Anda di halaman 1dari 136

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI MAKAN, STATUS GIZI DAN


AKTIFITAS FISIK DENGAN KEJADIAN PREMENSTRUASI SINDROM
PADA REMAJA PUTRI KELAS X SMAN 1 KAWEDANAN

Oleh :
DINANIAR EKA PUSPA
ANGGRAINI NIM : 201703014

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN 2021

i
SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI MAKAN, STATUS GIZI DAN


AKTIFITAS FISIK DENGAN KEJADIAN PREMENSTRUASI SINDROM
PADA REMAJA PUTRI KELAS X SMAN 1 KAWEDANAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mencapai


Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)

Oleh :
DINANIAR EKA PUSPA
ANGGRAINI NIM : 201703014

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN 2021

ii
iii
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN

Puji Syukur Alhamdulillah senantiasa saya panjatkan kepada Allah SWT


yang Maha Kuasa, karena atas Rahmat dan Ridho-Nya yang begitu besar penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Tanpa suatu perjuangan
dan Ridho Allah SWT beserta Nabi Muhammad SAW mungkin skripsi ini tidak
dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Penulis juga mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan memberikan motivasi
dalam penulisan skripsi ini, adapun pihak-pihak yang telah mendukung yaitu :

1. Kedua orang tua saya, Bapak Ragil Nurcahyo anwar dan Ibu Sulastri. Orang
tua yang aku sayangi, yang telah merawatku sedari kecil hingga aku dewasa,
mendidikku, memberikanku kasih sayang, dan senantiasa memberikan
semangat serta selalu mendoakanku dalam segala kebaikan.

2. Adik tersayang, Cindy Danurwenda Putri dan mas Ibnu Tri Dafid S.P yang
selalu menyemangati dan menemani serta mendoakan agar mudah dalam
mengerjakan skripsi dan segera lulus dengan lancar.

3. Keluarga besar saya baik dari Papa dan Mama, yang selalu mensupport dan
memberikan dukungan untuk saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Almamaterku tercinta, STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun. Terimakasih


banyak atas segala cerita suka maupun duka, pengalaman dalam dalam
berbagai hal serta ilmu yang telah diberikan.

5. Ibu Retno Widiarini, S.KM., M.Kes, dan Bapak Drs. Eddy Wasito, SH.,M.Si
selaku dosen pembimbing, yang selama ini telah tulus dan ikhlas meluangkan
waktu untuk menuntun, membimbing, dan mengarahkan saya agar saya
menjadi lebih baik dan dapat menyelesaikan Skripsi saya dengan baik dan
tepat waktu. Terimakasih Ibu dosen Pembimbing atas semua ilmu yang sudah
diberikan kepada saya, jasa kalian akan selalu terpatri dihati.

6. Ibu Riska Ratnawati, S.KM., M.Kes selaku dosen penguji utama, terimakasih
v
Ibu sudah banyak membantu selama ini, terimakasih sudah memberikan
semangat, masukan, nasehat serta bantuan dalam penyelesaian Skripsi ini.
Kebaikan dan keikhlasan Ibu akan selalu terukir di hati.

7. Seluruh Bapak/Ibu dosen Prodi Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti


Husada Mulia Madiun yang telah memberikan ilmu serta pembelajaran yang
sangat bermanfaat selama masa perkuliahan sehingga membantu dalam
penyelesaian skripsi ini.

8. Kepada teman-teman tercintah baik teman-teman saya yang berada di Ngawi


maupun teman kuliah saya khususnya sosialita, terimakasih banyak atas
support dan segala bantuan yang kalian berikan, terimakasih sudah menjadi
teman yang baik dan selalu menghibur saya, berkat kalian saya bangkit
kembali untuk menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Semoga pertemanan kita
tidak hanya sampai disini saja melainkan dapat terjalin samapi tak terbatas
waktunya.

vi
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dinaniar Eka Puspa Anggraini

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat dan Tanggal Lahir : Magetan, 08 Mei 1999

Agama : Islam

Alamat : Jln. Jawa Rt 05/ Rw 02 Desa Mangu, Kecamatan


Takeran, Kabupaten Magetan

Email : dinaniareka45@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. TK KARTIKA III-31 – Cimahi (Tahun 2003 – 2005)


2. SD Negeri ksatrian 01 – Cimahi- Bandung (Tahun 2005 – 2006)
3. SD Negeri Takeran – Takeran – Magetan (Tahun 2006 – 2007)
4. SD Negeri Margomulyo 02– Ngawi (Tahun 2007 – 2011)
5. SMP Negeri 01 Ngawi – Ngawi (Tahun 2011 – 2014)
6. Madrasah Aliyah Negeri 01 Ngawi – Ngawi (Tahun 2014 – 2017)
7. STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun (Tahun 2017 – 2021)

viii
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2021

ABSTRAK

DINANIAR EKA PUSPA ANGGRAINI

HUBUNGAN KONSUMSI MAKAN, STATUS GIZI, DAN AKTIFITAS


FISIK DENGAN KEJADIAN PREMENSTRUASI SINDROM PADA
REMAJA PUTRI KELAS X SMAN 1 KAWEDANAN
136 halaman + 16 tabel + 5 gambar + 13 lampiran

Premenstruasi sindrom merupakan suatu keadaan dimana adanya gejala


yang berhubungan dengan siklus menstruasi, gejala terkadang timbul 7-10 hari
sebelum menstruasi dan ketika mulai menstruasi. Di Indonesia sendiri angka
prevalensi PMS dapat mencapai 85% dari seluruh populasi usia produktif yang terdiri
dari 60-75% mengalami PMS sedang dan berat selain itu masalah yang dialami oleh
wanita di Indonesia seputar permasalahan gangguan PMS sebesar 38,5%. Tujuan dari
penelitian ini adalah menganalisis Hubungan antara konsumsi makan, status gizi
dan aktifitas fisik dengan kejadian Premenstruasi sindrom pada remaja putri kelas
X SMAN 1 Kawedanan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian kuantitatif dengan
metode pendekatan cross sectional. Dalam menganalisis data, peneliti
menggunakan analisis univariat sebagai alat ukur frekuensi dan analisis bivariat
menggunakan statistik uji Chi Square. Jumlah populasi dalam penelitian
berjumlah 225 siswa remaja putri kelas X kemudian peneliti melakukan simple
random sampling dengan menggunakan rumus slovin sehingga mendapatkan
sampel sebanyak 144 siswa remaja putri kelas X.
Dari hasil uji penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara variabel independen dan variabel dependen dengan hasil
konsumsi makan (p-value = 0,031), status gizi (p-value = 0,004), dan aktiiftas
fisik (p-value = 0,012) dengan kejadian premenstruasi sindrom.
Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu adanya hubungan antara Konsumsi
makan dan aktifitas fisik dengan kejadian premenstruasi sindrom dan tidak
terdapat hubungan antara Status Gizi dengan dengan kejadian premenstruasi
sindrom pada remaja putri kelas X SMAN 1 Kawedanan. Saran yang dapat
disampaikan dari hasil penelitian ini untuk mencegah terjadinya kejadian
premenstruasi sindrom diperlukan pola hidup yang sehat dan seimbang antara
konsumsi makan dan aktifitas fisik dalam pola hidup sehari-hari.

Kata Kunci: Konsumsi Makan, Status Gizi, Aktifitas Fisik, Premenstruasi


Sindrom

ix
PUBLIC HEALTH PROGRAM
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2021

ABSTRACT

DINANIAR EKA PUSPA ANGGRAINI

RELATIONSHIP OF FOOD CONSUMPTION, NUTRITIONAL STATUS,


AND PHYSICAL ACTIVITY WITH PREMENSTRUATION SYNDROME
IN ADOLESCENT WOMEN OF CLASS X SMAN 1 KAWEDANAN.
136 page + 16 tables + 5 pictures + 13 appendixs

Background: Premenstrual syndrome is a condition where there are symptoms


related to the menstrual cycle, symptoms sometimes occur 7-10 days before
menstruation and when menstruation begins. In Indonesia, the prevalence of PMS
can reach 85% of the entire productive age population consisting of 60-75%
experiencing moderate and severe PMS. The purpose of this study was to analyze
the relationship between food consumption, nutritional status and physical
activity with the incidence of premenstrual syndrome in adolescent girls in class X
SMAN 1 Kawedanan.
The methods of this research: In this study, researcher used quantitative
research with a cross sectional approach. In analyzing the data, the researcher
used univariate analysis as a frequency measurement tool and bivariate analysis
used Chi Square test statistics. The number of population in the study amounted to
225 teenage girls in class X, then the researchers did simple random sampling
using the Slovin formula so as to get a sample of 144 teenage girls in class X.
The result: The results of the research test indicate that there is a significant
relationship between the independent variable and the dependent variable with
the results of food consumption (p-value = 0.031), nutritional status (p-value =
0.004), and physical activity (p-value = 0.012) with the incidence of premenstrual
syndrome.

Analysis and discus Conclusion : The conclusion In this study, there is a


relationship between food consumption and physical activity with premenstrual
events and there is no relationship between nutritional status and premenstrual
events in adolescent girls in class X SMAN 1 Kawedanan. Suggestions that can be
conveyed from the results of this study are to prevent the occurrence of
premenstrual syndrome, a healthy and balanced lifestyle is needed between food
consumption and physical activity in daily life patterns.
Keywords: Food Consumption, Nutritional Status, Physical Activity,
Premenstrual Syndrome

x
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN...................................................................................................i
SAMPUL DALAM.................................................................................................ii
PERSETUJUAN...................................................................................................iii
PENGESAHAN.....................................................................................................iv
LEMBAR PERSEMBAHAN................................................................................v
LEMBAR PERNYATAAN.................................................................................vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP...........................................................................viii
ABSTRAK.............................................................................................................ix
ABSTRACT............................................................................................................x
DAFTAR ISI..........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL...............................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xv
SINGKATAN......................................................................................................xvi
KATA PENGANTAR........................................................................................xvii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................7
1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................7
1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................7
1.4.1 Manfaat Bagi SMA 1 Kawedanan...........................................................7
1.4.2 Manfaat Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.............................8
1.4.3 Manfaat Bagi Mahasiswa.........................................................................8
1.4.3 Manfaat Bagi Siswa Sma 1 Kawedanan..................................................8
1.4.3 Manfaat Bagi Orang Tua Siswa Rumusan Masalah................................8
1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat........................................................................8
1.5 Keaslian Penelitian..........................................................................................10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Konsumsi Makanan...........................................................................12
2.2 Konsep Status Gizi...........................................................................................16
2.3 Konsep Aktifitas Fisik......................................................................................18
2.4 Premenstruasi Sindrom Pada Remaja..............................................................21
2.4.1 Konsep Premenstruasi Sindrom.............................................................21
2.4.2 Konsep Remaja......................................................................................35
2.5 Teori Perubahan Perilaku Remaja....................................................................41
2.6 Kerangka Teori Remaja...................................................................................44
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual......................................................................................45
3.2 Hipotesis..........................................................................................................46
BAB 4 METODE PENELITIAN
xi
4.1 Desain penelitian Remaja................................................................................47
4.2 Populasi dan Sampel.......................................................................................47
4.3 Teknik Sampling.............................................................................................50
4.4 Kerangka Kerja Penelitian..............................................................................50
4.5 Variabel dan Definisi Operasional..................................................................53
4.6 Instrument Penelitian......................................................................................55
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian..........................................................................58
4.8 Prosedur dan Pengumpulan Data....................................................................59
4.9 Teknik pengolahan Data dan Analisis Data....................................................62
4.10 Etika Penelitian..............................................................................................66
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Loksi Penelitian..................................................................68
5.2 Hasil Penelitian................................................................................................70
5.3 Pembahasan......................................................................................................76
5.4 Keterbatasan Peneliti........................................................................................84
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan.....................................................................................................85
6.2 Saran................................................................................................................85
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................88
LAMPIRAN..........................................................................................................91

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian.................................................................................10


Tabel 2.1 Klasifikasi Aktifitas Fisik......................................................................19
Tabel 4.1 Definisi Operasional..............................................................................53
Tabel 4.2 Uji Validitas Konsumsi Makanan..........................................................56
Tabel 4.3 Uji Validitas Aktifitas Fisik...................................................................57
Tabel 4.4 Uji Validitas Premenstruasi Sindrom.....................................................58
Tabel 4.5 Nilai Alpha Cronbach............................................................................58
Tabel 4.6 Hasil Uji Reabilitas................................................................................58
Tabel 4.7 Rencana Kegiatan...................................................................................59
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Konsumsi Makanan Pada Remaja Putri...............70
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Status Gizi Pada Remaja Putri..............................71
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Pada Remaja Putri........................71
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Premenstruasi Sindrom Pada Remaja Putri..........72
Tabel 5.5 Hubungan Konsumsi Makanan Dengan Kejadian PMS........................73
Tabel 5.6 Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Premenstruasi Sindrom.........74
Tabel 5.7 Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Kejadian PMS.................................75

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Indikator Status Gizi...........................................................................17

Gambar 2.2 Kerangka Teori...................................................................................44

Gambar 3.1 Kerangka Konsep...............................................................................45

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian.................................................................51

Gambar 5.1 Gambar Peta Kecamata Kawedanan..................................................68

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden.........................................92


Lampiran 2 Lembar Pernyataan Ketersediaan Menjadi Reponden.......................93
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian...........................................................................94
Lampiran 4 Surat izin Uji Validitas dan Reabilitas...............................................97
Lampiran 5 Surat Izin Penelitian SMAN 1 kawedanan.........................................98
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian Dinans Pendidikan............................................99
Lampiran 7 Surat izin penelitian Badan Kesatuan Bangsa dan Politik................100
Lampiran 8 Tabulasi Data Responden.................................................................101
Lampiran 9 Output Hasil Uji Validitas................................................................110
Lampiran 10 Output Hasil Uji Reabilitas............................................................111
Lampiran 11 Output Hasil Analisis Univariat Responden...................................112
Lampiran 12 Output Hasil Analisis Bivariat Menggunakan Chi Square.............113
Lampiran 13 Kartu Bimbingan Tugas Akhir.......................................................117

xv
SINGKATAN

PMS : Premesntruasi Sindrom atau Premenstrual Syndrom


WHO : World Health Organization
PKRR : Pelayanan Kesehatan Ramah Remaja
IMT : Indeks Masa Tubuh
HPA : Axis Hypotalamic pituitary adrenal
SPAF : Shortened Premenstrual Assesment Form
MET : Metabolic Equivalent
TU : Tata Usaha
RP : Ratio Prevalensi
CI : Confident Interfal
OR : Odds Ratio

xvi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
naskah skripsi ini yang berjudul “Hubungan Antara Konsumsi Makanan, Status
Gizi Dan Aktifitas Fisik Terhadap Kejadian Premenstruasi Sindrom (PMS) Pada
Remaja Putri Di SMA 1 Kawedanan.”. Dalam penyusunan skripsi ini penulis
menghadapi banyak hambatan dan tantangan namun tidak mengurangi rasa
semangat penulis dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai
mahasiswa semester akhir.Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
menyelesaikan pendidikan jenjang Sarjana Kesehatan Masyarakat di Prodi
Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu proses penulisan ini:
1. Bapak Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid) selaku Ketua STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun, yang telah memberikan kesempatan untuk menyusun
skripsi ini.
2. Ibu Avicena Sakufa Marsanti, S.KM.,M.Kes selaku Ketua Program Studi S1
Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
3. Ibu Retno Widiarini, S.KM.,M.Kes Dosen Pembimbing 1, yang telah
memberikan bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Eddy Wasito, SH.,M.Si selaku Ketua Yayasan STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun dan Dosen Pembimbing 2, yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.
5. Riska Ratnawati, S.KM.,M.Kes selaku Ketua Dewan Penguji, yang senantiasa
mendampingi dan membantu dalam skripsi ini.
6. Seluruh Bapak/Ibu dosen Prodi Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun yang telah memberikan pengetahuan yang sangat bermanfaat
selama masa perkuliahan

xvii
7. Seluruh teman-temanku S1 Kesehatan Masyarakat angkatan 2017 yang
memberikan bantuan dan motivasi dalam menyelesaikan penyusunan skripsi
ini.
8. Semua semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, peneliti
mengucapkan banyak terima kasih yang sedalam-dalamnya.

Peneliti menyadari bahwa penulisan Skripsi ini masih ada kekurangan baik
isi maupun penyajiannya, semoga Skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak dan
dapat digunakan sebagai awal dalam melakukan penelitian. Oleh karena itu,
berbagai saran, tanggapan dan kritik yang bersifat membangun senantiasa penulis
harapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Madiun, Agustus 2021


Penyusun

Dinaniar Eka Puspa Anggraini


NIM. 201703014

xviii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wanita subur merupakan wanita yang berada pada usia produktif yang
umunya berkisaran pada umur 18-49 tahun baik itu berada pada status belum
kawin, sudah kawin ataupun janda. Dalam beberapa kasus maupun studi
menyatakan bahwa pada wanita subur memiliki masalah akan menstruasi
yang abnormal seperti siklus menstruasi yang tidak teratur ataupun
mengalami premenstruasi sindrom. Walaupun begitu banyak orang yang
belum mengetahui akan gejala yang mereka rasakan tersebut merupakan
kejadian dari premenstruasi sindrom atau Premesntrual Sydrome (PMS)
(Fatul, 2017).
World Health Organization (WHO) menjelaskan kesehatan yaitu suatu
kondisi dimana kesejahteraan, jasmani, rohani, dan sosial ekonomi, dan tidak
hanya bebas dari penyakit ataupun kecacatan. Sedangkan kesehatan
reproduksi adalah suatu keadaan yang sejahtera dalam fisik, mental, dan
sosial secara utuh, tidak hanya bebas dari penyakit maupun kecacatan dalam
semua hal yang berkaitan dalam sistem reproduksi dan fungsinya serta
prosesnya.
Menurut WHO kejadian Premenstrual Syndrome (PMS), merupakan
suatu keadaan dimana jumlah gejala terjadi secara rutin dan berhubungan
dengan siklus menstruasi, gejala terkadang timbul 7-10 hari sebelum
menstruasi dan menghilang ketika mulai menstruasi. Gejala dapat di temukan
pada premenstrual syndrome yaitu perubahan fisik, perubahan suasana hati,
dan perubahan mental. Masa ini remaja akan mengalami menstruasi sebagai
tanda matangnya sistem reproduksi wanita. Remaja yang mengalami gejala
menstrusi dapat mengganggu aktivitas sehari hari dan emosional sebanyak

1
74%. Gejala ini muncul bahkan sebelum menstruasi datang yang disebut
dengan premenstrual syndrome..
Premesntrual Sydrome (PMS) merupakan suatu kumpulan keluhan dan
gejala fisik, emosional, dan prilaku yang terjadi pada wanita usia reproduksi,
yang muncul secara siklik dalam tentang waktu 7-10 hari sebelum menstruasi
dan menghilang setelah darah haid (Andani, 2020), sedangkan menurut
(Hasan dan Susanti, 2020) Sindrom premenstruasi adalah sekumpulan
keluhan dan gejala fisik dan psikologis, emosional dan perilaku yang terjadi
pada wanita produktif yang muncul 7-10 hari sebelum menstruasi dan
menghilang setelah darah haid keluar. Selain itu Sindrom premenstruasi
(PMS) merupakan kumpulan gejala yang dapat mengganggu produktifitas
dan kualitas hidup sehingga untuk memahami sindrom premenstruasi yang
terjadi di kelompok masyarakat pada perkotaan diadakanlah banyak
penelitian terhadap faktor resiko yang terjadi (Christie et al., 2019)
Pengkategorian usia remaja dimulai dari usia 12-24 tahun (WHO,
2019). dan sekitar seperlima dari penduduk dunia yaitu remaja usianya 10-
19 tahun. Wanita yang dikatakan sudah masuk di usia reproduksi mengalami
gejala PMS sebanyak 90%. Perkiraan dari insiden gejala PMS berkisar 25-
100% pada perempuan yang mengalamimenstruasi.
Angka pada PMS memiliki prevalensi lebih tinggi dinegara-negara
Asia dibandingkan dengan negara-negara Barat. Gangguan menstruasi di
Indonesia yang terjadi sekitar 38,45% menurut penelitian yang dilakukan oleh
Pelayanan Kesehatan Ramah Remaja (PKRR) dibawah naungan WHO tahun
2012. Angka kejadian Sindrom Menstruasi ditemukan di Asia Sebanyak 98%,
(WHO, 2019)
Di Indonesia sendiri angka prevalensi PMS dapat mencapai 85% dari
seluruh populasi usia produktif yang terdiri dari 60-75% mengalami PMS
sedang dan berat selain itu menurut Damayanti dalam (Syajaratuddur dan
Rita, 2015) menyebutkan bahwa masalah yang dialami oleh wanita di
Indonesia seputar permasalahan gangguan PMS sebesar 38,5%. Penelitian
menunjukkan bahwa wanita dengan IMT diatas normal yang mengalami PMS

2
adalah sebanyak 25 sampel (29,0%), IMT diatas normal yang tidak
mengalami PMS adalah sebanyak 17 sampel 19,7% menurut Rahman dalam
(Mariana, 2018).
Di Surabaya angka kejadian premenstruasi sindrom yang dilakukan
pada salah satu sekolah (Estiani dan Nindya, 2018) mendapatkan hasil
Sebagian besar remaja putri yang memiliki status gizi normal, sebanyak
49,4% tidak mengalami kejadian premenstruasi sindrom dan 50,6%
mengalami kejadian premenstruasi sindrom. Sedang di Malang Hasil
penelitian (Nuvitasari et al., 2020) yang dilakukan pada 40 responden siswi
SMK Islam pada tahun 2019 didapatkan hasil data bahwa remaja putri yang
mengalami premenstruasi sindrom pada tingkat ringan berjumlah 21
responden (26,25%) mengalami premenstrual syndrome pada tingkat berat
yaitu 27 responden (33,75%). Dan di Magetan sendiri didapatkan data dari
salah satu sekolah yaitu SMP 1 bendo dimana didapatkan hasil Tingkat
kecemasan saat menghadapi premenstrual syndrome (PMS) kecemasan
sedang yaitu sebanyak (60.0%) sisanya mengalami kecemasan ringan
(Widyaningrum dan Sari, 2018).
Berdasarkan etiologi, enam faktor yang diduga berkaitan dengan
kejadian premenstual syndrom adalah faktor hormonal, faktor kimiawi, faktor
genetik, faktor psikologi, faktor gaya hidup dan faktor sosio-demografi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah sindrom premenstruasi ialah, usia
menstruasi, tingkat stress dan pola makan. Serta beberapa faktor seperti pola
konsusmsi atau kebuasaan makan, status gizi atau aktifitas fisik seringkali
dikaitkan dengan premenstruasi sindrom. Pola nutrisi yang tidak seimbang
berupa diet tinggi lemak, tinggi garam dan gula,rendah vitamin B,vitamin C
dan mineral dapat menimbulkan PMS (Inayah, 2016).
Pola Makan merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya sindrom
pramenstruasi, hal ini dapat terjadi karena faktor pola hidup yang dijalankan
seseorang tersebut. Pola hidup yang tidak sehat dalam hal nutrisi juga dapat
menyebabkan terjadinya PMS, terutama pada kelompok remaja putri yang
pada dasarnya memiliki pola makan yang kurang baik (Afifah, Sariati dan

3
Wilujeng, 2020). Hal ini terjadi di karenakan mereka belum dapat
menjalankan pola makan sesuai anjuran gizi seimbang karena waktu yang
mereka habiskan rata-rata berada diluar lingkungan rumah, yang
menyebabkan mereka makan dengan apa yang ada tanpa memikirkan pola
makan yang baik sesuai anjuran gizi seimbang. kebiasaan konsumsi makanan
manis, minuman berkafein, makanan cepat saji, serta kurangnya konsumsi
buah dan sayur memiliki hubungan yang kuat terhadap kejadian sindrom
pramenstruasi. Karena buruknya pola makan yang meraka terapkan juga
dapat berdampak pada perkembangan yang mereka alami yaitu pada status
gizi.
Status gizi juga merupakan salah satu penyebab terbesar dari angka
kejadian PMS di Indonesia yang dialami oleh 70%-90% wanita usia
reproduktif dan 2%-10% mengalami gejala Premenstrual Syndrome berat.
Bagi sebagaian wanita gejala Premenstruasi Sindrom (PMS) dapat terjadi
dengan keadaan yang cukup parah, sehingga dapat menimbulkan dampak
yang besar bahkan merugikan (Bulan Purnama Sari, 2018). faktor risiko
sindrom premenstruasi yaitu indeks massa tubuh (IMT) pada status gizi ini
memiliki peranan yang cukup penting pada tingkat keparahan kejadian PMS.
Hal ini disebabkan kurangngnya aktifitas fisik yang dilakukan entah olahraga
ataupun kegiatan yang mengelurkan tenaga. Disaat seseorang mengalami
kelebihan berat badan atau obesitas dapat memiliki tingkat risiko terhadap
terjadinya peradangan (inflamasi) yang berujung pada meningkatnya risiko
mengalami gejala PMS (Bulan Purnama Sari, 2018).
Aktifitas fisik merupakan salah satu faktor yang terhubung dengan pola
makan serta status gizi. Hal ini dikarenakan jika seseorang rutin melakukan
aktifitas fisik yaitu olahraga dalam jangka waktu tertentu, mengurangi resiko
terjadinya kelebihan berat badan ataupun obesitas. Pada penelitian yang telah
dilakukan (Sitorus et al., 2020) pada Remaja putri dianjurkan untuk
melakukan aktivitas fisik ataupun olahraga yang teratur dan berkelanjutan
selama 30 menit dalam satu hari atau 3-5 hari dalam seminggu sesuai dengan
pedoman gizi seimbang, yang dapat didukung oleh pihak sekolah dengan

4
melakukan kegiatan yang terdiri dari kegiatan senam dan bersih-bersih kelas
bersama.
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh (Sitorus et al., 2020),
menyatakan dalam penelitiannya terdapat Hubungan antara aktivitas fisik
dengan premenstruasi sindrom. Hasil uji statistik yang didapat dengan
menggunakan uji chi square, didapatkan nilai p-value = 0,006 maka dapat
disimpulkan terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian
premenstruasi sindrom (PMS) pada Mahasiswi DIII Kebidanan STIKes
Medistra Indonesia Tahun 2018.
Menurut penelitian yang dilakukan (Estiani dan Nindya, 2018)
didapatkan hasil penelitian yang menunjukkan adanya hubungan antara status
gizi (p=0,036) dan asupan magnesium (p=0,012) dengan kejadian
Premenstrual Syndrome (PMS) pada remaja putri. Dalam penelitian ini
menunjukkan ada hubungan antara status gizi dan asupan magnesium dengan
kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) pada remaja putri. Kejadian
Premenstrual Syndrome (PMS) dapat terjadi jika remaja putri mengalami
kondisi overweight dan kurangnya asupan magnesium. Oleh karena itu,
diharpkan remaja putri dapat menjaga status gizi dengan mengontrol kondisi
pada berat badan di setiap bulan dan juga dapat meningkatkan asupan bahan
makanan yang mengandung tinggi magnesium, misalnya apel, bayam, dan
ubi.
Pada penelitian (Abriani dan Ningtyias, 2019) juga dibuktikan bahwa
aktifitas fisik dan status gizi berpengaruh akan terjadinya premenstruasi
sindrom pada wanita, hal ini dibuktikan dengan adanya hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa tingkat konsumsi makanan sumber vitamin B6 (77,1%),
kalsium (74,7%), dan magnesium (72,3%) adalah defisit, status gizi normal
(55,4%), aktivitas fisik ringan (57,8%), dan mengalami PMS ringan (61,5%).
Dalam penelitiannya menghasilkan kesimpulan dimana terdapat hubungan
antara aktivitas fisik, obesitas, stress dengan kejadian premenstrual sindrom.
Pada SMA 1 Kawedanan Kabupaten Magetan merupakan satu-satunya
SMA Negeri yang berada diwilayah kecamatan Kawedanan kelurahan

5
Gorang-gareng Kabupaten Magetan yang mayoritas murid disana terdiri dari
70% siswa perempuan, berdasarkan survei yang telah dilakukan didapatkan
data jumlah murid SMA tersebut terdapat 270 siswa laki-laki dan 681 siswa
perempuan dengan penjabaran murid dengan jumlah paling banyak berada
pada kelas X atau biasa disebut dengan murid kelas 1 SMA dengan jumlah
murid laki-laki yaitu 98 dan murid perempuan yaitu 225. Dengan presentase
tersebut jumlah murid perempuan lebih banyak, begitu pula angka dalam
mengalami Premenstruasi Sindrom juga dapat meningkat. Hal ini juga
diperkuat dengan kegiatan yang dibatasi yang membuat murid tertekan baik
dalam hal fisik ataupun pikiran dikarenakan tugas yang banyak pada tahun ini
dikarenakan adanya kasus Covid-19.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukannya penelitian terkait
hubungan antara faktor-faktor konsumsi makan, status gizi dan aktivitas fisik
dengan kejadian premenstrual sindrom (PMS) pada remaja putri guna untuk
mengetahui dampak yang ditimbulkan dari pms pada aktivitas dan mobilitas
kegiatan remaja putri. Seperti yang telah diketahui bahwa Premenstruasi
Sindrom (PMS) dapat menimbulkan masalah yang terjadi baik pada fisik atau
pada emosi orang tersebut. Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul Hubungan antara konsumsi makanan, status gizi dan
aktifitas fisik dengan kejadian Premenstruasi Sindrom (PMS) Pada Remaja
Putri Kelas X Di Sma 1 Kawedanan Kabupaten Magetan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
Apakah terdapat hubungan antara konsumsi makanan, status gizi dan
aktifitas fisik dengan kejadian Premenstruasi Sindrom (PMS) Pada Remaja
Putri Kelas X di SMA 1 Kawedanan ?

6
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis hubungan antara konsumsi makanan, status gizi dan
aktifitas fisik terhadap kejadian Premenstruasi Sindrom (PMS) pada
remaja Putri di SMA 1 Kawedanan.

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1. Mengidentifikasi konsumsi makanan pada remaja putri kelas X di
Sma 1 Kawedanan Kabupaten Magetan.
1.3.2.2. Mengidentifikasi status gizi pada remaja putri kelas X di Sma 1
Kawedanan Kabupaten Magetan.
1.3.2.3. Mengidentifikasi aktifitas fisik pada remaja putri kelas X di Sma 1
Kawedanan Kabupaten Magetan.
1.3.2.4. Mengidentifikasi hubungan konsumsi makananan dengan kejadian
premenstruasi sindrom pada remaja putri kelas X di Sma 1
Kawedanan Kabupaten Magetan.
1.3.2.5. Mengidentifikasi hubungan status gizi dengan kejadian
premenstruasi sindrom pada remaja putri kelas X di Sma 1
Kawedanan Kabupaten Magetan.
1.3.2.6. Mengidentifikasi hubungan Aktifitas fisik dengan kejadian
premenstruasi sindrom pada remaja putri kelas X di Sma 1
Kawedanan Kabupaten Magetan.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1. Bagi SMA 1 Kawedanan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi
kepada warga sekolah baik bagi siswi, guru ataupun warga sekolah
lainnya mengenai masalah premenstruasi sindrom. Sehingga siswi
ataupun guru dapat melakukan pencegahan serta dapat melakukan
kegiatan sehari-harinya dengan lebih baik ddengan menjaga konsumsi

7
makan, status gizi dengan diimbangi aktifitas fisik untuk menghindari
terjadinya Premenstruasi Sindrom.
1.4.2. Bagi Institusi STIKES Bakti Husada Mulia Madiun
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan refrensi
dalam studi kepustakaan khususnya mengenai hubungan antara
konsumsi makanan, status gizi dan aktifitas fisik dengan kejadian
premenstruasi sindrom pada remaja putri.
1.4.3. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan
rujukan data dalam melaksanakan penelitian lebih lanjut kedepannya,
terutama dalam meneliti hubungan antara konsumsi makanan, status
gizi dan aktifitas fisik dengan kejadian premenstruasi sindrom pada
remaja putri.
1.4.4. Bagi Siswa SMA 1 Kawedanan
Dapat menambah wawasan dan informasi kepada siswi tentang
masalah premenstruasi sindrom. Sehingga siswi dapat melakukan
pencegahan dan dapat melakukan kegiatan sehari-harinya dengan lebih
baik untuk menghindari terjadinya Premenstruasi Sindrom.
1.4.5. Bagi Orang Tua siswa.
Penelitian ini dapat menambah wawasan ataupun informasi kepada
orang tua sehingga dapat digunakan dan diterapkan dalam keluaga
guna untuk meningkatkan keperdulian orang tua terhadap anak
putrinya. Khususnya dalam hal pencegahan serta penanganan dalam
kejadian Premenstruasi Sindrom pada sang anak.
1.4.6. Bagi Masyarakat
Pada Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi yang
jarang diketahui oleh masyarakat yaitu Premenstruasi Sindrom.
Dimana masyarakat dapat mengerti apa saja penyabab, faktor serta
dampak yang ditimbulkan jika mengalami Premenstruasi Sindrom.
Sehingga masyarakat dapat melakukan pencegahan baik untuk diri
sendiri, keluarga ataupun masyarakat sekitarnya. Utamanya bagi

8
masyarakat yang memiliki anggota keluarga yang berstatus remaja
putri.

9
1.5 Keaslian Penelitian
Keaslian penelitian ini dapat diketahui dari penelitian serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, diantaranya :
Tempat
No Peneliti Judul penelitian Desain Penelitian Variabel Hasil penelitian
penelitian
1 Christin Yael Hubungan Aktivitas mahasiswa metode Bebas : Aktifitas Hasil penelitian terdapat
Sitorus, Puri Fisik Dengan Kejadian DIII kuantitatif fisik Terikat : hubungan yang bermakna
Kresnawati, Premenstruasi Kebidanan dengan kejadian antara aktivitas fisik
Hainun Nisa, Sindrom Pada STIKes rancangan cross premenstrual dengan kejadian
Marni Br Karo Mahasiswi Diii Medistra sectional Syndrom premenstrual sindrom
Kebidanan Indonesia.
2 Kartika Hubungan Status Gizi remaja putri Metode cross Bebas : Status Gizi menunjukkan ada
Estiani1, Dan Asupan di SMAN 4 sectional Dan Asupan hubungan antara status
Triska Susila Magnesium Dengan Surabaya Magnesium gizi (p=0,036) dan asupan
Nindya Kejadian Premenstrual Terikat : Kejadian magnesium
Syndrome (Pms) Pada Premenstrual (p=0,012) dengan
Remaja Syndrome (Pms) kejadian Premenstrual
Putri Syndrome (PMS) pada
remaja putri.
3 Ari Arty Hubungan Antara Remaja putri Penelitian Bebas : faktor-faktor Hubungan antara

1
Abriani1, Konsumsi Makan, di smk analitik resiko kejadian tingkat konsumsi
Farida Wahyu Status Gizi, Dan negeri 1 observasional premenstrual makanan sumber vitamin
Ningtyias*1, Aktivitas Fisik Dengan Jember dengan desain syndrom b6 (p=0,000), kalsium
Sulistiyani1 Kejadian Pre cross sectional Terikat : aktifitas (p=0,000), magnesium
Menstrual fisik, obesitas, stres, (p=0,020), dan aktivitas
Syndrome umur fisik
(p=0,000) dengan
kejadian pms.
Hal-hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu :
1. Tahun pelaksanaan penelitian yaitu 2021.
2. Tempat dilaksanakannya penelitian ini yaitu SMAN 1 Kawedanan kabupaten Magetan.
3. Populasi penelitian ini yaitu semua siswa remaja putri kelas X SMAN 1 Kawedanan .
4. Variabel bebas yang digunakan yaitu Konsumsi makan, Status Gizi dan Aktifitas fisik.
5. Variabel terikat yang digunakan yaitu Kejadian premenstruasi sindrom pada remaja putri kelas X SMAN 1 Kawedanan.
6. Metode penelitian yang digunakan yaitu menggunakan desain cross sectional.

1
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Konsumsi Makan


2.1.1. Pengertian Konsumsi makan
Konsumsi makan adalah susunan makanan yang merupakan kebiasaan
yang dimakan seseorang dalam jenis dan jumlah bahan makanan setiap
orang dalam hari yang dikonsumsi atau dimakan dengan jangka waktu
tertentu. Pengukuran survey konsumsi makanan merupakan metode yang
dapat digunakan untuk menentukan status gizi perorangan atau kelompok.
Tujuan survey konsumsi makanan adalah untuk pengukuran jumlah
makanan yang dikonsumsi pada tingkat kelompok, rumah tangga dan
perorangan sehingga diketahui kebiasaan makan dan dapat dinilai
kecukupan makanan yang dikonsumsi seseorang (Harahap, 2012).

2.1.2. Aturan Konsumsi Makan


Pada aturan konsumsi makan berhubungan dengan bagaimana pola
makan seseorang dalam sehari hari. Pola makan adalah cara atau usaha
dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu
seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau
membantu kesembuhan penyakit. Pola makan yang sehat selalu mengacu
kepada gizi yang seimbang yaitu terpenuhinya semua zat gizi sesuai
dengan kebutuhan (Depkes, 2014) aturan konsumsi makan memiliki 3
(tiga) komponen yaitu jenis, frekuensi dan jumlah makan.
1. Jenis Makan
Jenis makan adalah sejenis makanan pokok yang dimakan setiap
hari terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran
dan buah yang dikonsumsi setiap hari. Makanan pokok adalah
sumber makanan utama di negara indonesia yang dikonsumsi setiap

1
orang atau sekelompok masyarakat terdiri dari beras, jangung,
sagu, umbi-umbian dan tepung (Sulistyoningsih, 2012).
2. Frekuensi Makan
Frekuensi makan adalah berapa kali makan dalam sehari meliputi
makan pagi, makan siang, makan malam dan makan selingan
(Depkes, 2014). Frekuensi makan adalah jumlah makan sehari-hari
baik kualitatif dan kuanitatif, secara alamiah makanan diolah dalam
tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut sampai usus
halus. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat dan jenis
makanan, jika rata-rata lambung kosong antara 3-4 jam, jadwal
makanpun menyesuaikan dengan kosongnya lambung (Oktaviani,
2011). Pola makan yang baik dan benar mengandung karbohidrat,
lemak, protein, vitamin dan mineral. Pola makan 3 kali sehari yaitu
makan pagi, selingan siang, makan siang, selingan sore, makan
malam dan sebelum tidur. Makanan selingan sangat diperlukan,
terutama jika porsi makanan utama yang dikonsumsi saat makan
pagi, makan siang dan makan malam belum mencukupi. Makan
selingan tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan nafsu
makan saat menyantap makanan utama berkurang akibat
kekenyangan makanan selingan (Sari, 2012)
3. Jumlah Makan
Jumlah makan adalah banyaknya makanan yang dimakan setiap
orang atau setiap individu dalam kelompok. Jumlah dan jenis
makanan sehari-hari merupakan cara makan seorang individu atau
sekelompok orang dengan mengkonsumsi makanan mengandung
karbohidrat, protein, sayuran dan buah. Frekuensi tiga kali sehari
dengan makan selingan pagi dan siang mencapai gizi tubuh yang
cukup, pola makan yang berlebihan dapat mengakibatkan
kegemukan atau obesitas pada tubuh (Willy, 2011)

1
2.1.3. Pola Konsumsi Makan
Pola Konsumsi makan yang sehat adalah pengaturan makanan
dengan mempertimbangkan asupan kandungan zat gizi di dalamnya. Gizi
adalah sari makanan yang bermanfaat untuk kesehatan. Zat gizi
(nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara
jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan (Almatsier, 2009).

Dalam menyusun gizi seimbang diperlukan bahan makanan,


karena nilai gizi setiap bahan makanan tiap kelompok tidak sama
(Sulistyoningsih, 2012) sebagai berikut :
1. Golongan makanan pokok
Jenis padi - padian merupakan bahan makanan pokok yang memiliki
kadar protein tinggi lebih dari umbi- umbian. Jika bahan makanan
pokok yeng digunakan berasal dari umbi – umbian maka harus
disertai lauk dalam jumlah yang besar.
2. Golongan protein
Lauk sebaiknya terdiri dari campuran hewani dan nabati. Lauk
hewani memiliki nilai biologi yang tinggi di bandingkan nabati.
3. Golongan sayur- sayuran
Sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral. Sayuran berwarna
hijau dan orange mengandung lebih banyak provitamin A. Selain itu
sayuran berwarna hijau juga kaya kalsium, zat besi, asam folat, dan
vitamin C.
4. Golongan buah – buahan
Buah berwarna kuning banyak mengandung provitamin A.
sedangkan buah yang kecut kaya vitamin C.
5. Lain lain
Menu yang disusun biasanya mengandung gula dan minyak, sebagai
penyedap dan pemberi rasa gurih. Penggunaan gula biasanya
sebanyak 25-35 gram/hari atau sebanyak 2,5-5 sendok makan.

1
Makan teratur, diet yang seimbang selama siklus menstruasi dan
menghindari makanan tinggi garam, gula dan kafein sebelum menstruasi
dapat membantu wanita mengatasi sindrom pramenstruasi (Andrews,
2010). Kekurangan sejumlah vitamin, magnesium dan kalsium dapat
menyebabkan kejadian Premenstruasi sindrom.
1. Vitamin B6 (Piridoksin)
Vitamin B6 berperan sebagai koenzim dan metabolisme protein
termasuk di dalamnya adalah asam amino triptofan yang
berkaitan dengan serotonin. Karena serotonin disintesis dari asam
amino triptofan dengan bantuan vitamin B6. Vitamin B6 memberi
efek rileks dan tenang menjelang menstruasi. Vitamin ini dikenal
sebagai vitamin antidepresan karena berfungsi mengontrol
produksi serotonin yang penting dalam mengendalikan perasaan
seseorang. Perbaikan kadar vitamin B6 terbukti berfaedah
menghapus gejala PMS. Vitamin B6 banyak terdapat pada
bayam, lobak, kol, pisang, tomat, melon.
2. Magnesium
Defisiensi magnesium merupakan penyebab sindrom
prementruasi dari segi nutrisi. Penelitian menggunakan
suplementasi magnesium dan kalsium menunjukaan peningkatan
gejala fisik dan emosional. Hormone yang dihasilkan ovarium
mempengaruhi metabolism magnesium, kalium dan vitamin D.
Mineral seperti seng dan magnesium dapat membantu
meringankan gejala PMS seperti sakit kepala, sakit pinggul, dan
ketegangan. Makanan yang mengandung mineral terdapat pada
buah pir, semangka, jeruk, seledri.
3. Kalsium
Kalsium terbukti dapat membantu tubuh melepaskan hormon
endorphin (hormon yang membantu memberikan perasaan
nyaman) selama masa menstruasi. Kalsium banyak terdapat pada
makanan seperti susu, yogurt, keju, sumsum tulang sapi, sayur

1
bayam,lobak, brokoli, sayuran hijau, kedelai.

2.1.4. Dampak dari Konsumsi makan tidak sehat


Gangguan pola makan bisa menyebabkan seseorang menderita
sejumlah komplikasi kesehatan fisik seperti penurunan tekanan darah,
berhentinya menstruasi, rambut dn kuku rusak, timbul gangguan pada
jantung, gagal ginjal, atau bahkan kematian (Sallika, 2010). Gangguan
kesehatan potensial akibat gangguan makan menurut (Andrews, 2010)
yaitu
1. Anoreksia nervosa meliputi: menstruasi yang tidak teratur,
konstipasi, osteoporosis, atrofi otot, ketidakseimbangan elektrolit,
kematian.
2. Bulimia nervosa meliputi: ulkus pada mulut, gangguan lambung,
kerusakan gigi dan penyakit gusi, kerusakan ginjal, korontokan
rambut, kelemahan otot, dan kecemasan perihal menstruasi.

2.2. Konsep Status Gizi


2.2.1. Pengertian Status Gizi
Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara
asupan zat gizi dari makanan dengan kebutuhan zat gizi yang d]perlukan
untuk metabolisme tubuh. Setiap individu membutuhkan asupan zat gizi
yang berbeda antarindividu, hal ini tergantung pada usia orang tersebut,
jenis kelamin, aktivitas tubuh dalam sehari, dan berat badan (Par’i, 2017)

2.2.2. Indikator Status Gizi


Dalam indikator Statuz gizi menurut Kriteria yang telah ditetapkan oleh
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam menentukan penilaian statuz
gizi sebagai berikut.

1
Katergori IMT
Kurang Bobot ≤ 17.8
Normal Bobot 17.9-22,7
Kelebihan Bobot 22,8-24,1
Obesitas Bobot ≥ 24.2
Gambar 1. indikator status gizi remaja
Sumber : Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

2.2.3. Penilaian status Gizi


Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi adalah pengukuran terhadap
aspek yang dapat menjadi indikator penilaian status gizi, kemudian
dibandingkan dengan standar baku yang ada.
1. Penilaian secara langsung
Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat penilaian
yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Adapun penilaian
dari masing-masing adalah sebagai berikut (Supariasa, 2012)
Antropometri Secara umum bermakna ukuran tubuh manusia.
Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Parameter yang diukur antara lain BB, TB, LLA,
Lingkar kepala, Lingkar dada, Lemak subkutan.
a. Klinis Metode ini, didasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi.
Hal tersebut dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit,
mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ yang
dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid
b. Biokimia Adalah suatu pemeriksaan spesimen yang diuji
secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam
jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain:
urine, tinja, darah, beberapa jaringan tubuh lain seperti hati
dan otot

1
c. Biofisik Penentuan gizi secara biofisik adalah suatu metode
penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi,
khususnya jaringan, dan melihat perubahan struktur jaringan.
2. Penilaian secara tidak langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung dibagi menjadi 3
yaitu: survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi
(Supariasa, 2012)
a. Survei Konsumsi Makanan Adalah suatu metode penentuan
status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan
jenis zat gizi yang dikonsumsi.
b. Statistik vital Adalah dengan cara menganalisis data beberapa
statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur,
angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan
data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
c. Faktor ekologi Berdasarkan ungkapan dari Bengoa dikatakan
bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil
interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan
budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari
keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.

2.3.Konsep Aktifitas Fisik


2.3.1. Pengertian Aktifitas Fisik
Aktivitas fisik didefinisikan sebagai setiap pergerakan jasmani yang
dihasilkan otot skelet yang memerlukan pengeluaran energi. Istilah ini
meliputi rentang penuh dari seluruh pergerakan tubuh manusia mulai dari
olahraga yang kompetitif dan latihan fisik sebagai hobi atau aktivitas yang
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, inaktivitas fisik bisa
didefinisikan sebagai keadaan dimana pergerakan tubuh minimal dan
pengeluaran energi mendekati resting metabolic rates (WHO, 2015).
Energi pada tubuh manusia dimanfaatkan dalam tiga cara;

1
1. Rata-rata metabolik saat istirahat Pada saat istirahat energi
digunakan untuk menjaga temperatur tubuh, kontraksi otot, dan
sirkulasi darah.
2. Fungsi pencernaan dan asimilasi makanan Sebelumnya dikenal
dengan aksi dinamis spesifik. Istilah yang sekarang ialah
termogenesis yang dipengaruhi makanan atau efek termik
makanan (thermic effect of food).
3. Aktivitas fisik Kegiatan yang termasuk dalam aktivitas fisik ialah
pekerjaan harian, aktivitas pada waktu luang, transportasi dari
maupun menuju tempat kerja atau lokasi lain (Montoye dan
Maughan, 2008)

2.3.2. Klasifikasi Aktivitas Fisik


Berdasarkan tingkat intensitasnya, aktivitas fisik dibagi menjadi
aktivitas fisik ringan, sedang, dan berat. Aktivitas fisik berat adalah
kegiatan yang terus menerus dilakukan minimal selama 10 menit sampai
denyut nadi dan napas meningkat lebih dari biasanya, contohnya ialah
menimba air, mendaki gunung, lari cepat, menebang pohon, mencangkul,
dll. Sedangkan aktivitas fisik sedang apabila melakukan kegiatan fisik
sedang (menyapu, mengepel, dll) minimal lima hari atau lebih dengan
durasi beraktivitas minimal 150 menit dalam satu minggu. Selain kriteria
di atas maka termasuk aktivitas fisik ringan (WHO, 2015)

Tabel 2.1 Contoh klasifikasi aktivitas fisik berdasarkan intensitasnya


Aktiftas Sedang Aktifitas berat
Berjalan pada kecepatan sedang Bersepeda dengan kecepatan lebih
atau cepat 4,8 – 7,2 km/jam, dari 10 mph atau bersepeda pada
sebagai contoh; tanjakan yang curam
1. Berjalan ke kelas, kantor, atau
toko
2. Berjalan untuk rekreasi;
Berjalan menuruni tangga atau Jogging atau berlari
menuruni bukit
Bersepatu roda dengan kecepatan Pendakian gunung, panjat tebing

1
sedang
Bersepeda dengan kecepatan 5 Bersepatu roda dengan kecepatan
sampai 9 pada permukaan datar tinggi
atau sedikit tanjakan
Sepeda stasioner menggunakan Sepeda stasioner menggunakan
usaha sedang usaha berat
Kalistenik ringan Kalistenik berupa push up, pull up
Yoga Karate, judo, tae kwon do, jujitsu
Sumber : CDC 2014
Pada umumnya mayoritas laki-laki memiliki tingkat aktivitas fisik yang
berat, sedangkan perempuan mayoritas aktivitas fisiknya adalah tingkat
sedang. Hal ini disebabkan perempuan lebih kurang gerak dibandingkan
pria (Hallal et al, 2012).

2.3.3. Manfaat Aktifitas Fisik


Aktivitas fisik merupakan faktor penting dalam memelihara kesehatan
yang baik secara keseluruhan. Menjadi aktif secara fisik memiliki manfaat
kesehatan yang signifikan, termasuk mengurangi resiko berbagai penyakit
kronik, membantu mengontrol berat badan dan mengembangkan
kesehatan mental. Beberapa bentuk aktivitas fisik juga bisa membantu
memanajemen kondisi jangka panjang, seperti artritis dan diabetes tipe 2,
dengan mereduksi efek dari kondisi tersebut dan meningkatkan kualitas
hidup penderitanya (Healey, 2013)

2.3.4. Pengukuran Aktivitas Fisik


Pada Pengukuran Aktivitas Fisik terdapat empat dimensi dari aktivitas
fisik meliputi
1. Mode atau tipe, merupakan aktivitas fisik spesifik yang dilakukan
(contoh: berjalan, berkebun, bersepeda).
2. Frekuensi, merupakan jumlah sesi per hari atau per minggu. Dalam
konteks
3. Durasi, merupakan lamanya aktivitas (menit atau jam) selama
jangka waktu tertentu

2
4. Intensitas, merupakan tingkat pengeluaran energi yang merupakan
indikator dari kebutuhan metabolik dari sebuah aktivitas (Hasil
aktivitas fisik dalam peningkatan pengeluaran energi di atas tingkat
istirahat, dan tingkat pengeluaran energi berhubungan langsung
dengan intensitas aktivitas fisik.
Aktivitas fisik secara umum dikuantifikasi dengan menentukan
pengeluaran energi dalam kilokalori atau dengan menggunakan
metabolic equivalent (MET) dari sebuah aktivitas. Satu MET
merepresentisakan pengeluaran energi istirahat selama duduk tenang
dan umumnya diinterpretasikan sebagai 3,5 mL O2/kg/menit atau = 250
mL/menit konsumsi oksigen. Yang merepresentasikan nilai rata-rata
untuk orang standar dengan berat 70 kg. MET dapat dikonversikan
menjadi kilo kalori, yaitu 1 MET= 1 kcal/kg/jam.
Konsumsi oksigen meningkat seiring intensitas aktivitas fisik. Maka
dari itu, kuantifikasi sederhana dari intensitas aktivitas fisik
menggunakan cara mengalikan pengeluaran energi istirahat. Sebagai
contoh, melakukan aktivitas yang membutuhkan konsumsi oksigen
sebanyak 10,5 mL O2/kg/menit setara dengan 3 MET yaitu, 3 kali dari
tingkat istirahat (Strath, 2013)

2.4. Pramenstruasi Sindrom Pada


Remaja
2.4.1. Konsep Pramenstruasi Sindrom
2.4.1.1. Pengertian Premenstruasi Sindrom
Menurut WHO kejadian Premenstrual Syndrome (PMS),
merupakan suatu keadaan dimana jumlah gejala terjadi secara rutin dan
berhubungan dengan siklus menstruasi, gejala terkadang timbul 7-10 hari
sebelum menstruasi dan menghilang ketika mulai menstruasi. Gejala
dapat di temukan pada premenstrual syndrome yaitu perubahan fisik,
perubahan suasana hati, dan perubahan mental. Masa ini remaja akan
mengalami menstruasi sebagai tanda matangnya sistem reproduksi
wanita. Remaja yang mengalami gejala menstrusi dapat mengganggu

2
aktivitas sehari hari dan emosional sebanyak 74%. Gejala ini muncul
bahkan sebelum menstruasi datang yang disebut dengan premenstrual
syndrome.
Dalam beberapa waktu pada saat menstruasi, sejumlah wanita
biasanya akan mengalami kondisi yang sangat tidak enak. Mereka
biasany akan mengalami satu gejala atau bahkan lebih dari satu gejala
yang disebut dengan kumpulan gejala sebelum datang bulan atau istilah
populernya sindroma pramenstruasi. Sindroma pramenstruasi merupakan
suatu perubahan pada emosional maupun fisik yang terjadi pada hari ke-7
(tujuh) sampai hari ke 14 (empat belas) sebelum menstruasi terjadi dan
akan mereda pada saat menstruasi awal.
Premenstruasi sindrom (PMS) merupakan berbagai gejala fisik,
psikologis, dan emosional yang berkaitan dengan perubahan hormonal
yang disebabkan oleh siklus menstruasi (Proverawati dan Misaroh,
2009). Sedangkan menurut El manan Premenstruasi sindrom (PMS)
merupakan suatu keadaan yang menejelaskan bahwa sejumlah gejala
dapat terjadi secara rutin dan berhubungan dengan siklus menstruasi.
Biasanya, gejala tersebut muncul pada 7-10 hari sebelum menstruasi dan
menghilang ketika menstruasi dimulai (Manan, 2011)
Menurut (Ramadhani, Setiawati dan Evayanti, 2016)
Premesntrual sindrom adalah sejumlah perubahan mental maupun fisik
yang terjadi antara hari pertama hingga keempat belas sebelum
menstruasi dimulai. Selain itu Premenstrual Sindrom ialah suatu gejala
sindrom yang terjadi pada perempuan yang berlangsung selama 2-14 hari
sebelum menstruasi terjadi (Safitri, 2016)

2.4.1.2. Siklus Premenstruasi Sindrom


Premenstruasi sindrom merupakan salah bagian dari berjalannya
siklus pada Menstruasi pada wanita. Selain itu Salah satu masalah pada
kesehatan reproduksi yang banyak dialami pada wanita usia reproduktif
adalah terjadinya premenstruasi sindrom yang merupakan gangguan

2
siklus yang umum bahkan sering terjadi pada wanita yang ditandai
dengan adanya gejala fisik dan emosional yang konsisten, hal ini terjadi
selama fase luteal pada siklus menstruasi (Saryono, Sejati, 2009).

2.4.1.3. Gejala Premenstruasi Sindrom


Terdapat kurang lebih 200 gejala yang dihubungkan dengan PMS
namun gejala yang paling sering ditemukan adalah iritabilitas (rnudah
tersinggung) dan disforia (perasaan sedih). Gejala mulai dirasakan 6-10
hari menjelang menstruasi berupagejala fisik maupun psikis yang
mengganggu aktivitas sehari-hari dan menghilang setelah menstruasi.
Gejala sindroma premenstruasi meliputi gejala fisik, emosidanperilaku.
Gejala fisik diantaranya; kelemahan umum (lekas letih, pegal, linu), acne
(jerawat), nyeri pada kepala, punggung, perut bagian bawah, nyeri pada
payudara, Gangguan saluran cerna (rasa penuh/kembung), konstipasi,
diare, perubahan nafsu makan, sering merasa lapar (foodcravings). Gejala
emosi dan perilaku; mood menjadi labil (mood swings), iritabilitas
(mudah tersinggung), depresi, kecemasan, gangguan konsentrasi,
insomnia (sulit tidur). Tidak semua tanda dan gejala di atas selalu
muncul, namun wanita dikategorikan mengalami premenstruasi sindrom
jika didapatkan satu gejala emosi dan satu gejala fisik yang dialami saat
pramenstruasi (6-10 hari menjelang menstruasi) setidaknya dua siklus
berturut-turut, berdampak negatif terhadap aktivitas harian, dan gejala
menghilangsetelah menstruasi berakhir.

2.4.1.4.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Premenstruasi


Penyebab sindroma premenstruasi berhubungan dengan beberapa
faktor diantaranya:
1. Faktor hormonal
Ketidakseimbangan kadar hormon estrogen dan progesteron
dimana estrogen sangat berlebih hingga melampaui batas normal
sedangkan progesteron kadarnya menurun.

2
2. Faktor kimiawi
Kadar serotonin yang berubah-ubah selama siklus
menstruasi, dimana aktivitas serotonin sendiri berhubungan dengan
gejala depresi, kecemasan, kelelahan, agresif dan lain sebagainya.
Kadar serotonin yang rendah ditemukan pada wanita dengan
sindroma premenstruasi
3. Faktor genetik
Insiden sindroma premenstruasi 2x lebih tinggi pada
kelahiran kembar satu telur (monozigotik) dibandingkan kelahiran
kembar dua telur (dizigotik).
4. Faktor psikologis
Stress sangat besar pengaruhnya terhadap sindroma
premenstruasi. Gajala-gajala sindroma premenstruasi akan makin
nyata dialami oleh wanita yang terus menerus mengalami tekanan
psikologi
5. Konsumsi makanan
Konsumsi makan merupakan suatu susunan makanan yang
biasanya dimakan sehari-hari oleh seseorang dalam jenis dan
jumlah bahan makanan setiap orang pada jangka waktu tertentu.
Pada kasus konsumsi makan berhubungan dengan premenstrusi
Sindrom dimana pada sebuah penelitian mengatakan bahwa
konsumsi makanan juga berhubungan dengan kasus kalsium,
magnesium dan juga vitamin B2 terhadap kejadian premenstruasi
sindrom.
1) Kalsium
Penelitian menunjukkan bahwa kalsium berpengaruh terhadap
gangguan mood dan perilaku yang berlangsung selama
sindroma premenstruasi. Gejala-gejala seperti gelisah, hidrasi
dan depresi mulai sembuh pada seseorang dengan sindroma
premenstruasi yang mengkonsumsi kalsium dengan tanpa efek
samping. Asupan harian yang direkomendasikan untuk

2
kalsium adalah lOOOmg/'hari. Peneltian Jacobs dan Susan
(2000) juga menyatakan bahwa pemberian kalsium murni
terbukti secara signifikan menghasilkan 50% pengurangan
gejala sindroma premenstruasi. Asupan tinggi kalsium dengan
jumlah 1.336 mg/hari dapat memperbaiki gejala-gejala
gangguan mood , perilaku, nyeri dan retensi air selama siklus
menstruasi. Sumber utama kalsium berasal dari susu dan hasil
olahan lainnya seperti yogurt dan keju. Pentingjuga untuk
memenuhi asupan 400-800 IU vitamin D setiap hari bersamaan
dengan kalsium untuk mendapatkan efek yang maksimal
2) Magnesium
Asupan magnesium yang cukup tiap harinya
beipengaruh terhadap sindroma premenstruasi yang dialami.
Penelitian (Ramadani, 2012) mendapatkan pengaruh yang
signifikan antara tingkat konsumsi magnesium dengan
sindroma premenstruasi pada mahasiswi. Temuan ini
didukung oleh Christiany (2006) yang menyebutkan ada
hubungan antara asupan magnesium dengan sindroma
premenstruasi. Asupan harian yang direkomendasikan untuk
magnesium adalah 250mg/hari. Magnesium yang diberikan
selama fase luteal siklus menstruasi sampai dengan saat darah
menstruasi keluar terbukti dapat mengurangi skor total gejala
dan kelompok afeksi negatif. Sumber magnesium terbaik
adalah sayuran hijau, seperti bayam. Sumber lainnya adalah
kacang, biji-bijian, gandum, oatmeal, yogurt, kedelai,alpokat,
danpisang.
3) Vitamin B
Vitamin B6 dapat membantu meringankan depresi dan
gelisah yang terkait dengan PMS. Hasil penelitian
menunjukkan hubungan yang signifikan antara pemberian
vitamin B kompleks dengan premenstruasi sindrom, ditandai

2
dengan berkurang hingga hilangnya keluhan fisik dan
psikologi terkait sindroma premenstruasi. Dosis vitamin B6
yang direkomendasikan adalah 50-100 mg per hari. Makanan
sumber utama vitamin B6 meliputi sereal, sayuran
(wortel,bayam, kacang polong), telur dan daging.
6. Status Gizi
Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh
keseimbangan antara asupan zat gizi dari makanan dengan
kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk metabolisme tubuh.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan status gizi berhubungan
dengan kejadian premenstruasi sindrom, berat badan yang
berlebihan memilki resiko yang besar pada kejadian premenstruasi
sindrom (Estiani dan Nindya, 2018)
7. Faktor Aktivitas
Fisik Kebiasaan olahraga yang kurang dapat memperberat
sindroma premenstruasi. Aktivitas fisik telah direkomendasikan
untuk mengurangi keparahan sindroma premenstruasi.
Namunmasih sedikit bukti yang mendukung jelas hubungan
aktivitas fisik dengan premenstruasi sindrom. Aktivitas fisik secara
teratur direkomendasikan untuk mengurangi kelelahan dan depresi
terkait sindroma premenstruasi. Beberapa sumber menyatakan
latihan erobik adalah alternatif yang efektif untuk mengurangi
sindroma premenstruasi. Beberapa mekanisine biologis dapat
menjelaskan hubungan aktivitas fisik dengan sindroma
premenstruasi.
Aktivitas fisik dapat meningkatkan endorphin, menurunkan
estrogen dan hormon steroid lainnya, meningkatkan transportasi
oksigen dalam otot, mengurangi kadar kartisol dan meningkatkan
keadaan psikologis. Semua mekanisme ini mendukung hubungan
terbalik aktivitas fisik dengan premenstruasi sindrom, dimana
makin teratur aktivitas fisik maka akan semakin berkurang

2
keparahan premenstruasi sindrom. Secara psikologis aktivitas fisik
dapat membangun suasana pada hati, meningkatkan rasa percaya
diri, dan meningkatkan kemarripuan mengatasi tantangan.

Berdasarkan hasil data yang telah dilakukan status gizi diduga


menjadi resiko yang besar terhadap angka kejadian premenstruasi
sindrom hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Anggraeni, 2018) mendapatkan hasil Hasil analisis statistik dengan
menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment pada penelitian ini
diperoleh nilai p value 0,000 (p<0,05) menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara status gizi dengan sindrom
pramenstruasi hal ini dipengaruhi dengan adanya pengukuran IMT.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Eso, 2016)
dan (Retissu, 2010) tahun 2010 yang menyatakan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara indeks massa tubuh dengan sindrom
pramenstruasi (p=0,000 dan p=0,026).
Dimana Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan salah satu ukuran
untuk memprediksi persentase lemak didalam tubuh manusia. berlebih
memiliki cadangan lemak yang lebih tinggi. Lemak terutama kolesterol
merupakan bahan dasar pembentukan estrogen. Peningkatan kadar
estrogen berbanding lurus dengan peningkatan persentase lemak
didalam tubuh, yang artinya semakin tinggi indeks massa tubuh maka
akan semakin besar risiko seorang wanita untuk mengalami sindrom
pramenstruasi.
selain itu konsumsi makan memiliki pengaruh besar terhadap
kejadian premenstruasi sindrom. Konsumsi makan memiliki keterkaitan
dengan status gizi hal ini dapat terjadi karena saat seseorang
mengkonsumsi makanan secara berlebihan dengan pola makan yang
tidak sehat akan menyebabkan status gizi seseorang tersebut berada
pada kelebihan berart badan bahkan bisa jadi mengalamai obesitas.
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Abriani dan Ningtyias,

2
2019) didapatkan hasil analilis yang menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara konsumsi makanan sumber vitamin B6 dengan
kejadian PMS, nilai p-value = 0,000 (p<0,05). hubungan antara pola
makan dengan kejadian premenstruasi sindrom, dengan risiko kejadian
wanita yang memiliki pola makan tidak sehat 3,6 kali berisiko
mengalami premenstrual syndrome dibandingkan dengan wanita yang
memiliki pola makan yang sehat (Afifah, Sariati dan Wilujeng, 2020).
Pada faktor kejadian premenstruasi banyak peneliti yang
melakukan penelitian dengan didapatkan hasil adanya hubungan antara
status gizi, konsumsi makanan dan juga akitifitas fisik. Hal ini dapat
dibuktikan dengan salah satu penelitian yang diambil yaitu penelitian
yang dilakukan oleh (Abriani dan Ningtyias, 2019) yang mendapatkan
hasil terdapat hubungan antara tingkat konsumsi makanan sumber
vitamin B6 (p=0,000), kalsium (p=0,000), magnesium (p=0,020), dan
aktivitas fisik (p=0,000) dengan kejadian PMS. Sebagian besar remaja
putri termasuk usia remaja menengah, memiliki tingkat konsumsi
makanan (vitamin B6, kalsium, magnesium) yang defisit, status gizi
normal, aktivitas fisik ringan, dan mengalami PMS ringan.

2.4.1.5. Patofisiologi Premenstruasi Sindrom


Awalnya teori mengungkapkan bahwa penyebab
PMS merupakan akibat dari kelebihan estrogen,
kekurangan progesterone, kekurangan pyridoxine dan adanya
perubahan pada metabolisme glukosa dan ketidakseimbangan
elektrolit. Namun penelitian terbaru memaparkan bahwa PMS
sangat dipengaruhi oleh hormon kelamin, termasuk dalam hal ini
metabolit dan interaksinya terhadap sistem neurotransmitter dan
neurohormonal misalnya serotonin, GABA, cholecystokinin, dan
rennin-angiotensin aldosteron (Henshaw, 2007) Beberapa
mekanisme PMS yang diduga menjadi faktor yang member andil
besar terhadap perubahan psikologis dan fisiologis
wanita pada saat mengalami PMS antara lain :
2
1. Axis Hypotalamic pituitary adrenal (HPA)
Ketidak seimbangan regulasi HPA axis berhubungan
dengan timbulnya sindrom depresi. Cairan basal dan urin yang
diuji tidak terdapat kandungan kortisol yang membedakan
wanita dengan PMS. Kortisol ini akan memicu terjadinya
stress. Wanita dengan PMS akan menunjukkan adanya ketidak
seimbangan HPA axis yang menyebabkan timbulnya depresi.
2. Sistem GABA
Hal ini disebabkan oleh adanya allopregnanolone yang
merupakan metabolit aktif dari progesterone yang memiliki
efek anastesi dan anxiolitik namun pada saat setengah siklus
menstruasi yang metabolit aktif terikat pada reseptor GABA-A
turun dan menyebabkan timbulnya depresi dan perubahan pola
makan. Pada wanita dengan PMS konsentrasi GABA korteks
mengalami penurunan. Hal ini diduga akibat adanya pengarutan
hormon estradiol dan progesterone.
3. Sistem Serotonegik
Sistem serotonin merupakan salah satu sistem yang
dianggap mempunyai andil yang cukup besar dalam
patofisiologi PMS. Inhibisi dari aktifitas serotonin oleh
penurunan kadar triptofan akan menyebabkan PMS semakin
parah. Selanjutnya metergoline yang merupakan antagonis
selektif dari serotonin akan memblok reseptor serotonin
sehingga akan menimbulkan PMS.
4. Opioid endogen
Wanita dengan PMS memiliki toleransi yang rendah
terhadap rasa sakit atau dapat dikatakan bahwa ambang rasa
sakit wanita tersebut rendah. Hal ini akan lebih terasa pada saat
wanita tersebut berada dalam siklus menstruasi dan khususnya
menjelang hari-hari siklus tersebut akan dimulai lagi. Pada
penelitian yang dilakukan pada tahun 2002 menyatakan bahwa

2
wanita dengan PMS dibandingkan dengan wanita yang tidak
mengalami PMS memiliki B-endorfin yang rendah sehingga
wanita tersebut akan lebih mudah terserang PMS (Henshaw,
2007)

2.4.1.6. Kategori Premenstruasi sindrom


(Suparman, 2012)mengelompokan berbagai keluhan atau gejala
PMS dalam lima tipe menurut keluhan mayor penderita sebagai berikut:
1. PMS – A (anxiety) : sulit tidur, perasaan tegang, mudah
tersinggung, ceroboh, labilitas efek.
2. PMS – C (craving) : nyeri kepala, keinginan kuat makan
makanan/ minuman manis dan jenis makanan lainnya.
3. PMS – D (depression) : depresi, perasaan marah tanpa alasan,
mudah menjadi marah, hilangnya konsentrasi dan daya ingat,
perasaan rendahdiri, perasaan ingin melakukan kekerasan.
4. PMS – H (hydration) : kenaikan berat badan, perut kembung,
nyeri payudara, bengkak ekstremitas.
5. PMS – O (other) : Dismenorea, perubahan kebiasaan buang air
besar, sering berkemih, semburat panas, keringat dingin, nyeri
seluruh tubuh, mual, jerawat, timbul reaksi alergi.

2.4.1.7. Dampak Premenstruasi Sindrom


Dampak PMS terhadap penerunan produktivitas kerja, sekolah
dan hubungan inter-personal penderita cukup besar. Hasil survey pada
penderita PMS oleh (Suparman, 2012) yang mengenalisis persepsi
subjektiv penderita tantang dampak gangguan PMS terhadap aktiviyas
social dan pekerjaan penderita menunjukan bahwa 46,8% subyek menilai
bahwa PMS yang dideritanya memeberikan gangguan dalam derajat
ringan, 36% menilai sedang, 14,25% menilai berat dan 2.9 % menilai
sangat berat .
(Suparman, 2012) melaporkan penurunan produktivitas penderita

3
PMS yang sangat bermakna dibandingkan control yang berkaiatan
dengan keluhan sukar berkonsentrasi, menjadi pelupa, menurunnya
entusiasme, mudah tersinggung dan labilitas emosi, sertta menurunnya
kemampuan koordinasi. Data yang diperolah menunjukan lebih tngginya
angka tidak masuk kerja selama lebih dai lima hari kerja per bulan,
berkutrangnya produktivitas kerja sebesar 50%, serta lebih tingginya
kejadian terganggunya hubungan inter-personal dan aktivitas social,
pekerjaan atau sekolah pada kelompok penderita PMS yang diteliti.
(Suparman, 2012) juga menyebutkan bahwa PMS dikaitkan
dengan lebih tingginya upaya penderita untuk mencari terapi simtomatik
ntuk menekan berbagai keluhan yang dirasakan dan lebih lamanya masa
perawatan psikiatrik yang harus dijalaninya. Secara ekstrem PMS yang
dihubungkan secara temporal dengan lebih tingginya insiden kriminaltas,
pikiran bunuh diri, dan percobaan bunuh diri yang dilakukan penderita
PMS pada fase prahaid dibandingkan dengan waktu-waktu lain dalam
siklus haid.
Dampak sindroma pramenstruasi terhadap kegiatan akademik
mahasiswi adalah penurunan konsentrasi belajar, peningkatan absensi
kehadiran dikelas serta penurunan aktivitas di kampus (Ramadani, 2012)

2.4.1.8.Pencegahan Premenstruasi Sindrom


Pencegahan pramenstruasi sindrom dapat dilakukan dengan
memperhatikan hal – hal berikut :

1. Membatasi konsumsi makanan tinggi gula, garam, daging merah


(sapi dan kambing), alkohol, kopi, the coklat dan minuman
bersoda.
2. Mengurangi atau berhenti merokok.
3. Meningkatkan konsumsi produk ikan, ayam, kacang kacangan,
dan biji bijian sebagai sumber protein.
4. Membatasi konsumsi produk susu dan olahannya (keju, es krim,
dan lainnya), gunakan kedelai sebagai pengganti.

3
5. Meningkatkan konsumsi sayuran hijau.
6. Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung lemak
esensial linoleate, seperti minyak bunga mayahari dan minyak
sayur.
7. Mengkonsumsi vitamin B kompleks terutama vitamin B6, E ,
kalsium, magnesium, omega-6 atau GLA (asam linoleate
gammal) (Aulia, 2012)

2.4.1.9.Diagnosis Premenstruasi Sindrom


Diagnosis sindrom premenstruasi dapat dilakukan dengan beberapa
metode berikut di antaranya :
1) National Institute of Mental Health
Menetapkan kriteria diagnosis berdasarkan gejala somatik dan
afektif yang muncul selama 5 hari sebelum haid terjadi yang di
amati paling sedikit 3 kali siklus haid. Gejala somatic mencakup
nyeri payudara, perut kembung, sakit kepala dan edema
ekstremitas. Gejala afektif meliputi depresi, mudah marah, cemas,
bingung dan menarik diri dari pergaulan social (Arisman, 2010)
2) Shortened Premenstrual Assesment Form (SPAF)
Metode ini dilakukan dengan menggunakan intrumen keusioner
yang mencantumkan 10 gejala sindrom premenstruasi, setiap gejala
diberi skor oleh responden dalam rentang 1-6. Sindrom
premenstruasi dikategorikan menjadi tidak ada gejala apabila total
nilai ≤ 10, gejala ringan apabila total nilai 11-30. Gejala sedang
apabila total nilai 31-40, gejala berat apabila total nilai 41-50, dan
gejala ekstrem 51-60 (Tia, 2015)

2.4.1.10.Penatalaksanaan pramenstruasi sindrom


Beberapa penanganan sindrom premenstruasi di antaranya :
1. Perubahan diet
Mengurangi konsumsi makanan bergaram dapat menurunkan

3
keluhan PMS. Usaha dengan mengurangi asupan garam maka rasa
kembung dan sakit saat menjelang menstruasi dapat berkurang.
Memperbanyak makan makanan yang berserat seperti sayuran dan
buah buahan dapat mengurangi keluhan sindrom pramenstruasi seperti
sakit kepala dan nyeri perut (Faiqah, 2015). Wanita yang
mengkonsumsi makanan rendah kandungan, mineral besi, kalsium, dan
magnesium memiliki resiko terkena sindrom pramenstruasi lebih tinggi
dibandingkan wanita yang mengkonsumsi makanan yang cukup
mengandung mineral besi, kalsium dan magnesium. Mineral besi,
kalsium dan magnesium banyak terdapat pada bahan pangan sumber
hewani.
Dari sebuah studi diketahui bahwa wanita yang rutin menambah
suplemen kalsium (1000 mg/hari) atau magnesium (250mg/hari) pada
pola makannya, lebih kecil beresiko mengalami PMS. Minum air
minimal 8 gelas sehari untuk membantu pengangkutan vitamin dan
mineral ke seluruh bagian tubuh dan memproduksi enzim pencernaan
yang membantu proses tubuh. Minum dengan jumlah yang cukup
dapat mengurangi pembengkakan, retensi air, dan gejala sindrom
pramenstruasi lainnya. Konsumsi sayur- sayuran, buah-buahan dan
kacang-kacangan mengandung rendah lemak tetapi banyak
mengandung asam lemak omega-3 yang relatif cukup besar. Asam
lemak omega-3 dapat menurunkan rasa sakit yang ditimbulkan saat
menjelang menstruasi. Mengkonsumsi makanan rendah lemak dapat
menurunkan keluhan nyeri perut dan pembengkakkan pada penderita
premenstruasi sindrom. Konsumsi rendah lemak dapat mencegah
terjadinya premenstruasi sindrom. Wanita yang mengeluarkan darah
cukup banyak ketika menstruasi, membutuhkan konsumsi daging
untuk mempertahankan level besi.
2. Latihan dan teknik relaksasi
Diperkirakan bahwa latihan memicu produksi endorphin, opiat alami
yang meningkatkan rasa sejahtera dan harga diri serta meningkatkan

3
toleransi wanita terhadap perubahan pramenstruasi sehingga
mengurangi penaruh sindrom pramenstruasi dalam kehidupannya
(Andrews, 2010). Jalan kaki, lari latihan aerobic, renang, dan yoga
merupakan latihan terapeutik dan harus di rekomendasikan. Dengan
melakukan meditasi, latihan pernapasan dan teknik relaksasi yang
sama dengan latihan yang digunakn pada kelas antenatal. Membaca,
menonton televisi, mendengarkan musik atau melakukan masturbasi
merupakan cara yang efektif untuk relaksasi (Andrews, 2010)
3. Anjuran yang dapat diberikan untuk penanganan sindrom
premenstruasi yaitu :
1 Atur perawatan anak dengan tepat agar memberikan “waktu
istirahat”.
2 Hindari mengajak sanak saudara atau untuk menginap di rumah.
3 Hindari mengajak teman untuk makan malam.
4 Tunda ujian mengemudi.
5 Jangan mulai diet baru yang ketat.
6 Tunda janji untuk pekerjaan baru ( Andrews, 2010)
7 Terapi alternatif
8 Aroma terapi membantu meredakan gejala PMS tertentu. Aroma
terapi bekerja memengaruhi alam perasaan sedangkat zat kimia di
dalam berbagai minyak secara farmakologis. (Andrews, 2010)
9 Terapi cahaya
10 Penelitian menunjukan hasil yang menjanjikan dengan
menggunakan satu bentuk terapi cahaya yang dikenal sebagai
stimulasi foto (Andrews, 2010)
11 Pengobatan Medis
12 Dan dapet dengan Mengkonsumsi obat :
1) Diuretik
2) Inhibitor prostaglandin
3) Antidepresan
4) Bromokriptin

3
5) Pil kontrasepsi oral kombinasi
6) Danazol (Andrews, 2010)

2.4.2. Konsep Remaja


2.4.2.1.Pengertian
Remaja
Remaja Menurut WHO (Who Health Organization) bahwa definisi
remaja dikemukakan melalui tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan
sosialekonomi. Sehingga dapat dijabarkan bahwa remaja adalah suatu
masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan
tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan
sosial. Individu yang mengalami perkembangan psikologis dan pola
identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa. Serta individu yang
mengalami peralihan dari ketergantungan menjadi keadaan yang relatif
lebih mandiri (W. Sarwono, 2013)
Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak
berakhir atau masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang
mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki
masa dewasa (Asmuji, 2014)
Masa remaja adalah suatu tahapan antara masa kanak-kanak dengan
masa dewasa. Istilah ini menunjukkan masa dari awal pubertas sampai
tercapainya kematanagn; biasanya mulai dari usia 14 tahun
sampai pada pria dan 12 pada perempuan. Menurut Undang-undang
perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah mencapai usia 16-18
tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal sendiri. Pada
masa ini remaja mengalami transisi psikologis dan sosial dari
kanakkanak kedewasa yang akan berlangsung hingga akhir usia belasan
atau awal dua puluhan (Rahayu dan Noor, 2012)

2.4.2.2. Karakteristik Perkembangan Sifat Remaja


Karakteristik Perkembangan Sifat Remaja Menurut (Ali, 2011)
karakteristik perkembangan sifat remaja yaitu:
3
1. Kegelisahan.
Sesuai dengan masa perkembangannya, remaja mempunyai
banyak angan-angan, dan keinginan yang ingin diwujudkan di
masa depan. Hal ini menyebabkan remaja mempunyai anganangan
yang sangat tinggi, namun kemampuan yang dimiliki remaja
belum memadai sehingga remaja diliputi oleh perasaan gelisah.
2. Pertentangan
Pada umumnya, remaja sering mengalami kebingungan karena
sering mengalami pertentangan antara diri sendiri dan orang tua.
Pertentangan yang sering terjadi ini akan menimbulkan
kebingungan dalam diri remaja tersebut.
3. Mengkhayal
Keinginan dan angan-angan remaja tidak tersalurkan, akibatnya
remaja akan mengkhayal, mencari kepuasan, bahkan menyalurkan
khayalan mereka melalui dunia fantasi. Tidak semua khayalan
remaja bersifat negatif. Terkadang khayalan remaja bisa bersifat
positif, misalnya menimbulkan ide-ide tertentu yang dapat
direalisasikan.
4. Akitivitas berkelompok
Adanya bermacam-macam larangan dari orangtua akan
mengakibatkan kekecewaan pada remaja bahkan mematahkan
semangat para remaja. Kebanyakan remaja mencari jalan keluar
dari kesulitan yang dihadapi dengan berkumpul bersama teman
sebaya. Mereka akan melakukan suatu kegiatan secara
berkelompok sehingga berbagai kendala dapat mereka atasi
bersama.
5. Keinginan mencoba segala sesuatu
Pada umumnya, remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high
curiosity). Karena memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, remaja
cenderung ingin berpetualang, menjelajahi segala sesuatu, dan
ingin mencoba semua hal yang belum pernah dialami sebelumnya.

3
2.4.2.3. Perkembangan Remaja
Perkembangan remaja merupakan satu fase dimana remaja mengalami
transisi dari anak-anak ke dewasa, banyak perubahan-perubahan yang
terjadi pada remaja tersebut. Perubahan yang terjadi yaitu perubahan
secara fisik yang merupakan gejala primer dari pertumbuhan remaja.
Sedangkan perubahan psikologis muncul akibat dari perubahan
perubahan fisik remaja tersebut (Sarwono, 2013) Pada perkembangan
remaja terdapat perubahan yang signifikan terhadap remaja berupa
perubahan biologis, perubahan kognitif serta perubahan sosial.
Perubahan biologis adalah percepatan pertumbuhan, perubahan
hormonal, dan kematangan seksual yang datang dengan pubertas
(Santrock, 2011) Perubahan fisik yang sangat berpengaruh besar terhadap
perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tinggi badan yang
semakin tinggi, berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid
pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki), dan tanda-tanda seksual
sekunder yang tumbuh. Perubahan fisik tersebut dapat meyebabkan
kecanggungan bagi remaja karena ia harus menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya, sehingga dapat
berpengaruh pada perubahan psikologi remaja tersebut (Sarwono, 2013)
Perkembangan atau perubahan kognitif yang terjadi selama masa
transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja adalah peningkatan dalam
berpikir abstrak, idealis, dan logis. Ketika mereka melakukan transisi
tersebut, remaja mulai berpikir secara lebih egosentris, sering merasa
bahwa mereka berada di panggung, unik, dan tidak terkalahkan. Dalam
menanggapi perubahan tersebut, orang tua memberikan lebih banyak
tanggung jawab untuk pengambilan keputusan yang dilakukan oleh para
remaja (Santrock, 2011).
Perubahan sosio merupakan perubahan pada emosional yang dialami
remaja merupakan suatu kondisi dimana remaja melakukan pencarian jati
diri. Dalam hal kebebasan, konflik dengan orang tua, dan keinginan

3
untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan teman sebaya.
Percakapan dengan teman-teman menjadi lebih intim dan memasukkan
lebih banyak keterbukaan diri. Ketika anak-anak memasuki masa remaja
mereka akan mengalami kematangan seksual sehingga mereka akan
mengalami ketertarikan yang lebih besar dalam hubungan dengan lawan
jenis. Remaja akan mengalami perubahan mood yang lebih besar
daripada masa kanak-kanak (Santrock, 2011)

2.4.2.4. Fase-Fase Remaja


Memasuki usia remaja, beberapa hormon terutama hormon
esterogen dan progesteron mulai berperan aktif sehingga pada diri
anak perempuan mulai tumbuh payudara, pinggul melebar dan
membesar sehingga tidak terlihat seperti anak anak lagi. Setiap wanita
akan mengalami menstruasi namun ada beberapa faktor yang
menyebabkan keterlambatan datang bulan seperti faktor gizi.
Contohnya ada remaja perempuan yang mendapatkan menstruasi
pertama di usia 9-10 tahun, namun ada pula yang usia 14 tahun. Akan
tetapi umumnya menstruasi terjadi pada usia sekitar 12 tahun
(Proverawati dan Misaroh, 2009)
Usia remaja menurut WHO berada dalam usia 12 tahun sampai 21
tahun bagi wanita, dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria. WHO
membagi kurun usia dalam dua bagian yaitu remaja awal 10 – 14 tahun
dan remaja akhir 15 – 20 tahun, Antara lain :
1. Remaja awal (10 – 14 tahun)
1 Ciri Fisik:
1) Laju perkembangan secara umum berlangsung pesat,
2) Proporsi ukuran tinggi dan berat badan sering kurang
seimbang,
3) Munculnya ciri-ciri sekunder (tumbul bulu pada publik
region, otot mengembang pada bagian-bagian tertentu),

3
disertai mulai aktifnya sekresi kelenjar jenis kelamin
(menstruasi pada wanita dan day dreaming pada laki-laki).
2 Ciri Psikomotor:
1) Gerak-gerik tampak canggung dan
kurang terkoordinasikan,
2) Aktif dalam berbagai jenis cabang permainan.
3 Ciri Bahasa:
1) Berkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai
tertarik mempelajari bahasa asing,
2) Menggemari literatur yang bernapaskan
dan mengandung segi erotik, fantastik, dan estetik
2. Remaja awal (15 – 20 tahun)
1 Ciri Fisik:
1) Laju perkembangan secara umum kembali menurun,
sangat lambat,,
2) Proporsi ukuran tinggi dan berat badan lebih seimbang
mendekati kekuatan orang dewasa,
3) Siap berfungsinya organ-organ reproduktif seperti pada
orang dewasa.
2 Ciri Psikomotor:
1) Gerak-gerik mulai mantap
2) Jenis dan jumlah cabang permainan lebih selektif dan
terbatas pada keterampilan yang menunjang kepada
persiapan kerja.
Sedang menurut (Asmuji, 2014) membagi masa remaja mmenjadi tiga
fase antara lain :
1. Pra pubertas (10-12 tahun)
Pada masa ini insting seksual dalam keadaan paling lemah,
sedangkan proses perkembangan AKU si anak ada paling kuat
(progresif). Ciri lain yang mencolok pada masa ini adalah
kecenderungan untuk melepaskan diri dari identifikasi-

3
identifikasi yang lama karena mulai bersikap kritis terutama pada
ibunya sehingga berusaha keras untuk berbeda dengan ibunya
sehingga dengan cara mengadakan identifikasi dengan salah
seorang kawan, guru wanita di sekolah atau tokoh wanita lainnya
yang penting dan menonjol.
2. Masa pubertas (13-16)
Masa pubertas awal atau masa pubertas sebenarnya merupakan
suatu masa yang segera akan dilanjutkan oleh masa adolesensi
yang disebut masa puber lanjut. Beberapa peneliti memperkirakan
dimulai pada usia kurang lebih 14 tahun dan berakhir pada usia
kurang lebih 17 tahun. Pada organis yang penting pada masa ini
adalah kematangan seksual. Pada masa ini mengalami suatu
bentuk kritis yaitu kehilangan keseimbangan jasmani dan rohani.
Kadang-kadang hormon dan fungsi motorik juga terganggu
sehingga terlihat gejala-gejala tingkah laku seperti canggung,
kaku kikuk, tegar, muka tampak kasar dan buruk.
3. Adolesensi (17-19 tahun)
Pada masa ini anak mulai bersikap kritis terhadap objekobjek
berkaitan dengan dirinya, mampu membedakan dan menelaah hal
yang terkait dengan lingkungan internal dan eksternal.
Ketertarikan dengan hal yang baru di pikirkan oleh anak pada
masa adolesensi menurut orang tua dan lebih intensif dalam pola
pendampingan.

2.4.2.5. Kejadian Premenstruasi sindrom terhadap remaja


Kejadian premenstruasi sindrom pada remaja merupakan suatu
gejala yang umunya terjadi, tetapi banyak remaja putri yang tidak mengerti
tentang apa yang dirasakan serta menganggap remeh akan gejala yang
dirasakan. Pramenstruasi didefinisikan sebagai kondisi klinis yang
mempengaruhi fisik dan lebih dari 90% wanita diseluruh dunia mengalami
gejala pramenstruasi selama usia remaja (Zaka dan K.T, 2012).

4
Di Indonesia sendiri angka prevalensi PMS dapat mencapai 85% dari
seluruh populasi usia produktif yang terdiri dari 60-75% mengalami PMS
sedang dan berat selain itu menurut Damayanti dalam (Syajaratuddur dan
Rita, 2015) menyebutkan bahwa masalah yang dialami oleh wanita di
Indonesia seputar permasalahan gangguan PMS sebesar 38,5%.
Di surabaya angka kejadian premenstruasi sindrom yang dilakukan
pada salah satu sekolah (Estiani dan Nindya, 2018) mendapatkan hasil
Sebagian besar remaja putri yang memiliki status gizi normal, sebanyak
49,4% tidak mengalami kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) dan
50,6% mengalami kejadian Premenstrual Syndrome (PMS). Sedang di
Malang Hasil penelitian (Nuvitasari et al., 2020) yang dilakukan pada 40
responden siswi SMK Islam pada tahun 2019 didapatkan hasil data bahwa
remaja putri yang mengalami premenstrual syndrome pada tingkat ringan
berjumlah 21 responden (26,25%) mengalami premenstrual syndrome
pada tingkat berat yaitu 27 responden (33,75%). Dan di Magetan sendiri
didapatkan data dari salah satu sekolah yaitu SMP 1 bendo dimana
didapatkan hasil Tingkat kecemasan saat menghadapi premenstrual
syndrome (PMS) kecemasan sedang yaitu sebanyak (60.0%) sisanya
mengalami kecemasan ringan (Widyaningrum dan Sari, 2018).
Hal tersebut memperkuat dan juga dapat membuktikan bahwa
banyak remaja putri yang ternyata mengalami kejadian premenstruasi
sindrom tanpa disadari oleh dirinya.

2.5. Teori Perubahan Perilaku


Teori determinan terbentuknya perilaku salah satunya adalah teori
Lawrence Green yang menjelaskan bahwa perilaku manusia berangkat dari
tingkat kesehatan dimana dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor
perilaku (behaviour causes) dan faktor diluar perilaku (non behaviour
causes) selanjut untuk perilaku terbentuk adanya 3 faktor diantaranya sebagai
berikut:

4
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi merupakan hal yang terwujud dan berasal dari
dalam individu seperti pengetahuan, kepercayaan, jenis kelamin,
pekerjaan, usia, nilai-nilai dan sebagainya. Pada hubungan antara
konsumsi makan, status gizi dan aktifitas fisik terhadap kejadian
premenstruasi sindrom pada remaja yang menjadi faktor predisiposisi
ialah aktifitas fisik dimana aktivitas fisik didefinisikan sebagai setiap
pergerakan jasmani yang dihasilkan otot skelet yang memerlukan
pengeluaran energi. Dimana aktifitas fisik mempengaruhi aktifitas
sehari hari yang dapat berdampak dengan kejadian premenstruasi
sindrom baik itu aktifitas ringan, sedang ataupun berat.

2. Faktor pemungkin
Faktor pemungkin merupakan hal yang berkaitan dengan karakteristik
lingkungan menyebabkan petugas dalam berperilaku kesehatan dan
setiap keterampilan atau sumber daya untuk melaksanakan perilaku
seperti adanya media massa informasi, ketersediaan sarana prasarana
dan SDM yang berkualitas.
Pada hubungan antara konsumsi makan, status gizi dan aktifitas
fisik terhadap kejadian premenstruasi sindrom pada remaja yang
menjadi faktor pemungkin ialah konsumsi makan dimana Konsumsi
makan adalah susunan makanan yang merupakan kebiasaan yang
dimakan seseorang dalam jenis dan jumlah bahan makanan setiap
orang dalam hari yang dikonsumsi atau dimakan dengan jangka waktu
tertentu (Harahap VY, 2012). Konsumsi makanan dengan kejadian
premenstruasi sindrom, dengan risiko kejadian wanita yang memiliki
pola makan tidak sehat 3,6 kali berisiko mengalami premenstrual
syndrome dibandingkan dengan wanita yang memiliki pola makan
yang sehat (Afifah, Sariati dan Wilujeng, 2020).

4
3. Faktor penguat
Faktor Penguat merupakan hal yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan
kelompok referensi dari perilaku masyarakat serta variabel dukungan
masyarakat, tokoh masyarakat, pemerintah sangat tergantung dari
sarana dan jenis program yang dilaksanakan.
Pada hubungan antara konsumsi makan, status gizi dan aktifitas
fisik terhadap kejadian premenstruasi sindrom pada remaja yang
menjadi faktor penguat ialah status gizi Status gizi adalah keadaan
yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dari
makanan dengan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk
metabolisme tubuh. Setiap individu membutuhkan asupan zat gizi
yang berbeda antarindividu, hal ini tergantung pada usia orang
tersebut, jenis kelamin, aktivitas tubuh dalam sehari, dan berat badan
(Par’I, Holil M. dkk, 2017).

4
2.7. Kerangka Teori

Faktor penguat Kurus


Kejadian Premenstruasi Sindrom (PMS) Pada Remaja Putri di SMA 1 Kawedanan
Normal
Kabupaten Magetan
Status Gizi
Gemuk

Obesitas

Pola makan
Faktor pemungkin Aktiftas Aktiftas Aktifitas
Jumlah makanan
ringan Sedang berat
Konsumsi makanan Jenis makanan

frekuensi
Aktifitas Fisik

Faktor Predisposisi
Gambar 2.1 : Teori Lawrence Green
Sumber : Lawrence Green dalam Notoatmodjo 2012

4
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Konseptual


Tahap yang paling penting dari penelitian adalah kerangka konsep. Kerangka
konsep merupakan suatu uraian hubungan berbagai variabel, yang dapat
dirumuskan oleh peneliti setelah membaca berbagai teori yang ada dan
kemudian menyusun teorinya sesuai yang diteliti digunakan sebagai landasan
penelitiannya (Anggita, 2018).
Dibawah ini kerangka konsep yang akan dilakukan oleh peneliti di SMA 1
Kawedanan kabupaten Magetan, sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor Penguat
(reinforcing Factor)
Status Gizi
- Kurus - Gemuk
- Normal - Obesitas

Faktor Pemungkin
(Enabling Factor)
Konsumsi makan
- Pola makan Kejadian
- Jumlah makan Premenstruasi
- Jenis makan Sindrom (PMS) pada
- Frekuensi makan remaja putri di Sma 1

Faktor Pendorong
(Predisposing Factor)
Aktifitas Fisik
Keterangan :
- aktifitas ringan
: terdiri dari
- aktifitas sedang : berpengaruh
- aktifitas berat

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian hubungan antara konsumsi makanan,


status gizi dan aktifitas fisik dengan kejadian Premenstruasi Sindrom (PMS) pada
remaja Putri di SMA 1 Kawedanan

4
3.2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah pernyataan sementara yang akan di uji kebenarannya oleh
peneliti. Hipotesis merupakan jawaban sementara dari peneliti berdasarkan
pada teori yang belum bisa dibuktikan dengan data atau faktanya (Anggita,
2018).
Dari kerangka konsep diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut : H1 :

1. Ada hubungan konsumsi makanan terhadap terhadap kejadian


Premenstruasi Sindrom (PMS) pada remaja Putri di SMA 1
Kawedanan Kabupaten Magetan.
2. Ada hubungan status gizi terhadap kejadian Premenstruasi
Sindrom (PMS) pada remaja Putri di SMA 1 Kawedanan
Kabupaten Magetan.
3. Ada hubungan Aktifitas fisik terhadap kejadian Premenstruasi
Sindrom (PMS) pada remaja Putri di SMA 1 Kawedanan
Kabupaten Magetan.

4
BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Desain penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Secara luas desain penelitian adalah
semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian
(Sugiyono, 2017). Metode penelitian yang digunakan merupakan jenis
penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif ini dapat juga diartikan sebagai
sebuah metode penelitian yang digunakan untuk dalam meneliti pada populasi
atau sampel tertentu. Jenis penelitian ini merupakan penelitian korelasi yang
bersifat menjelaskan hubungan antar variabel. Sedangkan desain
penelitiannnya mengunakan metode survai analitik dengan pendekatan cross
sectional yaitu penelitian yang menekankan waktu pengukuran observasi data
variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam,
2013)

Cross sectional merupakan suatu penelitian yang mempelajari suatu


dinamika korelasi atau adanya hubungan antara faktor resiko dengan efek,
dengan cara pendekatan observasi atau penelitian data sekaligus pada suatu
saat. Pengukuran pada data penelitian variabel (independen dan dependen)
dilakukan dengan satu kali dalam waktu bersamaan. Penelitian ini
menganalisis tentang hubungan antara konsumsi makan, status gizi dan
aktifitas fisik dengan kejadian premenstruasi sindrom (PMS) pada remaja
putri kelas X Sma 1 Kawedanan Kabupaten Magetan.

4.2 Populasi dan Sampel


4.2.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti (Notoatmodjo, 2018) Suatu populasi menunjukkan pada
sekelompok subjek yang menjadi objek atau sasaran penelitian. Sasaran

4
penelitian ini dapat berbentuk manusia maupun bukan manusia, seperti
wilayah geografis, penyakit, penyebab penyakit, program-program
kesehatan, gejala-gejala penyakit, dan sebagainya. Dalam penelitian apa
pun populasi tersebut harus dibatasi populasinya, misal suatu wilayah
kelurahan, kecamatan, atau kabupaten, kelompok umur tertentu,
penyakit-penyakit tertentu, dan sebagainya (S. Notoatmodjo, 2012).
Populasi pada penelitian ini adalah Siswa Remaja Putri kelas X Sma 1
Kawedanan yang berjumlah 225 remaja putri.

4.2.2 Sampel
Sampel merupakan objek yang diteliti dan diangap mewakili
seluruh populasi (Notoatmodjo, 2018). Bila populasi besar dan peneliti
tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya
karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu (Sugiyono, 2014).
Karekteristik sampel yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan remaja putri kelas sepuluh yang telah mengalami Menstruasi.
Dengan karakteristik tersebut maka sampel dalam penelitian ini adalah
Siswa Remaja Putri kelas X Sma 1 Kawedanan yang berjumlah 144
remaja putri.

4.2.3. Besar Sampel


Besar sampel harus ditentukan dengan menggunakan rumus
yang sesuai. Pilih dan sajikan rumus yang sesuai, kemudian lakukan
perhitungan besar sampel dengan menggunakan rumus tersebut
(Lameshow et al., 1997). Adapun penelitian ini menghitung ukuran
sampel menggunakan rumus Slovin karena dalam penarikan sampel,
jumlahnya harus representative agar hasil pada penelitian dapat
digeneralisasikan dan juga perhitungannya tidak memerlukan tabel
jumlah sampel, namun dapat dilakukan dengan rumus dan perhitungan
sederhana (Sugiyono, 2011).

4
Rumus Slovin untuk menentukan sampel adalah sebagai berikut :
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒2
Keterangan:
n = Ukuran sampel/jumlah responden
N= Ukuran populasi
e = Presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel
yang masih bisa ditolerir e=0,05
Dalam rumus Slovin ada ketentuan sebagai berikut:
Nilai e = 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar
Nilai e = 0,2 (20%) untuk populasi dalam jumlah kecil
Jadi rentang sampel yang dapat diambil dari teknik Solvin adalah antara
10-20 % dari populasi penelitian.
Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 225
remaja putri kelas X SMA 1 Kawedanan. Maka untuk mengetahui
sampel penelitian, dengan perhitungan sebagai berikut:

225
𝑛=
1 + 225 (0,052)
225
𝑛=
1 + 0,5625
225
𝑛=
1,5625
𝑛 = 144 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛

Setelah dilakukan penghitungan menggunakan rumus slovin di


atas maka didapatkan hasil pada besarnya sampel yang akan diteliti
berjumlah 144 responden.

4
4.3 Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan cara atau teknik-teknik tertentu dalam
mengambil sampel penelitian sehingga sampel tersebut sedapat mungkin
mewakili populasinya. Teknik sampling dalam penelitian ini, menggunakan
teknik random sampling pengambilan sampel secara random atau acak
disebut random sampling, dan sampel yang diperoleh disebut sampel random
setiap anggota populasi memeiliki kesempatan yang sama untuk diambil
sebagai sampel pada penelitian (Notoatmodjo, 2018).

Jenis random sampling yang digunakan pada penelitian ini yaitu


simple random sampling. simple random sampling atau pengambilan secara
acak sederhana adalah setiap anggota atau unit dari populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel. Pengambilan sampel
ini dibedakan menjadi 2 cara yaitu dengan mengundi anggota atau teknik
undian dan dengan angka acak.

4.4 Kerangka Kerja Penelitian


Untuk membantu dalam penyusunan penelitian ini, maka perlu adanya
susunan kerangka kerja (frame work) yang jelas tahapan-tahapannya.
Kerangka kerja adalah suatu model konseptual yang menggambarkan
hubungan diantara berbagai macam faktor yang telah diidntifikasikan sebagai
sesuatu hal yang penting bagi suatu masalah. Dengan kata lain, kerangka kerja
membahas keterhubungan antar variabel yang dianggap terintegrasikan dalam
dinamika situasi yang akan diteliti. Kerangka kerja yang baik,
mengidentifikasikan dan menyebutkan variabel-variabel penting yang terkait
dengan masalah penelitian. Berikut adalah kerangka kerja penelitian yaitu:

5
Populasi Penelitian
Semua murid remaja putri kelas X Sma 1 Kawedanan Kabupaten
Magetan Berjumlah 225

Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 144 murid remaja putri kelas X
Sma 1 Kawedanan.

Teknik Sampling:
Simple random sampling

Desain Penelitian
Metode survei analitik kuantitatif
Instrument dengan pendekatan cross sectional.
Penelitian
Kuesioner

Pengolahan Data
(Editing, Coding, Entry, Cleaning)

Analisis Data
Analisis univariat dan bivariat menggunakan Uji Chi-Squere

Penyajian Hasil
Hasil, Pembahasan, Kesimpulan dan Saran
Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian

4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


Variabel 4.5.1Variabel Penelitian
Variabel merupakan sesuatu yang digunakan sebagai ciri,
sifat atau ukuran yang memiliki atau didapatkan oleh suatu
penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo,
2018). Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah variabel
independen dan variabel dependen. Variabel yang digunakan
dalam penelitian ini sebagai berikut:

5
1. Variabel independen atau bebas adalah variabel kondisi dan
nilainya dapat dipengaruhi variabel lainnya. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah konsumsi makan
status gizi dan aktiftas fisik
2. Variabel dependen atau terikat adalah variabel yang
menentukan atau variabel yang berpengaruh terhadap variabel
independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
kejadian Premenstruasi sindrom (PMS) pada remaja putri di
SMA 1 Kawedanan kabupaten Magetan

4.5.2 Definisi Operasional


Definisi operasional adalah uaraian batasan variabel yang
dimaksud atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang
bersangkutan (Notoatmodjo, 2018). Definisi operasional variabel
penelitian merupakan penjelasan dari masing-masing variabel yang
digunakan dalam penelitian. Definisi operasional variabel
penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

5
Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skor Skala Data


Variabel Bebas (Independen)
1. Konsumsi Konsumsi makan adalah Kuisioner Kuesioner Konsumsi Makanan Nominal
Makanan susunan makanan yang berjumlah 8 dinyatakan dengan:
merupakan kebiasaan yang pertanyaan yang 1= Baik
dimakan seseorang dalam terdiri dari 2= Tidak Baik
jenis dan jumlah bahan - Jumlah,
makanan setiap orang dalam - jenis Kriteria:
hari yang dikonsumsi atau - serta frekuensi 1= Baik, jika total
dimakan dengan jangka (jangka waktu) skor <17
waktu tertentu dalam konsumsi
2= Kurang baik, jika
makan sehari total skor >17
(Abriani dan
Ningtyias, 2019)
2. Status Gizi Status gizi adalah keadaan Dengan Kuesioner dan Status gizi Nominal
yang diakibatkan oleh menghitung IMT alat untuk dinyatakan dengan :
keseimbangan antara asupan dari Responden mengukur IMT Kriteria:
zat gizi dari makanan dengan yang akan 1= Normal
kebutuhan zat gizi yang digolongkan
diperlukan untuk dengan : 2= Tidak normal
metabolisme tubuh. 1 = Kurang
2 = Normal (Abriani dan
3 = Kelebihan Ningtyias, 2019)
4 = Obesitas
3. Aktifitas Aktivitas fisik didefinisikan Terdapat 4 Kuesioner Aktifitas fisik Nominal

5
Fisik sebagai setiap pergerakan pertanyaan yang dinyatakan dengan:
jasmani yang dihasilkan otot terdiri dari 1= Baik
skelet yang memerlukan - Aktifitas ringan 2= kurang
pengeluaran energi. - Aktifitas sedang
- dan Kriteria:
Aktifitas berat 1= Baik, jika total
Yang sering skor <8
dilakukan dalam
sehari-hari 2= Kurang baik, jika
total skor >8

(Syajaratuddur dan
Rita, 2015)
Variabel Terikat (Dependen)
1. Kejadian Premenstrual Syndrome Terdiri dari 5 Kuisioner Premenstruasi Nominal
Premenstruasi (PMS), merupakan suatu pertanyaan, dimana sindrom
Sindrom keadaan dimana jumlah setiap pertanyaan dinyatakan dengan:
(PMS) gejala terjadi secara rutin dan berisikan tentang 1= Tidak mengalami
berhubungan dengan siklus hal yang dialami PMS
menstruasi, gejala terkadang saat menjelang 2= Mengalami PMS
timbul 7-10 hari sebelum Menstruasi, setiap
menstruasi dan menghilang pertanyaan Kriteria:
ketika mulai menstruasi. memiliki nilai 1= Baik, jika total
bobot antara lain : skor <10
1 = tidak pernah
2 = kadang 2= Kurang baik, jika
3 = sering total skor >10
4 = selalu
(Allen dkk, 2010 cit
Tia, 2015).

5
4.6 Intrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau sebuah fasilitas yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya
lebih mudah dan hasilnya lebih baik, cermat, teliti, lengkap dan
sistematis sehingga mudah diolah (Arikunto, 2010) Instrumen
penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk mengumpulkan
data (Notoatmodjo, 2018). Adapun instrumen yang digunakan pada
penelitian ini adalah seperti dijelaskan dibawah ini :

4.6.1. Kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang dia ketahui (Arikunto, 2010). Untuk
mengetahui apakah kuesioner yang kita susun tersebut mampu
mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan uji
korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan skor total
kuesioner tersebut (S. Notoatmodjo, 2012).
Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan kuisioner terbuka
yang terdiri dari beberapa pertanyaan yang berhubungan antara
konsumsi makan, status gizi dan aktifitas fisik dengan kejadian
pramenstruasi sindrom pada kelas X SMA 1 Kawedanan dengan skor
yang telah ditentukan .

4.6.2. Uji Validitas


Validitas adalah suatu ukuran yag menunjukkan tingkat-
tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen suatu instrumen
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan, dapat
mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi
rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang
terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas. Yang
dimaksud. Untuk menguji tingkat validitas instrumen, peneliti

55
mencobakan instrumen tersebut pada sasaran dalam penelitian. Langkan
ini disebut dengan kegiatan uji coba instrument (Arikunto, 2010).
Uji validitas untuk mengukur tingkat kesahihan penelitian ini
menggunakan 2 kriteria antaranya remaja putri kelas sepuluh dan juga
remaja putri yang telah mengalami menstruasi, yang akan dilaksanakan
di MAN 1 Takeran dengan jumlah 10% dari sampel yaitu sejumlah 14
remaja putri yang kemudian hasil dari kuesioner akan diuji
menggunakan uji chi-square. Penentuan kevalidan suatu instrumen
diukur dengan membandingkan r-hitung dengan r-tabel, jika r-hitung >
r-tabel berarti valid sedangkan r-hitung < r-tabel berarti tidak valid.
Dari 14 responden tersebut di MAN 1 Takeran dengan
karakteristik yang sama dengan sampel penelitian, maka nilai r tabel
dapat diperoleh melalui tabel r produk moment pearson dengan df
(degree of freedom) = n – 2, jadi jika responden berjumlah 14, maka df
= 14-2 = 12, maka r tabel 0,532. Dengan taraf signifikan 5% maka
diketahui tabel produk moment pearson sebesar 0,532. Butir pertanyaan
dikatakan valid jika r hitung > r tabel dapat dilihat dari Corrected Item
Total Correlation. Berikut adalah hasil uji validitas yang telah
dilakukan oleh penelitian.

1. Hasil Uji Validitas Konsumsi Makanan


Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Konsumsi makan
No. Butir r xy r total 5% Keterangan
Pertanyaan 1 0,764 0,532 Valid
Pertanyaan 2 0,814 0,532 Valid
Pertanyaan 3 0,700 0,532 Valid
Pertanyaan 4 0,560 0,532 Valid
Pertanyaan 5 0,639 0,532 Valid
Pertanyaan 6 0,776 0,532 Valid
Pertanyaan 7 0,570 0,532 Valid
Pertanyaan 8 0,603 0,532 Valid
Sumber: Pengolahan Data Primer Menggunakan SPSS, 2021

56
Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa dari 8 pertanyaan
yang memiliki r hitung > r tabel yang dinyatakan valid dan dapat digunakan
sebagai alat pengumpulan data pada penelitian yang akan dilakukan.

2. Hasil Uji Validitas Aktifitas Fisik

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Aktifitas fisik


No. Butir r xy r total 5% Keterangan
Pertanyaan 1 0,624 0,532 Valid
Pertanyaan 2 0,548 0,532 Valid
Pertanyaan 3 0,580 0,532 Valid
Pertanyaan 4 0,568 0,532 Valid
Sumber: Pengolahan Data Primer Menggunakan SPSS, 2021

Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa dari 4 pertanyaan


yang memiliki r hitung > r tabel yang dinyatakan valid dan dapat digunakan
sebagai alat pengumpulan data pada penelitian yang akan dilakukan.

3. Hasil Uji Validitas Premenstruasi Sindrom (PMS)

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas PMS


No. Butir r xy r total 5% Keterangan
Pertanyaan 1 0,767 0,532 Valid
Pertanyaan 2 0,679 0,532 Valid
Pertanyaan 3 0,620 0,532 Valid
Pertanyaan 4 0,578 0,532 Valid
Pertanyaan 5 0,678 0,532 Valid
Sumber: Pengolahan Data Primer Menggunakan SPSS, 2021

Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa dari 5 pertanyaan


yang memiliki r hitung > r tabel yang dinyatakan valid dan dapat digunakan
sebagai alat pengumpulan data pada penelitian yang akan dilakukan.

4.6.3. Uji Reabilitas


Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran ini tetap konsisten atau
tetap asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap

57
gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (S.
Notoatmodjo, 2012).
Uji reliabilitas dapat dilihat dari nilai Cronbach’s Alpha, jika nilai
Alpha >0,532 maka kontruk pertanyaan yang merupakan dimensi
variabel adalah reliabel. Jadi item-item kuesioner pada semua variabel
adalah reliabel, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang
diinterprestasikan sebagai berikut:
Tabel 4.5 Nilai Alpha Cronbach’s
Nilai Alpha Cronbach’s Kualifikasi Nilai
0,00 - 0,20 Kurang reliabel
0,21 - 0,40 Lumayan reliabel
0,41 - 0,60 Cukup reliabel
0,61 - 0,80 Reliabel
0,81 - 1,00 Sangat reliabel

Uji reliabilitas pada penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja


Puskesmas Jiwan, hasil kuesioner akan diuji menggunakan rumus
Cronbach Alpha dan kuesioner dikatakan reliabel jika hasil > 0,532 dan
dikatakan tidak reliabel jika nilai Cronbach Alpha < 0,532. Adapun
hasil uji reliabilitas didapatkan bahwa nilai Cronbach Alpha yaitu:
Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas
No Variabel r xy r total 5% Keterangan
1 Konsumsi Makanan 0,699 0,532 Reliabel
2 Aktifitas Fisik 0,684 0,532 Reliabel
3 Premenstruasi 0,735 0,532 Reliabel
Sindrom (PMS)

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian


4.7.1 Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA 1 Kawedanan kabupaten
magetan yang berlokasi di jalan Madiun-Goranggareng No.16,
sekolanan, Genengan, Kawedanan, Kabupaten magetan, Jawa Timur
63382.

58
4.7.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada semester genap tahun ajaran
2021/2022, pelaksanaan dalam penyelesaian pada penelitian ini
memakan waktu sekitar 7 bulan yang dimulai pada tanggal 17 januari
2021 dan diakhiri pada bulan juli. Adapun rincian lengkap waktu
penelitian secara jelas yang telah dibuat dalam bentuk rencana
kegiatan pada Tabel 4.7

No Kegiatan Tanggal ACC


Pembuatan dan konsultasi
1 19 desember 2020
judul
Penyusunan dan bimbingan
2 12 maret – 28 April 2021
proposal
3 Ujian proposal 7 Mei 2021
4 Pengumpulan data 15 Juni 2021
Penyusunan dan bimbingan
5 20 Juni – 10 Agustus 2021
skripsi
6 Ujian Skripsi 14 agustus 2021

4.8 Prosedur Pengumpulan Data


Sebagian besar penelitian umunya menggunakan kuesioner sebagai
metode yang dipilih untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2010). Dalam
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan Kuisioner.
Kuesioner atau angket adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu
penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut
kepentingan umum (orang banyak). Angket ini dilakukan dengan
mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa informasi yang berupa
formulir-formulir, diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk
mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban, dan sebagainya (S. Notoatmodjo,
2012).
Tahap pengambilan data pada penelitian ini di awali dengan perijinan
ke pihak Sekolah SMA 1 Kawedanan Kabupaten Magetan, kemudian peneliti

59
melakukan wawancara dan penyebaran kuesioner ke responden. Setelah data
terkumpul, langkah selanjutnya adalah pengolahan data.
Pengolahan data merupakan salah satu langkah yang penting. Hal ini
disebabkan karena data yang diperoleh langsung dari penelitian masih
mentah, belum memberikan info apa-apa, dan belum siap untuk disajikan (S.
Notoatmodjo, 2012). Proses pengolahan data ini melalui tahap-tahap sebagai
berikut:

4.8.1 Sumber Data


1. Data primer
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah siswa remaja
putri kelas X SMA 1 Kawedanan pada saat peneliti mengadakan
penelitian. Pengumpulan data primer akan dilakukan sendiri oleh
peneliti menggunakan kuesioner. Pengambilan data akan dilakukan
pada bulan April sampai dengan Mei 2021.
Seangkan data primer yang hendak dikumpulkan dari sumber
data ini adalah data tentang hasil yang didapatkan dari wawancara
kuisioner dengan responden yaitu remaja putri SMA 1 Kawedanan.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang tidak didapat langsung dari
sumbernya, melainkan didapat dari pihak lain. Data sekunder yang
dalam penelitian ini adalah Tata Usaha (TU) dan Bagian kesiswaan
SMA 1 Kawedanan.
Seangkan data sekunder yang hendak dikumpulkan dari
sumber data ini adalah data tentang berapa jumlah kelas yang ada
pada kelas X SMA 1 Kawedanan serta data murid remaja putri kelas
X SMA 1 Kawedanan.

60
4.8.2 Tahap Pengumpulan Data
1. Tahap Persiapan
1) Mengurus ijin pengambilan data awal dengan membawa surat
dari STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun kepada Pihak
Sekolah SMA 1 Kawedanan yaitu Kepala sekolah SMA 1
Kawedanan.
2) Mengurus ijin uji validitas, uji reliabilitas kuesioner, dan ijin
penelitian dengan membawa surat dari STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun kepada Kepala Sekolah SMA 1 Kawedanan.
3) Mengurus surat ijin penelitian pada pihak TU (Tata Usaha)
sekolah SMA 1 Kawedanan dengan membawa surat dari
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun ke Sekolah SMA 1
Kawedanan.
2. Tahap Pengambilan Data Awal
Pada tahap pengambilan data awal peneliti mencari data dari
petugas yang bersangkutan yaitu TU SMA 1 Kawedanan yang
kemuadian diarahkan kepada bagian kesiswaan SMA 1 Kawedanan.
3. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pada tahap ini peneliti melakukan penelitian ke responden
yang telah ditetapkan, kegiatan tersebut antara lain:
1) Data Primer diperoleh dari hasil pemberian instrumen pada
responden yang memenuhi kriteria penelitian.
2) Data Sekunder diperoleh dari bagian Kesiswa SMA 1 kawedanan.
3) Dokumentasi kegiatan selama penelitian.
4. Tahap Akhir
Pada tahap akhir penelitian ini merupakan langkah yang
dilakukan pada saat penelitian telah selesai dilakukan. Kegiatan ini
antara lain:
1) Pencatatan hasil penelitian.
2) Menganalisis data hasil penelitian.
3) Penarikan kesimpulan hasil penelitian.

61
4) Pembuatan laporan penelitian.

4.9 Teknik Pengolahan dan Analisis Data


Teknik pengolahan adalah suatu proses mencari data, menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, hasil kegiatan
saat terjun di lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan
data ke dalam kategori menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sistesis,
menyusun ke dalam pola memilih mana yang penting dan yang kan
dipelajari dan membuat kesimpulan mudah dipahami oleh diri sendiri
maupun orang lain (Sugiyono, 2017).

4.9.1. Teknik Pengolahan Data


Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data
menggunakan kuesioner. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti,
data ini didapatkan berdasarkan wawancara yang telah dilakukan
dibuktikan dengan adanya dokumentasi yang diambil saat melakukan
pengumpulan data. Tahap pengambilan data pada penelitian ini di
awali dengan perijinan ke pihak kepala SMA 1 Kawedanan, kemudian
peneliti melakukan wawancara dan penyebaran kuesioner ke
responden. Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah
pengolahan data.
Pengolahan data merupakan salah satu langkah yang penting.
Hal ini disebabkan karena data yang diperoleh langsung dari
penelitian masih mentah, belum memberikan info apa-apa, dan belum
siap untuk disajikan (S. Notoatmodjo, 2012). Proses pengolahan data
ini melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1. Editing
Hasil wawancara, dan angket dari lapangan harus dilakukan
penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing
merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir
atau kuesioner tersebut.

62
2. Coding
Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya
dilakukan pengkodean atau coding, yakni mengubah data berbentuk
kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Setiap variabel
diberi nilai sebagai berikut:
1) Konsumsi Makan
Variabel konsumsi makan dnegan kejadian premenstruasi
sindrom pada remaja putri. nilai sebagai berikut :
1 = Baik
2 = Tidak baik
Kriteria:

1= Baik, jika total skor <17

2= Kurang baik, jika total skor >17

2) Status Gizi
Variabel Status Gizi dengan kejadian premenstruasi
sindrom pada remaja putri, Status gizi dinyatakan dengan :
1 = Kurus
2 = Normal
3 = Kelebihan
4 = Obesitas
Berdasarkan Kriteria penghitungan IMT dengan bobot jawaban
1 = Normal
2 = Tidak Normal
3) Aktifitas Fisik
Variabel Status Gizi dengan kejadian premenstruasi
sindrom pada remaja putri, Aktifitas fisik dinyatakan dengan:
1= Baik
2 = Kurang
Kriteria:

1= Baik, jika total skor jawaban <8

63
2= Kurang baik, jika total skor jawaban >8

4) Prementruasi Sindrom pada remaja


Variabel Prementruasi Sindrom pada remaja putri,
Premenstruasi sindrom pada remaja dengan:
1 = tidak mengalami PMS
2 = mengalami PMS
Kriteria:
1= Baik, jika total skor <10
2= Kurang baik, jika total skor >10

3. Entry atau processing


Data berupa jawaban-jawaban dari masing-masing responden
yang dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam
program atau software komputer yaitu SPSS 16.0.

4. Cleaning
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden
selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-
kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan,
dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses
ini disebut pembersihan data (data cleaning).

4.9.2. Teknik Analisis Data


Menurut (S. Notoatmodjo, 2012), menganalisis data tidak sekedar
mendeskripsikan dan menginterpretasikan data yang telah diolah. Keluaran
akhir dari analisis data harus memperoleh makna atau arti dari hasil
penelitian tersebut. Oleh sebab itu secara rinci tujuan diadakannya analisis
data adalah:
1. Memperoleh gambaran dari hasil penelitian yang telah dirumuskan
dalam tujuan penelitian.
2. Menguji hipotesis-hipotesis penelitian yang telah dirumuskan.

64
3. Memperoleh kesimpulan secara umum dari penelitian, yang merupakan
kontribusi dalam pengembangan ilmu yang bersangkutan.
Analisis data suatu penelitian, biasanya melalui prosedur bertahap antara
lain:

1 Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada
umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi
dan persentase dari tiap variabel. Analisis univariat pada penelitian ini
adalah frekuensi dan persentase dari konsumsi makan, status gizi dan
aktifitas fisik terhadap kejadian Premenstruasi sindrom pada remaja
putri di SMA 1 Kawedanan.

2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi (S. Notoatmodjo, 2012). Analisis bivariat
merupakan suatu analisis untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel yaitu variabel bebas dengan variabel terikat (Umami, 2019).
Analisis bivariat pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh antara Hubungan yang mempengaruhi kejadian Premenstruasi
Sindrom Pada Remaja Putri SMA 1 Kawedanan.
Dalam penelitian ini menggunakan uji Chi-Square, digunakan
untuk menguji berapa tingkat signifikansinya yang diperoleh dari
jawaban responden agar hasil yang diperoleh dapat teruji secara akurat
(Delima dan Paramita, 2019).
Keputusan hasil uji statistik dengan membandingkan nilai p-value
dan nilai α (0,05), menurut (Umami, 2019) ketentuan yang berlaku
adalah sebagai berikut :

65
a. Jika nilai p ≤ 0,05 maka hipotesis penelitian H0 ditolak dan H1
diterima, sehingga antara kedua variabel tersebut ada hubungan
yang bermakna.
b. Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian H0 diterima dan H1
ditolak, sehingga antara kedua variabel tersebut tidak ada hubungan
yang bermakna.
Untuk melihat keeratan menggunakan uji RP (Ratio Prevalensi)
dengan melihat dinilai, sebagai berikut :
a. RP (Ratio Prevalensi) < 1, maka artinya faktor yang diteliti
merupakan faktor proteksi untuk terjadi efek.
b. RP (Ratio Prevalensi) > 1, artinya faktor yang diteliti merupakan
faktor resiko.
c. RP (Ratio Prevalensi) = 1, artinya faktor yang diteliti bukan
merupakan faktor risiko.
d. Derajat kepercayaan (Confident Interval 95%), dengan batas
kemaknaan α = 0,05 (5%).(Umami, 2019).

4.10 Etika Penelitian


Pelaku penelitian atau peneliti dalam menjalankan tugas meneliti atau
melakukan penelitian hendaknya memegang teguh sikap ilmiah (scientific
attitude) serta berpegang teguh pada etika penelitian, meskipun mungkin
penelitian yang dilakukan tidak akan merugikan atau membahayakan bagi
subjek penelitian (Notoatmodjo, 2012). Berikut ini etika penelitian yang harus
dipegang teguh, antara lain:
1. Menghormati harkat dan martabat manusia.
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian.
3. Keadilan dan inklusivitas atau keterbukaan.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan.
Mengacu pada prinsip-prinsip dasar penelitian tersebut, maka setiap
penelitian yang dilakukan oleh siapa saja, termasuk para peneliti kesehatan
hendaknya:

66
1. Memenuhi kaidah keilmuan dan dilakukan berdasarkan hati nurani, moral,
kejujuran, kebebasan, dan tanggung jawab.
2. Merupakan upaya untuk mewujudkan ilmu pengetahuan, kesejahteraan,
martabat, dan peradaban manusia, serta terhindar dari segala sesuatu yang
menimbulkan kerugian atau membahayakan subjek penelitian atau
masyarakat pada umumnya.

67
BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


5.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Kawedanan
Lokasi penelitian terletak di wilayah SMA 1 Kawedanan
Dimana Sekolah ini berada di Kecamatan Kawedanan Kabupaten
Magetan yang merupakan salah satu kabupaten di provinsi Jawa Timur,
Indonesia. Kecamatan Kawedanan berjarak sekitar 13 Kilometer dari
ibu kota kabupaten Magetan ke arah timur. Pusat pemerintahan
Kecamatan Kawedanan berada di Kelurahan Kawedanan. Kecamatan
Kawedanan meiliki luas wilayah sebesar 39,45 km² dan terdiri dari 20
kelurahan atau desa di wilayahnya. Adapun batas-batas wilayah
Kecamatan kawedanan sebagai berikut:
a. Sebelah utara : Kecamatan sukomoro dan Kecamatan bendo
b. Sebelah selatan : Kecamatan nguntoronadi dan Kecamatan parang
c. Sebelah timur : Kecamatan Takeran
d. Sebelah barat : Kecamatan Ngariboyo dan Kecamatan Parang
PETA KECAMATAN KAWEDANAN

Gambar 5.1 Peta Kecamatan Kawedanan


Sumber: https://images.app.goo.gl
.

68
5.1.2. Gambaran Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dalam pengambilan data dilakukan di
SMA Negeri 1 Kawedanan yang beralamatkan Jl. Madiun-
Goranggareng No 16 Genengan Kecamatan Kawedanan
Kabupaten Magetan Provinsi Jawa Timur, dimana sekolah ini
berada di wilayah kerja Kecamatan Kawedanan.

SMA Negeri 1 Kawedanan memiliki luas wilayah sebesar


212M², dari tenaga pengajar yaitu guru dengan jumlah keseluruhan
58 orang dan jumlah keseluruhan murid sebesar 949 orang terdiri
dari siswa perempuan sebesar 681 orang dan siswa laki-laki sebesar
268 orang. SMA 1 Kawedanan memiliki Visi dan Misi dalam
terbentuknya sekolah ini yang berisikan sebagai berikut:

1. VISI SMA Negeri 1 Kawedanan


VISI dari SMA 1 Kawedanan dalam menjalankan Program
kerjanya berkeinginan agar warga sekolah SMA 1 Kawedanan
menjadi seperti apa yang diharapkan, sesuai dengan keinginan
yang berada dalam isi Visi sekolah yaitu “Unggul dalam
prestasi, berkarakter, berbudaya, peduli lingkungan,
berwawasan global yang dilandasi iman dan takwa”

2. MISI SMA Negeri 1 Kawedanan


Sedangkan MISI dari SMA 1 Kawedanan dalam
menjalankan Program kerjanya berkeinginan agar warga
sekolah SMA 1 Kawedanan dapat berjalan seperti yang
diharapkan, sesuai dengan yang berada dalam isi Misi sekolah
yaitu :
1) Menumbuh kembangkan kegiatan kerohaian seluruh
warga sekolah.
2) Mendisiplinkan dan Menciptakan lingkungan sekolah yang
tertib, aman, nyaman dan kondusif.

69
3) Meningkatkan prestasi dan pelayanan di bidang akademik
dan non akademik.
4) Menciptakan suasana gotong royong dan kebersamaan.
5) Terwujudnya warga sekolah yang perduli terhadap
lingkungan sekolah.
6) Terwujudnya upaya pelestarian fungsi lingkungan,
mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan
lingkungan hidup.

5.2 Hasil Penelitian


5.2.1. Hasil Analisis Univariat
Hasil analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan
karakteristik responden pada masing-masing variabel, baik variabel
dependent maupun variabel independent. Karakteristik responden dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
1. Konsumsi Makanan
Distribusi skor atau nilai faktor Konsumsi makanan dapat
digambarkan pada tabel dibawah ini sebagai berikut:
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Konsumsi Makanan Terhadap Kejadian
Premenstruasi Sindrom Pada Remaja Putri
NO Konsumsi Makanan Frekuensi (f) Presentase (%)
1. Baik 47 32,6
2. Tidak Baik 97 67,4
Jumlah 144 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2021
Berdasarkan hasil tabel 5.1 diatas mengenai distribusi
frekuensi Konsumsi makanan responden, maka didapatkan bahwa
mayoritas responden memiliki tingkat konsumsi makan yang baik
dengan jumlah sebanyak 47 (32,6 %) sedangkan untuk tingkat
konsumsi makan yang tidak baik sebanyak 97 (67,4 %).

70
2. Status Gizi
Distribusi skor atau nilai faktor Statuz Gizi dapat digambarkan
dengan Menghitung IMT pada tabel dibawah ini sebagai berikut:
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Status Gizi Terhadap Kejadian
Premenstruasi Sindrom Pada Remaja Putri
NO Status Gizi Frekuensi (f) Presentase (%)
1. Normal 50 34,7
2. Tidak Normal 94 65,3
Jumlah 144 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2021
Berdasarkan hasil tabel 5.3 diatas mengenai distribusi frekuensi
status gizi, maka didapatkan hasil bahwa responden yang memiliki status
gizi normal sebanyak 50 orang dengan persentase sebesar 34,7%
sedangkan Responden yang memiliki status gizi tidak normal sebanyak
94 dengan persentase relatif besar yaitu 63,3 %.

3. Aktifitas Fisik
Distribusi frekuensi faktor Aktifitas Fisik dapat digambarkan pada
tabel dibawah ini sebagai berikut:
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Terhadap Kejadian
Premenstruasi Sindrom Pada Remaja Putri
NO Aktifitas Fisik Frekuensi (f) Presentase (%)
1. Baik 62 43,1
2. Buruk 82 56,9
Jumlah 144 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2021
Berdasarkan hasil tabel 5.3 diatas mengenai distribusi frekuensi
Aktifitas Fisik responden, maka didapatkan bahwa Aktifitas fisik Baik
sebanyak 62 dengan persentase sebesar 43,1 % sedangkan aktifitas
Buruk sebanyak 82 dengan persentase sebesar 56,9 %.

71
4. Premenstruasi Sindrom
Distribusi frekuensi faktor Premenstruasi sindrom dapat
digambarkan pada tabel dibawah ini sebagai berikut:
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Premenstruasi sindrom Terhadap
Kejadian Premenstruasi Sindrom Pada Remaja Putri
NO Premenstruasi sindrom Frekuensi (f) Presentase (%)
1. Tidak Mengalami PMS 40 27,8
2. Mengalami PMS 104 72,2
Jumlah 144 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2021
Berdasarkan hasil tabel 5.4 diatas mengenai distribusi frekuensi
Premenstruasi sindrom, maka didapatkan hasil bahwa responden yang
tidak mengalami premenstruasi sindrom sebanyak 40 orang dengan
persentase sebesar 27,8% sedangkan Responden yang mengalami
Premenstruasi Sindrom sebanyak 104 dengan persentase relatif besar
yaitu 72,2 %.

5.2.2. Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan dan


besarnya nilai odd ratio faktor resiko dan digunakan untuk mencari
hubungan antara variabel dependent dan variabel independent dengan uji
statistik yang disesuaikan dengan skala data yang ada. Uji statistic yang
digunakan adalah Chi-Square dan penentuan Odds Ratio (OR) dengan
taraf kepercayaan (CI) 95% dan tingkat kemaknaan 0,05. Berikut adalah
hasil analisis bivariat:

1. Hasil Hubungan Konsumsi makanan dengan Kejadian Premenstruasi


Sindrom pada remaja.
Hubungan Konsumsi makanan dengan kejadian Premenstruasi sindrom
pada remaja putri dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

72
Tabel 5.5 Hubungan Konsumsi makanan dengan kejadian Premenstruasi sindrom pada
remaja putri
Kejadian PMS
Tidak Mengalami Total RP
Konsumsi Mengalami PMS P-Value
Makanan PMS 95% CI
N % N % N %
Baik 19 40,4 28 59,6 47 100
2,456
Tidak Baik 21 21,6 76 78,4 97 100 0,031
(1.152-5.235)
Total 40 27,8 104 72,2 144 100
Sumber: Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat diketahui bahwa kejadian
Premenstruasi sindrom pada remaja putri tidak mengalami PMS terdapat 19
responden (40,4%) yang mempunyai konsumsi makanan baik dan 21
responden (21,6) yang mempunyai konsumsi makanan tidak baik,
sedangkan pada kelompok mengalami PMS terdapat 28 responden (59,%)
yang mempunyai konsumsi makanan baik dan 76 responden (78,4%) yang
mempunyai Komsumsi makanan tidak baik.
Hasil analisis uji statistik Chi Square diperoleh p-value = 0,031 < (0,05)
sehingga H0 diterima, yang artinya ada hubungan Konsumsi makanan
dengan kejadian Premenstruasi sindrom pada remaja putri di SMA 1
Kawedanan. Untuk nilai risiko dapat dilihat dari nilai RP yaitu sebesar
2,456(1.152-5.235) yang artinya responden yang memiliki konsumsi
makanan tidak baik 2,456 kali lebih besar mempunyai kecenderungan
(berpeluang) mengalami kejadian Premenstruasi Sindrom dibandingkan
dengan responden yang memiliki Konsumsi makanan baik pada
Premenstruasi Sindrom.

2. Hasil Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Premenstruasi Sindrom


pada remaja.
Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Premenstruasi Sindrom
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

73
Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Premenstruasi Sindrom
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 5.6 Hubungan Status Gizi dengan kejadian Premenstruasi sindrom pada
remaja putri
Kejadian PMS
Tidak Mengalami Total RP
Status Gizi Mengalami PMS P-Value
(IMT) PMS 95% CI
N % N % N %
Normal 14 24,0 36 36,1 50 100
744
Tidak 0,587
26 29,8 68 67,9 94 100 (339-1.632)
Normal
Sumber: Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel 5.7 diatas dapat diketahui bahwa kejadian
Premenstruasi sindrom pada remaja putri tidak mengalami PMS
terdapat 14 responden (13,5%) yang mempunyai status gizi normal dan
26 reponden (29,8%) memiliki status gizi tidak normal, sedangkan pada
kelompok mengalami PMS terdapat 36 responden (36,1%) yang
mempunyai status gizi normal dan 94 responden (67,9) yang memiliki
status gizi tidak normal.
Hasil analisis uji statistik Chi Square diperoleh p-value = 0,587 >
(0,05) sehingga H1 ditolak, yang artinya ada tidak ada hubungan antara
Status Gizi dengan kejadian Sindrom Premesntruasi remaja putri.
dengan nilai RP yaitu sebesar 744(339-1.632) dimana status gizi yang
tidak normal hanya memiliki risiko peluang 744 dalam kejadian
premenstruasi sindrom pada remaja putri.

3. Hasil Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kejadian Premenstruasi Sindrom


pada remaja.
Hubungan Aktifitas fisik dengan kejadian Premenstruasi Sindrom pada
remaja dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

74
Tabel 5.7 Hubungan Aktifitas fisik dengan kejadian Premenstruasi sindrom pada
remaja putri
Kejadian PMS
Tidak Mengalami Total RP
Aktifitas Mengala PMS P-Value
Fisik mi PMS 95% CI
N % N % N %
Baik 17 16,1 45 83,9 62 100
333
Buruk 23 36,6 59 63,4 82 100 0,012
(148-751)
Total 40 27,8 104 72,2 144 100
Sumber: Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel 5.7 diatas dapat diketahui bahwa kejadian
Premenstruasi sindrom pada remaja putri tidak mengalami PMS
terdapat 17 responden (16,1%) yang menjalankan aktifitas fisik dengan
baik dan 23 responden (36,6) yang menjalankan aktifitas fisik Buruk,
sedangkan pada kelompok mengalami PMS terdapat 45 responden
(83,9%) yang menjalankan aktifitas fisik dengan baik dan 59 responden
(63,4%) yang menjalankan aktifitas fisik Buruk.
Hasil analisis uji statistik Chi Square diperoleh p-value = 0,012 <
(0,05) sehingga H0 diterima, yang artinya ada hubungan Status Gizi
dengan kejadian Premenstruasi sindrom pada remaja putri di SMA 1
Kawedanan. Untuk nilai risiko dapat dilihat dari nilai RP yaitu sebesar
333(148-751) yang artinya responden yang Menjalankan Aktifitas Fisik
Kurang 333 kali lebih besar mempunyai kecenderungan (berpeluang)
Mengalami Kejadian Premenstruasi Sindrom dibandingkan dengan
responden yang Menjalankan Aktifitas fisik yang baik pada kejadian
Premenstruasi Sindrom.
Dari penjabaran pembahasan uji bivariat menggunakan Chi
Square didapatkan bahwa semua faktor memiliki pengaruh terhadap
kejadian Premenstruasi Sindrom pada remaja di SMA 1 Kawedanan
disajikan dalam tabel 5.8 yaitu sebagai berikut:

75
No Variabel p-Value Keterangan
1 Konsumsi Makanan 0,031 Berhubungan
2 Status Gizi 0,587 Tidak Berhubungan
3 Aktifitas Fisik 0,012 Berhubungan

5.3 Pembahasan
5.3.1Faktor konsumsi makan pada remaja putri kelas X di SMA Negeri
1 Kawedanan
Konsumsi Makan merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya
sindrom pramenstruasi, hal ini dapat terjadi karena faktor pola hidup
yang dijalankan seseorang tersebut. konsumsi makanan merupakan
metode yang dapat digunakan untuk menentukan mengukur baik jumlah,
jenis maupun frekuensi (jangka waktu) dalam mengkonsumsi makanan
baik perorangan atau kelompok.
Berdasarkan hasil analisis univariat jumlah distribusi frekuensi
Konsumsi makanan responden pada remaja putri di SMA Negeri 1
Kawedanan didapatkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat
konsumsi makan yang baik dengan jumlah sebanyak 47 responden (32,6
%) sedangkan untuk tingkat konsumsi makan yang tidak baik sebanyak
97 responden (67,4 %).
berdasarkan hasil data tersebut terlihat bahwa masih sedikit siswa
yang menerapkan konsumsi makan yang baik, selain itu melalui data
kuisioner konsumsi makan dapat terlihat bahwa hampir sebagian siswa
masih jarang, yang tidak mengkonsumsi olahan makanan siap saji dan
masih sedikit siswa yang mengkonsumsi buah atau sayur setidaknya 3
kali dalam seminggu. Selain itu banyak siswa yang tidak memperhatikan
dalam konsumsi makanan asin atau manis sehingga mereka memakan
tanpa melihat dampak yang ditimbulkan kedepanya. Sehingga dari hasil
penilitian konsumsi makan terlihat jelas bahwa identifikasi Konsumsi
makanan pada remaja putri SMA 1 kawedanan dikategorikan Konsumsi
makan tidak baik.

76
5.3.2Faktor Status Gizi pada remaja putri kelas X di SMA Negeri 1
Kawedanan
Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan
antara asupan zat gizi dari makanan dengan kebutuhan zat gizi yang
diperlukan untuk metabolisme tubuh. Dalam menentukan status gizi
secara perorangan atau kelompok dapat dilihat atau diukur, dengan
metode dengan melihat konsumsi makanan.
Berdasarkan hasil analisis univariat jumlah distribusi frekuensi
Status gizi responden terhadap remaja putri di SMA Negeri 1 Kawedanan
maka didapatkan hasil bahwa responden yang memiliki status gizi
normal sebanyak 50 orang dengan persentase sebesar 34,7% sedangkan
Responden yang memiliki status gizi tidak normal sebanyak 94 dengan
persentase relatif besar yaitu 63,3 %.
Berdasarkan hasil penelitan menunjukkan bahwa masih sedikit
responden yang memiliki aktifitas fisik yang normal. Hal ini menujukan
bahwa Status gizi yang didapatkan dari perhitungan IMT dapat
disebabkan oleh pola hidup yang tidak imbang antara konsumsi makan
dengan aktifitas fisik atau tenaga yang dikeluarkan sehingga berpengaruh
pada status gizi orang tersebut. Sehingga dalam hasil penilitian konsumsi
makan terlihat jelas bahwa identifikasi Status gizi pada remaja putri
SMA 1 kawedanan berdasarkan hasil perhitungan IMT disimpulkan
bahwa responden mayoritas memiliki Status Gizi yang tidak normal.

5.3.3Faktor Aktifitas Fisik pada remaja putri kelas X di SMA Negeri 1


Kawedanan
Aktivitas fisik didefinisikan sebagai setiap pergerakan jasmani
yang dihasilkan otot skelet yang memerlukan pengeluaran energi.
inaktivitas fisik bisa didefinisikan sebagai keadaan dimana pergerakan
tubuh minimal dan pengeluaran energi mendekati resting metabolic rates
(WHO, 2015).

77
Berdasarkan hasil analisis univariat jumlah distribusi frekuensi
Aktifitas fisik responden terhadap remaja putri di SMA Negeri 1
Kawedanan maka didapatkan bahwa reponden yang melakukan aktifitas
fisik Baik sebanyak 62 dengan persentase sebesar 43,1 %, sedangkan
reponden yang melakukan aktifitas buruk sebanyak 82 dengan persentase
sebesar 56,9 %.
Berdasarkan hasil penelitan menunjukkan bahwa masih banyak
siswa yang melakukan aktifitas fisik yang baik, Melalui hasil data
kuisioner banyak siswa yang tidak menerapkan tidur dengan waktu yang
cukup, padahal dengan kekurangan tidur serta melakukan aktifitas yang
bisa saja menguras tenaga seperti menghabiskan sebagian kegiatannya
dengan berjalan dapat berdampak dalam tubuh sehingga dapat
mempengaruhi stamina ataupun kesehatan dalam diri responden.
Sehingga dalam identifikasi Aktifitas fisik pada remaja putri SMA 1
kawedanan dapat disimpulkan bahwa banyak responden yang menjalani
aktiftas fisik kurang.

5.3.4 Hubungan Konsumsi makan Terhadap Kejadian Premenstruasi


sindrom pada remaja putri kelas X di SMA Negeri 1 Kawedanan
Konsumsi Makan merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya
sindrom pramenstruasi, hal ini dapat terjadi karena faktor pola hidup
yang dijalankan seseorang tersebut. Konsumsi makan yang tidak sehat
dalam hal nutrisi juga dapat menyebabkan terjadinya PMS, terutama
pada kelompok remaja putri yang pada dasarnya memiliki pola makan
yang kurang baik (Afifah, Sariati dan Wilujeng, 2020).
Berdasarkan hasil analisis univariat jumlah distribusi frekuensi
Konsumsi makanan responden terhadap kejadian Premenstruasi sindrom
pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kawedanan didapatkan bahwa
mayoritas responden memiliki tingkat konsumsi makan yang baik dengan
jumlah sebanyak 47 (32,6 %) sedangkan untuk tingkat konsumsi makan
yang tidak baik sebanyak 97 (67,4 %).

78
Berdasarkan hasil analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square
untuk mengetahui hubungan antara variabel Konsumsi makanan terhadap
kejadian Premenstruasi sindrom pada remaja putri di SMA Negeri 1
Kawedanan diperoleh nilai p-value 0,031 < 0,05 yang artinya ada
hubungan yang signifikan antara Konsumsi makanan dengan kejadian
Premenstruasi Sindrom pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kawedanan
Dan untuk nilai risiko dapat dildapatkan nilai RP sebesar 2,456(1.152-
5.235) yang artinya responden yang memiliki konsumsi makanan tidak
baik 2,4 kali lebih besar mempunyai kecenderungan (berpeluang)
mengalami kejadian Premenstruasi Sindrom .
Dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh (Abriani dan
Ningtyias, 2019) dimana didapatkan hasil analisis yang menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara konsumsi makanan dengan kejadian
PMS, nilai p-value = 0,000 (p<0,05). hubungan antara konsumsi makan
dengan kejadian premenstruasi sindrom, dengan risiko kejadian wanita
yang memiliki konsumsi makan tidak berisiko mengalami premenstrual
syndrome dibandingkan dengan wanita yang memiliki pola makan yang
sehat.
Berdasarkan hasil penelitan menunjukkan bahwa responden yang
memiliki konsumsi baik pada kelompok mengalami Premenstruasi
sindrom sebanyak 28 responden remaja putri. hal dapat disebabkan baik
oleh jumlah konsumsi makan, frekuensi konsumsi makan ataupun jenis
makanan responden. Dimana jika jumlah konsumsi makan tidak sesuai
dapat menimbulkan masalah kesehatan pada tubuh. Selain itu jenis
konsumsi makan yang tidak diperhatikan seperti memakan makanan
yang asin atau manis secara berlebih dapat mempengaruhi kondisi tubuh
menjadi tidak normal sehingga dapat memicu terjadinya premenstruasi
sindrom. Sedangkan responden yang memiliki konsumsi tidak baik pada
kelompok tidak mengalami Premenstruasi sindrom sebanyak 21
responden karena responden tersebut tidak merasakan gejala
premenstruasi sindrom pada tubuhnya saat tiba waktu menstruasi, selain

79
itu walaupun konsumsi makan yang tidak baik jika diimbangi dengan
aktifitas atau mengeluarkan tenaga yang sesuai dengan jumlah konsumsi
makan serta menjaga kondisi tubuh yaitu kesehatan yang bagus, kondisi
psikologi yang baik dapat mencegah terjadinya kejadian premenstruasi
sindrom.
Berdasarkan hasil penelitian kuisioner menunjukan bahwa
responden yang memiliki konsumsi makan tidak baik lebih besar
mengalami PMS artinya semakin baik konsumsi makan responden maka
resiko mengalami PMS berkurang begitu juga sebaliknya. Selain itu
daidapatkan bahwa banyak siswa remaja yang tidak memperhatikan jenis
makananan seperti sering mengkonsumsi makanan manis, padahal
memakan makanan manis yang berlebihan ketika menstruasi dapat
meningkatkan gula darah. Meningkatnya gula darah ini membuat mood
jadi mudah berubah, tensi meningkat, serta tubuh mudah lelah. Gula juga
bisa menyebabkan sakit di perut semakin memburuk, selain itu siswa
juga tidak membatasi dalam mengkonsumsi makanan asin, padahal
mengonsumsi makanan dengan kandungan garam yang tinggi juga
disarankan untuk dikurangi saat masa menstruasi. Karena kandungan
garam pada makanan asin dapat memperburuk retensi air di dalam tubuh.
Sehingga dapat menimbulkan rasa kembung yang bisa semakin
memperburuk kondisi perut sehingga dapat menimbulkan kejadian
Premenstruasi sindrom jika dibiarkan berlarut-larut. Dan karena dari
banyaknya mengkonsumsi gula dan garam dapat juga menyebabkan
pembengkakan, akan menimbulkan adanya perubahan hormon estrogen
dan progesteron yang menyebabkan adanya pembengkakan ataupun rasa
nyeri pada payudara.
Sehingga walaupun konsumsi makan baik buka berarti dapat
terhindar 100% dari gejala Premenstruasi sindrom karena jika konsumsi
makan juga tidak diperhatikan secara mendetail baik dari jumlah makan,
frekuensi makan ataupun jenis makanan tanpa kita sadari dapat
menyebabkan terjadinya kejadian Premenstruasi sindrom. Berdasarkan

80
hasil penelitian diatas menunjukan bahwa siswa remaja putri yang
konsumsi makan tidak baik mengalami peluang lebih besar dalam
mengalami kejadian premenstrual syndrome.

5.3.5 Hubungan Status Gizi Terhadap Kejadian Premenstruasi sindrom


pada remaja putri kelas X di SMA Negeri 1 Kawedanan
Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan
antara asupan zat gizi dari makanan dengan kebutuhan zat gizi yang
diperlukan untuk metabolisme tubuh. Setiap individu membutuhkan
asupan zat gizi yang berbeda antarindividu, hal ini tergantung pada usia
orang tersebut, jenis kelamin, aktivitas tubuh dalam sehari, dan berat
badan (Par’I, Holil M. dkk, 2017).
Berdasarkan hasil analisis univariat jumlah distribusi frekuensi
Status gizi responden terhadap remaja putri di SMA Negeri 1 Kawedanan
maka didapatkan hasil bahwa responden yang memiliki status gizi
normal sebanyak 50 orang dengan persentase sebesar 34,7% sedangkan
Responden yang memiliki status gizi tidak normal sebanyak 94 dengan
persentase relatif besar yaitu 63,3 %.
Berdasarkan hasil analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square
untuk mengetahui hubungan antara variabel Status gizi terhadap
kejadian Premenstruasi sindrom pada remaja putri di SMA Negeri 1
Kawedanan dapat diketahui bahwa kejadian Premenstruasi sindrom
mendapatkan hasil analisis uji statistik Chi Square diperoleh nilai p-
value = 0,587 > (0,05) sehingga H1 ditolak, yang artinya tidak ada
hubungan antara Status Gizi (IMT) dengan kejadian Sindrom
Premesntruasi remaja putri.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Ilmi dan
Utari, 2018) yang menyatakan bahwa Tidak ada hubungan antara status
gizi dengan gejala PMS (p=0,840).
Berdasarkan data dari hasil penelitian sebagian besar responden
memiliki status gizi yang tidak normal. Hal ini bisa saja disebabkan

81
oleh faktor konsumsi makan maupun faktor aktivitas fisik selain itu
penyebab terjadinya premenstruasi sindrom juga dapat disebabkan oleh
faktor-faktor lainnya yang tidak diteliti seperti faktor hormonal, faktor
kimiawi, faktor genetik, ataupun faktor psikologis. Sehingga
berdasarkan hasil penelitian diatas dan hasil kuisoner didapatkan bahwa
tidak ada hubungan antara status gizi dengan kejadian premenstruasi
sindrom sehingga status gizi bukan salah satu faktor yang menyebabkan
terjadinya kejadian premenstruasi sindrom pada remaja putri kelas X
SMA 1 Kawedanan.

5.3.6 Hubungan Aktifitas Fisik Terhadap Kejadian Premenstruasi


sindrom remaja putri kelas X di SMA Negeri 1 Kawedanan
Aktivitas fisik didefinisikan sebagai setiap pergerakan jasmani
yang dihasilkan otot skelet yang memerlukan pengeluaran energi.
inaktivitas fisik bisa didefinisikan sebagai keadaan dimana pergerakan
tubuh minimal dan pengeluaran energi mendekati resting metabolic rates
(WHO, 2015).
Berdasarkan hasil analisis univariat jumlah distribusi frekuensi
Aktifitas fisik responden terhadap kejadian Premenstruasi sindrom pada
remaja putri di SMA Negeri 1 Kawedanan maka didapatkan bahwa
reponden yang melakukan aktifitas fisik Baik sebanyak 62 dengan
persentase sebesar 43,1 %, sedangkan reponden yang melakukan aktifitas
buruk sebanyak 82 dengan persentase sebesar 56,9 %.
Berdasarkan hasil analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square
untuk mengetahui hubungan antara variabel Aktifitas fisik terhadap
kejadian Premenstruasi sindrom pada remaja putri di SMA Negeri 1
Kawedanan dapat diketahui bahwa kejadian Premenstruasi sindrom
pada remaja putri berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p-
value 0,012 < 0,05 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara
Aktifitas fisik dengan kejadian Premenstruasi Sindrom pada remaja
putri di SMA Negeri 1 Kawedanan. Dan untuk nilai risiko didapatkani

82
nilai RP sebesar 333(148-751) yang artinya responden yang
Menjalankan Aktifitas Fisik Kurang 333 kali lebih besar mempunyai
kecenderungan (berpeluang) Mengalami Kejadian Premenstruasi
Sindrom
Dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan Sitorus C.Y (2020),
yang menyatakan dalam penelitiannya terdapat Hubungan antara
aktivitas fisik dengan kejadian premenstruasi sindrom (PMS) dengan
Hasil uji statistik yang didapat dengan menggunakan uji chi square,
didapatkan nilai p-value = 0,006 maka dapat disimpulkan terdapat
hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian premenstruasi sindrom
(PMS). berpendapat bahwa remaja putri dianjurkan untuk melakukan
aktivitas fisik ataupun olahraga yang teratur dan berkelanjutan selama
30 menit dalam satu hari atau 3-5 hari dalam seminggu.
Berdasarkan hasil penelitan menunjukkan bahwa responden yang
memiliki aktifitas fisik baik pada kelompok mengalami Premenstruasi
sindrom sebanyak 45 responden remaja putri, hal diakibatkan karena
adanya gejala Premenstruasi sindrom yang dirasakan saat menjelang
menstruasi oleh responden, selain itu bisa diakibatkan karena aktifitas
fisik kurang apalagi dimasa wabah Covid-19 ini membuat sebagian
besar siswa sering menghabiskan waktunya dirumah baik itu bermain
game, streaming atau melakukan hal lain dengan dengan berbaring atau
sekarang disebut dengan istilah rebahan sehingga dengan konsumsi
makan yang masuk sesuai kebutuhan tubuh tetapi tidak diolah dengan
aktifitas yang sesuai dapat berdampak pada terjadinya kejadian
premenstruasi sindrom. Sedangkan responden yang memiliki aktifitas
fisik Buruk pada kelompok tidak mengalami Premenstruasi sindrom
sebanyak 23 responden. Hal ini terjadi di karenakan responden tersebut
belum merasakan gejala premenstruasi sindrom saat mengalami
menstruasi, dan jika aktifitas fisik buruk jika diimbangi dengan faktor
lain seperti mengkonsumsi makanan yang seimbang, dapat mengurangi
resiko kejadian premenstruasi sindrom sehingga tubuh tidak

83
kekurangan sumber energi dan tidak mempengaruhi kesehatan pada
tubuh, selain itu juga dapat menekan resiko terjadinya gejala
premenstrusi sindrom. Sehingga berdasarkan hasil penelitian diatas
menunjukan bahwa siswa remaja putri yang melakukan aktifitas fisik
yang buruk rentan mengalami kejadian premenstrual syndrome.

5.4 Keterbatasan peneliti


Dalam penelitian ini juga terdapat beberapa keterbatasan peneliti
baik secara langsung dan tidak langsung diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Dalam melakukan penelitian ini, hanya bisa dilakukan melalui google
form sehingga interaksi antara peneliti dan reponden terbatas,
sehingga reponden tidak memiliki akses berkomunikasi pada peneliti.
2. Untuk menyajikan penelitian yang detail dibutuhkan durasi waktu
untuk mengambil data secara langsung tetapi dengan adanya pandemi
Covid-19 membuat peneliti terbatas untuk bertemu dengan responden.

84
BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan antara


konsumsi makan, status gizi dan aktifitas dengan kejadian Premenstruasi sindrom
pada remaja putri kelas X SMA 1 Kawedanan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Berdasarkan identifikasi Konsumsi makanan pada remaja putri SMA 1
kawedanan sebagian besar dikategorikan Tidak baik.
2. Berdasarkan identifikasi Status gizi pada remaja putri SMA 1 kawedanan
berdasarkan hasil perhitungan IMT dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
responden memiliki status gizi yang tidak normal.
3. Berdasarkan identifikasi Aktifitas fisik pada remaja putri SMA 1 kawedanan
sebagian besar dikategorikan menjalani aktiftas fisik kurang.
4. Adanya hubungan antara konsumsi makan dengan kejadian premenstruasi
sindrom pada remaja putri kelas x sman 1 kawedanan.
5. Tidak adanya hubungan antara status gizi dengan kejadian premenstruasi
sindrom pada remaja putri kelas x sman 1 kawedanan.
6. Adanya hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian premenstruasi
sindrom pada remaja putri kelas x sman 1 kawedanan.

6.2 Saran

1. Bagi Sekolah
Sekolah merupakan rumah kedua dalam mendapatkan ilmu dan wawasan
yang baru, selain itu sekolah merupakan tempat dimana para siswa
menghabiskan waktu, alangkah baiknya jika sekolah memberikan wawasan
akan ilmu kesehatan sehingga siswa dan siswi dapat menghindari masalah
kesehatan pada dirinya. Selain itu dengan adanya penyuluhan kesehatan
pada sekolah, sekolah sudah berperan akan menjaga kondisi kesehatan yang
sedang dialami muridnya sehingga dapat mencegah ataupun dapat
menangani masalah kesehatan yang ada pada dirinya. Selain itu dengan

85
menyediakan jajanan dikantin yang sesuai dengan gizi seimbang membantu
siswa dalam memperbaiki konsumsi makan serta dapat dengan melakukan
aktifitas fisik cukup dengan 30 menit saja dalam sehari dapat membantu
siswanya dalam menghindari kejadian premenstruasi sindrom.
2. Bagi Siswa
Kesehatan merupakan suatu yang penting yang jarang disadari oleh orang-
orang terutama remaja. Banyak yang berpendapat bahwa gangguan
kesehatan yang dialami dimasa tua merupakan dampak dari pola hidup
ataupun kurangnya kesadaran pada kesehatan dimasa muda. Oleh sebab itu
sebaiknya para siswa melakukan mawas diri pada kesehatan dirinya.
Walaupun gejala yang dirasakan dianggap normal oleh sebagaian orang,
sehingga dampak yang ditimbulkan dari gejala tersebut dapat dicegah
sehingga tidak berkelanjutan menjadi suatu masalah kesehatan yang parah
pada masa yang mendatang, selain itu konsumsi makan yang sesuai dengan
gizi seimbang serta olahraga yang sesuai atau tidak berlebihan dapat
mencegah terjadinya gejala Premenstruasi sindrom.
3. Bagi Instansi Kesehatan
Penyuluhan atau upaya promotif dari instansi kesehatan sudah dilaksanakan
tetapi tidak berjalan terus, alangkah sebaiknya jika penyuluhan kepada siswa
sekolah lebih digiatkan lagi untuk kegiatan penyuluhan ataupun edukasi
pada siswa, serta sebaiknya penyuluhan dilakukan secara rutin yang
dilakukan paling tidak sedikitnya 6 bulan sekali untuk meninjau hal apa saja
yang sedang dialami kebanyakan siswa akan kesehatan yang siswa alami,
Walaupun Fisik atau kondisi siswa terlebih siswa remaja putri yang terlihat
sehat ternyata banyak siswa remaja putri yang mengalami kejadian
premenstruasi sindrom tanpa disadari, dengan adanya penyuluhan yang
digiatkan oleh petugas kesehatan mengenai apa saja yang baik dikonsumsi
oleh tubuh serta bagaimana aktifitas fisik yang sesuai dengan tubuh dapat
mencegah timbulnya gejala PMS ataupun masalah kesehatan yang lain
sehingga memudahkan siswa dalam mencegah ataupun menghilangkan
gejala PMS sebelum menjadi lebih parah.

86
4. Bagi Peneliti Berikutnya
a. Bagi peneliti selanjutnya yang akan melaksanakan penelitian dengan
topik yang sama diharapkan dapat menambahkan jumlah sampel yang
lebih besar serta dapat menganalisis faktor risiko yang lain seperti
stres, gaya hidup dan sebagainya terhadap kejadian premenstruasi
sindrom pada remaja putri.
b. Untuk lebih baiknya dalam mendapatkan hasil yang benar-benar
tepat. Peneliti dapat mewawancarai responden secara langsung agar
jawaban yang anda dapat sesuai dengan apa yang diharapkan.
c. Disarankan untuk tidak melakukan penelitian atau mencari alternatif
lain disaat masih terdapat wabah Covid-19 karena akan menemukan
banyak kendala dan keterbatasan, termasuk kita tidak dapat bertemu
secara langsung dengan responden sebagai sumber data yang utama,
sehingga hasil jawaban responden mungkin tidak sesuai dengan
maksud peneliti .

87
DAFTAR PUSTAKA

Abriani, A. A. dan Ningtyias, F. W. (2019) “The Relationship between Food


Consumption , Nutritional Status , and Physical Activity with Pre Menstrual
Syndrome,” 3(1), hal. 1–6.
Afifah, H. N., Sariati, Y. dan Wilujeng, C. S. (2020) “The Relationship of Dietary
Pattern and Carbohydrate Intake to Insidence of Premenstrual Syndrome
(PMS) in Students of Midwifery Bachelor Program University of Brawijaya
with Normal Body Mass Index (BMI),” Journal of Issues in Midwifery,
4(1), hal. 20–28. doi: 10.21776/ub.joim.2020.004.01.3.
Ali, M. (2011) Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Almatsier, S. (2009) Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Andani, R. W. (2020) “RELATIONSHIP BETWEEN DEGREE OF STRESS
AND PHYSICAL ACTIVITY OF FEMALE STUDENTS WITH
PREMENSTRUAL SYNDROME,” 8, hal. 125–133. doi:
10.20473/jbe.v8i22020.
Anggita, I. M. and N. (2018) “Metodologi Penelitian Kesehatan,” in Suwarno, N.
(ed.). Jakarta, hal. 83–129.
Anggraeni, N. (2018) “Hubungan Pengetahuan Gizi, Status Gizi, Asupan
Kalsium, Magnesium, Vitamin B6 Dan Aktivitas Fisik Dengan Sindrom
Pramenstruasi (Studi Pada Mahasiswi Peminatan Gizi Kesmas Fkm Undip
Tahun 2017),” Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 6(1), hal. 526–
536.
Asmuji (2014) Manajemen keperawatan konsep & aplikasi. Yogjakarta: ArRuzz
Media.
Aulia (2012) Serangan Penyakit – Penyakit Khas Wanita Paling Sering Terjadi.
Jogjakarta: Buku biru.
Bulan Purnama Sari, P. P. (2018) “Hubungan Status Gizi dengan Sindrom Pre
Menstruasi Pada Siswi SMA Wirausaha Bandungan Tahun 2016,” Vol 1,
hal. No 2.
Christie, K. D. et al. (2019) “Faktor Risiko Sindrom Premenstruasi pada Sampel
Urban di Jakarta Februari-Maret 2018,” Jurnal Kedokteran Meditek, 24(68),
hal. 1–7. doi: 10.36452/jkdoktmeditek.v24i68.1695.
Delima, M. dan Paramita, M. (2019) “Analisis Kemudahan Akses Terhadap
Kepercayaan Masyarakat Pada Bank Syariah (Studi Bank Bri Syariah Kcp

88
Palabuhanratu),” Nisbah: Jurnal Perbankan Syariah, 5(1), hal. 75. doi:
10.30997/jn.v5i1.1968.
Depkes, R. (2014) “Pedoman Gizi Seimbang.”
Eso, A. (2016) “Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Premenstrual
Syndrome pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo
Angkatan 2012-2013.,” Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.
Estiani, K. dan Nindya, T. S. (2018) “Hubungan Status Gizi Dan Asupan
Magnesium Dengan Kejadian Premenstrual Syndrome (Pms) Pada Remaja
Putri,” Media Gizi Indonesia, 13(1), hal. 20. doi: 10.20473/mgi.v13i1.20-26.
Faiqah, S. . (2015) “Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pre Menstrual
Syndrome Pada Mahasiswa Tk II Semester III Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Mataram.,” Jurnal Berkala, Vol 2 :127(Ilmu Kedokteran).
Fatul, S. (2017) “Hubungan Premenstrual Syndrome dengan Tingkat Aktivitas
Fisik Pada Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Airlangga,” AntroUnairdotNet, VI(2), hal. 234.
Harahap, V. (2012) “Hubungan Pola Konsumsi Makanan Dengan Status Gizi
Pada Siswa SMA Negeri 2 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)
Banda Aceh.”
Hasan, R. dan Susanti, D. (2020) “Hubungan Aktivitas Fisik dengan Sindrom
Premenstruasi pada Siswi SMP N 3 Gamping Sleman Yogyakarta,” Jurnal
Ilmiah Kesehatan, 15(2), hal. 93–98.
Healey, J. (2013) “Physical activity and fitness.,” Thirroul: The Spinney Press,
hal. 29–33.
Ilmi, A. F. dan Utari, D. M. (2018) “Faktor Dominan Premenstrual Syndrome
Pada Mahasiswi (Studi Pada Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Dan Departemen Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Indonesia),”
Media Gizi Mikro Indonesia, 10(1), hal. 39–50. doi:
10.22435/mgmi.v10i1.1062.
Inayah (2016) “HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI
DENGAN SIKAP MENGHADAPI SINDROM PRAMENSTRUASI
SISWA MTs. MANBA’UL ULUM GEBOG KUDUS TAHUN
PELAJARAN 2016/2017.”
Lameshow, S. et al. (1997) Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan, Herd.
Mariana (2018) “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Premenstrual
Syndrome Pada Mahasiswi Akper Yarsi Samarinda,” 12(2), hal. 74–82.
Notoatmodjo (2012) Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan (edisi revisi
2012), Jakarta: rineka cipta.

89
Notoatmodjo, S. (2018) metode penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam (2013) “Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. .,” in. Jakarta.
Oktaviani, W. (2011) “Hubungan Pola Makan dengan Gastritis pada Mahasiswa
S1 Keperawatan Program A FIKES UPN Veteran Jakarta.”
Proverawati, A. dan Misaroh, S. (2009) Menarche: Menstruasi Pertama Penuh
Makna. Yogyakarta; Nuha Medika.
Ramadhani, R., Setiawati, R. . dan Evayanti, Y. (2016) “Analisis Faktor Yang
Mempengaruhi Premenstrual Sindrom Pada remaja Putri SMP N 5 Bandar
lampung tahun 2015,” jurnal Dunia Kesmas, 5(2), hal. 65–73.
Retissu, R. (2010) “Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Sindrom
Pramenstruasi.,” Fakultas Kedokteran dan IlmuIlmu Kesehatan Universitas
Jendral Soedirman,.
Safitri, R. (2016) “Faktor-faktor Resiko Kejadian Premenstrual Syndrome pada
Remaja SMA Darul Hijrah Puteri.”
Santrock, J. W. (2011) Remaja Edisi ke-11. Jakarta: Erlangga.
Sari, R. . (2012) Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Remaja
Usia 12-15 Tahun di Indonesia tahun 2007. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.
Saryono, Sejati, W. (2009) Sindrom Pramenstruasi, Nuha Medika. Yogyakarta.
Sitorus, C. Y. et al. (2020) “Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian
Premenstruasi Sindrom Pada Mahasiswi Diii Kebidanan,” 2(1), hal. 205–
210.
Strath, S. J. et al (2013) “Guide to the Assessment of Physical Activity: Clinical
and Research Applications,” hal. 2259–2279. doi:
10.1161/01.cir.0000435708.67487.da.
Sugiyono (2014) “Metode dan Prosedur Penelitian,” e-Journal.
Sugiyono (2017) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Diedit oleh
Alfabeta. Bandung.
Suparman, E. (2012) Premenstrual Syndrome. Diedit oleh EGC. Jakarta.
Syajaratuddur, F. dan Rita, S. (2015) “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Premenstrual Syndrome pada Mahasiswa TK II Semester III Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Mataram,” Jurnal Kesehatan Prima, 9(2),
hal. 1486–1494.

90
LAMPIRAN

91
Lampiran 1
Lembar Permohonan Menjadi Responden Penelitian

Kepada Yth :
Para Siswi kelas X SMA Negeri 1 Kawedanan
Di Kabupaten Magetan;

Dengan hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama: Dinaniar Eka Puspa Anggraini
Nim : 201703014
Pekerjaan : Mahasiswa S1 Prodi Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun
Alamat : JL. Jawa, RT :05/RW:002, desa Takeran, Kecamatan
Takeran, Kabupaten Magetan
Memohon kesedian anda untuk bersedia menjadi responden penelitian
dengan cara mengisi kuesioner atau angket serta mengisi dan menanda tangani
surat kesediaan menjadi responden penelitian yang kami lakukan.
Penelitian ini berjudul : Hubungan konsumsi makan,status gizi dan
aktifitas fisik dengan kejadian premenstruasi sindrom (PMS) pada remaja putri
kelas X Sma 1 Kawedanan Kabupaten Magetan; dan dilaksanakan dengan maksud
untuk memenuhi persyaratan tugas akhir atau penyusunan skripsi di Prodi
Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Jawaban angket yang anda berikan akan sangat bermanfaat bagi kami dan
akan kami jaga kerahasianya, sehingga hasil penelitan ini tidak akan berdampak
buruk ataupun berisiko buruk terhadap diri anda.
Atas perhatian dan kesediaan anda untuk menjadi responden, kami
mengucapkan terimakasih.
Hormat Penulis

Dinaniar Eka Puspa .A.

92
Lampiran 2
Pernyataan Ketersediaan Menjadi Responden Penelitian

Yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama:
Usia:
Kelas: X SMA Negeri 1 Kawedanan
Alamat:

Memberikan persetujuan untuk menjadi responden dalam penelitian yag berjudul


Hubungan konsumsi makan,status gizi dan aktifitas fisik dengan kejadian
premenstruasi sindrom (PMS) pada remaja putri kelas X Sma 1 Kawedanan
kabupaten magetan” yang akan dilaksanakan oleh Dinaniar Eka Puspa Anggraini
Mahasiswi program studi Kesehatan Masyarakat Stikes Bhakti Husada Mulia
Madiun.
Demikian lembar persetujuan ini saya tanda tangani dan kiranya dapat
dipergunakan dengan sebaik baiknya.

Madiun, Juni 2021

Responden

93
Lampiran 3
LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

Hubungan konsumsi makan,status gizi dan aktifitas fisik dengan kejadian


premenstruasi sindrom (PMS) pada remaja putri kelas X Sma 1 Kawedanan
kabupaten magetan.

Identitas Responden
Nama Responden :
Alamat :
Umur :
Tinggi Badan :
Berat Badan :

Pertanyaan Konsumsi Makan


Petunjuk Pengisian Kuisioner
1. berilah tanda checklist (√) untuk setiap kolom yang telah disediakan.
2. Berikut merupakan pertanyaan mengenai konsumsi makanan tentang apa
saja yang anda makan ataupun kalian coba untuk mengurangi pilihlah
jawaban sesuai dengan keseharian anda apakah selalu, sering, kadang atau
bahkan tidak pernah
No Pertanyaan Selalu Sering Kadang Tidak
Pernah
Apakah anda mengkonsumsi sayuran
1
setidaknya 3 kali dalam seminggu?
Apakah anda mengkonsumsi buah-
2 buahan setidaknya 3 kali dalam
seminggu?
Apakah anda mengkonsumsi makanan
3 bersumber protein nabati seperti
tempe/tahu/bayam/brokoli?

4 Apakah anda mengkonsumsi gorengan

94
atau fast food(makanan siap saji)?

Apakah anda Mengkonsumsi buah pir,


5
semangka dan jeruk?
Apakah anda Mengkonsumsi sayur
6
bayam dan wortel?
Apakah anda pernah untuk mencoba
7 mengurangi makanan yang manisan
atau asin?
Apakah anda pernah untuk mencoba
8 Mengurangi konsumsi tinggi gula
seperti permen, biskuit,dll?

Pertanyaan Aktifitas Fisik


Petunjuk Pengisian Kuisioner
1. berilah tanda checklist (√) untuk setiap kolom yang telah disediakan.
2. Berikut merupakan pertanyaan mengenai aktifitas fisik yang biasanya
dilakukan pada kegiatan sehari-hari. jawablah berdasarkan kegiatan
keseharian anda apakah sering,kadang atau bahkan tidak pernah
Tidak
No Pertanyaan Selalu Sering Kadang
Pernah
Apakah anda rutin tidur 8 jam dalam
1
sehari?
Apakah anda pernah membersihkan
2
Rumah seperti menyapu, mengepel dll?
Apakah sebagian waktu anda
3 dihabiskan untuk Nonton tv,
Bermain Game ataupun chatting?
Apakah kegiatan sehari-hari anda
4
dilakukan dengan aktifitas berjalan?

95
Pertanyaan Kejadian Premenstruasi Sindrom
Petunjuk Pengisian Kuisioner
1. berilah tanda checklist (√) untuk setiap kolom yang telah disediakan.
2. Berikut merupakan pertanyaan apakah anda pernah merasakan hal-hal yang
tertera dibawah ini sesuai dengan kondisi yang sering anda alami
Tidak
No Pertanyaan kadang sering selalu
pernah
Pernahkah payudara anda terasa nyeri
bahkan terjadi pembengkakan pada saat
1
menjelang menstruasi ataupun saat
menstruasi ?
Apakah anda memiliki perasaan berada
dibawah tekanan ataupun sedang
2 merasa tertekan dalam mengatasi
masalah saat menjelang menstruasi
ataupun saat menstruasi?
Pernahkah anda merasakan nyeri
punggung, nyeri sendi dan otot,
3
atau kaku sendi, baik disaat menjelang
menstruasi ataupun saat menstruasi ?
Apakah anda merasakan berat badan
4 anda meningkat baik disaat menjelang
menstruasi ataupun saat menstruasi ?
Apakah anda merasakan nyeri pada
5 bagian perut, baik disaat menjelang
menstruasi ataupun saat menstruasi ?

96
Lampiran 4 Surat Izin Validitas dan Reliabilitas

97
Lampiran 5 Surat Izin Penelitian SMA 1 Kawedanan

98
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian Dinas Pendidikan

99
Lampiran 7 Surat Izin Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik Dalam Negeri

10
Lampiran 8 Tabulasi Data Responden

IMT Jumlah Konsumsi Makan


No. USia TB BB Coding Total Coding
IMT P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8
23,5
1 16 153 55 Kelebihan 2 1 1 1 3 3 2 2 1 14 1
19,8
2 16 154 47 Normal 1 1 2 1 3 2 2 2 2 15 1
23,8
3 16 164 64 Kelebihan 2 3 4 3 3 3 3 4 4 27 2
19.9
4 16 163 53 Normal 1 2 3 1 3 3 2 2 3 19 2
24,8
5 16 153 58 Obesitas 2 2 2 1 2 2 2 2 3 16 1
23,3
6 16 163 62 Kelebihan 2 3 1 1 3 3 3 3 3 20 2
24,2
7 16 164 65 Obesitas 2 1 3 1 3 3 3 4 4 22 2
23,0
8 15 156 56 Kelebihan 2 1 1 1 3 2 1 2 2 13 1
18,1
9 16 154 43 Normal 1 1 3 1 3 3 2 4 4 21 2
20,8
10 16 155 50 Normal 1 1 1 1 2 3 2 3 2 15 1
23,5
11 16 170 68 Kelebihan 2 1 1 1 3 1 2 3 3 15 1
28,7
12 16 167 80 Obesitas 2 3 2 2 3 2 3 2 2 19 2
17,9
13 16 155 43 Normal 1 3 3 1 1 3 3 2 3 19 2
23,0
14 16 149 51 Kelebihan 2 1 2 2 3 1 2 2 2 15 1
17,4
15 16 159 44 kurang 2 2 3 2 2 3 2 2 3 19 2
17,4
16 16 157 43 kurang 2 2 3 2 2 2 3 3 2 19 2
23,2
17 16 154 55 kelebihan 2 1 2 1 3 2 2 2 1 15 1
17,6
18 16 165 48 kurang 2 3 3 2 2 2 3 2 2 19 2
20,3
19 17 157 50 Normal 1 1 1 1 3 3 3 3 3 18 2
17,7
20 16 163 47 kurang 2 3 3 1 2 3 2 2 2 18 2
17,6
21 16 165 48 kurang 2 2 2 1 2 3 2 2 2 16 1
20,1
22 17 167 56 Normal 1 1 1 1 2 2 1 3 3 14 1
18,2
23 16 152 42 Normal 1 2 3 1 2 3 3 2 1 17 2
16,0
24 16 158 40 Kurang 2 1 1 2 2 3 2 2 2 15 1
18,7
25 16 165 51 Normal 1 1 1 1 2 3 2 3 3 16 1

10
17,6
26 16 145 37 kurang 2 2 2 2 3 3 2 3 2 19 2
19,2
27 16 158 48 Normal 1 1 2 2 3 2 3 1 2 16 1
23,8
28 15 152 55 Kelebihan 2 3 3 3 2 3 3 1 2 20 2
27,6
29 16 150 62 Obesitas 2 1 1 1 2 2 1 2 2 12 1
23,8
30 16 169 68 Kelebihan 2 1 1 2 3 3 1 1 1 13 1
24,3
31 16 157 60 Obesitas 2 1 1 1 3 2 2 3 2 15 1
18,7
32 16 150 42 Normal 1 1 3 2 3 2 2 3 2 18 2
16,4
33 16 160 42 Kurang 2 2 3 2 3 3 2 2 3 20 2
20,3
34 16 160 52 Normal 1 3 3 2 2 2 3 3 4 22 2
15,8
35 16 165 43 Kurang 2 2 2 1 2 3 2 3 3 18 2
19,1
36 16 150 43 Normal 1 1 1 1 3 3 2 2 2 15 1
16,9
37 16 152 39 Kurang 2 1 2 1 3 3 2 3 3 18 2
20,8
38 15 155 50 Normal 1 2 1 1 1 1 3 3 3 15 1
18,0
39 16 160 46 Normal 1 1 1 1 2 2 2 3 3 15 1
15,1
40 16 150 34 Kurang 2 3 2 2 2 2 3 4 4 22 2
20,0
41 14 155 48 Normal 1 2 3 2 3 3 3 2 2 20 2
23,0
42 16 163 61 Kelebihan 2 1 3 3 2 3 3 4 4 23 2
22,0
43 16 165 60 Normal 1 3 3 3 1 3 4 3 3 23 2
25,1
44 16 161 65 Obesitas 2 1 1 1 3 2 3 1 2 14 1
17,2
45 16 158 43 kurang 2 1 2 2 2 1 3 2 2 15 1
21,5
46 16 148 47 Normal 1 3 3 1 1 3 3 4 4 22 2
16,9
47 16 163 45 Kurang 2 3 3 3 3 3 3 3 3 24 2
20,4
48 16 155 49 Normal 1 2 3 1 2 3 2 3 3 19 2
23,5
49 16 170 68 Kelebihan 2 1 2 1 3 2 2 3 2 16 1
20,7
50 16 160 53 Normal 1 2 3 2 2 3 2 2 2 18 2
22,7
51 16 160 58 Normal 1 2 3 1 3 2 2 3 3 19 2
17,1
52 16 151 39 kurang 2 2 1 2 2 3 2 3 3 18 2

10
25,0
53 16 165 68 Obesitas 2 1 1 2 3 3 2 2 2 16 1
16,9
54 16 150 38 kurang 2 2 2 1 2 3 2 4 4 20 2
16,6
55 16 155 40 kurang 2 3 3 1 3 3 1 4 2 20 2
23,9
56 16 165 65 Kelebihan 2 1 1 3 2 3 3 4 4 21 2
16,4
57 16 164 44 kurang 2 1 1 2 4 2 2 2 2 16 1
20,8
58 16 155 50 Normal 1 3 3 1 1 3 2 3 3 19 2
23,4
59 16 160 60 kelebihan 2 2 3 1 3 2 2 2 2 17 2
21,8
60 16 163 58 Normal 1 1 1 1 3 2 1 3 3 15 1
19,1
61 16 160 49 Normal 1 3 2 2 3 2 2 2 3 19 2
17,6
62 17 160 45 kurang 2 2 3 2 3 3 3 3 3 22 2
18,2
63 16 150 41 Normal 1 3 2 1 2 3 3 3 3 20 2
17,3
64 16 156 42 kurang 2 2 3 1 1 3 2 4 3 19 2
16,8
65 15 160 43 kurang 2 2 3 1 2 3 3 3 3 20 2
23,1
66 15 147 50 Kelebihan 2 1 1 1 3 2 3 4 4 19 2
17,4
67 15 168 49 kurang 2 4 2 3 3 2 4 4 4 26 2
17,1
68 16 153 40 kurang 2 2 3 2 2 3 2 3 3 20 2
23,5
69 15 143 48 Kelebihan 2 1 3 3 3 4 2 3 4 23 2
20,1
70 17 156 49 Normal 1 3 3 2 3 3 3 2 2 21 2
25,6
71 16 163 68 Obesitas 2 3 3 2 2 3 3 3 3 22 2
22,9
72 16 162 60 Kelebihan 2 2 2 2 1 2 3 2 2 16 1
18,8
73 16 146 40 Normal 1 2 1 2 3 3 3 4 4 22 2
23,0
74 16 160 59 Kelebihan 2 2 3 1 3 3 3 1 1 17 2
27,3
75 16 168 77 Obesitas 2 3 2 1 3 3 2 3 3 20 2
18,8
76 16 158 47 Normal 1 1 1 1 3 1 1 3 3 14 1
20,8
77 15 155 50 Normal 1 1 3 1 2 3 1 3 4 18 2
14,2
78 16 155 34 Kurang 2 2 3 2 2 3 3 4 3 22 2
20,0
79 16 150 45 Normal 1 2 3 1 3 3 3 3 3 21 2

10
20,0
80 16 158 50 Normal 2 3 3 2 3 3 3 4 4 25 2
22,9
81 16 155 55 Kelebihan 2 2 2 3 2 2 3 2 2 18 2
19,6
82 16 158 49 Normal 1 2 3 1 2 3 2 1 2 16 1
17,6
83 16 160 45 kurang 2 2 3 1 3 3 3 4 2 21 2
24,8
84 17 158 62 Obesitas 2 1 1 1 2 3 2 2 2 14 1
23,1
85 15 153 54 Kelebihan 2 1 3 1 1 3 2 3 2 16 1
24,5
86 16 163 65 Obesitas 2 2 3 1 3 3 2 3 3 20 2
17,5
87 16 164 47 Kurang 2 2 3 3 3 3 3 3 3 23 2
23,5
88 16 157 58 Kelebihan 2 1 1 1 3 2 2 2 2 14 1
17,7
89 17 152 41 kurang 2 1 2 1 3 3 2 3 2 17 2
18,7
90 16 150 42 Normal 1 1 2 1 3 2 2 3 2 16 1
22,8
91 16 158 57 kelebihan 2 3 2 2 2 2 3 3 3 20 2
19,7
92 16 156 48 Normal 1 2 3 1 2 3 2 3 1 17 2
18,7
93 15 155 45 Normal 1 1 3 1 2 3 1 3 2 16 1
17,8
94 15 150 40 Kurang 2 1 2 1 2 2 2 3 3 16 1
23,0
95 15 160 59 Kelebihan 2 2 2 2 3 3 3 3 3 21 2
16,8
96 16 160 43 Kurang 2 2 3 2 3 3 2 3 3 21 2
18,7
97 16 160 48 Normal 1 1 1 1 4 2 2 3 2 16 1
24,4
98 16 162 64 Obesitas 2 1 2 1 3 2 2 3 3 17 2
23,4
99 16 160 60 kelebihan 2 1 3 1 3 3 2 4 4 21 2
21,5
100 16 155 52 Normal 1 2 1 1 3 2 1 3 2 15 1
16,8
101 16 160 43 kurang 2 3 2 2 3 2 3 2 2 19 2
22,9
102 15 162 60 Kelebihan 2 2 3 2 3 3 3 3 2 21 2
23,0
103 16 163 61 Kelebihan 2 1 1 1 4 2 3 3 1 16 1
25,7
104 16 159 65 Obesitas 2 2 3 1 3 3 3 2 2 19 2
20,8
105 16 155 50 Normal 1 1 1 1 3 2 2 2 3 15 1
24,8
106 16 149 55 Obesitas 2 2 1 2 1 3 1 2 3 15 1

10
20,8
107 15 158 52 Normal 1 2 2 1 3 1 1 1 2 13 1
37,5
108 16 155 90 Obesitas 2 2 2 1 3 3 2 4 4 21 2
23,4
109 16 160 60 kelebihan 2 4 3 3 2 3 4 4 4 27 2
21,2
110 16 152 49 Normal 1 1 2 1 2 3 2 3 3 17 2
23,2
111 16 162 61 kelebihan 2 2 3 1 3 2 2 3 3 19 2
19,9
112 16 157 49 Normal 1 3 2 3 2 3 2 3 2 20 2
23,3
113 15 155 56 Kelebihan 2 1 2 1 3 2 2 2 3 16 1
17,1
114 16 145 36 Kurang 2 3 3 1 1 3 3 4 4 22 2
20,5
115 16 145 43 Normal 1 1 3 1 2 2 1 3 3 16 1
17,1
116 16 153 40 Kurang 2 3 3 2 3 4 2 4 4 25 2
19,1
117 16 157 47 Normal 1 1 2 1 2 2 2 3 3 16 1
16,2
118 16 155 39 Kurang 2 2 3 2 2 3 3 4 3 22 2
22,9
119 16 162 60 Kelebihan 2 3 2 3 3 3 3 3 3 23 2
19,3
120 16 161 50 Normal 1 1 2 3 2 2 3 3 3 19 2
16,4
121 16 159 40 kurang 2 3 3 2 2 3 3 4 4 24 2
23,3
122 16 159 59 Kelebihan 2 3 3 1 3 3 3 4 1 21 2
34,2
123 16 153 80 Obesitas 2 3 3 2 1 3 3 4 4 23 2
18,7
124 16 148 41 Normal 1 1 2 1 3 2 2 2 2 15 1
20,8
125 16 152 48 Normal 1 1 3 1 3 3 1 4 4 20 2
22,9
126 16 159 58 Kelebihan 2 3 2 1 3 3 2 4 4 22 2
23,1
127 16 150 52 Kelebihan 2 3 2 3 3 3 3 4 3 24 2
18,3
128 16 157 45 Normal 1 3 3 2 3 3 2 4 4 24 2
16,8
129 16 156 41 Kurang 2 2 3 2 2 3 3 3 3 21 2
18,0
130 16 160 46 Normal 1 2 2 1 3 3 2 3 2 18 2
22,8
131 16 169 65 kelebihan 2 3 3 2 3 2 3 3 4 23 2
14,6
132 16 159 37 Kurang 2 4 2 1 2 2 1 4 2 18 2
23,1
133 16 157 57 Kelebihan 2 2 2 2 1 2 3 4 3 19 2

10
19,5
134 16 160 50 Normal 1 3 2 2 2 3 2 4 4 22 2
24,4
135 16 158 61 Obesitas 2 3 2 2 2 3 3 4 4 23 2
20,0
136 16 155 48 Normal 1 2 2 1 2 3 3 3 2 18 2
17,6
137 16 156 44 kurang 2 1 2 1 2 2 1 3 3 15 1
25,0
138 16 155 60 Obesitas 2 3 2 2 3 3 3 3 3 22 2
17,8
139 16 150 40 Kurang 2 1 1 1 2 1 1 3 4 14 1
23,1
140 16 157 41 Kelebihan 2 3 2 2 2 2 3 3 3 20 2
21,6
141 16 155 52 Normal 1 3 3 3 2 3 3 4 3 24 2
25,4
142 16 160 65 Obesitas 2 3 2 3 3 3 3 2 3 22 2
25,4
143 16 160 65 Obesitas 2 1 2 1 3 2 2 2 2 15 1
23,7
144 16 148 52 Kelebihan 2 2 2 3 3 3 2 2 3 20 2

Aktifitas Fisik PMS Total Coding


No. P1 P2 P3 P4
Total Coding
P1 P2 P3 P4 P5
1 2 1 2 2 7 1 2 2 3 1 1 9 1
2 2 1 3 1 7 1 4 3 4 2 3 16 2
3 3 1 3 3 10 2 3 2 1 3 2 11 2
4 3 2 3 3 11 2 3 1 2 1 2 9 1
5 1 1 3 2 7 1 3 2 4 4 4 17 2
6 3 1 4 1 9 2 1 1 2 2 3 9 1
7 2 1 2 2 7 1 1 2 3 1 3 10 2
8 2 1 2 2 7 1 1 2 2 1 2 8 1
9 2 1 3 2 8 2 1 2 2 3 2 10 2
10 1 1 3 2 7 1 1 2 1 2 3 9 1
11 2 1 2 2 7 1 2 1 2 1 3 9 1
12 3 2 3 2 10 2 2 2 3 2 2 11 2
13 3 1 3 2 9 2 1 2 3 1 3 10 2
14 2 1 3 1 7 1 2 1 2 1 3 9 1
15 2 2 2 3 9 2 2 3 3 2 3 13 2
16 2 1 2 2 7 1 2 2 3 3 3 13 2
17 3 1 3 3 10 2 1 1 2 3 2 9 1
18 1 1 3 2 7 1 2 4 3 2 4 15 2
19 1 1 4 1 7 1 1 1 2 1 2 7 1
20 3 2 2 2 9 2 2 3 3 3 3 14 2
21 3 1 3 2 9 2 1 1 2 2 1 7 1
22 1 1 2 2 6 1 2 1 3 1 1 8 1
23 3 1 3 2 9 2 3 3 4 2 4 16 2
24 1 1 3 1 6 1 4 2 2 3 3 14 2
25 3 1 2 1 7 1 1 1 2 1 2 7 1
26 3 1 3 3 10 2 1 2 3 4 2 12 2
27 2 1 3 1 7 1 2 4 2 4 4 16 2

10
28 4 2 2 3 11 2 2 1 4 2 4 13 2
29 1 1 3 2 7 1 1 1 3 3 1 9 1
30 2 1 4 2 9 2 1 1 2 1 2 7 1
31 2 1 3 1 7 1 4 2 2 3 2 13 2
32 2 1 2 1 6 1 4 1 1 2 2 10 2
33 2 1 2 2 7 1 3 3 4 3 4 17 2
34 1 2 4 4 11 2 2 1 2 4 3 12 2
35 2 1 1 2 6 1 2 4 4 2 3 15 2
36 3 1 2 2 8 2 2 1 3 1 1 8 1
37 2 1 3 3 9 2 3 2 3 1 2 11 2
38 3 1 1 2 7 1 3 3 2 2 1 11 2
39 1 1 3 2 7 1 3 2 3 3 3 14 2
40 2 3 1 2 8 2 3 2 3 2 4 14 2
41 3 2 1 3 9 2 1 3 2 3 4 13 2
42 1 1 2 1 5 1 2 4 1 1 2 10 2
43 3 1 2 2 8 2 2 1 4 3 4 14 2
44 3 1 3 2 9 2 3 1 3 1 1 9 1
45 2 1 2 1 6 1 3 2 3 1 3 12 2
46 3 1 3 2 9 2 1 1 2 1 1 6 1
47 1 1 4 1 7 1 2 1 2 3 3 11 2
48 2 1 2 3 8 2 2 3 4 3 4 16 2
49 3 2 3 1 9 2 2 1 2 2 2 9 1
50 3 1 2 3 9 2 4 1 2 2 4 13 2
51 1 2 2 2 7 1 2 2 2 1 2 9 1
52 1 2 3 1 7 1 2 1 3 2 3 11 2
53 4 1 2 3 10 2 1 2 1 2 1 7 1
54 2 1 2 1 6 1 4 1 1 1 3 10 2
55 4 1 2 2 9 2 4 1 3 3 4 15 2
56 3 2 2 2 9 2 1 1 2 2 2 8 1
57 1 2 1 3 7 1 2 3 4 2 4 15 2
58 1 1 3 2 7 1 1 1 4 4 2 12 2
59 2 1 2 3 8 2 2 1 2 1 3 9 1
60 3 3 3 1 10 2 2 3 4 1 4 14 2
61 1 1 3 2 7 1 1 1 3 3 3 11 2
62 3 1 2 3 9 2 1 1 3 2 1 8 1
63 1 2 2 3 8 2 2 2 2 2 2 10 2
64 3 2 1 3 9 2 3 4 3 1 4 15 2
65 1 1 2 2 6 1 2 2 4 2 4 14 2
66 1 1 3 1 6 1 3 1 3 2 3 12 2
67 4 3 3 1 11 2 2 2 3 3 2 12 2
68 3 2 2 3 10 2 2 1 2 2 2 9 1
69 1 1 3 1 6 1 2 3 2 1 4 12 2
70 3 2 3 3 11 2 1 4 2 2 4 13 2
71 2 1 1 3 7 1 2 1 3 3 3 12 2
72 1 1 3 1 6 1 2 4 3 3 4 16 2
73 3 3 3 3 12 2 2 3 2 2 2 11 2
74 1 3 3 4 11 2 3 2 1 1 2 9 1
75 2 1 2 1 6 1 2 2 2 3 2 11 2
76 1 1 3 2 7 1 2 2 2 4 2 12 2
77 1 2 2 2 7 1 3 3 2 3 3 14 2
78 1 3 3 3 10 2 1 2 3 2 2 10 2
79 2 2 2 3 9 2 1 3 1 3 3 11 2
80 3 2 2 3 10 2 2 4 3 4 4 17 2

10
81 3 3 2 3 11 2 3 1 1 3 3 11 2
82 2 3 2 1 8 2 3 1 4 4 4 16 2
83 2 2 4 1 9 2 2 3 1 1 2 9 1
84 2 2 2 2 8 2 3 2 3 2 2 12 2
85 1 1 2 3 7 1 4 1 2 2 1 10 2
86 3 1 2 2 8 2 3 4 3 2 3 15 2
87 2 2 2 3 9 2 4 3 2 1 2 12 2
88 4 2 3 2 11 2 3 3 2 3 4 15 2
89 3 1 2 2 8 2 3 2 3 2 3 13 2
90 2 2 3 3 10 2 2 2 2 1 2 9 1
91 3 3 3 2 11 2 2 4 4 2 3 15 2
92 2 1 3 1 7 1 4 1 4 2 4 15 2
93 1 2 2 4 9 2 3 1 3 2 4 13 2
94 3 1 2 3 9 2 3 2 3 2 2 12 2
95 2 2 3 2 9 2 2 4 4 3 1 14 2
96 2 1 2 2 7 1 3 1 2 1 4 11 2
97 1 1 3 2 7 1 3 2 2 1 3 11 2
98 3 2 2 2 9 2 1 1 1 2 1 6 1
99 1 2 3 1 7 1 2 3 1 1 3 10 2
100 1 1 3 2 7 1 2 2 4 1 4 13 2
101 3 1 3 2 9 2 2 1 3 2 3 11 2
102 2 2 3 3 10 2 1 3 2 1 2 9 1
103 2 1 2 3 8 2 1 2 3 1 4 11 2
104 2 1 2 2 7 1 2 1 2 3 2 10 2
105 1 3 3 2 9 2 2 2 3 2 4 13 2
106 3 4 2 3 12 2 2 1 3 1 3 10 2
107 1 1 3 2 7 1 3 2 3 3 3 14 2
108 4 1 3 2 10 2 4 3 3 2 2 14 2
109 2 3 2 2 9 2 3 3 3 3 3 15 2
110 3 1 2 2 8 2 3 2 2 3 3 13 2
111 2 1 2 1 6 1 2 2 3 2 3 12 2
112 2 2 1 2 7 1 2 4 2 2 2 12 2
113 4 2 3 1 10 2 1 3 1 2 1 8 1
114 2 3 1 3 9 2 1 2 2 3 3 11 2
115 2 1 3 1 7 1 3 2 4 4 4 17 2
116 3 2 1 3 9 2 3 2 3 3 3 14 2
117 1 2 3 2 8 2 2 2 2 2 2 10 2
118 1 1 3 2 7 1 3 3 4 2 3 15 2
119 2 3 1 4 10 2 2 1 2 1 2 8 1
120 1 1 3 1 6 1 1 1 3 2 4 11 2
121 3 2 2 3 10 2 4 1 3 3 2 13 2
122 1 1 4 1 7 1 3 1 1 3 2 10 2
123 3 1 3 1 8 2 2 1 2 4 4 13 2
124 1 2 3 3 9 2 1 1 1 3 2 8 1
125 2 1 3 1 7 1 2 2 3 3 2 12 2
126 3 3 2 2 10 2 2 1 3 2 3 11 2
127 3 3 1 4 11 2 1 1 2 2 2 8 1
128 4 2 1 2 9 2 1 4 2 1 2 10 2
129 1 1 2 1 5 1 2 2 2 2 4 12 2
130 3 1 2 1 7 1 3 3 2 2 3 13 2
131 3 3 1 3 10 2 2 1 1 1 1 6 1
132 3 1 2 1 7 1 2 3 3 3 2 13 2
133 3 1 2 3 9 2 1 2 2 1 2 8 1

10
134 2 2 1 3 8 2 1 1 2 3 2 9 1
135 1 2 1 3 7 1 4 1 2 3 2 12 2
136 4 3 3 3 13 2 3 1 1 1 2 8 1
137 3 1 2 4 10 2 2 2 1 2 2 9 1
138 3 2 2 3 10 2 1 2 1 2 3 9 1
139 2 1 2 2 7 1 1 2 2 3 4 12 2
140 2 2 2 4 10 2 2 2 4 4 3 15 2
141 1 1 3 2 7 1 2 2 3 4 2 13 2
142 1 1 3 2 7 1 4 2 3 2 2 13 2
143 1 1 4 1 7 1 3 1 3 2 3 12 2
144 3 1 3 2 9 2 2 2 2 1 2 9 1

10
Lampiran 9 Output Uji Validitas kuisioner

1 Validitas Konsumsi makanan

2 Validitas Aktifitas fisik

11
3 Validitas Premenstruasi Sindrom

Lampiran 10 Output Uji Reliabilitas kuisioner

1 Reliabilitas Konsumsi Makanan

11
2 Reliabilitas Aktifitas Fisik

3 Reliabilitas Premenstruasi Sindrom

Lampiran11 Output Hasil Analisis Univariat

11
1. Hasil Analisis Univariat Konsumsi Makanan

2. Hasil Analisis Univariat Status Gizi

3. Hasil Analisis Univariat Aktifitas Fisik

4. Hasil Analisis Univariat Premenstruasi Sindrom

Lampiran 12 Output Hasil Analisis Bivariat Menggunakan Uji Chi-Square

1. Hubungan Konsumsi Makanan dengan Kejadin Premenstruasi Sindrom


Pada remaja Putri

11
2. Hubungan Status Gizi dengan Kejadin Premenstruasi Sindrom Pada
remaja Putri

11
3. Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kejadin Premenstruasi Sindrom Pada
remaja Putri

11
11
Lampiran 13 Kartu Bimbingan Tugas Akhir

11
Dokumentasi
Suasana sekolah SMAN 1 Kawedanan dari luar selama pandemi

Melakukan Perizinan kepada pihak sekolah dalam melakukan penelitian

Melakukan wawancara untuk uji validitas dan reabilitas

11

Anda mungkin juga menyukai