentik

95
Lampiran 2 Surat Pemberian Izin Penelitian Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan

96
Lampiran 3 Surat Pemberian Izin Penelitian Dinas Pendidikan Kota
Tangerang Selatan

97
Lampiran 4 Izin Penelitian UPT Pendidikan Pamulang

98
Lampiran 5 Kerangka Sampel Penelitian
Nama Siswa Sekolah Nama Siswa Sekolah
Alby Syahputra SDN BB 01 Andi Delima Anggraini SD BB 03
Apriliany Wijayanti SDN BB 01 Dimas Kurniawan SD BB 03
Daffa Khairullah SDN BB 01 Fergian Trista Pradana SD BB 03
Dani Ramdzan SDN BB 01 Ivana Ariani SD BB 03
Divia Arti Cahyani SDN BB 01 Jasia Yusuf Tauhan SD BB 03
Fauzan Nur Fadhillah SDN BB 01 Kevin Saputra SD BB 03
Fhutry Nur asiah Meylani SDN BB 01 M Zidan Fahrezi SD BB 03
Fitria Restu Utami SDN BB 01 Miftah Fadhil K SD BB 03
Gadis Nurul Aini SDN BB 01 M Zakky Syaban SD BB 03
Larasati SDN BB 01 M Dwi Surya SD BB 03
M Alfath Akbar Ramadhan SDN BB 01 M Ibnu SD BB 03
M Saputra Ardiansyah SDN BB 01 M Rasya Arfie Kurniawan SD BB 03
Muhammad Farel Rahmansyah SDN BB 01 M Zaidan SD BB 03
Muhammad Fadhillah Wardani SDN BB 01 Nesta Fadila SD BB 03
Muhammad Nur Alvian Muzakki SDN BB 01 Natasya Anindia Fabiana SD BB 03
Muhammad Haris SDN BB 01 Novia Edwina Ehaisani SD BB 03
Muhammad Ilham SDN BB 01 Ryan Andul Jabar SD BB 03
Muhammad Rizkt Maulana SDN BB 01 Rasya Putra Nafais SD BB 03
Nandita Disaputri SDN BB 01 Rifqi Dwi Febrian SD BB 03
Prayoga Saputra SDN BB 01 Wahyudi SD BB 03
Rafiqa Azry SDN BB 01 Sabrina Al Zahra SD BB 03
Selika Nur Azizah SDN BB 01 Sarah Balqis Lathifah SD BB 03
Tari Aprilia SDN BB 01 Meyliana Putri P SD BB 03
Thania Andara Putri SDN BB 01 Chelsea Revania SD BB 03
Yunizar Satria Afrian SDN BB 01 Julie Shofie SD BB 03
Annisa Eka Ramadhani SDN BB 01 Sangga Bekti Wijaya SD BB 03
M Abiyazid Mustomi SDN BB 01 M Rasqi Luthfiano SD BB 03
Anisa Hartati SDN BB 01 Najatunnisa SD BB 03
Alif Karis Munandar SDN BB 01 Abigail Florenzia SD BB 03
Arka Faizar Rahmawan SDN BB 01 Alexa Rachelia SD BB 03
Arya Perdana Nugraha SDN BB 01 Nazwa N A SD BB 03
Indah Sari SDN BB 01 Wisnu Mahardia SD BB 03
Muhammad Fadriansyah SDN BB 01 Umi Aisyah SD BB 03
Muhammad Fikry Ramadhan SDN BB 01 Muhammad Zidan Izzudin SD BB 03
Muhammad Qiromi SDN BB 01 Ali Topan SD BB 03
Muhammad Tio Erlangga SDN BB 01 Annisa Khulkarimah SD BB 03
Nazwa Citra Repalinia SDN BB 01 Akbar Hariri SD BB 03
Riska Ulfah Malidya SDN BB 01 Arya Dwi Saputra SD BB 03
Ryamizara SDN BB 01 Aisha Kinanti SD BB 03
Sabrina Zahra Firmansyah SDN BB 01 Azzahra Vanesha SD BB 03
Sera Randa Yani SDN BB 01 Bintang Rangga Wibisono SD BB 03
Filvia Nurdini SDN BB 01 Diva Oktavia Rahmadania SD BB 03
Suci Setyaningtyas SDN BB 01 Davin Prayoga SD BB 03
Surya Febrianto SDN BB 01 Frizka Zalfada Indah K SD BB 03
Vinka Nazwa Ramadhani SDN BB 01 Fauzan Rizki Mubarak SD BB 03
Wendi Riyanto SDN BB 01 Indra Jaya Purnama SD BB 03
Wisnu Murti SDN BB 01 Handika Putra Nasya SD BB 03
Zahrotussiva Oktaviani SDN BB 01 Julia Syarif SD BB 03

99
Nama Siswa Sekolah Nama Siswa Sekolah
Nadya Margaretha SDN BB 01 Karya Maria Diva SD BB 03
Nabil Sauqi Rahman SDN BB 01 Kasya Sabrina SD BB 03
Deny Mohammad Syaputra SDN BB 01 Khansa irhabasirani Faisa SD BB 03
Anasya Kurrotul Atikah SDN BB 01 Mahdan Syaeban SD BB 03
Elok Fitria Briliantini S SDN BB 01 Malka Radisya Rizki SD BB 03
Muhammad Rafi Ramadhan SDN BB 01 Maulana Rajab Arabani SD BB 03
Navid Akbar Khayri SDN BB 01 Muhamad Aqil SD BB 03
Faja Rojandra Aftar SDN BB 01 Natasya Aura Maulida SD BB 03
AdityaUsman SDN BB 01 M Saytia SDN BB 01
Aditya Maulana SDN BB 01 Nabila asifa SDN BB 01
David Prasetyo SDN BB 01 Novita adel SDN BB 01
Dio Daffa Saputra SDN BB 01 Oval Ade Saputra SDN BB 01
Ferdiansyah Rizky SDN BB 01 Piyansyah SDN BB 01
Havi Aluvius SDN BB 01 Rasya Ramadni SDN BB 01
Ita Yunita SDN BB 01 Risma Afrilianti SDN BB 01
Kawindra Tegar SDN BB 01 Sinta andriyani SDN BB 01
Khaila Rahmawati SDN BB 01 Sivana anggun SDN BB 01
Lesmana Afriansyah SDN BB 01 Suci Oktavia SDN BB 01
Maulana Saputra SDN BB 01 Suci Rahmawati SDN BB 01
Muhammad Ali SDN BB 01 Vera aprilia SDN BB 01
Muhammad Apriza Suherman SDN BB 01 Vivi maulidina SDN BB 01
Muhamad Deni SDN BB 01 Yalesvia SDN BB 01
M Fahmi SDN BB 01 Anggit SDN BB 01
M Khoirul Anam SDN BB 01 Intan Titania SDN BB 01
M Nurrizky SDN BB 01 Farel Juniansyah SDN BB 01
M Rizky SDN BB 01 Glen Kevin SDN BB 01
Aila Honey Assyifa SD Taruna Nabilah Zakiah SD BB 03
Albert Putra SD Taruna Olivia Tri Cahya SD BB 03
Alicia Nabila Zulkifli SD Taruna Raisya Citra Rainy SD BB 03
Alishkya Murdani SD Taruna Rahmawati SD BB 03
Arya Royara Putri SD Taruna Riyan Ardika SD BB 03
Asshjiva Kasihrayya SD Taruna Rafiqi Azizqabus Musadaq SD BB 03
Azzahwa Rafa Ismoyo SD Taruna Syarif Hidayatullah SD BB 03
Bryan Prasetya SD Taruna Sela Rahmawati SD BB 03
Daniel Sanjaya SD Taruna Shabrina Berlianawati SD BB 03
Darrel Athar Nadiv SD Taruna Vikra Naviesa SD BB 03
Ezar Idziro Rediansyah SD Taruna Yudha Setiawan SD BB 03
Farrel Goan SD Taruna Muhammad Adzha SD BB 03
Farrel Tsaqif SD Taruna Haikal Vikra SD BB 03
Felicia Agista SD Taruna Muhammad Rafka SD BB 03
Fransisko SD Taruna Ibnu Naja SD BB 03
Ibram Doffito SD Taruna Adi Bayu Perdhasetuyo SD BB 03
Imam Zakky SD Taruna M Rizki Ardiansyah SD BB 03
Marsha Dwi Andini SD Taruna Ananda Putri Fatiha SD BB 03
Mazaia SD Taruna Adinda Rahmalia Putri SD BB 03
Muhammad Abie Syaputra SD Taruna Bernessa Celesta SD BB 03
M Farrel Syaputra SD Taruna Asri Sulistiani Latifah SD BB 03
Muhammad Octa Reyno SD Taruna Alby Damar Maulana SD BB 03
Putri Amelia Rusli SD Taruna Rila Novita SD BB 03
Qozza Nazira Dahayu SD Taruna Chintya Fitri Anggraini SD BB 03

100
Nama Siswa Sekolah Nama Siswa Sekolah
Razzaq Aditya SD Taruna Diana Novita Sari SD BB 03
Shakira Nailah SD Taruna Desta Aryandicha SD BB 03
Syanina Cahya SD Taruna Dinda Ekasari SD BB 03
Syifa Sylviana SD Taruna Diana Safitri SD BB 03
Jonathan Alexander SD Taruna Dava Nur Fazri SD BB 03
Josua Romeo SD Taruna Evril Najwa Maharani SD BB 03
Al Fath Aziz SD Taruna Faiz Rizqi Al Gifari SD BB 03
Aprilian Dwi Putranto SD BB 03 Galang Ksatria SD BB 03
Andika Evanta SD BB 03 Ilham Ramadhan SD BB 03
Alya Shiffa Azzahra SD BB 03 Indah Suryaningsih SD BB 03
Aulia SD BB 03 Jhenny Rhasya Marchellyy SD BB 03
Alia Elsanianti SD BB 03 Khairil Anam Habib SD BB 03
Audi Nayla Pratiwi SD BB 03 Marisha Hak SD BB 03
Aldila Putri Mahadewi SD BB 03 Muhammad Fariz SD BB 03
Muhammad Fathur Rahman SD BB 03 Nuzulan Azri Aminudin SD BB 03
Muhammad Fauzi SD BB 03 Prayoga Afrizal SD BB 03
Muhammad Risqi Ramadhan SD BB 03 Muhammad Rezki Febrian SD BB 03
Muhammad Farrel Aprilia SD BB 03 Rindi Anggraini SD BB 03
Nabil Ezy Nurmarvin SD BB 03 Salfa Billa Rahman SD BB 03
Naela Aulia Agustina SD BB 03 Szky Dhea Amelia SD BB 03
Nadhira Malika Putri SD BB 03 Nabila Setiawati SD BB 03
Ario Tedjo Harum SD BB 03 Nashya Tryas SD BB 03
Pramudha Bayu Aji Sumarto SD BB 03 Nafa Fitra Kamila SD BB 03
Zahrotul Hayati SD BB 03 Refflina Agustua SD BB 03
Naira Nathania Jasinda SD BB 03 Rizky Arduyan Saputra SD BB 03
Gede Wiriajaya SD BB 03 Rangga Yudho Wijaya SD BB 03
Alma Maulana SD BB 03 Reza Syaputra SD BB 03
Gledis Alka Riviona SD BB 03 Rizki Maulana Faqih SD BB 03
Putri Alya Najla SD BB 03 Syira Nakeisha Gadis SD BB 03
Abigail Zefanya SD BB 03 Syafira Sugyananta SD BB 03
Della Puspita SD BB 03 Syntia Nur Safitri SD BB 03
Risyat Nur Syabani SD BB 03 Silviana Rahmadani SD BB 03
Aditya Warman SD BB 03 Bagas Saputra SD BB 03
Rhiby Rianty SD BB 03 Rafa Aditya A SD BB 03
M Farman Nur Ramadhan SD BB 03 M Sendi Saputra SD BB 03
Nur Maisyaroh SD BB 03 Sinta SD BB 03
Aditya Putra SD BB 03 Andrea Nanda Zafira Al Zahra
Anisa Rahmi Rahmawati SD BB 03 Anindita Nur Latifah Al Zahra
Alfath Raka Ilham SD BB 03 Anya Salsabila Rahsya Al Zahra
Alifah Rakha Naenan SD BB 03 Azfarandra Rylie Wilmana Al Zahra
Arrahma Puri Mulyadi SD BB 03 Daffa Ardatama Ramadhan Al Zahra
Ajeng Purnama Putri Melani SD BB 03 Diko Rayhadi Susanto Al Zahra
Annisaa Suci Amalia SD BB 03 Fabian Risandi Pasha Al Zahra
Azzah Aqelanoya SD BB 03 Fadhlullah Ihsani Muafa Al Zahra
Bunga Lestari SD BB 03 Larisa Putri Mumtaz Al Zahra
Chayrunisya Syalsabilla SD BB 03 Muhammad Alfarizi Prillio Al Zahra
Daniel Valentino Mekel SD BB 03 Muhammad Rizky Akbar Al Zahra
Evita Adelia SD BB 03 Nadhira Yaafi Syahputri Al Zahra
Elsa Rahmadini SD BB 03 Muhammad Fadli Ardi Al Zahra
Dariz Fauzi Daezimal SD BB 03 Muhammad Naufal Prlio Al Zahra

101
Nama Siswa Sekolah Nama Siswa Sekolah
Fadillah Ahmad Syawal SD BB 03 Raditya Nurtanio Rizky D Al Zahra
Febri Nugroho SD BB 03 Rameyza Elya Nugroho Al Zahra
Firjani Putri Marshela SD BB 03 Rasya Aditya Oktavian Al Zahra
Gita Fitriani SD BB 03 Ryani Pavita Rifa Al Zahra
Hasbi Alwadi SD BB 03 Sabita Tatyana Tuharin Al Zahra
Hani Khairunnisa SD BB 03 Salwa Maryam Aathifah Al Zahra
Lola Zahra Dwi Cahya SD BB 03 Sziqiera Veka Suftarama Al Zahra
Ikhlas Ari Wahyu SD BB 03 Tanaya Wignya Rubiahsafa Al Zahra
Imelda Naifa Ufaira SD BB 03 Ve Layna Langgi Nawarani Al Zahra
Jesika Wulan Ramadhani SD BB 03 Alysia Putri Salma Al Zahra
Latiefa Cahyaning Ummah SD BB 03 Arfigo Shaquille Syach Al Zahra
Muhammad Reza Vahlevy SD BB 03 Ayla Dhafina Heriyanto Al Zahra
Muhammad Fajar Satriansyah SD BB 03 Calista Aqilah Putri Al Zahra
Muhammad Haris SD BB 03 Dhafir Cannafaro Eka Putra Al Zahra
Muhammad Rayhan SD BB 03 Elisha Nabeela Akleema B Al Zahra
Muhammad Rafa Al Fajri SD BB 03 Khansa Najla Syakirah Al Zahra
Muhammad Tino Setiadi SD BB 03 M Arkam Cesaret Piet Al Zahra
Maysa Zahra Aini Shifa SD BB 03 Miqael Dwi Putra Al Zahra
Meiva Audry Maharani SD BB 03 Muhammad Parvez Via Al Zahra
Naura Tika Zaahira SD BB 03 Muhammad Rasyad Ahyan Al Zahra
Naufal Syauqi Abrar SD BB 03 Muhammad Thytran Caesa Al Zahra
Najla Nur Shafiyah Al Zahra Rania Hanum Harvani Al Zahra
Najwa Nayla Izzati Al Zahra Raya Salsabila Dzulkarnain Al Zahra
Nathan Caka Hibban Al Zahra Rayhan Chairul Anam Al Zahra
Nayaka Fiqih Maheswara Al Zahra Sakha Syahir Al Zahra
Rarasati Azzurra Ayuningtyastuti Al Zahra Abiyyu Dhawydzakwan Al Zahra
Rashadiya Salwa Khairunna Al Zahra Adzra Rizqiya Ramdhani Al Zahra
Gilbran Zahra Aldebaran Al Zahra Aghnia Septya Ruhama Al Zahra
Syafiq Aryasatya Wibowo Al Zahra Akmal Bagas Athallah Al Zahra
Syifa Rabbani Rizqi Al Zahra Ananda Nayla Nafisha Al Zahra
Talitha Zulfa Salsabila Al Zahra Annisa Nuraini Suseno Al Zahra
Amaya Bilqis Harzana Al Zahra Aqila Raihan Abyanza Al Zahra
Aqila Aivi Achsan Al Zahra Dzulfiqar Andrewiatmojo Al Zahra
Ayasha Naufaliana Al Zahra Faiz Daniswara Purwan Al Zahra
Azalia Benita Khairiyah Al Zahra Gissa Rahma Syabilla Al Zahra
Carissa Ranti Dewi Al Zahra Gitta Dwi Ariani Al Zahra
Damica Mutiara Samaira Al Zahra Mumtaz Tsani Ramadhan Al Zahra
Edgar Sahel Al Zahra Nahel Saragossa Al Zahra
Ezra Archie Hersony Al Zahra Nailazahwa Syarifah Al Zahra
Fairuz Azizah Nafiz Al Zahra Nasywa Azzahra Subroto Al Zahra
Farrel Danish Othman Al Zahra Pocut Syassyageza Maryam Al Zahra
Jasmine Mahya McRae Al Zahra Priscilla Rasya Ptriarlan Al Zahra
Khiaruni Putri Al Zahra Rafi Farrel Biantoro Al Zahra
Kinara Vyanka Malakia Al Zahra Rasya Fadhil Arrashy Al Zahra
M Athallarafa Dityarifano S Al Zahra Ravanda Alyssa Saleemah Al Zahra
Muhammad Busyro Rafael Al Zahra Rifatunnikmah Al Zahra
Muhammad Nabil Athaillah Al Zahra Siti Annisa Putri Besar Al Zahra
Rafaa Noor Allya Al Zahra Wildan Suhrawardi Al Zahra
Raf Jethro Daitano Suyitno Al Zahra Alvito Nadhif Radya Al Zahra
Raidhil Akbar Putra Heriyansyah Al Zahra Ameera Larasputi Guswara Al Zahra

102
Nama Siswa Sekolah Nama Siswa Sekolah
Faiz Abdul Halim Al Zahra Annisa Lifazulfianti Al Zahra
Fauzia Marchinda Fezavera Al Zahra Aviza Azalia Ihsan Al Zahra
Ibnaty Fatimah Mumtazah Al Zahra Azka Alya Fitriani Al Zahra
Keisya Ammara Putri Sunandar Al Zahra Dania Ramadianti Anantya Al Zahra
Melisha Oktaviana Aisyah Al Zahra Danish Hafid Wibisono Al Zahra
Mochammad Rasyid Abdandi Al Zahra Dzaky Alghifary Al Zahra
Muhammad Haikal Lutfi Al Zahra Fachri Ghulam Arradhana Al Zahra
Nadia Zakira Azzahra Al Zahra Nathan Abighail Rahman Al Zahra
Nadila Bulan Syahrina Putri Al Zahra Puspa Ilma Hidayati Al Zahra
Orlando Ariel Syeron Al Zahra Puti Nazzura Luthfia Al Zahra
Qathansyah Mohammad Al Zahra Rahiel Nikyal Orensku Al Zahra
Raddit El Yazid Vabryo Al Zahra Ramyana Ardelia Channdra Al Zahra
Raffi Akeyla Arelian Al Zahra Risma Registi Ardia Cahyai Al Zahra
Raina Rachel Boekoesoe Al Zahra Tarisya Noor Iqlima Al Zahra
Syila Zatiara Sigit Al Zahra Yonita Azalia Putri Al Zahra
Amalia Fitria Affandi Al Zahra Nindia Salma Amrullah Al Zahra
Anisya Nuraini Al Zahra Rali Jessila Talitha Al Zahra
Aqiela Naja Lupita Adhia Al Zahra Revasya Slma Regina Al Zahra
Aulia Fadel Abrar Al Zahra Sabrina Azalia Kawai Al Zahra
Aufathar Childy Ghifary Al Zahra Tiara Hakim Al Zahra
Fajri Muhammad Fahlevi Al Zahra Totilatunie jayanti Al Zahra
Ghathfaah Mikhail Syahputra Al Zahra Vina Nailul Izzah Al Zahra
Gwency KalonicaKurniawan Al Zahra Aira Angelica Ananda Al Zahra
Jemina Anasya Rahman Al Zahra Aryasha Tahta Mahabillah Al Zahra
M Bryan Bintang Prasetya Al Zahra Athalia Putra Maysa Al Zahra
M Fauzan Rizki Adi Nugraha Al Zahra Bimo Rizki Hestiono Al Zahra
Mahya Rizki Abiyu Leksmana Al Zahra Dinna Alya Kamila Susila Al Zahra
Muhammad Nabela Sandjaya Al Zahra Fairly Satria Agung Al Zahra
Muhammad Zaenal Abidin Al Zahra Falih Dewandra Abiyasa Al Zahra
Muhammad Rizki Muharam Al Zahra Gede Galih Wahyu Pratama Al Zahra
Nadra Aliya Saajidah Al Zahra Hanifa Afni Maulidya Al Zahra
Nasya Qonita Al Zahra Meisya Ayunda Hervianty Al Zahra
Radith Rahman Armanda Al Zahra Mirza Raditya Ramadhana Al Zahra
Rafa Arifianto Pradipta Al Zahra Muhammad Fawzy Arief Al Zahra
Nabila Azzahra Al Zahra Nabil Akmal Ramadhan Al Zahra

103
Lampiran 6 Slide Presentasi Pelatihan Siswa Pemantau Jentik

104
105
106
Lampiran 7 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian
Output Uji Validitas Pengetahuan
Correlations

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 Total


* * * * ** * **
Pearson 1 ,308 ,308 ,553 ,443 ,262 ,380 ,191 ,213 ,489 ,659 ,431 ,202 ,774
* *
Correlation
P1
Sig. (2-tailed) ,098 ,098 ,002 ,014 ,162 ,038 ,311 ,258 ,006 ,000 ,017 ,284 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* ** **
Pearson ,308 1 1,00 ,557 ,695 ,174 ,337 ,199 ,263 ,308 ,308 -,152 ,337 ,594
** *
Correlation 0
P2
Sig. (2-tailed) ,098 ,000 ,001 ,000 ,359 ,069 ,293 ,161 ,098 ,098 ,424 ,069 ,001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* ** **
Pearson ,308 1,00 1 ,557 ,695 ,174 ,337 ,199 ,263 ,308 ,308 -,152 ,337 ,594
** *
Correlation 0
P3
Sig. (2-tailed) ,098 ,000 ,001 ,000 ,359 ,069 ,293 ,161 ,098 ,098 ,424 ,069 ,001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* * * ** **
Pearson ,553 ,557 ,557 1 ,356 ,312 ,079 ,134 ,236 ,302 ,553 ,181 ,342 ,661
* * *
Correlation
P4
Sig. (2-tailed) ,002 ,001 ,001 ,053 ,093 ,679 ,481 ,210 ,105 ,002 ,337 ,065 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

107
* * * * * **
Pearson ,443 ,695 ,695 ,356 1 -,018 ,169 ,018 ,094 ,443 ,443 -,218 ,169 ,465
* *
Correlation
P5
Sig. (2-tailed) ,014 ,000 ,000 ,053 ,925 ,373 ,925 ,619 ,014 ,014 ,247 ,373 ,010
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**
Pearson ,262 ,174 ,174 ,312 -,018 1 ,358 ,205 ,236 ,111 -,040 ,355 ,042 ,494
Correlation
P6
Sig. (2-tailed) ,162 ,359 ,359 ,093 ,925 ,052 ,276 ,209 ,560 ,833 ,055 ,825 ,006
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* **
Pearson ,380 ,337 ,337 ,079 ,169 ,358 1 ,274 ,279 ,202 ,024 ,354 ,068 ,557
Correlation
P7
Sig. (2-tailed) ,038 ,069 ,069 ,679 ,373 ,052 ,143 ,136 ,284 ,901 ,055 ,720 ,001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
*
Pearson ,191 ,199 ,199 ,134 ,018 ,205 ,274 1 ,331 -,111 ,040 ,327 -,042 ,432
Correlation
P8
Sig. (2-tailed) ,311 ,293 ,293 ,481 ,925 ,276 ,143 ,074 ,560 ,833 ,077 ,825 ,017
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**
Pearson ,213 ,263 ,263 ,236 ,094 ,236 ,279 ,331 1 ,053 ,213 ,000 ,279 ,507
Correlation
P9 ,258 ,161 ,161 ,210 ,619 ,209 ,136 ,074 ,780 ,258 1,00 ,136 ,004
Sig. (2-tailed)
0
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* * ** **
Pearson ,489 ,308 ,308 ,302 ,443 ,111 ,202 -,111 ,053 1 ,489 ,123 ,202 ,526
*
Correlation
P10
Sig. (2-tailed) ,006 ,098 ,098 ,105 ,014 ,560 ,284 ,560 ,780 ,006 ,517 ,284 ,003
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* * * * * **
Pearson ,659 ,308 ,308 ,553 ,443 -,040 ,024 ,040 ,213 ,489 1 ,277 ,380 ,636
* * *
Correlation
P11
Sig. (2-tailed) ,000 ,098 ,098 ,002 ,014 ,833 ,901 ,833 ,258 ,006 ,138 ,038 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* **
Pearson ,431 -,152 -,152 ,181 -,218 ,355 ,354 ,327 ,000 ,123 ,277 1 ,032 ,477
Correlation
P12
Sig. (2-tailed) ,017 ,424 ,424 ,337 ,247 ,055 ,055 ,077 1,000 ,517 ,138 ,866 ,008
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* *
Pearson ,202 ,337 ,337 ,342 ,169 ,042 ,068 -,042 ,279 ,202 ,380 ,032 1 ,442
Correlation
P13
Sig. (2-tailed) ,284 ,069 ,069 ,065 ,373 ,825 ,720 ,825 ,136 ,284 ,038 ,866 ,015
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* * * * ** * * * ** * ** * *
Pearson ,774 ,594 ,594 ,661 ,465 ,494 ,557 ,432 ,507 ,526 ,636 ,477 ,442 1
* * * * * * * *
Correlation
Total
Sig. (2-tailed) ,000 ,001 ,001 ,000 ,010 ,006 ,001 ,017 ,004 ,003 ,000 ,008 ,015

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

108
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Output Uji Validitas Sikap

Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's


Item Deleted if Item Deleted Total Alpha if Item
Correlation Deleted

S1 31,30 9,321 ,445 ,756


S2 31,77 8,668 ,422 ,759
S3 31,37 9,275 ,374 ,765
S4 31,30 9,114 ,438 ,756
S5 31,50 8,259 ,557 ,735
S6 31,20 8,303 ,436 ,759
S7 31,43 7,771 ,698 ,708
S8 31,67 8,161 ,472 ,752

Output Uji Validitas Kuesioner Praktik

Correlations

T1 T2 T3 T4 T5 total
* **
Pearson Correlation 1 ,141 ,250 ,378 ,105 ,495

T1 Sig. (2-tailed) ,457 ,183 ,039 ,581 ,005

N 30 30 30 30 30 30
**
Pearson Correlation ,141 1 ,262 ,053 ,237 ,543
T2 Sig. (2-tailed) ,457 ,162 ,780 ,208 ,002
N 30 30 30 30 30 30
** * **
Pearson Correlation ,250 ,262 1 ,520 ,419 ,810
T3 Sig. (2-tailed) ,183 ,162 ,003 ,021 ,000
N 30 30 30 30 30 30
* ** **
Pearson Correlation ,378 ,053 ,520 1 ,277 ,717
T4 Sig. (2-tailed) ,039 ,780 ,003 ,138 ,000
N 30 30 30 30 30 30
* **
Pearson Correlation ,105 ,237 ,419 ,277 1 ,616
T5 Sig. (2-tailed) ,581 ,208 ,021 ,138 ,000
N 30 30 30 30 30 30
** ** ** ** **
Pearson Correlation ,495 ,543 ,810 ,717 ,616 1

Total Sig. (2-tailed) ,005 ,002 ,000 ,000 ,000

N 30 30 30 30 30 30

109
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Output Uji Reliabilitas Kuesioner

Reliability Statistics
Pengetahuan Reliability Statistics Sikap

Cronbach’s N of Items Cronbach's N of Items

Alpha Alpha

,777 13 ,774 8

Reliability Statistics Keterampilan

Cronbach's N of Items
Alpha

,639 5

Lampiran 8 Hasil Analisis Univariat

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

pre_Pengetahuan 86 4 13 9,07 2,034


post_pengetahuan 86 5 13 11,21 1,595
pre_sikap 86 22 40 34,23 3,639
post_sikap 86 26 40 35,17 3,777
pre_keterampilan 86 0 5 1,86 1,086
pst_keterampilan 86 1 5 3,27 1,111
Valid N (listwise) 86

Tabel hasil analisis per pertanyaan

Pre test Post test


No Pertanyaan Benar Salah Benar Salah
N % n % n % n %
P1 Penyebab DBD 54 62,8 32 37,2 72 83,7 14 16,3
P2 Cara penularan 82 95,3 4 4,7 80 93 6 7,0
P3 Jenis Nyamuk 84 97,7 2 2,3 85 98,8 1 1,2
P4 Ciri fisik nyamuk dbd 85 98,8 1 1,2 84 97,7 2 2,3
P5 Waktu menggigit 25 29,1 61 70,9 67 77,9 19 22,1
P6 Gejala Khas DBD 77 89,5 9 10,5 81 94,2 5 5,8
P7 Pencegahan DBD 54 62,8 32 37,2 74 86,0 12 14
P8 3M Plus 28 32,6 58 67.4 62 72,1 24 27,9

110
Pre test Post test
No Pertanyaan Benar Salah Benar Salah
N % n % n % n %
P9 Ciri jentik DBD 47 54,7 39 45,3 75 87,2 11 12,8
P10 PSN 58 67,4 28 32,6 78 90,7 8 9,3
P11 Menguras 80 93 6 7,0 77 89,5 9 10,5
P12 Abatisasi 50 58,1 36 41,9 61 70,9 25 29,1
P13 Tugas Wamantik 56 65,1 30 34,9 68 79,1 18 20,9
T1 Pemeriksaan 69 80,2 17 19,8 86 100 0 0
T2 Pencatatan jenis 64 74,4 22 25,6 73 84,9 13 15,1
kontainer
T3 Pencatatan jumlah 3 3,5 83 96,5 42 48,8 44 51,2
container
T4 Pencatatan jumlah 22 25,6 64 74,4 72 83,7 14 16,3
jentik
T5 Pelaporan 2 2,3 84 97,7 8 9,3 78 90,7

Pre test (%) Post test (%)


No Pernyataan
SS S R TS STS SS S R TS STS
S1 DBD 27,9 39,5 26,7 3,5 2,3 53,5 37,2 9,3 - -
berbahaya
S2 Melakukan 36 43 5,8 1,2 - 50 41,9 4,7 3,5 -
pemeriksaan
jentik
mandiri
S3 Bak yang 1,2 3,5 8,1 43 44,2 - 3,5 7,0 40,7 48,8
tidak
digunakan
tidak perlu
ditutup
S4 Tiidak - 2,3 8 46,5 41,9 - - 7,0 45,3 47,7
melapor ke
guru jika
menemukan
jentik
S5 Saya tidak 2,3 10,5 16,3 36, 34,9 - 5,8 15,1 36 43,0
peduli jika
ada jentik
nyamuk di
sekolah
S6 Mengajak 70,9 24,4 4,7 - - 67,4 30,2 2,3 - -
teman
S7 Tidak wajib 1,2 2,3 4,7 33,7 58,1 - - 3,5 34,9 61,6
menjaga
kebersihan
sekolah

111
S8 Memakai 37,2 37,2 24,4 1,2 - 40,7 41,9 15,1 1,2 1,2
lotion ke
sekolah

Lampiran 9 Output Uji Normalitas Data Penelitian

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

pre_Pengetahuan ,131 86 ,001 ,960 86 ,010


post_pengetahuan ,190 86 ,000 ,878 86 ,000
pre_sikap ,088 86 ,094 ,956 86 ,005
post_sikap ,120 86 ,004 ,933 86 ,000
pre_keterampilan ,284 86 ,000 ,858 86 ,000
pst_keterampilan ,242 86 ,000 ,852 86 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

Lampiran 10 Output Analisis Bivaiat Uji Wilcoxon

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
Negative Ranks 3 12,00 36,00
b
post_pengetahuan - Positive Ranks 70 38,07 2665,00
c
pre_Pengetahuan Ties 13

Total 86
d
Negative Ranks 17 26,24 446,00
e
Positive Ranks 46 34,13 1570,00
post_sikap - pre_sikap f
Ties 23
Total 86
g
Negative Ranks 4 17,50 70,00
h
pst_keterampilan- Positive Ranks 66 36,59 2415,00
i
pre_keterampilan Ties 16

Total 86

a. post_pengetahuan < pre_Pengetahuan


b. post_pengetahuan > pre_Pengetahuan
c. post_pengetahuan = pre_Pengetahuan
d. post_sikap < pre_sikap
e. post_sikap > pre_sikap
f. post_sikap = pre_sikap
g. pst_praktik < pre_praktik

112
h. pst_praktik > pre_praktik
i. pst_praktik = pre_praktik

a
Test Statistics

post_pengetahu post_sikap - pst_praktik -


an - pre_sikap pre_praktik
pre_Pengetahu
an
b b b
Z -7,275 -3,906 -6,982
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on negative ranks.

Lampiran 11 Perhitungan Daya Serap Individu

No Daya Serap Individu (%) No Daya Serap Individu (%)


1 89,6 44 82,7
2 74,1 45 84,4
3 75,8 46 68,9
4 96,5 47 67,2
5 100 48 96,5
6 86,2 49 96,5
7 96,5 50 91,3
8 96,5 51 94,8
9 84,4 52 96,5
10 82,7 53 75,8
11 94,8 54 79,3
12 82,7 55 98,2
13 93,1 56 87,9
14 81,0 57 86,2
15 81,0 58 86,2
16 96,5 59 91,3
17 87,9 60 87,9
18 79,3 61 87,9
19 79,3 62 82,7
20 77,5 63 82,7
21 77,5 64 81,0
22 89,6 65 82,7
23 96,5 66 86,2
24 89,6 67 87,9
25 82,7 68 96,5
26 96,5 69 93,1

113
No Daya Serap Individu (%) No Daya Serap Individu (%)
27 89,6 70 93,1
28 91,3 71 77,5
28 87,9 72 74,1
30 74,1 73 81,0
31 91,3 74 79,3
32 91,3 75 81,0
33 93,1 76 84,4
34 86,2 77 89,6
35 79,3 78 72,4
36 87,9 79 81,0
37 81,0 80 75,8
38 87,9 81 74,1
39 72,4 82 94,8
40 89,6 83 75,8
41 79,3 84 79,3
42 79,3 85 79,3
43 94,8 86 89,6

Lampiran 12 Dokumentasi Kegiatan

114

Anda mungkin juga menyukai