Anda di halaman 1dari 90

PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP FREKUENSI DAN DURASI

MENYUSU PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI PUSKESMAS


ANTAR BRAK KECAMATAN LIMAU
KABUPATEN TANGGAMUS

SKRIPSI

Oleh :

JULIA PUTRI
UTAMI NPM
210102201P

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
TAHUN 2022
PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP FREKUENSI DAN DURASI
MENYUSU PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI PUSKESMAS
ANTAR BRAK KECAMATAN LIMAU
KABUPATEN TANGGAMUS

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Terapan
Kebidanan
Universitas Aisyah Pringsewu Lampung

Oleh :

JULIA PUTRI
UTAMI NPM
210102201P

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
TAHUN 2022
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN

Skripsi, April 2022

JULIA PUTRI UTAMI

PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP FREKUENSI DAN


DURASI MENYUSU PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI
PUSKESMAS ANTAR BRAK KECAMATAN LIMAU
KABUPATEN TANGGAMUS
xvi + 50 halaman + 6 tabel + 2 gambar + 10 lampiran

ABSTRAK

Cakupan bayi mendapat ASI eksklusif secara nasional tahun 2020 yaitu sebesar
66,06%. Menyusui adalah cara yang optimal dalam memberikan nutrisi dan
mengasuh bayi. Durasi dan frekuensi bayi tidak hanya berpengaruh pada bayi
tetapi juga pada ibunya, hal ini dikarenakan frekuensi isapan bayi akan
mempengaruhi produksi ASI ibu. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
membantu meningkatkan durasi dan frekuensi menyusu adalah dengan
memberikan perawatan pijat bayi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh pijat bayi terhadap frekuensi dan durasi menyusu pada bayi usia 0-6
bulan di Puskesmas Antar Brak Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan pre experiment
dan desain one group pretest and posttest design. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Antar Brak Kecamatan Limau
Kabupaten Tanggamus pada bulan Januari tahun 2022 dengan jumlah 21 orang.
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 15 orang yang dipilih menggunakan
purposive sampling. Teknik analisis data menggunakan paired sample t-test.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata frekuensi menyusu sebelum
dilakukan pijat bayi adalah 7,20 kali dan sesudah pijat bayi meningkat menjadi
10,67 kali. Rata-rata durasi menyusu sebelum dilakukan pijat bayi adalah 7,67
menit dan sesudah pijat bayi didapatkan 10,47 menit. Hasil analisis bivariat
didapatkan ada pengaruh pijat bayi terhadap frekuensi menyusu dengan p value
0,000. Ada pengaruh pijat bayi terhadap durasi menyusu dengan p value 0,000.
Ibu menyusui dapat melakukan pijat bayi minimal 2 kali seminggu agar
kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi karena durasi dan frekuensi menyusu meningkat.

Kata Kunci : Durasi Menyusui, Frekuensi Menyusui, Pijat


bayi Kepustakaan : 25 (2011-2021)

iii
AISYAH UNIVERSITY OF PRINGSEWU HEALTH FACULTY
APPLIED BACHELOR OF MIDWIFERY STUDY PROGRAM

Undergraduate Thesis, April 2022

JULIA PUTRI UTAMI

THE EFFECT OF INFANT MASSAGE ON THE FREQUENCY AND


DURATION OF BREASTFEEDING IN INFANTS AGED 0-6 MONTHS
AT THE ANTAR BRAK PUBLIC HEALTH CENTER LIMAU SUB-
DISTRICT IN TANGGAMUS REGENCY

xvi + 50 pages + 6 tables + 2 figures + 10 appendices

ABSTRACT

The coverage of infants receiving exclusive breastfeeding nationally in 2020 is


66.06%. Breastfeeding is the optimal way of providing nutrition and nurturing a
baby. The duration and frequency of the baby do not only affect the baby but also
the mother, this is because the frequency of the baby's sucking will affect the
mother's milk production. One of the efforts that can be done to help increase the
duration and frequency of breastfeeding is by applying baby massage treatment.
The research objective was to determine the effect of infant massage on the
frequency and duration of breastfeeding in infants aged 0-6 months at the Antar
Brak Public Health Center Limau Sub-District of Tanggamus Regency.
This research type is a quantitative study with a pre-experimental design and a
one-group pretest and posttest design. The population in this study was all infants
aged 0-6 months at the Antar Brak Public Health Center Limau District of
Tanggamus Regency in January 2022 with a total of 21 people. The sample in this
study amounted to 15 people who were selected by using purposive sampling. The
data analysis technique used paired sample t-test.
The results of this study indicate that the average frequency of breastfeeding
before the baby massage is 7.20 times and after the baby massage it increases to
10.67 times. The average duration of breastfeeding before the baby massage was
7.67 minutes and after the baby massage, it was 10.47 minutes. The results of the
bivariate analysis showed that there was an effect of baby massage on the
frequency of breastfeeding with a p-value of 0.000. There is an effect of baby
massage on the duration of breastfeeding with a p-value of 0.000. As a suggestion,
breastfeeding mothers can do baby massage at least 2 times a week so, the baby's
nutritional needs are complete because the duration and frequency of
breastfeeding increases.

Keywords : Breastfeeding Duration, Breastfeeding Frequency, Baby massage


References : 25 (2011-2021)

iv
v
vi
vii
BIODATA PENULIS

Nama : Julia Putri Utami


NPM : 210102201P
Tempat, Tanggal Lahir : Bandar Lampung, 09 Juli 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku / Kebangsaan : Sunda / Indonesia
Alamat : Jl. Sinar Mulya Gg. Analiyah II No.63
Kel. Keteguhan, Kec. Teluk Betung Timur,
B. Lampung
Nomor HP 081275251579
Email : juliaputriutami94@gmail.com
Riwayat Pendidikan
1. SD (2001-2006) : SD Kartika II-5 Bandar Lampung
2. SMP (2006-2009) : SMPN 3 Bandar Lampung
3. SMA (2009-2012) : SMAN 8 Bandar Lampung
4. DIII (2012-2015) : Poltekkes Tanjungkarang
5. DIV (2021-Sekarang) : Universitas Aisyah Pringsewu Lampung

viii
MOTTO

“Barang siapa bertakwa kepada Allah maka Dia akan menjadikan jalan
keluar baginya, dan memberinya rezeki dari jalan yang tidak ia sangka, dan
barang siapa yang bertawakal kepada Allah maka cukuplah Allah baginya,
Sesungguhnya Allah melaksanakan kehendak-Nya,
Dia telah menjadikan untuk setiap
sesuatu kadarnya”

(Surat Ath-Thalaq ayat 2-3)

ix
PERSEMBAHA

Alhamdulillah, terimakasih Ya Allah atas karunia serta kemudahan yang Engkau


berikan, akhirnya Skripsi ini dapat terselesaikan.
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Keluarga besarkan yang telah memberikan doa, motivasi, semangat dan
pengertian nya kepadaku hingga terselesainya Skripsi ini. Terimakasih
untuk sayang dan perhatian kalian.
Ibu Dosen Pembimbingku Siti Rohani, S.ST., M.Kes dan Ibu Dosen Pengujiku
Linda Puspita, S.ST., M.Kes dan Maulia Isnaini, S.ST., M.Keb terimakasih atas
bimbingan dan motivasi yang ibu berikan selama penyusunan Skripsi ini.
Teman-teman kelompok bimbingan, terimakasih untuk kerjasama, dukungan
dan motivasi serta masukan dalam Skripsi ini.
Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu
menyelesaikan Skripsi ini.

x
KATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Hidayah
dan Karunia-Nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pijat
Bayi Terhadap Frekuensi Dan Durasi Menyusu Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di
Puskesmas Antar Brak Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus”, dapat saya
selesaikan. Penyelesaian skripsi juga berkat dorongan dan bantuan dari berbagai
pihak. Pada kesempatan ini perkenankan penulis menghaturkan rasa terimakasih
kepada bapak/ibu yang terhormat:
1. Sukarni, S.SiT., M.Kes selaku Ketua Yayasan Aisyah Lampung
2. Wisnu Probo Wijayanto, S.Kep., Ners, MAN selaku Rektor Universitas
Aisyah Pringsewu Lampung
3. Ikhwan Amirudin, S.Kep., Ners., M.Kep selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas Aisyah Pringsewu Lampung
4. Septika Yani Veronica, S.ST., M.Tr.Keb selaku Ketua Program Studi
Kebidanan Program Sarjana Terapan Universitas Aisyah Pringsewu Lampung
5. Siti Rohani, S.ST., M.Kes selaku Pembimbing
6. Linda Puspita, S.ST., M.Kes selaku penguji I
7. Maulia Isnaini, S.ST., M.Keb selaku penguji II
Semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan serta bantuan yang telah
diberikan dan semoga skripsi ini dapat dijadikan referensi untuk melakukan
penelitian. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan untuk itu, penulis sangat mengharapkan masukan serta saran yang
membangun guna perbaikan selanjutnya. Semoga Allah SWT senantiasa
melindungi kita semua. Amin.

Pringsewu, Maret 2022

Penulis

xi
DAFTAR
HALAMAN SAMPUL LUAR ............................................................... i
HALAMAN SAMPUL DALAM............................................................ ii
ABSTRAK ............................................................................................... iii
ABSTRACT ............................................................................................. iv
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................... v
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................
vi LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN................................................vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP....................................................................viii
MOTTO ................................................................................................... ix
PERSEMBAHAN ................................................................................... x
KATA PENGANTAR............................................................................. xi
DAFTAR ISI..................................................................................................xii
DAFTAR TABEL........................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................ 4
C. Tujuan Penelitian .............................................................. 4
1. Tujuan Umum............................................................. 4
2. Tujuan Khusus............................................................ 5
D. Manfaat Penelitian............................................................. 5
1. Manfaat Teoritis ......................................................... 5
2. Manfaat Praktis........................................................... 5
E. Ruang Lingkup .................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Teori...........................................................................7
1. Konsep Dasar ASI..............................................................7
2. Pijat Bayi..........................................................................16
B. Penelitian Terkait.....................................................................24
C. Kerangka Teori........................................................................26
D. Kerangka Konsep....................................................................26
E. Hipotesis Penelitian.................................................................27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Jenis Penelitian........................................................................28
B. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................28
C. Rancangan Penelitian..............................................................28
D. Subjek Penelitian.....................................................................29
E. Variabel Penelitian..................................................................30
F. Definisi Operasional................................................................31
G. Pengumpulan Data...................................................................31
xii
DAFTAR
H. Pengolahan Data......................................................................32
I. Analisa Data............................................................................33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Tempat Penelitian......................................35
B. Hasil Penelitian........................................................................36
C. Pembahasan.............................................................................39

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan..................................................................................49
B. Saran........................................................................................50

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR
xiii
DAFTAR

Tabel 3.1 Definisi Operasional..............................................................................31


Tabel 4.1 Rata-rata frekuensi menyusu sebelum dan sesudah dilakukan
pijat bayi pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Antar Brak
Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus...........................................36
Tabel 4.2 Rata-rata durasi menyusu sebelum dan sesudah dilakukan
pijat bayi pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Antar Brak
Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus...........................................37
Tabel 4.3 Uji Normalitas Data..............................................................................37
Tabel 4.4 Pengaruh pijat bayi terhadap frekuensi menyusu pada bayi
usia 0-6 bulan di Puskesmas Antar Brak Kecamatan Limau
Kabupaten Tanggamus..........................................................................38
Tabel 4.5 Pengaruh pijat bayi terhadap durasi menyusu pada bayi
usia 0-6 bulan di Puskesmas Antar Brak Kecamatan Limau
Kabupaten Tanggamus..........................................................................39

xiv
DAFTAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori..................................................................................26


Gambar 2.2 Kerangka Konsep..............................................................................26

xv
DAFTAR

Lampiran 1 Surat Izin Prasurvey


Lampiran 2 Surat Balasan Izin Prasurvey
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian
Lampiran 4 Surat Balasan Izin Penelitian
Lampiran 5 Informed Consent
Lampiran 6 SOP
Lampiran 7 Lembar Observasi
Lampiran 8 Hasil Analisis Data
Lampiran 9 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 10 Lembar Konsultasi

xvi
BAB
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) merupakan zat yang sempurna untuk pertumbuhan

bayi dan dapat mempercepat perkembangan berat badan bayi. Selain itu, ASI

mengandung zat penolak/pencegah penyakit serta dapat memberikan kepuasan

dan mendekatkan hati ibu dan bayi sebagai sarana menjalin hubungan kasih

sayang. Oleh karena itu World Health Organization (WHO) / United Nations

Children's Fund (UNICEF) telah merekomendasikan standar emas pemberian

makan pada bayi yaitu menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai

dengan umur 6 bulan (Kemenkes RI, 2015).

Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012

Tentang pemberian ASI ekslusif, peraturan pemerintah tersebut menyatakan

bahwa setiap bayi harus mendapatkan ASI ekslusif yaitu ASI yang diberikan

kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan

atau mengganti dengan makanan atau minuman lain kecuali obat, vitamin dan

mineral (Kemenkes RI, 2013).

Bardasarkan laporan WHO (2018), terdapat 50% ibu yang menyusui

bayinya dengan ASI eksklusif. Data dari Tahun 2017 didapatkan bahwa

terdapat 84,06% ibu memberikan ASI eksklusif pada bayinya (Kementerian

Kesehatan, 2017). Data UNICEF, (2018) menyebutkan terjadinya

peningkatan pemberian ASI eksklusif di dunia sebesar 36% pada tahun 2000

menjadi 41% pada tahun 2018, namun angka ini masih dibawah target

1
2

Sustainable Development Goals (SDGs) yakni sebesar 50%. Secara umum,

tingkat menyusui di dunia cukup rendah. Berdasarkan laporan Global

Breastfeeding Scorecard yang mengevaluasi data menyusui dari 194 negara,

persentase bayi di bawah enam bulan yang diberikan ASI eksklusif hanya

40%. Selain itu, hanya 23 negara yang pemberian ASI eksklusifnya di atas

60% (UNICEF, 2017).

Secara nasional, cakupan bayi mendapat ASI eksklusif tahun 2020 yaitu

sebesar 66,06%. Angka tersebut sudah melampaui target Renstra tahun 2020

yaitu 40%. Persentase tertinggi cakupan pemberian ASI eksklusif terdapat

pada Provinsi Nusa Tenggara Barat (87,33%), sedangkan persentase terendah

terdapat di Provinsi Papua Barat (33,96%). Sedangkan Provinsi Lampung

urutan ke 13 dari capaian ASI eksklusif tertinggi dengan persentase 70,1%

(Profil Kesehatan Indonesia, 2020).

Trend capaian bayi yang mendapat ASI eksklusif Provinsi Lampung

tahun 2018 yaitu 65,26%, tahun 2019 terdapat 69,3%, dan pada tahun 2020

meningkat menjadi 70,1%. Sedangkan capaian bayi yang mendapatkan ASI

eksklusif di Kabupaten Tanggamus terdapat 82,9% (Dinkes Provinsi

Lampung, 2020).

Upaya untuk meningkatkan cakupan ini dengan memberikan informasi

yang benar dan tepat mengenai berbagai manfaat ASI eksklusif bagi ibu

maupun bayi sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai

pentingnya pemberian ASI Eksklusif pada bayi (Ika, 2019). ASI bermanfaat

untuk menyediakan semua energi dan nutrisi yang dibutuhkan bayi untuk
3

bulan-bulan pertama kehidupan. Menyusui adalah cara yang optimal dalam

memberikan nutrisi dan mengasuh bayi, dan dengan penambahan makanan

pelengkap pada paruh kedua tahun pertama, kebutuhan nutrisi, imunologi dan

psikososial dapat terpenuhi hingga tahun kedua dan tahun seterusnya (Nurul,

2016).

Durasi dan frekuensi bayi tidak hanya berpengaruh pada bayi tetapi

juga pada ibunya, hal ini dikarenakan frekuensi isapan bayi akan

mempengaruhi produksi ASI ibu. Mengingat akan pentingnya menyusu untuk

tumbuh kembang pada bayi, maka menyusui harus benar benar terpenuhi agar

tidak berpengaruh buruk terhadap tumbuh kembangnya. Rentang frekuensi

menyusui yang optimal adalah antara 8-12 kali setiap hari dengan durasi 15-

20 menit (IDAI, 2019).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk membantu meningkatkan

durasi dan frekuensi menyusu adalah dengan memberikan perawatan pijat

bayi (Prasetiyono, 2013). Pijat bayi menyebabkan bayi menjadi lebih rileks

dan dapat beristirahat dengan efektif sehingga ketika bayi terbangun akan

membawa energi cukup untuk beraktivitas. Bayi menjadi cepat lapar saat

beraktivitas dengan optimal, sehingga nafsu makannya meningkat.

Peningkatan nafsu makan ini juga ditambah dengan peningkatan nervus vagus

(sistem saraf otak yang bekerja dari leher ke bawah sampai dada dan rongga

perut) dalam menggerakan sel peristaltik untuk mendorong makanan ke

saluran pencernaan, sehingga bayi lebih cepat lapar atau ingin menyusu

karena pencernaannya semakin lancar (Falikhah dan Nurhidayat, 2019).


4

Hasil presurvey yang dilakukan di Puskesmas Antar Brak terhadap 10

ibu menyusui didapatkan bahwa 40% (4 bayi) bayi proses menyusunya tidak

kuat, hal ini mengakibatkan bayi rewel, selain itu 20% (2 bayi) bayi menyusu

dengan durasi yang singkat, dan 40% (4 bayi) menyusu dengan frekuensi dan

durasi yang tepat.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti bermaksud

untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh pijat bayi terhadap

frekuensi dan durasi menyusu pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Antar

Brak Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus.”

B. Rumusan
Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka didapatkan rumusan

masalah dalam penelitian ini yaitu “Apakah ada pengaruh pijat bayi terhadap

frekuensi dan durasi menyusu pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Antar

Brak Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui pengaruh pijat bayi terhadap frekuensi dan durasi

menyusu pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Antar Brak Kecamatan

Limau Kabupaten Tanggamus.


5

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui rata-rata frekuensi menyusu sebelum dan sesudah dilakukan

pijat bayi pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Antar Brak

Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus

b. Diketahui rata-rata durasi menyusu sebelum dan sesudah dilakukan

pijat bayi pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Antar Brak

Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus

c. Diketahui pengaruh pijat bayi terhadap frekuensi menyusu pada bayi

usia 0-6 bulan di Puskesmas Antar Brak Kecamatan Limau Kabupaten

Tanggamus

d. Diketahui pengaruh pijat bayi terhadap durasi menyusu pada bayi usia

0-6 bulan di Puskesmas Antar Brak Kecamatan Limau Kabupaten

Tanggamus

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

pembuktian penelitian sebelumnya tentang pengaruh pijat bayi terhadap

frekuensi dan durasi menyusu pada bayi usia 0-6 bulan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi ibu dan bayi

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan bagi orangtua bayi

mengenai manfaat pijat bayi yaitu dapat menambah frekuensi dan

durasi menyusui, sehingga kebutuhan gizi anak terpenuhi.


6

b. Bagi Puskesmas Antar Brak

Petugas kesehatan terutama bidan dapat memberikan dukungan

kepada ibu bersalin untuk dapat melakukan pijat bayi secara rutin agar

bayi dapat menyusu dengan frekuensi dan durasi yang tepat.

c. Bagi Universitas Aisyah Pringsewu

Sebagai tambahan pustaka dan sarana untuk memperkaya ilmu

dalam bidang kesehatan yang berkaitan dengan pengaruh pijat bayi

terhadap frekuensi dan durasi menyusu pada bayi usia 0-6 bulan.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan peneliti selanjutnya

sebagai pertimbangan jika hendak melakukan penelitian yang

berkaitan dengan pengaruh pijat bayi terhadap frekuensi dan durasi

menyusu pada bayi usia 0-6 bulan.

E. Ruang Lingkup

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan pre

experiment dan desain one group pretest and posttest design. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas

Antar Brak Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus. Objek Penelitian ini

adalah frekuensi menyusu, durasi menyusu, dan pijat bayi. Waktu penelitian

ini telah dilakukan pada bulan Januari tahun 2022 di Wilayah Kerja

Puskesmas Antar Brak Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Konsep Dasar ASI

a. Pengertian ASI

ASI adalah makanan yang terbaik bagi bayi pada 6 bulan pertama

kehidupannya. Semua kebutuhan nutrisi yaitu protein karbohidrat,

lemak, vitamin dan mineral sudah tercukupi dari ASI (Sandra dkk,

2015). ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, lactose,

dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara

ibu sebagai makanan utama bagi bayi (Sutanto, 2018).

Air Susu Ibu adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,

laktosa dan garam – garam anorganik yang di sekresikan oleh kelenjar

mammae ibu, dan berguna sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012).

b. Produksi ASI

1) Refleks Prolaktin

Progesteron dan estrogen yang dihasilkan placenta

merangsang pertumbuhan kelenjar – kelenjar susu, sedangkan

progesterone juga merangsang pertumbuhan saluran (duktus)

kelenjar. Kedua hormone tersebut menekan prolaktin (LTH),

Setelah placenta lahir maka produksi prolaktin meningkat sehingga

merangsang laktasi (pembentukan ASI).

7
8

Pada waktu bayi menghisap payudara ibu, ibu menerima

rangsangan neurohormonal pada putting dan areola, rangsangan ini

melalui nervus vagus diteruskan ke hypophysa lalu ke lobus

anterior, lobus anterior akan mengeluarkan hormone prolaktin

yang masuk melalui peredaran darah sampai pada kelenjar –

kelenjar pembuat ASI (sel acini) dan merangsang untuk

memproduksi ASI.

2) Refleks Let Down

Hormon oksitosin diproduksi oleh bagian belakang kelenjar

hipofisis. Hormon tersebut dihasilkan bila ujung saraf disekitar

payudara dirangsang oleh hisapan. Oksitosin akan dialirkan

melalui darah menuju ke payudara yang akan merangsang

kontraksi otot di sekeliling alveoli (pabrik ASI) dan memeras ASI

keluar dari pabrik ke gudang ASI. Hanya ASI di dalam gudang

ASI yang dapat dikeluarkan untuk bayi oleh ibunya.

Oksitosin dibentuk oleh cepat dibanding prolaktin. Keadaan

ini menyebabkan ASI di payudara akan mengalir untuk dihisap.

Oksitosin sudah mulai bekerja saat ibu berkeinginan menyusui

(sebelum bayi menghisap). Jika refleks oksitosin tidak bekerja

dengan baik, maka bayi mengalami kesulitan mendapatkan ASI.

Payudara seolah – olah telah berhenti memproduksi ASI, padahal

payudara tetap menghasilkan ASI namun tidak mengalir keluar.


9

Efek penting oksitosin lainnya adalah menyebabkan uterus

berkontraksi setelah melahirkan. Hal ini membantu mengurangi

perdarahan, walaupun kadang menyebabkan nyeri. Dalam proses

menyusui refleks pengeluaran oksitosin ini disebut juga sebagai

“Letdown refleks atau love reflex” refleks ini mengakibatkan

mememancarnya ASI keluar, isapan bayi akan merangsang putting

susu dan areola yang dikirim lobus posterior melalui nervus vagus,

dari glandula pituitary posterior dikeluarkan hormone oxytosin ke

dalam peredaran darah yang menyebabkan adanya kontraksi otot –

otot myoepitel dari saluran air susu, karena adanya kontraksi ini

maka ASI akan terperas ke arah ampula. Prosuksi Asi meningkat

sesudah 2-3 hari post partum, buah dada menjadi besar,keras dan

nyeri ini menunjukkan permulaan sekresi ASI.

Keadaan yang dapat meningkatkan produksi hormone

oksitosin:

a) Perasaan dan curahkan kasih sayang terhadap bayinya

b) Celotehan atau tangisan bayi

c) Dukungan ayah dalam pengasuhan bayi, seperti menggendong

bayi ke ibu saat akan disusui atau disendawakan, mengganti

popok dan memandikan bayi, bermain, mendendangkan bayi

dan membantu pekerjaan rumah tangga


1

d) Pijat bayi

Sedangkan untuk beberapa keadaan yang dapat mengurangi

produksi hormone oksitosin:

a) Rasa cemas, sedih, marah, kesal atau bingung

b) Rasa cemas terhadap perubahan bentuk payudara dan bentuk

tubuhny, meninggalkan bayi karena harus bekerja, dan ASI

tidak mencukupi kebutuhan bayi

c) Rasa sakit terutama saat menyusui (Rahayu, 2012).

3) Rooting reflex atau Refleks Mencari

Bayi baru lahir bila disentuh pipinya akan menoleh ke arah

sentuhan. Bila bibirnya dirangsang atau disentuh, dia akan

membuka mulut dan berusaha mencari putting untuk menyusu.

Refleks ini sangat penting selama proses menyusui karena bayi

akan menggunakan refleks ini untuk memulai menyusu.

4) Refleks Menghisap

Bayi sudah bisa menghisap sejak lahir. Semakin sering bayi

menghisap, produksi ASI pun akan semakin berlimpah. Refleks ini

akan terlihat bila ada sesuatu yang merangsang langit – langit

mulutnya, biasanya putting susu.

5) Refleks Menelan

Saat ada sesuatu yang masuk kedalam mulutnya, dalam hal

ini air susu, bayi sudah bisa menelannya (Riksani, 2012).


1

c. Frekuensi Menyusu Pada Bayi

Semakin sering bayi menyusu, produksi dan pengeluaran ASI

akan bertambah. Namun, ada hal yang berbeda dalam frekuensi

menyusu pada bayi cukup bulan dengan bayi lahir premature. Berbagai

studi mengatakan bahwa produksi ASI untuk bayi kurang bulan akan

optimal dengan pemompaan ASI yang akan dilakukan karena bayi

premature belum mampu menyusu langsung dari payudara ibu.

Sementara itu, pada bayi cukup bulan, frekuensi menyusui sekitar 10

kali perhari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan karena

didukung dengan produksi ASI yang cukup. Dengan demikian, ibu

disarankan untuk menyusui bayi setidaknya 8 kali sehari pada bulan –

bulan pertama setelah melahirkan untuk menjamin produksi dan

pengeluaran ASI. Frekuensi menyusui ini berkaitan dengan

kemampuan stimulasi kedua hormon dalam kelenjar payudara, yakni

hormone prolaktin dan Oksitosin (Riksani, 2012).

Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga

tindakan menyusui bayi dilakukan disetiap saat bayi membutuhkan,

karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus

menyusui bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing,

kepanasan/kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah

merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan

satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan
1

kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola

tertentu setelah 1-2 minggu kemudian. Menyusui yang dijadwalkan

akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh

pada rangsangan produk ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa

jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah

menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui

pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari akan memicu

produksi ASI (Rahayu, 2012).

Menurut Penelitian Fatimah (2014) dengan frekuensi pemberian

ASI yang baik yaitu 8-12 x/hari akan meningkatkan berat badan dan

mencegah kemungkinan terjadi masalah gangguan pertumbuhan dan

perkembangan pada bayi. Frekuensi menyusu pada bayi akan sangat

mempengaruhi fisik dan emosional bayi yang mana dengan frekuensi

menyusu akan meningkatkan kondisi yang tenang kepada bayi dan

berat badan bayi akan bertambah.

Sedangkan menurut Miranti (2020) mengatakan bahwa pada

bulan pertamanya, bayi menyusu sebanyak 8-12 kali per hari. Saat bayi

berusia 1-2 bulan, frekuensi menyusunya akan berkurang menjadi 7- 9

kali sehari. Frekuensi menyusu bayi yang mendapatkan ASI berbeda

dengan bayi yang diberikan susu formula. Hal ini karena ASI lebih

mudah dicerna, sehingga bayi lebih cepat lapar.


1

d. Durasi Menyusu Pada bayi

Durasi menyusui berkaitan dengan adanya refleks prolaktin

yang merupakan hormon laktogenik yang penting untuk memulai dan

mempertahankan sekresi ASI. Stimulus isapan bayi akan mengirim

pesan ke hipotalamus yang merangsang hipofisis anterior untuk

melepas prolaktin, suatu hormon yang meningkatkan produksi ASI

oleh sel-sel alveolar kelenjar mamaria. Jumlah prolaktin yang

disekresikan dan jumlah ASI yang diproduksi berkaitan dengan

besarnya stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas dan lama bayi

mengisap (Purwani, 2012).

Lama menyusui bayi berbeda-beda sesuai dengan pola hisap

bayi. Bayi sebaiknya menyusu 10 menit pada payudara yang pertama,

karena daya isap masih kuat. Dan 20 menit pada payudara yang lain

karena daya hisap bayi mulai melemah. Selama periode baru lahir,

waktu menyusui bayi 20-45 menit, durasi menyusui juga berpengaruh

terhadap ejeksi ASI saat menyusui, ketika bayi tidak dapat menyusu,

stimulus untuk produksi ASI sangat diperlukan (Purwani, 2012).

Jika kegiatan menyusui berlangsung terlalu lama (lebih dari

setengah jam) atau terlalu pendek (kurang dari 4 menit), hal ini

menunjukkan kemungkinan adanya masalah pada perlekatan antara

bayi dan puting susu ibu. Durasi yang baik saat menyusui menurut

Sentra Laktasi Indonesia sebaiknya 20-30 menit. Dengan durasi

menyusui yang normal yaitu ketika payudara sudah terasa kosong dan
1

bayi terasa puas saat menyusu akan mengurangi resiko terjadinya

infeksi pada payudara yaitu mastitis yang disebabkan oleh bendungan

ASI.

e. Volume produksi ASI

1) Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar – kelenjar

pembuat ASI mulai menghasilkan ASI

2) Apabila tidak ada kelainan :

a) Hari pertama: sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-

100ml sehari dari jumlah ini akan terus bertambah.

b) Bayi usia 2 minggu mencapai sekitar 400-450 ml, jumlah ini

akan tercapai bila bayi menyusu sampai 4-6 bulan pertama

c) Oleh karena itu, selama kurun waktu tersebut ASI mampu

memenuhi kebutuhan gizi bayi

3) Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu terbanyak

yang dapat diperoleh adalah 5 menit

4) Pengisapan oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit

5) Selama beberapa bulan berikutnya, bayi yang sehat akan

mengkonsumsi sekitar 700-800ml/hari

6) Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume air susu

yang diproduksi (Maryunani, 2012).

f. Manfaat Pemberian ASI

ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi. ASI tidak hanya

memberikan manfaat untuk bayi saja, melainkan untuk ibu.


1

1) Manfaat ASI untuk Bayi

a) Kualitas dan kuantitas nutrisi yang optimal, namun tidak

meningkatkan resiko kegemukan

b) Antibodi tinggi sehingga anak lebih sehat

c) Tidak menimbulkan alergi dan menurunkan risiko kencing

manis

d) Menimbulkan efek psikologis untuk pertumbuhan

e) Mengurangi risiko karies gigi

f) Mengurangi risiko infeksi saluran pencernaan (muntah, diare)

g) Mengurangi risiko infeksi saluran pernapasan dan asma

h) Meningkatkan kecerdasan

i) Mudah di cerna, sesuai kemampuan pencernaan bayi

2) Manfaat ASI untuk Ibu

a) Isapan bayi merangsang terbentuknya oksitosin sehingga

meningkatkan kontraksi rahim

b) Mengurangi jumlah perdarahan nifas

c) Mengurangi risiko karsinoma mamaw

d) Mempercepat pemulihan kondisi ibu nifas

e) Berat badan lebih cepat kembali normal

f) Metode KB paling aman, kadar prolaktin meningkat sebagai

akan menekan hormone FSH (Follicle Stimulating Hormone)

dan Ovulasi.
1

g) Suatu kebanggan bagi ibu jika dapat menyusui dan merasa

menjadi wanita sempurna (Marliandiani, 2015).

2. Pijat Bayi

a. Pengertian Pijat Bayi

Pijat adalah terapi sentuh tertua yang dikenal manusia dan yang

paling popular. Pijat adalah seni perawatan kesehatan dan pengobatan

yang dipraktekkan sejak berabad – abad silam. Bahkan, diperkirakan

ilmu ini telah dikenal sejak awal manusia diciptakan ke dunia,

mungkin karena pijat berhubungan sangat erat dengan kehamilan dan

proses kelahiran manusia (Roesli, 2016).

Pijat bayi adalah metode teknik dalam asuhan kebidanan

neonatus, bayi dan balita dengan melakukan massage secara lembut

dan berurutan sejak dari wajah sampai ujung kaki, dimana dengan

melakukan pemijatan bayi seluruh otot bayi akan relaks, peredaran

darah akan menjadi lancar dan tidur bayi akan nyenyak. Selain itu

dengan pijat bayi akan meningkatkan frekuensi dan durasi menyusu

sehingga bayi akan merasa nyaman dan tenang saat menyusu. Dengan

keteraturan bayi selama menyusu harapannya berat badan bayi akan

semakin bertambah dan asupan gizi pada bayi akan terpenuhi

(Fitriahadi, 2016).
1

b. Manfaat Pijat bayi

Penelitian medis terbaru telah membuktikan banyaknya manfaat

pijat bayi. Pada dasarnya, pijat bayi bermanfaat merangsang syaraf

motorik, memperbaiki pola tidur, membantu pencernaan dan

meningkatkan ketenangan emosional, selain juga menyehatkan tubuh

dan otot – ototnya. Bayi yang dipijat dengan baik dan teratur dapat

tumbuh lebih sehat dan berkembang lebih baik (Azz, 2016).

Adapun manfaat pijat bayi adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan Volume ASI

Aktifitas nervus vagus mempengaruhi mekanisme

penyerapan makanan dan meningkatkan produksi ASI. Bayi yang

dipijat mengalami peningkatan kadar enzim pencernaan gastri dan

insulin. Dengan demikian penyerapan makanan akan menjadi lebih

baik. Itu sebabnya mengapa berat badan bayi yang dipijat

meningkat lebih banyak daripada yang tidak dipijat. Hal tersebut

juga menyebabkan bayi cepat lapar sehingga akan lebih sering

menyusu pada ibunya. Akibatnya, ASI akan lebih banyak pula

diproduksi, karena seperti diketahui ASI akan semakin banyak

diproduksi bila semakin banyak diminta.

2) Produksi Serotin

Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Pemijatan akan

mendapatkan aktifitas neuro transmitter serotonin, yaitu

meningkatkan kapasitas sel resptor yang mengikat glucocorticoid


1

(adrenalin). Proses ini akan menyebabkan terjadinya penurunan

kadar hormon adrenalin (hormon stress). Penurunan kadar hormon

stre ini akan meningkatkan daya tahan tubuh, terutama IgM dan

IgDG.

3) Mengubah Gelombang Otak

Pijat bayi akan membuat bayi tidur lebih lelap.meningkatkan

kesiagaan (alertnes), dan konsentrasi. Ini karena pijatan akan

mengunahgelombang otak, yaitu dengan menurunkan gelombang

alpha dan meningkatkan gelombang beta serta tetha. Perubahan

gelombang otak ini dapat dibuktikan dengan pemeriksaan EKG

(electro encephalogram) (GSI,2019).

c. Patofisiologi Pijat Bayi

Pijat bayi adalah metode atau teknik dalam asuhan kebidanan

neonatus, bayi dan balita dengan melakukan pijat secara lembut dan

berurutan sejak dari wajah sampai ujung kaki, dimana dengan

melakukan pemijatan bayi seluruh otot bayi akan relaks, peredaran

darah akan menjadi lancar dan tidur bayi akan nyenyak. Selain itu

dengan pijat bayi akan meningkatkan frekuensi dan durasi menyusu

sehingga bayi akan merasa nyaman dan tenang saat menyusu.

Keteraturan bayi selama menyusu harapnnnya berat badan bayi akan

semakin bertambah dan asupan gizi pada bayi akan terpenuhi.

Pijat bayi merangsang nervus vagus akan mempengaruhi

mekanisme penyerapan makanan pada bayi. Peningkatan tonus nervus


1

vagus akan menyebabkan peningkatan enzim penyerapan gastrin dan

insulin sehingga penyerapan makanan menjadi lebih baik serta

meningkatkan berat badan bayi. Aktivitas nervus vagus meningkatkan

volume ASI, penyerapan makanan menjadi lebih baik karena

peningkatan aktivitas nervus vagus menyebabkan bayi cepat lapar dan

akan lebih sering menyusu pada ibunya sehingga ASI akan lebih

banyak diproduksi.

Peningkatan durasi dan frekuensi menyusu bayi akan

mempengaruhi proses menyusui, dimana isapan bayi peran penting

dalam proses menyusui. Bila bayi mengisap puting payudara, maka

akan diproduksi suatu hormon yang disebut prolaktin,yang mengatur

sel dalam alveoli agar memproduksi air susu. Isapan bayi juga akan

merangsang produksi hormon lain yaitu oksitosin,yang membuat sel

otot disekitar alveoli berkontraksi, sehingga air susu didorong menuju

puting payudara. Jadi semakin sering bayi mengisap, maka semakin

banyak air susu yang dihasilkan (Perinesia, 2011).

d. Fisiologi Pijat Bayi

Mekanisme dasar dari pijat bayi belum banyak diketahui.

Walaupun demikian, saat ini para pakar sudah mempunyai beberapa

teori tentang mekanisme ini serta mulai menemukan jawabannya.

Diajukan beberapa mekanisme untuk menolong menerangkan

mekanisme dasar pijat bayi, antara lain: pengeluaran beta endorphin,

aktivitas nervus vagus, dan produksi serotonin.


2

1) Beta Endhorphin Mempengaruhi Mekanisme Pertumbuhan

2) Aktivitas Nevus Vagus Mempengaruhi Mekanisme Penyerapan

Makanan

3) Aktivitas Nervus vagus meningkatkan volume ASI

4) Produksi Serotoin meningkatkan daya tahan tubuh

5) Pijatan dapat mengubah gelombang otak

e. Petunjuk Praktis Pemijatan Bayi

1. Kapan Pijat Bayi Dimulai

Pijat bayi dapat segera dimulai setelah bayi dilahirkan, sesuai

keinginan orang tua. Dengan lebih cepat mengawali pemijatan,

bayi akan mendapat keuntungan yang lebih besar. Apalagi jika

pemijatan dapat dilakukan setiap hari dari sejak kelahiran sampai

berusia 6 – 7 bulan. Didukung oleh teori Dewi (2020) yang

menyatakan bahwa pijat bayi dapat dilakukan segera setelah bayi

lahir. Pemijatan dapat dilakukan pada pagi hari sebelum mandi.

Namun pemijatan juga bisa dilakukan pada malam hari sebelum

bayi tidur.

2. Waktu Terbaik Memijat Bayi

Pemijatan dapat dilakukan pada waktu – waktu berikut ini:

a) Pagi hari, pada saat orang tua dan anak siap untuk memulai hari

baru.

b) Malam hari, sebelum tidur. Ini sangat baik untuk membantu

bayi tidur lebih nyenyak.


2

3. Persiapan Sebelum Memijat

a. Tangan bersih dan hangat

b. Hindari agar kuku dan perhiasan tidak mengakibatkan goresan

pada kulit bayi

c. Ruang untuk memijat diupayakan hangat dan tidak pengap

d. Bayi sudah selesai makan atau sedang tidak lapar

e. Secara khusus menyediakan waktu untuk tidak diganggu

minimum selama 15 menit guna melakukan seluruh tahap –

tahap pemijatan

f. Duduklah pada posisi yang nyaman dan tenang

g. Baringkanlah bayi di atas permukaan kain yang rata, lembut,

dan bersih

h. Siapkanlah handuk, popok, baju ganti, dan minyak bayi (baby

oil/lotion) (Roesli, 2016).

4. Langkah-langkah pijat bayi

a. Kaki

Bagian ini merupakan bagian terbaik untuk memulai

pijatan, karena merupakan bagian yang paling tidak sensitif .

Ambil sediki minyak, mulai pijat dengan kedua tangan secara

perlahan, mulai dari daerah paha , terus kebawah. Buatlah

pijatan secara bergantian antara tangan kanan dan kiri. Gerakan

harus selembut mungkin, meniru gerakan memerah susu.

Lakukan pada kedua kaki.


2

b. Telapak dan Punggung Kaki

Ambil salah satu telapak kaki bayi secara lembut putarlah

beberapa kali kearah kiri, lalu ulangin ke arah kanan. Setelah

itu pijatlah punggung telapak kakinya mulai dari arah mata

kaki ke arah jari kaki. Lakukan pada kedua telapak dan

punggung kaki.

c. Jari Kaki

Bagian ini penutup dari pijatan kaki. Peganglah jari satu

persatu menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, kemudian

secara lembut tariklah searah dengan jarinya hingga jari-jari

anda terlepas diujung jari kaki bayi. Lakukan pada semua jari

kaki.

d. Lengan

Ambil salah satu lengannya kemudian lakukan gerakan

seperti yang dilakukan pada kaki, yaitu seperti ememrah susu.

Mulai dari ketiaknya terus hingga ke pergelangan tangan.

e. Telapak Tangan

Dengan menggunakan ibu jari pijatlah telapak tangan

bayi dengan gerakan memutar.

f. Jari tangan

Sama seperti jari jari kaki, secara lembut ambil satu per

satu jari tangannya menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, lalu

tarik secara perlahan.


2

g. Dada

1) Katupakan kedua telapak tangan seperti tapak budha, lalu

letakkan pada dadanya dalam keadaan seperti itu. Secara

perlahan buat gerakan kearah luar tubuhnya, sehingg

telapak tangan yang terkatup secara perlahan terbuka

menghadap kebawah dan akhirnya telapak anda menepel

dan berjalan diatas dadanya.

2) Kali ini letakkan salah satu telapak tangan dengan

menhhadap kebawah, didaerah dada bayi, kemudian

buatlah pijatan lembut kebawah kearah pahanya. Buatlah

gerakan ini secara bergantian tangan kanan dan kiranda.

h. Perut

Dengan teknik I Love U, dilakukan pijatan diperut

sebelah kiri bayi membentuk huruf I dari atas kebawah,

kemudian membentuk huruf L dari bagian kanan atas kebagian

kiri bawah, lalu membentuk huruf U dari peru kiri atas

kebawah kemudian perut kanan keatas.

i. Punggung

Balikkan tubuh bayi secara perlahan, hingga dia

tengkurap. Posisi anda berada disalah satu sisinya. Dengan jari-

jari tangan anda buatlah pijatan lembut melingkar dengan

kedua tangan, dimulai dari bawah lehernya, sampai ke

pantat.Lakukan secara terbalik.


2

j. Wajah

Pijat wajah dilakukan dengan mengurut bagian dahi dan

daerah sekitar alis mata dengan menggunakan ibujari

bagiandalam sesuai dengan arah ototnya. Selanjutnya tetap

menggunakan ibu jari buatlah pijatan lembut dibagian pipi

kanan dan kiri. Berikutnya pindah ke bagian sekitar mulut

kanan dan kiri buatlah usapan lembut bergantian atas dan

bawah menggunakan ibu jari bagian dalam.

B. Penelitian Terkait

1. Farida (2018) dengan judul Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Peningkatan

Frekuensi Dan Durasi Menyusu Pada Bayi Usia 1 – 3 Bulan. Penelitian ini

merupakan penelitian analitik dengan jenis penelitian yang digunakan

yaitu Quasy experimental (eksperimen semu). Hasil penelitian diperoleh

data bahwa ada pengaruh antara pijat bayi dengan frekuensi menyusu pada

bayi dengan nilai P (0,000) dan tidak ada pengaruh antara pijat bayi

dengan durasi menyusu pada bayi ( P value 0,563 ).

2. Happy Marthalena Simanungkalit (2019) dengan judul Pijat Bayi

Terhadap Peningkatan Frekuensi Dan Durasi Menyusu Pada Bayi.

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan jenis penelitian yang

digunakan yaitu Quasi Experiment. Hasil penelitian rata-rata frekuensi

menyusu pada bayi sebelum dipijat adalah 7.3 kali per hari dan ratarata

frekuensi menyusu setelah dipijat adalah 11.6 menit. Sedangkan, rata-rata

durasi menyusu pada bayi sebelum dipijat adalah 21.50 menit per hari dan
2

rata-rata durasi menyusu setelah dipijat adalah 39.00 menit. Hasil uji

statistik frekuensi menyusu menunjukkan nilai p= 0,000 karena <0,05

maka H0 ditolak. Hasil uji statistik durasi menyusu diperoleh nilai

p=0.002, karena hasil uji yang diperoleh <0,05 maka H0 ditolak. Hasil uji

multivariat ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen pada

semua variabel dependen, nilai p-value menunjukkan <0,05 Ada pengaruh

pijat bayi terhadap peningkatan frekuensi dan durasi menyusu pada bayi

usia 1-6 bulan di PMB E.

3. Enny Fitriahadi (2016) dengan judul Pengaruh Pijat Bayi terhadap

Frekuensi dan Durasi Menyusu Bayi. Penelitian ini menggunakan

rancangan kuantitatif dengan metode eksperimen (quasy experimental

design). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil uji Chi Square

menunjukkan bahwa pengaruh pijat bayi terhadap frekuensi dan durasi

menyusu pada bayi didapatkan hasil p value 0,03 (karena p value > 0,05)

maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada pengaruh pijat bayi

terhadap frekuensi dan durasi menyusu pada bayi di BPM Istri Utami

Sleman.
2

C. Kerangka Teori

Gambar 2.1
Kerangka Teori
Pijat Bayi

Pemijatan daerah muka, punggung, tangan, dan kaki Bayi

Produksi ASI

Kulit
Rangsangan
Ujung – ujung
Pengaruh Nervus
saraf bagian Hipotalamus
vagus dan kadar Frekuensi dan
enzim gastrin dan
Merangsang Oksitosin
Sumber: Roesli (2016) dan Maryunani (2012)

D. Kerangka Konsep Pengeluaran ASI


Menghasilkan
Beta
Gambar 2.2
Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Frekuensi Menyusui
Pijat
Bayi dan Durasi
2

E. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian.

Biasanya hipotesis ini dirumuskan dalam bentuk ada hubungan antara dua

variable, variable bebas dan variable terikat (Notoatmodjo, 2018). Hipotesis

pada penelitian ini adalah:

Ha1 : Ada pengaruh pijat bayi terhadap frekuensi menyusu pada bayi

usia 0-6 bulan di Puskesmas Antar Brak Kecamatan Limau

Kabupaten Tanggamus

Ha2 : Ada pengaruh pijat bayi terhadap durasi menyusu pada bayi usia 0-

6 bulan di Puskesmas Antar Brak Kecamatan Limau Kabupaten

Tanggamus
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, yaitu penelitian yang datanya

berupa angka-angka (score, nilai) atau pernyataan yang diangkakan dan

dianalisis dengan analisis statistik. Studi yang digunakan adalah studi

eksperimen atau percobaan (experimental research) yaitu suatu penelitian

dengan melakukan kegiatan percobaan (experiment) yang bertujuan untuk

mengetahui gejala atau pengaruh yang timbul sebagai akibat dari adanya

perlakuan tertentu atau eksperimen tersebut (Notoatmodjo, 2018).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas Antar Brak Kecamatan

Limau Kabupaten Tanggamus

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari tahun 2022.

C. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini yaitu pre experiment (pra esksperimen) dengan

desain one group pretest posttest. Dalam rancangan ini tidak ada kelompok

pembanding (kontrol) tetapi dilakukan observasi pertama (pretest) yang

28
2

memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan yang terjadi setelah adanya

perlakuan (program) (posttest). Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut:

Keterangan: 01 X 0
2
01 : frekuensi dan durasi menyusui sebelum dilakukan

intervensi 02 : frekuensi dan durasi menyusui sesudah dilakukan

intervensi X : Perlakuan (pijat bayi)

D. Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti (Notoatmodjo, 2018). Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Antar Brak Kecamatan

Limau Kabupaten Tanggamus pada bulan Januari tahun 2022 dengan

jumlah 21 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan

obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi

(Notoatmodjo, 2018). Sampel dalam penelitian ini menggunakan

sampel minimal. Sampel minimal adalah sampel untuk penelitian

eksperimen yang sederhana, maka jumlah anggota sampel masing-

masing kelompok antara 10-20 (Sugiyono, 2017). Sehingga sampel


3

dalam penelitian ini adalah 15 bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Antar

Brak Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik Sampling yang digunakan adalah purposive sampling,

yaitu pengambilan sampel yang di dasarkan pada suatu pertimbangan

tertentu yang di buat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-

sifat yang sudah di ketahui sebelumnya, dengan tujuan terpilihnya

responden yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan oleh peneliti

(Notoatmodjo, 2018). Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini

adalah:

a. Kriteria Inklusi

1) Bayi lahir cukup bulan

2) Bayi 0-6 bulan

3) Berat badan normal (> 2500 gram dan < 4000 gram)

4) Bayi dalam keadaan sehat

5) Bayi yang ASI secara eksklusif

b. Kriteria Eksklusi

1) Bayi sakit

2) Bayi yang tidak ASI eksklusif

3) Bayi yatim piatu

E. Variabel Penelitian

Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh

anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh


3

kelompok yang lain. Definisi lain mengatakan bahwa variabel adalah sesuatu

yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan

oleh suatu penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu.

Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas (independent variable)

Variabel bebas atau variabel yang dapat mempengaruhi dalam penelitian

ini adalah pijat bayi

2. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat atau variabel yang dipengaruhi dalam penelitian ini adalah

frekuensi menyusu dan durasi menyusu .

F. Definisi Operasional Variabel

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat ukur Cara ukur Hasil Ukur Skala

1 Independen
Pijat Bayi Melakukan pijatan pada SOP Lembar ceklist - -
bayi usia 0-6 bulan yang
dilakukan dua kali
seminggu selama 15
menit
2 Dependen
Frekuensi Frekuensi bayi menyusu Lembar Ceklist Frekuensi menyusui Rasio
Menyusu dalam dalam 24 jam ceklist dalam 24 jam
normalnya 8-12 kali per
hari

3 Durasi Lamanya bayi menyusu Jam digital Menghitung Durasi menyusu Rasio
Menyusu pada ibunya yang dinilai durasi menyusu dalam 1 kali
sebelum diberikan dalam satuan menyusui
intervensi dan sesudah menit
diberikan intervensi
normalnya 15 menit
3

G. Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan

melakukan pengukuran frekuensi menyusu dan durasi menyusu. Adapun

langkah-langkah pengumpulan data dilakukan dengan tahapan sebagai

berikut:

1. Setelah mendapat rekomendasi pelaksanaan penelitian dari Universitas

Aisyah Pringsewu dan izin dari lokasi penelitian, peneliti melaksanakan

pengumpulan data penelitian baik data prasurvey maupun data survey.

2. Peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat,

prosedur pengumpulan data serta menanyakan kesediaan calon

responden. Bagi calon yang bersedia menjadi responden, peneliti

memberikan informed consent dan responden diminta untuk

menandatanganinya.

3. Sebelum melakukan intervensi, peneliti meminta izin kepada ibu untuk

melakukan observasi frekuensi dan durasi menyusu

4. Peneliti melakukan intervensi pijat bayi yang dilakukan 2 kali dalam

seminggu selama 15 menit

5. Selanjutnya peneliti mengobservasi frekuensi dan durasi menyusu

setelah dilakukan intervensi

6. Kemudian peneliti melakukan pengolahan data.


3

H. Pengolahan Data

Pengolahan data dalam rencana penelitian ini melalui empat tahap yaitu :

1. Editing yaitu kegiatan untuk melakukan pengecekan isian kuesioner

apakah data yang dibutuhkan sudah lengkap, jelas, relevan, dan konsisten.

2. Prosesing yaitu memasukkan data jawaban-jawaban dari masing-masing

responden yang telah berbentuk kode ke dalam program komputer.

3. Cleaning yaitu kegiatan pegecekan kembali data yang sudah ada.

(Notoatmodjo, 2018).

I. Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

mendapatkan rata-rata frekuensi dan durasi menyusu sebelum dan

sesudah dilakukan pijat bayi.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh pijat bayi

terhadap frekuensi dan durasi menyusu pada bayi 0-6 bulan. Pada

penelitian ini, uji normalitas dilakukan menggunakan uji Shapiro-Wilk

dengan kriteria hasil p-value >  0,05 maka data dinyatakan berdistribusi

normal dan analisa data dilanjutkan dengan statistik parametrik uji T

berpasangan (Paired T Test).


3

Analisis dilakukan dengan menggunakan program komputer,

keputusan uji statistik menggunakan derajat kemaknaan 95% dan tingkat

kesalahan (α) = 5%, dengan kriteria hasil:

a. Jika p value ≤ nilai α (0,05), maka Ho ditolak (ada perbedaan).

b. Jika p value > nilai α (0,05), Ho gagal ditolak (tidak ada perbedaan).
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

UPTD.Puskesmas Antar Brak adalah Pusat Pelayanan Kesehatan

Masyarakat yang ada di wilayah Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus

dengan Luas wilayah 14.131.Ha, yang terdiri dari 11 Pekon sebagai wilayah

kerjanya ,yaitu : Tanjung Siom, Antar Brak, Pariaman, Pekon Ampai, Banjar

Agung, Kuripan, Padang Ratu, Tegineneng, Ketapang, Badak, Tanjung Jaya.

UPTD Puskesmas Antar Brak terletak di Jl.Kesehatan No.1 Pekon

Antar Brak dengan luas wilayah kerja 14.131,Ha. jarak tempuh perjalanan

antara ibukota Kabupaten dengan Wilayah Kecamatan Limau ± 80 Km

dengan waktu tempuh selama  1.5 sampai 2.5 jam. Demikian juga jarak

tempuh UPTD Puskesmas Antar Brak dengan pekon-pekon dalam wilayah

kerja memerlukan waktu tempuh antara 1 - 2 jam. Hal ini karena

dipengaruhi wilayah yang sulit, tetapi dengan adanya Puskesmas Pembantu

dan adanya Bidan Pekon, di setiap Pekon masyarakat dapat memperoleh

pelayanan kesehatan secara layak dan merata.

Secara Administrasi wilayah kerja UPTD. Puskesmas Antar Brak

Kecamatan Limau berbatasan dengan :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Bulok

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Semaka

c. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Kota Agung Timur

d. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Cukuh Balak

35
3

B. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

a. Rata-rata frekuensi menyusu sebelum dan sesudah dilakukan pijat bayi

pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Antar Brak Kecamatan Limau

Kabupaten Tanggamus

Tabel 4.1
Rata-rata frekuensi menyusu sebelum dan sesudah dilakukan
pijat bayi pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Antar Brak
Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus

Standar
Frekuensi Menyusu N Mean Min-Max
Deviasi
Sebelum pijat bayi 15 7,20 1,146 5–9
Sesudah pijat bayi 15 10,67 2,093 8 – 15

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebelum dilakukan

pijat bayi didapatkan rata-rata frekuensi menyusu 7,2 kali, standar

deviasi 1,146 kali, frekuensi menyusu minimal 5 kali dan maksimal 9

kali. Sedangkan sesudah dilakukan pijat bayi didapatkan rata-rata

frekuensi menyusu 10,67 kali, standar deviasi 2,093 kali, frekuensi

menyusu minimal 8 kali dan maksimal 15 kali.


3

b. Rata-rata durasi menyusu sebelum dan sesudah dilakukan pijat bayi

pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Antar Brak Kecamatan Limau

Kabupaten Tanggamus

Tabel 4.2
Rata-rata durasi menyusu sebelum dan sesudah dilakukan pijat
bayi pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Antar Brak
Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus

Standar
Durasi Menyusu N Mean Min - Max
Deviasi
Sebelum dilakukan pijat bayi 15 7,67 1,988 5 – 12
Sesudah dilakukan pijat bayi 15 10,47 2,066 7 – 15

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebelum dilakukan

pijat bayi didapatkan rata-rata durasi menyusu 7,67 menit, standar

deviasi 1,988 menit, durasi menyusu minimal 5 menit dan maksimal

12 menit. Sedangkan sesudah dilakukan pijat bayi didapatkan rata-rata

durasi menyusu 10,47 menit, standar deviasi 2,066 menit, durasi

menyusu minimal 7 menit dan 15 menit.

2. Uji Normalitas Data

Tabel 4.3
Uji Normalitas Data

Kelompok Statistic Df Sig.


Frekuensi Menyusu Sebelum 0,936 15 0,335
Sesudah 0,925 15 0,232
Durasi Menyusu Sebelum 0,942 15 0,414
Sesudah 0,952 15 0,557
3

Berdasarkan hasil uji normalitas didapatkan signifikansi (0,335;

0,232; 0,414; 0,557) > 0,05 artinya data dalam penelitian berdistribusi

normal. Sehingga analisis data dalam penelitian ini dilanjutkan dengan uji

paired sample t-test.

3. Analisis Bivariat

a. Pengaruh pijat bayi terhadap frekuensi menyusu pada bayi usia 0-6

bulan di Puskesmas Antar Brak Kecamatan Limau Kabupaten

Tanggamus

Tabel 4.4
Pengaruh pijat bayi terhadap frekuensi menyusu pada bayi
usia 0-6 bulan di Puskesmas Antar Brak Kecamatan Limau
Kabupaten Tanggamus

Frekuensi Menyusu N Mean P value


Sebelum dilakukan pijat bayi 15 7,20
Sesudah dilakukan pijat bayi 15 10,67 0,000

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa rata-rata frekuensi

menyusu sebelum dilakukan pijat bayi adalah 7,20 kali dan sesudah

dilakukan pijat bayi meningkat menjadi 10,67 kali. Hasil uji paired

sample t-test didapatkan p value 0,000 < 0,05 artinya ada pengaruh

pijat bayi terhadap frekuensi menyusu pada bayi usia 0-6 bulan di

Puskesmas Antar Brak Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus.


3

b. Pengaruh pijat bayi terhadap durasi menyusu pada bayi usia 0-6 bulan

di Puskesmas Antar Brak Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus.

Tabel 4.5
Pengaruh pijat bayi terhadap durasi menyusu pada bayi usia 0-6
bulan di Puskesmas Antar Brak Kecamatan Limau
Kabupaten Tanggamus

Durasi Menyusu N Mean P value


Sebelum dilakukan pijat bayi 15 7,67
Sesudah dilakukan pijat bayi 15 10,47 0,000

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa rata-rata durasi

menyusu sebelum dilakukan pijat bayi adalah 7,67 menit dan sesudah

dilakukan pijat bayi meningkat menjadi 10,47 menit. Hasil uji paired

sample t-test didapatkan p value 0,000 < 0,05 artinya ada pengaruh

pijat bayi terhadap durasi menyusu pada bayi usia 0-6 bulan di

Puskesmas Antar Brak Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus.

C. Pembahasan

1. Rata-rata frekuensi menyusu sebelum dan sesudah dilakukan pijat

bayi pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Antar Brak Kecamatan

Limau Kabupaten Tanggamus

Hasil penelitain ini menunjukkan bahwa sebelum dilakukan pijat

bayi didapatkan rata-rata frekuensi menyusu 7,2 kali, standar deviasi 1,146

kali, frekuensi menyusu minimal 5 kali dan maksimal 9 kali. Sedangkan

sesudah dilakukan pijat bayi didapatkan rata-rata frekuensi menyusu 10,67

kali, standar deviasi 2,093 kali, frekuensi menyusu minimal 8 kali dan

maksimal 15 kali.
4

Frekuensi pemberian ASI yang baik yaitu sekitar 8-12x/hari akan

meningkatkan berat badan dan mencegah kemungkinan terjadi masalah

gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada bayi. Frekuensi menyusu

pada bayi akan sangat mempengaruhi fisik dan emosional bayi dengan

frekuensi menyusu akan meningkatkan kondisi yang tenang kepada bayi

dan berat bayi akan bertambah (Simanungkalit, 2019).

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan frekuensi

menyusu yaitu dengan melakukan pijat bayi. Pijat bayi menyebabkan bayi

menjadi lebih rileks dan dapat beristirahat dengan efektif sehingga ketika

bayi terbangun akan membawa energi cukup untuk beraktivitas. Bayi

menjadi cepat lapar saat beraktivitas dengan optimal sehingga nafsu

makannya meningkat. Peningkatan nafsu makan ini juga ditambah dengan

peningkatan aktivitas nervus vagus (sistem sarat otak yang bekerja untuk

daerah leher ke bawah sampai dadadan rongga perut) dalam

menggerakkan sel peristaltik untuk mendorong makanan ke saluran

pencernaan, sehingga bayi lebih cepat lapar atau ingin menyusu karena

pencernaannya semakin lancar (Fatimah, 2014).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Apriani dan Putri (2019) yang menunjukkan bahwa rata-rata frekuensi

menyusu neonatus sebelum dilakukan terapi pijat bayi adalah 6,40 dan

sesudah dilakukan terapi pijat bayi didapatkan rata-rata 11,13.


4

Menurut asumsi peneliti, rentang frekuensi menyusui yang optimal

adalah antara 8-12 kali setiap hari. Dari hasil penelitian terjadi

peningkatan frekuensi menyusu setelah dilakukan pijat bayi menjadi 8-15

kali setiap hari. Dalam menyusui bayi sebaiknya tidak perlu dijadwal,

karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui

bayinya jika bayi menangis bukan karena sebab lain atau ibu sudah merasa

ingin menyusui bayinya.

2. Rata-rata durasi menyusu sebelum dan sesudah dilakukan pijat bayi

pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Antar Brak Kecamatan Limau

Kabupaten Tanggamus

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum dilakukan pijat

bayi didapatkan rata-rata durasi menyusu 7,67 menit, standar deviasi 1,988

menit, durasi menyusu minimal 5 menit dan maksimal 12 menit.

Sedangkan sesudah dilakukan pijat bayi didapatkan rata-rata durasi

menyusu 10,47 menit, standar deviasi 2,066 menit, durasi menyusu

minimal 7 menit dan 15 menit.

Lama menyusu seorang bayi pada setiap payudara idealnya adalah

15 menit namun hal ini bukan menjadi patokan utama karena setiap bayi

memiliki kebutuhan yang berbeda namun durasi menyusu yang lama

dikaitkan dengan peningkatan lama hisapan dan kasih saying (Rohmah,

2021).

Durasi menyusui berkaitan dengan adanya refleks prolaktin yang

merupakan hormon laktogenik yang penting untuk memulai dan


4

mempertahankan sekresi ASI. Stimulus isapan bayi akan mengirim pesan

ke hipotalamus yang merangsang hipofisis anterior untuk melepas

prolaktin, suatu hormon yang meningkatkan produksi ASI oleh sel-sel

alveolar kelenjar mamaria. Jumlah prolaktin yang disekresikan dan jumlah

ASI yang diproduksi berkaitan dengan besarnya stimulus isapan, yaitu

frekuensi, intensitas dan lama bayi mengisap (Purwani, 2012).

Durasi menyusui pada bayi dapat ditingkatkan dengan melakukan

pijat bayi. Pijat bayi merupakan sentuhan setelah kelahiran, serta dapat

memberikan jaminan adanya kontak tubuh berkelanjutan yang dapat

mempertahankan perasaan nyaman pada bayi. Terapi sentuh, terutama

pijat pada bayi dapat menghasilkan perubahan fisiologis yang

menguntungkan (Roesli, 2016).

Pijat bayi adalah metode teknik dalam asuhan kebidanan neonatus,

bayi dan balita dengan melakukan massage secara lembut dan berurutan

sejak dari wajah sampai ujung kaki, dimana dengan melakukan pemijatan

bayi seluruh otot bayi akan relaks, peredaran darah akan menjadi lancar

dan tidur bayi akan nyenyak. Selain itu dengan pijat bayi akan

meningkatkan frekuensi dan durasi menyusu sehingga bayi akan merasa

nyaman dan tenang saat menyusu. Dengan keteraturan bayi selama

menyusu harapannya berat badan bayi akan semakin bertambah dan

asupan gizi pada bayi akan terpenuhi (Fitriahadi, 2018).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Simanungkalit (2019) yang menunjukkan bahwa rata-rata durasi menyusu


4

pada bayi sebelum dipijat adalah 21,50 menit per hari dengan standar

deviasi 5,798 dan rata-rata durasi menyusu pada post test adalah 39,00

menit dengan standar deviasi 7,379.

Menurut asumsi peneliti, rata-rata durasi menyusu pada bayi

setelah dilakukan pijat bayi meningkat menjadi 7-15 menit. Hal ini sesuai

dengan salah satu manfaat pijat bagi bayi yaitu meningkatkan durasi

menyusui. Peningkatan durasi menyusui dikarenakan adanya refleks

prolaktin yang merupakan hormon laktogenik yang penting untuk memulai

dan mempertahankan sekresi ASI. Stimulus isapan bayi akan mengirim

pesan ke hipotalamus yang merangsang hipofisis anterior untuk melepas

prolaktin, suatu hormon yang meningkatkan produksi ASI sehingga

setelah dilakukan pijat bayi, bayi merasa cepat lapar.

3. Pengaruh pijat bayi terhadap frekuensi menyusu pada bayi usia 0-6

bulan di Puskesmas Antar Brak Kecamatan Limau Kabupaten

Tanggamus

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata frekuensi

menyusu sebelum dilakukan pijat bayi adalah 7,20 kali dan sesudah

dilakukan pijat bayi meningkat menjadi 10,67 kali. Hasil uji paired sample

t-test didapatkan p value 0,000 < 0,05 artinya ada pengaruh pijat bayi

terhadap frekuensi menyusu pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Antar

Brak Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus.

Frekuensi pemberian ASI yang baik yaitu sekitar 8-12x/hari akan

meningkatkan berat badan dan mencegah kemungkinan terjadi masalah


4

gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada bayi. Frekuensi menyusu

pada bayi akan sangat mempengaruhi fisik dan emosional bayi dengan

frekuensi menyusu akan meningkatkan kondisi yang tenang kepada bayi

dan berat bayi akan bertambah. Frekuensi menyusui ini berkaitan dengan

kemampuan stimulasi kedua hormon dalam kelenjar payudara, yakni

hormone prolaktin dan Oksitosin (Riksani, 2012).

Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan

menyusui bayi dilakukan disetiap saat bayi membutuhkan, karena bayi

akan menentukan sendiri kebutuhannya. Bayi menyusu sebanyak 8-12 kali

per hari. Saat bayi berusia 1-2 bulan, frekuensi menyusunya akan

berkurang menjadi 7- 9 kali sehari. Frekuensi menyusu bayi yang

mendapatkan ASI berbeda dengan bayi yang diberikan susu formula. Hal

ini karena ASI lebih mudah dicerna, sehingga bayi lebih cepat lapar

(Miranti, 2020).

Pijat bayi merangsang nervus vagus akan mempengaruhi

mekanisme penyerapan makanan pada bayi. Peningkatan tonus nervus

vagus akan menyebabkan peningkatan enzim penyerapan gastrin dan

insulin sehingga penyerapan makanan menjadi lebih baik serta

meningkatkan berat badan bayi. Aktivitas nervus vagus meningkatkan

volume ASI, penyerapan makanan menjadi lebih baik karena peningkatan

aktivitas nervus vagus menyebabkan bayi cepat lapar dan akan lebih sering

menyusu pada ibunya sehingga ASI akan lebih banyak diproduksi

(Korompis, 2015).
4

Peningkatan durasi dan frekuensi menyusu bayi akan

mempengaruhi proses menyusui, dimana isapan bayi peran penting dalam

proses menyusui. Bila bayi mengisap puting payudara, maka akan

diproduksi suatu hormon yang disebut prolaktin,yang mengatur sel dalam

alveoli agar memproduksi air susu. Isapan bayi juga akan merangsang

produksi hormon lain yaitu oksitosin,yang membuat sel otot disekitar

alveoli berkontraksi, sehingga air susu didorong menuju puting payudara.

Jadi semakin sering bayi mengisap, maka semakin banyak air susu yang

dihasilkan (Perinesia, 2011).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Farida

(2018) yang menunjukkan bahwa ada pengaruh antara pijat bayi dengan

frekuensi menyusu pada bayi dengan nilai P (0,000). Selain itu didukung

oleh penelitian Fitriahadi (2016) yang menunjukkan bahwa ada pengaruh

pijat bayi terhadap frekuensi dan durasi menyusu pada bayi di BPM Istri

Utami Sleman.

Menurut asumsi peneliti, pijat bayi dapat mempengaruhi frekuensi

menyusu pada bayi sebab melalui tindakan pijat bayi aktivitas Nervus

Vagus mempengaruhi mekanisme penyerapan makanan pada bayi yang

dipijat sehingga peningkatan tonus nervus vagus akan meningkatkan

enzim penyerapan gastrin dan insulin sehingga penyerapan makanan

menjadi lebih baik. Aktivitas Nervus Vagus secara otomatis juga akan

meningkatkan kenyamanan dan ASI ibu menjadi bertambah sehingga


4

penyerapan makanan terserap dengan baik dan bayi menjadi cepat lapar

serta akan lebih sering menyusu pada ibunya.

4. Pengaruh pijat bayi terhadap durasi menyusu pada bayi usia 0-6

bulan di Puskesmas Antar Brak Kecamatan Limau Kabupaten

Tanggamus

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata durasi menyusu

sebelum dilakukan pijat bayi adalah 7,67 menit dan sesudah dilakukan

pijat bayi meningkat menjadi 10,47 menit. Hasil uji paired sample t-test

didapatkan p value 0,000 < 0,05 artinya ada pengaruh pijat bayi terhadap

durasi menyusu pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Antar Brak

Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus tahun 2022.

Durasi menyusui berkaitan dengan adanya refleks prolaktin yang

merupakan hormon laktogenik yang penting untuk memulai dan

mempertahankan sekresi ASI. Stimulus isapan bayi akan mengirim pesan

ke hipotalamus yang merangsang hipofisis anterior untuk melepas

prolaktin, suatu hormon yang meningkatkan produksi ASI oleh sel-sel

alveolar kelenjar mamaria. Jumlah prolaktin yang disekresikan dan jumlah

ASI yang diproduksi berkaitan dengan besarnya stimulus isapan, yaitu

frekuensi, intensitas dan lama bayi mengisap (Purwani, 2012).

Lama menyusui bayi berbeda-beda sesuai dengan pola hisap bayi.

Bayi sebaiknya menyusu 10 menit pada payudara yang pertama, karena

daya isap masih kuat. Dan 20 menit pada payudara yang lain karena daya
4

hisap bayi mulai melemah. Selama periode baru lahir, waktu menyusui

bayi 20-45 menit, durasi menyusui juga berpengaruh terhadap ejeksi ASI

saat menyusui, ketika bayi tidak dapat menyusu, stimulus untuk produksi

ASI sangat diperlukan. Jika kegiatan menyusui berlangsung terlalu lama

(lebih dari setengah jam) atau terlalu pendek (kurang dari 4 menit), hal ini

menunjukkan kemungkinan adanya masalah pada perlekatan antara bayi

dan puting susu ibu (Nurhasiyah, 2017). Bayi usia 0-1 bulan di awal masa

menyusui, bayi membutuhkan waktu selama 20 menit bahkan terkadang

sampai 45 menit untuk kenyang. Seiring bertambah usianya, lama waktu

bayi menyusui hanya berkisar antara 10-15 menit (Nisa, 2020).

Pijat bayi dapat segera dimulai setelah bayi dilahirkan, sesuai

keinginan orang tua. Dengan lebih cepat mengawali pemijatan, bayi akan

mendapat keuntungan yang lebih besar. Apalagi jika pemijatan dapat

dilakukan setiap hari dari sejak kelahiran sampai berusia 6-7 bulan.

Manfaat pijat bayi antara lain meningkatkan berat badan dan pertumbuhan,

meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan konsentrasi bayi dan

membuat bayi tidur lelap, membina ikatan kasih sayang orang tua dan

anak (bonding), meningkatkan produksi ASI. Selain ada manfaat, pijat

bayi juga memiliki dampak dan komplikasi bila dilakukan dengan tidak

benar akibat kesalahan pemijat seperti trauma atau lebam pada kulit dan

otot, rasa sakit pada bayi sehingga bayi menjadi rewel, cedera otot dan

tulang, pembengkakan, bayi semakin rewel. Tetapi selama pijat bayi

dilakukan dengan benar dan lembut, maka pijat bayi aman dilakukan,
4

bahkan bermanfaat. Salah satu manfaat pijat bayi adalah meningkatkan

produksi ASI, apabila produksi ASI tercukupi maka durasi dan frekuensi

menyusu juga pasti meningkat karna adanya kecukupan ASI (Astuti dkk,

2020).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ritonga dkk (2020) yang menunjukkan bahwa ada pengaruh yang

signifikan antara sebelum dan sesudah pijat bayi terhadap durasi menyusu

pada bayi di klinik Nining Pelawati Tahun 2020.

Menurut asumsi peneliti, pijat bayi sangat bermanfaat dalam

meningkatkan durasi menyusu karena selain memberikan rasa nyaman,

melalui proses pijat bayi sistem pencernaan bayi akan semakin lancar

sehingga setelah dilakukan proses pemijatan biasanya bayi akan mudah

lapar dan semakin sering menyusu. Pijat bayi menyebabkan bayi menjadi

lebih rileks dan dapat beristirahat dengan efektif sehingga ketika bayi

terbangun akan membawa energi cukup untuk beraktivitas. dengan

aktivitas yang optimal, bayi menjadi cepat lapar sehingga nafsu makannya

meningkat dan akan menyusu dengan durasi yang lebih lama.

D. Keterbatasan Penelitian

Adapun yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Peneliti menggunakan sampel dalam penelitian ini adalah bayi usia 0-6

bulan, sampel dalam penelitian ini tidak homogen sehingga memunculkan

hasil penelitian yang bias.


4

2. Bayi usia 0-1 bulan adalah masa awal bayi beradaptasi, dimana bayi

menunjukan rasa lapar dan ingin menyusu kapan pun (on demand)

sehingga frekuensi menyusui tidak dapat ditentukan secara pasti.

Efektivitas setelah dilakukan pijat bayi usia 0-1 bulan penyerapan

makanan menjadi lebih baik serta meningkatkan berat badan bayi.

Pada bayi dengan usia lebih 1 bulan waktu menyusui bayi menjadi

berubah cukup tertata dari yang on demand menjadi 7-8 kali sehari dan

saat memasuki akhir masa ASI ekslusif atau di bulan ke enam jadwal

menyusui bayi dapat menurun hingga 4-6 kali sehari. Efektivitas setelah

dilakukan pijat pada bayi usia lebih dari 1 bulan adalah dapat merangsang

syaraf motorik, memperbaiki pola tidur, membantu pencernaan dan

meningkatkan ketenangan emosional, selain juga menyehatkan tubuh dan

otot – ototnya. Bayi yang dipijat dengan baik dan teratur dapat tumbuh

lebih sehat dan berkembang lebih baik.

3. Dalam pengumpulan data frekuensi dan durasi menyusui masih ada

kemungkinan ibu untuk lupa mengingat frekuensi dan durasi menyusu

bayi, sehingga memunculkan hasil penelitian yang bias.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian ini maka

didapatkan simpulan sebagai berikut:

1. Rata-rata frekuensi menyusu sebelum dilakukan pijat bayi pada bayi usia

0-6 bulan di Puskesmas Antar Brak Kecamatan Limau Kabupaten

Tanggamus tahun 2022 adalah 7,20 kali dan sesudah pijat bayi didapatkan

10,67 kali.

2. Rata-rata durasi menyusu sebelum dilakukan pijat bayi pada bayi usia 0-6

bulan di Puskesmas Antar Brak Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus

tahun 2022 didapatkan 7,67 menit dan sesudah pijat bayi didapatkan 10,47

menit.

3. Ada pengaruh pijat bayi terhadap frekuensi menyusu pada bayi usia 0-6

bulan di Puskesmas Antar Brak Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus

tahun 2022 dengan p value 0,000.

4. Ada pengaruh pijat bayi terhadap durasi menyusu pada bayi usia 0-6 bulan

di Puskesmas Antar Brak Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus

dengan p value 0,000.

49
50

B. Saran

1. Bagi Ibu dan Bayi

Ibu menyusui dapat menerima perlakuan pijat bayi. Selain itu Ibu

menyusui diharapkan rutin untuk melakukan pijat bayi minimal 2 kali

seminggu agar kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi karena durasi dan

frekuensi menyusu meningkat.

2. Bagi Puskesmas Antar Brak

Penelitian ini dapat dipakai untuk menyusun rencana pembentukan

kebijakan terhadap pelayanan dan meningkatkan pengetahuan tentang

pengaruh pijat bayi terhadap frekuensi dan durasi menyusu pada bayi.

Selain itu bagi petugas kesehatan agar menjadikan terapi pijat bayi

sebagai terapi alternatif dalam mendukung ASI eksklusif. Dengan cara

melakukan penyuluhan serta membentuk tim pelatihan sesama petugas

kesehatan untuk melakukan pijat bayi. Selain itu pihak puskesmas dapat

meningkatkan SDM dan mengadakan pelatihan baby spa.

3. Bagi Universitas Aisyah Pringsewu

Hasil penelitian ini dapat menambah referensi bagi mahasiswa

selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan judul pengaruh pijat

bayi terhadap frekuensi dan durasi menyusui pada bayi 0-6 bulan.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya agar mengembangkan penelitian dengan

menggunakan variabel lain seperti pengetahuan dan produksi ASI yang

belum diteliti terkait dengan pijat bayi.


DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Siska. (2020). Pijat & Asupan Gizi Tepat untuk Melejitkan Tumbuh
Kembang Anak. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Baru Press
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, (2021). Profil Dinkes Provinsi
Lampung 2020. Bandar Lampung: Dinkes Provinsi Lampung.
Farida. (2018). Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Peningkatan Frekuensi Dan Durasi
Menyusu Pada Bayi Usia 1 – 3 Bulan. Jurnal Kebidanan, 7 (1), 2018, 61-
68
Fatimah, Listriana. (2014). Hubungan Frekuensi Pemberian Asi Eksklusif
Padamasa Nifas Dengan Penambahan Berat Badan Bayi Usia 0-6 Minggu.
Jurnal Edu Health, Vol. 4 No. 1, April 2014
Fitriahadi, Enny. (2016). Pengaruh Pijat Bayi terhadap Frekuensi dan Durasi
Menyusu Bayi. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.10, No.2, September
2016, pp. 92 ~ 97 ISSN: 1978 – 0575
Griya Sehat Indonesia (GSI). (2019). Baby Spa Training Message, Baby Swim,
Baby Gym Best Business Opportunity. Jakarta : Griya Sehat Indonesia.
IDAI. (2019). Air Susu Ibu dan Tumbuh Kembang Anak. Indonesia Pediatric
Society.
Kemenkes RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. (2021). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2020. Jakarta :
Kemenkes RI.
Kemenkes. (2013). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tentang
Pemberian ASI Eksklusif. In: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
editor. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Marliandiani. (2015). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas dan
Menyusui. Pertama. Tri U. editor. Jakarta: Salemba Medika.
Maryunani,A. (2012). Inisiasi Menyusui Dini, ASI Eksklusif dan Manajemen
Laktasi. Jakarta: CV Trans Info Media.
Notoatmodjo, S. (2018). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nurul. (2016). Pengaruh Baby Spa Terhadap Kualitas Tidur dan Frekuensi
Menyusu di Klinik Baby Spa ‘A’ : Unggaran Barat.
Perinasia. (2011). Anatomi dan Fisiologi Laktasi. http://www.scribd.com. Diakses
tanggal 26 September 2021
Prasetiyono. (2013). Buku Pintar Pijat bayi. Yogyakarta : Buku Biru.
Purwani, T. dan Afi , N. (2012). Hubungan Antara Frekuensi, Durasi Menyusui
dengan Berat Badan Bayi di Poliklinik Bersalin Mariani Medan. Jurnal
Keperawatan Klin. 2012 Dec;4(1).
Rahayu. (2012). Tingkat Pengetahuan Ibu Immediate Purperium Tentang
Mobilisasi Dini. Skripsi STIKes Kusuma Huda Surakarta.
Riksani, Ria. (2012). Cara Mudah Dan Aman Pijat Bayi. Jakarta: Niaga Swadaya.
Roesli, Utami. (2016). Pedoman Pijat Bayi Prematur Dan Bayi Usia 0 – 3 Tahun.
Jakarta: Trubus Agrowida.
Sandra, dkk. (2015). Gizi Ibu dan Bayi. Jakarta: Rajawali Pers.
Simanungkalit, Happy Marthalena. (2019). Pijat Bayi Terhadap Peningkatan
Frekuensi Dan Durasi Menyusu Pada Bayi. Media Informasi Volume 15
nomor 1 Tahun 2019.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sutanto,A,V. (2018). Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Baru Pres
UNICEF Indonesia. (2017). ASI adalah Penyelamat Hidup Paling Murah dan
Efektif di Dunia. Dalam; UNICEf Indonesia.
LEMBAR INFORMED CONSENT
(PERSETUJUAN RESPONDEN)

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : ..............................................................................................
Umur : ..............................................................................................
Pekerjaan : ..............................................................................................
Alamat : ..............................................................................................
Setelah mendapat keterangan dari peneliti serta mengetahui manfaat penelitian
yang berjudul “PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP FREKUENSI DAN
DURASI MENYUSU PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI PUSKESMAS
ANTAR BRAK KECAMATAN LIMAU KABUPATEN TANGGAMUS”
Maka saya menyatakan (Bersedia/Tidak Bersedia) diikut sertakan dalam
penelitian ini.

Tanggamus, 2022
Responden

(.........................................)
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR PIJAT BAYI

PENGERTIAN Pijat bayi adalah suatu kegiatan yang dilakukan


dengan cara melakukan sentuhan pemijatan lembut
pada bayi agar frekuensi dan durasi menyusu
meningkat
TUJUAN 1. Meningkatkan berat badan bayi
2. Merubah pola tidur dengan baik
3. Menurunkan ketegangan pada bayi
4. Melancarkan pencernaan
5. Menenangkan bayi sehingga tidak rewel
6. Menjalin hubungan emosional, kasih syang antara
ibu dan bayi
7. Meningkatkan durasi dan frekuesni menyusu
KONTRA 1. Memijat bayi sebelum / sesudah makan
INDIKASI 2. Tidak tergesa- gesa
3. Penekanan yang terlalu keras
4. Tidak berhenti mendadak
PROSEDUR 1. Persiapan Sebelum Memijat
a. Tangan bersih dan hangat
b. Hindari agar kuku dan perhiasan tidak
mengakibatkan goresan pada kulit bayi
c. Ruang untuk memijat diupayakan hangat dan
tidak pengap
d. Bayi sudah selesai makan atau sedang tidak
lapar
e. Secara khusus menyediakan waktu untuk tidak
diganggu minimum selama 15 menit guna
melakukan seluruh tahap – tahap pemijatan
f. Duduklah pada posisi yang nyaman dan tenang
g. Baringkanlah bayi di atas permukaan kain yang
rata, lembut, dan bersih
h. Siapkanlah handuk, popok, baju ganti, dan
minyak bayi (baby oil/lotion) (Roesli, 2016).
2. Langkah-langkah pijat bayi
a. Kaki
Bagian ini merupakan bagian terbaik
untuk memulai pijatan, karena merupakan
bagian yang paling tidak sensitif . Ambil sediki
minyak, mulai pijat dengan kedua tangan secara
perlahan, mulai dari daerah paha , terus
kebawah. Buatlah pijatan secara bergantian
antara tangan kanan dan kiri. Gerakan harus
selembut mungkin, meniru gerakan memerah
susu. Lakukan pada kedua kaki.
b. Telapak dan Punggung Kaki
Ambil salah satu telapak kaki bayi secara
lembut putarlah beberapa kali kearah kiri, lalu
ulangin ke arah kanan. Setelah itu pijatlah
punggung telapak kakinya mulai dari arah mata
kaki ke arah jari kaki. Lakukan pada kedua
telapak dan punggung kaki.
c. Jari Kaki
Bagian ini penutup dari pijatan kaki.
Peganglah jari satu persatu menggunakan ibu
jari dan jari telunjuk, kemudian secara lembut
tariklah searah dengan jarinya hingga jari-jari
anda terlepas diujung jari kaki bayi. Lakukan
pada semua jari kaki.
d. Lengan
Ambil salah satu lengannya kemudian
lakukan gerakan seperti yang dilakukan pada
kaki, yaitu seperti ememrah susu. Mulai dari
ketiaknya terus hingga ke pergelangan tangan.
e. Telapak Tangan
Dengan menggunakan ibu jari pijatlah
telapak tangan bayi dengan gerakan memutar.
f. Jari tangan
Sama seperti jari jari kaki, secara lembut
ambil satu per satu jari tangannya menggunakan
ibu jari dan jari telunjuk, lalu tarik secara
perlahan.
g. Dada
1) Katupakan kedua telapak tangan seperti
tapak budha, lalu letakkan pada dadanya
dalam keadaan seperti itu. Secara perlahan
buat gerakan kearah luar tubuhnya, sehingg
telapak tangan yang terkatup secara
perlahan terbuka menghadap kebawah dan
akhirnya telapak anda menepel dan berjalan
diatas dadanya.
2) Kali ini letakkan salah satu telapak tangan
dengan menhhadap kebawah, didaerah dada
bayi, kemudian buatlah pijatan lembut
kebawah kearah pahanya. Buatlah gerakan
ini secara bergantian tangan kanan dan
kiranda.
h. Perut
Dengan teknik I Love U, dilakukan
pijatan diperut sebelah kiri bayi membentuk
huruf I dari atas kebawah, kemudian
membentuk huruf L dari bagian kanan atas
kebagian kiri bawah, lalu membentuk huruf U
dari peru kiri atas kebawah kemudian perut
kanan keatas.
i. Punggung
Balikkan tubuh bayi secara perlahan,
hingga dia tengkurap. Posisi anda berada
disalah satu sisinya. Dengan jari-jari tangan
anda buatlah pijatan lembut melingkar dengan
kedua tangan, dimulai dari bawah lehernya,
sampai ke pantat. Lakukan secara terbalik.
j. Wajah
Pijat wajah dilakukan dengan mengurut
bagian dahi dan daerah sekitar alis mata dengan
menggunakan ibujari bagiandalam sesuai
dengan arah ototnya. Selanjutnya tetap
menggunakan ibu jari buatlah pijatan lembut
dibagian pipi kanan dan kiri. Berikutnya pindah
ke bagian sekitar mulut kanan dan kiri buatlah
usapan lembut bergantian atas dan bawah
menggunakan ibu jari bagian dalam.
LEMBAR

Pijat Bayi Frekuensi Durasi Menyusu


No Nama Menyusu (Menit)
Ke-1 Ke-2 Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1 By. B √ √ 5 8 8 11
2 By. P √ √ 7 10 12 15
3 By. R √ √ 7 8 10 12
4 By. C √ √ 6 9 9 11
5 By. A √ √ 8 13 10 12
6 By. M √ √ 6 8 8 10
7 By. D √ √ 8 10 5 8
8 By. M √ √ 7 9 6 9
9 By. L √ √ 5 8 7 10
10 By. S √ √ 7 11 8 12
11 By. A √ √ 8 12 6 7
12 By. F √ √ 8 10 5 8
13 By. Y √ √ 6 8 8 11
14 By. E √ √ 7 9 7 12
15 By. G √ √ 8 12 6 9
HASIL ANALISIS

Statistics
FREKUENSI_P FREKUENSI_P DURASI_PRET DURASI_POST
RETEST OSTTEST EST TEST

N Valid 15 15 15 15
Missing 0 0 0 0
Mean 7.20 10.67 7.67 10.47
Std. Deviation 1.146 2.093 1.988 2.066
Minimum 5 8 5 7
Maximum 9 15 12 15

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total

KET N Percent N Percent N Percent

ASI FREKUENSI PRETEST 15 100.0% 0 0.0% 15 100.0%


FREKUENSI POSTTEST 15 100.0% 0 0.0% 15 100.0%

DURASI PRETEST 15 100.0% 0 0.0% 15 100.0%


DURASI POSTTEST 15 100.0% 0 0.0% 15 100.0%

Descriptives
KET Statistic Std. Error
ASI FREKUENSI PRETEST Mean 7.20 .296

95% Confidence Interval for Lower Bound 6.57


Mean Upper Bound 7.83
5% Trimmed Mean 7.22
Median 7.00
Variance 1.314
Std. Deviation 1.146
Minimum 5
Maximum 9
Range 4
Interquartile Range 2
Skewness -.118 .580
Kurtosis -.443 1.121

FREKUENSI POSTTEST Mean 10.67 .540

95% Confidence Interval for Lower Bound 9.51


Mean Upper Bound 11.83
5% Trimmed Mean 10.57
Median 10.00
Variance 4.381
Std. Deviation 2.093
Minimum 8
Maximum 15
Range 7
Interquartile Range 3
Skewness .511 .580
Kurtosis -.599 1.121

DURASI PRETEST Mean 7.67 .513

95% Confidence Interval for Lower Bound 6.57


Mean Upper Bound 8.77
5% Trimmed Mean 7.57
Median 8.00
Variance 3.952
Std. Deviation 1.988
Minimum 5
Maximum 12
Range 7
Interquartile Range 3
Skewness .597 .580
Kurtosis .028 1.121

DURASI POSTTEST Mean 10.47 .533

95% Confidence Interval for Lower Bound 9.32


Mean Upper Bound 11.61
5% Trimmed Mean 10.41
Median 11.00
Variance 4.267
Std. Deviation 2.066
Minimum 7
Maximum 15
Range 8
Interquartile Range 3
Skewness .279 .580
Kurtosis .290 1.121

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

KET Statistic df Sig. Statistic df Sig.

ASI FREKUENSI PRETEST .169 15 .200* .936 15 .335


FREKUENSI POSTTEST .187 15 .166 .925 15 .232
DURASI PRETEST .167 15 .200* .942 15 .414
DURASI POSTTEST .162 15 .200* .952 15 .557

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 FREKUENSI_PRETEST 7.20 15 1.146 .296


FREKUENSI_POSTTEST 10.67 15 2.093 .540
Pair 2 DURASI_PRETEST 7.67 15 1.988 .513
DURASI_POSTTEST 10.47 15 2.066 .533

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.

Pair 1 FREKUENSI_PRETEST &


15 .804 .000
FREKUENSI_POSTTEST
Pair 2 DURASI_PRETEST &
15 .893 .000
DURASI_POSTTEST
Paired Samples Test

Sig.
(2-
Paired Differences t df tailed)

95% Confidence
Std. Interval of the

Std. Error Difference


Mean Deviation Mean Lower Upper

Pair 1 FREKUENSI_PRETEST -
-3.467 1.356 .350 -4.217 -2.716 -9.903 14 .000
FREKUENSI_POSTTEST
Pair 2 DURASI_PRETEST -
-2.800 .941 .243 -3.321 -2.279 -11.523 14 .000
DURASI_POSTTEST
DOKUMENTASI PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai